materi teknis revisi pedoman penyusunan rencana tata ruang dalam perspektif pengurangan risiko...

214

Upload: pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp

Post on 02-Jun-2018

270 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 1/214

Page 2: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 2/214

MATERI TEKNIS

REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN

RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN

PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

2014

Page 3: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 3/214

PENANGGUNG JAWAB :

R. Aryawan Soetiarso Poetro, Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal,

selaku Project Board SCDRR Phase II.

TIM PENGARAH :

Oswar Muadzin Mungkasa, Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

TIM PENULIS :

Gita Chandrika

TIM SUPERVISI :

Mia Amalia Indra Ade Saputra Agung Dorodjatun

Rinella Tambunan  Nana Apriyana Gina PuspitasariSanti Yulianti Togu Pardede

Aswicaksana Astri Yulianti

MATERI TEKNIS

REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Page 4: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 4/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — iii

Penyelenggaraan penataan ruang seperti yang tercantum Undang-Undang Nomor 26Tahun 2007, bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,produktif, dan berkeianjutan. Aman dapat diartikan sebagai aman dari bencana alam,bencana sosial, dan bencana kegagalan teknologi. Saat ini, baik Pemerintah maupunpemerintah daerah provinsi, masing-masing telah dan tengah menyusun rencana tataruang Kawasan Strategis Nasional [KSN) dan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Provinsi.Sebagai bentuk perwujudan ruang yang aman dan berkeianjutan, proses perencanaantata ruang ini periu memperhatikan aspek mitigasi bencana.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencanamengamanatkan pengajian risiko bencana yang meliputi tingkat ancaman, kerentanan,kapasitas, risiko serta kebijakan penanggulangan bencana. Namun demikian, hingga saatini, perencanaan tata ruang belum banyak memanfaatkan hasil kajian dan peta risikobencana dalam penyusunan materi teknisnya. Dalam pedoman penyusunan rencana tataruang, baik untuk RTRW Provinsi maupun RTR KSN, belum sepenuhnya mengintegrasikanseluruh aspek mitigasi bencana, baik secara proses, muatan. dan kelembagaan.

Materi buku ini merupakan kelanjutan dari hasil kajian Kementerian PerencanaanPembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [Bappenas) tentang

Tinjauan Kebencanaan KSN Jabodetabekpunjur, dengan memasukkan lebih luas aspekmitigasi bencana dan merumuskan penerapannya secara teknis agar terintegrasi ke dalamrencana tata ruang. Kajian ini diharapkan dapat menyempurnakan pedoman penyusunanrencana tata ruang yang ada dan dapat berkontribusi dalam penyempurnaan prosesperencanaan tata ruang sebagai instrumen mitigasi bencana maupun proses penyusunankajian pengurangan risiko bencana.

Tentunya hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi berbagai pihak, baikpemerintah pusat, maupun provinsi, yang sedang dalam proses menyusun atau meninjaukembali rencana tata ruang wilayahnya. Saran dan masukan yang konstruktif akan kami

terima dengan senang hati untuk peningkatan kualitas penataan ruang nasional dan daerah.

Jakarta, Desember 2014

Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kata Pengantar

Page 5: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 5/214

iv  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................................ xi

RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................... xxiii

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................................................................................... 3

1.3 Ruang Lingkup Materi Teknis ....................................................................................................... 3

1.4 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................................................... 4

1.5 Kedudukan Materi Teknis .............................................................................................................. 6

1.6 Sistematika Materi Teknis .............................................................................................................. 8

Bab 2 Mitigasi Bencana Dalam Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau

Kecil (RPWP3K) Dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ........................... 13

2.1 Mitigasi Bencana dalam Rencana Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ........... ........... ............ ............ ........... ............ ........... ............ .......... 13

2.1.1 Dasar Hukum .................................................................................................................... 13

2.1.2 Jenis, Tingkat Risiko, dan Wilayah Bencana di Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil ............................................................................................................. 14

2.1.3 Mitigasi Bencana dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil .................................................................................................... 152.1.4 Mitigasi Bencana dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) ........................................................................................ 23

2.1.5 Contoh Aplikasi Mitigasi Bencana dalam Perencanaan PWP3K ..................... 26

2.1.6 Keterkaitan RZWP3K dengan RTRW Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(KLHS) dalam Rencana Tata Ruang dan Keterkaitannya dengan

Mitigasi Bencana ............................................................................................................. 29

2.2 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam Rencana Tata Ruang

dan Keterkaitannya dengan Mitigasi Bencana ................................................................... 32

Daftar Isi

Page 6: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 6/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — v

2.2.1 Dasar Hukum .................................................................................................................... 32

2.2.2 Penyelenggaraan KLHS dalam Rencana Tata Ruang .......................................... 33

2.2.3 KLHS dan Mitigasi Bencana dalam Rencana Tata Ruang .................................. 39

2.2.4 Contoh Kajian Kebencanaan dalam KLHS untuk Rencana Tata Ruang ....... 42

Bab 3 Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Ke Dalam

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi ................................................ 49

3.1 Dasar Hukum Pengintegrasian ................................................................................................. 49

3.2 Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam Pelaksanaan

Penataan Ruang ............................................................................................................................. 51

3.3 Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Proses

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi........................................................... 57

3.4 Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam Ketentuan  Teknis Muatan RTRW Provinsi ................................................................................................... 64

3.5 Contoh Peran Penataan Ruang dalam Pengurangan Risiko Bencana ........................ 74

3.6 Tantangan dalam Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam

Penyusunan RTRW Provinsi ........................................................................................................ 75

Bab 4 Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Ke Dalam Penyusunan

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional ................................................... 81

4.1 Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam Penyusunan Rencana  Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN) ........................................................... 81

4.2 Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Proses Penyusunan

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional .............................................................. 102

4.3 Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam Muatan Rencana Tata Ruang

Kawasan Strategis Nasional ....................................................................................................... 113

4.4 Contoh Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam RTR KSN Tipologi

Kawasan Perkotaan Metropolitan Jabodetabekpunjur ................................................... 123

4.5 Tantangan dalam Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam

RTR Kawasan Strategis Nasional ............................................................................................... 130

Bab 5 Pemetaan Pemangku Kepentingan .......................................................................... 137

5.1 Pemetaan Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana .............................................................................................................................................137

5.1.1 Kelembagaan Penanggulangan Bencana di Tingkat Nasional ....................... 137

5.1.2 Kelembagaan dalam Penyusunan Rencana Nasional Penanggulangan

Bencana (Renas PB) ........................................................................................................ 141

5.1.3 Kelembagaan Penanggulangan Bencana di Daerah.......................................... 143

Page 7: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 7/214

vi  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

5.2 Pemetaan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan RTRW Provinsi ...................145

5.3 Pemetaan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan RTR Kawasan

Strategis Nasional .......................................................................................................................... 149

Bab 6 Arahan Untuk Implementasi...................................................................................... 155

6.1 Arahan Implementasi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam

Penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN melalui Integrasi Dokumen/Proses .......157

6.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW Provinsi) ..................................... 157

6.1.2 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN) ........................... 162

6.2 Arahan Penguatan Muatan ........................................................................................................164

6.2.1 Percepatan Ketersediaan dan Peningkatan Kualitas Rencana

Penanggulangan Bencana (RPB) ............................................................................... 164

6.2.2 Percepatan Penyusunan Peta Dasar dan Peta Tematik ...................................... 1676.3 Arahan Penguatan Kelembagaan ............................................................................................170

6.3.1 Kerangka Regulasi........................................................................................................... 170

6.3.2 Keberadaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)...................... 172

6.3.3 Kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ........................... 174

6.3.4 Penguatan BKPRD terkait Kebencanaan................................................................. 174

6.4 Rencana Tindak Lanjut .................................................................................................................175

Page 8: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 8/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — vii

2.1 Perbandingan Jenis-jenis Bencana ........................................................................................................ 14

2.2 Mitigasi Bencana secara Fisik dan Nonfisik ......................................................................................... 17

2.3 Kegiatan Struktur/Fisik untuk Mitigasi terhadap Setiap Jenis Bencana di Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil .................................................................................................................... 18

2.4 Mitigasi Bencana berdasarkan Tingkat Risiko .................................................................................... 21

2.5 Keterkaitan Penapisan KLHS dengan Perencanaan Penanggulangan Bencana ................... 40

2.6 Keterkaitan Komoditas Unggulan dengan Rawan Bencana di KAPET Bima ........................... 43

3.1 Perbandingan Jenis Bencana ................................................................................................................... 54

3.2 Perbandingan Cakupan Jenis-jenis Bencana yang Dibahas Dalam RPB dan

RTRW Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten ........................................................................ 57

3.3 Kajian Risiko Bencana untuk Setiap Jenis Bencana dalam Analisis Karakteristik

Tata Ruang....................................................................................................................................................... 61

4.1 Isu Strategis Nasional dan Fokus Penanganan Setiap Tipologi Kawasan

Strategis Nasional ......................................................................................................................................... 86

4.2 Kajian Risiko Bencana untuk Setiap Tipologi KSN ............................................................................102

4.3 IRBI Provinsi Bali ............................................................................................................................................106

4.4 IRBI Provinsi DKI Jakarta .............................................................................................................................109

4.5 Skala Peta RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN ..................................................................................114

4.6 Standar Minimal Peta Dasar untuk Peta Bahaya dan Peta Risiko Bencana

Berdasarkan Jenis Bencana .......................................................................................................................117

4.7 Bencana Prioritas di Jabodetabekpunjur .............................................................................................124

4.8 Aspek-aspek Kebencanaan yang Perlu Diperhatikan pada Rencana Struktur

Ruang dan Rencana Pola Ruang .............................................................................................................125

5.1 Kementerian/Lembaga yang terkait dalam Pelaksanaan Penanggulangan

Bencana ............................................................................................................................................................138

5.2 Pemangku Kepentingan dalam Prosedur Penyusunan RTR KSN ................................................150

5.3 Keterlibatan Sektor berdasarkan Tipologi KSN ..................................................................................151

6.1 Tantangan dalam Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Ke dalam

Penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN ............................................................................................156

6.2 Kesesuaian antara Jangka Waktu RPB Provinsi dengan Waktu Peninjauan Kembali

Perda RTRW Provinsi ....................................................................................................................................157

6.3 Indeks Risiko Bencana 8 Provinsi yang Belum Memiliki Perda RTRW Provinsi .......................159

6.4 Indeks Risiko Bencana Multi Ancaman 10 Kabupaten/Kota TertinggiTahun 2013 .....................................................................................................................................................176

Daftar Tabel

Page 9: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 9/214

viii  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

1.1 Kedudukan Materi Teknis terhadapPeraturan Perundang-undangan Bidang

Penataan Ruang dan Bidang Penanggulangan Bencana ......................................................... 7

1.2 Keterkaitan Materi Teknis dengan Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi

dan RTR KSN, serta Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana ....................... 8

2.1 Mitigasi Bencana dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil ..................................................................................................................................... 172.2 Diagram Alir Penentuan Alokasi Ruang WP3K .............................................................................. 24

2.3 Ilustrasi Pembagian Zona yang Mempertimbangkan Aspek Kebencanaan ...................... 25

2.4 Peta Indeks Risiko Bencana Tsunami ................................................................................................ 27

2.5 Contoh Sabuk Hijau di Lahan Reklamasi untuk Meredam Tsunami ..................................... 28

2.6 Keterkaitan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

Kecildengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Penataan Ruang .......... 30

2.7 Kedudukan KLHS dalam Penyusunan RTR ..................................................................................... 37

2.8 Penjabaran Proses dan Integrasi KLHS dalam Penyusunan RTR ............................................ 39

2.9 Kedudukan KLHS dalam Tata Cara Proses Peyusunan RTR KSN ............................................. 402.10 Keterkaitan KLHS dan Kajian Risiko Bencana dalam Penyusunan

Rencana Tata Ruang ............................................................................................................................... 42

2.11 Kerangka Pikir Penyusunan KLHS RTR KSN KAPET Bima ........................................................... 45

2.12 Peta Overlay Rawan Bencana dan Komoditas .............................................................................. 46

3.1 Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam Pelaksanaan

Penataan Ruang ....................................................................................................................................... 52

3.2 Pendekatan Kajian Risiko Bencana ................................................................................................... 53

3.3 Keterkaitan Peta Rencana Tata Ruang dengan Peta Risiko Bencana .................................... 66

3.4 RPB sebagai Masukan dalam Peninjauan Kembali RTRW ......................................................... 603.5 Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Proses

Penyusunan RTRW Provinsi ................................................................................................................. 64

3.6 Bagan Alir Tata Cara Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan dalam

Penyusunan Rencana Tata Ruang ...................................................................................................... 66

3.7 Metode Pengkajian Risiko Bencana .................................................................................................. 67

3.8 Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana ................................................................................... 68

3.9 Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam Muatan RTRW Provinsi ......................... 70

Daftar Gambar

Page 10: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 10/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — ix

4.1 Proses Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam Proses Penyusunan

RTR KSN untuk Kriteria 1 (a) KSN dalam Satu Wilayah Kabupaten/Kota............................. 104

4.2 Proses Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam Proses Penyusunan

RTR KSN untuk Kriteria 1 (b) KSN Lintas Kabupaten/Kota dalam Satu Provinsi ................ 107

4.3 Proses Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam Proses Penyusunan

RTR KSN untuk Kriteria 2 KSN Berbasis Kawasan/Objek Strategis ......................................... 111

4.4 Peta Ancaman Bencana Banjir ............................................................................................................ 127

4.5 Peta Kerentanan Bencana Banjir ........................................................................................................ 127

4.6 Peta Risiko Bencana Banjir ................................................................................................................... 128

Page 11: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 11/214

x  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Daftar Singkatan

A

Amdal : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 

B

BAKORSURTANAL: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan NasionalBAPPEDA: Badan Perencanaan Pembangunan DaerahBAPPENAS: Badan Perencanaan Pembangunan NasionalBase map: Peta dasar

BATAN: Badan Tenaga Nuklir NasionalBG: Badan GeologiBGN: Badan Geologi NasionalBIG: Badan Informasi Geospasial, sebelumnya bernama Badan Koordinasi Survei danPemetaan Nasional (BAKORSURTANAL).BKPRN: Badan Koordinasi Penataan Ruang NasionalBMKG: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofi sikaBNPB: Badan Nasional Penanggulangan BencanaBPPT: Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiBPS: Badan Pusat Statistik 

D

DAMKAR: Pemadam KebakaranDAS: Daerah Aliran SungaiDISHIDROS: Dinas Hidro Oseanografi TNI AL (TNI Angkatan Laut), merupakan lembagasurvei pemetaan hidro-oseanografi dibawah TNI AL.Dit. KKDT: Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah TertinggalDit.TRP: Direktorat Tata Ruang dan PertanahanDKI Jakarta: Daerah Khusus Ibukota Jakarta

E

EWS: Early Warning System/Sistem Peringatan Dini

G

GIS: Geographis Infrmation System atau Sistem Informasi Geografi s/SIG

H

HFA: Hyogo Framework for Action

IIAB: Indeks Ancaman BencanaIG: Informasi Geospasial

Page 12: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 12/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xi

IGD: Informasi Geospasial DasarIGT: Informasi Geospasial Tematik IRBI: Indeks Rawan Bencana Indonesia

 J JABODETABEKPUNJUR: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur JORR 2: Jakarta Outer Ring Road 2

K

KAPET: Kawasan Pembangunan Ekonomi TerpaduKDB: Koefi sien Dasar BangunanKEK: Kawasan Ekonomi KhususKemendagri: Kementerian Dalam NegeriKemenhub: Kementerian Perhubungan

Kemenhut: Kementerian KehutananKemenkes: Kementerian KesehatanKemenperind: Kementerian PerindustrianKemen-PU: Kementerian Pekerjaan UmumKemensos: Kementerian SosialKementan: Kementerian PertanianK/L: Kementerian/LembagaKKP: Kementerian Keluatan dan PerikananKLB: Koefi sien Lantai BangunanKLH: Kementerian Lingkungan Hidup

KLHS: Kajian Lingkungan Hidup StrategisKPBPB: Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan BebasKRB: Kajian RisikoKSN: Kawasan Strategis NasionalKTC: Kepadatan timbulnya campak KTDB: Kepadatan timbulnya demam berdarahKTHIV/AIDS: Kepadatan timbulnya HIV/AIDSKTM: Kepadatan timbulnya malariaKZB: Koefisien Zona Bangunan

LLAPAN: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

M

MATEK: Materi TeknisMP3EI: Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

P

PB: Penanggulangan BencanaPDF (Portable Document Format ): adalah sebuah format berkas yang dibuat oleh Adobe,

meliputi: teks, huruf, citra dan grafik vektor dua dimensiPDRB: Produk Domestik Regional BrutoPEMKAB: Pemerintah Kabupaten

Page 13: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 13/214

xii  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

PEMKOT: Pemerintah KotamadyaPEMPROV: Pemerintah ProvinsiPerka BNPB: Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan BencanaPerpres: Peraturan Presiden

Peta KRB: Peta Kerentanan BencanaPRB: Pengurangan Risiko BencanaPKN: Pusat Kegiatan NasionalPP: Peraturan Pemerintah

R

RTH : Ruang Terbuka Hijau 

RPB: Rencana Penanggulangan BencanaRPWP3K: Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau KecilRTH Publik : merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah

daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.RTR KSN: Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis NasionalRTRWN: Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalRTRWP: Rencana Tata Ruang Wilayah ProvinsiRZPW3K: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

S

SCDRR: Safer Communities through Disaster Risk Reduction

SDA: Sumber Daya AlamSNI : Standar Nasional Indonesia

U

UNDP: United Nations of Development Programme

UTM: Universal Transverse Mercator /sistem koordinat yang terproyeksi

Page 14: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 14/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xiii

I. Latar Belakang

Sebagai negara rawan bencana, sangat penting bagi Indonesia memiliki kesiapsiagaan

dalam mengantisipasi bencana untuk dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan

oleh bencana tersebut. Upaya pencegahan dan mitigasi bencana menjadi sangat

penting untuk mengurangi risiko bencana yang mungkin timbul. Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana telah mengamanatkan pada

pasal 35 dan 36 agar setiap daerah mempunyai perencanaan penanggulangan bencanayang menjadi acuan dalam upaya penanggulangan bencana. Sehubungan dengan hal

tersebut, sangatlah penting bagi setiap daerah untuk mengintegrasikan pengurangan

risiko bencana ke dalam dokumen-dokumen perencanaan daerah, seperti Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM), dan Rencana Tata Ruang (RTR) untuk menjamin pelaksanaannya dapat efektif

dan terintegrasi.

 

Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

semua pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota) wajib menyusun RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW) yang selanjutnya dilegalisasikan menjadi Peraturan Daerah

(Perda), dengan masa berlaku selama 20 tahun dan ditinjau kembali setiap 5 tahun.

Sehubungan dengan upaya pengurangan risiko bencana, rencana tataruang saat ini

 juga perlu memasukkan kajian risiko bencana untuk mengidentifikasikan kerawanan,

tingkat ancaman, tingkat kerentanan, dan tingkat kapasitas di suatu wilayah.

Memasukkan upaya pengurangan risiko bencana kedalam penataan ruang, yang

meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang, harus menjadi prioritas Pemerintah dalam rangka memberikan perlindungan

terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, khususnya masyarakat miskin danrentan, serta berpihak pada upaya pelestarian lingkungan hidup.

Mengingat pentingnya upaya mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam

dokumen perencanaan daerah, maka kerjasama UNDP dengan BNPB, Bappenas, dan

Kementerian Dalam Negeri melalui Proyek Safer Communities through Disaster Risk

Reduction (SCDRR) Fase II berupaya untuk mengintegrasikan pengurangan risiko bencana

ke dalam rencana tata ruang. Sejalan dengan Prioritas Aksi 4 dari Hyogo Framework for

 Action (HFA) 2005-2015 yakni “Reduce the underlying risk factors”, proyek ini memberikan

dukungan kepada Pemerintah Pusat untuk memasukkan pengurangan risiko bencana kedalam sektor-sektor pembangunan terpilih, salah satunya penataan ruang.

Ringkasan Eksekutif 

Page 15: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 15/214

xiv  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

Rencana tata ruang, dengan fungsinya untuk mengarahkan pemanfaatan ruang jangka

panjang, sangat berguna dalam mereduksi keterpaparan jumlah penduduk, kegiatan

sosial ekonomi, dan sarana prasarana dari ancaman bencana. Saat ini, pedoman

penyusunan rencana tata ruang yang ada yang relevan dengan kebencanaan adalah

untuk letusan gunung api, gempa bumi, dan reklamasi pantai. Salah satu output proyek

ini adalah terselenggaranya dukungan bagi pengarusutamaan kebijakan pengurangan

risiko bencana dalam pembangunan di daerah, termasuk dalam perencanaan,

pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

II. Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menyusun Materi Teknis Revisi Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko Bencana.

Sementara tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan masukan perbaikan terhadappedoman-pedoman penyusunan rencana tata ruang (RTR) yang telah ada saat ini untuk

mengintegrasikan pendekatan pengurangan risiko bencana ke dalam penataan ruang.

Materi teknis yang dihasilkan akan diusulkan kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang

Nasional (BKRN) sebagai masukan dalam merumuskan pedoman yang dapat menjadi

acuan bagi Pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan pengarusutamaan

pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, khususnya Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi (RTRW Provinsi) dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis

Nasional (RTR KSN). Pedoman ini nantinya dapat melengkapi pedoman yang telah adasaat ini, khususnya (a) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, dan (b) Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Nasional (KSN). Perumusan pedoman tersebut harus

dilakukan sesuai dengan arahan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

dan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana sebagai landasan untuk

mengintegrasikan pendekatan pengurangan risiko bencana ke dalam penataan ruang.

III. MetodologiDalam mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, terdapat

3 hal yang harus dilakukan, yaitu:

a. Integrasi dokumen/proses. Mengatur bagaimana mengintegrasikan kajian risiko

bencana (KRB) dalam dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) ke dalam

dokumen rencana tata ruang (RTR) dalam proses penyusunan rencana tata ruang.

Dalam hal ini, terdapat masalah perbedaan jangka waktu antara penyusunan atau

peninjauan kembali rencana tata ruang dengan periode Rencana Penanggulangan

Bencana (RPB).

Page 16: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 16/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xv

b. Integrasi spasial. Mengatur bagaimana mengintegrasikan kajian risiko bencana

(KRB) ke dalam muatan rencana tata ruang. Hal ini sudah diatur dalam Standar

Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana.

c. Koordinasi Kelembagaan.

  Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Materi Teknis ini lebih difokuskan

pada pembahasan mengenai integrasi proses/dokumen dan koordinasi

kelembagaan, dengan tambahan pembahasan mengenai integrasi spasial/muatan

yang menjadi irisan dengan Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana

(SPR KRB). Integrasi spasial/muatan telah dibahas secara detil dalam Standar

Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana. Lihat Gambar 1.

Gambar 1

Keterkaitan Materi Teknis dengan Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN,serta Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana

IV. Hasil Kajian dan Analisis

Kegiatan ini dilakukan melalui perumusan serangkaian output, sebagai berikut:

1. Output 1: Keterkaitan Kajian Risiko Bencana dengan KLHS dalam RTRW Provinsi

dan RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN).Output ini dicapai dengan melakukan

kajian terhadap peraturan perundang-undangan tentang Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS), pengurangan risiko bencana, Pedoman Penyusunan RTRWProvinsi, dan Pedoman Penyusunan RTR KSN dan dokumen-dokumen penunjang

Sumber: Hasil Analisis

IntegrasiSpasial/

Muatan

Koordinasi

Kelembagaan

IntegrasiDokumen/

Proses

Integrasi

Spasial/Muatan

Materi

Teknis

Standar Penataan Ruang

di Kawasan Rawan

Bencana

Pedoman Penyusunan

RTR KSN

Pedoman Penyusunan

RTRW Provinsi

MelengkapiMelengkapi

Page 17: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 17/214

xvi  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

lainnya.Selain itu juga dilakukan diskusi dengan Kementerian Negara Lingkungan

Hidup.Dari diskusi dan kajian ini dapat diperoleh gambaran mengenai keterkaitan

Kajian Risiko Bencana (KRB) dengan KLHS dalam rencana tata ruang, khususnya

dalam RTRW Provinsi dan RTR KSN.Hasil kajian ini juga menjadi masukan dalam

mengintegrasikan KRB ke dalam rencana tata ruang wilayah provinsi dan kawasan

strategis nasional.

2. Output 2: Mitigasi Bencana dalam Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil (RPWP3K). Output ini dicapai dengan melakukan kajian terhadap

peraturan perundang-undangan tentang rencana pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil (RPWP3K), pengurangan risiko bencana, dan dokumen-dokumen

penunjang lainnya, serta diskusi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.Dari

diskusi dan kajian ini dapat diperoleh gambaran mengenai posisi mitigasi bencana

dalam rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.3. Output 3: Integrasi Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Penyusunan RTRW

Provinsi dan RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN). Output ini dicapai dengan

melakukan desk study. Berdasarkan hasil kajian tersebut, dan diskusi dengan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana,

dilakukan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam penyusunan

RTRW Provinsi dan RTR KSN.

4. Output 4: Pemetaan KelembagaanPengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke

dalam Rencana Tata Ruang. Output ini dicapai melalui: (i) Hasil dari Output 3; dan

(ii) Pengumpulan data dan informasi dalam bentuk diskusi dan wawancara denganstakeholder yang relevan.Hasil diskusi dengan berbagai stakeholder yang relevan,

dikombinasikan dengan hasil dari output 3, dilakukan pemetaan kelembagaan.

5. Output 5: Penyusunan Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata

Ruang berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko Bencana. Output ini dilakukan

melalui: Diskusi Terarah (Focus Group Discussion/FGD) dan lokakarya. Hasil

dari FGD ini menjadi masukan dalam perumusan draft materi teknis.Lokakarya

diselenggarakan untuk mendiseminasikandraft materi teknis revisi pedoman

penyusunan RTR yang telah disusun dan membangun kesepakatan rencana

tindak lanjut dengan mengundang berbagai stakeholder yang lebih luas. Hasil darilokakarya ini juga menjadi masukan dalam menyempurnakan draft materi teknis

yang akan diberikan kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN).

V. Kesimpulan

Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam RTR dimulai sejak tahap

persiapan penyusunan RTR, yaitu dengan mengkaji muatan kebencanaan yang ada di

RTR. Tahap paling penting adalah tahap pengolahan dan analisis data, pada tahap ini

dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana yang ada dalam dokumen Rencana

Penanggulangan Bencana (RPB) ke dalam analisis penyusunan RTR. Pengintegrasiannyaadalah: (i) Peta Kerawanan yang sifatnya jangka panjang, dijadikan dasar perumusan

Page 18: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 18/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xvii

tujuan, kebijakan, strategi, serta perumusan rencana struktur ruang dan rencana pola

ruang; dan (ii) Peta Kerentanan, Peta Kapasitas, dan Peta Risiko yang bersifat jangka

menengah (5 tahun) dijadikan masukan bagi perumusan arahan pemanfaatan ruang

(indikasi program utama). Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2

Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Proses Penyusunan RTR

Salah satu isu yang muncul dalam upaya pengintegrasian adalah adanya perbedaan

 jangka waktu antara periode Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dengan waktupenyusunan atau peninjauan kembali RTR. Idealnya, pada saat peninjauan kembali/

penyusunan RTR, RPB sudah tersedia.

Sumber: Hasil Analisis

Page 19: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 19/214

xviii  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Gambar 3

Waktu Pengintegrasian PRB ke dalam RTR

1. Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Ke Dalam Penyusunan RencanaTata Ruang Wilayah Provinsi

a. Integrasi pada saat proses penyusunan RTRW Provinsi

Untuk 8 (delapan) provinsi yang penyusunan RTRWnya sudah mendapatkan

persetujuan substansi dari Menteri PU, maka sebaiknya segera dilakukan

pengintegrasian kajian risiko bencana dengan mengacu pada RPB Provinsi 2012-

2016 sebelum RTRW menjadi Perda. Hal ini signifikan karena 6 (enam) dari 8 provinsi

tersebut memiliki kelas risiko tinggi, dan hanya Provinsi Sumatera Selatan dan

Kepulauan Riau yang memiliki kelas risiko sedang. Lihat Tabel 1.Bila dilihat dari IRBI

2013, maka dari 33 provinsi yang ada, sebanyak 26 provinsi memiliki kelas risikotinggi, dan hanya 7 provinsi yang memiliki kelas risiko sedang, yaitu Jambi, Sumatera

Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Gorontalo, dan Papua.

Tabel 1

Indeks Risiko Bencana 8 Provinsi yang Belum Memiliki Perda RTRW Provinsi

No Provinsi Skor Kelas Risiko

1 Sumatera Utara 150 Tinggi

2 Riau 147 Tinggi

3 Kepulauan Riau 116 Sedang

4 Sumatera Selatan 142 Sedang

5 Kalimantan Barat 157 Tinggi

6 Kalimantan Selatan 152 Tinggi

7 Kalimantan Timur 165 Tinggi

8 Sulawesi Tenggara 169 Tinggi

Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2013

Apabila pengintegrasian dilakukan menunggu sampai dilakukan peninjauankembali akan terlalu lama.Mengingat hampir semua provinsi tersebut masuk

dalam kelas risiko tinggi, maka sebaiknya pengintegrasian dilakukan segera.

Sumber: Hasil Analisis

Page 20: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 20/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xix

Mengingat RPB Provinsi yang ada mempunyai jangka waktu 2012-2016,

sementara sekarang sudah tahun 2014, maka hal ini akan menjadi masalah.

Alternatifnya adalah:(i)Pengintegrasian segera dilakukan walau hanya untuk 2

tahun terakhir (2014-2016);(ii)Pengintegrasian dilakukan setelah RPB yang baru

disusun (jangka waktu 2017-2022); atau(iii) SKPD segera menyusun pengkajian

risiko bencana yang baru berkoordinasi dengan BPBD dengan jangka waktu yang

disesuaikan dengan penyusunan atau peninjauan kembali RTRW.

Untuk saat ini mungkin dapat dilakukan kombinasi dari (i) dan (iii), dengan

pertimbangan berikut ini: (a) Peta Kerawanan dan peta ancaman bersifat jangka

panjang, sehingga peta kerawanan dan peta ancaman yang ada dapat digunakan

untuk acuan perumusan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang, serta

indikasi arahan peraturan zonasi; (b) Sedangkan peta kerentanan, peta kapasitas,dan peta risiko bersifat jangka menengah, sehingga perlu diperbaharui oleh SKPD

sesuai waktu berkoordinasi dengan BPBD. Peta kerentanan, peta kapasitas, dan

peta risiko yang telah diperbaharui digunakan untuk acuan perumusan indikasi

program utama sebagai arahan pemanfaatan ruang untuk 5 tahun berikutnya;

(c) Sebelum waktu peninjauan kembali, sebaiknya RPB yang baru sudah disusun

dengan memperhatikan waktu peninjauan kembali RTRW Provinsi tersebut.

Sehubungan dengan upaya pengurangan risiko bencana ini, maka BKPRN perlu

mempertimbangkan untuk memasukkan kajian risiko bencana menjadi salah

satu muatan yang harus ada dalam rencana tata ruang, dan dikaji kualitasnyapada saat proses persetujuan substansi. Seperti Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS).

b. Integrasi pada saat peninjauan kembali RTRW Provinsi

Untuk 25 RTRW Provinsi yang sudah menjadi Perda, pengintegrasian kajian risiko

bencana dilakukan pada saat peninjauan kembali RTRW tersebut. Untuk itu,

diperlukan penyesuaian periode antara RPB dengan waktu peninjauan kembali

RTRW Provinsi.Mengingat adanya keterbatasan kapasitas BNPB/BPBD, maka

penyesuaian penyusunan RPB ini dilakukan dengan pemrioritasan berdasarkankelas risikonya, semakin tinggi kelas risiko provinsi yang bersangkutan, semakin

diprioritaskan penyusunannya. Apabila hal tersebut tidak dimungkinkan, maka

SKPD, berkoordinasi dengan BPBD, menyiapkan pengkajian risiko bencana

secara mandiri yang jangka waktunya disesuaikan dengan waktu peninjauan

kembali RTRW Provinsi. Pengkajian risiko bencana secara mandiri ini dilakukan

dengan mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum

Pengkajian Risiko Bencana.

Pengintegrasian pengurangan risiko bencana memiliki fungsi strategis danberkaitan dengan peninjauan kembali rencana tata ruang. Peninjauan kembali

Page 21: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 21/214

xx  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

rencana tata ruang dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Namun, PP

No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pasal 82 (2)

menetapkan bahwa peninjauan kembali rencana tata ruang dapat segera

dilakukan tanpa menunggu 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan lingkungan

strategis berupa (a) bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan

perundang-undangan; (b) perubahan batas territorial negara yang ditetapkan

dengan undang-undang; atau (c) perubahan batas wilayah daerah yang

ditetapkan dengan undang-undang. BKPRN perlu membahas hal tersebut dan

mempertimbangkan apakah peninjauan kembali dapat dilakukan segera untuk

mengantisipasi kejadian bencana alam dan sebagai upaya pengurangan risiko

bencana, terutama di daerah-daerah dengan kelas risiko tinggi.Hal ini sangat

signifikan mengingat bahwa hasil kajian BNPB menunjukkan 204 juta (80%)

rakyat Indonesia tinggal di kawasan rawan bencana.

Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan pemrioritasan berdasarkan

kelas risiko suatu daerah.Semakin tinggi kelas risikonya semakin diprioritaskan

pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam rencana tata ruangnya untuk

dapat segera dilakukan. Saat ini, dalam Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013,

kabupaten/kota dibedakan menjadi kelas risiko tinggi, sedang, danrendah,

dimana 322 kabupaten/kota (65%) memiliki kelas risiko tinggi, dan 174 kabupaten/

kota (35%) memiliki kelas risiko sedang, dan tidak ada yang memiliki kelas

risiko rendah. Dengan demikian perlu dilakukan perumusan ulang kelas risikobencana yang lebih rinci untuk kebutuhan perumusan prioritas tersebut di atas.

Penyusunan kajian risiko bencana (KRB) didasarkan pada tiga hal utama, yakni:

a) jumlah jiwa terpapar; b) kerugian (rupiah); dan c) kerusakan lingkungan (ha).

Ketiganya merupakan komponen penyusun KRB yang kemudian diterjemahkan

ke dalam kelas risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah sesuai dengan

dampak yang terjadi.Berdasarkan ketiga komponen tersebut dapat dirumuskan

ulang kelas risikonya yang lebih rinci, untuk kebutuhan perumusan prioritas.

Apabila RTRW sedang dalam proses penyusunan, maka pengarusutamaanpengurangan risiko bencana dapat segera diintegrasikan. Namun, bila RTRW

sudah menjadi Perda, maka hal ini tidak mudah bagi Pemerintah Daerah.Karena

tidak mudah membuat Perda, terutama terkait dengan hal-hal yang bersifat non-

teknis. Dalam Lokakarya Materi Teknis – Bappenas-SCDRR II yang diselenggarakan

pada tanggal 30 Juni 2014, ada usulan dari Daerah, bahwa untuk RTRW yang sudah

Perda, sebaiknya kajian risiko bencana dilakukan dengan memasukkannya sebagai

addendum. Apabila perubahan dibuat dalam bentuk addendum, maka tidak

perlu melibatkan DPRD lagi. Namun demikian perlu digarisbawahi bahwa upaya

pengurangan risiko bencana tidak hanya terbatas pada tahap analisis, yaitu dengan

Page 22: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 22/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xxi

melakukan kajian risiko bencana, tetapi hasil analisis tersebut harus diterjemahkan

ke dalam kebijakan, strategi, rencana struktur ruang dan rencana pola ruang, serta

rencana pemanfaatan ruang secara sinkron dengan alur yang jelas.

Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan oleh BKPRN bila hendak menetapkan

perlunya Daerah segera mengintegrasikan kajian risiko bencana ke dalam RTRW

adalah ketersediaan konsultan yang paham dan siap untuk melakukan hal tersebut.

Seperti diketahui, penyusunan RTRW di Daerah umumnya dilakukan oleh pihak

ketiga (konsultan). Dengan demikian, apabila pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana (PRB) ke dalam rencana tata ruang (RTR) akan dilaksanakan, harus

dipastikan terlebih dulu bahwa sudah ada konsultan-konsultan yang siap dan

dapat melakukannya. Jangan sampai Daerah sudah menganggarkan kegiatan

tersebut, tetapi ternyata konsultannya belum ada yang siap untuk melakukanpengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam RTR.

2. Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Ke Dalam Penyusunan Rencana

Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional

  Sama seperti pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam RTRW Provinsi,

tantangan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam RTR KSN adalah

kesesuaian jangka waktu antara Rencana Penanggulangan Bencana yang ada

dengan waktu penyusunan atau peninjauan kembali RTR KSN.

a. Integrasi pada saat proses penyusunan RTR Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN)

  Untuk RTR KSN yang belum menjadi Perpres atau masih dalam proses

penyusunan, perlu segera dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana.

Sehubungan dengan itu perlu ada koordinasi antara BKPRN dengan BNPB/BPBD

dalam mengintegrasikan kajian risiko bencana ke dalam penyusunan RTR KSN,

dengan memperhatikan jangka waktunya.

  Untuk RTR KSN yang sudah dalam proses penyusunan: (a) Bila RPB Provinsi/

Kabupaten/Kota sudah ada dan jangka waktunya sesuai, maka kajian risikobencana dapat segera diintegrasikan ke dalam penyusunan RTR KSN;dan (b) Bila

RPB Provinsi/Kabupaten/Kota belum ada atau jangka waktunya tidak sesuai, maka

K/L dapat melakukan pengkajian risiko bencana secara mandiri berkoordinasi

dengan BPBD untuk: (i) Segera diintegrasikan ke dalam proses penyusunan RTR

KSN; atau (ii) Diintegrasikan pada saat peninjauan kembali RTR KSN tersebut,

tergantung sudah seberapa jauh tahap penyusunan RTR KSN tersebut, misal

Raperpes.Pengkajian dilakukan oleh K/L dengan mengacu pada Perka BNPB No.

