memahami asal usul gerakan

19
MEMAHAMI ASAL USUL GERAKAN MUHAMMADIYAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah telah mencatat bahwa islam telah memberikan suatu kerangka bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Sikap dan semangat ilmiah yang telah di bentuk oleh dunia islam pada abad pertengahan, melahirkan figure ensiklopedik dari berbagai ilmu pengetahuan. Peradaban dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan yang telah di capai Oleh kaum muslimin sebelumnya tidak nampak lagi bahkan kaum muslimin tampak statis dalam lapangan pemikiran, termasuk bidang pemikiran keagamaan. Sejak itu kondisi dunia islam dengan berbagi aspeknya menarik perhatian banyak kalangan. Dari pihak non muslim yang bersimpati berpandangan agar kaum muslimin itu bisa menyesuiakan diri dengan semangat kebudayaan modern. Bagaimana kaum muslimin dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda itu memahami ajaran islam untuk memecahkan persoalan-persoalan kini. Bahkan sebagian dari kelompon non muslim yang lebih ekstrim mengatakan bahwa kemungkinan yang ada untuk mengembalikan kejayaan islam adalah meninggalkan warisan lama dan memasukkan kebudayaan barat ke dalam kehidupan kaum muslimin. Kelompok ini mengganggap bahwa setiap apa yang di hasilkan barat identik kemajuan.

Upload: gaymayuhyah

Post on 06-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Memahami Asal Usul Gerakan

TRANSCRIPT

Page 1: Memahami Asal Usul Gerakan

MEMAHAMI ASAL USUL GERAKAN   MUHAMMADIYAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah telah mencatat bahwa islam telah memberikan suatu kerangka bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan peradaban dunia. Sikap dan semangat ilmiah yang telah di bentuk oleh dunia

islam pada abad pertengahan, melahirkan figure ensiklopedik dari berbagai ilmu pengetahuan.

Peradaban dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan yang telah di capai  Oleh kaum muslimin

sebelumnya tidak nampak lagi bahkan kaum muslimin tampak statis dalam lapangan pemikiran,

termasuk bidang pemikiran keagamaan.

Sejak itu kondisi dunia islam dengan berbagi aspeknya menarik perhatian banyak kalangan. Dari

pihak non muslim yang bersimpati berpandangan agar kaum muslimin itu bisa menyesuiakan diri

dengan semangat kebudayaan modern. Bagaimana kaum muslimin dengan latar belakang

kebudayaan yang berbeda itu memahami ajaran islam untuk memecahkan persoalan-persoalan

kini. Bahkan sebagian dari kelompon non muslim yang lebih ekstrim mengatakan bahwa

kemungkinan yang ada untuk mengembalikan kejayaan islam adalah meninggalkan warisan lama

dan memasukkan kebudayaan barat ke dalam kehidupan kaum muslimin. Kelompok ini

mengganggap bahwa setiap apa yang di hasilkan barat identik kemajuan.

Dari kalangan kaum muslimin terdapat dua kelompok. Pertama, mereka yang menyadari tentang

keadaan kaum muslimin dan menilai kenyataan pemahaman dari praktek keagamaan kini yang

telah di anggap menyimpang dari ajaran islam yang benar. Mereka berpendapat jika kaum

muslimin kembali pada prinsip ajaran islam dan mengegerakkan semangat islam dan

mengegerakkan semangat ijtihad dalam setiap proses pemikiran, maka kaum muslimin akan

memperoleh kembali kemajuan sebagai mana yang telah di capainya pada waktu lampau. Kedua,

mereka yang berpegang teguh pada warisan tradisi abad pertengahan beranggapan bahwa apa

yang telah di capai oleh ulama islam di bidang pemikiran agama di nilai mutlak, dan tidak

mungkin ada pemikiran lain yang bisa menandinginya.

