melihat agribisnis sebagai peluang · pdf filedalam arti sempit, pertanian menunjuk pada ......
TRANSCRIPT
MELIHAT AGRIBISNIS SEBAGAI PELUANG WIRAUSAHA
Slamet Widodo
Apa itu agribisnis?
Seringkali kita mendengar istilah agribisnis, bahkan di kampus kita sendiri
terdapat sebuah program studi yang bernama agribisnis. Salah satu langkah yang
paling mudah dalam memahami sebuah istilah adalah dengan menggunakan
pendekatan bahasa atau harfiah. Soekartawi (1993) mengemukakan bahwa
agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris,
agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan.
Pertanian sendiri mempunyai dua pengertian, yaitu pertanian dalam arti
sempit dan pertanian dalam arti luas. Dalam arti sempit, pertanian menunjuk pada
kegiatan pertanian rakyat berupa cocok tanam atau melakukan budidaya tanaman
pangan atau tanaman semusim seperti padi, jagung, kedele, ubi kayu, dan
sebagainya. Sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti
sempit, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Banyak pendapat tentang batasan dan ruang lingkup agribisnis, tergantung
pada unit dan tujuan analisis. Secara tradisional, oleh Biere (1988) agribisnis
diartikan sebagai aktivitasaktivitas di luar pintu gerbang usahatani (beyond the
farm gate, offfarm) yang meliputi kegiatan industri dan perdagangan sarana
produksi usahatani, kegiatan industri yang mengolah produk pertanian primer
menjadi produk olahan beserta perdagangannya, dan kegiatan yang menyediakan
jasa yang dibutuhkan seperti misalnya perbankan, angkutan, asuransi atau
penyimpanan.
Dalam agribisnis, segala aktivitas pertanian didasarkan pada prinsip
ekonomi sehingga agribisnis menurut Downey dan Erickson (1987) terdiri dari
tiga sektor secara ekonomi saling berkaitan. Ketiga sektor agribisnis tersebut
1
adalah (a) the input supply sector, (b) the farm production sector, dan (c) the
product marketing sector. Keterkaitan antara ketiga sektor tersebut dapat dilihat
pada Gambar 1. The input supply sector atau sektor pemasok input pertanian
merupakan sektor yang memberikan pasokan bahan dan peralatan pertanian untuk
beroperasinya the farm production sector (Beierlein. dkk., 1986). Sektor ini
memasok pakan ternak atau ikan, benih, pupuk, bahan bakar minyak, pestisida,
alat, mesin pertanian, dan sebagainya. Istilah yang seringkali digunakan adalah
saprodi (sarana produksi) atau saprotan (sarana produksi pertanian).
Gambar 1. Keterkaitan Input, Budidaya dan Pemasaran dalam Agribisnis
The farm production sector atau sektor budidaya pertanian merupakan
sektor yang mengubah input pertanian menjadi output atau komoditas primer hasil
pertanian. Sektor ini meliputi pertanian dalam arti luas, yaitu budidaya tanaman,
peternakan, perikanan, dan kehutanan. Komoditas primer yang dihasilkan oleh
sektor ini adalah bahan pangan (padi, jagung, kedele, dan sebagainya), daging,
2
ikan, telur, susu, sayur atau hortikultura, serat, dan kayu. The product marketing
sector atau pemasaran hasil pertanian melibatkan individu atau perusahaan yang
menangani dan mengolah komoditas primer hasil budidaya pertanian sampai ke
konsumen akhir. Branson dan Norvel (1983) mendefinisikan pemasaran sebagai
proses memenuhi kebutuhan manusia dengan menghadirkan produk kepada
mereka dalam bentuk yang cocok serta pada tempat dan waktu yang tepat.
Adanya perubahanperubahan dalam struktur produksi pertanian dan
semakin meningkatnya kebutuhan koordinasi baik secara horizontal maupun
vertikal dalam sektor agribisnis dipandang perlu untuk memperluas definisi
tradisional di atas. Definisi yang lebih lengkap mengenai agribisnis diberikan oleh
pencetus awal istilah agribisnis yaitu Davis dan Goldberg (1987) sebagai berikut:
"Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture and
distribution of farm supplies; production activities on the farm; and storage,
processing and distribution of commodities and items made from them". Definisi
inilah yang sekarang sering digunakan dalam literatur manajemen agribisnis
(Sonka dan Hudson 1989).