02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

Page 23: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 23/214

xxii  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Untuk RTR KSN yang belum disusun, maka dalam penyusunannya nanti langsung

dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana sesuai dengan kebutuhan

masing-masing tipologi.

b. Integrasi pada saat peninjauan kembali RTR Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN)

  Untuk RTR KSN yang telah menjadi Perpres, maka pengintegrasian kajian risiko

bencana dilakukan pada saat peninjauan kembali. Langkah-langkah sebagai

berikut: (i) Periksa apakah RPB Provinsi/Kabupaten/Kota sudah ada dan apakah

 jangka waktunya sesuai. Bila sesuai, maka dapat langsung diintegrasikan; (ii) Bila

RPB Provinsi/Kabupaten/Kota belum ada, maka K/L melakukan pengkajian risiko

bencana secara mandiri berkoordinasi dengan BPBD, dan dengan mengacu

pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian

Risiko Bencana; (iii) Bila jangka waktunya tidak sesuai, maka K/L melakukanpengkajian risiko bencana secara mandiri berkoordinasi dengan BPBD, dengan

memperhatikan RPB Provinsi/Kabupaten/Kota yang sudah ada.

3. Percepatan Ketersediaan dan Peningkatan Kualitas Rencana Penanggulangan

Bencana (RPB)

  Saat ini RPB yang telah ada adalah untuk 33 provinsi (kecuali Kalimantan Utara)

serta 63 kabupaten/kota.Apabila kegiatan upayapenyusunan RPB pada tingkat

kabupaten/kota dilanjutkan serta diagendakan secarateratur dan konsisten setiap

tahun, maka sekitar 275 kabupaten/kota lagi akanselesai kurang lebih dalam 9 tahunlagi (33 kabupaten/kota per tahun)1.

  Sementara saat ini, status per 30 Mei 2014,sudah 25 provinsi yang mempunyai perda

RTRW Provinsi (75%), 290 kabupaten memiliki perda RTRW Kabupaten (72,9%),

dan 75 kota memiliki perda RTRW Kota (80,6%)2. Saat peninjauan kembali tentunya

diharapkan dapat dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan

RTRW tersebut. Namun hal ini akan menjadi masalah bila pada saat peninjauan

kembali tersebut ternyata RPB Kabupaten/Kota tersebut belum tersedia.

Hal yang masih menjadi tantangan utama yang dihadapi yaitu bagaimana

mempercepat penyusunan RPB Kabupaten/Kota yang berkualitas sehingga dapat

digunakan sebagai dasar pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan

RTRW Kabupaten/Kota.Semua hal tersebut di atas menjadi signifikan dalam

penyusunan RTR KSN, karena pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke

dalam RTR KSN dilakukan berdasarkan RPB Provinsi/Kabupaten/Kota yang ada,

1 BNPB, Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2015-2019, draft 3, halaman 78.2  Rekapitulasi Progress Penyelesaian RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia, Ditjen Penataan Ruang,Kementerian Pekerjaan Umum, Status 30 Mei 2014.

Page 24: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 24/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xxiii

kecuali untuk tipologi tertentu yang membutuhkan kajian risiko bencana secara

khusus (seperti KSN rawan bencana).

Hal ini menjadi tantangan utama BNPB dalam: (i) Memperkuat BPBD Provinsi sehingga

dapat menyusun RPB sendiri yang berkualitas dan memfasilitasi BPBD Kabupaten/

Kota; dan (ii) Memperkuat BPBD Kabupaten/Kota sehingga dapat menyusun RPB

sendiri yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan rencana tata ruang.

  Apabila pada saat hendak menyusun atau melakukan peninjauan kembali RTRW/

RTR KSN, RPB belum ada, memang dimungkinkan bagi K/L atau SKPD untuk

melakukan pengkajian risiko bencana secara mandiri berkoordinasi dengan BNPB/

BPBD dan mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum

Pengkajian Risiko Bencana. Namun bila hal ini dilakukan, maka ada dua hal yangperlu dipertimbangkan, yaitu:

i. Tugas BPBD akan berkurang. Dalam Permendagri No. 46 tahun 2008 tentang

Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD pasal 4 disebutkan bahwa BPBD Provinsi

dan BPBD Kabupaten/Kota mempunyai tugas, antara lain, menetapkan pedoman

dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana; serta menyusun,

menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Sementara dalam

Perka BNPB No. 3 tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan BPBD (Bab 4)

disebutkan bahwa koordinasi BPBD dengan instansi atau lembaga dinas/badansecara horizontal pada tahap prabencana antara lain dilakukan dalam bentuk

penyusunan kebijakan dan strategi penanggulangan bencana, penyusunan

perencanaan penanggulangan bencana, penentuan standar kebutuhan

minimum, pengurangan risiko bencana, dan pembuatan peta rawan bencana.

Bila hal ini berlanjut terus, dikhawatirkan tugas BPBD menyempit hanya fokus

pada hal-hal operasional saat tanggap darurat dan pascabencana. Padahal secara

struktur organisasi, BPBD memiliki bidang pencegahan dan kesiapsiagaan.

ii. Kualitas RPB yang dihasilkan. Bila K/L atau SKPD melakukan sendiri pengkajian

risiko bencana, BNPB harus sudah mempunyai mekanisme yang baku untukmenjamin kualitas setiap RPB (dan KRB) yang disusun oleh setiap BPBD maupun

SKPD dan K/L agar memiliki kualitas sesuai standar yang ditetapkan dapat dijamin

bahwa kualitas yang dihasilkan dapat memenuhi standar yang ditetapkan BNPB.

4. Percepatan Penyusunan Peta Dasar dan Peta Tematik 

  Ketersediaan peta dasar untuk pelaksanaan pengkajian risiko bencana yang akan

diintegrasikan ke dalam muatan rencana tata ruang merupakan tantangan yang

Page 25: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 25/214

xxiv  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

harus segera ditangani, terutama untuk peta-peta skala besar. Saat ini peta-peta yang

sudah ada, sebagai berikut3: (i) Skala 1:250.000 sudah ada untuk semua provinsi; (ii)

Skala 1:50.000 sudah ada untuk semua kabupaten; (iii) Skala 1:25.000 sudah ada untuk

Jawa-Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi4; (iv) Skala 1:10.000 sedang dibuat untuk

kota-kota di P. Jawa; (v) Sedangkan peta rupabumi untuk skala yang lebih besar, yaitu

1:5.000, 1:2.000, dan 1:1.000 belum tersedia. Peta-peta skala besar ini digunakan

untuk penyusunan rencana rinci (RTR KSN/P/K dan RDTR).Tantangannya adalah

bagaimana agar Badan Informasi Geospasial (BIG) dapat memenuhi kebutuhan

tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama. Anggaran adalah salah satu kendala

utama, di samping ketersediaan SDM dengan kapabilitas yang dibutuhkan.

  Tantangan ketersediaan peta, tidak hanya pada ketersediaan peta dasar tetapi juga

peta tematik.Peta kerawanan dan peta ancaman dibuat oleh K/L atau SKPD terkait.BNPB tidak menyusun sendiri peta bahaya/ancaman, tetapi menggunakan peta yang

disusun oleh K/L atau SKPD terkait.Berdasarkan peta kerawanan tersebut disusun

peta ancaman/bahaya (hazard).Peta ancaman baru dapat dibuat bila ada peta dasar.

Berdasarkan peta ancaman/bahaya, disusun peta risiko. Jadi langkah-langkahnya

adalah: (1) tersedianya peta dasar; yang digunakan sebagai dasar penyusunan (2)

peta bahaya; yang kemudian menjadi dasar bagi perumusan (3) peta risiko. Hal

tersebut juga menjadi tantangan tersendiri karena peta bahaya baru dapat dibuat

bila ada peta dasar. Sedangkan peta dasar yang lengkap baru ada untuk peta skala

1:250.000 dan 1:50.000, sementara peta skala 1:25.000 baru ada untuk Jawa-Bali,Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Sedangkan peta tematik (peta kerawanan) yang siap

dan dapat digunakan untuk menyusun peta bahaya, misalnya dari Badan Geologi,

baru ada peta skala 1:250.0005. Permasalahannya adalah bagaimana menyusun peta

bahaya skala 1:50.000 bila yang tersedia baru peta tematik skala 1:250.000.

  Dalam konteks pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana

tata ruang, dapat dilakukan langkah-langkah berikut ini:

a. Membuat pemrioritasan. Kabupaten/kota/kawasan yang memiliki kelasrisiko tinggi diprioritaskan pembuatannya. Semakin tinggi risikonya semakin

diprioritaskan pembuatannya. Prioritas utama adalah untuk membuat peta skala

1:25.000 untuk kota-kota dengan kelas risiko tinggi, dan peta skala 1:10.000

untuk kawasan-kawasan dalam kabupaten/kota yang memiliki kelas risiko

tinggi. Hal ini juga bukan merupakan hal yang mudah karena berdasarkan IRBI

2013 terdapat 322 kabupaten/kota (65%) dengan kelas risiko tinggi, sementara

sisanya 174 kabupaten/kota (35%) memiliki kelas risiko sedang. Kabupaten/kota

3 BIG dalam Diskusi Terarah Materi Teknis – SCDRR-II, Bappenas, 10 Juni 2014.4  BIG dalam Lokakarya Materi Teknis SCDRR II – Bappenas, 30 Juni 2014.5 BNPB, Ibid.

Page 26: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 26/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xxv

dengan kelas risiko semakin tinggi, perlu semakin diprioritaskan pembuatan

peta dasarnya. Contohnya, Kabupaten Cianjur yang memiliki kelas risiko tertinggi

di Indonesia dengan skor 250. Perlu ada kesepakatan antara BNPB dan BKPRN

mengenai kabupaten/kota dan kawasan-kawasan yang perlu diprioritaskan

pembuatan petanya.

b. Perlu adanya koordinasi antara BKPRN dan BNPB dalam menetapkan kawasan-

kawasan yang perlu diprioritaskan pembuatan peta dasar skala 1:5.000, 1:2.000,

1:1.000 untuk penyusunan rencana tata ruang kawasan rawan bencana.

c. BKPRN perlu membahas tantangan penyediaan peta kerawanan dan peta bahaya

yang harus disiapkan oleh K/L dan Daerah. Karena tanpa peta-peta tersebut, peta

risiko tidak dapat dibuat. Dan sementara ini peta yang ada, misalnya dari BadanGeologi, baru ada peta skala 1:250.000.

  Untuk daerah yang belum memiliki peta dasar, maka dapat menggunakan Citra Tegak

Resolusi Tinggi6. Citra Tegak Resolusi Tinggi ini memiliki kedetilan skala submeter.

Peta Citra Tegak Resolusi Tinggi tersebut masih memiliki banyak kesalahan, sehingga

perlu dikoreksi dulu, yaitu dengan koreksi: (i) Radiometrik, koreksi dilakukan oleh

LAPAN; dan (ii) Geometrik, koreksi dilakukan oleh BIG.Peta yang telah dikoreksi dapat

digunakan oleh daerah sebagai peta dasar.Pemerintah Daerah dapat mengirim surat

ke BIG untuk meminta agar penyusunan peta untuk daerahnya diprioritaskan.

5. Pemetaan Pemangku Kepentingan

a. Kerangka Regulasi

  Saat ini peraturan perundang-undangan yang ada sudah banyak, namun masih

berjalan sendiri-sendiri. Untuk penyusunan rencana tata ruang mengacu pada

UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan peraturan turunannya,

sedangkan untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana, termasuk

penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), mengacu pada UU No. 24

tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan peraturan turunannya. Saatini belum ada peraturan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam penyusunan rencana

tata ruang.Peraturan yang menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang,

dalam hal ini RTRW Provinsi dan RTR KSN, adalah Permen PU No. 15/PRT/M/2009

dan Permen PU No. 15/PRT/M/2012.Namun peraturan tersebut belum secara

 jelas memberikan arahan bagi penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN yang

berbasis pengurangan risiko bencana (mitigasi bencana). Namun demikian, perlu

6 BIG, dalam Diskusi Terarah Materi Teknis - SCDRR II, Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 27: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 27/214

xxvi  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

dikemukakan pula bahwa saat ini Ditjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan

Umum sedang menyusun Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana

(sudah pada tahap legal drafting).

  Sehubungan dengan hal tersebut, maka langkah-langkah berikut ini dapat

dijadikan alternatif solusi:

1. Diperlukan satu pedoman yang dapat menjadi acuan bagi pengarusutamaan

pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata ruang. Saat ini sudah

terdapat upaya-upaya untuk merumuskan pedoman tersebut, antara lain:

a. Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri bekerja sama

dengan Georisk Jerman dan Badan Geologi yang sedang menyusun

pedoman penerapan informasi kebencanaan geologi untuk penyusunan

rencana tata ruang;b. Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, berkoordinasi

dengan BNPB, yang telah menyusun Standar Penataan Ruang di Kawasan

Rawan Bencana (SPR-KRB) dan saat ini telah mencapai proses legal

drafting; dan

c. Upaya yang dilakukan oleh Bappenas dengan dukungan SCDRR II yang

tengah menyusun Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana

Tata Ruang berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko Bencana,

khususnya untuk RTRW Provinsi dan RTR Kawasan Strategis Nasional.

2. Apabila daerah akan melakukan pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana ke dalam rencana tata ruang, maka sebaiknya pada saat melakukan

penyusunan atau peninjauan kembali RTRW sudah tersedia pedoman yang

dapat digunakan sebagai acuan. Pedoman tersebut harus jelas dan dapat

diimplementasikan. Oleh karenanya, sebaiknya dibuat satu pedoman saja

mengenai upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam

rencana tata ruang yang mengkombinasikan antara pedoman yang telah

dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian PPN/Bappenas, dan

Kementerian Dalam Negeri.Selain itu perlu dipertimbangkan bahwa pedomantersebut tidak hanya menjadi acuan dalam penyusunan RTRW Provinsi dan

RTR KSN, tetapi juga rencana tata ruang lainnya (RTRW Kabupaten dan RTRW

Kota, serta rencana rinci lainnya).

Sehubungan dengan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke

dalam rencana tata ruang ini, ada kekhawatiran dari Daerah. Pada dasarnya

Daerah hanya melaksanakan arahan dari Pemerintah Pusat.Namun sebaiknya

harus ada integrasi antara arahan-arahan yang dibuat oleh Pemerintah

Pusat sehingga tidak membingungkan buat Daerah.Salah satunya adalah

Page 28: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 28/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xxvii

antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Dalam Negeri.

Sudah saatnya norma-norma yang ada di Kementerian Pekerjaan Umum dan

Kementerian Dalam Negeri diintegrasikan dan disinkronkan, sehingga tidak

membingungkan buat daerah.

3. Agar dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah maupun K/L dalam

melakukan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana

tata ruang, maka pedoman tersebut harus memiliki kerangka regulasi yang

cukup kuat. Alternatif yang dapat dilakukan:

a. Membuat Surat Edaran Bersama 3 Menteri (Kemen PU, Kemendagri,

dan BNPB) tentang Pedoman Pengarusutamaan Pengurangan Risiko

Bencana ke dalam Rencana Tata Ruang. SEB ini dibuat agar pedoman

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam RTR dapatsegera disusun dan menjadi acuan bagi pemerintah daerah maupun K/L.

Dengan demikian pengarusutamaan PRB dapat segera dilakukan. SEB ini

bersifat sementara.

b. Pada saat yang sama dimulai proses penyusunan Peraturan Menteri PU

tentang Pedoman Pengurangan Risiko Bencana dalam Rencana Tata

Ruang. Dengan demikian pedoman tersebut nantinya memiliki dasar

hukum yang lebih kuat.

4. Materi Teknis yang disusun ini dapat digunakan sebagai masukan dalam

penyusunan Pedoman Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke

dalam Rencana Tata Ruang tersebut di atas.

  Muatan Materi Teknis ini telah melalui pembahasan dalam (a) diskusi

bilateral dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan

Perikanan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, dan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana; (b) diskusi terarah untuk mendapatkan masukan

dari pemangku kepentingan terkait; dan (b) lokakarya untuk diseminasi danmendapatkan masukan dari pemangku kepentingan yang lebih luas. Dengan

demikian diharapkan muatannya sudah sesuai dengan kebutuhan dan dapat

dipertanggungjawabkan untuk memberikan masukan bagi penyusunan

Pedoman Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Rencana

Tata Ruang.Selain itu dalam penyusunan Materi Teknis ini juga sudah dengan

memperhatikan Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana

(draft) yang sedang disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum, sehingga

muatannya dapat saling melengkapi.

Page 29: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 29/214

xxviii — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

b. Keberadaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

  Hingga bulan Februari 2014 telah terbentuk 436 BPBD yang terdiri dari 33 BPBD

Provinsi dan 403 BPBD Kabupaten/Kota (81% dari 497 kabupaten/kota).Berarti

masih ada 94 kabupaten/kota yang belum memiliki BPBD.Untuk kabupaten/

kota yang belum memiliki BPBD,tugas dan fungsi penanggulangan bencana

dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai fungsi yang bersesuaian dengan

fungsi penanggulangan bencana.

  Di kabupaten/kota yang belum memiliki BPBD, bentuk kelembagaan kebencanaan

dapat berbeda-beda, baik dari segi SKPD penanggungjawab maupun eselonnya.

Di suatu kabupaten/kota kelembagaan kebencanaan ini dapat berada di bawah

eselon 2, 3, atau 4. Misalnya, sebagai contoh, di Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah)

kebencanaan menjadi bagian dari Badan Kesatuan Bangsa dan PerlindunganMasyarakat(Kesbanglinmas), di mana kebencanaan berada di bawah Bidang

Pengamanan dan Penanggulangan Bencana. Mengingat bahwa hasil kajian BNPB

menunjukkan bahwa 204 juta (sekitar 80%) rakyat Indonesia tinggal di kawasan

rawan bencana7, maka sebaiknya semua kabupaten/kota memiliki BPBD.

  Sehubungan dengan hal tersebut, prioritas utama adalah menyegerakan

pembentukan BPBD di 94 kabupaten/kota yang belum memiliki BPBD saat ini.

Setelah BPBD terbentuk, tantangan berikutnya adalah masalah kapasitas BPBD.Bila

dibandingkan dengan BKPRD yang sudah terbentuk cukup lama, maka kapasitasBPBD merupakan salah satu isu yang penting diperhatikan. Isu kapasitas ini antara

lain terkait dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta anggaran

yang dimiliki oleh BPBD. Kapasitas BPBD perlu diperkuat antara lain agar mampu

menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) sendiri yang berkualitas dan

sesuai dengan kebutuhan rencana tata ruang sehingga dapat diintegrasikan.

c. Kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

  Struktur BPBD yang ada saat ini dirasakan sudah cukup untuk penyelenggaraan

penanggulangan bencana di daerah, hanya perlu dioptimalkan lagi dalam halsumber daya manusia dan anggarannya.Dirasakan sumber daya manusia yang

ada saat ini masih sangat kurang kapabilitasnya dalam penanggulangan bencana,

khususnya untuk aspek pencegahan dan mitigasi bencana (perencanaan), karena

saat ini fokusnya masih lebih pada hal-hal yang operasional (kesiapsiagaan dan

tanggap darurat)8.

  Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi, yaitu bagaimana agar

7 Bapak Lilik Kurniawan, Direktur Pengurangan Risiko Bencana, “Isu-isu Strategis Pengarusutamaan Pengurangan RisikoBencana ke dalam Rencana Tata Ruang”, Kedeputian Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BNPB, Keynote Speechdalam Diskusi Terarah Materi Teknis-SCDRR-II, Bappenas, 10 Juni 2014.8 Diskusi Terarah Materi Teknis-SCDRR-II, Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 30: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 30/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xxix

Pemerinah Daerah mau memprioritaskan pembentukan BPBD, dan bila sudah

terbentuk, mau memprioritaskan penguatan BPBD, baik dari segi penguatan

sumber daya manusia maupun anggaran.

  Dalam pembentukan dan penguatan BPBD ini, sebaiknya pemerintah daerah juga

mempertimbangkan karakteristik fisik daerahnya, misalnya provinsi kepulauan

seperti NTT atau kota kepulauan seperti Ternate. Sebagai wilayah kepulauan, maka

sarana dan prasarana evakuasi menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan.

d. Penguatan BKPRD terkait Kebencanaan

  Sehubungan dengan belum masuknya pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana ke dalam salah satu tugas BKPRD dan tidak masuknya kelembagaan

bencana, BPBD, sebagai anggota BKPRD, maka tantangannya adalah bagaimanameningkatkan kapasitas BKPRD terhadap kebencanaan, terutama dalam upaya

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam penataan ruang. Ada

beberapa alternatif yang dapat diambil: (i) Memasukkan kelembagaan bencana,

dalam hal ini BPBD, sebagai salah satu anggota BKPRD; atau (ii) Memasukkan

BPBD ke dalam Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang pada saat penyusunan

rencana tata ruang, dan ke dalam Kelompok Kerja Pemanfaatan dan Pengendalian

Pemanfaatan Ruang pada saat rencana tata ruang sudah selesai disusun dan

masuk pada tahap implementasi; atau (iii) Memasukkan BPBD dalam Tim Teknis

tentang penanggulangan bencana.

  Dari hasil lokakarya, khusus untuk isu kelembagaan, dihasilkan beberapa butir

penting berikut ini:

1. Terkait dengan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam

perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang,

diperlukan pelibatan BPBD dan BKPRD. Dalam konteks tersebut maka

penting agar BPBD menjadi anggota BKPRD. Penguatan BKPRD dan BPBD

dalam penanganan aspek kebencanaan menjadi hal yang penting pula.

2. Penguatan BKPRD dalam aspek kebencanaan, antara lain dengan cara (dapatdilakukan ketiganya): (i) eselon 2 masuk sebagai anggota BKPRD; eselon 3

masuk dalam pokja BKPRD; dan masuk dalam tim teknis BKPRD.

3. Bila BPBD direkomendasikan untuk masuk sebagai anggota BKPRD, dan

BNPB direkomendasikan untuk masuk sebagai anggota BKPRN, maka perlu

dipikirkan bagaimana mekanismenya karena ada peraturan yang perlu diubah.

Misalnya, Keppres tentang BKPRN perlu direvisi. Sebelumnya tentu harus ada

kesepakatan terlebih dahulu mengenai keanggotaan tersebut. Hal ini penting

karena salah satu tujuanpenyelenggaraan penataan ruang adalah mewujudkan

ruang wilayah nasional yang aman (UU No. 26 tahun 2007 pasal 3), di manakebencanaan adalah salah satu isu strategis.

Page 31: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 31/214

Page 32: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 32/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xxxi

4. K/L atau SKPD dapat melakukan pengkajian risiko bencana secara mandiri

berkoordinasi dengan BNPB/BPBD dan mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun

2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, apabila Rencana

Penanggulangan Bencana (RPB) belum ada pada saat penyusunan atau peninjauan

kembali rencana tata ruang.

5. BNPB dilibatkan dalam proses persetujuan substansi untuk menjamin kualitas

kajian risiko bencana yang dilakukan telah memenuhi standar.

6. Perlu membuat pemrioritasan dalam pembuatan peta dasar berdasarkan kelas risiko

suatu daerah/kawasan. Kabupaten/kota/kawasan yang memiliki kelas risiko tinggi

diprioritaskan pembuatannya. Semakin tinggi risikonya semakin diprioritaskan

pembuatan peta dasarnya.

7. Pentahapan pembuatan peta dasar sebagai berikut:i. Tahap pertama adalah menyelesaikan pembuatan peta skala 1:25.000 untuk

seluruh Indonesia, dan peta skala 1:10.000 untuk kawasan-kawasan dalam

kabupaten/kota yang memiliki kelas risiko tinggi;

ii. Tahap kedua adalah membuat peta skala 1:5.000, 1:2.000, 1:1.000 untuk

kawasan-kawasan dengan kelas risiko tinggi.

8. BKPRN perlu membahas tantangan penyediaan peta kerawanan dan peta bahaya

yang harus disiapkan oleh K/L dan Daerah. Karena tanpa peta-peta tersebut, peta

risiko tidak dapat dibuat.

9. Dibuat satu pedoman untuk memudahkan implementasi oleh pemerintah daerah.

Pedoman tersebut disusun dengan mengintegrasikan berbagai upaya yang telah

dilakukan saat ini terkait dengan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana

ke dalam rencana tata ruang. Pedoman tersebut menjadi acuan dalam penyusunan

RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, RTRW Kota dan RTR Kawasan Strategis Nasional.

10. Dasar hukum pedoman tersebut adalah (i) Surat Edaran Bersama 3 Menteri (Kemen

PU, Kemendagri, dan BNPB); yang kemudian ditingkatkan menjadi (ii) Peraturan

Menteri PU.

11. Alternatif penguatan BKPRD terhadap kebencanaan dilakukan dengan cara: (i)

Memasukkan BPBD sebagai salah satu anggota BKPRD; (ii) Memasukkan BPBD ke

dalam Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang pada saat penyusunan rencana tata

ruang, dan ke dalam Kelompok Kerja Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan

Ruang pada saat rencana tata ruang sudah selesai disusun dan masuk pada tahap

implementasi; (iii) Memasukkan BPBD dalam Tim Teknis tentang penanggulangan

bencana.

12. Perlu dilakukan penguatan BKPRN dengan melibatkan BNPB.

Page 33: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 33/214

xxxii  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

VII. REKOMENDASI

  Dalam upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana

tata ruang, khususnya RTRW Provinsi dan RTR KSN, maka usulan rekomendasi

disampaikan pada BKPRN dan BNPB, adalah sebagai berikut:

A. BKPRN

  BKPRN melaksanakan rapat eselon II BKPRN untuk menyepakati pengarusutamaan

pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, yang meliputi:

1. Dibutuhkan pedoman pengarusutamaan PRB ke dalam RTR, baik untuk RTRW

Provinsi, RTRW Kabupaten, RTRW Kota, dan RTR KSN. Perlu pula disepakati: (i)

Kerangka regulasi pedoman; dan (ii) Muatan pedoman.

2. Pengurangan risiko bencana (PRB) menjadi salah satu muatan yang dikaji

pada saat proses persetujuan substansi di BKPRN. BNPB dilibatkan dalamproses persetujuan substansi untuk menjamin kualitas kajian risiko bencana

yang dilakukan telah memenuhi standar;

3. Membuat prioritas pembuatan peta dasar berdasarkan kelas risiko suatu daerah;

4. Penguatan BKPRD untuk materi kebencanaan. BPBD diusulkan menjadi

anggota BKPRD;

5. Dibuat satu pedoman untuk memudahkan implementasi oleh pemerintah

daerah. Pedoman tersebut disusun dengan mengintegrasikan berbagai

upaya yang telah dilakukan saat ini terkait dengan pengarusutamaan

pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata ruang. Pedoman tersebutmenjadi acuan dalam penyusunan RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, RTRW

Kota dan RTR Kawasan Strategis Nasional.

B. BNPB

1. Berkoordinasi dengan BKPRN dalam menetapkan daerah-daerah yang perlu

diprioritaskan pembuatan peta dasar dan peta tematiknya berdasarkan kelas

risiko suatu daerah;

2. Mendorong agar Pemerintah Daerah memrioritaskan pembentukan dan

penguatan BPBD (sumber daya manusia maupun anggaran);3. Mendorong percepatan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana di

kabupaten/kota; dan

4. Merumuskan kelas risiko yang lebih rinci (tidak hanya tinggi, sedang, rendah).

Page 34: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 34/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — xxxiii

BAB 1 Pendahuluan

Page 35: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 35/214

xxxiv — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

Page 36: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 36/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 1

BAB 1

Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana

yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi

alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia

menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan

kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga kaya akan sumberdaya alam.

Dengan kondisi sebagai negara rawan bencana, dan mengingat bahwa negara

bertanggung jawab melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan

dan penghidupan termasuk perlindungan atas bencana, maka dikeluarkanlah UU

No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. UU ini menjadi acuan bagi

upaya penanggulangan bencana di Indonesia. Penyelenggaraan penanggulangan

bencana terdiri atas 3(tiga) tahap, yang meliputi tahap prabencana, tanggap darurat,

dan pasca bencana. Penyelenggaraan untuk ketiga tahap tersebut harus dilakukan

secara terintegrasi.

Kompleksitas penyelenggaran penanggulangan bencana memerlukan suatu

penataan dan perencanaan yang matang, terarah dan terpadu. Penanggulangan

yang dilakukan selama ini belum didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis

dan terencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih dan bahkan terdapat

langkah upaya penting yang tidak tertangani. Pemaduan dan penyelarasan arah

penyelenggaraan penanggulangan bencanapada suatu kawasan membutuhkan

dasar yang kuat dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dilakukan melalui kajian risiko

bencana. Kajian risiko bencana merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan

dan besaran kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan

dan besaran kerugian, fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan

penanggulangan bencana menjadi lebih efektif. Dapat dikatakan kajian risiko bencana

merupakan dasar untuk menjamin keselarasan arah dan efektivitas penyelenggaraan

penanggulangan bencana pada suatu daerah.

Sebagai negara rawan bencana, sangat penting bagi Indonesia untuk memilikikesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana untuk dapat mengurangi dampak

yang ditimbulkan oleh bencana tersebut. Dalam hal ini upaya pencegahan dan

Page 37: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 37/214

2  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

mitigasi bencana menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko bencana yang

mungkin timbul. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana telah mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap daerah mempunyai

perencanaan penanggulangan bencana yang menjadi acuan dalam upaya

penanggulangan bencana. Sehubungan dengan hal tersebut, sangatlah penting

bagi setiap daerah untuk mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam

dokumen-dokumen perencanaan daerah, seperti Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Tata

Ruang (RTR) untuk menjamin pelaksanaannya yang efektif dan terintegrasi.

Mengingat pentingnya upaya mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke

dalam dokumen perencanaan daerah, maka kerjasama UNDP dengan BNPB, Bappenas,

dan Kementerian Dalam Negeri melalui Proyek Safer Communities through DisasterRisk Reduction (SCDRR) Fase II berupaya untuk mengintegrasikan pengurangan risiko

bencana ke dalam rencana tata ruang. Sejalan dengan Prioritas Aksi 4 dari Hyogo

Framework for Action  (HFA) 2005-2015 yakni “Reduce the underlying risk factors” ,

proyek ini memberikan dukungan kepada Pemerintah Pusat untuk memasukkan

pengurangan risiko bencana ke dalam sektor-sektor pembangunan terpilih. Salah

satu output proyek ini adalah terselenggaranya dukungan bagi pengarusutamaan

kebijakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan di daerah, termasuk

dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Sehubungan dengan itu, proyek ini memberikan dukungan kepada Pemerintah Pusat

untuk memasukkan perspektif pengurangan risiko bencana (Disaster Risk Reduction/

DRR) ke dalam sektor-sektor pembangunan terpilih melalui perumusan materi

teknis bagi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam sektor-sektor

pembangunan, khususnya penataan ruang. Rencana tata ruang, dengan fungsinya

untuk mengarahkan pemanfaatan ruang jangka panjang, sangat berguna dalam

mereduksi keterpaparan jumlah penduduk, kegiatan sosial ekonomi, dan sarana

prasarana dari ancaman bencana. Saat ini, pedoman penyusunan rencana tata ruang

yang ada yang relevan dengan kebencanaan adalah untuk letusan gunung api,gempa bumi, dan reklamasi pantai.

Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

semua pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota) wajib menyusun Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang selanjutnya dilegalisasikan menjadi Peraturan Daerah

(Perda), dengan masa berlaku selama 20 tahun dan ditinjau kembali setiap 5 tahun.

Sehubungan dengan upaya pengurangan risiko bencana, rencana tataruang saat ini

 juga perlu memasukkan kajian risiko bencana untuk mengidentifikasikan kerawanan,

tingkat ancaman, tingkat kerentanan, dan tingkat kapasitas di suatu wilayah.Memasukkan upaya pengurangan risiko bencana kedalam penataan ruang, yang

Page 38: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 38/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 3

meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang, harus menjadi prioritas Pemerintah dalam rangka memberikan perlindungan

terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan

rentan, serta berpihak pada upaya pelestarian lingkungan hidup.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menyusun Materi Teknis Revisi Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko

Bencana. Sementara tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan masukan perbaikan

terhadap pedoman-pedoman penyusunan rencana tata ruang (RTR) yang telah ada

saat ini untuk mengintegrasikan pendekatan pengurangan risiko bencana ke dalam

penataan ruang.

Materi teknis yang dihasilkan akan diusulkan kepada Badan Koordinasi PenataanRuang Nasional (BKRN) sebagai masukan dalam merumuskan pedoman yang

dapat menjadi acuan bagi Pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata ruang,

khususnya Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW Provinsi) dan Rencana Tata

Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN). Pedoman ini nantinya dapat melengkapi

pedoman yang telah ada saat ini, khususnya (a) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Provinsi, dan (b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2012

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Nasional(KSN). Perumusan pedoman tersebut harus dilakukan sesuai dengan arahan dalam

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU No. 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana sebagai landasan untuk mengintegrasikan pendekatan

pengurangan risiko bencana ke dalam penataan ruang.

1.3 Ruang Lingkup Materi Teknis

Adapun ruang lingkup kegiatan penyusunan Materi Teknis Revisi Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang berdasarkan Perspektif Pengurangan RisikoBencana meliputi:

l Mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait, khususnya Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (Permen PU No 15 Tahun 2009)

dan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional

(Permen PU No 15 Tahun 2012);

l Mengkaji dan mengintegrasikan hasil dua studi yang telah dilakukan, yaitu

“Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional: Tinjauan Kebencanaan,

Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur” dan “Kaji Ulang

Pedoman Perencanaan Tata Ruang dalam rangka Pengurangan Risiko Bencana

(PRB) di Indonesia”;

Page 39: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 39/214

4  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

l Melakukan pengumpulan data dan informasi dari stakeholder   yang relevan,

khususnya Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan,

Kementerian Negara Lingkungan Hidup, dan Badan Nasional Penanggulangan

Bencana melalui diskusi bilateral;

l Mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam penyusunan rencana

tata ruang wilayah provinsi dan kawasan strategis nasional;

l Mengkaji mitigasi bencana dalam Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil (RPWP3K) dan keterkaitan kajian risiko bencana dengan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam penataan ruang;

l Melakukan pemetaan stakeholder ;

l Menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terfokus untuk mendapatkan masukan

terhadap materi teknis yang disusun dari stakeholder  yang relevan;

l Menyelenggarakan lokakarya untuk mendiseminasikan materi teknis yang telahdisempurnakan dan menyepakati rencana tindak lanjut; dan

l Menyusun Materi Teknis bagi Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang

berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

1.4 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Kegiatan ini dilakukan melalui perumusan serangkaian output, sebagai berikut:

1. Output 1: Keterkaitan Kajian Risiko Bencana dengan KLHS dalam RTRW Provinsi

dan RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN)  Output ini dicapai dengan melakukan kajian terhadap peraturan perundang-

undangan tentang Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), pengurangan

risiko bencana, Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, dan Pedoman Penyusunan

RTR KSN dan dokumen-dokumen penunjang lainnya.Selain itu juga dilakukan

diskusi dengan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

  Dari diskusi dan kajian ini dapat diperoleh gambaran mengenai keterkaitan Kajian

Risiko Bencana (KRB) dengan KLHS dalam rencana tata ruang, khususnya dalam RTRW

Provinsi dan RTR KSN.Hasil kajian ini juga menjadi masukan dalam mengintegrasikan

KRB ke dalam rencana tata ruang wilayah provinsi dan kawasan strategis nasional.2. Output 2: Mitigasi Bencana dalam Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil (RPWP3K)

  Output ini dicapai dengan melakukan kajian terhadap peraturan perundang-

undangan tentang rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

(RPWP3K), pengurangan risiko bencana, dan dokumen-dokumen penunjang

lainnya, serta diskusi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

  Dari diskusi dan kajian ini dapat diperoleh gambaran mengenai posisi mitigasi

bencana dalam rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

3. Output 3: Integrasi Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Penyusunan RTRWProvinsi dan RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Page 40: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 40/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 5

  Output ini dicapai dengan melakukan desk study , yang mencakup:

a. Mengkaji pedoman-pedoman yang ada tentang penyusunan RTRW Provinsi

dan RTR KSN serta pedoman terkait lainnya;

b. Mengkaji peraturan perundang-undangan serta dokumen tentang

penanggulangan bencana.

c. Mengkaji dokumen-dokumen penunjang lainnya, termasuk dua studi yang

telah dihasilkan oleh SCDRR II, yaitu “Perencanaan Tata Ruang Kawasan

Strategis Nasional: Tinjauan Kebencanaan, Studi Kasus Penataan Ruang

Kawasan Jabodetabekpunjur” dan “Kaji Ulang Pedoman Perencanaan Tata

Ruang dalam rangka Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Indonesia”.

  Berdasarkan hasil kajian tersebut, dan diskusi dengan Kementerian Pekerjaan

Umum dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dilakukan pengintegrasian

pengurangan risiko bencana ke dalam penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN.4. Output 4: Pemetaan KelembagaanPengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana

ke dalam Rencana Tata Ruang

  Output ini dicapai melalui:

a. Hasil dari Output 3; dan

b. Pengumpulan data dan informasi dalam bentuk diskusi dan wawancara

dengan stakeholder yang relevan.

  Stakeholder yang relevan meliputi: Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum,

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kementerian Kelautan dan Perikanan,

dan Kementerian Lingkungan Hidup.  Hasil diskusi dengan berbagai stakeholder yang relevan, dikombinasikan dengan

hasil dari output 3, dilakukan pemetaan kelembagaan.

5. Output 5: Penyusunan Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata

Ruang berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

  Penyusunan materi teknis terdiri atas dua tahap, yaitu:

a. Penyusunan draft materi teknis revisi pedoman penyusunan RTR

  Draft materi teknis disusun berdasarkan output 1 sampai dengan output 4.

