material untuk solidifikasi limbah radioaktif …digilib.batan.go.id/e-prosiding/file...
TRANSCRIPT
MATERIAL UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIFDALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
I
Herlan Martono, AisyahPusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2PLR) - BAT AN
ABSTRAKMATERIAL UNTUK SOLIDIFlKASI LIMBAH RADIOAKTIF DALAMKESELAMATAN PENYIMPANAN. Tujuan solidifikasi limbah radioaktif denganberbagai jenis material adalah mengungkung radionuklida dalam limbah agar tidakmudah terlindih dan lepas ke lingkungan jika kontak dengan air. Semen, bitumen, gelasdan keramik digunakan untuk solidifikasi limbah radioaktif. Berdasarkan ataspertimbangan aspek keselamatan yang meliputi umur bahan, sifat fisik, sifat kimia,kemudahan pengerjaan, kandungan limbah dan pertimbangan ekonomi, maka jenismaterial tertentu dapat dipilih untuk solidifikasi jenis limbah radioaktif tang tertentupula. Untuk solidifikasi limbah aktivitas rendah dan sedang digunakan semen danbitumen. Untuk solidifikasi limbah transuranium yang berumur panjang sampai jutantahun digunakan polimer, sedangkan untuk limbah aktivitas tinggi yang berumur jutaantahun dan menghasilkan panas yang menyebabkan suhu limbah mencapai lebih dari 500DC dapat digunakan gelas dan keramik Pada saat ini solidifikasi limbah radioaktifsecara industri untuk limbah aktivitas rendah menggunakan semen, limbah transuraniummenggunakan polimer dan limbah aktivitas tinggi menggunakan gelas. Berdasarkanpertimbangan keselamatan dan reduksi volume yang tinggi, serta pertimbangan hargabahan dan tanah untuk disposal sangat tinggi, Republik Korea mengolah limbahaktivitas rendah dan sedang secara vitrifikasi. Sedangkan berdasarkan atas proses yangsederhana dan harga lahan yang relatif murah, maka Indonesia mengolah limbahaktivitas rendah dan sedang secara sementasi.Kata kunci: Solidifikasi, limbah radioaktif
ABSTRACTMATERIAL FOR SOLIDIFICATION OF RADIOACTIVE WASTE IN THESAFETY OF WASTE DISPOSAL. Solidification of radioactive waste using variousmaterials is aimed to minimize leaching of radionuclides by ground water to theenvironment. Cement, bitumen, polymer, glass and ceramic are materials used forsolidification of radioactive waste. Based on the safety consideration, i.e materialdurabylity, physical and chemical properties and waste loading, and as well, theconsideration of economical and simplicity of the process, certain material is chosen forcertain type of waste. Cemen and bitument are used for solidification of low andintermediate waste. Long lived transuranic waste is solidified using polymer, while longlived high level waste which produce heat that rises waste temperature to more than 500DC is solidified using glass or ceramic. At present, in industrial scale, solidification oflow level waste, trans-uranic waste and high level waste are carried out using cement,polymer and glass respectively. Based on the safety reliability, the high volumereduction and the consideration of cost and the limited land for disposal area, the
250
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
Republik of Korea treats the low and intermediate level wastes by vitrification.Meanwhile, based on the simplicity of the process and relatively cheap and abundant ofland, Indonesia treats the low and intermediate level wastes by cementation.Keywords : Solidification, radioactive waste
251
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003
PENDAHULUAN
ISSN 1693 - 7902
Pengelolaan limbah radioaktif meliputi kegiatan pengumpulan dan
pengelompokan limbah di instalasi yang menimbulkan, transportasi limbah ke instalasi
pengolah limbah, penyimpanan sementara (interim·· storage) limbah hasil olahan,
penyimpanan lestari (ultimate disposal) dan pemantauan lingkungan.
