memahami surat-surat paulus
DESCRIPTION
In Indonesian language, "Understanding the Letters of Paul", originally a paper presented by Martin Suhartono, S.J. in a seminar on St. Paul's method of proclaiming Christ, in commemoration of the silver jubilee of the Pontifical Theological Faculty of Wedabhakti, Yogyakarta, 27 September 2008.TRANSCRIPT
MEMAHAMI SURAT-SURAT PAULUS1
Martin Suhartono, S.J.
Sudah sejak dulu ketika surat Petrus beredar, ada hal-hal yang sukar difahami dalam surat-
surat Paulus sehingga ada orang-orang yang memutarbalikkan menjadi kebinasaan mereka
sendiri (2 Pt 3:15-16). Semoga hal itu tak terjadi dalam tulisan ini.
Berhadapan dengan kesulitan pemahaman terhadap pemikiran Paulus, pembaca surat-
surat Paulus dapat bertanya, "Apakah kunci tafsir surat-surat Paulus?" Dalam tulisan ini
diajukan tesis bahwa Pengalaman Damsyik merupakan kunci tafsir terhadap surat-surat
Paulus. Pengalaman Paulus dalam perjalanan ke Damsyik berjumpa dengan Yesus yang
bangkit merupakan titik balik perjalanan hidup Paulus. Pada umumnya, peristiwa di jalan ke
Damsyik itu dianggap sebagai saat pertobatan Paulus. Apakah pengertian ini mencukupi?
Apakah yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa Damsyik itu?
Pengalaman Damsyik: Perjumpaan dengan Yesus yang hidup
Dari surat-suratnya kelihatan bahwa Paulus sendiri tidak menekankan aspek pertobatan
melainkan lebih menekankan aspek pewahyuan, penampakan Kristus, atau pernyataan Allah
dalam diri putraNya. Paulus menggunakan ungkapan "melihat Yesus" (1 Kor 9:1), "Ia
menampakkan diri" (1 Kor 15:8). Ia menyadari peristiwa itu dalam konteks panggilan
sebagaimana terjadi dalam pengutusan nabi-nabi, ia mengungkapkan demikian: "Ia, yang
telah memilih aku sejak kandungan. ... memanggil aku ...menyatakan Anak-Nya ... agar aku
memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa" (Gal 1:15-16; bdk. Yes 49: 1, 5; Yer 1:5).
Memang ia membandingkan perbedaan dasariah sebelum dan sesudah Pengalaman Damsyik.
Namun hal itu pun dialami oleh Paulus dalam rangka "pengenalan akan Kristus" (Fil 3:8).
Inti pengalaman Damsyik, sebagaimana dikatakan oleh Paulus sendiri, adalah pengalaman
pembalikan dalam pengenalan akan Kristus (Fil 3:8). Dan aspek utama pengenalan itu ialah
besarnya kasih Allah dalam Yesus (Rom 8:39; cf. Ef. 3:18-19). Karena pengenalan akan
Yesus itulah ia melihat segala sesuatu sebelum ia berjumpa dengan Yesus sebagai sampah.
Tadinya ia mengira Yesus itu mati dan terkutuk, setelah Damsyik ia mengalami bahwa Yesus
1 Makalah dalam Seminar "Bagaimana Metode Paulus dalam mewartakan Kristus?", Memperingati Pesta Perak
(1984‐2009) Fakultas Teologi Wedabhakti, 27 September 2008, Yogyakarta.
Martin/Memahami Paulus/ hlm. 2
itu hidup dan mulia. Pengalaman Damsyik ternyata bukanlah sekedar pertobatan, melainkan
terutama (disadari sungguh-sungguh dan selalu ditekankan Paulus) penampakan -
pewahyuan, dan panggilan - pengutusan.