Untuk mempertajam pengintegrasian kajian risko bencana (KRB) ke dalam

pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi danRencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Nasional (KSN), serta pemetaan

kelembagaan, dilakukan Diskusi Terarah (Focus Group Discussion/FGD). Hasil

dari FGD ini menjadi masukan dalam perumusan draft materi teknis.

b Penyusunan materi teknis revisi pedoman penyusunan RTR (final)

  Lokakarya diselenggarakan untuk mendiseminasikan draft materi teknis

revisi pedoman penyusunan RTR yang telah disusun dan membangun

kesepakatan rencana tindak lanjut dengan mengundang berbagai

stakeholder   yang lebih luas. Hasil dari lokakarya ini juga menjadi masukan

dalam menyempurnakan draft materi teknis yang akan diberikan kepada

Page 41: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 41/214

Page 42: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 42/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 7

Integrasi spasial/muatan telah dibahas secara detil dalam Standar Penataan Ruang di

Kawasan Rawan Bencana. Lihat Gambar 1.2.

Gambar 1.1Kedudukan Materi Teknis terhadap

Peraturan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

Dan Bidang Penanggulangan Bencana

Perka BNPB No. 2/2012

Pedoman Umum

Page 43: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 43/214

8  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA 

Gambar 1.2

Keterkaitan Materi Teknis dengan Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN,

serta Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana

Sumber: Hasil Analisis

1.6 Sistematika Materi Teknis

Materi teknis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab 1 PENDAHULUAN

Bab 1 yang merupakan pendahuluan membahas mengenai latar belakang

penyusunan materi teknis, maksud dan tujuan penyusunan, ruang lingkuppembahasan, metodologi penyusunan, dan kedudukan materi teknis initerhadap pedoman penyusunan rencana tata ruang yang ada.

Bab 2 MITIGASI BENCANA DALAM RENCANA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIRDAN PULAU-PULAU KECIL (RPWP3K) DAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUPSTRATEGIS (KLHS)

Bab 2 ini terdiri atas dua subbab, yaitu subbab pertama membahas mitigasibencana dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, sedangkansubbab kedua membahas kajian lingkungan hidup strategis dalam penataanruang. Subbab pertama membahas dasar hukum mitigasi bencana dan jenis,tingkat risiko, dan wilayah bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.Selain itu juga dibahas mitigasi bencana dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

IntegrasiSpasial/Muatan

KoordinasiKelembagaan

IntegrasiDokumen/

Proses

Integrasi

Spasial/Muatan

Materi

Teknis

Standar Penataan Ruang

di Kawasan Rawan

Bencana

Pedoman Penyusunan

RTR KSN

Pedoman Penyusunan

RTRW Provinsi

MelengkapiMelengkapi

Page 44: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 44/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 9

dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) serta contoh aplikasi mitigasi bencana dalamperencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Subbab ini jugamembahas keterkaitan antara perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulaukecil dengan perencanaan tata ruang.

Subbab kedua membahas tentang penyelenggaraan kajian lingkungan hidupstrategis (KLHS) dalam rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tataruang kawasan strategis nasional, serta keterkaitannya dengan penguranganrisiko bencana dalam perencanaan tata ruang.

Bab 3 PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KE DALAMPENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

Sesuai dengan tujuan materi teknis ini, maka Bab 3 membahas langkah-langkahyang harus dilakukan dalam mengintegrasikan perspektif pengurangan risikobencana ke dalam penyusunan rencana tata ruang provinsi. Hal-hal yangdibahas meliputi dasar hukum, penyelenggaraan penanggulangan bencanadalam penataan ruang, pengintegrasian perspektifpengurangan risiko bencanake dalam proses penyusunan RTRW Provinsi, serta pengintegrasian kajian risikobencana (KRB) ke dalam ketentuan teknis muatan RTRW Provinsi. Pembahasandalam bab ini ditutup dengan pembahasan mengenai tantangan yang dihadapidalam pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam penyusunanRTRW Provinsi.

Bab 4 PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KE DALAMPENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

Pembahasan dalam Bab 4 diawali dengan perumusan kriteria bagi penentuanperlu/tidaknya melakukan kajian risiko bencana khusus bagi setiap tipologi KSNyang ada. Kriteria ini dirumuskan dengan memperhatikan bentuk KSN sertaisu strategis nasional dan fokus penangangan setiap tipologi KSN. Setelah itudilakukan pembahasan terhadap pengarusutamaan pengurangan risiko bencanake dalam proses penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis nasional(RTR KSN). Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai pengintegrasian kajianrisiko bencana (KRB) ke dalam muatan RTR KSN. Kemudian diberikan contohpengintegrasian KRB tersebut ke dalam RTR KSN dengan Tipologi KawasanPerkotaan Metropolitan Jabodetabekpunjur. Terakhir dibahas tantangan yangdihadapi dalam pengarusutamaan pengurangan risiko bencana tersebut ke

dalam penyusunan RTR KSN.Bab 5 PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Bab 5 membahas tentang pemangku kepentingan dalam pengarusutamaanpengurangan risiko bencana ke dalam perencanaan tata ruang. Sebagaipendahuluan dibahas mengenai pemetaan pemangku kepentingan dalampenyelenggaran penanggulangan bencana, yaitu kelembagaan penanggulanganbencana di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Setelah itu dilakukanpemetaan pemangku kepentingan dalam pengarusutamaan penguranganrisiko bencana ke dalam penyusunan RTRW Provinsi dan RTR Kawasan StategisNasional (KSN).

Page 45: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 45/214

10  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Bab 6 IMPLEMENTASI

Bab 6 merupakan bab terakhir dari Materi Teknis ini. Bab ini membahas langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan pengarusutamaanpengurangan risiko bencana ke dalam penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN

dengan mempertimbangkan berbagai tantangan yang dihadapi.

Page 46: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 46/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 11

BAB 2Mitigasi Bencana dalam RencanaPengelolaan Wilayah Pesisir danPulau-Pulau Kecil (RPWP3K) danKajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS)

Page 47: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 47/214

12  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Page 48: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 48/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 13

Pada bab ini dibahas mitigasi bencana dalam rencana pengelolaan wilayah pesisir danpulau-pulau kecil dan bagaimana keterkaitannya dengan penataan ruang. Selain itu babini juga membahas kajian lingkungan hidup strategis dalam perencanaan tata ruang dankaitannya dengan mitigasi bencana.

2.1 Mitigasi Bencana dalam Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil

2.1.1 Dasar Hukum

Mitigasi Bencana dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil (PWP3K) mengacu pada UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (PWP3K)Pasal 56 yang mengamanatkan

bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil wajib memuat mitigasi

bencana sesuai dengan jenis, tingkat risiko, dan wilayah bencananya.

Upaya mitigasi bencana harus dilaksanakan sejak tahap perencanaan.

UU No. 27 tahun 2007 menitikberatkan pada upaya preventif pada tahap

prabencana.Amanat ini mengandung makna bahwa paradigma penanganan

bencana yang selama ini dilakukan perlu direformasi dari pendekatan

fatalistik-reaktif melalui manajemen krisis menjadi pendekatan terencana

pro-aktif melalui pengurangan risiko. Pengurangan risiko dilakukan melalui

tiga upaya: pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Ketiga upaya tersebut

dalam UU No. 27 Tahun 2007 disebut mitigasi. Mitigasi bencana adalahupaya untuk mengurangi risiko bencana baik secara struktur atau fisik

BAB 2

Mitigasi Bencana dalam RencanaPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) dan KajianLingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Page 49: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 49/214

14  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau

nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi bencana di wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil.

Atas dasar itu maka diperlukan pengaturan lebih lanjut mengenai kegiatan

pengurangan risiko bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai

dengan jenis, tingkat risiko, dan wilayah bencana. Mitigasi bencana ini diatur

lebih lanjut dalam PP No. 64 tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

2.1.2 Jenis, Tingkat Risiko, dan Wilayah Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau -

pulau Kecil

Bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat diakibatkan karena

peristiwa alam dan/atau perbuatan orang.Perbandingan jenis-jenis bencana

yang ditetapkan oleh BNPB dan PP No. 64 tahun 2010 dapat dilihat pada

Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Perbandingan Jenis-jenis Bencana

 Jenis-jenis Bencana dalamPP No. 64 tahun 2010

 Jenis-jenis Bencana dalamPerka BNPB No. 02 tahun 2012

No Jenis Bencana Penyebab No Jenis Bencana

1. Gempa Bumi Peristiwa Alam 1. Gempa Bumi

2. Tsunami Peristiwa Alam 2. Tsunami

3. Gelombang Ekstrim Peristiwa Alam 3. Gelombang Ekstrim dan Abrasi

4. Gelombang Laut Berbahaya Peristiwa Alam 4. Letusan Gunung Api

5. Letusan Gunung Api Peristiwa Alam 5. Banjir

6. Banjir Peristiwa Alam Perbuatan Orang 6. Tanah Longsor

7. Kenaikan Paras Muka Air Laut Peristiwa Alam Perbuatan Orang

8. Tanah Longsor Peristiwa Alam Perbuatan Orang9. Erosi Pantai Peristiwa Alam Perbuatan Orang

10. Angin Puting Beliung Peristiwa Alam

Jenis bencana lainnya 7. Kekeringan

8. Cuaca Ekstrim

9. Kebakaran Hutan dan Lahan

10.Kebakaran Gedung danPermukiman

11. Epidemi dan Wabah Penyakit

12. Gagal Teknologi

Sumber: PP No. 64 tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Perka BNPB No. 02tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Page 50: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 50/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 15

Tingkat risiko bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dikelompokkan

menjadi:

a. risiko tinggi;

b. risiko sedang; dan

c. risiko rendah.

Tingkat risiko bencana ditentukan berdasarkan analisis bahaya dan

kerentanan dan ditetapkanoleh BNPB sesuai dengan ketentuan dalam Perka

BNPB no 02/2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

Wilayah bencana merupakan luasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

yang diprediksi terkena dampak bencana dalam rentang waktu tertentu dan

ditentukan berdasarkan:a. identifikasi jenis bencana;

b. pengkajian ancaman bencana; dan

c. analisis mengenai daerah yang diprediksi terkena dampak bencana.

Wilayah bencana dikelompokkan dalam skala nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota.

2.1.3 Mitigasi Bencana dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau - pulau Kecil

Dalam menyusun perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memuat mitigasi

bencana yang merupakan bagian dari Rencana Penanggulangan Bencana

(RPB). Muatan aspek kebencanaan dalam setiap dokumen perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah sebagai berikut:

1. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RSWP3K) wajib

memuat isu, visi, misi, strategi, kebijakan, dan program yang memasukkan

mitigasi bencana. Jangka waktu RSWP3K Pemerintah Daerah selama 20

(dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5(lima) tahun sekali. RSWP3K ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah

(Gubernur/Bupati/Walikota).

2. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) wajib

mempertimbangkan peta rawan bencana dan peta risiko bencana yang

disusun dan ditetapkan oleh instansi yang berwenang (BNPB atau BPBD).

RZWP3K provinsi dibuat dalam peta dengan skala 1:250.000 atau lebih

besar. Jangka waktu berlakunya RZWP3K selama 20 (dua puluh) tahun

dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. RZWP3K ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

Page 51: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 51/214

16  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

3. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K)

wajib memasukkan rencana mitigasi bencana. Rencana mitigasi bencana

tersebut menjadi bagian dari Rencana Penanggulangan Bencana Daerah

(RPB Daerah). Bila RPB Daerah belum ditetapkan, satuan kerja perangkat

daerah (SKPD) yang membidangi kelautan dan perikanan menyusun

rencana mitigasi bencana untuk dimasukkan ke dalam RPWP3K. RPWP3K

berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau kembali sekurang-

kurangnya sebanyak 1 (satu) kali. RPWP3K ditetapkan dengan Peraturan

Kepala Daerah.

4. Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAPWP3K)

wajib memasukkan kegiatan mitigasi bencana yang ada dalam Rencana

Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB). Bila RAD PRB belum

ditetapkan, SKPD yang membidangi kelautan dan perikanan menyusunkegiatan mitigasi bencana untuk dimasukkan ke dalam RAPWP3K. Kegiatan

mitigasi bencana meliputi kegiatan struktur/fisik dan/atau non struktur/

non fisik mitigasi bencana yang berdampak langsung dalam pengurangan

risiko. RAPWP3K provinsi atau kabupaten/kota berlaku selama 1 (satu)

sampai dengan 3 (tiga) tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Kepala

Daerah.

  Secara umum mitigasi bencana dalam perencanaan pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dilihat pada Gambar 2.1.

  Mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui

kegiatan (i) struktur/fisik, dan/atau (ii) nonstruktur/nonfisik. Pendekatan

secara struktur/fisik dapat dilakukan melalui manipulasi atau teknis, baik

secara alami maupun buatan. Mitigasi secara nonstuktur/nonfisik dapat

dilakukan melalui upaya nonteknis yang berkaitan dengan penyesuaian

dan pengaturan kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya

mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Mitigasi bencana secara fisik

dan nonfisik dapat dilihat pada Tabel 2.2. Kegiatan struktur/fisik dilakukansesuai dengan jenis bencana yang dihadapi (Untuk lengkapnya lihat Tabel

2.3).

Page 52: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 52/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 17

Gambar 2.1

Mitigasi Bencana dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil

Sumber: Disarikan dari PP No. 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan PP No. 21

tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Tabel 2.2

Mitigasi Bencana secara Fisik dan Nonfisik 

No Fisik Non Fisik  

1.

2.

ALAMITerumbu karang, sand dunes,vegetasi (hutan)

BUATANPemecah gelombang(breakwater), tembok laut(seawall), krib (groin), jetty,tanggul, sudetan, kolam,resapan air, konstruksipelindung bencana, shelter,Instalasi Pengolah Limbah

a. Pembuatan Peta Rawan Bencanab. Penyusunan Peta Kerentananc. Analisis dan Penyusunan Peta Risiko Bencana

d. Peraturan Perundangane. Rencana Aksi Penanggulangan Bencanaf. Pengarusutamaan penanggulangan bencana  dalam perencanaan pembangunang. Sistim Peringatan Dinih. Relokasi, Tata Ruang, Zonasi, Tata Guna Lahani. Penyadaran Masyarakat j. Pelatihan/Penyuluhank. AMDALl. Pengentasan Kemiskinanm.ICZMn. Kelembagaan mitigasi bencana

  Sumber: DiposaptonoS. & Budiman (2008). Hidup Akrab dengan Gempa dan Tsunami . Bogor: SaranaKomunikasi Utama

Page 53: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 53/214

18  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

    N   o

    J   e   n    i   s    B   e   n   c   a   n   a

    K

   e   g    i   a    t   a   n    S    t   r   u    k    t   u   r    /    F    i   s    i    k

    K   e    t   e   r   a   n   g   a   n

    1

    G   e   m   p   a    B   u   m    i

    P   e   n   g   g   u   n   a   a   n

    k   o   n   s   t   r   u    k   s    i

    b   a   n   g   u   n   a   n

   t   a    h   a   n   g   e   m   p   a   ;

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n   t   e   m   p   a   t    l   o   g    i   s   t    i    k   ;

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n

   p   r   a   s   a   r   a   n   a

    d   a   n

   s   a   r   a   n   a

    k   e   s   e    h   a   t   a   n   ;    d   a   n

    P   r   a   s   a   r   a   n   a    d   a   n   s   a   r   a   n   a    k   e   s   e    h   a   t   a   n   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   r   u   m   a    h   s   a    k    i   t ,   m   o    b    i    l   a   m    b   u    l   a   n   s ,   o    b   a   t  -   o    b   a

   t   a   n ,

   p   e   r   a    l   a   t   a   n

   m   e    d    i   s ,    d   a   n   p   a   r   a   m   e    d    i   s .

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n

   p   r   a   s   a   r   a   n   a

    d   a   n

   s   a   r   a   n   a

   e   v   a    k   u   a   s

    i .

    P   r   a   s   a   r   a   n   a    d   a   n   s   a   r   a   n   a   e   v   a    k   u   a   s    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n    b   e   r   p   a   p   a   p   a   n    i   n    f   o   r   m   a   s    i   e   v   a    k   u   a   s    i ,    j   a    l   u   r   e   v   a    k   u   a   s    i ,   t   a   n   g   g   a

   e   v   a    k   u

   a   s    i ,    d   a   n   t   e   m   p   a   t   p   e   n   a   m   p   u   n   g   a   n

    2

    T   s   u   n   a   m    i

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n   s    i   s   t   e   m   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   ;

    S    i   s   t   e   m

   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   a    l   a   t   p   e   n   g    i   r    i   m

    d   a   n   p   e   n   e   r    i   m   a    i   n    f   o   r   m   a   s    i   y   a   n   g    d    i   s   e    d    i   a    k   a   n   o    l   e    h

    i   n   s   t   a   n

   s    i   y   a   n   g   t   u   g   a   s    d   a   n   t   a   n   g   g   u   n   g    j   a   w   a    b   n   y   a

    d    i    b    i    d   a   n   g   p   e   m    b   e   r    i   a   n   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   t   s   u   n   a   m    i   s   e   s   u   a    i

    d   e   n   g   a   n    k   e   t   e   n   t   u   a   n   p   e   r   a   t   u   r   a   n   p   e   r   u   n    d   a   n   g  -   u   n    d   a   n   g   a   n .

    P   e   n   g   g   u   n   a   a   n

    b   a   n   g   u   n   a   n

   p   e   r   e    d   a   m

   t   s   u   n   a   m    i   ;

    B   a   n   g   u   n   a   n   p   e   r   e    d   a   m   t   s   u   n   a   m    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   t   e   m    b   o    k    l   a   u   t ,    b   r   e   a    k   w   a    t   e   r ,   t   a   n   g   g   u    l    l   a   u   t .

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n    f   a   s    i    l    i   t   a   s   p   e   n   y   e    l   a   m   a   t   a   n    d    i   r    i   ;

    F   a   s    i    l    i   t

   a   s   p   e   n   y   e    l   a   m   a   t   a   n    d    i   r    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   s    h   e    l    t   e   r ,

    b   u    k    i   t    b   u   a   t   a   n ,

    j   a    l   u   r    d   a   n   t   e   m   p   a   t   e   v   a    k   u   a   s    i ,   s   e   r   t   a   p   a   p   a   n

    i   n    f   o   r   m

   a   s    i .

    P   e   n   g   g   u   n   a   a   n

    k   o   n   s   t   r   u    k   s    i

    b   a   n   g   u   n   a   n

   r   a   m   a    h    b

   e   n   c   a   n   a   t   s   u   n   a   m    i   ;

    K   o   n   s   t

   r   u    k   s    i    b   a   n   g   u   n   a   n   r   a   m   a    h    b   e   n   c   a   n   a   t   s   u   n   a   m

    i   a    d   a    l   a    h    b   a   n   g   u   n   a   n    d   e   n   g   a   n    b   e   n   t   u    k   p   a   n   g

   g   u   n   g

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n

   p   r   a   s   a   r   a   n   a

    d   a   n

   s   a   r   a   n   a

    k   e   s   e    h   a   t   a   n   ;

    V   e   g   e   t   a   s    i   p   a   n   t   a    i   ;    d   a   n

    V   e   g   e   t   a   s    i   p   a   n   t   a    i   a    d   a    l   a    h   t   a   n   a   m   a   n   y   a   n   g    h    i    d   u

   p    d    i   w    i    l   a   y   a    h   p   e   s    i   s    i   r ,   s   e   p   e   r   t    i   m   a   n   g   r   o   v   e

 ,   c   e   m   a   r   a    l   a   u   t ,

    k   e   t   a   p

   a   n   g ,   w

   a   r   u    l   a   u   t ,    d   a   n    b   u   t   u   n .

    P   e   n   g   e    l   o

    l   a   a   n   e    k   o   s    i   s   t   e   m   p   e   s    i   s    i   r .

    E    k   o   s    i   s   t   e   m

   p   e   s    i   s    i   r

   a    d   a    l   a    h

    k   e   s   a   t   u   a   n

    k   o   m   u

   n    i   t   a   s

   t   u   m    b   u    h  -   t   u   m    b   u    h   a   n ,

    h   e   w   a   n ,

   o   r   g   a   n    i   s   m   e ,

    d   a   n

   n   o   n   o   r   g   a   n    i   s   m

    l   a    i   n    d    i   w    i    l   a   y   a    h   p   e   s    i   s    i   r   s   e   r   t   a

   p   r   o   s   e   s   y   a   n   g   m   e   n   g    h   u    b   u   n   g    k   a   n   n   y   a   y   a   n   g   m   e   m    b   e   n   t   u    k

    k   e   s   e    i   m    b   a   n   g   a   n ,   s   t   a

    b    i    l    i   t   a   s    d   a   n   p   r   o    d   u    k   t    i   v    i   t   a   s   s   u   a   t   u   s    i   s   t   e   m   s   a    l    i   n   g    k   e   t   e   r   g   a   n   t   u   n   g   a   n    (    f   u   n   g   s

    i    d   a   n    i   n   t   e   r   a    k   s    i    )

   a   n   t   a   r   a    h   e   w   a   n ,   t   u

   m    b   u    h   a   n    d   a   n   o   r   g   a   n    i   s   m   e   s   e   r   t   a    l    i   n   g    k   u   n   g   a   n    d    i   w    i    l   a   y   a    h   p   e   s    i   s    i   r .

    3

    G   e    l   o   m    b   a   n   g    E    k   s   t   r    i   m

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n   s    i   s   t   e   m   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   ;

    S    i   s   t   e   m

   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   a    l   a   t   p   e   n   g    i   r    i   m    d   a   n   p   e   n   e   r    i   m   a    i   n    f   o   r   m   a   s    i

    P   e   n   g   g   u   n   a   a   n

    b   a   n   g   u   n   a   n

   p   e   r   e    d   a   m

   g   e    l   o   m    b   a   n   g   e    k   s   t   r    i   m   ;

    B   a   n   g   u   n   a   n   p   e   r   e    d   a   m   g   e    l   o   m    b   a   n   g   e    k   s   t   r    i   m   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   t   e   m    b   o    k    l   a   u   t ,    b   r   e   a    k   w   a    t   e   r ,   t   a   n   g   g   u    l

    l   a   u   t .

    V   e   g   e   t   a   s    i   p   a   n   t   a    i   ;    d   a   n

    T   a

    b   e    l    2 .    3

    K   e   g    i   a   t   a   n    S   t   r   u    k   t   u   r    /    F    i   s    i    k   u

   n   t   u    k    M    i   t    i   g   a   s    i   t   e   r    h   a    d   a   p    S   e   t    i   a   p    J   e   n    i   s    B   e   n   c   a   n   a    d    i    W    i    l   a   y   a    h

    P   e   s    i   s    i   r    d   a   n    P   u    l   a   u  -   p   u    l   a   u    K   e   c    i    l

Page 54: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 54/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 19

    N   o

    J   e   n    i   s    B   e   n   c   a   n   a

    K

   e   g    i   a    t   a   n    S    t   r   u    k    t   u   r    /    F    i   s    i    k

    K   e    t   e   r   a   n   g   a   n

    P   e   n   g   e    l   o

    l   a   a   n   e    k   o   s    i   s   t   e   m   p   e   s    i   s    i   r

    4

    G   e    l   o   m    b   a   n   g    L   a   u   t    B   e   r    b   a    h   a   y   a

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n   s    i   s   t   e   m   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i

    S    i   s   t   e   m

   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   a    l   a   t   p   e   n   g    i   r    i   m    d   a   n   p   e   n   e   r    i   m   a    i   n    f   o   r   m   a   s    i .

    5

    L   e   t   u   s   a   n    G   u   n   u   n   g    A   p    i

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n   s    i   s   t   e   m   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   ;

    S    i   s   t   e   m

   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   a    l   a   t   p   e   n   g    i   r    i   m    d   a   n   p   e   n   e   r    i   m   a    i   n    f   o   r   m   a   s    i

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n    b   u   n    k   e   r   ;

    P   e   m    b   a   n

   g   u   n   a   n    j   a    l   u   r    l   a    h   a   r   ;    d   a   n

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n

   p   r   a   s   a   r   a   n   a

    d   a   n

   s   a   r   a   n   a

   e   v   a    k   u   a   s

    i

    6

    B   a   n    j    i   r

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n   s    i   s   t   e   m   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   ;

    S    i   s   t   e   m

   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   a    l   a   t   p   e   n   g    i   r    i   m    d   a   n   p   e   n   e   r    i   m   a    i   n    f   o   r   m   a   s    i

    P   e   m    b   a   n

   g   u   n   a   n

    b   a   n   g   u   n   a   n

   p   e   n   g   e   n    d   a    l    i   a   n    b   a   n    j    i   r   ;    d   a   n

    B   a   n   g   u   n   a   n   p   e   n   g   e   n    d   a    l    i   a   n    b   a   n    j    i   r   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   t

   a   n   g   g   u    l ,   s   u   m   u   r   r   e   s   a   p   a   n ,

    b   e   n    d   u   n   g   a   n ,   w

   a    d   u    k ,

   p   o    l    d    i   e   r ,

   s   u    d   e   t

   a   n ,    k

   a   n   a    l ,    k   o    l   a   m   p   e   n   a   m   p   u   n   g   a   n ,    d

   a   n   p    i   n

   t   u   a    i   r .

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n

   p   r   a   s   a   r   a   n   a

    d   a   n

   s   a   r   a   n   a

   e   v   a    k   u   a   s

    i .

    7

    K   e   n   a    i    k   a   n

    P   a   r   a   s    M   u    k   a

    A    i   r

    L   a   u   t

    P   e   m    b   a   n

   g   u   n   a   n

    b   a   n   g   u   n   a   n

   p   e    l    i   n    d   u   n   g

   p   a   n   t   a    i   ;

    B   a   n   g   u   n   a   n   p   e    l    i   n    d   u   n   g   p   a   n   t   a    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   t   a   n   g   g

   u    l ,   t   e   m    b   o    k    l   a   u   t ,    d   a   n    h   a   s    i    l   r   e    k    l   a   m   a   s    i .

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n   p   o   m   p   a   a    i   r   ;

    P   e   n   g   g   u   n   a   a   n

    k   o   n   s   t   r   u    k   s    i

    b   a   n   g   u   n   a   n

   y   a   n   g    b   e

   r   a    d   a   p   t   a   s    i   p   a    d   a    k   e   n   a    i    k   a   n   p   a   r   a   s

   m   u    k   a   a    i   r    l   a   u   t   ;

    B   a   n   g   u   n   a   n   y   a   n   g    b   e   r   a    d   a   p   t   a   s    i   p   a    d   a    k   e   n   a    i    k   a   n   p   a   r   a   s   m   u    k   a   a    i   r    l   a   u   t   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n    b   e   r   u   p   a   r   u   m

   a    h   p   a   n   g   g   u   n   g

    V   e   g   e   t   a   s    i   p   a   n   t   a    i   ;    d   a   n

    P   e   n   g   e    l   o

    l   a   a   n   e    k   o   s    i   s   t   e   m   p   e   s    i   s    i   r .

    8

    T   a   n   a    h    L   o   n   g   s   o   r

    P   e   r    k   u   a   t   a   n    l   e   r   e   n   g

    P   e   r    k   u

   a   t   a   n    l   e   r   e   n   g   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   p   e   m   a   s   a   n   g   a   n   a

   n   g    k   u   r   p   e   n   g   u   a   t    b   a   t   u   a   n   p   a    d   a    b    i    d   a   n   g  -    b

    i    d   a   n   g    b   a   t   u   a   n ,

   p   e   m   a

   s   a   n   g   a   n   t   e   m    b   o    k   p   e   n   a    h   a   n   t   a   n   a    h .

    P   e   m    b   a   n

   g   u   n   a   n

    j   a   r    i   n   g   a   n

    d   r   a    i   n   a   s   e

    l   e   r   e   n   g   ;    d

   a   n

    L   a   n    j   u   t   a   n    T   a    b   e    l    2 .    3

Page 55: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 55/214

20  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

    L   a   n    j   u   t   a   n    T   a    b   e    l    2 .    3

    N   o

    J   e   n    i   s    B   e   n   c   a   n   a

    K

   e   g    i   a    t   a   n    S    t   r   u    k    t   u   r    /    F    i   s    i    k

    K   e    t   e   r   a   n   g   a   n

    P   e   n   g   a   t   u

   r   a   n

   g   e   o   m   e   t   r    i    l   e   r   e   n   g

    d   e   n   g   a   n

   p   e    l   a   n    d   a

    i   a   n

    l   e   r   e   n   g

   a   t   a   u

   p   e   m    b   u   a   t   a   n

   t   e   r   a   s   e   r    i   n

   g

    9

    E   r   o   s    i    P   a   n   t   a    i

    P   e   m    b   a   n

   g   u   n   a   n

    b   a   n   g   u   n   a   n

   p   e    l    i   n    d   u   n   g

   p   a   n   t   a    i   ;

    P   e   r   e   m   a    j   a   a   n   p   a   n   t   a    i   ;

    V   e   g   e   t   a   s    i   p   a   n   t   a    i   ;    d   a   n

    P   e   n   g   e    l   o

    l   a   a   n   e    k   o   s    i   s   t   e   m   p   e   s    i   s    i   r .

    1    0

    A   n   g    i   n    P   u   t    i   n   g    B   e    l    i   u   n   g

    P   e   n   y   e    d    i   a   a   n   s    i   s   t   e   m   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i

    S    i   s   t   e   m

   p   e   r    i   n   g   a   t   a   n    d    i   n    i   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n   a    l   a   t   p   e   n   g    i   r    i   m    d   a   n   p   e   n   e   r    i   m   a    i   n    f   o   r   m   a   s    i

    P   e   n   g   g   u   n   a   a   n

    k   o   n   s   t   r   u    k   s    i   t   a    h   a   n

   a   n   g    i   n   ;

    d   a   n

    P   e   n   a   n   a   m

   a   n   v   e   g   e   t   a   s    i   p   a   n   t   a    i

    S   u   m    b   e   r   :    P    P    N   o .    6

    4    T   a    h   u   n    2    0    1    0   t   e   n   t   a   n   g    M    i   t    i   g   a   s    i    B   e   n   c   a   n   a    d    i    W    i    l   a   y   a    h    P   e   s    i   s    i   r    d   a   n    P   u    l   a   u  -   p   u    l   a

   u    K   e   c    i    l

Page 56: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 56/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 21

Sedangkan kegiatan nonstruktur/nonfisik untuk mitigasi bencana meliputi:

a. penyusunan peraturan perundang-undangan yang meliputi kegiatan

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) mitigasi

bencana;

b. penyusunan peta rawan bencana yang dilakukan berdasarkan potensi

bencana atau ancaman bahaya;

c. penyusunan peta risiko bencana yang dilakukan berdasarkan aspek

kerentanan, potensi bencana atau ancaman bahaya dan tingkat

kemampuan serta kapasitas pemangku kepentingan dan kelembagaan;

d. penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) yang meliputi

kegiatan kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan

yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan.ataukegiatan;

e. penyusunan tata ruang yang meliputi kegiatan penyusunan rencana tata

ruang yang terdiri atas pola ruang dan struktur ruang daratan berbasis

mitigasi bencana;

f. penyusunan zonasi yang meliputi kegiatan penyusunan rencana zonasi

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di perairan berbasis mitigasi

bencana; dan

g. pendidikan, penyuluhan, dan penyadaran masyarakat yang dilakukan

melalui latihan, gladi, simulasi, lokakarya serta peningkatan kesiapsiagaanmasyarakat mengenai upaya mengurangi risiko bencana.

  Mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan

tingkat risikonya dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.4

Mitigasi Bencana berdasarkan Tingkat Risiko

No Tingkat Risiko Fokus Kegiatan Mitigasi Bencana

1. Tinggi Kegiatan nonstruktur/nonfisik  

2. SedangKombinasi kegiatan nonstruktur/nonfisik dengan fisik/struktur sesuai dengan kondisi dan karakter wilayah

3. Rendah Kegiatan struktur/fisik  

  Sumber: PP No. 64 tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Penanggulangan bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pada

dasarnya mengadopsi salah satu atau kombinasi strategi-strategi berikut :

1) Pola protektif, yaitu dengan membuat bangunan pantai secara langsung

“menahan proses alam yang terjadi”.

Page 57: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 57/214

22  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

2) Pola adaptif, yakni berusaha menyesuaikan pengelolaan pesisir dengan

perubahan alam yang terjadi.

3) Pola mundur (retreat ) atau do-nothing, dengan tidak melawan proses

dinamika alami yang terjadi, tetapi “mengalah” pada proses alam dan

menyesuaikan peruntukan sesuai dengan kondisi perubahan alam yang

terjadi.

Berdasarkan PP Nomor 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil dan Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (2012) tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko

Bencana, analisis yang dibutuhkan dalam penentuan risiko bencana adalah

sebagai berikut:

1) Analisis bahaya untuk mengidentifikasi luasan lokasi yang akan terkenadampak bencana. Keluaran dari analisis ini adalah Indeks Ancaman

Bencana dan Indeks Penduduk Terpapar.

2) Analisis kerentanan untuk mengidentifikasi dampak terjadinya bencana

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis ini dibagi-

bagi menjadi kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan.

Kerentanan sendiri dapat didefinisikan sebagai exposure  dikalikan

dengan sensitivity . Aset-aset yang terekspos termasuk kehidupan

manusia (kerentanan sosial), wilayah ekonomi, struktur fisik dan wilayah

ekologi/lingkungan. Setiap aset memiliki sensitivitas sendiri, yangbervariasi berdasarkan masing-masing bencana.

3) Analisis tingkat ketahanan untuk mengidentifikasi kemampuan Pemerintah

serta masyarakat pada umumnya untuk merespon terjadinya bencana

sehingga mampu mengurangi dampaknya. Analisis ini menghasilkan

Indeks Kapasitas. Indeks ini diperoleh berdasarkan tingkat ketahanan

daerah pada suatu waktu. Tingkat Ketahanan Daerah bernilai sama untuk

seluruh kawasan pada suatu kabupaten/kota yang merupakan lingkup

kawasan terendah kajian kapasitas ini.

Ketiga analisis diatas selanjutnya diformulasikan sehingga menghasilkan

risiko bencana. Secara matematis, hubungan ketiga analisis tersebut untuk

menghasilkan risiko bencana dapat dilihat dalam persamaan berikut:

Dimana:

Page 58: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 58/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 23

R : risiko bencana (risk )

H : ancaman bahaya (hazard )

V : kerentanan (vulnerability )

C : kemampuan merespon(capacity )

Selanjutnya, bentuk spasial dari data risiko bencana alam ini digunakan

sebagai input data tematik dalam penyusunan Rencana Zonasi Pesisir dan

Pulau-pulau kecil.

2.1.4 Mitigasi Bencana dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil (RZWP3K)

(sumber: Modul 3 – RZWP3K Berbasis Mitigasi Bencana, Direktorat Tata

Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir, dan PPK,Kementerian Kelautan dan Perikanan)

UU No. 27 Tahun 2007 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah wajib

menyusun perencanaan pengelolaan WP3K dengan memasukkan dan

melaksanakan mitigasi bencana. Dari empat dokumen perencanaan

(RSWP3K, RZWP3K, RPWP3K dan RAWP3K), dokumen RZWP3K perlu

mendapatkan perhatian khusus, karena dalam penentuan alokasi ruang

digunakan data spasial (peta) risiko bencana sebagai salah satu masukannya.

Dengan menggunakan peta risiko bencana sebagai salah satu masukan,dapat dikatakan bahwa alokasi ruang dalam RZWP3K telah memasukkan

aspek mitigasi bencana.Mitigasi bencana harus menjadi pertimbangan

dalam penyusunan RZWP3K, karena merupakan salah satu upaya dari fungsi

perlindungan yang menjadi dasar pertimbangan penyusunan rencana ini.

RZWP3K merupakan salah satu perangkat nonfisik (nonstruktur) dari mitigasi

bencana. Penerapan konsep mitigasi bencana dapat dilihat pada saat proses

penentuan alokasi ruang yang optimal dimana peta risiko bencana menjadi data

tematik utama sebagai input dalam proses ini. Penggunaan peta risiko bencana

dalam penyusunan alokasi ruang RZWPK dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Page 59: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 59/214

24  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Gambar 2.2. Diagram Alir Penentuan Alokasi Ruang WP3K 

Zona-zona yang dihasilkan dalam proses penyusunan RZWP3K (lihat kembali

Gambar 2.2) wajib telah mempertimbangkan aspek kebencanaan, sehingga

terwujud rencana alokasi ruang WP3K yang tahan terhadap bencana seperti

diilustrasikan dalam Gambar 2.3. Dengan penerapan konsep mitigasi

bencana, RZWP3K tidak hanya mampu memberikan arahan pemanfaatan

sumberdaya secara spasial akan tetapi juga mampu memberikan perspektif

yang unggul dalam menanggulangi dampak dari bencana dan melestarikanlingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Sumber: Modul 3 – RZWP3K Berbasis Mitigasi Bencana, Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,

Ditjen Kelautan, Pesisir, dan PPK, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Page 60: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 60/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 25

Gambar 2.3

Ilustrasi Pembagian Zona yang Mempertimbangkan Aspek Kebencanaan

Sumber : Diposaptono S., Budiman, dan F. Agung (2009). Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil . Bogor: Sarana Komunikasi Utama.

Salah satu aplikasi penerapan mitigasi bencana dalam pengalokasianruang WP3K adalah sempadan pantai. Sempadan pantai berfungsi sebagai

perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami; perlindungan pantai dari

erosi atau abrasi; perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai,

banjir, dan bencana alam lainnya; perlindungan terhadap ekosistem pesisir,

seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir,

estuaria, dan delta.Batas sempadan pantai ditetapkan berdasarkan karakteristik

topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya,

serta ketentuan lain yang mempertimbangkan aspek-aspek mitigasi bencana,

diantaranya adalah tingkat risiko bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil.

Contoh RZWP3K yang telah memasukkan mitigasi bencana adalah RZWP3K

Kota Pekalongan yang sudah memasukkan mitigasi bencana rob dan

RZWP3K Provinsi Sumatera Barat yang sudah memasukkan mitigasi bencana

tsunami1. Selain itu, dalam rencana tata ruang Kota Padang sudah ditetapkan

 jalur-jalur evakuasi.