Antara definisi yang diajukan oleh Davis dan Goldberg dengan pandangan
tradisional mengenai sektor agribisnis terdapat perbedaan yang sangat penting.
Perbedaan yang pertama adalah definisi Davis dan Goldberg secara eksplisit
memasukkan subsektor produksi pertanian menjadi bagian dari sektor agribisnis.
Perbedaan yang kedua, dalam definisi Davis dan Goldberg memasukkan pula
konsumen sebagai bagian dari sektor agribisnis. Salah satu alasan yang penting
untuk memasukkan konsumen dalam sektor agribisnis adalah pengakuan tentang
adanya permintaan konsumen yang selalu meningkat terhadap produkproduk
baru dan dampak yang ditimbulkannya pada produksi, pengolahan dan distribusi
produk. Oleh karena itu, keberhasilan usaha dalam sektor agribisnis
membutuhkan pemahaman tentang kebutuhan, kegunaan dan preferensi konsumen
baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.
Peran agribisnis dalam perekonomian
3
Ditinjau dari struktur perekonomian nasional, sektor pertanian menempati
posisi yang penting dalam kontribusinya terhadap PDB. Pada saat krisis,
sumbangan sektor pertanian terhadap PDB mengalami peningkatan paling besar
dibanding sektor lainnya. Dari segi penyerapan tenaga kerja, pada tahun 2003
sektor pertanian mampu menyerap sekitar 46 persen, paling tinggi di antara
sektorsektor lain (Yudhoyono, 2004). Disisi lain kita perlu mencermati
menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional dimana
mulai tahun 19691973 atau Pelita I kontribusi sektor pertanian sebesar 33,69 %)
sedangkan pada akhir tahun 2004 tercatat kontribusi sektor pertanian terhadap
struktur perekonomian nasional sebesar 15,39% (Berita Resmi StatistikBPS,
2004).
Peranan atau sumbangan agribisnis terhadap output nasional di berbagai
negara diperlihatkan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 tersebut terlihat bahwa peranan
sektor pertanian dalam perekonomian cenderung menurun sejalan dengan
peningkatan pendapatan per kapita. Hal ini mencerminkan suatu proses
tranformasi struktural. Pada Tabel 1, India yang pendapatan per kapitanya paling
rendah dibandingkan dengan negaranegara lain, sektor pertaniannya mempunyai
sumbangan yang paling tinggi sebesar 27 persen terhadap GDP (Gross Domestic
Product), sebaliknya Amerika Serikat yang mempunyai pendapatan per kapita
paling tinggi, sektor pertaniannya mempunyai sumbangan yang paling kecil
sebesar 1 persen terhadap GDP.
Tabel 1. Pangsa agribisnis dalam GDP di beberapa negara
Negara Pangsa dalam GDP(%)
Pangsa Industri dan Jasa dalam Agribisnis
(%)Pertanian Industri dan Jasa
Pertanian
Agribisnis
Filipina 21 50 71 70India 27 41 68 60Thailand 11 43 54 79Indonesia 20 33 53 63Malaysia 13 36 49 73Korea Selatan 8 36 44 82Chili 9 34 43 79Argentina 11 29 39 73Brasil 8 30 38 79Meksiko 9 27 37 75Amerika Serikat 1 13 14 91
4
Sumber: Pryor and Holt (2004).
Dari pengalaman negara maju maupun negara berkembang, nilai tambah
(value added) terbesar dalam sektor agribisnis ternyata berada di bagian hulu dan
hilir. Pada tabel 1 terlihat bahwa sumbangan relatif industri dan jasa pertanian
jauh melampaui sumbangan relatif sektor pertanian dalam GDP. Salah satu hal
yang menarik untuk disimak dalam tabel 1 adalah besarnya sumbangan relatif
agribisnis Amerika Serikat dalam perekonomiannya. Walaupun sumbangan relatif
sektor pertaniannya terhadap GDP hanya sebesar 1 persen, namun sumbangan
relatif sektor agribisnisnya terhadap GDP adalah 14 kali lipat dari sumbangan
sektor pertanian. Hal ini berarti bahwa pangsa industri dan jasa pertanian dalam
agribisnis adalah sangat tinggi, yaitu sebesar 91 persen. Belajar dari pengalaman
Amerika Serikat ini, negaranegara berkembang seperti Indonesia masih memiliki
ruang gerak yang luas bagi pengembangan sektor agribisnis. Pada tabel 1 terlihat
bahwa pangsa industri dan jasa pertanian dalam agribisnis di Indonesia masih
sebesar 63 persen, terendah dibandingkan dengan negaranegara contoh lainnya.