Kesimpulan di atas ditarik dari surat-surat Paulus, tapi bagaimana dengan sumber lain
(mis. Kis )? Apakah di sana ditemukan aspek-aspek itu pula? Bukankah kesan umum yang
spontan muncul dari membaca Kis mengenai peristiwa di jalan ke Damsyik adalah aspek
pertobatan? Ada tiga kisah mengenai peristiwa itu dalam Kis (lihat Lampiran).
Tema pertobatan jelas tampak dalam Kis 9:1-19a. Sinar yang membutakan Paulus
merupakan model khas hukuman Allah yang menghalangi musuh maju, seperti Heliodorus
yang jatuh diliputi kegelapan (lih. 2 Mak 3:27). Penekanan kisah tampak pada mukjizat
penyembuhan kebutaan; tampak ada pola khas kisah penyembuhan, seperti lamanya penyakit
(tiga hari), keengganan penyembuh, dan penumpangan tangan. Rencana Allah mengenai
masa depan Paulus diberitahukan kepada Ananias, sekedar karena ia tadinya segan datang ke
Paulus, namun informasi tersebut tak diteruskan ke Paulus.
Dalam Kis 22:4-16, mulai tampak bukan hanya pertobatan tapi juga panggilan atau
pengutusan Paulus, yang diberitahukan kepada Paulus oleh Ananias. Namun tak dikisahkan
kapan Ananias menerima rencana Allah mengenai diri Paulus. Pengutusan Paulus diteguhkan
dengan penampakan Tuhan di Bait Allah. Maka isi pertanyaan Paulus "Tuhan, apakah yang
harus kuperbuat?" (Kis 22:10) sudah mengantisipasi pengutusan.
Dalam Kis 26:12-23 tampak pula panggilan dan pengutusan Paulus. Namun peranan
Ananias dihilangkan dan Paulus menerima langsung tugas itu dari Allah. Kelihatan
bagaimana unsur pewahyuan - penampakan semakin ditekankan di situ sebagaimana
tercermin dalam ungkapan "Aku menampakkan diri kepadamu... segala sesuatu yang kaulihat
dari pada-Ku....apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu..." (Kis 26:16) dan "kepada
penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat" (Kis 26:19).
Yang terjadi pada Paulus di jalan ke Damsyik adalah perjumpaan Paulus dengan
Yesus yang bangkit. Dan perjumpaan dengan Yesus yang bangkit itu telah mengubah sama
sekali pandangan Paulus tentang Dia yang mati disalib. Sebagaimana orang Yahudi, ia
tentunya menilai orang yang mati disalib sebagai orang terkutuk (Ul 21:23; cf. Gal 3:13).
Karena itu ia begitu digerakkan oleh rasa benci terhadap orang-orang yang mempertuhankan
orang terkutuk itu. Namun dalam perjumpaan di jalan ke Damsyik itu, Paulus kemudian
paham akan makna salib. Ia mengerti bahwa Allah sendiri yang mengutus Yesus (Gal 4:4)
dan menyerahkan Dia bagi kita (Rom 5:6). Maka dari pengalaman pribadinya sebelum
Martin/Memahami Paulus/ hlm. 3
Damsyik ia bisa mengatakan bahwa salib itu adalah kebodohan bagi orang Yunani dan batu
sandungan bagi orang Yahudi (1 Kor 1:22 dst.). Setelah Damsyik ia mengerti bahwa salib
adalah "kekuatan Allah dan hikmat Allah" (I Kor 1:24). Maka barangsiapa ikut dalam
kematian Kristus akan ikut juga dalam kebangkitanNya (Rom 6:3-4).
Dari kisah hidup Paulus, tampak bagaimana ia bergulat dengan ketegangan antara
pengenalannya terhadap Kristus dan pengalamannya yang berakar pada tradisi Yahudi.
Perjumpaan dengan Yesus yang bangkit di jalan ke Damsyik membuat Paulus berpikir ulang
tentang banyak hal, misalnya tradisi Yahudi dan Hukum Taurat, orang-orang non Yahudi,
rencana penyelamatan Allah, dll.