1  Diskusi denganBapak Aris Kabul, Kasubdit Informasi dan Evaluasi Spasial, Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir, dan PPK, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Page 61: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 61/214

26  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

2.1.5 Contoh Aplikasi Mitigasi Bencana dalam Perencanaan PWP3K

Greenbelt , Salah Satu Upaya Mitigasi Bencana Tsunami

(sumber: Mitigasi Bencana Tsunami, Dr. Ir. Subandono Diposantono, Direktur

Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil)

Sebagian wilayah pesisir Indonesia merupakan wilayah yang rawan tsunami.

Gambar 2.4 menunjukan wilayah pesisir dengan indeks risiko bencana

tsunami yang tinggi, mulai dari pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa,

pantai selatan Nusa Tenggara dan sebagian pantai utara Nusa Tenggara,

kepulauan Maluku, sebagian Kalimantan, Sulawesi, dan sebagian Papua.

Wilayah pesisir tersebut memiliki pantai yang didominasi oleh pasir dengan

energi gelombang laut yang cukup tinggi.Kondisi ini kurang cocok ditanamimangrove  (Diposaptono S.,2008). Padahal hutan mangrove  merupakan

greenbelt   (sabuk pantai) yang menjadi benteng pertahanan wilayah pesisir

dari gelombang pasang, tsunami, atau ancaman lain dari arah laut.

Peran atau fungsi sabuk pantai dalam mereduksi tsunami adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai perangkap, yaitu untuk menghentikan kayu yang hanyut (pohon

tumbang, dll.), reruntuhan (rumah yang hancur, dll.) dan puing lainnya(perahu, dll);

2. Sebagai peredam energi tsunami, yaitu efek untuk mengurangi kecepatan

aliran air, tekanan aliran, dan kedalaman genangan air;

3. Sebagai pegangan, yaitu untuk menjadi sarana penyelamatan diri bagi

orang-orang yang tersapu oleh tsunami dengan cara berpengangan

pada cabang-cabang pohon;

4. Sebagai sarana melarikan diri, dengan cara memanjat pohon dari tanah

atau dari suatu bangunan;

5. Sebagai pembentuk gumuk pasir, yaitu untuk mengumpulkan pasir yangtertiup angin dan membentuk gumuk/bukit, yang bertindak sebagai

penghalang alami terhadap tsunami.

Page 62: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 62/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 27

    G   a   m    b   a   r    2 .    4

    P   e   t   a    I   n    d   e

    k   s    R    i   s    i    k   o    B   e   n   c   a   n   a    T   s   u   n   a   m    i

    S   u   m    b   e   r   :    I    R    B    I    (    d   r   a    f   t    ) ,    2    0    1    3 .

Page 63: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 63/214

28  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Contoh sabuk hijau pantai untuk meredam tsunami dapat dilihat pada

Gambar 2.5.

Gambar 2.5Contoh Sabuk Hijau di Lahan Reklamasi untuk Meredam Tsunami

Sumber: Dr. Ir. Subandono Diposantono, Mitigasi Bencana Tsunami.

Saat ini kajian aspek teknis terhadap fungsi dan peran vegetasi pantaisebagai pelindung daerah pantai masih tergolong sangat kurang dilakukan

di Indonesia yang diketahui sebagai salah satu negara yang pernah memiliki

hutan pantai terbesar kedua di dunia (Diposaptono S., 2008).Wilayah pesisir

yang kurang cocok ditanami mangrove tetap dapat memiliki sabuk pantai.

Pada wilayah pesisir tersebut lebih cocok untuk vegetasi non mangrove,

seperti cemara, kelapa, ketapang, waru laut, dan lain sebagainya. Dengan

konfigurasi vegetasi dan ketebalan serta kerapatan tertentu, sabuk pantai

yang terbentuk akan bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.

Aspek yang juga penting dalam hal konservasi sabuk pantai ini adalah

peran masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam menjaga

lingkungan, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan

kelestarian fungsi lingkungan hidup dan memberikan informasi jika terjadi

bahaya dan/atau perusakan lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil.

Page 64: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 64/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 29

Salah satu contoh kegiatan mitigasi bencana tsunami yang telah dilakukan

adalah di Pacitan2. Kawasan pesisir Pacitan memiliki potensi tsunami 6-10

meter. Kawasan pesisir yang memiliki tingkat kerawanan tsunami yang tinggi

sebaiknya tidak dijadikan kawasan budidaya (zona pemanfaatan umum),

tetapi menjadi zona konservasi. Kegiatan mitigasi yang dilakukan antara

lain adalah membuat vegetasi pantai dengan penanaman cemara udang.

Kawasan tersebut masih diperbolehkan sebagai kawasan pariwisata, tetapi

yang berbasis konservasi. Saat ini kawasan tersebut berkembang menjadi

kawasan ekowisata.

2.1.6 Keterkaitan RZWP3K dengan RTRW

UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 6 ayat (5) menyatakan

ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undangtersendiri. Berdasarkan ayat ini maka keluarlah UU No. 27 tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil3.

Sesuai dengan UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil terdapat tiga struktur yang menyusun pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yakni perencanaan; pemanfaatan;

serta pengawasan dan pengendalian. Khusus struktur perencanaan memuat

perencanaan yang bersifat spasial (keruangan), yaitu rencana zonasi

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K)4. Lebih lanjut sebagaimanadiatur dalam Pasal 9 Ayat (2) UU No. 27 tahun 2007, RZWP3K diserasikan,

diselaraskan, dan diseimbangkan dengan RTRW provinsi atau kabupaten/

kota (lihat Gambar 2.6).

2 Diskusi dengan Bapak Andi Rusandi, Kasubdit Pengelolaan Ekosistem Pulau-Pulau Kecil (PEP2K), Direktorat Pendayagu-naan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, 7 April 2014.3

 Diskusi dengan Bapak Aris Kabul, Kasubdit Informasi dan Evaluasi Spasial, Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir, dan PPK, Kementerian Kelautan dan Perikanan, 7 April 2014.4 Dr. Ir. Subandono Diposaptiono, M.Eng, Direktur Tata Ruang Pesisir dan Pulau Kecil, Kementerian Kelautan danPerikanan.“Penyelarasan RZWP3K dan RTRW”.dalam Buletin Tata Ruang dan Pertanahan, edisi I tahun 2013.

Page 65: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 65/214

30  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Gambar 2.6

Keterkaitan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Penataan Ruang

Sumber: Hasil Analisis

Sesuai dengan arahan dalam UU tersebut di atas, maka pengaturan ruangdarat di wilayah pesisir mengikuti muatan penataan ruang dalam RTRW

Kabupaten/Kota yang sesuai secara administratif.Sementara untuk wilayah

perairan, RZWP3K berposisi sebagai dokumen pengelolaan tersendiri yang

memuat alokasi detail dari kawasan laut sesuai kebutuhan pengelolaan

WP3K 5.Hal ini sesuai dengan pertimbangan karakteristik dan cakupan

kepentingan pengelolaan sumberdaya laut yang dinamis dan saling terkait,

sehingga untuk perairan laut di wilayah pesisir menggunakan acuan UU

No. 27 tahun 2007. Dengan demikian sesuai UU tersebut, dalam RZWP3K di

perairan laut wilayah pesisir menggunakan istilah pola ruang yang ada dalm

UU No. 27 tahun 2007; sedangkan dalam RZWP3K di daratan wilayah pesisir

digunakan istilah pola ruang yang ada dalam RTRW sesuai UU No. 26 tahun

20076.

Penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan antara RZWP3K dengan

RTRW dilakukan pada saat proses penyusunan RZWP3K khusus untuk

5 Ir. Iman Soedradjat, MPM, Direktur Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum. “PenyelarasanRZWP3K dan RTRW”.dalam Buletin Tata Ruang dan Pertanahan, edisi I tahun 2013.6  Dr. Ir. Subandono Diposaptiono, M.Eng. Ibid.

Page 66: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 66/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 31

perbatasan alokasi ruang daratan – perairan dan alokasi ruang daratan pesisir

(kecamatan pesisir) dengan pengaturan sebagai berikut7:

n Guna menghindari tumpang tindih pengaturan ruang maka alokasi ruang

daratan pesisir dalam RZWP3K mengacu pada Perda RTRW. Dalam diskusi

di BKPRN, diarahkan agar RZWP3K mengadopsi semua arahan yang telah

ada dalam RTRW untuk kecamatan pesisir.

n Apabila terdapat perbedaan hasil rencana dari hasil kajian RZWP3K pada

alokasi ruang daratan pesisir RTRW, diperlukan proses integrasi pada saat

peninjauan kembali Perda RTRW.

n Dalam hal perda RTRW sedang disusun, maka hasil kajian RZWP3K dapat

memberi masukan/rekomendasi dalam menentukan alokasi ruang

daratan pesisir RTRW.

Sedangkan untuk ruang laut (ruang daratan-perairan), RZWP3K dapat

menjadi rencana zonasi untuk kawasan laut, yang kemudian dapat menjadi

masukan bagi proses penyusunan atau peninjauan kembali RTRW provinsi,

kabupaten/kota, khususnya untuk ruang laut8.

Salah satu contoh adanya konflik/perbedaan antara arahan RTRW dengan

RZWP3K adalah kasus Kabupaten Batang. Pemerintah dan swasta berniat

membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Sementara PemerintahDaerah Kabupaten Batang sudah menyusun rencana kawasan konservasi

perairan daerah. Kasus ini sampai dibawa ke PTUN. Dokumen final dari

rencana kawasan konservasi tersebut harus dikirim ke Menteri KKP. Akhirnya

diarahkan untuk direvisi dengan memberikan ruang bagi pembangunan

PLTU dan alur laut pelayarannya.

Isu yang juga muncul terkait dengan RTRW dan RZWP3K adalah mengenai

penetapannya. Apakah ditetapkan terpisah dalam Peraturan Daerah (Perda)

RTRW dan Perda RZWP3K, atau dapat ditetapkan dalam satu Perda RTRW

mengingat pada saat pembahasan di Badan Koordinasi Penataan RuangNasional (BKPRN), Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan salah

satu anggotanya? Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat 2 (dua) opsi

untuk penetapan RTRW dan RZWP3K dengan Perda9:

7  Diskusi dengan Bapak Aris Kabul, Kasubdit Informasi dan Evaluasi Spasial, Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir, dan PPK, Kementerian Kelautan dan Perikanan, 7 April 20148  Ir. Iman Soedradjat, MPM. Ibid.

9  Diskusi Bapak Aris Kabul, 7 April 2014.

Page 67: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 67/214

32  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

n Saat keduanya belum disusun, maka penetapan RTRW maupun RZWP3K

dapat diintegrasikan dalam satu (1) Perda. Contoh: RTRW dan RZWP3K

Sumatera Barat yang diintegrasikan dalam satu Perda.

n Apabila salah satu sudah disusun, sementara satunya lagi belum, maka

masing-masing ditetapkan dalam Perda tersendiri.

Dalam upaya meningkatkan harmonisasi, sinergitas, dan integrasi antara

RZWP3K dengan RTRW, maka akan dilakukan perubahan ke depan dalam

proses penyusunan RZWP3K. Dalam Rakornas BKPRN dibahas bahwa untuk

ke depannya sebaiknya RZWP3K juga dibahas di dalam BKPRN10. Hal ini

memang tidak diatur dalam UU No. 27 tahun 2007. UU No. 27 tahun 2007

pasal 14 mengatur bahwa dokumen final perencanaan Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil harus diberikan kepada Menteri Kelautandan Perikanan untuk mendapatkan tanggapan dan/atau saran (bukan

persetujuan substansi seperti dalam proses penyusunan RTRW). Namun

rencananya ke depan hal tersebut akan diubah, yaitu dokumen final dibahas

dalam forum BKPRN dulu, baru kemudian setelah itu Menteri Kelautan dan

Perikanan mengeluarkan tanggapan berdasarkan hasil pembahasan di

BKPRN tersebut. Rencananya tahun 2014 akan dikeluarkan SOP baru terkait

hal tersebut.

2.2 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam Rencana Tata Ruang dan

Keterkaitannya dengan Mitigasi Bencana

2.2.1 Dasar Hukum

Kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) menurut UU No 32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) adalah

rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar

dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan,

rencana, dan/atau program.

Dalam UU No. 32 tahun 2009 disebutkan bahwa KLHS merupakan salah satu

instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

(pasal 14).Oleh karenanya, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat

KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau

kebijakan, rencana, dan/atau program (pasal 15 ayat 1).

10 Diskusi Bapak Aris Kabul, 7 April 2014.

Page 68: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 68/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 33

Sebagai acuan untuk pelaksanaan KLHS, Kementerian Lingkungan Hidup

(KLH) mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9

tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(KLHS). Peraturan ini mengatur mekanisme umum penyusunan KLHS.

Berdasarkan pedoman umum tersebut, Kementerian/Lembaga terkait

menyusun pedoman pelaksanaan KLHS yang spesifik untuk masing-

masing Kementerian/Lembaga. Kementerian Dalam Negeri telah menyusun

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67 tahun 2012 tentang Pedoman

Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan

Daerah. Saat ini Kementerian Pekerjaan Umum juga sedang dalam proses

penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang

Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau Peninjauan KembaliRencana Tata Ruang.

2.2.2 Penyelenggaraan KLHS dalam Rencana Tata Ruang

I. Umum

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS ke dalam

penyusunan atau evaluasi:

a. rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya pada tingkat

nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

b. rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan

c. kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan

dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.

Untuk penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang

terkait penataan ruang, kewajiban penyelenggaraan KLHS melekat pada

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang. Dalam PP ini telah diatur bahwa penyusunan rencana tata

ruang harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Dalam PP tersebut

disebutkan bahwa rumusan konsepsi rencana tata ruang wilayah harus

memperhatikan salah satunya faktor daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup (pasal 27 untuk RTRW Provinsi, pasal 32 untuk RTRW

kabupaten, dan pasal 35 untuk RTRW Kota). Selanjutnya KLHS menjadi alat

dalam penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (pasal

27, 32, 35, 61 dan 67). Hal tersebut sesuai dengan UU PPLH yang mewajibkan

penyelenggaraan KLHS dalam penyusunan dan evaluasi atau peninjauan

kembali rencana tata ruang dengan memperhatikan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup.

Page 69: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 69/214

34  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Sedangkan pengintegrasian KLHS secara teknis untuk RPJP/RPJM pada

tingkat nasional akan ditentukan lebih lanjut oleh Bappenas, dan pada tingkat

provinsi dan kabupaten/kota oleh Kementerian Dalam Negeri (Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 67 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan

KLHS dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah).

Penyelenggraan KLHS mengacu pada pedoman yang diatur dalam Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 09 Tahun 2011 tentang Pedoman

Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Berdasarkan Permeneg LH

No. 09 tahun 2011, tahapan pelaksanaan KLHS terdiri atas dua tahap, yaitu

tahap penapisan dan tahap pelaksanaan KLHS.

A. Tahap Penapisan

Tahapan Penapisan KLHS diawali dengan mengidentifikasi apakah perlu

dilakukan KLHS terhadap suatu kebijakan, rencana, dan/atau program.

Kebijakan, rencana, dan/atau program yang wajib KLHS tanpa proses

penapisan adalah RTRW dan rencana rincinya, serta RPJP dan RPJM nasional,

provinsi, dan kabupaten/kota. Secara teknis, proses penapisan dilakukan

dengan mempertimbangkan isu-isu pokok sebagai berikut:

1. perubahan iklim

2. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

3. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan;

4. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

5. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

6. peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

7. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

B. Tahap Pelaksanaan KLHSKLHS dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap

Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui

4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a. Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya;

b. Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan;

c. Identifikasi kebijakan, rencana, dan/atau program; dan

d. Telaahan pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program

terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah

Page 70: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 70/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 35

Isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan dan kebijakan/rencana/

program ditelaah berdasarkan 6 (enam) kajian yang dimuat dalam pasal 16

UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (UU PPLH), yaitu:

a) Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan;

b) Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

c) Kinerja layanan/jasa ekosistem;

d) Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

e) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan

iklim; dan

f ) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

  Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau

program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan

kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan

berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan,

rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak

negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan

beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau mengubah

kebijakan, rencana dan/atau program yang ada.

3. Rekomendasi Perbaikan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dan

Pengintegrasian Hasil KLHS.

  Tujuan rekomendasi adalah mengusulkan perbaikan muatan kebijakan,

rencana dan/atau program berdasarkan hasil perumusan alternatif

penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program. Rekomendasi

perbaikan rancangan kebijakan, rencana, dan/atau program ini dapat

berupa:

a. perbaikan rumusan kebijakan;b. perbaikan muatan rencana; dan

  c. perbaikan materi program.

Selain berdasarkan pengaturan di atas, ada juga pengecualian Kebijakan/

Rencana/Program (K/R/P) yang boleh ditetapkan tanpa melakukan KLHS,

yaitu K/R/P untuk (a) tanggap darurat bencana, dan (b) tanggap darurat

pertahanan negara. Hal ini diatur dalam RPP tentang Penyelenggaraan

KLHS yang saat ini masih dalam proses penyusunan11.

11  Diskusi denganIbu Rima Yulianti, Kasubdit KLHS, Kementerian Lingkungan Hidup, 23 April 2014

Page 71: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 71/214

36  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

II. KLHS dalam RTRW Provinsi

  Bila ditelaah lebih lanjut, muatan KLHS berbeda dengan muatan analisis

aspek fisik dan lingkungan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR).

Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Fisik dan

Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam PenyusunanRencana

Tata Ruang menyebutkan bahwa analisis aspek fisik dan lingkungan

adalah analisis untuk mengenali karakteristik sumber daya alam dengan

menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan

lahan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan

keseimbangan ekosistem. Sementara KLHS dalam penyusunan RTR

lebih memfokuskan pada kajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau

program terhadap keberlangsungan lingkungan hidup yang tidak hanya

menyangkut ketersediaan sumber daya lahan. KLHS juga meliputi kajianpengaruh terhadap kinerja ekosistem dan keanekaragaman hayati12.

  Dalam Rapermen PU tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam

Penyusunan atau Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang (RTR),

disebutkan kedudukan pelaksanaan KLHS dalam penyusunan rencana

tata ruang adalah sebagai berikut (lihat Gambar 2.7):

1. Masukan pertimbangan lingkungan hidup pada tahap analisis

penyusunan RTR;

2. Masukan untuk perumusan kebijakan dan strategi RTR; dan3. Pemberi rekomendasi alternatif rencana dan indikasi program, dan/

atau upaya pencegahan atau mitigasi dari rencana dan indikasi

program setelah kebijakandan strategi penataan ruang, rencana

 jaringan infrastruktur dan arahan polaruang dirumuskan.

12  Rapermen PU tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau Peninjauan Kembali RTR

Page 72: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 72/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 37

Gambar 2.7

Kedudukan KLHS dalam Penyusunan RTR

Sumber: Rapermen PU tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunanatau Peninjauan Kembali RTR

  Dalam Rapermen PU tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam

Penyusunan atau Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang (RTR),pelaksanaan KLHS dalam perencanaan tata ruang dibagi menjadi

beberapa tahap yang meliputi:

a. Tahap Persiapan

  Tahap persiapan ini meliputi antara lain penyiapan dokumen

rancangan rencana yang akan dikaji; penyusunan format data dan

informasi yang akan dikumpulkan; penyiapan peta dasar guna lahan

yang sesuai dengan skala RTR; dan penyusunan jadwal kegiatan

pengumpulan data serta penyiapan tim survey ke lapangan.

b. Tahap Pra-pelingkupan

  Tahap pra-pelingkungan bertujuan untuk menyusun informasi

dasar, melakukan kajian terhadap RTR, dan perumusan isu strategis

lingkungan hidup awal.

  Kegiatan yang dilakukan pada tahap pra-pelingkupan ini meliputi:

1. Kegiatan penyusunan dan penyajian informasi dasar;

2. Kajian konsep pengembangan;

3. Perumusan isu lingkungan hidup awal.

Page 73: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 73/214

38  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

c. Tahap Pelingkupan

  Tahap pelingkupan bertujuan untuk memantapkan isu-isu strategis

lingkungan hidup dengan melakukan penilaian terhadap isu-isu

lingkungan hidup awal dan menetapkan isu strategis yang disepakati

oleh semua pemangku kepentingan.

  Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelingkupan adalah:

1. Penilaian dan penetapan isu strategis; dan

2. Konsultasi publik (pelibatan pemangku kepentingan).

d. Tahap Kajian Pengaruh

  Tahap kajian pengaruh merupakan tahap analisis lanjutan setelah

isu-isu strategis disepakati dan betujuan untuk memperkirakan dan

menghitung besaran dampak dari isu strategis tersebut. Tahap iniakan menghasilkan masukan alternative perbaikan muatan rencana

tata ruang, termasuk mencegah atau mengurangi dampak negatif

terhadap lingkungan hidup.

e. Tahap Perumusan Alternatif dan Rekomendasi

  Tahap perumusan alternatif dan rekomendasi dilakukan terhadap

rencana yang disusun dengan pertimbangan hasil analisis dampak

lingkungan setelah tahap kajian pengaruh dilakukan. Rekomendasi

KLHS dapat bersifat spasial dan non-spasial. Rekomendasi tersebutdapat berupa:

1. Alternative scenario perencanaan guna lahan dan infrastruktur, atau

2. Mitigasi terhadap dampak lingkungan yang potensial ditimbulkan

dari suatu rencana yang ditetapkan.

  Proses pelaksanaan KLHS dapat dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan

yang terintegrasi, yakni satu kesatuan (embedded ), parallel, dan setelah

( post ).Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan variasi dari ketiga

pendekatan tersebut yang disesuaikan dengan jadwal, anggaran, dankarakter dari RTR (lihat Gambar 2.8).

Page 74: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 74/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 39

Gambar 2.8

Penjabaran Proses dan Integrasi KLHS dalam Penyusunan RTR

  Sumber: Rapermen PU tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau Peninjauan Kembali RTR

III. KLHS dalam RTR Kawasan Strategis Nasional

  Khusus untuk Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN),

integrasi KLHS diatur dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tentang

Pedoman Penyusunan RTR KSN. KLHS dilakukan dalam tahap kegiatan

pengolahan dan analisis data yang meliputi, antara lain:

  a. Analisis daya dukung kawasan dan optimasi pemanfaatan ruang; dan

  b. Analisis daya tampung kawasan.

  Penyusunan KLHS ini dilakukan sesuai dengan tipologi KSN. Kedudukan

KLHS dalam tata cara proses penyusunan RTR KSN dapat dilihat pada

Gambar 2.9.

  Secara umum tahap-tahap pelaksanaan KLHS pada penyusunan RTR

KSN ini sama dengan tahap-tahap pelaksanaan KLHS pada penyusunan

RTRW Provinsi di atas. Namun kedetilan informasi dasarnya dan muatanKLHS berbeda tergantung jenis rencana dan skala rencana yang akan

disusun. Untuk RTR KSN berbasis objek, kedalaman informasinya lebih

detil sehingga dalam konsultasi publik sebaiknya melibatkan lapisan

masyarakat yang merasakan dampak pembangunan secara langsung.

Page 75: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 75/214

Page 76: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 76/214

Page 77: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 77/214

42  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Gambar 2.10

Keterkaitan KLHS dan Kajian Risiko Bencana dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

Pada tahap pra-pelingkupan ini juga dirumuskan isu-isu awal lingkungan

hidup yang kemudian akan dinilai dan dimantapkan menjadi isu-isu strategis

lingkungan hidup melalui pelibatan pemangku kepentingan pada tahap

pelingkupan. Aspek kebencanaan adalah salah satu isu strategis dalam

pembangunan berkelanjutan. Isu stategis terkait kebencanaan tersebutantara lain dapat dilihat dari historical data, misalnya di suatu kawasan terjadi

banjir terus menerus setiap tahun dan memiliki kecenderungan semakin

parah dampaknya dan semakin luas lingkupnya13. Maka banjir di daerah

tersebut dapat dikategorikan sebagai isu strategis, dan karenanya menjadi

salah satu hal yang dikaji dalam pelaksanaan KLHS.

Penyelenggaraan KLHS bertujuan memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu

wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Melalui KLHS,potensi dampak dan/atau risiko lingkungan yang mungkin ditimbulkan

oleh suatu kebijakan, rencana, dan/atau program, sebelum pengambilan

keputusan dilakukan, dapat diantisipasi. Dengan demikian, melalui KLHS

dapat diminimalkan timbulnya dampak negatif suatu kebijakan, rencana,

dan/atau program. Hal ini tentunya sejalan dengan atau bahkan menguatkan

upaya pengurangan risiko bencana (mitigasi bencana). Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa aspek kebencanaan sangat relevan dengan KLHS

dalam penataan ruang.

13 Diskusi dengan Ibu Rima Yulianti, Kasubdit KLHS, Kementerian Lingkungan Hidup, 23 April 2014

Page 78: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 78/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 43

2.2.4 Contoh Kajian Kebencanaan dalam KLHS untuk Rencana Tata Ruang

Sebagai contoh berikut ini disarikan penyelenggaraan KLHS dalam

penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN)

KAPET Bima (2003). Mekanisme yang digunakan sesuai dengan UU No. 32tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 tahun 2011 tentang

Pedoman Umum Pelaksanaan KLHS yang meliputi:

i. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap

kondisi lingkungan hidup di wilayah perencanaan, dilaksanakan melalui

4 (empat) tahapan sebagai berikut:

1. Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya;

2. Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan;3. Identifikasi kebijakan, rencana, dan/atau program;

4. Telaah pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap

kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah.

ii. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau

program, dengan tujuan untuk mengembangkan berbagai alternatif

perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin

pembangunan berkelanjutan. Bentuk alternatif penyempurnaan tersebut

antara lain sebagai berikut:1. Kebutuhan pembangunan;

2. Lokasi;

3. Proses, metode dan teknologi; dan

4. Jangka waktu dan tahapan pembangunan.

iii. Rekomendasi perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program dan

pengintegrasian hasil KLHS, yang dapat berupa:

1. Perbaikan rumusan kebijakan;

2. Perbaikan muatan rencana; dan3. Perbaikan materi program.

Kerangka pikir penyusunan KLHS RTR KSN KAPET Bima dapat dilihat pada

Gambar 2.11. Dari kerangka pikir tersebut terlihat pembahasan kebencanaan

dalam KLHS dilakukan pada (i) pengkajian pengaruh kebijakan, rencana,

dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup, khususnya pada

pengkajian kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

untuk pembangunan, serta (ii) tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi

terhadap perubahan iklim. Kebencanaan yang ada di KAPET Bima adalah

Gempa Bumi, Tsunami, Letusan Gunung Berapi, Longsor, Banjir, dan Erosi.

Page 79: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 79/214

44  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Ancaman bencana ini perlu diperhatikan dalam pengembangan komoditas

unggulan, yaitu dengan memperhatikan perilaku dan pengaruh bencana

tersebut sehingga dapat dirumuskan mitigasi bencananya. Lihat Tabel 2.6

dan Gambar 2.12.

Tabel 2.6

Keterkaitan Komoditas Unggulan dengan Rawan Bencana di KAPET Bima

Komoditas Jenis Bencana Lokasi Program

Sapi Gempa Bumi - Kota Bima - Tambora- Dompu - Pulau Sangeang

Diberikan informasi, peramalan dan peringatandini

Letusan Gunungberapi

- Kota Bima - Tambora- Dompu - Pulau Sangeang

Diberikan informasi, peramalan dan peringatandini

Longsor - Tambora - Paradowane- Ranggo - Kota Bima

Pemilihan lokasi peternakan/kandang pada arealdatar

Banjir - Raba - Karumbu

- Sori Wawo - Lambu- Maria - Wera- Sape

- sistem pembuatan kandang bertingkat

didaerah rawan banjir- pembuatan saluran drainase/sodetan

Jagung Tsunami - Dompu - Kilo- Maria - Hu'u- Raba - Sape

- Diberikan informasi, peramalan dan peringatandini

- Pembuatan tanggul pemecah ombak untukmencegah abrasi air laut

Letusan Gunungberapi

- Kota Bima - Tambora- Dompu - Pulau Sangeang

Diberikan informasi, peramalan dan peringatandini

Longsor - Tambora - Paradowane- Ranggo - Kota Bima

- Agroforestri dengan penanaman tanamanpohon penahan erosi/longsor penahan erosi/longsor

- Sistem terasiring pada areal yang kemiringanya> 15%

- Penanaman vetiver disekitar tebingBanjir - Raba - Karumbu

- Sori Wawo - Lambu- Maria - Wera- Sape

Pembuatan saluran drainase/sodetan daerahrawan banjir

Kekeringan - Pupu - Paradowane- Hu'u - Sape

- Diberikan informasi, peramalan dan peringatandini

- Pembuatan embung/waduk 

Tsunami - Hu'u - Lambu- Sape

- Diberikan informasi, peramalan dan peringatandini

- Pembuatan tanggul pemecah ombak untukmencegah abrasi air laut

Sumber: KLHS RTR KSN KAPET Bima, Kementerian Pekerjaan Umum, DJ. Penataan Ruang, 2013

Kajian kebencanaan ini merupakan salah satu masukan dalam perumusan

alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program dalam RTR

KSN KAPET Bima.

Page 80: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 80/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 45

    G   a   m    b   a   r    2 .    1

    1

    K   e   r   a   n   g    k   a    P    i    k    i   r

    P   e   n   y   u   s   u   n   a   n    K    L    H    S    R    T    R    K    S    N

    K    A    P    E    T    B    i   m   a

    S   u   m    b   e   r   :    K    L    H    S    R    T    R    K    S    N    K    A    P    E

    T    B    i   m   a ,    K

   e   m   e   n   t   e   r    i   a   n    P   e    k   e   r    j   a   a   n    U   m   u   m ,    D    J .    P   e   n   a   t   a   a   n    R   u   a   n   g ,    2

    0    1    3

Page 81: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 81/214

Page 82: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 82/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 47

BAB 3 Pengarusutamaan PenguranganRisiko Bencana ke dalam PenyusunanRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Page 83: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 83/214

48  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Page 84: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 84/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 49

3.1 Dasar Hukum Pengintegrasian

Perlunya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam penyusunan

Rencana Tata Ruang Provinsi dilandaskan pada peraturan perundang-undangan,

sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

a. Pasal 3 beserta penjelasannya. Pasal 3 menyebutkan “Penyelenggaraan

 penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang

aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara

dan Ketahanan Nasional …..”  Dalam penjelasan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “aman” adalah

situasi masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan

terlindungi dari berbagai ancaman.

b. Penjelasan umum butir 2 dari Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang yang berbunyi: “……, Indonesia berada pula pada kawasan

rawan bencana, yang secara alamiah dapat mengancam keselamatan bangsa.

Dengan keberadaan tersebut, penyelenggaraan penataan ruang wilayah

nasional harus dilakukan secara komprehensif, holistik, terkoordinasi, terpadu,

efektif, dan efisien dengan memperhatikan faktor politik, ekonomi, sosial,budaya, pertahanan, keamanan, dan kelestarian lingkungan hidup.”

2. Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

a. Pasal 35 (f) menyebutkan “Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam

situasi tidak terjadi bencana meliputi (salah satunya) pelaksanaan dan penegakan

rencana tata ruang.” Hal ini kemudian dijelaskan lebih lanjut pada pasal 42 ayat

(1): “Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi

risiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang,

standar, keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar .”

BAB 3 Pengarusutamaan PenguranganRisiko Bencana ke dalam PenyusunanRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Page 85: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 85/214

50  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

b. Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pasal

47 ayat (2) juga mengatur “Kegiatan mitigasi bencana dilakukan melalui (a)

 pelaksanaan penataan ruang.”

3. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional;

a. Pasal 2 beserta penjelasannya: “Penataan ruang wilayah nasional bertujuan

untuk mewujudkan (a) ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,

dan berkelanjutan;” dan yang dimaksud dengan “aman” adalah situasi

masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi

dari berbagai ancaman.

b. Pasal 7 ayat (3) “Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia

 yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi : butir (g)mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana

di kawasan rawan bencana.”

c. Pasal 8 ayat (3) “Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budi daya

agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi: (a)

membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan

bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian

akibat bencana;”

d. Pasal 51: “Kawasan lindung nasional terdiri atas: (d) kawasan rawan bencana

alam;”e. Pasal 52 ayat (4) “Kawasan rawan bencana alam terdiri atas kawasan rawan

tanah longsor; kawasan rawan gelombang pasang; dan kawasan rawan banjir”

dan ayat (5) Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan cagar alam geologi;

kawasan rawan bencana alam geologi; dan kawasan yang memberikan

 perlindungan terhadap air tanah.” Hal ini kemudian dijelaskan lebih lanjut

pada pasal 58. Kawasan rawan bencana alam geologi dijelaskan pada pasal

53 ayat (2), meliputi “kawasan rawan letusan gunung berapi; kawasan rawan

gempa bumi; kawasan rawan gerakan tanah; kawasan yang terletak di zona

 patahan aktif; kawasan rawan tsunami; kawasan rawan abrasi; dan kawasan

rawan bahaya gas beracun” yang dijelaskan lebih lanjut pada pasal 61.

f Pasal 80 yang menetapkan kawasan rawan bencana alam nasional sebagai

salah satu kriteria penetapan kawasan strategis nasional dari sudut

kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

4. Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

dalam kaitannya dengan jenis/klasifikasi kawasan lindung serta bentuk

penggunaan ruang di kawasan lindung. Khusus tentang Kawasan Rawan BencanaAlam ditetapkan pada pasal 32 dan 33.

Page 86: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 86/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 51

3.2 Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam Pelaksanaan Penataan

Ruang

Mengacu pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, peran pelaksanaan penataan ruang dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana terutama pada tahap prabencana, baik dalam situasi tidak

terjadi bencana maupunterdapat potensi terjadinya bencana. Dalam situasi tidak

terjadi bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan salah satunya

melalui pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang (pasal 35). Pelaksanaan dan

penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang

mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan,

dan penerapan sanksi terhadap pelanggar (pasal 42). Dalam pelaksanaan penataan

ruang, hal tersebut meliputi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan

ruang. Sementara dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana, penyelenggaraan

penanggulangan bencana dilakukan antara lain melalui mitigasi bencana (pasal

44). Mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat

yang berada pada kawasan rawan bencana. Kegiatan mitigasi bencana ini dilakukan

salah satunya melalui pelaksanaan penataan ruang (pasal 47). Dalam hal ini, upaya

pengurangan risiko bencana dilakukan melalui perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Lihat Gambar 3.1.

Dengan demikian terlihat bahwa peran pelaksanaan penataan ruang dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana terutama adalah untuk mengurangi

risiko bencana, khususnya bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan

bencana. Upaya mengurangi risiko bencana ini dapat dilakukan dengan cara

mempengaruhi besaran komponen-komponen yang mempengaruhi tingkat risiko

bencana suatu kawasan. Dalam Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman

Umum Pengkajian Risiko Bencana, disebutkan bahwa tingkat risiko bencana amat

bergantung pada: (a) tingkat ancaman kawasan; (2) tingkat kerentanan kawasan

yang terancam; dan (3) tingkat kapasitas kawasan yang terancam (lihat Gambar 3.2).Atas dasar itu, maka upaya pengurangan risiko bencana berupa:

a. Memperkecil ancaman kawasan;

b. Mengurangi kerentanan kawasan yang terancam; dan

c. Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam.

Page 87: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 87/214

52  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Gambar 3.1

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam

Pelaksanaan Penataan Ruang

  Sumber: Hasil Analisis

Tingkat risiko bencana suatu kawasan diperoleh berdasarkan pengkajian risiko

bencana di kawasan tersebut.Upaya pengkajian risiko bencana pada dasarnya adalah

menentukan besaran 3 (tiga) komponen risiko tersebut (ancaman, kerentanan,kapasitas) dan menyajikannya dalam bentuk spasial maupun nonspasial agar mudah

dimengerti. Pengkajian risiko bencana digunakan sebagai landasan penyelenggaraan

penanggulangan bencana di suatu kawasan. Oleh karenanya pengintegrasian

pengkajian risiko bencana ini ke dalam perencanaan tata ruang menjadi sangat

penting.

Page 88: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 88/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 53

Gambar 3.2

Pendekatan Kajian Risiko Bencana

Sumber: Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Aspek kebencanaan dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional dituangkan dalam rencana pola ruang wilayah nasional sebagai

bagian dari jenis dan sebaran kawasan lindung nasional (Pasal 51-52), yaitu sebagai:

a. Kawasan rawan bencana alam, yang terdiri atas (i) kawasan rawan tanah longsor;(ii) kawasan rawan gelombang pasang; dan (iii) kawasan rawan banjir.

b. Kawasan rawan bencana alam geologi, yang terdiri atas (i) kawasan rawan letusan

gunung berapi; (ii) kawasan rawan gempa bumi; (iii) kawasan rawan gerakan

tanah; (iv) kawasan yang terletak di zona patahan aktif; (v) kawasan rawan

tsunami; (vi) kawasan rawan abrasi; (vii) kawasan rawan bahaya gas beracun.

Bila dibandingkan dengan jenis bencana di Indonesia yang ditetapkan dalam

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 02 tahun

2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, terlihat ada perbedaan

 jenis-jenis bencana yang diidentifikasi (lihat Tabel 3.1).

Kajian kebencanaan juga sudah menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan

dalam penyusunan RTRW Provinsi (Permen PU No. 15/PRT/M/2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi), khususnya pada

tahap pengumpulan data (peta-peta masukan untuk analisis kebencanaan) serta

pengolahan dan analisis data (karakteristik fisik wilayah: potensi rawan bencana

alam).