Pengolahan limbah radioaktif melalui 2 tahap, yaitu reduksi volume dan
solidifikasi yang sering dikenal pula dengan imobilisasi. Reduksi volume dilakukan
untuk mereduksi volume limbah radioaktif, sehingga memudahkan untuk proses
pengolahan selanjutnya. Reduksi volume limbah radioaktif cair dilakukan dengan
evaporaSl, sorbsi dan penukar ion, dan pengolahan secara kimia (koagulasi dan
flokulasi) dengan bahan kimia tertentu tergantung radionuklida dalarn limbah.
Pemilihan proses inipun tergantung dari jenis dan bentuk radionuklida dalarn
limbah.Evaporasi menghasilkan faktor dekontarninasi yang tinggi, tetapi biayanya
mahal. Sorbsi penukar ion, dan pengolahan secara kimia menghasilkan faktor
dekontarninasi yang rendah, tetapi biayanya lebih murah . Reduksi volume limbah
radioaktifpadat dilakukan secara kompaksi dan insenerasi(l).
Hasil proses reduksi volume yang berupa konsentrat hasil evaporasi, resinlzeolit
bekas, flok hasil pengolahan secara kimia, limbah terkompaksi dan abu hasil insenerasi
yang mengandung radionuklida selanjutnya disolidifikasi. Tujuan solidifikasi ini adalah
untuk mengikat radionuklida dengan bahan matriks tertentu, sehingga tidak mudah
terlindih oleh air tanah dan terlepas ke lingkungan.
KLASIFlKASI DAN KARAKTERISTIK LIMBAH RADIOAKTIF
Berdasarkan atas penyimpanan dalarn jangka panjang, limbah radioaktif
diklasifikasikan menjadi(I,2) :
1. Limbah aktivitas rendah dan menengah, yaitu limbah radioaktif yang
mengandung radionuklida pemancar beta dan atau garna, dan sedikit atau tidak
sarna sekali mengandung radionuklida pemancar alfa (aktinida)
2. Limbah aktivitas tinggi, yaitu limbah radioaktif yang banyak mengandung
radionuklida hasil belah pemancar beta dan garna dan sedikit mengandung
radionuklida pemancar alfa.
252
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Oesember 2003 ISSN 1693 - 7902
3. Limbah transuranium (TRU) yaitu limbah radioaktif yang banyak
mengaildung radionuklida pemancar alfa dan sedikit radionuklida hasil belah
pemancar beta dan gama.
Limbah aktivitas rendah dan menengah umumnya ditimbulkan dari kegiatan
laboratorium nuklir. Limbah radioaktif cair jenis ini dapat mempunyai aktivitas yang
cukup tinggi sampai 104 Ci/m3. Namun demikianjika limbah ini scdikit atau tidak sam a
sekali mengandung aktinida maka limbah radioaktif terse but diklasifikasikan dalam
limbah aktivitas rendah dan menengah. Limbah radioaktif ini perlu pendinginan
(penyimpanan) sebelum diolah.
Limbah aktivitas tinggi, ditimbulkan pada ekstraksi siklus I proses olah ulang
bahan bakar bekas reaktor nuklir. Proses olah ulang adalah proses untuk mengambil
uranium yang tidak terbakar dan plutonium yang terjadi dalam bahan bakar. Campuran
oksida uranium dan plutonium dapat digunakan sebagai bahan bakar reaktor pembiak
(fast breeder reactor). Limbah jenis ini mengandung berbagai radionuklida yang
aktivitas dan keasamannya sangat tinggi (6 - 8M). Sebagai contoh dalam 1 canister
mengandung 300 kg gehis limbah· dengan kandungan limbah aktivitas tinggi 25%.
Limbah ini mempunyai aktivitas 4xl05 Ci dan mampu melepaskan panas 1,4 kW/jam,
sehingga menimbulkan suhu diatas 500°C. Tabel I menyajikan komposisi unsur-unsur
yang terkandung dalam limbah aktivitas tinggi(3).