Berpijak pada tradisi
Betapa pun unik pengalaman Paulus di jalan ke Damsyik, apakah seluruh pengenalan dan
pemahaman Paulus mengenai Yesus didasarkan semata-mata pada pengalaman tersebut?
Tampaknya tidak demikian. Ada banyak unsur dalam konsep-konsep Paulus mengenai Yesus
yang berasal dari tradisi Pra-Paulus; misalnya, lihat M. Casey, “Chronology and the
Development of Pauline Christology”, dalam M.D. Hooker dan S.G. Wilson, Paul and
Paulinism, London 1982, hal. 124-134:
a) Rumusan "Yesus adalah Tuhan": Lihat Rom 10:9; 1 Kor 12:3; Fil 2:11; mungkin pula Rom 1:4; seperti juga tradisi kuno 1 Kor 11:23. Ungkapan bahasa Aram "maranatha" (1 Kor 16:22 "Tuhan kami, datanglah!") menunjukkan bahwa Yesus telah disebut "Tuhan" oleh jemaat Kristen purba.
b) Gelar “Kristus” sebagai nama diri: Lihat Fil 2:11, juga Rom 1:4, tradisi kuno 1 Kor 15:3.
Kebiasaan ini tampaknya cukup kuno (lih. Kis 2:36; 11:26). c) Yesus sbg. keturunan Daud: Lihat Rom 1:3. d) Yesus sebagai Anak Allah: Rom 1:3dst tampaknya merupakan tahap perantara
perkembangan Kristologi ketika Yesus dipercaya sebagai ditetapkan sebagai Anak Allah setelah kebangkitan (Kis 2:36; 5:31; 13:33). Namun tak ada paham kelahiran dari seorang perawan.
e) Tradisi tentang penampakan Yesus yang bangkit: Lihat 1 Kor 15:3-5: Yesus wafat karena
“dosa-dosa kita”, bangkit “pada hari ketiga”. f) Kedatangan Kristus kembali: Ungkapan “maranatha” (1 Kor 16:22) tampaknya diambil
alih dari tradisi yang beredar luas dan berisi harapan akan kedatangan Yesus kembali (Didakhe 10:6; Wahyu 22:20; lihat 1 Kor 4:5; 5:5; 11:26; 15:23).
Martin/Memahami Paulus/ hlm. 4
g) Baptis sebagai ikut serta dalam kematian Yesus: Rom 6:3dst. menunjukkan kebiasaan baptis dalam umat kristen awal: melepaskan pakaian lama dan ditenggelamkan, kemudian naik dan memperoleh pakaian putih lambang Kristus sendiri.
i) Kidung kerendahan hati Kristus: Lihat Fil 2:6-11: Wafat Yesus, sebagaimana juga
inkarnasi, dianggap sebagai tanda kerendahan hati Yesus yang punya status ilahi. j) Kidung peranan Yesus dalam penciptaan dan penebusan: Lihat Kol 1:15-20: Kidung
tentang pre-eksistensi Yesus dan peranannya dalam alam semesta.
Casey mengatakan bahwa bahan-bahan Pra-Paulus ini menunjukkan bahwa
“Kristologi Paulus bukanlah hasil suatu pikiran tunggal, bukan juga suatu entitas tunggal
yang keberadaan mendadaknya harus diterangkan, melainkan hasil proses perkembangan
yang dapat diamati” (hal. 125). Dan justru ada kesejajaran antara bahan-bahan itu dengan
bahan-bahan yang berasal dari Yudaisme Intertestamental (Yudaisme dalam periode antara
PL dan PB), yaitu faham kepercayaan Yahudi akan tokoh perantara illahi - insani.