Kajian kebencanaan ini juga sudah dimuat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan,

Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang khususnya

dalam analisis aspek fisik dan lingkungan. Pembahasan terkait bencana alam ini

dilakukan pada tahap:

Page 89: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 89/214

54  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Tabel 3.1

Perbandingan Jenis Bencana

Kawasan Rawan Bencana dalam RTRWN Jenis Bencana menurut BNPB

A Kawasan rawan bencana alam

1. Kawasan rawan tanah longsor 1. Tanah Longsor

2. Kawasan rawan gelombang pasang 2. Gelombang Ekstrim

3. Kawasan rawan banjir 3. Banjir

B Kawasan rawan bencana alam geologi

4. kawasan rawan letusan gunung berapi 4. Letusan Gunung Api

5. kawasan rawan gempa bumi 5. Gempa Bumi

6. kawasan rawan gerakan tanah -

7. kawasan yang terletak di zona patahan aktif -

8. kawasan rawan tsunami 6. Tsunami

9. kawasan rawan abrasi 7. Cuaca Ekstrim & Abrasi

10. kawasan rawan bahaya gas beracun -

- 8. Kekeringan- 9. Kebakaran Hutan dan Lahan

- 10. Kebakaran Gedung dan Permukiman

- 11. Epidemi & Wabah Penyakit

- 12. Gagal Teknologi

13. Konflik Sosial *

  Sumber: PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN dan Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang PedomanUmum Pengkajian Risiko Bencana.

Keterangan:

* Dengan keluarnya UU No. 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, maka konflik sosial tidak lagidimasukkan sebagai bencana.

1. Pengumpulan data

  Berbagai jenis bencana alam dan daerah pengaruhnya adalah data bencana alam

yang dibutuhkan.Bila perlu, masing-masing jenis bencana disajikan dalam peta

terpisah sesuai dengan ketersediaan datanya.

2. Analisis kemampuan lahan

  Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap bencana alam dilakukan untuk

mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnyadari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi kerugian dan korban akibat

dari bencana tersebut. Sasaran kegiatan analisis kemampuan lahan ini adalah

(i) mengetahui tingkat kemampuan wilayah perencanaan terhadap berbagai

 jenis bencana alam beraspekkan geologi; (ii) mengetahui daerah-daerah yang

rawan bencana alam dan mempunyai kecenderungan untuk terkena bencana

alam, termasuk bahaya ikutan dari bencana tersebut; dan (iii) mengetahui pola

pengembangan dan pengamanan masing-masing tingkat kemampuan lahan

terhadap bencana alam.

Page 90: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 90/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 55

Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum juga sudah mengeluarkan dua pedoman

penataan ruang yang terkait dengan kebencanaan, yaitu:

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007 tentang Pedoman

Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan

Gempa Bumi.

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman

Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor.

Terkait dengan hal ini, perlu dilakukan kajian untuk melihat kesesuaian arahan yang

diatur dalam kedua pedoman tersebut dengan arahan kajian risiko bencana yang

dikeluarkan oleh BNPB.

Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka bila penyusunan RTRW Provinsi dilakukandengan mengacu pada Permen PU No. 15/PRT/M/2009 (Pedoman Penyusunan RTRW

Provinsi) dan Permen PU No. 20/PRT/M/2007 (Pedoman Teknik Analisis), seharusnya

RTRW Provinsi yang disusun tersebut telah mencakup kajian tentang kebencanaan

di wilayah provinsi tersebut. Bila dibandingkan dengan arahan BNPB, maka terlihat

muatan kebencanaan yang ada dalam pedoman penyusunan RTRW provinsi saat

ini baru meliputi komponen kerawanan dan ancaman, tetapi belum sampai pada

kajian risiko bencana yang juga mencakup kerentanan dan kapasitas kawasan yang

terancam. Oleh karena itu perlu dilakukan pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana ke dalam proses penyusunan RTRW Provinsi sesuai dengan arahan dalamUU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Pada tahun 2011, BNPB telah memfasilitasi penyusunan Kajian Risiko Bencana (KRB)

dan Peta Risiko Bencana di 33 provinsi yang menggambarkan banyaknya bencana

yang mengancam Indonesia. Peta Risiko Bencana yang telah dihasilkan mengikuti

ketelitian skala peta RTRW Provinsi, yaitu 1: 250.000. Kajian Risiko Bencana ini menjadi

dasar penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) di tingkat Provinsi.

Masa berlaku Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) adalah 5 tahun, yang akan

ditinjau kembali setiap 2 tahun, atau jika terjadi bencana. Pada tahun 2012 BNPBtelah memfasilitasi penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) untuk

kabupaten/kota di 33 provinsi, dan pada tahun 2013 BNPB memfasilitasi penyusunan

RPB di 30 kabupaten/kota rawan tsunami.

Pada dasarnya Kajian Risiko Bencana (KRB) dapat dibuat berdasarkan ketelitian skala

tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Skala Komunitas, dengan skala ketelitian peta

1:10.000 untuk meningkatkan kapasitas di tingkat rumah tangga (lihat Gambar 3.3).

Namun sampai saat ini BNPB baru menyelesaikan seluruh KRB di tingkat Provinsi,

kecuali Provinsi Kalimantan Utara dengan peta skala 1:250.000 (tahun 2011) dansatu kabupaten/kota di 33 provinsi dengan peta skala 1:50.000 (tahun 2012), serta

Page 91: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 91/214

56  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

30 kabupaten/kota rawan tsunami (tahun 2013). Dengan demikian, saat ini Kajian

Risiko Bencana belum dapat dijadikan sebagai instrumen baku untuk mendukung

penyusunan RTRW Kabupaten dan RTRW Kota yang berbasis mitigasi bencana di

Indonesia, namun sudah dapat mendukung penyusunan RTRW Provinsi berbasis

mitigasi bencana di 33 provinsi (kecuali Provinsi Kalimantan Utara). Namun, apabila

pada saat penyusunan atau peninjauan kembali RTRW Kabupaten/Kota ternyata

Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten/Kota tersebut belum disusun, maka

SKPD yang bersangkutan dapat melakukan pengkajian risiko bencana secara mandiri

berkoordinasi dengan BPBD dan mengacu pada Perka No. 02 tahun 2012 tentang

Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana14.

Sebagai contoh, untuk melihat seberapa jauh kajian kebencanaan dalam RTRW

Provinsi telah sesuai dengan kajian risiko bencana yang dilakukan oleh BNPB dalamRencana Penanggulangan Bencana (RPB), berikut ini diberikan perbandingan cakupan

pembahasan jenis-jenis bencana yang terdapat dalam Rencana Penanggulangan

Bencana (RPB) dan RTRW dari tiga provinsi di Jabodetabekpunjur, yaitu DKI Jakarta,

Jawa Barat, dan Banten. Lihat Tabel 3.2.

Gambar 3.3

Keterkaitan Peta Rencana Tata Ruang dengan Peta Risiko Bencana

Sumber: Kaji Ulang Pedoman Perencanaan Tata Ruang dalam rangka Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Indonesia,2013.

14  Lilik Kurniawan, Direktur Pengurangan Risiko Bencana, BNPB dalam Diskusi Terarah Materi Teknis- SCDRR II, Bappenas,10 Juni 2014.

Page 92: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 92/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 57

Tabel 3.2

Perbandingan Cakupan Jenis-jenis Bencana yang Dibahas

Dalam RPB dan RTRW Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten

No Jenis Bencana Prov DKI Jakarta Prov Jawa Barat Prov BantenRPB RTRW RPB RTRW RPB RTRW

1 Gempa Bumi √ √ √ √ √ -

2 Tsunami √ √ √ √ √ √  

3 Banjir √ √ √ √ √ √  

4 Tanah Longsor √ √ √ √ √ √  

5 Letusan Gunung Api - - √ √ √ √  

6 Gelombang Ekstrim & Abrasi √ √ √ √ √ -

7 Cuaca Ekstrim √ - √ - √ -

8 Kekeringan - - √ - √ -

9 Kebakaran Hutan & Lahan - - √ - √ -

10 Kebakaran Gedung &

Permukiman

- √ - - - -

11 Epidemi & Wabah Penyakit √ - √ - √ -

12 Gagal Teknologi √ - √ - √ -

Sumber: Diringkas dari Tabel 34 – 36 dalam “Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional: Tinjauan Kebencanaan,Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur”, 2013.

Dari perbandingan tersebut terlihat bahwa masih terdapat perbedaan yang cukup

besar antara jenis-jenis bencana yang dibahas dalam RTRW dan RPB:

- Dari 12 jenis bencana yang ada, di DKI Jakarta hanya 8 bencana yang sinkron

antara RTRW dan RPB, sedang 4 jenis bencana yang lain tidak sinkron (ada diRTRW tetapi tidak ada di RPB, dan sebaliknya).

- Di Provinsi Jawa Barat hanya 7 bencana yang sinkron antara RTRW dan RPB,

sedang 5 jenis bencana yang lain tidak sinkron (ada di RPB tetapi tidak ada di

RTRW).

- Di Provinsi Banten hanya 5 bencana yang sinkron antara RTRW dan RPB, sedang

7 jenis bencana yang lain tidak sinkron (ada di RPB tetapi tidak ada di RTRW).

Padahal perbandingan tersebut hanya melihat kesamaan dalam jenis-jenis bencana

yang dibahas, belum melihat lebih dalam sampai muatan kajiannya. Oleh karenanya,

sangat penting untuk melakukan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana

ke dalam penyusunan RTRW ke depan. Hal ini dilakukan dengan berkoordinasi

dengan BNPB/BPBD dalam mengintegrasikan kajian risiko bencana dalam Rencana

Penanggulangan Bencana (RPB) ke dalam RTRW.

Page 93: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 93/214

58  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

3.3 Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Proses Penyusunan

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang dilakukan melalui serangkaian proses

dan prosedur penyusunan, dan kemudian dilanjutkan dengan proses dan prosedurpenetapan (legalisasi) rencana tata ruang. Namun, pembahasan dalam bagian ini hanya

difokuskan pada proses penyusunan rencana tata ruang saja, karena pengintegrasian

aspek kebencanaan dalam rencana tata ruang paling relevan di bagian ini.

Proses penyusunan RTRW provinsi meliputi:

a. Persiapan penyusunan RTRW provinsi;

b. Pengumpulan data yang dibutuhkan;

c. Pengolahan dan analisis data;

d. Perumusan konsepsi RTRW Provinsi; dan

e. Penyusunan naskah raperda.15

Sedangkan prosedur penyusunan RTRW Provinsi meliputi (a) pembentukan tim

penyusunan RTRW Provinsi, (b) pelaksanaan penyusunan RTRW Provinsi, (c) pelibatan

peran masyarakat di tingkat provinsi dalam penyusunan RTRW Provinsi, serta (d)

pembahasan (raperda RTRW Provinsi).16

  Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Proses Penyusunan

RTRW Provinsi

Dalam perencanaan tata ruang, kajian kebencanaan menjadi salah satu aspek yangharus dilakukan dalam penyusunan RTRW Provinsi. Kajian kebencanaan ini dilakukan

pada seluruh tahapan dalam proses penyusunan RTRW provinsi, dimulai dari tahap

persiapan penyusunan RTRW Provinsi sampai dengan tahap penyusunan konsepsi

RTRW Provinsi. Integrasi kajian kebencanaan pada setiap tahapan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Persiapan Penyusunan RTRW Provinsi

  Pada tahap persiapan ini, kajian kebencanaan dilakukan pada saat Tim

Penyusunan melakukan kajian awal data sekunder yang mencakup review  RTRWprovinsi sebelumnya dan kajian kebijakan terkait lainnya.

15  Dalam Permen PU 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, tahap kelima dari proses penyusunanRTRW Provinsi adalah penyusunan Raperda RTRW Provinsi (halaman 47). Namun di sini hal tersebut diubah disesuaikanseperti arahan dalam Permen PU 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan RTR KSN, yaitu penyusunan naskah rap-erpres. Sedangkan penyusunan Raperda RTRW menjadi bagian dari prosedur penetapan RTRW Provinsi yang merupakantindak lanjut dari prosedur penyusunan RTRW Provinsi sebagai satu kesatuan proses.16  Sesuai dengan catatan no.1 di atas, maka pembahasan raperda RTRW Provinsi menjadi bagian dari prosedur penetapanRTRW Provinsi.Sedangkan dalam prosedur penyusunan RTRW Provinsi, prosedur terakhir adalah pembahasan-pemba-hasan yang meliputi pembahasan di tahap persiapan, pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis data,perumusan konsepsi RTRW, dan penyusunan naskah raperda.

Page 94: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 94/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 59

  Kajian yang dilakukan meliputi antara lain:

a. Kondisi umum kebencanaan di wilayah provinsi tersebut secara historis;

b. Ada atau tidaknya kawasan rawan bencana yang ditetapkan sebagai kawasan

strategis provinsi; dan

c. Konsep pengembangan dan rencana yang telah disusun untuk mengantisipasi

dan mengatasi isu kebencanaan tersebut;

Hasil:

a. Gambaran awal aspek kebencanaan di wilayah provinsi yang bersangkutan;

dan

b. Hasil kajian awal berupa isu-isu strategis terkait kebencanaan.

  Informasi tersebut menjadi masukan dalam penyiapan metodologi serta

perangkat survei yang akan digunakan (checklist   data yang dibutuhkan,panduan wawancara dan observasi, dan lain-lain) yang telah mencakup

aspek kebencanaan di wilayah provinsi tersebut.

2. Pengumpulan Data yang Dibutuhkan

  Mengingat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi menyusun

Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan

ditinjau secara berkala setiap 2 (dua) tahun, maka RPB tersebut harus menjadi

salah satu dokumen yang dikumpulkan pada tahap pengumpulan data ini. Pada

saat pengumpulan data ini juga dilakukan diskusi dengan BPBD agar diperolehgambaran yang lebih jelas dan komprehensif mengenai aspek kebencanaan di

wilayah provinsi yang bersangkutan. Dalam Rencana Penanggulangan Bencana

(RPB) tersebut sudah terdapat:

- Kajian Risiko Bencana untuk setiap jenis bencana di wilayah provinsi yang

bersangkutan, beserta peta-petanya (peta ancaman, peta kerentanan, peta

kapasitas, dan peta risiko);

- Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB). Ke depannya,

RAD PRB akan diintegrasikan ke dalam RPB17.

- Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI). Saat ini IRBI baru ada di tingkat

nasional saja. Namun ke depannya, semua RPB juga harus memuat Indeks

Risiko Bencana di daerah tersebut. Di tingkat provinsi, lingkup analisis IRBI

sampai tingkat kecamatan18.

  Saat ini sudah terdapat RPB untuk 33 provinsi yang disusun pada tahun 2011

dengan difasilitasi oleh BNPB. RPB merupakan kesepakatan dari pihak-pihak

untuk penanggulangan bencana di provinsi yang bersangkutan.

17 Diskusi dengan Bpk. Lilik Kurniawan, Direktur Pengurangan Risiko Bencana, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsia-gaan, BNPB, 14 April 2014.18 Ibid.

Page 95: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 95/214

60  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

BPBD sudah terbentuk di 33 provinsi, hanya Provinsi Kalimantan Utara yang belum

memiliki BPBD. Untuk provinsi yang belum memiliki BPBD, maka penyusunan

Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dapat difasilitasi oleh BNPB dan disusun

oleh Tim Penyusun sebagai berikut19:

- Tim Substansi yang terdiri atas SKPD terkait penanggulangan bencana. Tim

ini terdiri dari wakil-wakil SKPD yang ditetapkan melalui Surat Keputusan

Kepala Daerah (SK KDH), antara lain Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas

Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas ESDM, BLH, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan,

dan lain-lain yang dirasa perlu (BMKG, Polda, Danrem, PMI, dst). Tim ini yang

memutuskan muatan substansi RPB.

- Tim Penulis yang menuliskan hasil diskusi Tim Substansi. Tim ini terdiri dari

perwakilan dari Perguruan Tinggi, LSM, juga Pemda.

- Tim Asistensi yang menyiapkan bahan-bahan pendukung/yang terkait.Untuk tingkat provinsi, Tim Asistensi ini berasal dari Tim Asistensi Nasional

(BNPB).

  Perlu digarisbawahi di sini bahwa RPB memiliki jangka waktu 5 (lima) tahun.

Dengan demikian, pada saat dilakukan proses peninjauan kembali (PK) RTRW

Provinsi, juga dilakukan pemutakhiran berdasarkan RPB yang terbaru.Lebih

 jelasnya lihat Gambar 3.4.

Gambar 3.4

RPB sebagai Masukan dalam Peninjauan Kembali RTRW

 Sumber: Hasil Analisis

19  Ibid.

Page 96: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 96/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 61

3. Pengolahan dan Analisis Data

  Secara garis besar terdapat 2 (dua) rangkaian analisis utama yang harus dilakukan

dalam penyusunan RTRW provinsi, yaitu:

a. Analisis untuk menggambarkan karakteristik tata ruang wilayah provinsi; dan

b. Analisis untuk menyusun rencana struktur ruang dan rencana pola ruang

wilayah provinsi.

  Dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi, disebutkan bahwa analisis karakteristik tata ruang

wilayah provinsi digambarkan melalui 4 (empat) analisis, yaitu (1) karakteristik

fisik wilayah, (2) karakteristik sosial-kependudukan, (3) kemampuan keuangan

pembangunan daerah; dan (4) kedudukan provinsi di dalam wilayah lebih luas.

Kajian risiko bencana untuk setiap jenis bencana di wilayah provinsi menjadibagian dari analisis karakteristik fisik wilayah, kecuali untuk jenis bencana

epidemi dan wabah penyakit menjadi bagian dari analisis karakteristik sosial-

kependudukan. Dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2009 digunakan istilah ‘potensi

rawan bencana alam’. Sementara, kajian yang dilakukan BNPB adalah kajian

risiko bencana. Sesuai dengan terminologi yang digunakan BNPB, potensi rawan

bencana alam menggunakan historical data berdasarkan kejadian bencana yang

lalu (existing), sedangkan kajian risiko bencana bersifat prediksi ke depan, dan

sudah mempertimbangkan ancaman, kerentanan, dan kapasitas di wilayah

provinsi yang bersangkutan.Dengan demikian sebaiknya analisis potensi rawanbencana alam dalam penyusunan RTRW ditambah dengan kajian risiko bencana.

Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.3.

  Hasil kajian karakteristik wilayah provinsi ini akan menjadi dasar bagi perumusan

tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi, serta menjadi

masukan bagi seluruh penyusunan rencana tata ruang selanjutnya.

Page 97: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 97/214

62  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Tabel 3.3

Kajian Risiko Bencana untuk Setiap Jenis Bencana

dalam Analisis Karakteristik Tata Ruang

No Jenis Bencana Analisis Karakteristik Tata Ruang

1. Tanah longsor

Karakteristik fisik wilayah: analisis potensi rawan bencana alam +kajian risiko bencana

2. Gelombang ekstrim

3. Banjir

4. Letusan gunung api

5. Gempa bumi

6. Tsunami

7. Cuaca ekstrim dan abrasi

8. Kekeringan

9. Kebakaran hutan dan lahan

10. Kebakaran gedung dan permukiman

11. Epidemi dan wabah penyakit Karakteristik sosial-kependudukan: analisis kualitas SDM (kesehatan)+ kajian risiko bencana

12. Gagal teknologi Karakteristik fisik wilayah: analisis potensi rawan bencana alam +kajian risiko bencana

Sumber: Hasil analisis

  Penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan

strategis provinsi juga didasarkan pada karakteristik tata ruang wilayah provinsi

tersebut dengan penajaman analisis, di mana salah satunya adalah analisis daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah serta optimasi pemanfaatan

ruang.Kajian risiko bencana juga menjadi masukan dalam melakukan analisisdaya dukung dan daya tampung lingkungan.Pada tahap ini terjadi integrasi

antara kajian risiko bencana dan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) dalam

rencana tata ruang.

4. Penyusunan Konsepsi RTRW Provinsi

  Kegiatan perumusan konsepsi RTRW provinsi terdiri atas perumusan konsep

pengembangan wilayah dan perumusan rencana tata ruang wilayah provinsi itu

sendiri.

  Konsep pengembangan wilayah dilakukan berdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif konsep

pengembangan wilayah.Dengan demikian, apabila aspek kebencanaan telah

menjadi muatan dalam analisis yang dilakukan, maka perumusan konsep

pengembangan wilayah dilakukan dengan telah mempertimbangkan kajian

risiko bencana.

  Muatan kebencanaan yang merupakan hasil dari kajian risiko bencana pada

tahap analisis tersebut harus tercakup dalam RTRW provinsi, terdiri atas:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;

Page 98: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 98/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 63

b. Rencana struktur ruang wilayah provinsi;

c. Rencana pola ruang wilayah provinsi;

d. Penetapan kawasan-kawasan strategis provinsi;

e. Arahan pemanfaatan ruang; dan

f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

  Dalam mengintegrasikan kajian risiko bencana (KRB) dalam Rencana

Penanggulangan Bencana (RPB) ke dalam Rencana Tata Ruang perlu

memperhatikan jangka waktunya. RPB memiliki jangka waktu 5 tahun dan

merupakan rencana jangka menengah, mengikuti RPJMD.Sedangkan RTR

memiliki jangka waktu 20 tahun. Dengan demikian integrasi dilakukan dengan

memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Peta kerawanan pembuatannya diserahkan ke K/L yang terkait sesuai dengan

tupoksinya. Jenis peta kerawanan yang telah memiliki SNI adalah gempa

bumi (tim 9 revisi gempa), tanah longsor (ESDM), letusan gunung api (Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/ PVMBG), banjir (Kemen PU dan

BIG), dan kekeringan (BMKG). Peta kerawanan ini kemudian menjadi dasar

pembuatan peta ancaman;

b. Peta kerawanan dan peta ancaman bersifat jangka panjang (20 tahun)

sehingga digunakan untuk acuan perumusan rencana struktur ruang dan

rencana pola ruang, serta peraturan zonasi;

c. Sedangkan peta risiko bersifat jangka menengah dan dapat berubah dengan

waktu, karena ada faktor kerentanan dan kapasitas yang dapat berubah

seiring dengan pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Oleh

karenanya peta kerentanan, peta kapasitas, dan peta risiko digunakan untuk

acuan perumusan indikasi program 5 tahun dalam arahan pemanfaatan ruang.

  Dalam merumuskan arahan pemanfaatan ruang juga harus mengintegrasikan

Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) yang ada.Dalam

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana, maka penyusunan RAD PRBharus dilakukan dengan mempertimbangkan konsep pengembangan wilayah

dalam RTRW. Saat ini RAD PRB disusun oleh BPBD setiap 3 tahun. Namun, adanya

dua dokumen yaitu RPB dan RAD PRB ternyata membingungkan bagi Pemerintah

Daerah. Oleh karena itu, untuk periode berikutnya RAD PRB akan diintegrasikan

ke dalam RPB dalam 1 (satu) dokumen saja.20

20 Ibid.

Page 99: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 99/214

64  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

5. Penyusunan naskah Raperda

  Penyusunan naskah raperda RTRW Provinsi merupakan proses penuangan

naskah teknis RTRW provinsi ke dalam pasal-pasal raperda yang mengikuti

tatacara penulisan sesuai ketentuan UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan.

  Pada tahap ini sudah tidak ada masukan dari kajian kebencanaan.

  Untuk lebih jelasnya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam

proses penyusunan RTRW Provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam

Proses Penyusunan RTRW Provinsi

Sumber: Hasil Analisis

Page 100: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 100/214

Page 101: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 101/214

66  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

bencana, pengupasan hutan/bukit, gangguan pada keseimbangan tata air baik air

permukaan maupun tanah.

Tahap selanjutnya adalah analisis kemampuan lahan untuk memperoleh gambaran

tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan. Dari sini

kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan untuk mengetahui arahan-arahan

kesesuaian lahan, sehingga diperoleh arahan kesesuaian peruntukan lahan untuk

pengembangan kawasan berdasarkan karakteristik fisiknya. Baru setelah itu dilakukan

rekomendasi kesesuaian lahan.Dari uraian tersebut terlihat bahwa pengintegrasian

dengan kajian risiko bencana dapat dilakukan pada tahap analisis kemampuan

lahan. Dengan demikian risiko bencana dan dampaknya sudah menjadi bagian yang

dipertimbangkan dalam melakukan analisis kesesuaian lahan dan rekomendasi

kesesuaian lahan. Bagan alir tata cara analisis aspek fisik dan lingkungan dapat dilihatpada Gambar 3.6.

Gambar 3.6

Bagan Alir Tata Cara Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan dalam

 Penyusunan Rencana Tata Ruang

Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tentng Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta SosialBudaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

Page 102: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 102/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 67

  Metode Pengkajian Risiko Bencana

Pengkajian risiko bencana dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di tingkat

nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di tingkat provinsiminimal hingga kecamatan, kedalaman analisis di tingkat kabupaten/kota

minimal hingga tingkat kelurahan/desa/kam-pung/nagari).

2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan skala 1:50.000

untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan

skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

3. Dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa).

4. Dapat digunakan untuk menghitung kerugian harta benda, (dalam rupiah) dan

kerusakan lingkungan.

5. Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedangdan rendah.

6. Menggunakan GIS dalam pemetaan risiko bencana.

Pengkajian risiko bencana disusunberdasarkan komponen ancaman, kerentanan

dan kapasitas, sebagai berikut (lihat Gambar 3.7):

a. Komponen Ancaman disusun berdasarkan parameter intensitas dan probabilitas

kejadian;

b. Komponen Kerentanan disusun berdasarkan parameter sosial budaya, ekonomi,

fisik dan lingkungan; danc. Komponen Kapasitas disusun berdasarkan parameter kapasitas regulasi,

kelembagaan, sistem peringatan dini, pendidikan pelatihan keterampilan,

mitigasi dan sistem kesiapsiagaan.

Gambar 3.7

Metode Pengkajian Risiko Bencana

Sumber: Perka BNPB No.02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Page 103: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 103/214

68  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Hasil pengkajian risiko bencana terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu:

1. Peta Risiko Bencana, yang menghasilkan landasan penentuan tingkat risiko

bencana dan digunakan sebagai landasan perumusan kebijakan teknis, meliputi

a. Pencegahan dan mitigasi bencana;

b. Kesiapsiagaan;

c. Tanggap darurat; dan

d. Pemulihan pasca bencana.

2. Dokumen Kajian Risiko Bencana, yang menghasilkan kebijakan administratif

yang menyajikan kebijakan minimum penanggulangan bencana daerah yang

ditujukan untuk mengurangi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta benda dan

kerusakan lingkungan akibat kejadian bencana pada suatu kawasan.

Mekanisme penyusunan Peta Risiko Bencana saling terkait dengan mekanismepenyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana (lihat Gambar 3.8).

Gambar 3.8

Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana

  Sumber: Perka BNPB No.02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Page 104: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 104/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 69

  Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana (KRB) ke dalam Muatan RTRW Provinsi

Pengintegrasian kajian risiko bencana dalam muatan RTRW Provinsi dilakukan

dengan memadukan kedua pendekatan tersebut di atas (analisis fisik dan lingkungan

dengan kajian risiko bencana) yang dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Peta ancaman menjadi masukan dalam melakukan satuan kemampuan lahan

terhadap bencana alam, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis kesesuaian

lahan dan rekomendasi kesesuaian lahan sesuai dengan tata cara analisis aspek fisik

dan lingkungan yang diatur dalam Permen PU No. 20/PRT/M/2007. Dari rekomendasi

kesesuaian lahan ini dilakukan perumusan konsep RTRW Provinsi, yang meliputi

perumusan konsep pengembangan wilayah dan perumusan RTRW Provinsi itu

sendiri.Perumusan berdasarkan kajian tersebut menghasilkan rumusan tujuan,

kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi, serta rencana struktur ruang

dan rencana pola ruang wilayah provinsi.

Pada saat yang sama juga dilakukan pengkajian risiko bencana yang menghasilkan

kajian risiko bencana dan peta risiko bencana yang menjadi dasar perumusan

kebijakan pengurangan risiko bencana yang terdiri atas kebijakan administratif dan

kebijakan teknis per bencana.Kebijakan pengurangan risiko bencana membutuhkan

alokasi ruang pada wilayah yang dikaji untuk tindakan-tindakan yang dipilih, yaitu

tindakan relokasi, adaptasi, dan proteksi.Kajian risiko bencana ini dilakukan sesuaidengan arahan dalam Perka BNPBNo.02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum

Pengkajian Risiko Bencana. Untuk lebih jelasnya, pengintegrasian kajian risiko

bencana ke dalam muatan RTRW Provinsi ini dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Page 105: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 105/214

70  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Gambar 3.9

Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam Muatan RTRW Provinsi

  Sumber : Hasil Analisis

Dengan pendekatan seperti yang digambarkan pada Gambar 3.9 di atas, dilakukan

perumusan RTRW Provinsi yang meliputi tujuan, kebijakan, dan strategi penataan

ruang wilayah provinsi; rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayahprovinsi; penetapan kawasan strategis wilayah provinsi; arahan pemanfaatan ruang

wilayah provinsi; dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.

a. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi

  Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi merupakan

terjemahan dari visi dan misi pengembangan wilayah provinsi dalam pelaksanaan

pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah provinsi yang

diharapkan.

Page 106: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 106/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 71

  Tujuan penataan ruang wilayah provinsi merupakan arahan perwujudan ruang

wilayah provinsi yang diinginkan pada masa yang akan datang. Tujuan penataan

ruang wilayah provinsi dirumuskan berdasarkan 4 (empat) hal, di mana salah

satunya adalah isu strategis tata ruang wilayah provinsi.Perlu ditekankan

di sini bahwa pada wilayah yang memiliki risiko bencana, penanggulangan

bencana merupakan salah satu isu strategis yang perlu dipertimbangkan dalam

perumusan tujuan.

  Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi merupakan arah tindakan yang harus

ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah provinsi. Kebijakan

penataan ruang wilayah provinsi dirumuskan antara lain berdasarkan tujuan

penataan ruang wilayah provinsi yang telah bermuatan mitigasi bencana dan

karakteristik tata ruang wilayah provinsi yang telah memuat kajian risiko bencana.Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi dirumuskan dengan kriteria, salah

satunya, mampu menjawab isu-isu strategis tata ruang baik yang ada sekarang

maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang. Seperti dalam

perumusan tujuan, isu-isu strategis tersebut juga memuat isu kebencanaan.

  Berdasarkan hasil pengkajian risiko bencana dapat dirumuskan kebijakan

pengurangan risiko bencana yang terdiri atas kebijakan administratif yang

berfokus pada pengurangan faktor risiko dasar dan kebijakan teknis yang

berfokus pada pencegahan dan mitigasi bencana (lihat kembali Gambar 3.9).Kebijakan pengurangan risiko bencana ini antara lain dapat berupa kebijakan

yang terkait dengan penetapan kegiatan pada kawasan-kawasan yang memiliki

risiko bencana dengan alternatif tindakan yang meliputi21:

  Tindakan Relokasi

  Upaya penanganan kawasan dengan risiko bencana melalui upaya pemindahan

aktivitas berikut sarana prasarana penunjang aktivitas ke zona aman dari bencana;

(a) Tindakan Adaptasi

  Upaya penanganan kawasan dengan risiko bencana melalui rekayasa teknis,ketentuan khusus untuk konstruksi bangunan, serta sistem peringatan dini.

(b) Tindakan Proteksi

  Upaya penanganan kawasan dengan risiko bencana melalui upaya preservasi

dapat berupa proteksi terhadap kawasan dengan risiko bencana guna

meningkatkan kualitas lingkungan alami. Misalnya dengan pembangunan

waduk, tanggul, sea wall , atau tembok pemecah gelombang.

21  Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana (draft), Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum,2014.

Page 107: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 107/214

72  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Strategi penataan ruang wilayah provinsi merupakan penjabaran masing-

masing kebijakan penataan ruang wilayah provinsi ke dalam langkah-langkah

operasional untuk mencapai tujuan penataan ruang yang telah ditetapkan.

Strategi penataan ruang wilayah provinsi ini dirumuskan salah satunya

berdasarkan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi. Bila kebijakan

penataan ruang yang dirumuskan telah memuat upaya pengurangan risiko

bencana, maka strategi yang dirumuskan juga akan mencakup strategi

pengurangan risiko bencana.

b. Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi

  Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata

ruang wilayah provinsi yang dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan

(sistem perkotaan) yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah provinsi terutama jaringan transportasi. Rencana pola

ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam

wilayah provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung

dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

  Rencana struktur ruang wilayah provinsi dan rencana pola ruang wilayah

provinsi dirumuskan dengan mempertimbangkan rekomendasi kesesuaian

lahan (lihat kembali Gambar 3.9). Rekomendasi kesesuaian lahan menghasilkan

satu rekomendasi untuk pengembangan wilayah yang menjadi masukan bagipenyusunan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah. Rencana struktur

ruang dan rencana pola ruang ini juga dirumuskan berdasarkan daya dukung

dan daya tampung lingkungan hidup wilayah provinsi. Kajian daya dukung

dan daya tampung lingkungan ini telah mencakup kemungkinan dampak yang

ditimbulkan oleh bencana serta kajian lingkungan hidup strategis (KLHS).

  Dalam rencana pola ruang wilayah provinsi dilakukan penetapan kawasan

dengan risiko bencana sebagai kawasan lindung. Kajian risiko bencana

menghasilkan penentuan kelas risiko bencana untuk setiap jenis bencana yang

dibedakan menjadi kelas risiko bencana tinggi, kelas risiko bencana sedang,

dan kelas risiko bencana rendah.Berdasarkan penentuan kelas risiko bencana

tersebut, dapat dirumuskan kawasan-kawasan dengan risiko bencana yang harus

ditetapkan menjadi kawasan lindung dan/atau yang dapat ditetapkan menjadi

kawasan budidaya dengan persyaratan-persyaratan khusus.Kawasan dengan

kelas risiko bencana rendah, misalnya, dapat menjadi kawasan budidaya dengan

persyaratan-persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam pengembangannya.

Sementara kawasan dengan kelas risiko bencana tinggi sebaiknya ditetapkan

sebagai kawasan lindung.

Page 108: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 108/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 73

c. Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Provinsi

  Kawasan strategis provinsi merupakan bagian wilayah provinsi yang penataan

ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

lingkup provinsi, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Penentuan kawasan strategis provinsi ini lebih bersifat indikatif.

  Kawasan dengan risiko bencana dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis

provinsi. Bila IRBI (Indeks Risiko Bencana Indonesia) sudah menjadi bagian

dari semua RPB Provinsi, maka IRBI ini dapat digunakan sebagai salah satu

acuan untuk mendelineasi kawasan dengan risiko bencana di provinsi yang

bersangkutan. Di tingkat provinsi, unit analisis IRBI sampai tingkat kecamatan.

Kecamatan-kecamatan dengan kelas risiko bencana yang tinggi dan/atau

mempunyai kecenderungan terus meningkat dapat dipertimbangkan untukditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi rawan bencana. Untuk tingkat

provinsi, maka penetapan kawasan rawan bencana sebagai kawasan strategis

provinsi bila bencana tersebut bersifat lintaskota/kabupaten. Sebagai contoh

kawasan strategis rawan bencana banjir di daerah aliran sungai yang lintas kota/

kabupaten.

c. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi

  Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi merupakan upaya perwujudan

rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan provinsi dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan

sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).

  Untuk wilayah yang memiliki risiko bencana, arahan pemanfaatan ruang wilayah

provinsi dilakukan berdasarkan:

(a) Rencana struktur ruang dan rencana pola ruang yang telah memuat kebijakan

mitigasi bencana;

(b) Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan, termasuk untuk

upaya mitigasi bencana;

(c) Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan,

termasuk kebijakan mitigasi bencana;

(d) Prioritas pengembangan wilayah provinsi dan pentahapan rencana

pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD; dan

(e) Sinkronisasi program dengan kebijakan nasional dan daerah yang berbatasan

dalam satu kerangka program terpadu pengembangan wilayah provinsi.

Page 109: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 109/214

74  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

d. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi

  Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah arahan yang

diperuntukkan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi indikasi arahan

peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan

sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah provinsi.

  Untuk wilayah yang memiliki risiko bencana, arahan pengendalian pemanfaatan

ruang wilayah provinsi dilakukan untuk mewujudkan tertib tata ruang melalui

penyusunan indikasi arahan peraturan zonasi berbasis mitigasi bencana, arahan

perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi berdasarkan rencana

tata ruang yang berbasis mitigasi bencana.

  Indikasi arahan peraturan zonasi dalam RTRW Provinsi antara lain mencakup:1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi sebagai ketentuan

pemanfaatan ruang sistem provinsi yang berbasis mitigasi bencana;

2. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang berisikan kegiatan yang

diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan tidak diperbolehkan

pada setiap kawasan dengan telah mempertimbangkan kawasan-kawasan

dengan risiko bencana dan upaya mitigasi bencana;

3. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang yang akan menjadi arahan minimal

dalam menetapkan besaran kawasan lindung, intensitas pemanfaatan

ruang di kawasan budi daya, dan besaran ruang terbuka hijau denganmempertimbangkan kawasan-kawasan dengan risiko bencana dan upaya

mitigasi bencana; dan

4. Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan

guna mendukung pengembangan kawasan agar dapat berfungsi secara

optimal dengan mempertimbangkan kawasan-kawasan dengan risiko

bencana dan upaya mitigasi bencana.

  Pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan rencana tata ruang

wilayah provinsi (Integrasi spasial) secara lebih rinci dapat dilihat pada Standar

Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana yang sedang disusun oleh

Kementerian Pekerjaan Umum.

3.5 Contoh Peran Penataan Ruang dalam Pengurangan Risiko Bencana

Berikut ini diberikan contoh peran penataan ruang dalam pengurangan risiko

bencana, khususnya bencana tsunami. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,

pengurangan risiko bencana dilakukan dengan cara memperkecil ancaman (hazard )

kawasan, mengurangi kerentanan (vulnerability ) kawasan yang terancam, dan

Page 110: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 110/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 75

meningkatkan kapasitas (capacity ) kawasan yang terancam. Dengan memperhatikan

ketiga komponen tersebut, maka upaya pengurangan risiko bencana tsunami di

suatu kawasan yang terancam dapat dilakukan antara lain dengan cara-cara berikut

ini22:

1. Untuk memperkecil ancaman (hazard ) kawasan dilakukan upaya pencegahan

melalui Penyusunan Panduan Penataan Ruang Kawasan Pantai Rawan Tsunami;

2. Untuk mengurangi kerentanan (vulnerability ) kawasan dilakukan upaya mitigasi

bencana tsunami antara lain melalui:

a. Pemutakhiran peta risiko tsunami secara berkala dan berkelanjutan;

b. Pembangunan infrastruktur mitigasi bencana tsunami;

c. Sinkronisasi kebijakan RTR (RTRW dan RDTR), IMB, dan perencanaan

pembangunan daerah lainnya berbasismitigasi bencana tsunami; dan

d. Pembangunan dan pemeliharaan gedung penyelamatan/pengungsian(escape building) untuk masyarakat di daerah rawan bencana tsunami.