Limbah cair trans-uranium (TRU) berupa pelarut bekas dari proses olah ulang
bahan bakar bekas reaktor nuklir, yang banyak mengandung aktinida yang toksisitasnya
tinggi, berumur paruh panjang dan mengandung sedikit hasil belah. Limbah TRU padat
berupa bahan padat yang terkontaminasi aktinida pada pabrik bahan bakar reaktor
pembiak. Tabel 2 menyajikan komposisi unsur-unsur yang terkandung dalam limbah
transurani urn(4).
Limbah TRU berdasarkan penyimpanannya diperlakukan sarna dengan limbah
aktivitas tinggi yang disimpan pada tanah dalam (geological disposal) dengan
kedalaman 500 - 1000 meter dan dalam jangka lama(5). Limbah aktivitas rendah yang
berumur pendek, penyimpanannya dilakukan pada tanah dangkal (shallowland disposal)
dengan kedalaman sampai 10 meter.
253
Seminar Tahllnan Pengawasan Pcmanfaatan Tcnaga NlIklir - Jakarta. 11 Desember 2003
SOLIDIFIKASI
ISSN 1693 -7902
Berdasarkan atas umur radionuklida dalam limbah, limbah aktivitas rendah dan
menengah perlu penyimpanan sekitar 300 tahun, sedangkan limbah aktivitas tinggi dan
TRU perlu penyimpanan sampai jutaan tahun .. Grafik radioaktivitas unsur-unsur dalam
limbah cair aktivitas tinggi sebagai fungsi waktu dan grafik panas peluruhan dalam
bahan bakar bekas berturut-turut disajikan dalam Gambar 1 dan 2(6).
Material untuk solidifikasi limbah radioaktif cair dipilih yang dapat disatukan dan
tidak membentuk fase pemisah. Terjadinya fase pemisah ini akan mengakibatkan
ketidakhomogenan hasil akhir solidifikasi limbah. Demikian pula untuk solidifikasi
limbah radioaktif padat, harus dipilih yang dapat disatukan dengan limbahnya. Ada
beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material matriks,
yaitu(7) :
1. Proses pembuatan yang mudah dan praktis
2. Kandungan limbah (waste loading)
3. Ketahanan kimia (laju pelindihan)
4. Kestabilan terhadap panas
5. Kestabilan terhadap radiasi
Material matriks untuk solidifikasi merupakan penahan (barier) pnmer yang
berfungsi untuk membatasi terlepasnya radionuklida, sehingga harus homogen,
permeabilitasnya rendah, kekuatan mekaniknya baik, proses pembuatannya sederhana
dan mudah. Tujuan solidifikasi adalah mengungkung radionuklida agar tidak terlepas ke
ling kung an (terlindih) jika kontak dengan air selama penyimpanan. Oleh karena itu
ketahanan kimia hasil solidifikasi perlu diperhatikan. Ketahanan kimia yang dimaksud
adalah bahwa bahan tersebut mempunyai laju pelindihan yang kecil sehingga tidak
mudah terlindih ke lingkungan. Pada penyimpanan limbah radioaktif digunakan sistem
penghalang berlapis yang dimaksudkan untuk menghalangi lepasnya radionuklida dari
material matriks ke lingkungan yaitu berturut-turut wadah limbah, overpack dari
titanium atau besi khusus untuk limbah aktivitas tinggi, bentonit sebagai bahan pengisi,
dan tanah atau batuan lingkungan itu sendiri. Antara pertimbangan proses dan sifat
ketahanan kimia (laju pelindihan) dari hasil solidifikasi sangat berkaitan. Sebagai
contoh pada pembuatan gelas-limbah, laju pelindihan yang kecil dapat diperoleh dengan
menaikkan kadar Si dalam gelas-limbah, yang mengakibatkan proses akan terjadi pada
254
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, ] I Desember~003 ISSN 1693 - 7902
suhu yang lebih tinggi. Suhu yang tinggi akan berakibat pada bata tahan api (refi'aktory)
dalam melter lebih cepat terkorosi sehingga umur melter menjadi lebih pendek. Hal ini
akan menyebabkan lebih banyak timbulnya limbah radioaktif padat dari melter. Jadi
disamping laju pelindihan yang tinggi perlu dipertimbangkan juga faktor prosesnya,
sehingga perlu dicari kondisi yang optimum.