Page 2: Memahami Asal Usul Gerakan

Di Indonesia, proses perubahan alam pikiran tentang islam, selain fakor kondisi intern umat

islam terjadi setelah terbukanya komunikasi yang luas dengan Negara timur tengah yang menjadi

pusat islam. Proses perubahan ini di lakukan oleh individu dalam kelompok masyarakat yang

ingin memperjuangkan identitas dan prinsip ajaran islam di  tengah-tengah kehidupan bangsa

Indonesia. Usaha tersebut di realisir  dengan mendirikan organisasi tertentu. Di antara organisasi

ini, muhammdiyah di pandang memiliki peranan yang sangat penting dalam menyebarkan ide-

ide pembaharuan islam dan memiliki perngaruh yang cukup kuat di kalangan masyarakat

menengah Indonesia. (Din Syamsuddin )

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini

diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai

orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk

memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada

awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul

Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan

sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti

nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin

_khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu’allimaat

Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).

Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena berasal dari kata

Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakan

Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah.

Berkaitan dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah secara garis besar faktor

penyebabnya adalah pertama, faktor subyektif adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan

Page 3: Memahami Asal Usul Gerakan

terhadap al-Qur’an dalam menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kedua, faktor

obyektif  di mana dapat dilihat secara internal dan eksternal. Secara internal ketidakmurnian

amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan

oleh sebagiab besar umat Islam Indonesia.

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar

dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud

masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam

menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat

dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan

perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat

mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam

kehidupan di muka bumi ini.

Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah

dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan

dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li

al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang

sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini. Misi Muhammadiyah

adalah:

(1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah swt yang dibawa oleh

Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad saw.

(2) Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk

menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.

(3) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang

terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.

(4) Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Lihat

Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di

Kota Sawahlunto

Page 4: Memahami Asal Usul Gerakan

2.2 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Keininan dari KH. Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai

alat perjuangnan dan da’wah untuk nenegakan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber pada

Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis

untuk mewujudkan gerakan tauhid.

Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai

bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal

bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia

memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang

berhubuaan dengan prinsif akidah islam yag menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah,

dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi piliha mutlak bagi umat islamm Indonesia.

Keterbelakangan umat islam indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk

mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi keterbelakangan. Keterbelakangan umat islam

dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren

tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam yang berpikir

moderen. Kesejarteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan

masih melengkupi umat islam indonesia.

Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme erofa ke dunia timur

yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek imperialalisme

dan modernisasi bangsa eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk

memasarkan produk-produk hasil refolusi industeri yang melada erofa.

Imperialisme erofa tidak hanya membonceng grilia gerejawan dan para penginjil untuk

menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia diseluruh dunia untuk ’mengikuti’

ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda erofa. Modernisasi

yang terhembus melalui model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-

paham yang melahirkan moernisasi erofa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan

rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru islam yang

rasionaltetapi liberal dan sekuler.

Page 5: Memahami Asal Usul Gerakan

1. Faktir Internal

Faktir internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam sendiri yang tercermin

dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan islam.

Sikap beragama umat ilam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikapberagama

yang rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungai kehidupan umat islam, terutama

dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam. Sikap beragama yang

demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada awal abad ke 20 itu, teapi merupakan warisan

yang berakar jauh pada masa terjadinya proses islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti

diketahui proses islamisasi di indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat

dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang dan kaum sifi memegang peranan

yag sangat penting. Melaluii merekalah islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh

nusantara ini.

1. Faktir eksernal

Factor lain yang melatrbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiah adalah factor yang bersifat

eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan colonial belanda. Factor tersebut antara lain

tanpak dalam system pendidikan colonial serta usaha kearah westrnisasi dan kristenisasi.

Pendidikan colonial dikelola oleh pemerintah kolonia untuk anak-anak bumi putra, ataupun yang

diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan bantuan financial dari pemerintah belanda.

Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan

dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya

lembaga pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad 20, yaitu

pendidikan islam tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis pendidikan ini dibedakan,

bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari kurikulumnya.