3. Untuk meningkatkan kapasitas (capacity ) kawasan dilakukan upaya kesiapsiagaan

bencana tsunami yang meliputi antara lain:

a. Peningkatan kapasitas prasarana dan sarana evakuasi masyarakat pada

kawasan rawanbencana tsunami;

b. Pembangunan sistem peringatan dini bencana tsunami;

c. Penyusunan dan penetapan rencana evakuasi tingkat kabupaten hingga

ketingkat desa; dan

d. Pengembangan budaya siaga bencana dan kemandirian masyarakat dalammemobilisasi sumber daya dalam menghadapi risiko bencana tsunami.

Dalam upaya pengurangan risiko bencana ke depan terdapat beberapa isu strategis

yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (a) bencana akibat faktor geologi; (b) perubahan

iklim yang mengglobal; (c) bertambahnya degradasi lingkungan; dan (d) laju

demografi. Berikut ini contoh internalisasi isu-isu tersebut dalam pengarusutamaan

pengurangan risiko bencana ke dalam penataan ruang23:

1. Bencana akibat faktor geologi

  Pengurangan risiko bencana dalam penataan ruang dilakukan dengan prinsip:

ancaman (hazard ) yang tidak dapat dicegah, harus dihindari mengembangkan

kawasan terancam tersebut sebagai permukiman atau kawasan pertumbuhan

ekonomi. Namun bagaimana bila hal tersebut tidak dapat dihindari?Misalnya

kawasan terancam tersebut sudah merupakan kawasan permukiman padat.Apa

yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko bencana? Pengurangan risiko

22

  Lilik Kurniawan, Direktur Pengurangan Risiko Bencana, BNPB, “Isu-isu Strategis Pengarusutamaan Pengurangan RisikoBencana ke dalam Rencana Tata Ruang, Keynote Speech dalam Diskusi Terarah Materi Teknis – SCDRR II, Bappenas, 10 Juni2014.23  Ibid.

Page 111: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 111/214

76  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

bencana dapat dilakukan antara lain melalui penerapan kebijakan tindakan

relokasi, adaptasi, atau proteksi.

2. Perubahan iklim yang mengglobal

  Pengurangan risiko bencana dalam penataan ruang dilakukan dengan

memperhatikan bahwa: ancaman (hazard ) merupakan kombinasi dari faktor

alam yang tidak dapat dicegah dan faktor manusia yang dapat dikendalikan.

Dengan demikian perlu dilakukan upaya-upaya yang tidak akan memperparah

perubahan iklim, yaitu dengan mengendalikan kegiatan manusianya. Bagaimana

caranya dan dapatkah ini dilakukan?

3. Bertambahnya degradasi lingkungan

  Pengurangan risiko bencana dalam penataan ruang dilakukan dengan

memperhatikan bahwa: ancaman (hazard ) merupakan pengaruh manusia,

yaitu kebutuhan akan permukiman serta pemanfaatan sumber daya alam yang

tidak terkendali, termasuk pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan.

Kebijakan seperti apa yang dibutuhkan dan bagaimana pengendaliannya?

4. Laju demografi

  Laju demografi mempengaruhi faktor kerentanan dan kapasitas.Pengurangan

risiko bencana dilakukan dengan mengurangi kerentanan dan meningkatkan

kapasitas.

3.6 Tantangan dalam Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam

Penyusunan RTRW Provinsi

Beberapa tantangan yang dihadapi oleh pemerintah provinsi dalam menyusun

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dengan perspektif Pengurangan Risiko Bencana

diantaranya adalah:

1. Kelengkapan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan manualdi bidang penataan ruang yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan RTRW

Provinsi dengan perspektif pengurangan risiko bencana.

2. Ketersediaan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dan Rencana Aksi Daerah

Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) Provinsi yang dapat digunakan sebagai

dasar pengintegrasian kajian risiko bencana (KRB) ke dalam penyusunan RTRW

Provinsi. Saat ini telah ada Rencana Penanggulangan Bencana untuk 33 Provinsi

(kecuali Kalimantan Utara) untuk periode 2012-2016.

Page 112: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 112/214

Page 113: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 113/214

Page 114: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 114/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 79

BAB 4Pengarusutamaan PenguranganRisiko Bencana ke dalamPenyusunan Rencana Tata RuangKawasan Strategis Nasional

Page 115: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 115/214

80  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Page 116: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 116/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 81

4.1 Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam Penyusunan Rencana Tata

Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN)

Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang

Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN) menetapkan 10 tipologi KSN, yaitu

1. Tipologi kawasan pertahanan dan keamanan (kawasan perbatasan negara danwilayah pertahanan);

2. Tipologi kawasan perkotaan yang merupakan kawasan metropolitan;

3. Tipologi KAPET;

4. Tipologi kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (nonKAPET);

5. Tipologi kawasan warisan budaya/adat tertentu;

6. Tipologi kawasan teknologi tinggi;

7. Tipologi kawasan SDA di darat;

8. Tipologi kawasan hutan lindung-taman nasional;

9. Tipologi kawasan rawan bencana; dan

10. Tipologi kawasan ekosistem termasuk kawasan kritis lingkungan.

Setiap tipologi memiliki kekhususan dalam karakteristik maupun fokus

penanganannya. Saat ingin mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke

dalam penyusunan RTR KSN, perlu ditelaah terlebih dulu seberapa relevannya

melakukan kajian risiko bencana (KRB) untuk setiap tipologi KSN. Hal ini karena ada

tipologi yang berbasis kawasan dan ada yang berbasis objek strategis. Ada yang

meliputi kawasan yang luas, lebih dari satu provinsi (misalnya Kawasan PerkotaanJabodetabekpunjur) dan ada yang merupakan kawasan yang kecil (misalnya Kawasan

BAB 4

Pengarusutamaan PenguranganRisiko Bencana ke dalam PenyusunanRencana Tata Ruang KawasanStrategis Nasional

Page 117: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 117/214

82  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Teknologi Tinggi). Selain itu, mengingat KSN tersebut ada yang termasuk dalam

wilayah administrasi tertentu, yaitu provinsi/kabupaten/kota, maka pertanyaannya

adalah apakah dibutuhkan kajian risiko bencana khusus untuk KSN tersebut, atau

sudah tercakup dalam kajian risiko bencana di RTRW provinsi/kabupaten/kota yang

bersangkutan?

Penentuan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa apabila tersedia

informasi yang lebih detil, maka sebaiknya digunakan informasi yang lebih detil

tersebut dalam penyusunan RTR KSN. Artinya, apabila RPB kabupaten/kota telah

tersedia, maka sebaiknya RPB kabupaten/kota tersebut yang digunakan sebagai

dasar dalam mengintegrasikan kajian risiko bencana ke dalam RTR KSN. Seperti

telah disebutkan sebelumnya, kedalaman analisis di tingkat nasional adalah minimal

hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di tingkat provinsi minimal hinggatingkat kecamatan, dan kedalaman analisis di tingkat kabupaten/kota minimal

hingga kelurahan/desa/kampong/nagari. Semakin detil informasi dan kedalaman

analisis, maka semakin baik bagi penyusunan RTR KSN.

Beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan pengkajian risiko

bencana pada suatu tipologi KSN diantaranya adalah:

1. Cakupan wilayah KSN, apakah masuk dalam suatu wilayah administrasi

tertentu (provinsi/kabupaten/kota) atau lintasadministrasi (lintas provinsi/lintaskabupaten-kota)

a. Bila masuk dalam satu wilayah administrasi kabupaten/kota:

- Tidak diperlukan kajian risiko bencana khusus, tetapi dapat menggunakan

kajian risiko bencana yang ada di dalam RTRW Kabupaten/Kota yang

bersangkutan, dengan asumsi RTRW tersebut telah memuat kajian risiko

bencana. Bila belum, maka dapat digunakan kajian risiko bencana dalam

Rencana Penanggulangan Bencana kabupaten/kota yang bersangkutan.

- Mengingat kedalaman analisis di tingkat kabupaten/kota minimalsampai kelurahan/desa/kampung/negeri, maka untuk kajian risiko

bencana di RTR KSN ini dapat dilakukan dengan mengambil hasil kajian

risiko bencana untuk kelurahan-kelurahan/desa-desa yang terkait saja.

Misalnya, untuk Kawasan Industri Lhokseumawe, maka cukup diambil

kelurahan-kelurahan yang terkait dengan kawasan industri tersebut

dengan memperhatikan keterkaitannya dengan kawasan yang lebih luas

(keterkaitan antara kawasan inti dan kawasan penyangga).

Page 118: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 118/214

Page 119: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 119/214

84  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

- Bila RPB-RPB Provinsi/Kabupaten/Kota tidak memiliki jangka waktu

(periode) yang sama atau belum ada, sehingga sulit untuk diintegrasikan,

maka K/L terkait melakukan pengkajian risiko bencana secara khusus

berkoordinasi dengan BNPB dan mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun

2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

- Fokus kajian terutama pada penyelenggaraan penanggulangan bencana

lintasprovinsi yang dilakukan secara terpadu serta upaya perlindungan

bagi kawasan-kawasan yang strategis. Hal ini dikarenakan masing-masing

wilayah provinsi telah melakukan kajian risiko bencana di dalam RPBnya

masing-masing, sehingga kajian risiko bencana di RTR KSN difokuskan

terutama pada keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan

bencana lintas administrasi (provinsi) dengan tujuan melindungi

kawasan-kawasan yang strategis. Sebagai contoh, bencana banjir diKawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur. Mengingat kawasan perkotaan

Jabodetabekpunjur mencakup 3 (tiga) wilayah provinsi, yaitu DKI Jakarta,

Jawa Barat, dan Banten, maka rencana penanggulangan bencana di

kawasan tersebut sebaiknya difokuskan pada penanggulangan bencana

banjir lintas administrasi yang terpadu dan tidak tumpang tindih dengan

penanggulangan bencana di masing-masing provinsi, dengan fokus pada

pengamanan dan perlindungan kawasan-kawasan yang strategis.

2. KSN berbasis kawasan/objek strategis:a. Mengingat cakupan wilayahnya yang tidak terlalu luas dan umumnya

terdapat dalam satu wilayah administrasi, maka tidak memerlukan kajian

risiko bencana khusus, dan dapat menggunakan kajian risiko bencana

yang ada di dalam RPB kabupaten/kota yang bersangkutan.

b. Namun demikian, bila KSN tersebut dirasakan membutuhkan

perlindungan khusus dari ancaman bencana (karena fungsi atau nilainya),

dan muatan kajian risiko bencana dalam RPB kabupaten/kota yang

bersangkutan dirasakan kurang spesifik mengakomodasi kebutuhan

KSN tersebut, maka dapat dilakukan pengkajian risiko bencana secarakhusus yang spesifik sesuai dengan karakteristik KSN tersebut dengan

memperhatikan keterkaitan antara kawasan inti dan kawasan penyangga.

c. Bila RPB kabupaten/kota yang bersangkutan belum ada, maka K/L terkait

dapat melakukan pengkajian risiko bencana secara khusus berkoordinasi

dengan BNPB dan mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang

Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

Sebagai contoh adalah KSN Tipologi Kawasan Teknologi Tinggi dan Kawasan

Warisan Budaya/Adat Tertentu.

Page 120: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 120/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 85

3. KSN yang merupakan kawasan lindung tidak membutuhkan kajian risiko

bencana secara khusus, dan dapat menggunakan kajian risiko bencana yang

ada di dalam RPB provinsi/kabupaten yang bersangkutan, terutama bagi

kawasan-kawasan permukiman/terbangun yang ada di kawasan lindung

tersebut. Pengendalian pemanfaatan ruang sangat penting untuk dilakukan

secara tegas di kawasan-kawasan ini untuk mengendalikan laju konversi

lahan hutan dan menurunnya daya dukung lingkungan.

4. KSN yang rawan terhadap bencana membutuhkan pengkajian risiko bencana

secara khusus yang lebih rinci sesuai kebutuhan. KSN yang termasuk dalam

kategori ini adalah KSN dengan tipologi Kawasan Rawan Bencana dan Kawasan

Ekosistem termasuk Kawasan Kritis yang memiliki tingkat potensi bencana

yang tinggi dikarenakan telah menurunnya daya dukung lingkungan.

  Penentuan kriteria tersebut di atas dilakukan dengan mempertimbangkan

isu strategis nasional dan fokus penanganan setiap tipologi KSN seperti yang

dimuat dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Untuk lebih jelasnya lihat

Tabel 4.1

Page 121: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 121/214

Page 122: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 122/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 87

    S   u    d   u    t    K   e   p   e   n    t    i   n   g   a   n    d   a   n

    T    i   p   o    l   o   g    i

    K    S    N    d   a    l   a

   m    R    T    R    W    N    (    P    P    2    6    /    2    0    0    8    )

    B   e   n    t   u    k

    I   s   u    S    t   r   a    t   e   g    i   s    N   a   s    i   o   n   a    l

    F   o    k   u   s    P   e   n   a   n   g

   a   n   a   n

    P   e   r   t   u   m    b

   u    h   a   n    E    k   o   n   o   m    i

    T    i   p   o    l   o   g    i

    K   a   w   a   s   a   n    P   e   r    k   o   t   a   a   n

   y   a   n   g    M   e   r   u   p   a    k   a   n

    K   a   w   a   s   a   n

    M   e   t   r   o   p   o

    l    i   t   a   n

    K   a   w   a   s   a   n    P   e   r    k   o   t   a   a   n    M   e    b    i    d   a   n   g   r   o    (    P   r   o   v    i   n   s    i    S   u   m   a   t   e   r   a

    U   t   a   r   a    ) ,

    K   a   w   a   s   a   n

    P   e   r    k   o   t   a   a

   n

    J   a    b   o    d   e   t   a    b   e    k  -    P   u   n    j   u   r   t   e   r   m   a   s   u    k

    K   e   p   u    l   a   u   a   n    S   e   r    i    b   u    (    P   r   o   v    i   n   s    i    D    K    I    J   a    k   a   r   t   a ,

    B   a   n   t   e   n ,

    d   a   n

    J   a   w   a    B   a   r   a   t    ) ,

    K   a   w   a   s   a   n

    P   e   r    k   o   t   a   a

   n

    C   e    k   u   n   g   a   n

    B   a   n    d   u   n   g

    (    P   r   o   v    i   n   s    i

    J   a   w   a    B   a   r   a   t    ) ,

    K   a   w   a   s   a   n    P   e   r    k   o   t   a   a

   n    K   e    d   u   n   g    S   e   p   u   r    (    P   r   o   v    i   n   s    i    J   a   w   a

    T   e   n   g   a    h    ) ,

    K   a   w   a   s   a   n

    P   e   r    k   o   t   a   a   n

    G   e   r    b   a   n   g    k   e   r   t   o   s   u   s    i    l   a

    (    P   r   o   v    i   n   s    i

    J   a   w   a    T    i   m   u   r    ) ,

    K   a   w   a   s   a   n    P   e   r    k   o   t   a   a   n

    S   a   r    b   a   g    i   t   a    (    P   r   o   v    i   n   s    i    B   a    l    i    ) ,

    K   a   w   a   s   a   n    P   e   r    k   o   t   a   a   n

    M   a   m   m    i   n   a   s   a   t   a    (    P   r   o   v    i   n   s    i    S   u    l   a   w   e   s    i

    S   e    l   a   t   a   n    )

    K    S    N

    b   e   r    b   a   s    i   s

    k   a   w   a   s   a   n

    l   e   m   a    h   n   y   a    i   n   t   e   r   a    k   s    i   e    k   o   n   o   m

    i   a   n   t   a   r   w    i    l   a   y   a    h

   s   e   r   t   a

    l   e   m   a    h   n   y   a

    k   e   t   e   r    k   a    i   t   a   n

   a    k   t    i   v    i   t   a   s

   e    k   o   n   o   m    i    h   u    l   u  -    h

    i    l    i   r

    l   e   m   a    h   n   y   a   n    i    l   a    i   t   a   m    b   a    h   p   r   o

    d   u    k   u   n   g   g   u    l   a   n

   w    i    l   a   y   a    h   s   t   r   a   t   e   g    i   s ,   r   e   n    d   a    h   n   y   a   s   t   a   n    d   a   r    d    i   s   a   s    i

    k   u   a    l    i   t   a   s

   p   r   o    d   u    k

   n   a   s    i   o   n   a    l ,

    d   a   n

    b   e    l   u   m

   t   e   r    i   n   t   e   g   r   a   s    i    d   e   n   g   a   n

   t   e    k   n   o    l   o   g    i ,    k   u   a    l    i   t   a   s

    S    D    M ,    d

   a   n    i   n    d   u   s   t   r    i   u   n   g   g   u    l   a   n

   m   a   s    i    h   r   e   n    d   a    h   n   y   a    k   e   t   e   r   s   e    d    i   a   a   n   p   r   a   s   a   r   a   n   a

    d   a   n   s   a   r   a   n   a   n   a   s    i   o   n   a    l

   m   a   s    i    h   t    i   n   g   g    i   n   y   a   t    i   n   g    k   a   t    k   e   m

    i   s    k    i   n   a   n

    b   e    l   u   m

   o   p   t    i   m   a    l   n   y   a

    k   a   w   a   s

   a   n

   p   e   r    k   o   t   a   a   n

   t   e   r   u   t   a   m   a    k   a   w   a   s   a   n   m   e   t   r   o   p

   o    l    i   t   a   n   s   e    b   a   g   a    i

   m   e   s    i   n   p   e   n   g   g   e   r   a    k   e    k   o   n   o   m    i

   n   a   s    i   o   n   a    l

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n

   s    i   s   t   e   m

   p   e   r    k   o   t   a   a   n

   y   a   n   g

   m   e   n   c   a    k   u   p   p   e   n   e   t   a   p   a   n    f   u

   n   g   s    i    d   a   n   p   e   r   a   n

    k   a   w   a   s   a   n   p   e   r    k   o   t   a   a   n    i   n   t

    i    d   a   n    k   a   w   a   s   a   n

   p   e   r    k   o   t   a   a   n    d    i   s   e    k    i   t   a   r   n   y   a

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n    k   e   g    i   a   t   a   n   e

    k   o   n   o   m    i   u   t   a   m   a

   p   e   r    k   o   t   a   a   n

   y   a   n   g

   m   e   n    d

   u    k   u   n   g

   s    i   s   t   e   m

   p   e   r    k   o   t   a   a   n

   y   a   n   g

    d    i   r   e   n   c   a   n   a    k   a   n

    d   a   n

   m   e   n    d   u    k   u   n   g

   p   e   r   t   u   m    b   u

    h   a   n

   e    k   o   n   o   m    i

   r   e   g    i   o   n   a    l ,   n   a   s    i   o   n   a    l ,   s   e   r   t   a

    b   e   r   o   r    i   e   n   t   a   s    i

   p   a    d   a   p   e   r    d   a   g   a   n   g   a   n    i   n   t   e   r   n   a   s    i   o   n   a    l

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   s    i   s   t   e   m

    j   a   r    i   n   g   a   n   p   r   a   s   a   r   a   n   a

    d   a   n

   s   a   r   a   n   a

   y   a   n   g

   m   e   n    d   u    k   u   n   g

    b   e   r    f   u   n   g   s    i   n   y   a   s    i   s   t   e   m   p   e   r    k   o   t   a   a   n

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n

   p   o    l   a

   r   u   a   n

   g

   y   a   n   g

   s   e   r   a   s    i

   a   n   t   a   r   a

   p   e   r   u   n   t   u    k   a   n

    k   e   g    i   a   t   a   n

    b   u    d    i

    d   a   y   a

    d   a   n

    k   e   g    i   a   t   a   n

    l    i   n    d   u   n   g

   u   n   t   u    k

   p   e   m   e   n   u    h   a   n    k   e    b   u   t   u    h   a   n

   s   o   s    i   a    l   e    k   o   n   o   m    i

   m   a   s   y   a   r   a    k   a   t

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n

   p   e   n   g   e   n    d   a    l    i   a   n

   p   e   m   a   n    f   a   a   t   a   n   r   u   a   n   g    k   a   w

   a   s   a   n   p   e   r    k   o   t   a   a   n

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n    k   e    l   e   m    b   a   g   a   a   n   p   e   n   g   e    l   o    l   a   a   n

    k   a   w   a   s   a   n   p   e   r    k   o   t   a   a   n

    L   a   n    j   u   t   a   n    T   a    b   e    l    4 .    1

Page 123: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 123/214

88  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

    S   u    d   u    t    K   e   p   e   n    t    i   n   g   a   n    d   a   n

    T    i   p   o    l   o   g    i

    K    S    N    d   a    l   a

   m    R    T    R    W    N    (    P    P    2    6    /    2    0    0    8    )

    B   e   n    t   u    k

    I   s   u    S    t   r   a    t   e   g    i   s    N   a   s    i   o   n   a    l

    F   o    k   u   s    P   e   n   a   n   g

   a   n   a   n

    T    i   p   o    l   o   g    i

    K    A    P    E    T

    K   e   p   p   r   e   s    N   o .    1

    0    T   a    h

   u   n    1    9    9    6    j   o    K   e   p   p   r   e   s    9    0    T   a    h   u   n

    1    9    9    6   t   e   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T    B    i   a    k .

    K   e   p   p   r   e   s    1    1    /    1    9    9    8   t   e

   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    B   a   t   u    l    i   c    i   n .

    K   e   p   p   r   e   s    1    2    /    1    9    9    8   t   e   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    S   a   s   a   m    b   a .

    K   e   p   p   r   e   s    1    4    /    1    9    9    8   t   e

   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    M   a   n   a    d   o    B    i   t   u   n   g .

    K   e   p   p   r   e   s    1    5    /    1    9    9    8   t   e

   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    M    b   a   y .

    K   e   p   p   r   e   s    1    6    4    /    1    9    9    8   t   e   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    P   a   r   e   p   a   r   e .

    K   e   p   p   r   e   s    1    6    5    /    1    9    9    8   t   e   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    S   e   r   a   m .

    K   e   p   p   r   e   s    1    6    6    /    1    9    9    8   t   e   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    B    i   m   a .

    K   e   p   p   r   e   s    1    6    7    /    1    9    9    8   t   e   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    B   a   t   u    i .

    K   e   p   p   r   e   s    1    6    8    /    1    9    9    8   t   e   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    B   u    k   a   r    i .

    K   e   p   p   r   e   s    1    7    0    /    1    9    9    8   t   e   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    D    A    S    K   a    k   a    b .

    K   e   p   p   r   e   s    1    7    1    /    1    9    9    8   t   e   n   t   a   n   g    P   e   m    b   e   n   t   u    k   a   n    K    A    P    E    T

    S   a    b   a   n   g

    K   a   p   e   t    K    h   a   t   u    l    i   s   t    i   w   a

    K    S    N

    b   e   r    b   a   s    i   s

    k   a   w   a   s   a   n

    k   e   s   e   n    j   a   n   g   a   n   e    k   o   n   o   m    i    K    B    I ,    K    T    I ,    d   a   n

    k   a   w   a   s   a   n   p   e   r    b   a   t   a   s   a   n   n   e   g   a   r   a ,   s   e

   r   t   a

   r   e   n    d   a    h   n   y   a    i   n   t   e   r    k   o   n   e    k   t    i   v    i   t   a   s    d   o   m   e   s   t    i    k

    i   n   t   r   a   w    i    l   a   y   a    h    d    i    K    B    I ,    K    T    I ,    d   a   n

    k   a   w   a   s   a   n

   p   e   r    b   a   t   a   s   a   n   n   e   g   a   r   a

    l   e   m   a    h   n   y   a    i   n   t   e   r   a    k   s    i   e    k   o   n   o   m

    i   a   n   t   a   r   w    i    l   a   y   a    h

   s   e   r   t   a    l   e   m   a    h   n   y   a    k   e   t   e   r    k   a    i   t   a   n

   a    k   t    i   v    i   t   a   s

   e    k   o   n   o   m    i    h   u    l   u  -    h

    i    l    i   r

    l   e   m   a    h   n   y   a   n    i    l   a    i   t   a   m    b   a    h   p   r   o    d   u    k

   u   n   g   g   u    l   a   n   w    i    l   a   y   a    h   s   t   r   a   t   e   g    i   s ,   r   e

   n    d   a    h   n   y   a

   s   t   a   n    d   a   r    d    i   s   a   s    i    k   u   a    l    i   t   a   s   p   r   o    d   u    k   n   a   s    i   o   n   a    l ,

    d   a   n    b   e    l   u   m   t   e   r    i   n   t   e   g   r   a   s    i    d   e   n

   g   a   n   t   e    k   n   o    l   o   g    i ,

    k   u   a    l    i   t   a   s    S    D    M ,    d

   a   n    i   n    d   u   s   t   r    i   u

   n   g   g   u    l   a   n

    l   e   m   a    h   n   y   a    d   u    k   u   n   g   a   n    i   n   s   e   n   t    i    f    fi   s    k   a    l    d   a   n

   n   o   n    fi   s    k   a    l    k   a   w   a   s   a   n   e    k   o   n   o   m

    i

   m   a   s    i    h   r   e   n    d   a    h   n   y   a    k   e   t   e   r   s   e    d    i   a   a   n   p   r   a   s   a   r   a   n   a

    d   a   n   s   a   r   a   n   a   n   a   s    i   o   n   a    l

    k   u   r   a   n   g   n   y   a    d   a   y   a    d   u    k   u   n   g   p   e

   n   g   e   m    b   a   n   g   a   n

   a    k   t    i   v    i   t   a   s   e    k   o   n   o   m    i    d   a    l   a   m   p   e

   n   y   e   r   a   p   a   n

   t   e   n   a   g   a    k   e   r    j   a

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n    f   a    k   t   o   r  -    f   a    k   t   o

   r   p   e   n    d   u    k   u   n   g

   p   e   n   g   e   m    b   a   n   g   a   n   e    k   o   n   o   m

    i   u   n   g   g   u    l   a   n

   y   a   n   g   t   e   r    d    i   r    i   a   t   a   s    i   n    d   u   s   t   r    i    /   u   s   a    h   a    i   n   t    i ,

    i   n    d   u   s   t   r   y   p   e   n    d   u    k   u   n   g ,    j   a   s

   a   p   e   n   u   n    j   a   n   g ,

   p   e   n   e    l    i   t    i   a   n ,   p

   e    l   a   t    i    h   a   n ,   p   e

   n    d    i    d    i    k   a   n ,

    i   n    f   o   r   m   a   s    i ,   t   e    k   n   o    l   o   g    i ,   s   u   m

    b   e   r    d   a   y   a

   a    l   a   m ,   s   e

   r   t   a    l   e   m    b   a   g   a  -    l   e   m

    b   a   g   a   t   e   r    k   a    i   t

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   p   e   n   g   e   m    b   a   n   g   a   n   u   s   a    h   a

    (    b   u   s   s    i   n   e   s   s    d   e   v   e    l   o   p   m   e   n    t    )   y   a   n   g    b   e   r    i   s    i

   a   n   t   a   r   a    l   a    i   n    b   u   s   s    i   n   e   s   s   p    l   a   n    d   a   n

   p   e   n   g   e   m    b   a   n   g   a   n    k    h   u   s   u   s

   p   a    d   a   m    i   n    i   m   a    l

    1    (   s   a   t   u    )    k   o   m   o    d    i   t   a   s   u   n   g   g

   u    l   a   n

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   s    i   s   t   e   m   p   u   s   a

   t   p   e    l   a   y   a   n   a   n

    k   e   g    i   a   t   a   n   e    k   o   n   o   m    i    k   a   w   a   s   a   n   y   a   n   g

   t   e   r    i   n   t   e   g   r   a   s    i    d   e   n   g   a   n    k   e    b

    i    j   a    k   a   n   s    i   s   t   e   m

   p   e   r    k   o   t   a   a   n   p   a    d   a    R    T    R    W

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n    k   e   t   e   n   a   g   a    k   e

   r    j   a   a   n

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   s    i   s   t   e   m    j   a   r    i   n   g   a   n   p   r   a   s   a   r   a   n   a

   u   t   a   m   a    d   a   n    j   a   r    i   n   g   a   n   p   r   a   s   a   r   a   n   a

   p   e   n    d   u    k   u   n   g   y   a   n   g   t   e   r    i   n   t   e

   g   r   a   s    i    d   e   n   g   a   n

   s    i   s   t   e   m    j   a   r    i   n   g   a   n   p   r   a   s   a   r   a   n

   a    d   a    l   a   m    R    T    R    W

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   a   r   a    h   a   n   p   e   r   a

   t   u   r   a   n

   z   o   n   a   s    i ,   a   r   a    h   a   n   p   e   r    i   z    i   n   a   n

 ,    d   a   n   a   r   a    h   a   n

   p   e   m    b   e   r    i   a   n    i   n   s   e   n   t    i    f   p   a    d   a    k   a   w   a   s   a   n

   e    k   o   n   o   m    i   u   n   g   g   u    l   a   n   w    i    l   a   y   a    h

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n    k   e    l   e   m    b   a   g   a   a   n   p   e   n   g   e    l   o    l   a   a   n

    k   a   w   a   s   a   n

    L   a   n    j   u   t   a   n    T   a    b   e    l    4 .    1

Page 124: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 124/214

Page 125: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 125/214

90  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

    S   u    d   u    t    K   e   p   e   n    t    i   n   g   a   n    d   a   n

    T    i   p   o    l   o   g    i

    K    S    N    d   a    l   a

   m    R    T    R    W    N    (    P    P    2    6    /    2    0    0    8    )

    B   e   n    t   u    k

    I   s   u    S    t   r   a    t   e   g    i   s    N   a   s    i   o   n   a    l

    F   o    k   u   s    P   e   n   a   n   g

   a   n   a   n

    P   e   n    d   a   y   a

   g   u   n   a   a   n    S    D    A    d   a   n    /   a   t   a   u    T   e    k   n   o    l   o   g    i    T    i   n   g   g    i

    T    i   p   o    l   o   g    i

    K   a   w   a   s   a   n    T   e    k   n   o    l   o   g    i

    T    i   n   g   g    i

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    P   e   n   g   a   m   a   t    D    i   r   g   a   n   t   a   r   a    K   o   t   o   t   a    b   a   n   g

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    S   u   m   a   t   e   r   a

    B   a   r   a   t    )

    K   a   w   a   s   a   n    I   n   s   t   a    l   a   s    i    L

    i   n   g    k   u   n   g   a   n    d   a   n    C   u   a   c   a    (    P   r   o   v    i   n   s    i

    D    K    I    J   a    k   a   r   t   a    )

    K   a   w   a   s   a   n    F   a   s    i    l    i   t   a   s    P

   e   n   g   o    l   a    h   a   n    D   a   t   a    d   a   n    S   a   t   e    l    i   t

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    D    K    I    J   a    k   a   r   t

   a    )

    K   a   w   a   s   a   n    F   a   s    i    l    i   t   a   s    U

    j    i    T   e   r    b   a   n   g    R   o    k   e   t    P   a   m   e   n   g   p   e   u    k

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    J   a   w   a    B   a   r   a

   t    )

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    P   e   n   g   a   m   a   t    D    i   r   g   a   n   t   a   r   a    P   a   m   e   n   g   p   e   u    k

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    J   a   w   a    B   a   r   a

   t    )

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    P   e   n   g   a   m   a   t    D    i   r   g   a   n   t   a   r   a    T   a   n    j   u   n   g    S   a   r    i

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    J   a   w   a    B   a   r   a

   t    )

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    T   e

    l   e   c   o   m   a   n    d    (    P   r   o   v    i   n   s    i    J   a   w   a    B   a   r   a   t    )

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    B   u   m    i    P   e   n   e   r    i   m   a    S   a   t   e    l    i   t    M    i    k   r   o

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    J   a   w   a    B   a   r   a

   t    )

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    P   e   n   g   a   m   a   t    D    i   r   g   a   n   t   a   r   a    W   a   t   u    k   o   s   e    k

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    J   a   w   a    T    i   m   u

   r    )

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    P   e   n   g   a   m   a   t    D    i   r   g   a   n   t   a   r   a    P   o   n   t    i   a   n   a    k

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    K   a    l    i   m   a   n   t   a

   n    B   a   r   a   t    )

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    B   u   m    i    S   u   m    b   e   r    A    l   a   m    P   a   r   e   p   a   r   e

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    S   u    l   a   w   e   s    i    S

   e    l   a   t   a   n    )

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    B   u   m    i    S   a   t   e    l    i   t    C   u   a   c   a    d   a   n    L    i   n   g    k   u   n   g   a   n

    (    P   r   o   v    i   n   s    i    P   a   p   u   a    )

    K   a   w   a   s   a   n    S   t   a   s    i   u   n    T   e

    l   e   m   e    t   r   y    T   r   a   c    k    i   n   g   a   n    d    C   o   m   m   a   n    d

    W   a    h   a   n   a    P   e    l   u   n   c   u   r    S

   a   t   e    l    i   t    (    P   r   o   v    i   n   s    i    P   a   p   u   a    )

    K    S    N

    b   e   r    b   a   s    i   s

   o    b    j   e

    k   s   t   r   a   t   e   g    i   s

    b   e    l   u   m   t   e   r   s   e    d    i   a   n   y   a   a    l   o    k   a   s    i   r

   u   a   n   g    d   a   n

   p   e   n   g   a   m   a   n   a   n   r   u   a   n   g   u   n   t   u    k    k   e   g    i   a   t   a   n

   p   e   n   g   e   m    b   a   n   g   a   n    I    P    T    E    K

    b   e    l   u   m    d    i   m    i    l    i    k    i   n   y   a   p   e   n   g   u   a   s

   a   a   n   t   e    k   n   o    l   o   g    i

   r   a   m   a    h    l    i   n   g    k   u   n   g   a   n    d   a   n    k   e    b    i    j   a    k   a   n   a    l   o    k   a   s    i

   r   u   a   n   g   p   e   n    d   u    k   u   n   g   p   e   m   a   n    f   a

   a   t   a   n   p   o   t   e   n   s    i

    S    D    A   y   a   n   g   a    d   a

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n    k   a   w   a   s   a   n    i   n   t    i   :

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   z   o   n   a   s    i    d   a   n    k   e   g    i   a   t   a   n

   s   e   s   u   a    i    d   e   n   g   a   n    k   e   t   e   n   t   u   a

   n   p   e   r   a   t   u   r   a   n

   p   e   r   u   n    d   a   n   g  -   u   n    d   a   n   g   a   n

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   p   e   m    b   a   n   g   u   n   a   n   p   r   a   s   a   r   a   n   a

   p   e   n    d   u    k   u   n   g   s   e   s   u   a    i    d   e   n   g

   a   n   p   e   r   a   t   u   r   a   n

   p   e   r   u   n    d   a   n   g  -   u   n    d   a   n   g   a   n

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n    k   a   w   a   s   a   n   p   e

   n   y   a   n   g   g   a   :

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n    b   a   t   a   s    /   r   a    d    i   u   s    k   a   w   a   s   a   n

   p   e   n   y   a   n   g   g   a   u   n   t   u    k   p   e    l    i   n    d   u   n   g   a   n

    k   a   w   a   s   a   n    i   n   t    i    d   a   n   p   e    l    i   n    d   u   n   g   a   n

    k   e   s   e    l   a   m   a   t   a   n   p   e   n    d   u    d   u    k

    d    i   s   e    k    i   t   a   r

    k   a   w   a   s   a   n    i   n   t    i

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   z   o   n   a   s    i    d   a   n    k   e   g    i   a   t   a   n    d    i

    k   a   w   a   s   a   n   p   e   n   y   a   n   g   g   a

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   p   r   a   s   a   r   a   n   a   p

   e   n    d   u    k   u   n   g

   p   e   n   g   e   m    b   a   n   g   a   n    k   a   w   a   s   a

   n   p   e   n   y   a   n   g   g   a

   p   e   n   g   a   t   u   r   a   n   p   e    l    i   n    d   u   n   g   a

   n    k   a   w   a   s   a   n    i   n   t    i

    d   a   r    i   a   n   c   a   m   a   n    b   e   n   c   a   n   a ,   y   a   n   g   a   n   t   a   r   a

    l   a    i   n    d   a   p   a   t    b   e   r   u   p   a   p   e    l    i   n    d

   u   n   g   a   n    d   a   r    i

   p   o   t   e   n   s    i   g   a   n   g   g   u   a   n   s   o   s    i   a

    l ,   c   a    h   a   y   a ,

   s   u   a   r   a ,   g

   e   t   a   r   a   n ,    k

   e    b   a    k   a   r   a

   n ,    b

   a   n    j    i   r ,    d   a   n

    b   e   n   c   a   n   a   a    k    i    b   a   t   p   o   s    i   s    i   g   e   o   g   r   a    fi   s .

    L   a   n    j   u   t   a   n    T   a    b   e    l    4 .    1

Page 126: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 126/214

Page 127: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 127/214

Page 128: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 128/214

Page 129: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 129/214

94  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Berdasarkan kriteria tersebut di atas dan dengan memperhatikan isu strategis

nasional dan fokus pengembangan setiap tipologi, maka kebutuhan kajian risiko

bencana untuk setiap tipologi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tipologi kawasan pertahanan dan keamanan (kawasan perbatasan negara

dan wilayah pertahanan)

  Berdasarkan Lampiran X tentang Penetapan Kawasan Strategis Nasional dalam

PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, tipologi ini

terdiri atas kawasan perbatasan laut dan darat sebagai berikut:

A. Kawasan Perbatasan Laut RI

a. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (P. Rondo

dan Berhala) dengan India/Thailand/Malaysia (Provinsi Nnggroe AcehDarussalam dan Sumatera Utara)

b. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar dengan

negara Malaysia/Vietnam/Singapura (Provinsi Riau & Kepulauan Riau)

c. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar dengan negara

Timor Leste/Australia (Provinsi Nusa Tenggara Timur)

d. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar dengan negara

Malaysia dan Philipina (Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan

Sulawesi Utara)

e. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar dengannegara Timor Leste/Australia (Provinsi Maluku dan Papua)

f. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar dengan negara

Palau (Provinsi Maluku Utara , Papua Barat, dan Papua); dan

g. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar yang

berhadapan dengan laut lepas (Prov NAD, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Nusa Tenggara Barat).

