mekanisme nyeri bo
DESCRIPTION
A. Respon Terhadap Stimulus Nyeri Secara klinis nyeri dapat diberi label “nosiseptif” jika melibatkan nyeri yang berdasarkan aktivasi dari sistem nosiseptif karena kerusakan jaringan. Meskipun perubahan neuroplastik (seperti hal-hal yang mempengaruhi sensistisasi jaringan) dengan jelas terjadi, nyeri nosiseptif terjadi sebagai hasil dari aktivasi normal sistem sensorik oleh stimulus noksius, sebuah proses yang melibatkan transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi (Hartwig, Wilson, 2005).Nyeri karena pembedahan mengalami sedikitnya dua perubahan, pertama karena pembedahan itu sendiri, menyebabkan rangsang nosiseptif, kedua setelah pembedahan karena terjadinya respon inflamasi pada daerah sekitar operasi dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia oleh jaringan yang rusak dan sel-sel inflamasi. Zat-zat kimia tersebut antara lain adalah prostaglandin, histamine, serotonin, bradikinin, substansi P, leukotrien; dimana zat-zat tadi akan ditransduksi oleh nosiseptor dan ditransmisikan oleh serabut saraf A delta dan C ke neuroaksis (Harsono, Soeharso, 2007).Transmisi lebih lanjut ditentukan oleh modulasi kompleks yang mempengaruhi di medula spinalis. Beberapa impuls diteruskan ke anterior dan anterolateral dorsal horn untuk memulai respon refleks segmental. Impuls lain ditransmisikan ke sentral yang lebih tinggi melalui tract spinotalamik dan spinoretikular, dimana akan dihasilkan respon suprasegmental dan kortikal. Respon refeks segmental diasosiasikan dengan operasi termasuk peningkatan tonus otot lurik dan spasme yang diasosiasikan dengan peningkatan konsumsi oksigen dan produksi asam laktat. Stimulasi dari saraf simpatis menyebabkan takikardi, peningkatan curah jantung sekuncup, kerja jantung, dan konsumsi oksigen miokard. Tonus otot menurun di saluran cerna dan kemih. Respon refleks suprasegmental menghasilkan peningkatan tonus simpatis dan stimulasi hipotalamus. Konsumsi dan metabolisme oksigen selanjutnya akan meningkat. (Harsono, Soeharso, 2007).TRANSCRIPT
Mekanisme Nyeri
A. Respon Terhadap Stimulus Nyeri
Secara klinis nyeri dapat diberi label “nosiseptif” jika melibatkan nyeri yang berdasarkan
aktivasi dari sistem nosiseptif karena kerusakan jaringan. Meskipun perubahan neuroplastik
(seperti hal-hal yang mempengaruhi sensistisasi jaringan) dengan jelas terjadi, nyeri nosiseptif
terjadi sebagai hasil dari aktivasi normal sistem sensorik oleh stimulus noksius, sebuah proses
yang melibatkan transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi (Hartwig, Wilson, 2005).
Nyeri karena pembedahan mengalami sedikitnya dua perubahan, pertama karena
pembedahan itu sendiri, menyebabkan rangsang nosiseptif, kedua setelah pembedahan karena
terjadinya respon inflamasi pada daerah sekitar operasi dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia
oleh jaringan yang rusak dan sel-sel inflamasi. Zat-zat kimia tersebut antara lain adalah
prostaglandin, histamine, serotonin, bradikinin, substansi P, leukotrien; dimana zat-zat tadi akan
ditransduksi oleh nosiseptor dan ditransmisikan oleh serabut saraf A delta dan C ke neuroaksis
(Harsono, Soeharso, 2007).
Transmisi lebih lanjut ditentukan oleh modulasi kompleks yang mempengaruhi di medula
spinalis. Beberapa impuls diteruskan ke anterior dan anterolateral dorsal horn untuk memulai
respon refleks segmental. Impuls lain ditransmisikan ke sentral yang lebih tinggi melalui tract
spinotalamik dan spinoretikular, dimana akan dihasilkan respon suprasegmental dan kortikal.
Respon refeks segmental diasosiasikan dengan operasi termasuk peningkatan tonus otot lurik dan
spasme yang diasosiasikan dengan peningkatan konsumsi oksigen dan produksi asam laktat.
Stimulasi dari saraf simpatis menyebabkan takikardi, peningkatan curah jantung sekuncup, kerja
jantung, dan konsumsi oksigen miokard. Tonus otot menurun di saluran cerna dan kemih. Respon
refleks suprasegmental menghasilkan peningkatan tonus simpatis dan stimulasi hipotalamus.
Konsumsi dan metabolisme oksigen selanjutnya akan meningkat. (Harsono, Soeharso, 2007).
(Ropper AH, Brown RH, 2005)
B. Penjalaran Nyeri
Ada empat proses yang terjadi pada perjalanan nyeri yaitu transduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi.
1. Transduksi merupakan proses perubahan rangsang nyeri menjadi suatu aktifitas listrik
yang akan diterima ujung-ujung saraf. Rangsang ini dapat berupa stimulasi fisik, kimia,
ataupun panas. Dan dapat terjadi di seluruh jalur nyeri.
2. Transmisi adalah proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi
sepanjang jalur nyeri, dimana molekul molekul di celah sinaptik mentransmisi informasi
dari satu neuron ke neuron berikutnya
3. Modulasi adalah proses modifikasi terhadap rangsang. Modifikasi ini dapat terjadi pada
sepanjang titik dari sejak transmisi pertama sampai ke korteks serebri. Modifikasi ini
dapat berupa augmentasi (peningkatan) ataupun inhibisi (penghambatan).
4. Persepsi adalah proses terakhir saat stimulasi tersebut sudah mencapai korteks sehingga
mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya diterjemahkan dan ditindaklanjuti berupa
tanggapan terhadap nyeri tlersebut (Hartwig, Wilson, 2005).
(Hartwig, Wilson, 2005).
Dapus
Hartwig MS., Wilson LM., 2005, Nyeri, In: Huriawati Hartanto, Natalia Susi, Pita Wulansari, et al, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit volume II, edisi VI, EGC, Jakarta, pp. 1063-1104.
Harsono, Soeharso, 2007, Nyeri Punggung Bawah, In: Harsono, Kapita Selekta Neurologi, Edisi II, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, pp. 265-285.
Ropper AH., Brown RH., 2005, Adams and Victor’s Principles of Neurology, 8th edn, McGraw-Hill, USA.