Kandungan limbah dalam material matriks berpengaruh terhadap efisiensi
solidifikasi (ekonomi proses). Semakin tinggi kandungan limbah, akan memberikan
nilai ekonomi proses yang lebih baik. Pertimbangan ekonomi yang lain yaitu material
yang digunakan untuk solidifikasi murah, mudah diperoleh dalam jumlah besar dan
prosesnya sederhana. Untuk semen, kandungan limbah caimya 30% berat, bitumen
kandungan limbahnya 50% berat, polimer kandungan limbahnya 50% berat dan untuk
gelas borosilikat kandungan limbahnya 20 - 30% berat. Umumnya dengan kenaikan
kandungan limbah, laju pelindihan akan semakin naik dan ini berarti radionuklida dalam
limbah akan lebih mudah terlindih ke luar dan hal ini tidak dikehendaki. Jadi perlu
pertimbangan kandungan limbah terhadap laju pelindihannya.
Kestabilan terhadap panas merupakan ketahanan material terhadap suhu tinggi.
Makin tinggi aktivitas limbah, maka panas yang ditimbulkan juga makin tinggi. Sebagai
contoh ketidak stabilan gelas yang mengandung limbah cair aktivitas tinggi adalah
terjadinya kristalisasai dalam gelas yang disebut devitrifikasi. Terjadinya devitrifikasi
ini berakibat berubahnya struktur gelas yang amorf menjadi kristalin, sehingga
ketahanan kimianya menurun .. Untuk mencegah terjadinya devitrifikasi diperlukan
sistem pendingin pada penyimpanan sementara gelas-limbah. Panas yang ditimbulkan
oleh limbah aktivitas rendah dan TRU relatif kecil, sehingga tidak perlu adanya
pendinginan.
Kestabilan terhadap radiasi merupakan ketahanan material terhadap pengaruh
radiasi yang dipancarkan oleh limbah radioaktif dalam material matriks. Pengaruh
radiasi dalam material matriks dapat mengakibatkan kerusakan hasil solidifikasi yaitu
terjadi radiolisis dan perubahan komposisi. Perubahan komposisi ini disebabkan karena
reaksi inti oleh partikel alfa, sedangkan partikel beta dan gama (tenaga lebih kecil 2
Mev) tidak menimbulkan reaksi inti ..Adanya kerusakan material tersebut dapat
diidentifikasi dari perubahan densitas, kekuatan mekanik dan laju pelindihannya. Hal
255
Scminar Tahunan Pengawasan I'cmanfaatan Te~aga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
ini akan membatasi aktivitas kandungan limbah aktivitas tinggi dan TRU yang
disolidifikasi.
MATERIAL MATRIKS UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF
Material yang sesuai untuk solidifikasi limbah radioaktif, yaitu:
1. Semen
Semen digunakan untuk solidifikasi limbah radioaktif cair dan padat dengan
aktivitas rendah dan menengah yang tidak mengandung aktinida atau
radionuk1ida berumur paruh panjang. Kandungan aktivitas 1imbah da1am
semen rendah yaitu sekitar 1 Ci/m3. Semen stabilitasnya berkurang dalam
jangka panjang dan setelah sekitar 300 tahun mengalami degradasi, dan pada
saat itu limbah aktivitas rendah dan menengah tidak lagi mempunyai potensi
bahaya radiasi. ladi semen tidak dapat digunakan untuk solidifikasi limbah
aktivitas tinggi dan TRU yang perlu pengelolaan sampai jutaan tahun.
Keuntungan penggunaan semen adalah pengadaan mudah, harga murah,
proses sederhana (pada suhu kamar), mudah dicampur dengan air,dan semen
dapat berfungsi sebagai perisai radiasi(8).