B. Kawasan Perbatasan Darat RI

a. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste (Provinsi Nusa

Tenggara Timur)

b. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Jantung Kalimantan (Provinsi

Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah)

c. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini (Provinsi

Papua)

  Penanggulangan bencana untuk tipologi kawasan pertahanan dan keamanan

dilakukan sebagai berikut:

Page 130: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 130/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 95

a. Untuk kawasan perbatasan laut dilakukan melalui Rencana Zonasi Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K);

b. Untuk kawasan perbatasan darat RI dengan (a) negara Timor Leste

(Provinsi NTT) dan (c) negara Papua Nugini (Provinsi Papua) digunakan

kriteria 1 (a) atau 1 (b).

- Bila wilayah kawasan perbatasan darat masuk dalam satu wilayah

kabupaten, maka tidak dilakukan kajian risiko bencana secara

khusus, tetapi dapat mengadopsi kajian risiko bencana dalam RTRW

Kabupaten yang bersangkutan bila telah memuat kajian risiko

bencana; atau bila belum, maka dapat mengintegrasikan kajian risiko

bencana dalam RPB Kabupaten yang bersangkutan;

- Bila wilayah kawasan perbatasan darat terdiri atas lebih dari satu

kabupaten, maka tidak dilakukan kajian risiko bencana secara khusus,tetapi dapat mengadopsi kajian risiko bencana dalam RTRW Provinsi

yang bersangkutan (NTT dan Papua), dan bila dirasa perlu dapat

dipertajam dengan kajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten

yang bersangkutan, terutama untuk wilayah dengan kelas risiko

bencana tinggi.

c. Untuk kawasan perbatasan darat dengan Jantung Kalimantan digunakan

kriteria 1 (c), yaitu mengadopsi kajian risiko bencana dalam RTRW Provinsi

yang bersangkutan (Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan

Kalimantan Timur) dengan penajaman dari RTRW Kabupaten/Kotaterkait, terutama untuk kawasan dengan kelas risiko bencana tinggi. Bila

periodenya tidak sesuai/belum ada, maka perlu dilakukan kajian risiko

bencana khusus.

2. Tipologi kawasan perkotaan yang merupakan kawasan metropolitan

  Berdasarkan Lampiran X tentang Penetapan Kawasan Strategis Nasional dalam

PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, tipologi ini

terdiri atas:

a. Kawasan Perkotaan Mebidangro (Provinsi Sumatera Utara),

b. Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur termasuk Kepulauan Seribu (Provinsi

DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat),

c. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Provinsi Jawa Barat),

d. Kawasan Perkotaan Kedung Sepur (Provinsi Jawa Tengah),

e. Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila (Provinsi Jawa Timur),

f. Kawasan Perkotaan Sarbagita (Provinsi Bali), dan

g. Kawasan Perkotaan Mamminasata (Provinsi Sulawesi Selatan).

Page 131: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 131/214

96  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Penanggulangan bencana untuk tipologi kawasan perkotaan metropolitan

dilakukan sebagai berikut:

a. Untuk kawasan perkotaan (a) Mebidangro, (c) Cekungan Bandung, (d)

Kedung Sepur, (e) Gerbangkertosusila, (f) Sarbagita, dan (g) Mamminasata

digunakan kriteria 1 (b), yaitu tidak dilakukan kajian risiko bencana secara

khusus, tetapi dapat mengadopsi kajian risiko bencana dalam RTRW Provinsi

yang bersangkutan (Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Bali, Sulawesi Selatan), dan dapat dipertajam dengan kajian risiko bencana

dalam RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan, terutama untuk wilayah

dengan kelas risiko bencana tinggi.

b. Untuk kawasan perkotaan (b) Jabodetabek-Punjur digunakan kriteria 1

(c), yaitu mengadopsi kajian risiko bencana dalam RTRW Provinsi yang

bersangkutan (Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat), dan dapat dipertajam dengankajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan,

terutama untuk wilayah dengan kelas risiko bencana tinggi. Bila periodenya

tidak sesuai sehingga sulit untuk diintegrasikan, maka dilakukan pengkajian

risiko bencana secara khusus.

3. Tipologi KAPET

  Berdasarkan Lampiran X tentang Penetapan Kawasan Strategis Nasional dalam

PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, tipologi ini

terdiri atas:a. KAPET Biak (Keppres No. 10 Tahun 1996 jo Keppres 90 Tahun 1996) – Provinsi

Papua

b. KAPET Batulicin (Keppres 11/1998) – Provinsi Kalimantan Selatan

c. KAPET Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan/Sasamba

(Keppres 12/1998) – Provinsi Kalimantan Timur

d. KAPET Manado Bitung (Keppres 14/1998) – Provinsi Sulawesi Utara

e. KAPET Mbay (Keppres 15/1998)- Provinsi Nusa Tenggara Timur

f. KAPET Parepare (Keppres 164/1998) – Provinsi Sulawesi Selatan

g. KAPET Seram (Keppres 165/1998) – Provinsi Maluku

h. KAPET Bima (Keppres 166/1998) – Provinsi Nusa Tenggara Barat

i. KAPET Batui (Keppres 167/1998) – Provinsi Sulawesi Tengah)

 j. KAPET Buton, Kolaka, dan Kendari/Bukari (Keppres 168/1998) – Provinsi

Sulawesi Tenggara

k. KAPET Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito/DAS Kakab (Keppres

170/1998) – Provinsi Kalimantan Tengah

l. KAPET Banda Aceh Darussalam (Keppres 171/1998)- Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam

m. KAPET Khatulistiwa - Provinsi Kalimantan Barat

Page 132: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 132/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 97

  Penanggulangan bencana untuk tipologi kawasan pengembangan ekonomi

terpadu (KAPET) dilakukan sebagai berikut:

1. Untuk KAPET yang wilayahnya mencakup lebih dari satu kawasan administratif

(kabupaten/kota), digunakan digunakan kriteria 1 (b), yaitu tidak dilakukan

kajian risiko bencana secara khusus, tetapi dapat mengadopsi kajian risiko

bencana dalam RTRW Provinsi yang bersangkutan (Papua, Maluku, Sulawesi

Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan

Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Nusa

Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Naggore Aceh Darussalam), dan bila

dirasa perlu dapat dipertajam dengan kajian risiko bencana dalam RTRW

Kabupaten/Kota yang bersangkutan, terutama untuk wilayah-wilayah

dengan kelas risiko bencana tinggi.

4. Tipologi kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (nonKAPET)

  Berdasarkan Lampiran X tentang Penetapan Kawasan Strategis Nasional dalam

PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, tipologi ini

terdiri atas:

a. Kawasan Industri Lhokseumawe (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)

b. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Sabang (Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam)

c. Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (Provinsi Kepulauan Riau)

d. Kawasan Selat Sunda (Provinsi Lampung dan Banten)

  Penanggulangan bencana untuk tipologi kawasan ekonomi dengan perlakuan

khusus (nonKAPET) dilakukan sebagai berikut:

a. Untuk (a) Kawasan Industri Lhokseumawe dan (b) KPBPB Sabang digunakan

kriteria 1 (a), yaitu tidak dilakukan kajian risiko bencana secara khusus, tetapi

dapat mengadopsi kajian risiko bencana yang ada dalam RTRW Kabupaten/

Kota yang bersangkutan.

b. Untuk (c) Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun digunakan kriteria 1 (b), yaitu tidak

dilakukan kajian risiko bencana secara khusus tetapi mengadopsi kajian risikobencana yang ada dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau, dengan penajaman

dari kajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan,

terutama untuk wilayah-wilayah dengan kelas risiko bencana tinggi.

c. Untuk (d) Kawasan Selat Sunda digunakan kriteria 1 (c), yaitu tidak dilakukan

kajian risiko bencana secara khusus tetapi mengadopsi kajian risiko bencana

yang ada dalam RTRW Provinsi Banten dan Lampung, dengan penajaman

dari kajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan,

terutama untuk wilayah-wilayah dengan kelas risiko bencana tinggi. Bila

periodenya tidak sesuai sehingga sulit diintegrasikan, maka dilakukan

Page 133: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 133/214

98  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

pengkajian risiko bencana khusus yang difokuskan pada penyelenggaraan

penanggulangan bencana lintasprovinsi yang dilakukan secara terpadu

sesuai dengan karakteristik, isu strategis dan fokus penanganan di kawasan

Selat Sunda.

5. Tipologi kawasan warisan budaya/adat tertentu

  Berdasarkan Lampiran X tentang Penetapan Kawasan Strategis Nasional dalam

PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, tipologi ini

terdiri atas:

Kawasan Warisan Budaya:

a. Kawasan Borobudur dan sekitarnya (Provinsi Jawa Tengah), dan

b. Kawasan Candi Prambanan (Provinsi Jawa Tengah)

Kawasan Adat Tertentu

a. Kawasan Toraja dan sekitarnya (Provinsi Sulawesi Selatan)

  Penanggulangan bencana untuk tipologi kawasan warisan budaya/adat

tertentu dilakukan sebagai berikut:

a) Untuk (a) Kawasan Borobudur dan sekitarnya dan (c) Kawasan Toraja dan

sekitarnya digunakan kriteria 2, yaitu tidak dilakukan kajian risiko bencana

khusus, tetapi mengadopsi kajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten

yang bersangkutan (Kabupaten Magelang dan Kabupaten Tana Toraja).

Namun, bila kawasan tersebut dirasakan membutuhkan perlindungan

khusus dari ancaman bencana (karena fungsi atau nilainya), dan muatan

kajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten yang bersangkutan masih

dirasa kurang spesifik mengakomodasi kebutuhan kawasan tersebut,

maka dapat dilakukan kajian risiko bencana secara khusus yang sesuai

dengan karakteristik KSN tersebut dengan mempertimbangkan

keterkaitan antara kawasan inti dan kawasan penyangga.

b) Untuk (b) Kawasan Candi Prambanan yang merupakan KSN berbasis objek

strategis juga digunakan kriteria 2, yaitu tidak dilakukan kajian risiko bencanakhusus, tetapi mengadopsi kajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten

yang bersangkutan (Kabupaten Sleman dan Kabupaten Klaten). Namun

bila dirasakan kajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten tersebut

masih kurang memperhatikan muatan pelindungan dan pelestarian bagi

kawasan tersebut dari ancaman bencana, maka dapat dilakukan kajian risiko

bencana secara khusus yang dapat mengakomodasi kebutuhan Kawasan

Candi Prambanan tersebut dengan mempertimbangkan keterkaitan antara

kawasan inti dan kawasan penyangga.

Page 134: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 134/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 99

6. Tipologi kawasan teknologi tinggi

  Berdasarkan Lampiran X tentang Penetapan Kawasan Strategis Nasional dalam

PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, tipologi ini

terdiri atas:

a. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang (Provinsi Sumatera Barat)

b. Kawasan Instalasi Lingkungan dan Cuaca (Provinsi DKI Jakarta)

c. Kawasan Fasilitas Pengolahan Data dan Satelit (Provinsi DKI Jakarta)

d. Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk (Provinsi Jawa Barat)

e. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pamengpeuk (Provinsi Jawa Barat)

f. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari (Provinsi Jawa Barat)

g. Kawasan Stasiun Telecomand (Provinsi Jawa Barat)

h. Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro (Provinsi Jawa Barat)

i. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek (Provinsi Jawa Timur) j. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pontianak (Provinsi Kalimantan Barat)

k. Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Parepare (Provinsi Sulawesi Selatan)

l. Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan (Provinsi Papua)

m. Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit

(Provinsi Papua)

  Tipologi ini merupakan KSN berbasis objek strategis dan umumnya terletak

dalam satu wilayah administrasi (kabupaten/kota). Penanggulangan bencana

untuk tipologi kawasan teknologi tinggi dilakukan dengan menggunakankriteria 2, yaitu tidak memerlukan kajian risiko bencana secara khusus dan

dapat menggunakan kajian risiko bencana yang ada dalam RTRW kabupaten/

kota yang bersangkutan. Namun demikian, mengingat dibutuhkan pengaturan

khusus untuk kawasan penyangganya, maka bila dirasa penyelenggaraan

penanggulangan bencana dalam RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan

masih kurang spesifik sesuai kebutuhan, dapat dilakukan kajian risiko bencana

khusus yang mempertimbangkan pengaturan-pengaturan yang dibutuhkan

untuk kawasan inti dan kawasan penyangganya. Pengaturan kawasan penyangga

untuk kawasan teknologi tinggi ini meliputi:

a. pengaturan batas/radius kawasan penyangga untuk pelindungan kawasan

inti dan pelindungan keselamatan penduduk di sekitar kawasan inti

b. pengaturan zonasi dan kegiatan di kawasan penyangga

c. pengaturan prasarana pendukung pengembangan kawasan penyangga

d. pengaturanpelindungan kawasan inti dari ancaman bencana, yang antara

lain dapat berupa pelindungan dari potensi gangguan sosial, cahaya, suara,

getaran, kebakaran, banjir, dan bencana akibat posisi geografis.

Page 135: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 135/214

100  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

7. Tipologi kawasan SDA di darat

  Berdasarkan Lampiran X tentang Penetapan Kawasan Strategis Nasional dalam

PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, tipologi ini

terdiri atas:

a. Kawasan Timika (Provinsi Papua)

b. Kawasan Soroako dan sekitarnya (Provinsi Sulawesi Selatan)

  Penanggulangan bencana untuk tipologi kawasan SDA di darat dilakukan

dengan menggunakan kriteria 1 (a), yaitu tidak dibutuhkan kajian risiko bencana

secara khusus, tetapi dapat menggunakan kajian risiko bencana dalam RTRW

Kabupaten yang bersangkutan (Kabupaten Timika dan Kabupaten Luwu

Timur).Fokus penanganan untuk kawasan ini antara lain mencakup pengaturan

keseimbangan ekosistem kawasan, pengaturan pengelolaan lingkungan yang

berkelanjutanterkait dengan dampak pemanfaatan SDA, dan pengaturan

keberlanjutan fungsi pusat pelayanan pasca pemanfaatan SDA. Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS) menjadi sangat signifikan untuk kawasan ini.

8. Tipologi kawasan hutan lindung-taman nasional

  Berdasarkan Lampiran X tentang Penetapan Kawasan Strategis Nasional dalam

PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, tipologi ini

terdiri atas:

Kawasan Hutan Lindunga. Kawasan Hutan Lindung Mahato (Provinsi Riau)

b. Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh (Provinsi Riau dan Sumatera Barat)

c. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni (Provinsi Papua)

d. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat (Provinsi Papua Barat)

e. Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano (Provinsi

Sulawesi Utara)

f. Kawasan Gunung Rinjani (Provinsi Nusa Tenggara Barat)

Kawasan Taman Nasionala. Kawasan Taman Nasional Lorentz (Provinsi Papua)

b. Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo

(Provinsi Sulawesi Tenggara)

c. Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (Provinsi Kalimantan Tengah)

d. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (Provinsi Kalimantan Barat)

e. Kawasan Taman Nasional Komodo (Provinsi Nusa Tenggara Barat)

f. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (Provinsi Banten)

g. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi)

h. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi dan Riau)i. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi)

Page 136: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 136/214

Page 137: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 137/214

102  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Penanggulangan bencana untuk tipologi kawasan ekosistem termasuk kawasan

kritis lingkungan dilakukan dengan menggunakan kriteria 4, yaitu KSN yang rawan

terhadap bencana membutuhkan kajian risiko bencana secara khusus.Kawasan

Ekosistem termasuk Kawasan Kritis memiliki tingkat potensi bencana yang tinggi

dikarenakan telah menurunnya daya dukung lingkungan. Isu-isu strategis di

kawasan ekosistem (termasuk kawasan kritis lingkungan) diantaranya adalah (a)

pemanfaatan SDA yang memberikan tekanan terhadap keanekaragaman hayati;

(b) menurunnya daya dukung lingkungan; (c) tingginya laju konversi lahan

hutan; dan (d) tingginya potensi bencana. Fokus penanganan untuk kawasan ini

meliputi antara lain (a) penetapan kriteria keberlanjutan kawasan ekosistem; (b)

pengaturan komposisi kawasan lindung dan kawasan budi daya yang menjamin

keserasian kemampuan dan pemanfaatan unsur dalam alam secara timbal balik.

Tabel 4.2

Kajian Risiko Bencana untuk Setiap Tipologi KSN

No TipologiKriteria

1 (a) 1 (b) 1 (c) 2 3 4

1 Kawasan pertahanan dan keamanan (kawasanperbatasan negara dan wilayah pertahanan)

X X X

2 Kawasan perkotaan yang merupakan kawasanmetropolitan

X X

3 KAPET X

4 Kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus(nonKAPET)

X X X

5 Kawasan warisan budaya/adat tertentu X

6 Kawasan teknologi tinggi X

7 Kawasan SDA di darat X

8 Kawasan hutan lindung-taman nasional X

9 Kawasan rawan bencana X

10 Kawasan ekosistem termasuk kawasan kritis lingkungan X

Keterangan:- Kriteria 1 Berdasarkan Lingkup Wilayah KSN: (a) satu wilayah kabupaten/kota; (b) lintaskabupaten/kota dalam 1 provinsi;

(c) lintasprovinsi - Kriteria 2 KSN berbasis Kawasan/Objek Strategis- Kriteria 3 KSN yang merupakan Kawasan Lindung- Kriteria 4 KSN yang Rawan terhadap Bencana

  Sumber: Hasil Analisis

4.2 PengarusutamaanPengurangan Risiko Bencana ke dalam Proses Penyusunan

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional

Pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam proses penyusunan rencana tata

ruang kawasan strategis nasional dilakukan dengan memperhatikan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya di atas. Berikut ini dijelaskan proses pengintegrasian

kajian risiko bencana ke dalam proses penyusunan RTR KSN untuk setiap kriteria.

Page 138: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 138/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 103

1. Kriteria 1: Berdasarkan Lingkup Wilayah KSN.

a. Kriteria 1 (a): wilayah KSN masuk dalam 1 (satu) wilayah administrasi

kabupaten/kota.

  KSN yang menggunakan kriteria 1 (a) adalah:

(i) sebagian kawasan pertahanan dan keamanan (kawasan perbatasan negara

dan wilayah pertahanan),

(ii) sebagian kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (nonKAPET), dan

(iii) kawasan SDA di darat.

  Proses penyusunan RTR KSN yang masuk dalam kriteria 1 (a) ini dilakukan melalui

langkah-langkah sebagai berikut (lihat Gambar 4.1):

i. Kaji RTRW Kabupaten/Kota yang berlaku (existing), apakah sudah memuat

kajian risiko bencana sesuai dengan yang diamanatkan dalam Perka BNPBNo. 02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Bila

sudah, maka kajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten/Kota tersebut

dapat diadopsi dalam penyusunan RTR KSN dalam kriteria ini.

ii. Bila RTRW Kabupaten/Kota yang ada belum memuat kajian risiko bencana

seperti yang diamanatkan dalam Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang

Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, maka dilakukan pengkajian

terhadap Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten/Kota yang

bersangkutan. Bila sudah tersedia, maka kajian risiko bencana dalam RPB

Kabupaten/Kota tersebut dapat diintegrasikan ke dalam penyusunan RTRKSN.

iii. Bila RPB Kabupaten/Kota belum ada, maka K/L dapat melakukan pengkajian

risiko bencana secara mandiri berkoordinasi dengan BNPB dan mengacu

pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012. Mengingat sampai dengan tahun 2014

baru disusun 63 Rencana Penanggulangan Bencana untuk kabupaten/kota,

maka untuk kabupaten/kota lainnya harus dilakukan kajian risiko bencana

sendiri.

iv. Sebagai gambaran awal, tingkat risiko kabupaten/kota yang bersangkutan

dapat dilihat dari Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi yangbersangkutan serta Indeks Risiko Bencana Indonesia yang memuat

kedalaman analisis sampai dengan tingkat kabupaten/kota (saat ini yang

terbaru adalah untuk tahun 2013). Sebagai contoh, kawasan industri

Lhokseumawe di Kota Lhokseumawe, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(KSN tipologi kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (nonKAPET)). Bila

dilihat dari hasil Indeks Risiko Bencana kabupaten/kota tahun 2013, Kota

Lhokseumawe mendapatkan skor 175 yang berarti masuk kelas risiko tinggi.

Dengan demikian kajian risiko bencana sangat signifikan untuk dilakukan

pada KSN ini.

Page 139: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 139/214

104  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Setelah melalui proses tersebut, maka proses pengintegrasian kajian risiko

bencana ke dalam RTR KSN kriteria 1 (a) ini mengikuti proses penyusunan RTRW

Provinsi pada Gambar 3.5.

Gambar 4.1

Proses Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam

Proses Penyusunan RTR KSN untuk Kriteria 1 (a)

KSN dalam Satu Wilayah Kabupaten/Kota

  Sumber: Hasil Analisis

b. Kriteria 1 (b): wilayah KSN masuk dalam 1 (satu) wilayah administrasi provinsi

dan lebih dari satu kabupaten/kota (lintaskabupaten/kota dalam satu

provinsi).

  KSN yang menggunakan kriteria 1 (b) adalah:

(i) sebagian kawasan pertahanan dan keamanan (kawasan perbatasan negara

dan wilayah pertahanan),

Page 140: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 140/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 105

(ii) sebagian kawasan perkotaan yang merupakan kawasan metropolitan,

  KAPET, dan

(iii) sebagian kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (nonKAPET).

  Proses penyusunan RTR KSN yang masuk dalam kriteria 1 (b) ini dilakukan melalui

langkah-langkah sebagai berikut (lihat Gambar 4.2):

i. Kaji RTRW Provinsi yang berlaku (existing), apakah sudah memuat kajian risiko

bencana sesuai dengan yang diamanatkan dalam Perka BNPB No. 02 tahun

2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Bila sudah, maka

kajian risiko bencana dalam RTRW Provinsi tersebut dapat diadopsi dalam

penyusunan RTR KSN dalam kriteria ini.

ii. Bila RTRW Provinsi yang ada belum memuat kajian risiko bencana seperti yang

diamanatkan dalam Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum

Pengkajian Risiko Bencana, maka dilakukan pengkajian terhadap Rencana

Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi yang bersangkutan. Hampir semua

provinsi (33) sudah mempunyai Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)

2012-2016, kecuali Provinsi Kalimantan Utara. Dengan demikian kajian risiko

bencana dalam RPB tersebut dapat langsung diadopsi dalam penyusunan

RTR KSN kriteria 1 (b).

iii. Untuk Provinsi Kalimantan Utara yang belum memiliki RPB, maka BPBD

provinsi segera mengkoordinasikan penyusunan RPB tersebut dengan

difasilitasi oleh BNPB. Bila pada saat penyusunan atau peninjauan kembali

RTR KSN, RPB Provinsi yang ada sudah habis masa berlakunya, maka K/L

dapat membuat sendiri KRB berkoordinasi dengan BNPB dan mengacu pada

Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tenang Pedoman Umum Pengkajian Risiko

Bencana.

iv. Cek tingkat risiko bencana di level kabupaten/kota yang termasuk dalam

wilayah KSN untuk mengetahui apakah kajian risiko bencana perlu dipertajam

dengan KRB di tingkat kabupaten/kota. Hal ini dapat dilihat dari Rencana

Penanggulangan Bencana Provinsi yang bersangkutan serta Indeks Risiko

Bencana Indonesia (2013). Sebagai contoh, kawasan perkotaan metropolitan

SARBAGITA (lihat Tabel 4.3).

Page 141: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 141/214

106  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Tabel 4.3

IRBI Provinsi Bali

NO. KABUPATEN/KOTA SKOR KELAS RISIKO

1 KARANG ASEM 184 TINGGI

2 KLUNGKUNG 182 TINGGI

3 JEMBRANA 179 TINGGI

4 BADUNG 179 TINGGI

5 TABANAN 174 TINGGI

6 BULELENG 167 TINGGI

7 KOTA DENPASAR 167 TINGGI

8 BANGLI 153 TINGGI

9 GIANYAR 141 SEDANG

Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2013, BNPB

  Dari tabel 4.3 terlihat bahwa Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan

Kabupaten Tabanan memiliki kelas risiko tinggi, sementara Kabupaten

Gianyar memiliki kelas risiko sedang. Mengingat SARBAGITA adalah kawasan

perkotaan metropolitan, maka signifikan untuk mempertajam kajian pada

kawasan-kawasan dengan kelas risiko tinggi dengan kajian risiko bencana

pada level kabupaten/kota.Terlepas dari itu, mengingat nilai strategisnya

maka sebaiknya penyusunan RTR KSN menggunakan kajian risiko bencana

yang rinci, semakin rinci semakin baik.Dengan demikian sebaiknyamenggunakan kajian risiko bencana untuk kabupaten/kota.

v. Bila RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan belum memuat kajian risiko

bencana, maka dilakukan pengkajian terhadap Rencana Penanggulangan

Bencana Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Mengingat sampai dengan

tahun 2014 baru disusun 63 Rencana Penanggulangan Bencana untuk

kabupaten/kota, maka penting untuk mendorong pemerintah kabupaten/

kota lainnya untuk segera melakukan kajian risiko bencana, terutama bagi

kabupaten/kota yang memiliki kelas risiko bencana tinggi.

Page 142: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 142/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 107

Gambar 4.2

Proses Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam Proses Penyusunan RTR KSN

untuk Kriteria 1 (b) KSN Lintas Kabupaten/Kota dalam Satu Provinsi

  Sumber: Hasil Analisis

  Setelah melalui proses tersebut, maka proses pengintegrasian kajian risiko

bencana ke dalam RTR KSN kriteria 1 (b) ini mengikuti proses penyusunan

RTRW Provinsi pada Gambar 3.5.

c. Kriteria 1 (c) wilayah KSN mencakup lebih dari satu wilayah provinsi

(lintasprovinsi).

KSN yang menggunakan kriteria 1 (c) adalah:

(i) sebagian kawasan pertahanan dan keamanan (kawasan perbatasan

negara dan wilayah pertahanan),

(ii) sebagian kawasan perkotaan yang merupakan kawasan metropolitan,

dan

(iii) sebagian kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (nonKAPET).

Page 143: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 143/214

108  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Proses penyusunan RTR KSN yang masuk dalam kriteria 1 (c) ini dilakukan

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

i Kaji RTRW Provinsi yang berlaku (existing), apakah sudah memuat kajian

risiko bencana sesuai dengan yang diamanatkan dalam Perka BNPB No.02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Bila

sudah, maka kajian risiko bencana dalam RTRW Provinsi tersebut dapat

diadopsi dalam penyusunan RTR KSN dalam kriteria ini.

ii. Bila RTRW Provinsi yang ada belum memuat kajian risiko bencana seperti

yang diamanatkan dalam Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman

Umum Pengkajian Risiko Bencana, maka dilakukan pengkajian terhadap

Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi yang bersangkutan.

Hampir semua provinsi (33) sudah mempunyai Rencana PenanggulanganBencana (RPB) 2012-2016, kecuali Provinsi Kalimantan Utara. Dengan

demikian kajian risiko bencana dalam RPB tersebut dapat langsung

diadopsi dalam penyusunan RTR KSN kriteria 1 (c).

iii. Untuk Provinsi Kalimantan Utara yang belum memiliki RPB, maka BPBD

provinsi segera mengkoordinasikan penyusunan RPB tersebut dengan

difasilitasi oleh BNPB.

iv. Cek tingkat risiko bencana di level kabupaten/kota yang termasuk dalam

wilayah KSN untuk mengetahui apakah kajian risiko bencana perludipertajam dengan KRB di tingkat kabupaten/kota. Hal ini dapat dilihat

dari Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi yang bersangkutan serta

Indeks Risiko Bencana Indonesia (2013). Sebagai contoh, kabupaten/

kota di Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu wilayah dalam kawasan

perkotaan metropolitan Jabodetabekpunjur (lihat Tabel 4.4).

Page 144: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 144/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 109

Tabel 4.4

IRBI Provinsi DKI Jakarta

NO. KABUPATEN/KOTA SKOR KELAS RISIKO

1 KOTA JAKARTA TIMUR 127 SEDANG

2 KOTA JAKARTA UTARA 122 SEDANG

3 KOTA JAKARTA BARAT 120 SEDANG

4 KOTA JAKARTA PUSAT 96 SEDANG

5 KOTA JAKARTA SELATAN 88 SEDANG

6 KEPULAUAN SERIBU 65 SEDANG

  Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2013, BNPB

  Dari tabel 4.4 terlihat bahwa kota/kabupaten di Provinsi DKI Jakarta semuanya

memiliki kelas risiko sedang.Mengingat Jabodetabekpunjur adalah kawasanperkotaan metropolitan yang perlu dikendalikan perkembangannya, maka

signifikan untuk mempertajam kajian pada kawasan-kawasan dengan kelas

risiko sedang-tinggi dengan kajian risiko bencana pada level kabupaten/

kota.

i. Bila RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan belum memuat

kajian risiko bencana, maka dilakukan pengkajian terhadap Rencana

Penanggulangan Bencana Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

ii. Bila Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten/Kota belum ada, maka

K/L dapat menyusun kajian risiko bencana berkoordinasi dengan BNPB

dan mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman

Umum Pengkajian Risiko Bencana.

iii. Rumuskan isu-isu strategis terkait penanggulangan bencana yang

bersifat lintasprovinsi dan upaya pengamanan dan perlindungan

kawasan-kawasan strategis dalam KSN. Hal ini menjadi fokus penanganan

dalam penanggulangan bencana di KSN lintasprovinsi ini. Hal tersebut

dirumuskan secara terpadu dengan memperhatikan penyelenggaraanpenanggulangan bencana di masing-masing provinsi, maupun

kabupaten/kota yang tercakup dalam KSN lintasprovinsi ini.

iv. Proses pengintegrasian kajian risiko bencana untuk kriteria 1 (c) ini

kurang lebih sama dengan Gambar 4.2, dengan ditambahkan langkah

viii di atas.Setelah melalui proses tersebut, maka proses pengintegrasian

kajian risiko bencana ke dalam RTR KSN kriteria 1 (c) ini mengikuti proses

penyusunan RTRW Provinsi pada Gambar 3.5.

Page 145: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 145/214

110  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

2. Kriteria 2: KSN berbasis Kawasan/Objek Strategis

  KSN yang menggunakan kriteria 2 adalah:

(i) Kawasan warisan budaya/adat tertentu, dan

(ii) Kawasan teknologi tinggi

  Proses penyusunan RTR KSN yang masuk dalam kriteria 2 ini dilakukan melalui

langkah-langkah seperti pada kriteria 1 (a) sebagai berikut (lihat Gambar 4.3):

i. Kaji RTRW Kabupaten/Kota yang berlaku (existing), apakah sudah memuat

kajian risiko bencana sesuai dengan yang diamanatkan dalam Perka BNPB

No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Bila

sudah, maka kajian risiko bencana dalam RTRW Kabupaten/Kota tersebut

dapat diadopsi dalam penyusunan RTR KSN dalam kriteria ini.

ii. Bila RTRW Kabupaten/Kota yang ada belum memuat kajian risiko bencana

seperti yang diamanatkan dalam Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang

Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, maka dilakukan pengkajian

terhadap Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten/Kota yang

bersangkutan. Bila sudah tersedia, maka kajian risiko bencana dalam RPB

Kabupaten/Kota tersebut dapat diintegrasikan ke dalam penyusunan RTR

KSN.

iii. Bila RPB Kabupaten/Kota belum ada, maka K/L dapat melakukan pengkajian

risiko bencana secara mandiri berkoordinasi dengan BNPB mengacu pada

Perka BNPB No. 02 tahun 2012. Mengingat sampai dengan tahun 2014 barudisusun 63 Rencana Penanggulangan Bencana untuk kabupaten/kota, maka

untuk kabupaten/kota lainnya harus dilakukan kajian risiko bencana sendiri.

iv. Sebagai gambaran awal, tingkat risiko kabupaten/kota yang bersangkutan

dapat dilihat dari Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi yang

bersangkutan serta Indeks Risiko Bencana Indonesia (2013) Sebagai contoh,

Kawasan Candi Prambanan yang merupakan KSN tipologi kawasan warisan

budaya/adat tertentu yang terletak di Kabupaten Sleman dan Kabupaten

Klaten. Bila dilihat dari hasil Indeks Risiko Bencana kabupaten/kota tahun

2013, Kabupaten Klaten (Provinsi Jawa Tengah) mendapatkan skor 123 yangberarti masuk kelas risiko sedang. Demikian juga Kabupaten Sleman (Provinsi

DI Yogyakarta) mendapatkan skor 154 yang berarti masuk kelas risiko tinggi.

v. Bila dirasakan kajian risiko bencana dalam RTRW kabupaten tersebut masih

kurang memperhatikan muatan pelindungan dan pelestarian bagi kawasan

warisan budaya/adat tertentu dan kawasan teknologi tinggi tersebut dari

ancaman bencana, maka dapat dilakukan kajian risiko bencana tambahan

secara khusus yang dapat mengakomodasi kebutuhan kawasan warisan

budaya/adat tertentudan kawasan teknologi tinggi tersebut.

Page 146: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 146/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 111

Gambar 4.3

Proses Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam

Proses Penyusunan RTR KSN untuk Kriteria 2

KSN Berbasis Kawasan/Objek Strategis

  Sumber: Hasil Analisis

  Setelah melalui proses tersebut, maka proses pengintegrasian kajian risiko

bencana ke dalam RTR KSN kriteria 2 ini mengikuti proses penyusunan RTRW

Provinsi pada Gambar 3.5.

3. Kritera 3: KSN yang merupakan Kawasan Lindung

  KSN yang menggunakan kriteria 3 adalah:

(i) Kawasan hutan lindung-taman nasional

  KSN yang merupakan kawasan lindung tidak membutuhkan kajian risiko

bencana secara khusus dan dapat menggunakan kajian risiko bencana yang

ada di dalam RTRW Provinsi/Kabupaten yang bersangkutan, terutama bagi

Page 147: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 147/214

112  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

kawasan-kawasan permukiman/terbangun yang ada di kawasan lindung

tersebut. Dengan demikian langkah-langkah pengintegrasian kajian risiko

bencana untuk KSN dalam kriteria 3 ini sama dengan langkah-langkah pada

kriteria 1 (a). Bila RTRW Kabupaten belum memuat kajian risiko bencana, atau

kabupaten yang bersangkutan belum memiliki RPB, maka dapat digunakan

kajian risiko bencana dalam RPB Provinsi yang bersangkutan.Setelah melalui

proses tersebut, maka proses pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam

RTR KSN kriteria 3 ini mengikuti proses penyusunan RTRW Provinsi pada

Gambar 3.5.

4. Kriteria 4: KSN yang Rawan terhadap Bencana

  KSN yang menggunakan kriteria 4 adalah:

(1) Kawasan rawan bencana, dan

(2) Kawasan ekosistem termasuk kawasan kritis lingkungan

  Mengingat KSN dalam kriteria 4 ini memiliki kelas risiko bencana tinggi (baik dari

karakteristik fisik lingkungan maupun karena telah menurunnya daya dukung

lingkungan), maka sebaiknya dilakukan kajian risiko bencana secara khusus dan

rinci untuk kawasan ini.Bila kajian risiko bencana telah dilakukan, maka proses

pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam RTR KSN kriteria 4 ini mengikuti

proses penyusunan RTRW Provinsi pada Gambar 3.5.

  Sebagai contoh adalah Raperpres Rencana Tata Ruang Kawasan Taman Nasional

Gunung Merapi dan sekitarnya yang disusun oleh Ditjen Penataan Ruang,

Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2011.Penyusunan rencana tata

ruang kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dan sekitarnya tersebut telah

mengintegrasikan pendekatan pengurangan risiko bencana. Hal ini antara lain

dapat dilihat dari tujuan penataan ruang kawasan Taman Nasional Gunung

Merapi tersebut, yaitu untuk mewujudkan Tata Ruang Kawasan Taman Nasional

Gunung Merapi yang berkualitas dalam rangka menjamin kelestarian lingkungan

dan kesejahteraan MasyarakatKawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang

berbasis Mitigasi Bencana.

25

Tujuan tersebut kemudian dirumuskan dalam kedalam 2 (dua) kebijakan penataan ruang Kawasan Taman Nasional Gunung

Merapi yang meliputi:

a. Pelestarian lingkungan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi; dan

b. Pengembangan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi berbasis Mitigasi

Bencana

  Kebijakan kedua tersebut kemudian diturunkan dalam strategi pengembangan

Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi berbasis Mitigasi Bencana yang antara

25 Draft Raperpres Rencana Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dan Sekitarnya, Ditjen Penataan Ruang,Kementerian Pekerjaan Umum, 2011.

Page 148: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 148/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 113

lain terdiri atas:

a. Meningkatkan fungsi Taman Nasional Gunung Merapi yang berbasis Mitigasi

Bencana;

b. Meningkatkan fungsi Kawasan Lindung dan mengembangkan Kawasan Budi

Daya di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi berbasis Mitigasi Bencana;

c. Mengembangkan sistem evakuasi bencana yang terintegrasi dengan sistem

pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana di Kawasan Taman Nasional

Gunung Merapi;

d. Menyesuaikan pemanfaatan ruang pada Kawasan Rawan Bencana Alam

Geologi yang terdampak langsung di Kawasan Taman Nasional Gunung

Merapi;

e. Melakukan pengendalian yang tinggi pada Kawasan Rawan Bencana Alam

Geologi yang terdapat kantung (enclave) permukiman di Kawasan TamanNasional Gunung Merapi;

f. Meningkatkan peran dan kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan dan

pengembangan sistem evakuasi bencana di Kawasan Taman Nasional

Gunung Merapi; dan

h. Mengembangkan kelembagaan.