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu,
usahatani, hilir, dan penunjang. Menurut Saragih dalam Pasaribu (1999), batasan
agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan
ekonomi (yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya,
subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa penunjang agribisnis) yang terkait
langsung dengan pertanian.
Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsurunsur
kegiatan : (1) prapanen, (2) panen, (3) pascapanen dan (4) pemasaran. Sebagai
sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,
saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian akan
menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis
melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari
sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang
5
akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional
(Sumodiningrat, 2000).
Perkembangan agribisnis di Indonesia sebagian besar telah mencakup
subsistem hulu, subsistem usahatani, dan subsistem penunjang, sedangkan
subsistem hilir masih belum berkembang secara maksimal. Industri pupuk dan
alatalat pertanian telah berkembang dengan baik sejak Pelita I hingga saat ini.
Telah banyak diperkenalkan bibit atau varietas unggul dalam berbagai komoditi
untuk peningkatan produksi hasil pertanian. Demikian juga telah diperkenalkan
teknikteknik bertani, beternak, berkebun, dan bertambak yang lebih baik untuk
meningkatkan produktivitas pertanian. Subsistem penunjang yang bersifat fisik
dan fiskal telah lama diperkenalkan kepada para petani. Jaringan irigasi telah
banyak dibangun yang mampu mengairi jutaan hektar sawah dan lahan pertanian
lainnya, untuk meningkatkan produksi pertanian. Demikian juga fasilitas kredit
pertanian telah lama diterapkan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran
berbagai komoditi pertanian. Meskipun sudah banyak yang telah dilakukan
pemerintah dalam upaya mengembangkan agribisnis, tetapi masih terdapat
berbagai kendala, terutama dalam menjaga kualitas produk yang memenuhi
standar pasar internasional serta kontinuitas produksi sesuai dengan permintaan
pasar maupun untuk mampu mendukung suatu industri hilir dari produksi
pertanian. Salah satu alternatif untuk menjaga kontinuitas dari kualitas produk
adalah dengan mengembangkan kegiatan agribisnis disesuaikan dengan potensi
sumber daya alam.
Agribisnis masih menjanjikan
Krisis ekonomi yang melanda bangsa kita tidak serta merta menjadikan
sektor agribisnis menjadi terpuruk. Agribisnis masih menjadi sektor primadona
dan layak untuk dikembangkan. Ketika berbicara agribisnis secara tidak langsung
kita akan berbicara menganai kebutuhan pokoki manusia. Diakui atau tidak
agribisnis dapat diidentikkan dengan kebutuhan pangan. Salah satu produk
6
agribisnis adalah bahan makanan, suatau kebutuhan mendasar bagi manusia. Oleh
karenanya agribisnis merupakan sektor yang terus senantiasa menjadi kebutuhan
bagi manusia di seluruh dunia ini.
Indonesia dengan jumlah penduduk hampir 250 juta jiwa merupakan pasar
yang sangat prospektif bagi usaha di bidang agribisnis. Mengandalkan pasar
dalam negeri saja, usaha agribisnis sudah mampu memberikan keuntungan yang
sangat menjanjikan, apalagi jika mampu mengakses pasar luar negeri.
Posisi geografis Indonesia yang sangat strategis berada di tengah jalur
perdagangan internasional sangat menguntungkan. Benua Asia merupakan benua
terpadat penduduknya di dunia. Dua negara dengan potensi pasar yang cukup
besar yaitu China dan India bisa menjadi peluang dalam pemasaran produk
agribisnis yang kita hasilkan. Namun demikian, dibalik peluang tersebut ancaman
juga senantiasa menghadang. Persaingan dengan negaranegara di Asia terlebih di
era perdagangan bebas saat ini juga menjadi permasalahan pelik yang perlu untuk
diperhatikan. Seperti kita ketahui bersama, produk agribisnis impor dengan sangat
mudah membanjiri negara kita. Lihat saja di pasar modern, pasar tradisional
hingga lapak pedagang kaki lima, produk impor semakin merajalela. Kita dengan
mudah menjumpai Apel Fuji dibandingkan Apel Manalagi. Bahkan untuk
membuat tempe dan tahu, makanan tradisional asli Indonesia saja kedelainya
berasal dari impor. Pada era perdagangan bebas ini mau tidak mau kita harus siap
dengan persaingan terbuka dengan negara lain, pun demikian peluang pasar juga
semakin terbuka lebar, tak ubahnya seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan.