Namun demikian untuk jenis limbah yang sarna, setiap negara akan memilih
bahan matriks untuk solidifikasi berdasarkan kondisi yang dimilikinya.
Sebagai contoh untuk negara Republik Korea, harga lahan untuk disposal
cukup tinggi sehingga negara tersebut memilih solidifikasi untuk limbah
aktivitas rendah dan menengah menggunakan gelas dengan proses vitrifikasi.
Memang jika hanya ditinjau dari segi proses solidifikasinya, maka proses
vitrifikasi akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan proses sementasi.
Namun hal ini menjadi lebih ekonomis jika dikaitkan dengan biaya disposal
karena reduksi volume yang sangat tinggi dan harga lahan yang sangat mahal.
Hasil solidifikasi dengan gelas mempunyai barga laju pelindihan jauh lebih
rendah dari pada semen-limbah, sehingga akan mempunyai faktor
keselamatan yang lebih tinggi(9).
2. Bitumen
Bitumen merupakan senyawa hidro karbon baik alifatik maupun aromatik
yang mempunyai berat molekul tinggi. Proses bitumenisasi dilakukan pada
256
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
suhu antara 150 - 230°C. Bitumen sesuai untuk solidifikasi limbah aktivitas
rendah dan sedang dan dapat menampung aktivitas lebih tinggi dibandingkan
dengan semen .. Bitumen mempunyai ketahanan kimia yang tinggi (tidak larut
dalam air, tahan difusi air). Ketahanan fisik (terhadap panas) dan ketahanan
terhadap radiasi kurang baik. Hal yang perlu diperhatikan untuk bitumen
adalah suhu bakar dan efek radiasi yang mengakibatkan radiolisis,
terbentuknya gas serta terjadinya radikal bebas, sehingga kandungan aktivitas
dalam bitumentidak bisa terlalu tinggi .. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
kandungan limbah dengan aktivitas jenis 103 Ci/m3 memberikan dosis serap
107 rad, sehingga hasil bitumenisasi membengkak karena terbentuk gas, dan
menaikkan laju pelindihan(8).
3. Polimer
Polimer merupakan bahan yang sesuai untuk solidifikasi limbah cair TRU
pelarut bekas seperti yang telah dilakukan di JNC Jepang secara industrial.
Perubahan fase cair dan pasta menjadi padat disebut curing atau pengeringan.
Proses ini terjadi secara fisika karena adanya penguapan pelarut atau medium
pendispersi dan dapat juga karena adanya perubahan kimia, misalnya
polimerisasi pembentukan ikatan silang. Proses kimia tersebut menyebabkan
reaksi antara molekul-molekul yang relatif kecil dengan fase cair atau pasta,
membentuk jaringan molekul yang besar, padat dan tidak mudah larut. Proses
polimerisasi tergantung jenisnya, dilakukan antara suhu kamar sampai
1800C(8).
4. Gelas
Solidifikasi limbah cair aktivitas tinggi (LCA T) dengan bahan gelas yang
disebut vitrifikasi telah dioperasikan dalam skala industri di negara-negara
seperti Perancis, Inggris dan Jepang. Jenis gelas yang digunakan dalam
proses terse but adalah gelas borosilikat. Gelas borosilikat mempunyai suhu
devitrifikasi dan ketahanan korosi yang lebih tinggi dad pada gelas fosfat(I,2).
