materi+penyegaran+mhs+2014

68

Upload: niezza-kilingmeinstreet

Post on 17-Sep-2015

230 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ppn

TRANSCRIPT

  • 2MEKANISME PPN DI INDONESIA

    B.B

    B.P

    JKP

    B.M

    PKP

    Pro

    dusen

    PKP

    Perantara

    KO

    NSU

    MEN

    PPN

    PPN

    PPN

    PPN

    PPN PPN

    + +

    PAJAK MASUKAN PAJAK KELUARAN

    PPN saya = PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN

  • DRS. LORENSIUS SETIADI 3

    Adanya Penyerahan

    Penyerahan dilakukan oleh PKP

    Yang diserahkan BKP/JKP

    Penyerahan sehubungan dng kegiatan usaha

    Penyerahan dilakukan di dalam atau ke dalam daerah pabean

    SYARATTERUTANGNYA

    PPN

    (bersifat kumulatif, seluruh persyaratan

    harus dipenuhi, kecuali ditentukan

    lain oleh UU)

  • PENGUSAHA KENA PAJAK & PENGUSAHA KECIL

    Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahanBarang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajakberdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa danPajak Penjualan atas Barang Mewah

    Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukanpenyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan/ataupenerimaan bruto tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00 (empat milyar delapanratus juta rupiah).

  • PEMUNGUT PPN

    (PKP REKANAN)

    Bendaharawan Pemerintah Pusat /

    Daerah dan BUMN/BUMD

    Kantor Perbendaharaan Kas Negara

    (KPKN)

    Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak Karya Migas

    Bumi

  • PENYERAHAN BKP/JKP KEPADA PEMUNGUT PPN

    PEM

    UN

    GU

    T PP

    N

    Tatacara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPN Yang Terutang Diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

    PP

    N Y

    AN

    G T

    ERU

    TAN

    G

    WAJIB

    DIPUNGUT

    DISETOR

    DILAPORKAN

    OLEH

  • KEWAJIBAN & HAK SUBYEK PAJAK (PKP)

    KEWAJIBAN

    HAK

    Melporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha

    Kena Pajak

    Memungut Pajak yang terutang (PK dan/atau

    PPn.BM)

    Menyetorkan PPN dalam hal PK > PM dan Menyetorkan PPn.BM

    jika terutang

    Melaporkan penghitungan PPN

    dalam SPT-PPN

    Melakukan kredit atas Pajak Masukan (PM)

    Meminta Restitusi atau melakukan

    kompensasi, Jika PK < PM

  • OBYEK PPN

    a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan olehpengusaha;

    b. Impor Barang Kena Pajak;

    c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan olehpengusaha;

    d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalamDaerah Pabean;

    e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

    f. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

    g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan

    h. Ekspor Jasa Kena a. Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

  • OBYEK PPn.BM

    1. Penyerahan BKP yang tergolong Mewah yang dilakukan oleh

    pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah

    Disamping dikenakan PPN , dikenakan juga Pajak penjualan Atas Barang Mewah

    (PPn.BM) terhadap :

    2. Impor BKP yang tergolong mewah

    Dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor

    Barang Kena Pajak yang tergolong mewah

  • KRITERIABKP yang tergolong mewah

    a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; ataub. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atauc. Pada umumnya barang tersebut umumnya dikonsumsi oleh masyarakat

    berpenghasilan tinggi; ataud. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status;

    SELAIN KENDARAAN BERMOTOR

    KENDARAAN BERMOTOR

    PMK No. 130/PMK.03/2013

    PMK No. 64/PMK.03/2014

  • Termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak

    a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;

    b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa belidan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing);

    c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara ataumelalui juru lelang

    d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cumacuma atas Barang KenaPajak;

    05/03/2015DRS. LORENSIUS SETIADI

    11

    Pasal 1A ayat (1)

  • Termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak

    e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menuruttujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saatpembubaran perusahaan;

    f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknyadan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;

    g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi;

    h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalamrangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsipsyariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha KenaPajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak

    05/03/2015DRS. LORENSIUS SETIADI

    12

    Pasal 1A ayat (1)

  • TIDAK Termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak

    a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelarsebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang- UndangHukum Dagang;

    b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang;

    c. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atausebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antarcabangdalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukanpemusatan tempat pajak terutang;

    05/03/2015DRS. LORENSIUS SETIADI 13

    Pasal 1A ayat (2)

  • TIDAK Termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak

    d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usahadengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yangmenerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan

    e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semulatidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saatpembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atasperolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 14

    Pasal 1A ayat (2)

  • Dikenakan PPN kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannyatidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8)huruf b dan huruf c

    Pajak Pertambahan Nilai tidak dikenakan atas pengalihan Barang KenaPajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usahadan pengalihan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untukdiperjualbelikan, yaitu kendaran bermotor berupa sedan dan station wagon,yang menurut ketentuan Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c PajakMasukan atas perolehan aktiva tersebut tidak dapat dikreditkan.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 15

    Pasal16D

  • 05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 16

    Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang

    diambil langsung dari sumbernya

    Barang kebutuhan pokok yg sangat dibutuhkan oleh

    rakyat banyak

    Uang, emas batangan, surat berharga

    Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran atau sejenisnya, termasuk

    jasa boga atau katering

    NON-BKP

  • barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya;

    a. minyak mentah (crude oil);

    b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung olehmasyarakat;

    c. panas bumi;

    d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit,dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin,leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit,fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;

    e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan

    f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 18

  • barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

    a. beras;

    b. gabah;

    c. jagung;

    d. sagu;

    e. kedelai;

    f. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;

    g. daging, yaitu daging segar yang diolah, tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 19

  • barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

    h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau dikemas;

    i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas;

    j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan

    k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 20

  • JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PPN

    adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut:

    a. jasa pelayanan kesehatan medis;

    b. jasa pelayanan sosial;

    c. jasa pengiriman surat dengan perangko;

    d. jasa keuangan;

    e. jasa asuransi;

    f. jasa keagamaan;

    g. jasa pendidikan;

    h. jasa kesenian dan hiburan;

    i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;

    05/03/2015DRS. LORENSIUS SETIADI

    21

  • JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PPN

    j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;

    k. jasa tenaga kerja;

    l. jasa perhotelan;

    m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum;

    n. jasa penyediaan tempat parkir;

    o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;

    p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan

    q. jasa boga atau katering

    05/03/2015

    DRS. LORENSIUS SETIADI

    22

  • 1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;

    2. jasa dokter hewan;

    3. jasa ahli kesehatan sperti ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;

    4. jasa kebidanan dan dukun bayi;

    5. jasa paramedis dan perawat;

    6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium;

    7. jasa psikologi dan psikiater;

    8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

    05/03/2015

    DRS. LORENSIUS SETIADI

    23

  • 1. jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;

    2. jasa pemadam kebakaran;

    3. jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;

    4. jasa lembaga rehabilitasi;

    5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan

    6. jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 24

  • 1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;

    2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;

    3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:

    a) sewa guna usaha dengan hak opsi;

    b) anjak piutang;

    c) usaha kartu kredit; dan/atau

    d) pembiayaan konsumen;

    4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan

    5. jasa penjaminan

    05/03/2015

    DRS. LORENSIUS SETIADI

    25

  • adalah jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian,asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaanasuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasapenunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugianasuransi, dan konsultan asuransi.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 26

  • 1. jasa pelayanan rumah ibadah;

    2. jasa pemberian khotbah atau dakwah;

    3. jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan

    4. jasa lainnya di bidang keagamaan.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 27

  • 1. jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasapenyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan,pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikankeagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional;dan

    2. jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 28

  • meliputi jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan olehinstansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan tidakdibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 29

  • 1. jasa tenaga kerja;

    2. jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan

    3. jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 30

  • 1. Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumahpenginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkaitdengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan

    2. Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuandi hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 31

  • Meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansipemerintah, antara lain pemberian Izin Mendirikan Bangunan,pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor PokokWajib Pajak, dan pembuatan kartu Tanda Penduduk..