Selain strategis pada sisi pasar, Indonesia juga terletak pada daerah tropis
dengan potensi sumber daya alam berlimpah. Potesi pertanian cocok tanam masih
bisa diandalkan disamping potensi laut yang sangat luas dan masih belum tergarap
dengan baik. Sebagian besar lahan kita termasuk dalam lahan subur dan siap
dikembangkan menjadi lahan produktif untuk aneka jenis tanaman pangan dan
perkebunan. Hutan kita mampu memberikan hasil berupa kayukayu terbaiknya
untuk mendukung berbagai jenis industri. Pengelolaan sumber daya alam yang
7
berlimpah tentu saja harus dengan cara yang bijaksana sehingga mampu
meminimalisir dampak lingkungan. Potensi kelautan Indonesia juga masih belum
dimanfaatkan dengan maksimal. Justru angka pencurian ikan di Indonesia masih
cukup tinggi, sehingga sudah selayaknya kita sendiri yang harus
memanfaatkannya untuk sebesarbesar kesejahteraan rakyat.
Belajar dari pesantren
Pesantren merupakan lembaga keagamaan yang sangat mengakar di
masyarakat. Sebagai lembaga yang telah mengakar dan telah menjadi bagian
sosiokultural masyarakat, pesantren memiliki peluang sebagai salah satu
penggerak ekonomi. Sebagian besar pesantren berada di daerah pedesaan
sehingga potensi pertanian menjadi salah satu alternatif kegiatan pemberdayaan
ekonomi pesantren. Konsep pengembangan pertanian yang dilakukan di pesantren
sudah seharusnya menggunakan pendekatan agribisnis. Sebagai suatu sistem,
agribisnis akan memberikan nilai tambah melalui kegiatankegiatan subsistem
yang ada di dalamnya.
Madura memiliki pondok pesantren dengan jumlah yang besar dan
tersebar hingga pelosok pedesaan. Jumlah yang cukup banyak tersebut
memberikan suatu potensi yang sangat menjanjikan apabila dikembangkan
nantinya. Pengembangan agribisnis pesantren haruslah sesuai dengan
sosiokultural masyarakat setempat.
Agribisnis pesantren telah banyak dikembangkan oleh beberapa pondok
pesantren modern. Bahkan, Departemen Pertanian telah memiliki program
pengembangan agribisnis pada kelembagaan yang mengakar pada masyarakat,
salah satunya adalah lembaga agama. Lembaga tradisional yang telah lama ada
dapat dijadikan sebagai motor penggerak dalam upaya pemberdayaan ekonomi
masyarakat utamanya masyarakat pedesaan.
Pondok Pesantren AnNafi’iyah berada di Desa Kampak Kecamatan
Geger Kabupaten Bangkalan. Jarak dari ibu kota Kabupaten Bangkalan sekitar 22
8
kilometer. Pondok pesantren ini memiliki luas areal lahan 4 hektar yang berada
pada ketinggian 200 meter diatas permukaan laut, suatu topografi yang cukup
tinggi untuk ukuran Pulau Madura. Lokasi yang mendukung tersebut menjadikan
Pondok Pesantren AnNafi’iyah memiliki potensi yang besar untuk
mengembangkan usaha produktif terutama di bidang agribisnis.
Pondok pesantren AnNafi’iyah mempunyai beberapa bidang usaha
agribisnis, yaitu peternakan dan industri pengolahan hasil pertanian. Semua
bidang usaha tersebut diusahakan dalam satu lokasi di areal pondok pesantren.
Pertimbangan pemilihan lokasi lebih diutamakan pada ketersediaan lahan yang
tidak produktif, sehingga perlu diambil langkahlangkah untuk memanfaatkan
lahan tersebut. Selain itu pemilihan lokasi usaha di dalam areal pondok pesantren
memberi keuntungan berupa kemudahan dalam pengelolaan serta membuka
peluang bagi santri untuk terlibat langsung dalam hal teknis maupun manajemen
usaha. Apabila ditinjau dari aspek biologis, pemilihan lokasi usaha yang
berdekatan sangat menguntungkan. Limbah yang dihasilkan oleh masingmasing
usaha dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai input produksi usaha lainnya.