Suhu pembuatan gelas borosilikat 11500C, dan devitrifikasi terjadi pada suhu
antara 500 - 950°C. Keuntungan 'gelas fosfat adalah suhu pembentukannya
relatif rendah (kira-kira 900°C), sehingga kehilangan gas volatil Cs dan Ru
lebih sedikit. Di dalam gelas fosfat semua oksida dapat larut termasuk Mo03•
257
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11Desember 2003 ISSN 1693- 7902
Pengembangan gelas fosfat tidak dilanjutkan karena gelas korosif dan
mempunyai kecerendungan mengalami devitrifikasi pada suhu yang lebih
rendah, yaitu sekitar 4000C(1), Gelas aluminosilikat tidak dikembangkan lebih
lanjut karena suhu pembuatannya sangat tinggi sekitar 13500C dan kandungan
limbahnya lebih kecil dari 10%(7). Dari segi proses, kandungan limbah yang
rendah tidak ekonomis, karena proses menjadi tidak efisien. Sedangkan suhu
pembuatan yang tinggi akan mengakibatkan bata tahan api dalam me Iter lebih
cepat terkorosi, sehingga umur melter lebih pendek, yang selanjutnya melter
akan lebih cepat menjadi limbah radioaktif padat.. Gas yang terjadi pada
proses suhu tinggi juga akan lebih banyak dan penanganannya lebih kompleks.
Gelas borosilikat tidak sesuai untuk solidifikasi limbah TRU karena unsur Mo
dan Pu yang terkandung dalam limbah TRU jumlahnya tertentu sehingga
dapat menimbulkan adanya fase pemisah.yang berakibat hasil solidifikasi tidak
homogen (3.6).
5. Gelas Keramik
Gelas keramik dihasilkan dari pemanasan lelehan gelas pada suhu di atas
510°C dalam waktu yang lama. Pemanasan pada suhu tinggi yang berlangsung
dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan biaya proses menjadi
mahal. Gelas keramik menunjukkan ketahanan fisik dan mekanik yang lebih
baik dan ketahanan kimianya kurang baik dibandingkan gelas borosilikat(3.7.)
6. Synroc
Synroc adalah mineral titanate yang masih dalam tahap pengembangan di
Australia (Inggris dan Jepang bekerja sama dengan Australia). Uji dingin skala
industri pengolahan limbah cair aktivitas tinggi dengan synroc juga telah
dilakukan di Australia. Synroc termasuk jenis keramik dan pembuatannya
lebih sukar dibandingkan gelas, karena pengepresan dilakukan pada suhu
tinggi (sekitar 13500C) atau pengepresan pada suhu rendah dan diikuti
sintering pada suhu tinggi. Sifat kimia dan fisika jenis keramik ini lebih baik
dibandingkan gelas borosilikat, sehingga mempunyai prospek yang baik di
mas a mendatang (2,3)
258
Seminar Tahunan Pengawasan Pcmanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Dcscl11bcr 2{}03 ISSN 1693 - 7902
7. Vitromet
Vitromet adalah butir Pb dalam matriks gelas yang dikembangkan di Belgia
untuk mengatasi kandungan panas yang tinggi, karena hantaran panas Pb
tinggi. Kandungan limbah dalam vitromet kecil sehingga vitromet tidak
dikembangkan lagi untuk 80lidifkasi limbah aktivitas tinggi.
KESIMPULAN
Pemilihan material untuk solidifikasi dilakukan dengan memperhatikan beberapa
aspek seperti proses pembuatan mudah dan praktis, kandungan limbah optimum,
ketahanan kimia , kestabilan terhadap panas dan kestabilan terhadap radiasi yang tinggi.
Berdasarkan pertimbangan fakor keselamatan dan pengalaman beberapa negara maju,
maka solidifikasi limbah radioaktif aktivitas rendah dan menengah pada umumnya
dilakukan dengan semen, limbah radioaktif aktivitas tinggi dilakukan dengan gelas ,
sedangkan untuk solidifikasi limbah transuranium dilakukan dengan polimer. Dengan
pertimbangan harga lahan disposal yang cukup tinggi, reduksi volume yang tinggi,
maka Republik Korea memilih material matriks gelas lIntlik solidifikasi limbah aktivitas
rendah dan menengah. Sedangkan dengan pertimbangan proses yang sederhana dan
harga lahan yang relatif murah, maka Indonesia memiliIrh-ahan...'D1atriks semen untuk
~q..\'lY"'4k'imobilisasi limbah aktivitas rendah dan sedang. 1/ « <~~"1~~
* I ". /~, *DAFT AR PUST AKA
1. IAEA, Conditioning of Low and Intermedia~~adioactive Waste,
Technical Report Series No.222, IAEA, Vienna, 1983.