Pendidikan colonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah colonial, dan

dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler,

disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian

pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi

Page 6: Memahami Asal Usul Gerakan

juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik

asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan menarik

penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah

golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan menyudutkan tradisi nenekmoyang serta

kurang menghargai islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih

dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler  anpa mengimbanginya dengan

pendidiakan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah tankanya yang

dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20.

2.3 Profil Pendiri Muhammadiyah

Ahmad Dahlan (bernama kecil Muhammad Darwisy), adalah pelopor dan bapak pembaharuan

Islam. Kyai Haji kelahiran Yogyakarta, 1 Agustus 1868, inilah yang mendirikan organisasi

Muhammadiyah pada 18 November 1912. Pahlawan Nasional Indonesia ini wafat pada usia 54

tahun di Yogyakarta, 23 Februari 1923.

KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita

pembaharuan Islam di nusantara. Ia ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir

dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak ummat Islam Indonesia untuk

kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Ia mendirikan Muhammadiyah bukan

sebagai organisasi politik tetapi sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan yang

bergerak di bidang pendidikan.

Pada saat Ahmad Dahlan melontarkan gagasan pendirian Muhammadiyah, ia mendapat

tantangan bahkan fitnahan, tuduhan dan hasutan baik dari keluarga dekat maupun dari

masyarakat sekitarnya. Ia dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam.

Ada yang menuduhnya kiai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan

macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun

rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan

cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan

tersebut. 1)

Page 7: Memahami Asal Usul Gerakan

Atas jasa-jasa KH Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui

pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya

sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Penetapannya

sebagai Pahlawan Nasional didasarkan pada empat pokok penting yakni: Pertama, KH Ahmad

Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa

terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

Kedua, dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran

Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal

bagi masyarakat dan ummat, dengan dasar iman dan Islam. Ketiga, dengan organisasinya,

Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi

kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam. Keempat, dengan organisasinya,

Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia

untuk mengecap pendidikan.

Diasuh di Lingkungan Pesantren Muhammad Darwisy lahir dari keluarga ulama dan pelopor

penyebaran dan pengembangan Islam di tanah air. Ayahnya, KH Abu Bakar adalah seorang

ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta, dan ibunya, Nyai Abu

Bakar adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta pada

masa itu

Ia anak keempat dari tujuh orang bersaudara, lima saudaranya perempuan dan dua lelaki yakni ia

sendiri dan adik bungsunya. Dalam silsilah, ia termasuk keturunan yang kedua belas dari

Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo,

yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa

(Kutojo dan Safwan, 1991). 2)Idem

Silsilahnya lengkapnya ialah Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin KH Abu Bakar bin KH

Muhammad Sulaiman bin Kiyai Murtadla bin Kiyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo

bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin

Maulana Muhammad Fadlul’llah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin

Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam, 1968: 6).

Page 8: Memahami Asal Usul Gerakan

Sejak kecil Muhammad Darwisy diasuh dalam lingkungan pesantren, yang membekalinya

pengetahuan agama dan bahasa Arab. Pada usia 15 tahun (1883), ia sudah menunaikan ibadah

haji, yang kemudian dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa arab di Makkah

selama lima tahun. Ia pun semakin intens berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu

dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, dan ibn Taimiyah.

Interaksi dengan tokoh-tokoh Islam pembaharu itu sangat berpengaruh pada semangat, jiwa dan

pemikiran Darwisy.

Semangat, jiwa dan pemikiran itulah kemudian diwujudkannya dengan menampilkan corak

keagamaan yang sama melalui Muhammadiyah. Bertujuan untuk memperbaharui pemahaman

keagamaan (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks

(kolot). Ahmad Dahlan memandang sifat ortodoks itu akan menimbulkan kebekuan ajaran Islam,

serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Maka, ia memandang, pemahaman

keagamaan yang statis itu harus diubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau

pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits.