Apabila ditinjau lebih jauh, pemilihan lokasi usaha yang relatif berdekatan
dalam satu lokasi memberikan manfaat berupa pemanfaatan limbah produksi.
Limbah produksi pada satu bidang usaha akan dapat dimanfaatkan sebagai input
untuk produksi usaha lainnya. Sebagai contoh, limbah yang dihasilkan oleh
produksi tahu merupakan salah satu input yang sangat penting dalam usaha ternak
kambing. Ampas tahu memiliki kandungan protein yang tinggi. Pemberian ampas
tahu merupakan salah satu strategi dalam menghadapi musim kemarau panjang
yang menyebabkan berkurangnya ketersediaan hijauan pakan ternak. Penggunaan
ampas tahu juga dapat mengurangi biaya produksi terutama untuk pembelian
pakan konsentrat.
9
Peternakan kambingUsaha pembuatan tahuPakan ternak(ampas tahu)
Gambar 2. Hubungan antar usaha agribisnis di Ponpes AnNafi’iyah
Lokasi yang berdekatan dengan pondok pesantren memberikan
kemudahan bagi pengelola pondok pesantren untuk mengelola usaha yang
dikembangkan. Tujuan pengembangan usaha agribisnis oleh pondok pesantren
selain untuk menambah pemasukan finansial bagi pengembangan pondok
pesantren juga sebagai sarana pendidikan dan pelatihan bagi santri yang ada.
Pendidikan yang ditujukan pada santri tidak saja terbatas pada pendidikan agama
serta pendidikan formal, namun juga pada pengembangan jiwa kewirausahaan.
Pemberian bekal keterampilan dalam bidang agribisnis pada santri diharapkan
mampu membentuk santri yang tangguh dalam menghadapi persaingan setelah
lepas dari pondok pesantren. Terlebih saat ini persaingan kerja yang sangat ketat
menuntut alumni pondok pesantren untuk dapat mandiri dan berwirausaha,
terutama dalam bidang agribisnis. Dalam pelaksanaan usaha agribisnis, pihak
pondok pesantren melibatkan santri terutama sebagai sarana pelatihan teknis bagi
santri. Selain itu, bagi santri yang kurang mampu dapat bekerja paruh waktu untuk
mendapatkan penghasilan berupa beasiswa.
Persepsi masyarakat terhadap pengembangan agribisnis pesantren
cenderung positif. Masyarakat sekitar pondok menyatakan bahwa usaha produktif
terutama di bidang agribisnis yang dikembangkan oleh pondok pesantren tidak
bertentangan dengan nilai budaya Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan agama yang sebagian besar berada di daerah pedesaan seharusnya
mampu menjadi penggerak ekonomi pedesaan.
Usaha produktif yang dikembangkan oleh pondok pesantren memberikan
keuntungan bagi masyarakat sekitar pondok berupa peningkatan kualitas
pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren. Pondok pesantren An
Nafi’iyah mempunyai lembaga pendidikan mulai dari tingkat pendidikan anak
usia dini hingga tingkat lanjutan atas. Selama ini pendidikan formal yang
10
diselenggarakan oleh pondok pesantren telah dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat di sekitarnya. Biaya yang relatif terjangkau menjadi salah satu alasan
utama untuk memilih sekolah bagi anakanak mereka. Pertimbangan lain adalah
lokasi yang dekat sehingga dapat mengurangi biaya transportasi. Masyarakat
sekitar pondok memahami bahwa dengan adanya usaha produktif yang
dikembangkan oleh pondok pesantren akan mampu menghasilkan pendapatan
bagi pondok untuk mengelola berbagai kegiatan yang dijalankan. Peningkatan
kualitas pendidikan juga sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar, mulai dari
penambahan jumlah guru hingga pembangunan berbagai fasilitas pendidikan.
Keuntungan lain yang diperoleh oleh masyarakat adalah terbukanya akses
informasi dan teknologi dalam melaksanakan usahatani. Pengelolaan usaha
agribisnis yang terbuka menjadikan masyarakat dapat mengakses segala informasi
tentang usaha agribisnis yang dikembangkan. Terlebih kerjasama yang dijalin
oleh pondok pesantren dan instansi terkait menjadikan pondok pesantren sebagai
sumber informasi bagi petani dan peternak di sekitar pondok.