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 32

  • Adalah jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemiliktempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkirdengan dipungut bayaran.

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 33

  • 05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 34

    Besarnya PPN

    Tarip x Dasar Pengenaan pajak

    1.HARGA JUAL

    2.PENGGANTIAN

    3.NILAI IMPOR

    4.NILAI EKSPOR

    5.NILAI LAIN

    10 %ATAU

    0 %

  • DA

    SA

    R P

    EN

    GE

    NA

    AN

    PA

    JAK

    35

    Harga Jual

    Penggantian

    Nilai Impor

    Nilai Ekspor

    Nilai Lain

    nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena

    Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang

    dicantumkan dalam Faktur Pajak

    nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa

    Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak

    Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak

    atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak

    dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

    dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

    nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan

    perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak

    Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini

    nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir

    Ditetapkan dengan Per. Menkeu: Nomor 30/PMK.03/2014 jo PMK No.102/PMK.011/2011

    PASAL 1 ANGKA 17 UU PPN

  • 36

    NIL

    AI

    LAIN

    Pemakaian sendiri/pemberian cuma-cuma BKP/JKP Harga jual/penggantian dikurangi laba kotor

    Rekaman suara atau rekaman suara dan gambar Perkiraan harga jual rata-rata

    Film cerita Rp 12 juta per copy film impor, rata-2 hsl per judul film (lokal)

    Penyerahan produk hasil tembakau Harga jual eceran

    BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang

    menurut tujuan semula tidak untuk dijual yang masih

    ada pada saat pembubaran perusahaan

    Harga pasar wajar

    PerMenkeu No. 38/PMK.03/2013 jo PerMemKeu No. 102/PMK.03/2011 jo PerMenkeu No. 30/PMK.03/2014

    Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau

    sebaliknya dan/atau antar cabangHPP atau harga perolehan

    Penyerahan BKP kepada pedagang perantara Harga yang disepakati

    Penyerahan BKP melalui juru lelang Harga lelang

    Jasa pengiriman paket 10% x jumlah tagihan atau jumlah yg seharusnya ditagih

    Jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata 10% x jumlah tagihan atau jumlah yg seharusnya ditagih

  • PPN/PPn.BM included dalam Harga Jual

    05/03/2015 DRS. LORENSIUS SETIADI 37

    ajakaTermasukPxHt

    HJ arg110

    100

    t = tarip PPn.BM

    Misal : Penyerahan seperangkat komputer Laptop dengan hargaRp 39 juta, dimana dalam harga tersebut sudah termasuk PPN serta PPn.BM 20%

    jutaxRpHJ 3920110

    100

    Rp 30.000.000,-

  • PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

    38

    PM dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan PK untuk Masa Pajak yang

    sama

    Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum

    melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan

    dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan

    Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang

    memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan

    ayat (9)

    Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak

    Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor

    oleh Pengusaha Kena Pajak

    PASAL 9 UU PPN

    Ayat (2)

    Ayat (2a)

    Ayat (2b)

    Ayat (3)

    PM dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan PK untuk Masa Pajak yang

    sama

    Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum

    melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan

    dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan

    Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang

    memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan

    ayat (9)

    Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak

    Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor

    oleh Pengusaha Kena Pajak

  • 39

    PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN Pasal 9 ayat (9)

    Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan

    Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada

    Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya

    Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai

    biaya dan belum dilakukan pemeriksaan

    kecuali

    telah dibukukan atau dicatat dalam pembukuan PKP

    PP 143/2000 jo PP 24/2002 jo PP 1/2012

  • 40

    bagi pengeluaran untuk:

    PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

    Pasal 9 ayat (8)

    a perolehan BKP/JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP

    b perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha

    c perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan

    dpemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan

    sebagai Pengusaha Kena Pajak

    fperolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa

    Kena Pajak

    gpemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak

    memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6)

    h perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak

    iperolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak

    Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan

    jperolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2a)

  • 41

    PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

    Perolehan BKP/JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang diketemukan padawaktu dilakukan pemeriksaan.

    bagi pengeluaran untuk:

    Pasal 9 (8) i UU PPN

    PP 143/2000 jo PP 24/2002

    apabila pada saat pemeriksaan diketahui adanya perolehan BKP/JKP yang telah dibukukan atau dicatat dalam

    pembukuan PKP,namun Faktur Pajaknya belum atau terlambat diterima sehingga belum dilaporkan dalam SPT

    Masa PPN untuk Masa ybs., maka PM dalam Faktur Pajak tersebut dapat dikreditkan pada Masa Pajak

    berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya Masa Pajak ybs.

    Misal :

    Pemeriksaan SPT Masa Januari 2010 dilakukan tanggal 24 Maret 2010, dan ditemukan FP tanggal 12 Januari

    2010 yang baru diterima pada tanggal 22 Maret 2010, dan belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN Januari atau

    Februari 2010,namun perolehannya sudah dicatat dalam pembukuan, maka Faktur Pajak tertanggal 22 Maret

    2010 tersebut tetap dapat dikreditkan dalam Masa PPN Masa Maret atau April 2010

  • 42

    PKP yang mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun bukutidak melebihi Rp1.800.000.000,00 dapat menghitung PajakMasukan dengan menggunakan pedoman penghitunganpengkreditan Pajak Masukan

    DEEMED PAJAK MASUKAN BERDASARKAN OMZET

    DASAR HUKUM

    Pasal 9 ayat (7) UU PPN

    PMK-74/PMK.03/2010

    42

  • Deemed Omzet

    Prosentase PM Penghitungan PK

    JKP 60% x PK

    BKP 70% x PK

    PK = 10% x DPP

    DPP = peredaran usaha

    PPN Disetor

    JKP 4% x DPP

    BKP 3% x DPP

    43

  • Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yangmelakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dengan menggunakan pedomanpenghitungan pengkreditan Pajak Masukan (Demmed Kegiatan)

    DEEMED PAJAK MASUKAN BERDASARKAN KEGIATAN

    DASAR HUKUM

    Pasal 9 ayat (7A) UU PPN

    PMK-79/PMK.03/2010 jo PMK-30/PMK.03/2014

    Penjualan kendaraan bermotor bekas secara eceran

    Penjualan emas perhiasan secara eceran

    Semata-mata

    DRS. LORENSIUS SETIADI 44

  • Deemed Kegiatan

    Prosentase PM Penghitungan PK

    kendaraan 90% x PK

    emas 80% x PK

    PK = 10% x DPP

    DPP = peredaran usaha

    PPN Disetor

    kendaraan 1% x DPP

    emas 2% x DPP

    DRS. LORENSIUS SETIADI 45

  • Apabila dlm suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yg terutang pajak juga melakukanpenyerahan yg tdk terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan utk penyerahan yg terutang pajak tdk dptdiketahui dg pasti, jumlah Pajak Masukan yg dpt dikreditkan utk penyerahan yg terutang pajak dihitung dgmenggunakan pedoman yg diatur dg Peraturan MenKeu

    PM BAGI PKP YG MELAKUKAN PENYERAHAN TERUTANG DAN TDK TERUTANG

    DASAR HUKUM

    Pasal 9 ayat (6) UU PPN

    PMK-78/PMK.03/2010 jo PMK-135/PMK.03/2014

    penyerahan barang atau jasa yang dikenai PPN sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 UU PPN, tidak termasuk penyerahan yangdibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal16B UU PPN

    penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai PPN sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4A UU PPN dan yang dibebaskan daripengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B UU PPNPenyerahan tdk terutang

    Penyerahan terutang

    DRS. LORENSIUS SETIADI 46

  • Pengkreditan PM pada saat Perolehan BKP/JKP

    Rumus:

    P = PM x Zdengan ketentuan:P jumlah PM yang dapat dikreditkan;PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;Z persentase yang sebanding dg jumlah Penyerahan yg Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya.