Kristologi dalam penghayatan hidup
Bagi Paulus pengenalan akan Kristus adalah segala-galanya. Pengalaman akan Kristus ini
mengalir juga ke dalam pengalaman pastoral Paulus. Ketika ia menulis surat kepada jemaat-
jemaat Kristen, terutama yang didirikan oleh Paulus (Tesalonika, Filipi, Korintus), apa yang
sepintas tampak sebagai Kristologi sebenarnya bukanlah pertama-tama dimaksudkan untuk
mengajar mereka siapakah Yesus itu, melainkan apakah konsekuensi siapakah Yesus itu bagi
penghayatan iman mereka (Lihat David Sanders, “A Lived Christology in Paul”, dalam The
Month 27(1994), hal. 475-479). Surat-surat Paulus lahir dari situasi konkret jemaat dengan
problem-problem tertentu. Ajaran tentang siapa Yesus itu diajukan untuk menyelesaikan
suatu problem konkret kehidupan yang dihadapi jemaat. Ia berupaya untuk menerangi situasi
itu berdasarkan iman kepada Kristus. Apa dan siapa Yesus itu baru menjadi jalan
keselamatan kalau bukan sekedar diketahui melainkan juga dilaksanakan oleh jemaat.
Pengamatan di atas dapat dilihat, misalnya, dalam 1 Kor 1-4. Konteks uraian Paulus
di situ adalah problem perpecahan dalam jemaat di Korintus, ada yang menganggap diri milik
Apolos, ada yang milik Petrus, ada yang milik Paulus. Tampaknya Paulus dituduh terlalu
duniawi, kurang karismatis (II Kor 10:2). Paulus memberikan solusi atas problem konkret
jemaat itu dengan mengingatkan jemaat akan siapakah Yesus yang mereka ikuti itu, yaitu
Yesus yang tersalib. Injil tidak tergantung pada hikmat manusia, melainkan kuasa Allah.
Martin/Memahami Paulus/ hlm. 5
Hal yang sama dapat dilihat pula dalam I Kor 15. Problem di Korintus saat itu
bukanlah bahwa umat tidak percaya akan kebangkitan Kristus. Umat percaya bahwa Kristus
telah bangkit, hanya saja yang tidak mereka percayai adalah bahwa mereka akan bangkit
juga. Atau mereka mengira bahwa mereka sudah termasuk orang-orang rohani karena mereka
telah menjadi pengikut Yesus. Paulus mengingatkan bahwa kalau tak ada kebangkitan orang
mati, maka Yesus juga tidak bangkit. Sedangkan kalau Ia bangkit, Ia bangkit sebagai anak
sulung. Karena itulah mereka akan mengalami nasib seperti Dia juga. Umat diingatkan pula
bahwa tubuh jasmani yang mereka miliki sekarang bukanlah tubuh yang abadi, melainkan
tubuh kebinasaan. Ada tubuh rohani, yaitu tubuh kebangkitan, yang tak sama dengan tubuh
yang jasmani itu.
Dalam 1 Kor 11:17-33, problem yang dihadapi Paulus adalah keserakahan umat
dalam perjamuan. Yang kaya lupa akan yang miskin dan makan hidangannya sendiri. Paulus
mengingatkan mereka bahwa Yesus adalah Yesus yang telah memberikan diriNya bagi
semua dalam Ekaristi. Maka hendaknya mereka melakukan pula apa yang telah dilakukan
Yesus bagi mereka.
Bagi Paulus, dapat dikatakan bahwa teologi, kristologi, penyelesaian pastoral dll.
selalu didasarkan pada hubungan pribadi Yesus dengan Paulus, dan Paulus dengan jemaat.
Misalnya, berulang kali ia menyuruh jemaat menjadikan dia sebagai teladan yang harus
ditiru, sama seperti Paulus meneladan Kristus (I Kor 4:15-16; 11:1; 1 Tes 1:6-7; 2 Tes 3:7-9;
Fil 3:17; 4:9). Paulus ternyata hanya mengatakan demikian kepada umat di Tesalonika,
Korintus dan Filipi, jemaat-jemaat yang didirikan Paulus, yaitu mereka semua yang memiliki
hubungan pribadi dengan dia.