2. IAEA, Chemical Durability and Related Properties of Solidified High Level waste
Form, Technical Report Series No.257, IAEA, Vienna, 1985
3. MARTONO H., Characterization of Waste Glass and Treatment of High Level
Liquid Waste, Report at Tokai Work, PNC, 1988.
4. KRAUSE, H., The Treatment And Conditioning Of Transuran Element Bearing
Wastes In The Federal Republic Of Germany, RWMNFC, Vol. 7(2), pp. 139-150,
USA, 1986.
5. KBS-3, Final Storage of Spent Nuclear Fuel, Swedish Nuclear Fuel Supply
Company, Stockholm, 1983.
259
Seminar Tahunan Pcngawasan PCl11anfaatan TCI:aga Nuklir - Jakarta, II Desember Z003 ISSN 1693- 790Z
6. MATTS SON, Canister Materials Proposed for Final Disposal of High Level
Nuclear Waste, Proceeding of The International Seminar on Chemistry and
Process Engineering for High Level Liquid Waste Solidification, Frankfurt, 1981.
7. MENDEL J. E., The Fixation of High Level Wastes in Glasses, Pacific Nortwest
Laboratory, Washington, 1985.
8. NELSON, R.M. et. AI, Waste Form Development Program, Brookhaven National
Laboratory, New York, 1981.
9. MARTONO H., Report of Training on radioactive Waste Treatment and Disposal
at Korea Atomic Energy Reseach Institute, Taejon-Korea, 1999.
Tabell. Komposisi Limbah Cair Aktivitas Tinggi dari Bahan bakar bekas PWR,
fraksi bakar 45.000 MWD/MTU, pengkayaan uranium 4,50%, panas
peluruhan 38 MW/MTU dan pendinginan 4 tahun (3).
Oksida % Berat
NazO
16,48
FeZ03
9,05
NiO
1,47
CrZ03
1,68
PzOs
0,95
SeOz
0,11
RbzO
0,56
SrO
1,45
YZ03
0,85
ZrOz
6,99
Mo03
7,19
Tcz07
1,67
RuOz
4,12
Rl1z03
0,74
Pd~
2,20
ZrOz
2,56
UOz
3,81
NpOz
0,81 Oksida % Berat
AgzO
0,11
CdO
0,18
SnO
0,15
Sbz03
0,04
TeOz
0,84
CszO
3,91
BaO
2,58
Laz03
2,05
CeOz
4,19
Pr6011
1,93
Ndz03
6,77
PmZ03
0,07
SmZ03
1,22
Euz03
0.24
Gdz03
12,32
PuOz
0.14
AmZ03
0,52
CmZ03
0,05
260
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11Desember 2003 ISSN 1693-7902
Tabel 2. Komposisi Iimbah cair TRU dari proses olah ulang bahan bakar LWR
dengan tingkat bakar (burn up) 31.000 MWD/EHM (3).
oksida % berat
PU02
26
U02
26
Am203
0,5
RU02
11,0
Fe02
9,0
Rb02
1,5
Mo03
3,9
Te203
7,8
Cr203
7,8
Zr02
1,3
Ti02
5,2
Ci/t uranium10·
10.2
10'"10 104 105 10· 107
Waktu •• telah keluardarl reaktor (tahun)
Gambar 1. Radioaktivitas unsur-unsur dalam Iimbah aktivitas tinggi, olah ulang
dilakukan 10 tahun setelah bahan bakar dikeluarkan dari reaktor (6).
261
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Te~aga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
Decay heat output(W/tU)
•10 100 1000 10000
Decay tJme~YNI'1
Gambar 2. Panas yang dihasilkan perton uranium dalm bahan bakr bekas PWR
dan BWR yang menurun dengan waktu (6).
262