    Penghitungan Kembali PM yang Dapat Dikreditkan

    Dilakukan setiap tahun (sesuai masa manfaat), diperhitungkan dengan PM yang dapat dikreditkan pada suatu MasaPajak paling lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku, dg rumus:

    a. P = (PM/T) x Z, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun.

    b. P = PM x Z, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun.

    dengan ketentuan:P adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap seluruh penyerahan dalam 1(satu) tahun buku;

    DRS. LORENSIUS SETIADI 47

  • Pajak Masukan yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh

    Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak tersebut mengalami keadaan gagal berproduksi

    PEMBAYARAN KEMBALI PM BAGI PKP YG MENGALAMI GAGAL PRODUKSI

    DASAR HUKUM

    Pasal 9 ayat (6a) dan (6b) UU PPN

    PMK-81/PMK.03/2010 jo PMK-31/PMK.03/2014

    apabila dlm jangka waktu 3 thn sejak pertama kali mengkreditkan PajakMasukan tdk melakukan kegiatan penyerahan BKP, penyerahan JKP,ekspor KP, dan/atau ekspor JKP yg berasal dari hasil produksinya sendiri

    apabila dlm jangka waktu 1 thn sejak pertama kalimengkreditkan Pajak Masukan tdk melakukan kegiatanpenyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP, dan/atau eksporJKP

    PKP non Produsen

    PKP Produsen

    48

  • Pembayaran Kembali PM

    1. PKP yang Gagal Berproduksi wajib membayar kembali Pajak Masukan sebesar Pajak Masukan atas impordan/atau perolehan barang modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian.

    2. Pajak Masukan tersebut disetorkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah Saat Gagal Berproduksi,dengan menggunakan SSP dengan mencantumkan keterangan Pembayaran kembali Pajak Masukan atasimpor dan/atau perolehan barang modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian.

    3. Pembayaran kembali Pajak Masukan tersebut dilaporkan pada Masa Pajak dilakukan pembayaran.

    Force Majeur

    Dalam hal keadaan Gagal Berproduksi disebabkan oleh bencana alam atau sebab lain di luar kekuasaanPKP (force majeur), PKP tidak wajib membayar kembali Pajak Masukan atas impor dan/atau perolehanBarang Modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian.

    49

  • FAKTUR PAJAK

    PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:

    a. penyerahan BKP di daerah pabean oleh pengusaha atau ekspor BKP oleh PKP dan/atau Pasal 16D;

    b. penyerahan JKP di dalam daerah pabean oleh pengusaha;

    c. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP; dan/atau

    d. ekspor Jasa Kena Pajak oleh PKP

    DRS. LORENSIUS SETIADI 50

  • SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

    Saat penyerahan BKP dan/atau JKP

    Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP

    Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan

    Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

    DRS. LORENSIUS SETIADI 51

    Faktur Pajak dapat juga diterbitkan walaupun tidak dalam waktu yg searusnya diterbitkan,

    akan tetapi harus dalam jangka waktu 3 bulan (menanggung sanksi

    sebesar 2% dari DPP). Lewat dari masa tersebut,

    dianggap tidak menenrbitkan Faktur

    Pajak

  • SYARAT FAKTUR PAJAKPasal 13 ayat (5)

    Paling sedikit memuat:

    a. nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa KenaPajak;

    b. nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa KenaPajak;

    c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

    d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

    e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

    f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan g. nama dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. .