Persepsi positif juga diberikan oleh pihak pemerintah daerah. Usaha
produktif terutama di bidang agribisnis yang dikembangkan oleh pondok
pesantren AnNafi’iyah merupakan salah satu upaya meningkatkan kemandirian
pondok pesantren. Selain itu, pondok pesantren diharapkan akan mampu menjadi
sarana diseminasi teknologi bagi petani di daerah pedesaan.
Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa usaha penggemukan
kambing dengan periode 6 bulan memberikan keuntungan yang lebih besar
ibandingkan dengan usaha pembibitan. B/C rasio usaha penggemukan lebih tinggi
dibandingkan dengan usaha pembibitan, masingmasing sebesar 1,53 dan 1,37.
tingkat pengembalian atas modal (ROI) usaha penggemukan kambing mencapai
52,70 % sedangkan untuk usaha pembibitan sebesar 36,75 %. Berdasarkan
indikatorindikator tersebut dapat diperoleh hasil bahwa kedua model usaha
peternakan ini telah layak untuk dikembangkan.
11
Tabel 2. Analisis kelayakan usaha ternak kambing dalam setiap periode
No Uraian Pembibitan Penggemukan
1 Biaya Tetap Sewa lahan Penyusutan kandang Penyusutan pejantan Penyusutan indukan betina
200.000 100.000150.000
1.050.000
150.000150.000
00
2 Biaya Tidak Tetap Pembelian bakalan Pakan hijauan Pakan konsentrat Ampas tahu Obatobatan Upah tenaga kerja
03.600.0001.350.000
750.000400.000
4.000.000
10.000.0002.700.0001.350.000
900.000250.000
3.000.0003 Penerimaan
Penjualan hasil Pupuk kandang
15.000.0001.000.000
27.500.000750.000
4 Biaya Total 11.700.000 18.500.0005 Penerimaan Total 16.000.000 28.250.0006 Keuntungan (NP) 4.300.000 9.750.0007 ROI 36,75 % 52,70 %8 B/C rasio 1,37 1,539 BEP volume produksi 47 34
10 BEP harga penjualan 195.000 370.000Sumber; Data primer diolah.Keterangan : Periode usaha pembibitan selama 8 bulan, sedangkan usaha penggemukan selama 6
bulan.
Usaha penggemukan kambing memberikan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan usaha pembibitan. Periode usaha juga lebih cepat, usaha
pembibitan membutuhkan waktu minimal 8 bulan, sedangkan usaha
penggemukan hanya membutuhkan waktu 6 bulan. Resiko kegagalan lebih besar
pada usaha pembibitan. Resiko terbesar adalah tingkat keberhasilan hidup anak
dari lahir, sapih hingga menjadi bakalan sangat bervariasi dan tergantung dengan
lingkungan. Selain itu persentase bunting dan jumlah ratarata anak per kelahiran
turut menentukan keberhasilan usaha ini. Pemilihan induk dan pejantan yang
unggul menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan usaha pembibitan.
Pada usaha penggemukan, resiko kegagalan usaha terbesar adalah pada
fluktuasi harga pasar. Namun dengan perencanaan yang matang, musim panen
12
dapat tepat dengan musim permintaan kambing yang tinggi. Selain itu, pemasaran
dapat dilakukan langsung ke rumah pemotongan hewan atau pedagang daging
kambing sehingga dapat memangkas rantai pemasaran. Usaha ini dapat lebih
memberikan keuntungan dengan melakukan penjualan langsung berupa karkas.
Untuk menekan biaya, usaha penggemukan memanfaatkan bibit hasil
usaha pembibitan sebagai bakalan. Langkah ini dapat mengurangi biaya yang
harus dikeluarkan apabila mendatangkan bakalan dari luar. Selain itu seleksi atas
bakalan dapat dilakukan dengan lebih baik. Usaha menekan biaya produksi
dilakukan pula dengan menggunakan limbah industri tahu sebagai bahan pakan
tambahan, sehingga mengurangi penggunaan pakan konsentrat.
Ditinjau dari titik impas pengembalian modal (BEP), usaha pembibitan
baru dapat mencapai titik impas apabila harga yang berlaku di pasar mencapai
Rp.195.000,00 dan volume produksi mencapai 47 ekor. Tingkat BEP tersebut
dapat dikatakan mudah untuk dicapai, harga normal bakalan kambing di pasaran
berkisar antara Rp.200.000,00 hingga Rp.300.000,00. Ratarata jumlah anak
setiap kelahiran (liter size) mencapai 1,6 hingga 1,8 sehingga untuk mencapai
jumlah anak sebanyak 47 ekor hanya membutuhkan angka liter size sebesar 1,34
saja.