Setelah lima tahun belajar di Makkah, pada tahun 1888, saat berusia 20 tahun, Darwisy kembali

ke kampungnya. Ia pun berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Lalu, ia pun diangkat menjadi

khatib amin di lingkungan Kesultanan Yogyakarta Pada tahun 1902, ia menunaikan ibadah haji

untuk kedua kalinya, sekaligus dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama kepada beberapa

guru di Makkah hingga tahun 1904.

Sepulang dari Makkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu

Haji Fadhil. Siti Walidah, kemudian lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan, seorang

Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Pasangan ini mendapat enam orang anak yaitu

Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan

Safwan, 1991). Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda

H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad

Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan

Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin

Pakualaman Yogyakarta.

Page 9: Memahami Asal Usul Gerakan

Mendirikan Muhammadiyah Semangat, jiwa dan pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, yang

diperolehnya dari Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, ibn Taimiyah dan lain-lain

selama belajar Makkah (1883-1888 dan 1902-1904), kemudian diwujudkannya dengan

menampilkan corak keagamaan yang sama melalui Muhammadiyah. Bertujuan untuk

memperbaharui pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang

masih bersifat ortodoks (kolot). Ahmad Dahlan memandang sifat ortodoks itu akan menimbulkan

kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Maka, ia

memandang, pemahaman keagamaan yang statis itu harus diubah dan diperbaharui, dengan

gerakan purifikasi atau pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits.

Dalam artikel riwayat Ahmad Dahlan di situs resmi Parsyarikatan Muhammadiyah

(muhammadiyah.or.id), pesan ini disebut menyiratkan sebuah semangat yang besar tentang

kehidupan akhirat. Dan untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, maka Dahlan berpikir

bahwa setiap orang harus mencari bekal untuk kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak

ibadah, amal saleh, menyiarkan dan membela agama Allah, serta memimpin ummat ke jalan

yang benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimah Allah.

Dengan demikian, untuk mencari bekal mencapai kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai

kesadaran kolektif, artinya bahwa upaya-upaya tersebut harus diserukan (dakwah) kepada

seluruh ummat manusia melalui upaya-upaya yang sistematis dan kolektif.

Dijelaskan dalam artikel itu, kesadaran seperti itulah yang menyebabkan Dahlan sangat

merasakan kemunduran ummat Islam di tanah air. Hal ini merisaukan hatinya. Ia merasa

bertanggung jawab untuk membangunkan, menggerakkan dan memajukan mereka. Dahlan sadar

bahwa kewajiban itu tidak mungkin dilaksanakan seorang diri, tetapi harus dilaksanakan oleh

beberapa orang yang diatur secara seksama. Kerjasama antara beberapa orang itu tidak mungkin

tanpa organisasi. Perkumpulan, parsyarikatan dan gerakan dakwah: Muhammadiyah. Dahlan pun

memilih strategi yang amat baik dengan lebih dahulu membina angkatan muda untuk turut

bersama-sama melaksanakan upaya dakwah tersebut, sekaligus meneruskan cita-citanya

memajukan bangsa ini.

Pada tahun 1912, tepatnya tanggal 18 Nopember 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan

organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam. Ia punya visi untu

Page 10: Memahami Asal Usul Gerakan

melakukan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam.

Ia ingin mengajak ummat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan

al-Hadits. Berbagai tantangan ia hadapi sehubungan dengan gagasan pendirian Muhammadiyah

itu. Bahkan ia dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Kiai palsu.

Sampai ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut

dihadapinya dengan sabar.