    DRS. LORENSIUS SETIADI 52

  • SYARAT UMUM PENERBITANPenerbitan Faktur Pajak harus memenuhi 2 syarat yang berlaku umum yaitu sebagai berikut:

    DRS. LORENSIUS SETIADI 53

    Syarat Formal

    Terkait dengan Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas dan benar serta ditanda-tangani oleh pihak yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya

    Syarat Material

    berisi keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya mengenai penyerahan BKP/JKP, ekspor BKP Berwujud, ekspor barang tidak berwujud, ekspor JKP, impor BKP, atau pemanfaatan JKP dan pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean..

    Agar faktur pajak tersebut dapat

    dikreditkan oleh pihak yang melakukan

    pembelian atau pemanfaat BKP/JKP

  • NOMOR SERI FAKTUR PAJAK

    DRS. LORENSIUS SETIADI 54

    . .-

    KODETRANSAKSI

    KODE STATUS0 = NORMAL1 = PENGGANTIAN

    NOMOR SERI FAKTUR PAJAKMISAL:

    900.13.00000001 s.d. 900.13.00000100;900.13.99999901 s.d. 901.13.00000000;900.13.99999999 s.d. 901.13.00000098

  • KODE TRANSAKSIKODE KETERANGAN (PERUNTUKAN)

    01 PPN dipungut oleh penjual yang dilakukan penyerahan BKP dan/atau JKP

    02 Pemungut PPN Bendahara Pemerintah yang PPN-nya dipungut oleh pemungut PPN bendahara pemerintah

    03 Pemungut PPN lainnya (selain Bendahara Pemerintah) yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN lainnya

    04 Menggunakan DPP nilai lain yang PPN-nya dipungut oleh PKP penjual

    05 Sejak 1 April 2010 tidak digunakan

    06 Penyerahaan lainnya yang PPN-nya dipungut oleh PKP penjual

    07 PPN tidak dipungut atau ditanggung pemerintah

    08 dibebaskan dari pengenaan PPN

    09 Penyerahan aktiva pasal 16 D yang PPN-nya dipungut oleh PKP Penjualnya

    DRS. LORENSIUS SETIADI 55

  • Dokumen Tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak

    PER-27/PJ/2011

    Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuanekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukaidan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidakterpisahkan dengan PEB tersebut

    Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan olehBULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;

    Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan olehPERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan BahanBakar Minyak;

    DRS. LORENSIUS SETIADI 56

  • Dokumen Tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak

    PER-27/PJ/2011

    Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaantelekomunikasi;

    Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yangdibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;

    Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasakepelabuhanan;

    Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik negara;

    DRS. LORENSIUS SETIADI 57

  • Dokumen Tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak

    PER-27/PJ/2011

    Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri dengan invoice yangmerupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan EksporJKP/BKP Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud;

    Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang berupanama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan dilampiri dengan SuratSetoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau buktipungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang mencantumkan identitaspemilik barang berupa nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yangmerupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk imporBarang Kena Pajak;;

    DRS. LORENSIUS SETIADI 58

  • Dokumen Tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak

    PER-27/PJ/2011

    Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatanBarang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.

    Bukti tagihan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak olehPerusahaaan Air Minum;

    Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perusahaanperantara efek; dan

    Bukti tagihan atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perbankan.

    DRS. LORENSIUS SETIADI 59

  • Apa yang dimaksud dengan saat pajak terutang....?