Usaha penggemukan mencapai BEP pada tingkat harga sebesar
Rp.370.000,00 dan volume produksi mencapai 37 ekor. Harga normal yang
berlaku di pasar untuk kambing dewasa berkisar antara Rp.450.000,00 hingga
Rp.750.000,00. Tingkat mortalitas untuk kambing bakalan hingga mencapai
dewasa sangat rendah, sehingga pencapaian dapat dipastikan usaha penggemukan
kambing dapat melampau BEP.
Usaha pembuatan tahu juga telah layak secara ekonomi untuk
dikembangkan. Untuk setiap proses produksi, usaha ini mampu memberikan
keuntungan sebesar Rp.255.810,00 dengan biaya total yang dikeluarkan sebesar
Rp.2.230.690,00 atau dengan kata lain tingkat pengembalian atas modal (ROI)
sebesar 11,47 %. Usaha ini mempunyai B/C rasio sebesar 1,11 sehingga layak
untuk diusahakan. Selain dari hasil produksi tahu, usaha ini mendapatkan hasil
13
sampingan berupa ampas tahu. Ampas tahu merupakan salah satu bahan pakan
bagi hewan ternak yang mempunyai nilai gizi tinggi.
Tabel 2. Analisis kelayakan usaha industri tahu dalam setiap proses produksi
No Uraian Jumlah
1 Biaya Tetap Sewa lahan Penyusutan bangunan Penyusutan peralatan
1.850 4.9656.125
2 Biaya Tidak Tetap Pembelian bahan baku utama Pembelian bahan baku penunjang Biaya listrik Bahan bakar Upah tenaga kerja
2.000.00058.7505.000
54.000100.000
3 Penerimaan Penjualan tahu Ampas tahu
2.304.000182.500
4 Biaya Total 2.230.6905 Penerimaan Total 2.486.5006 Keuntungan (NP) 255.8107 ROI 11,47 %8 B/C rasio 1,119 BEP volume produksi 46
10 BEP harga penjualan 46.473Sumber ; Data primer diolah.
Daftar Pustaka
Agricultural Marketing. Mc GrawHill Book Company, New York. Sonka, S.T. and Hudson, M.A., 1989, Why Agribusiness Anyway?. Agribusiness: An International Journal 5, 30514.
Beierlein, James G., Kenneth C. Schneeberger, and Donald D. Osburn. 1986. Principles of Agribusiness Management. PrenticeHall, New Jersey.
Biere, A.W., 1988. 'Involvement of agricultural economics in graduate agribusiness programs: an uncomfortable linkage'. Western Journal of Agricultural Economics 13, 128133.
14
Branson, Robert E. and Douglas G. Norvell. 1983. Introduction to Agricultural Marketing. Mc GrawHill Book Company, New York.
Davis, J.H. and Goldberg, R., 1987, A Concept of Agribusiness. Graduate School of Business Administration. Harvard University. Cambridge.
Downey, W. David and Steven P. Erickson. 1987. Agribusiness Management, Second Edition. Mc Graw Hill Book Company, New York.
Pasaribu, M., 1999. Kebijakan dan Dukungan PSDPU dalam Pengembangan Agropolitan. Makalah pada Seminar Sehari Pengembangan Agropolitan dan Agribisnis serta Dukungan Prasarana dan Sarana. Jakarta, 3 Agustus 1999.
Soekartawi. 1993. Analisis Usahatani. Rajawali Press. Jakarta
Sumodiningrat, Gunawan, 2000. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian. PT.Bina Rena Pariwisata. Jakarta.
Yudhoyono, S.B. 2004. Pembangunan Pertanian dan Perdesaan sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran: Analisis EkonomiPolitik Kebijakan Fiskal. Ringkasan Disertasi. Sekolah Pasca SarjanaIPB. Bogor.
Daftar Rujukan
Widodo, Slamet. 2007. Pengembangan Potensi Agribisnis Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren; Kajian Ekonomi dan Sosiokultural. Laporan Penelitian Dosen Muda. LPPM Universitas Trunojoyo. Bangkalan.
15