Bagi Paulus, hubungan pribadi dengan Yesus itu bukanlah soal pengetahuan
intelektual siapakah Kristus itu, seakan seperti dianut orang dalam Gnostisisme, yaitu bahwa
pengetahuan akan menyelamatkan, melainkan suatu pengenalan pribadi akan Kristus. Dalam
konteks ini ia bisa berkata "bahwa pengenalan akan Kristus lebih mulia daripada semuanya"
(3:8). Dan yang dituju oleh Paulus dengan pengenalan itu adalah "persekutuan dalam
penderitaanNya" agar ia "menjadi serupa dengan Dia dalam kematian, supaya beroleh
kebangkitan" (3:10), dengan kata lain, agar ia diubah menjadi "serupa dengan gambar-Nya"
(2 Kor 3:18), sehingga dengan demikian bukan lagi "aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal 2:20).
Martin/Memahami Paulus/ hlm. 6
LAMPIRAN
Perbandingan tiga kisah Peristiwa Damsyik dalam Kis 9, 22, dan 26.
(lih. Ch.W. Hedrick, 'Paul’s conversion/call: a comparative analysis of the three reports in Acts' dalam Journal
of Biblical Literature 100 (1981), 415-432).
PERSAMAAN
Peristiwa: Kis 9:1-19a Kis 22:4-16 Kis 26:12-23
1. Surat ay. 1-2 ay. 4-5 ay. 12b (kuasa)
2. Ke Damsyik ay. 3a ay. 6a ay. 12a
3. Cahaya sekeliling ay. 3b (Paulus) ay. 6b (tengah hari, ay. 13 (tengah hari,
sekeliling P) P dkk.)
4. Jatuh ke tanah ay. 4a (Paulus) ay. 7a (Paulus) ay. 14a (kami rebah)
5. P dengar suara ay. 4b ay. 7b ay. 14b (bhs. Ibrani)
6. “S, mengapa ..?” ay. 4c ay. 7c ay. 14c (..menendang ..)
7. P tanya “siapa?” ay. 5a ay. 8a ay. 15a
8. Jawab “aku Yesus” ay. 5b ay. 8b (+...Nazaret) ay. 15b
PERBEDAAN
9. P tanya: (tak disebut) ay. 10a (“Apa yang (tak disebut)
harus kubuat?”)
10. “Berdiri, masuk kota, ay. 6 dikatakan ay. 10b (“...dikatakan ay. 16a ("..yg kaulihat..
yg. harus kaubuat” yang ditugaskan ..”) Kuperlihatkan..")
11. Teman2 P dengar ay. 7 ay. 9 (lihat tapi tak (tak disebut)
tapi tak lihat... dengar)
12. P bangkit, buta ay. 8a ay. 11a (tak ada P bangkit) (tak disebut)
(tak bisa lihat krn. sinar)
13. Teman2 tuntun P ay. 8b ay. 11b (tak disebut)
14. P buta 3 hari, ay. 9 (tak disebut) (tak disebut)
tak makan dan minum
15. Ananias diperintah Tuhan ay. 10-14 (tak disebut) (tak disebut)
16. Tuhan bicara pd. Ananias ay. 15-16 ay. 14-15 (Ananias kpd. P) ay. 16b-18:
(Tuhan langsung ke P)
17. A tumpang tangan pd. P ay. 17 ay. 12-13a (A ke P: (tak disebut)
"...terima Roh Kudus" "terima penglihatan"
18. Sesuatu tanggal dari mata ay. 18a ay. 13b (P bisa lihat lagi) (tak disebut)
P bisa lihat lagi.
19. P bangkit, dibaptis, makan. ay. 18b-19 ay. 16 (A perintah P: (tak disebut)
"bangkit, dibaptis..."