    ADALAH SAAT DI MANA PENGUSAHA KENA PAJAK SUDAH TIMBUL UTANG PAJAK DAN MENENTUKAN KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK

  • SAAT PAJAK TERUTANG(Pasal 11 UU PPN 2009)

    1. pada saat penyerahan BKP atau JKP

    2. pada saat impor BKP

    3. pada saat pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP dari luardaerah pabean

    4. pada saat pembayaran dalam hal : pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP

    pembayaran diterima sebelum dimulai pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP dariluar daerah pabean

    5. pada saat ekspor BKP

    6. pada saat lain yang ditetapkan Menkeu

    DRS. LORENSIUS SETIADI 61

  • TEMPAT PAJAK TERUTANG(Pasal 12 UU PPN jo. Pasal 14 PP 143 tahun 2000)

    1. Penyerahan dalam daerah pabean, adalah tempattinggal/ kedudukan;dan tempat kegiatan usahadilakukan, yaitu tempat PKP dikukuhkan atauseharusnya dikukuhkan;

    2. Impor BKP, adalah ditempat BKP dimasukkan;

    3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luardaerah pabean, adalah ditempat WP yangmemanfaatkan terdaftar;

    DRS. LORENSIUS SETIADI 62

  • TEMPAT PAJAK TERUTANG(Pasal 12 UU PPN jo. Pasal 14 PP 143 tahun 2000)

    4. Tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak ataspermintaan WP;

    5. Prinsipnya PKP terutang PPN tempat tinggal/kedudukan; dan tempat kegiatan usaha dilakukan;

    6. Penentuan tempat pajak terutang untuk PKP tertentu(KEP-394/PJ./2003 jo. KEP-73/PJ/2004 tanggal);

    DRS. LORENSIUS SETIADI 63

  • PEMUSATAN PAJAK TERUTANG(Pasal 12 ayat 2 UU PPN)

    Atas pemberitahuan secara tertulis dari Pengusaha KenaPajak, Direktur Jenderal Pajak dapat

    menetapkan 1 (satu) tempat atau lebih sebagai tempatpajak terutang.

    DRS. LORENSIUS SETIADI 64

  • 65

    Dasar Hukum KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI

    Pasal 16C UU PPN:

    Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan

    membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan

    usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang

    hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang

    batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri

    Keuangan.

    PMK 39/PMK.03/2010

    PMK 163/PMK.03/2012

  • PENGERTIAN.

    1. Luas bangunan keseluruhan paling sedikit 200 m2

    2. Saat terutangnya PPN terjadi pada saat mulai dibangunnya

    bangunan, sampai bangunan selesai.

    3. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap

    dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang

    tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari

    2 tahun.

    4. Tempat PPN terutang adalah di tempat bangunan tersebut

    didirikan.

    Kegiatan Membangun Sendiri

  • Catatan:

    Butir 3 dan 4 sebelumnya diatur di KEP-387/PJ/2002.

    1. Luas bangunan sekurang-kurangnya 200 m2

    2. Saat terutangnya PPN terjadi pada saat mulai dibangunnya

    bangunan.

    3. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap

    dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang

    tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari

    2 tahun.

    4. Tempat PPN terutang adalah di tempat bangunan tersebut

    didirikan.

    Kegiatan Membangun Sendiri

  • 5. Besarnya PPN : 10% x 20% x jumlah biaya yang dikeluarkan tidak

    termasuk tanah

    6. Saat Penyetoran:

    paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.

    7. Saat Pelaporan

    mempergunakan lembar ketiga SSP paling lama tanggal 15 bulan

    berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.

    8. Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan

    membangun sendiri tidak dapat dikreditkan

    Kegiatan Membangun Sendiri

  • Tanggung Renteng

    Dalam hal bangunan sebagai hasil kegiatan membangun sendiri digunakan olehpihak lain sebagai tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha, orang pribadi atau

    badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib menyerahkan bukti SSP

    asli PPN atas kegiatan membangun sendiri kepada pihak lain yang menggunakan

    bangunan tersebut.

    Dalam hal orang pribadi atau badan yang membangun sendiri bangunan untukdigunakan pihak lain tidak dapat menunjukkan bukti SSP asli PPN atas kegiatan

    membangun sendiri, pihak lain yang menggunakan bangunan tersebut bertanggung

    jawab secara renteng atas pembayaran PPN yang terutang.

    Kegiatan Membangun Sendiri