Dahlan teguh pada pendiriannya. Pada tanggal 20 Desember 1912, ia mengajukan permohonan

kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru

dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus

1914. Tampaknya, Pemerintah Hindia Belanda ada kekhawatiran akan perkembangan organisasi

ini. Sehingga izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh

bergerak di daerah Yogyakarta

Namun, walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari,

dan Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan

dengan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad

Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta

memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al-

Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah

Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat

pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan

adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan

Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan Jama’ah-jama’ah ini mendapat bimbingan dari

Muhammadiyah, yang di antaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda,

Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba,

Ta’awanu alal birri, Ta’ruf bima kan,u wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul

Mubtadi (Kutojo dan Safwan, 1991: 33). Gagasan pembaharuan Islam, Muhammadiyah

disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping

juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan

yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain

berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah

Page 11: Memahami Asal Usul Gerakan

makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei

1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan

cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh

pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Dalam bulan Oktober 1922, Ahmad Dahlan memimpin delegasi Muhammadiyah dalam kongres

Al-Islam di Cirebon. Kongres ini diselenggarakan oleh Sarikat Islam (SI) guna mencari aksi baru

untuk konsolidasi persatuan ummat Islam. Dalam kongres tersebut, Muhammadiyah dan Al-

Irsyad (perkumpulan golongan Arab yang berhaluan maju di bawah pimpinan Syeikh Ahmad

Syurkati) terlibat perdebatan yang tajam dengan kaum Islam ortodoks dari Surabaya dan Kudus.

Muhammadiyah dipersalahkan menyerang aliran yang telah mapan (tradisionalis-konservatif)

dan dianggap membangun mazhab baru di luar mazhab empat yang telah ada dan mapan.

Muhammadiyah juga dituduh hendak mengadakan tafsir Qur’an baru, yang menurut kaum

ortodoks-tradisional merupakan perbuatan terlarang. Menanggapi serangan tersebut, Ahmad

Dahlan menjawabnya dengan perkataan, “Muhammadiyah berusaha bercita-cita mengangkat

agama Islam dari keadaan terbekelakang. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir

para ulama dari pada Qur’an dan Hadits. Umat Islam harus kembali kepada Qur’an dan Hadits.

Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir”.

Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah

Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi

kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan

dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan duabelas kali pertemuan anggota (sekali dalam

setahun), yang saat itu dipakai istilah Algemeene Vergadering (persidangan umum). Di samping

aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga tidak

lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang mempunyai tanggung jawab pada keluarganya. Sebagai

salah seorang keturunan bangsawan yang menduduki jabatan sebagai Khatib Masjid Besar

Yogyakarta, ia mempunyai penghasilan cukup tinggi. Ia juga berkecimpung sebagai seorang

wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik.

BAB III

Page 12: Memahami Asal Usul Gerakan

KESIMPULAN

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi

munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam

sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Keinginan dari KH. Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan

sebagai alat perjuangnan dan da’wah untuk nenegakan amar ma’ruf nahyi munkar yang

bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari

gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid. 104 : hendaklah ada diantara

kamu umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh dengan ma’ruf (yang baik baik)

dan melarang dari yang mungkar dan mereka itulah yang menang.

KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita

pembaharuan Islam di nusantara. Ia ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara

berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak ummat Islam

Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Ia mendirikan

Muhammadiyah bukan sebagai organisasi politik tetapi sebagai organisasi sosial

kemasyarakatan dan keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan.

DAFTAR  PUSTAKA

Anonymoous, 2010, Gerakan Muhammadiyah.http://regenerasi.wordpress.com/?p=9 Diakses

pada tanggal 23 maret 2010

Ahmad Syafii Maarif : Strategi Dakwah Muhammadiyah.

http://www.muhammadiyah.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=471. Diakses

pada tanggal 23 maret 2010

Website resmi Muhammadiyah. Sejarah Singkat Pendirian Persyarikatan Muhammadiyah.

http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=22&Itemid=35 diakses tanggal 23 mareet 2010

Lubis, arbiyah .1989. Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh . PT Karya Unipress,

Jakarta

Page 13: Memahami Asal Usul Gerakan

Sairin. Weineta, 1995. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah. PT Fajar Interpratama, Jakarta

Syamsudin . 1990. Muhammadiyah Kini dan Esuk. Pustaka Panjimas, Jakarta