4.3 Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam Muatan Rencana Tata Ruang

Kawasan Strategis Nasional

Pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan Rencana Tata Ruang Kawasan

Strategis Nasional (RTR KSN) pada dasarnya dilakukan dengan metode pendekatan yang

sama dengan proses pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan RTRW

Provinsi seperti yang dijelaskan pada Bab 3, yaitu dengan memadukan pendekatan

analisis aspek fisik dan lingkungan yang mengacu pada Permen PU No. 20/PRT/M/2007

dengan kajian risiko bencana yang mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012 (Lihat

kembali Gambar 3.9).Perbedaan yang mendasar adalah dalam hal kedalaman analisis

sesuai dengan kebutuhan dan besaran lingkup wilayah setiap Kawasan Strategis

Nasional (KSN).Hal ini dapat dilihat dari skala peta RTR KSN untuk setiap tipologi yangditetapkan dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (lihat Tabel 4.5).

Page 149: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 149/214

114  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Tabel 4.5

Skala Peta RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN

Tipologi Bentuk Skala Peta Kriteria Pengintegrasian KRB

Tipologi Kawasan

Pertahanandan Keamanan(kawasanperbatasannegara danwilayahpertahanan)

KSN

berbasiskawasan

a. kawasan perbatasan negara:

1) kawasan perbatasan darat:a) yang didominasi kawasan terbangun:1:25.000–1:10.000b) yang didominasi kawasan nonterbangun:1:250.000–1:50.0002) kawasan perbatasan laut:a) yang keseluruhan merupakan laut,1:500.000–1:250.000b) yang mencakup pula pulau-pulaukecil,1:25.000–1:10.000b. wilayah pertahanan:skala peta ditentukan berdasarkanketentuanperaturan perundang-undangan

Kriteria 1 (a) berdasarkan RTRW

Kabupaten/Kota (1:50.000 – 1:25.000)Kriteria 1 (b) berdasarkan RTRWProvinsi (1:250.000) dengan dipertajamRTRW Kabupaten/Kota (1:50.000 –1:25.000)Kriteria 1 (c) berdasarkan RTRWProvinsi(1:250.000) dengan dipertajamRTRW Kabupaten/Kota (1:50.000 –1:25.000)

Tipologi Kawasan

Perkotaan yangmerupakanKawasanMetropolitan

KSN

berbasiskawasan

minimal 1:50.000 Kriteria 1 (b) berdasarkan RTRW

Provinsi (1:250.000) dengan dipertajamRTRW Kabupaten/Kota (1:50.000 –1:25.000)Kriteria 1 (c) berdasarkan RTRWProvinsi(1:250.000) dengan dipertajamRTRW Kabupaten/Kota (1:50.000 –1:25.000)

Tipologi KAPET KSNberbasiskawasan

minimal 1:100.000 Kriteria 1 (b) berdasarkan RTRWProvinsi (1:250.000) dengan dipertajamRTRW Kabupaten/Kota (1:50.000 –1:25.000)

Tipologi KawasanEkonomi denganPerlakuan Khusus

(non KAPET)

KSNberbasiskawasan/

objek strategis

kawasan inti dan kawasan penyangga:1:25.000–1:10.000

Kriteria 1 (a) berdasarkan RTRWKabupaten/Kota (1:50.000 – 1:25.000)Kriteria 1 (b) berdasarkan RTRW

Provinsi (1:250.000) dengan dipertajamRTRW Kabupaten/Kota (1:50.000 –1:25.000)1 (c) berdasarkan RTRWProvinsi(1:250.000) dengan dipertajamRTRW Kabupaten/Kota (1:50.000 –1:25.000)

Tipologi KawasanWarisan Budaya/Adat Tertentu

KSNberbasiskawasan/objek strategis

a. kawasan inti: minimal 1:5.000b. kawasan penyangga: 1:25.000–1:10.000

Kriteria (2) berdasarkan RTRWKabupaten/Kota (1:50.000 – 1:25.000)Bila melakukan KRB tambahan,digunakan skala peta 1: 5.000 untukkawasan inti dan 1:25.000 – 1:10.000untuk kawasan penyangga

Tipologi Kawasan

Teknologi Tinggi

KSN

berbasisobjek strategis

a. kawasan inti: minimal 1:5.000

b. kawasan penyangga: 1:25.000–1:10.000

Kriteria (2) berdasarkan RTRW

Kabupaten/Kota (1:50.000 – 1:25.000)Bila melakukan KRB tambahan,digunakan skala peta 1: 5.000 untukkawasan inti dan 1:25.000 – 1:10.000untuk kawasan penyangga

Tipologi KawasanSDA di Darat

KSNberbasiskawasan

minimal 1:50.000 Kriteria 1 (a) berdasarkan RTRWKabupaten/Kota (1:50.000 – 1:25.000)

Tipologi HutanLindung-TamanNasional

KSNberbasiskawasan

1:250.000 –1:50.000 Kriteria 3 berdasarkan RTRWProvinsi (1:250.000) atau RTRWKabupaten(1:50.000)

Page 150: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 150/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 115

Lanjutan Tabel 4.5

Tipologi Bentuk Skala Peta Kriteria Pengintegrasian KRB

Tipologi Kawasan

Rawan Bencana

KSN

berbasiskawasan

1:50.000–1:25.000 Kriteria 4, kajian risiko bencana

dilakukan dengan skala peta sesuaiyang ditetapkan dalam Permen PUNo 15/PRT/M/2012 tentang PedomanPenyusunan RTR KSN (1:50.000 –1:25.000)

Tipologi KawasanEkosistemtermasukKawasan Kritis

KSNberbasiskawasan

a. kawasan kritis lingkungan: 1:50.000–1:25.000b. kawasan ekosistem: 1:250.000 –1:50.000

Kriteria 4, kajian risiko bencanadilakukan dengan skala peta sesuaiyang ditetapkan dalam Permen PUNo 15/PRT/M/2012 tentang PedomanPenyusunan RTR KSN (1:50.000 –1:25.000)

Sumber: Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional,dan Hasil Analisis

Dari tabel 4.5 di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan untuk skala peta yang

diarahkan dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2012 dengan arahan berdasarkan kriteria.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tipologi 1 Kawasan Pertahanan dan Keamanan (kawasan perbatasan negara dan

wilayah pertahanan)

  Untuk kawasan perbatasan darat yang didominasi kawasan terbangun, Permen

PU No 15/PRT/M/2012 mengarahkan untuk menggunakan peta skala 1:25.000-

1:10.000. Sementara tipologi 1 ini menggunakan kriteria 1 (a)/1 (b)/ 1 (c) dengan

peta skala 1:250.000 – 1:25.000.Untuk kawasan terbangun di kawasan perbatasan

darat yang memiliki kelas risiko bencana tinggi, ada baiknya menggunakan peta

skala 1:25.000 – 1:10.000, bila memungkinkan. Namun, peta skala 1:25.000 baru

tersedia untuk Jawa-Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi26 dan peta skala 1:10.000

sedang dibuat untuk kota-kota di P. Jawa27. Dengan demikian perlu diprioritaskan

pembuatannya oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), dengan prioritas utama

adalah untuk kawasan-kawasan dengan kelas risiko bencana tinggi.

2. Tipologi 2 Kawasan Perkotaan yang merupakan Kawasan Metropolitan

  Untuk kawasan perkotaan yang merupakan kawasan metropolitan, Permen PU No.

15/PRT/M/2012 mengarahkan untuk menggunakan peta minimal skala 1:50.000.

Tipologi 2 ini menggunakan kriteria 1 (b)/ 1 (c) dengan peta skala 1:250.000-

1:25.000. Dengan demikian arahan Permen PU tersebut dapat dipenuhi.

3. Tipologi 3 KAPET

  Untuk KAPET, Permen PU No. 15/PRT/M/2012 mengarahkan untuk menggunakan

peta minimal skala 1:100.000. Sedangkan Tipologi 3 ini menggunakan kriteria 1

26  BIG dalam Lokakarya Materi Teknis – SCDRR II, Bappenas, 30 Juni 2014.27  BIG dalam Diskusi Terarah Materi Teknis – SCRR II, Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 151: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 151/214

116  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

(b).dengan peta skala 1:250.000-1:25.000. Dengan demikian, arahan Permen PU

tersebut dapat dipenuhi.Untuk kawasan-kawasan dengan kelas risiko bencana

tinggi dapat dipertajam dengan peta skala yang lebih besar.

4. Tipologi 4 Kawasan Ekonomi dengan Perlakuan Khusus (non KAPET)  Untuk kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (nonKAPET), Permen PU No.

15/PRT/M/2012 mengarahkan untuk menggunakan peta minimal skala 1:25.000-

1:10.000 untuk kawasan inti dan kawasan penyangga. Sementara Tipologi 4 ini

menggunakan kriteria 1 (a)/1 (b)/1 (c) dengan peta skala 1:250.000-1:25.000.

  Untuk kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus yang memiliki kelas risiko

bencana tinggi, ada baiknya menggunakan peta skala 1:25.000 – 1:10.000.

Namun, ketersediaan peta-peta skala tersebut, apalagi skala 1:10.000 masih

sangat terbatas saat ini.Dengan demikian perlu diprioritaskan pembuatannya

oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), dengan prioritas utama adalah untukkawasan-kawasan dengan kelas risiko bencana tinggi.

5. Tipologi 5 Kawasan Warisan Budaya/Adat Tertentu

  Untuk kawasan warisan budaya/adat tertentu, Permen PU No. 15/PRT/M/2012

mengarahkan untuk menggunakan peta minimal skala 1:5.000 untuk kawasan

inti dan peta skala 1:25.000-1:10.000 untuk kawasan penyangga. Sementara

Tipologi 5 ini menggunakan kriteria 2 dengan peta skala 1:50.000-1:25.000.

Bila kawasan warisan budaya/adat tertentu memiliki kelas risiko bencana tinggi,

sebaiknya dalam melakukan KRB tambahan digunakan skala peta 1:5.000 untukkawasan inti dan 1:25.000-1:10.000 untuk kawasan penyangga. Ketersediaan peta

skala besar tersebut (1:10.000-1:5.000) menjadi isu penting yang perlu segera

ditangani.

6. Tipologi 6 Kawasan Teknologi Tinggi

  Untuk kawasan teknologi tinggi, Permen PU No 15/PRT/M/2012 mengarahkan

untuk menggunakan peta minimal skala 1:5.000 untuk kawasan inti dan peta

skala 1:25.000-1:10.000 untuk kawasan penyangga. Sementara Tipologi 6 ini

menggunakan kriteria 2 dengan peta skala 1:50.000-1:25.000.

Bila melakukan KRB tambahan untuk kawasan teknologi tinggi ini sebaiknya

digunakan skala peta 1:5.000 untuk kawasan inti dan skala peta 1:25.000-1:10.000

untuk kawasan penyangga, sesuai dengan arahan dalam Permen PU No. 15/

PRT/M/2012.

7. Tipologi 7 Kawasan SDA di Darat

  Untuk kawasan SDA di darat, Permen PU No. 15/PRT/M/2012 mengarahkan

untuk menggunakan peta minimal skala 1:50.000. Sementara Tipologi 7 ini

menggunakan kriteria 1 (a) dengan peta skala 1:50.000-1:25.000.Dengan

demikian arahan Permen PU tersebut dapat dipenuhi.

Page 152: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 152/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 117

    T   a

    b   e    l    4 .    6

    S   t   a   n    d

   a   r    M    i   n    i   m   a    l    P   e   t   a    D   a   s   a   r   u   n   t   u    k

    P   e   t   a    B   a    h   a   y   a    d   a   n    P   e   t   a    R    i   s    i    k   o    B   e   n   c   a   n   a

    B   e   r    d   a   s   a   r    k   a   n    J   e   n    i   s    B   e   n   c   a   n   a

    S   u   m    b   e   r   :    S   t   a   n    d   a   r    P   e   n   a   t   a   a   n    R   u   a   n   g   u   n   t   u    k    K   a   w   a   s   a   n

    R   a   w   a   n    B   e   n   c   a   n   a    (    d   r   a    f   t    ) ,    D    i   t    j   e   n    P   e   n   a   t   a   a   n

    R   u   a   n   g ,    K

   e   m   e   n   t   e   r    i   a   n    P   e    k   e   r    j   a   a   n    U   m   u   m ,    2

    0    1    3

    N    O

    J    E    N    I    S    B    E    N    C    A    N    A

    P    E    T    A    B    A    H    A    Y    A

    P    E    T    A    R    I    S    I    K    O

    S    K    A    L    A

    S    K    A    L    A

    R    T    R    W    N

    R    T    R    W    P

    R    T    R    W     K

   a    b

    R    T    R    W     K

   o    t   a

    R    D    T    R

    R    T    R    W    N

    R    T    R    W    P

    R    T    R    W     K

   a    b

    R    T    R    W     K

   o    t   a

    R    D    T    R

    1

    G

    E    M    P    A    B    U    M    I

    1   :    2 .    5

    0    0 .    0

    0    0

    1   :    1 .    0

    0    0 .    0

    0    0

    1   :    1    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

  -

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    1   :    1    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    5    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    2

    T    S    U    N    A    M    I

    1   :    2 .    5

    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

  -

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

    1   :    1 .    0

    0    0

    1   :    1    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

    1   :    1 .    0

    0    0

    3

    L    O    N    G    S    O    R

    1   :    2 .    5

    0    0 .    0

    0    0

    1   :    8    0    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

  -

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

    1   :    5    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    1 .    0

    0    0

    1   :    1    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    1 .    0

    0    0

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    4

    B    A    N    J    I    R

    1   :    2 .    5

    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

  -

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

    1   :    1 .    0

    0    0

    1   :    1    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    2 .    0

    0    0

    1   :    1 .    0

    0    0

    5

    L    E    T    U    S    A    N    G    U    N    U    N    G    A    P    I

    1   :    2 .    5

    0    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    1   :    1    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

  -

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    1   :    2    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    1    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    6

    K    E    K    E    R    I    N    G    A    N

    1   :    2 .    5

    0    0 .    0

    0    0

    1   :    1 .    0

    0    0 .    0

    0    0

    1   :    1    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

  -

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

    1   :    1    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    5 .    0

    0    0

    1   :    5    0    0 .    0

    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0    0

    1   :    5    0 .    0

    0    0

    1   :    2    5 .    0

    0    0

    1   :    2    5    0 .    0

    0    0

Page 153: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 153/214

118  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

8. Tipologi 8 Hutan Lindung-Taman Nasional

  Untuk kawasan hutan lindung-taman nasional, Permen PU No. 15/PRT/M/2012

mengarahkan untuk menggunakan peta skala 1:250.000-1:50.000. Sementara

Tipologi 8 ini menggunakan kriteria 3 dengan peta skala 1:250.000-1:50.000.

Dengan demikian tidak dapat perbedaan dengan arahan Permen PU tersebut.

9. Tipologi 9 Kawasan Rawan Bencana

  Untuk kawasan rawan bencana, Permen PU No. 15/PRT/M/2012 mengarahkan

untuk menggunakan peta skala 1:50.000-1:25.000. Sementara Tipologi 9 ini

menggunakan kriteria 4, yaitu membuat kajian risiko bencana khusus untuk

KSN rawan bencana. Kajian risiko bencana tesebut dilakukan dengan skala peta

yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2012,

yaituminimal peta skala 1:50.000-1:25.000 atau lebih rinci.

10. Tipologi 10 Kawasan Ekosistem termasuk Kawasan Kritis

  Untuk kawasan ekosistem termasuk kawasan kritis, Permen PU No. 15/PRT/M/2012

mengarahkan untuk menggunakan peta skala 1:50.000-1:25.000 untuk kawasan

kritis lingkungan dan peta skala1:250.000-1:50.000 untuk kawasan ekosistem.

Sementara Tipologi 10 ini menggunakan kriteria 4, yaitu membuat kajian risiko

bencana khusus untuk KSN kawasan kritis. Kajian risiko bencana dilakukan

dengan skala peta yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam Permen PU No. 15/

PRT/M/2012 tersebut, yaituminimal peta skala 1:50.000-1:25.000 untuk kawasan

kritis lingkungan atau lebih rinci.

Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana (draft, 2013) yang disusun oleh

Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum mengatur standar minimal

peta dasar untuk peta bahaya dan peta risiko bencana berdasarkan jenis bencananya

(gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, letusan gunung api, kekeringan). Lihat Tabel

4.6.

Terlihat dari tabel 4.6 tersebut bahwa untuk jenis bencana tsunami, longsor, dan

banjir dibutuhkan skala peta yang lebih besar untuk Peta Risiko Bencana, yaitu

1:25.000 – 1:5.000 untuk RTRW Kabupaten dan 1:5.000 – 1.2.000 untuk RTRW Kota,

serta 1:2.000 – 1:1.000 untuk RDTR.Sekali lagi, ketersediaan peta-peta skala besar

tersebut (1:5.000-1:1.000) menjadi isu penting yang perlu segera ditangani.

Dengan pendekatan seperti yang digambarkan pada Gambar 3.9 dalam Bab 3 serta

proses pengintegrasian pada subbab 4.2 di atas, dilakukan perumusan RTR KSN yang

meliputi tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah; rencana struktur

ruang dan rencana pola ruang wilayah; arahan pemanfaatan ruang wilayah; danarahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

Page 154: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 154/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 119

a. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional

  Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan strategis nasional

dirumuskan dengan mengacu pada arahan dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2012

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah perlunya perumusan tujuan, kebijakan,

dan strategi tersebut dilakukan dengan memasukkan upaya pengurangan

risiko bencana (mitigasi bencana) sesuai hasil dari kajian risiko bencana yang

telah dilakukan pada tahap pengumpulan data dan informasi, serta kegiatan

pengolahan dan analisis data.

  Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang yang berbasis mitigasi

bencana untuk setiap tipologi kawasan strategis nasional dilakukan dengan

mengikuti arahan untuk tipologi kawasan rawan bencana seperti yang diaturdalam Permen PU No. 15/PRT/M/2012, sebagai berikut:

1. Tujuan Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional

  Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSN yang ingin dicapai pada

masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada mewujudkan

pemanfaatan ruang yang sesuai dengan isu-isu strategis nasional dan fokus

penanganan setiap tipologi KSN dengan berbasis pada upaya mitigasi

bencana.

2. Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional

  Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan.

Perumusan kebijakan dilakukan dengan mengacu pada arahan perumusan

kebijakan untuk setiap tipologi KSN dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2012

dengan ditambahkan upaya mitigasi bencana.Dari kajian risiko bencana

yang dilakukan pada tahap analisis telah diketahui kelas risiko bencana

untuk setiap kawasan.Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan kebijakan

pengurangan risiko bencana yang terdiri atas kebijakan administratif yang

berfokus pada pengurangan faktor risiko dasar dan kebijakan teknis yangberfokus pada pencegahan dan mitigasi bencana (lihat kembali Gambar

3.9). Kebijakan pengurangan risiko bencana ini antara lain dapat berupa

kebijakan yang terkait dengan penetapan kegiatan pada kawasan-kawasan

yang memiliki risiko bencana dengan alternatif tindakan yang meliputi28:

28  Draft Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana (draft), Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan

Umum, 2014

Page 155: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 155/214

120  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

(a) Tindakan Relokasi

  Upaya penanganan kawasan dengan risiko bencana melalui upaya

pemindahan aktivitas berikut sarana prasarana penunjang aktivitas ke

zona aman dari bencana;

(b) Tindakan Adaptasi

  Upaya penanganan kawasan dengan risiko bencana melalui rekayasa

teknis, ketentuan khusus untuk konstruksi bangunan, serta sistem

peringatan dini.

(c) Tindakan Proteksi

  Upaya penanganan kawasan dengan risiko bencana melalui upaya

preservasi dapat berupa proteksi terhadap kawasan dengan risiko

bencana guna meningkatkan kualitas lingkungan alami.Misalnya

dengan pembangunan waduk, tanggul, sea wall , atau tembok pemecahgelombang.

3. Strategi Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional

  Strategi penataan ruang kawasan strategis nasional merupakan penjabaran

masing-masing kebijakan penataan ruang kawasan strategis nasional ke

dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan penataan ruang

yang telah ditetapkan.Strategi penataan ruang kawasan strategis nasional ini

dirumuskan salah satunya berdasarkan kebijakan penataan ruang kawasan

stategis nasional. Bila kebijakan penataan ruang yang dirumuskan telahmemuat aspek penanggulangan bencana, maka strategi yang dirumuskan

 juga akan mencakup strategi penanggulangan bencana.

  Salah satu strategi yang dapat dirumuskan adalah strategi terkait dengan

sistem evakuasi (khususnya pada RTR KSN dengan peta skala besar). Strategi

terkait sistem evakuasi ini antara lain meliputi29:

(a) Strategi penetapan lokasi kawasan aman bencana terkait dengan sistem

evakuasi bencana;(b) Strategi penetapan sistem prasarana utama (jaringan transportasi),

sekaligus berfungsi sebagai jalur evakuasi dalam sistem evakuasi bencana;

(c) Strategi penetapan dukungan sarana dan sistem jaringan prasarana

lainnya untuk mendukung ruang evakuasi sesuai standar pelayanan

minimal yang ditentukan.

29 Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.

Page 156: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 156/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 121

b. Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang

Rencana struktur ruang dalam rencana tata ruang kawasan strategis nasional

dirumuskan berdasarkan arahan yang terdapat pada Permen PU No. 15/

PRT/M/2012 untuk setiap jenis tipologi KSN dengan ditambahkan pendekatan

mitigasi bencana. Contoh arahan rencana struktur ruang yang berbasis mitigasi

bencana dapat dilihat pada arahan Rencana Struktur Ruang untuk Tipologi

Kawasan Rawan Bencana pada Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tersebut yang

meliputi:

(1) Sistem jaringan prasarana utama berbasis mitigasi bencana;

(2) Sistem jaringan prasarana lainnya berbasis mitigasi bencana yang terintegrasi

antara kawasan yang memiliki risiko bencana dan kawasan aman bencana,

termasuk kekhususan sistem jaringan pada ruang evakuasi di mana sistem

tetap operasional pada saat bencana;(3) Sistem sarana pada ruang evakuasi meliputi sarana sosial dan budaya, sarana

ekonomi, dan sarana kesehatan.

  Perlu digarisbawahi bahwa pengembangan struktur ruang di kawasan yang

memiliki risiko bencana harus memenuhi ketentuan mengenai struktur ruang

yang dilarang untuk dikembangkan pada kawasan yang memiliki risiko bencana

tersebut. Arahan lebih rinci tentang struktur ruang yang tidak layak dibangun di

kawasan dengan risiko bencana untuk setiap jenis bencana dapat dilihat pada

Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana (draft) yang telah disusun

oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum.

  Rencana pola ruang disusun dengan mempertimbangkan hasil kajian risiko

bencana yang telah dilakukan.Kajian risiko bencana menghasilkan penentuan

kelas risiko bencana untuk setiap jenis bencana yang dibedakan menjadi kelas

risiko bencana tinggi, kelas risiko bencana sedang, dan kelas risiko bencana

rendah.Berdasarkan penentuan kelas risiko bencana tersebut, dapat dirumuskan

kawasan-kawasan dengan risiko bencana yang harus menjadi kawasan lindung

dan/atau menjadi kawasan budidaya.

  Kawasan dengan kelas risiko bencana rendah, misalnya, dapat menjadi kawasan

budidaya dengan persyaratan-persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam

pengembangannya. Sementara kawasan dengan kelas risiko bencana tinggi

sebaiknya ditetapkan sebagai kawasan lindung.Rencana pola ruang (terutama

untuk rencana tata ruang dengan peta skala besar) juga memuat ruang evakuasi

bencana dan kawasan permukiman yang dapat dialokasikan sebagai lokasi

hunian sementara atau lokasi permukiman kembali (resettlement ). Arahan lebih

rinci tentang peruntukan ruang yang tidak layak untuk dibudidayakan di kawasan

dengan risiko bencana untuk setiap jenis bencana dapat dilihat pada StandarPenataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana (draft).

Page 157: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 157/214

122  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

c. Arahan Pemanfaatan Ruang

Arahan pemanfaatan ruang merupakan upaya perwujudan rencana tata

ruang KSN yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama, indikasi sumber

pembiayaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan. Indikasi

program utama merupakan acuan sektor dan daerah dalam menyusun program

dalam rangka mewujudkan RTR KSN dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)

tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).

  Indikasi program utama untuk setiap tipologi KSN mengacu pada Permen PU No.

15/PRT/M/2012 dengan tambahan fokus pada perwujudan pemanfaatan ruang

yang mendukung upaya mitigasi bencana pada kawasan-kawasan dengan risiko

bencana, antara lain meliputi:

(1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang, meliputi:a) Indikasi program utama perwujudan sistem jaringan prasarana utama

berbasis mitigasi bencana;

b) Indikasi program utama perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya

berbasis mitigasi bencana; dan

c) Indikasi program utama perwujudan sistem sarana pada ruang evakuasi;

(2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang meliputi indikasi program

utama perwujudan kawasan lindung dan kawasan budi daya yang telah

memuat kebijakan mitigasi bencana.

d. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang adalah arahan yang diperuntukan

sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi indikasi arahan peraturan

zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi

dalam rangka perwujudan rencana tata ruang kawasan strategis nasional.

  Untuk wilayah yang memiliki risiko bencana, arahan pengendalian pemanfaatan

ruang kawasan strategis nasional dilakukan untuk mewujudkan tertib tata ruang

melalui penyusunan indikasi arahan peraturan zonasi berbasis mitigasi bencana,

arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi berdasarkan

rencana tata ruang yang berbasis mitigasi bencana.

  Arahan peraturan zonasi dalam RTR KSN merupakan ketentuan zonasi sektoral

pada sistem nasional yang meliputi arahan peraturan zonasi untuk struktur

ruang nasional dan pola ruang nasional. Arahan peraturan zonasi ini antara lain

memuat:

Page 158: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 158/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 123

(1) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional sebagai ketentuan

pemanfaatan ruang sistem nasional yang berbasis mitigasi bencana;

(2) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang berisikan kegiatan yang

diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan tidak diperbolehkan

pada setiap kawasan dengan telah mempertimbangkan kawasan-kawasan

dengan risiko bencana dan upaya mitigasi bencana;

(3) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang yang akan menjadi arahan minimal

dalam menetapkan besaran kawasan lindung, intensitas pemanfaatan

ruang di kawasan budi daya, dan besaran ruang terbuka hijau dengan

mempertimbangkan kawasan-kawasan dengan risiko bencana dan upaya

mitigasi bencana; dan

(4) Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan

guna mendukung pengembangan kawasan agar dapat berfungsi secaraoptimal dengan mempertimbangkan kawasan-kawasan dengan risiko

bencana dan upaya mitigasi bencana.

4.4 Contoh Pengintegrasian Kajian Risiko Bencana ke dalam RTR KSN Tipologi

Kawasan Perkotaan Metropolitan Jabodetabekpunjur30

1. Profil Risiko Bencana di Kawasan Jabodetabekpunjur

  Hasil pengkajian risiko bencana merupakan dasar perumusan kebijakan

penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.Mengingat adanyaketerbatasan sumber daya, maka perlu dilakukan pemrioritasan dalam

penanggulangan bencana.Prioritas ini disusun dengan memperhatikan tingkat

risiko bencana dan hasil analisis kecenderungan kejadian bencana di daerah.

Dari pemrioritasan tersebut diperoleh daftar bencana yang perlu ditanggulangi

secara cepat di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten (lihat Tabel 4.7). Di

Provinsi DKI Jakarta, bencana yang potensi terjadinya meningkat dan memiliki

risiko tinggi adalah banjir. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat, terdapat 7 (tujuh)

bencana dengan risiko tinggi tetapi potensi terjadinya cenderung tetap, yaitu

cuaca ekstrim, tanah longsor, kekeringan, banjir, letusan gunung api, gempabumi,dan tsunami. Sementara di Provinsi Banten terdapat 4 (empat) bencana dengan

tingkat risiko tinggi dan potensi terjadinya meningkat, yaitu tanah longsor, banjir,

kekeringan, dan gagal teknologi.

30  Bagian ini diambil dari hasil studi Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan Kawasan Strategis Nasional,Studi Kasus: Perpres 54/2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, Project Safer Communities ThroughDisaster Risk Reduction in Development  (SCDRR-D) Phase II, November2013

Page 159: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 159/214

124  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Tabel 4.7

Bencana Prioritas di Jabodetabekpunjur

Provinsi Bencana Prioritas Keterangan

DKI Jakarta 1. Banjir2. Gempabumi3. Gelombang Ekstrim & Abrasi4. Cuaca Ekstrim5. Epidemi & Wabah Penyakit6. Tsunami

1 : Potensi terjadinya MENINGKAT danrisiko TINGGI2 – 6: kecenderungan TETAP dan risikoTINGGI

Jawa Barat 1. Cuaca Ekstrim2. Tanah Longsor3. Kekeringan4. Banjir5. Letusan Gn. Api6. Gempabumi7. Tsunami

1 – 7: potensi terjadinya cenderungTETAP dan risiko TINGGI

Banten 1. Tanah Longsor

3. Banjir4. Kekeringan5. Gagal Teknologi6. Cuaca Ekstrim7. Gempabumi8. Tsunami

1 – 5:Potensi terjadinya MENINGKAT dan

risiko TINGGI6 – 8:Potensi terjadinya MENINGKAT danrisiko SEDANG

Sumber: Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan Kawasan Strategis Nasional, Studi Kasus: Perpres 54/2008Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, November 2013.

2. Kajian Risiko Bencana pada RTR KSN Jabodetabekpunjur

  Analisis ini dilakukan pada 13 jenis bencana berdasarkanoverlay  dari peta ancaman,

kerentanan dan risiko bencana dari BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang

dari Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur.

Semua peta ancaman, kerentanan dan risiko tersebut memiliki gradasi dari hijau

ke merah yang menunjukkan tingkat rendah ke tinggi.

  Dari Peta Ancaman  diperoleh gambaran wilayah-wilayah yang memiliki suatu

ancaman atau bahaya tertentu.Dari Peta Kerentanan  diperoleh gambaran

wilayah-wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset

penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibatkan risiko

bencana. Sedangkan dari Peta Risiko Bencana  diperoleh gambaran wilayah-wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-

parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah. Aspek-

aspek kebencanaan yang perlu diperhatikan pada rencana struktur ruang dan

rencana pola ruang dapat dilihat pada tabel 4.8.

Page 160: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 160/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 125

Tabel 4.8

Aspek-aspek Kebencanaan yang Perlu Diperhatikan pada

Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang

 Jenis Bencana Jabodetabekpunjur

A. Rencana Struktur Ruang  RTR KSN JabodetabekPunjur

B. Rencana Pola RuangRTR KSN JabodetabekPunjur

1. Gempabumi2. Tsunami3. Banjir4. Tanah Longsor5. Letusan Gunung Api6. Gelombang Ekstrim & Abrasi7. Angin Puting Beliung/Cuaca Ekstrim8. Kekeringan9. Kebakaran Hutan Lahan10 Kebakaran Pemukiman11. Epidemi & Wabah Penyakit12. Kegagalan Teknologi13. Konflik Sosial

1. Sistem PusatPermukiman:PKN KawasanPerkotaan Jakartakota inti: 1. Jakarta,kota satelit:2. Bogor, 3. Depok,4. Tangerang,5. BekasiSub Pusat Perkotaan:6. Serpong, 7.Cinere, 8. Cimanggis,9. Cileungsi, 10.Setu, 11. Tambun/CikarangJORR 2

 2. Sistem JaringanPrasarana:Transportasi Darat,Laut, UdaraPenyediaan Air BakuPengelolaan AirLimbahDrainase &Pengendalian BanjirPengelolaan SampahLainnya

1. KawasanLindung atau ZonaNon-Budidaya (N):N-1N-2

2. KawasanBudidaya:Zona Budidaya:

B-1B-2B-3B-4B-4/HPB-5B-6B-7B-7/HPZona Penyangga:P-1P-2P-3P-4P-5

1 Peta Ancaman Bencana

Menunjukkan lokasi yangmemiliki potensi untuk terjadibencana berdasarkan sejarahkejadian bencana,dan analisis

secara geografis, geologi,geomorfologi, hidrologi, dankondisi klimatologi (frekuensidan intensitas)

Pusat kegiatan yangmana yang beradadi lokasi yang rawanbencana?

Jaringan prasaranayang mana yangberada di lokasi rawanbencana?

Zona Lindungyang mana yangberada pada lokasirawan bencana?

KawasanBudidaya yangmana yang beradapada lokasi rawanbencana?

2 Peta Kerentanan Bencana

Menunjukkan eksposuredan sensitivitas dari populasi(korban), ekonomi (matapencaharian), infrastruktur(kerusakan) dan lingkungan(degradasi)

Sampai batas apaorang-orang di pusatkegiatan sensitifdengan bencana ?

Sampai batas apa jaringan prasaranadan bangunan sensitifterhadap kerusakan ?

Kerusakan apayang bisa terjadidi zona lindung?

Kerusakan apayang bisa terjadidi zona budidaya?

3 Peta Risiko Bencana

Menggabungkan antaraancaman bencana dankerentanan dan kapasitasdengan formula risiko =(ancaman x kerentanan) /kapasitas . Ancaman yangkecil, kerentanan yangdikurangi dan peningkatankapasitas menghasilkan risikoyang kecil.

Bagian mana darisistem perkotaanyang memiliki risikotinggi ?

Bagian mana dari jaringan prasaranayang memiliki risikotinggi?

Bagian mana darizona proteksi yangmemiliki risikotinggi?

Bagian mana darizona budidayayang memilikirisiko tinggi?

Sumber: Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan Kawasan Strategis Nasional, Studi Kasus: Perpres 54/2008Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, November 2013.

Page 161: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 161/214

126  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Langkah kegiatan analisis adalah sebagai berikut:

(a) Tampilkan hasil tumpangsusun peta ancaman, kerentanan, dan risiko bencana

terhadap peta struktur dan pola ruang Jabodetabekpunjur;

(b) Amati lokasi yang memiliki tingkat acaman, kerentanan, dan risiko yang tinggi

(warna merah), sedang maupun rendah (warna hijau);

(c) Perhatian lebih difokuskan pada lokasi dengan tingkat risiko bencana yang tinggi,

yang diartikan bahwa lokasi tersebut memiliki potensi tinggi terkena dampak

bencana apabila bencana tersebut terjadi dalam kurun waktu 5 tahun;

(d) Kemudian dilihat zona dan pusat-pusat kegiatan menurut Perpres 54/2008 yang

ada di lokasi tersebut dan dilihat pula penggunaan lahan saat ini pada zona

tersebut untuk melihat kesesuaiannya dengan arahan dari Perpres;

(e) Susun upaya mitigasi bencana pada lokasi tersebut sebagai upaya pengurangan

risiko bencana yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah yang terkait.

3. Contoh Penerapan untuk Bencana Banjir dan Mitigasi Bencana

  Agar lebih jelas, berikut ini contoh penerapannya untuk bencana banjir dan

upaya mitigasi bencana banjir di Kawasan Jabodetabekpunjur.

  Gambar 4.4 adalah peta ancaman bencana banjir berdasarkan overlay   dari

peta ancaman bencana banjir BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang

Jabodetabekpunjur.

Ancaman bahaya banjir signifikan dibagian utara baik di Provinsi DKI Jakarta,

Jawa Barat maupun Banten, meliputi zona Budidaya (B), dan Non budidaya

(N). Ancaman juga signifikan untuk 3 titik Pusat Perkotaan (Jakarta Pusat, Kota

Tangerang, dan Kota Bekasi).

1. Kawasan Barat, termasuk wilayah Kota Tangerang, tingkat ancaman bencana

banjir tinggi pada kawasan pertanian dan sawah (zona B5), kawasan bandara

(pada zona B2). Sebagian merupakan kawasan industri di sepanjang jalan Daan

Mogot dan Kapuk, kawasan pergudangan di daerah Dadap dan Kapuk/Kamal.2. Kawasan Timur, tingkat ancaman bencana banjir tinggi pada kawasan yang

direncanakan pada Perpres 54/2008 sebagai zona B5 (pertanian lahan basah

beririgasi teknis). Ada kecenderungan konversi dari B5 ke B1 juga. Ancaman

banjir cukup luas akibat topografi.

Gambar 4.5 adalah peta kerentanan bencana banjir berdasarkan overlay   dari

peta kerentanan bencana banjir BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang

Jabodetabekpunjur.

Page 162: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 162/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 127

Gambar 4.4 Peta Ancaman Bencana Banjir

Sumber: Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan Kawasan Strategis Nasional, Studi Kasus: Perpres54/2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, November 2013.

Gambar 4.5 Peta Kerentanan Bencana Banjir

Sumber: Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan Kawasan Strategis Nasional, Studi Kasus: Perpres54/2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, November 2013.

Page 163: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 163/214

128  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Gambar 4.6

Peta Risiko Bencana Banjir

Sumber: Pendekatan Kajian Risiko Bencana Untuk Perencanaan Kawasan Strategis Nasional, Studi Kasus: Perpres 54/2008Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, November 2013.

 

1  2 

•  Wilayah

risiko banjir

tinggi. 

•  Rencana

ruang untuk

permukimanpadat. 

•  Isu reviu:

manajemen

risiko

bencana

(kesiapsiaga

an,

•  Wilayah

risiko

banjir

rendah-

sedang. 

•  Rencana

ruang

•  Wilayah risiko banjir

sedang-tinggi. 

• 

Rencana ruang di domisasilindung, lahan basah dan

permukiman padat-sedang. 

•  Isu reviu: Optimalkah

rencana alokasi ruang ini?

Perlu dipertimbangkan

alternatif peruntukan ruang

yang lebih optimal dengan

risiko yang ada? 

Terlihat kerentanan banjir signifikan untuk bagian utara Provinsi DKI Jakarta,

sebagian Kota Tangerang dan sebagian Bekasi sebelah timur sebagaimana

terlihat pada peta ancaman.

  Gambar berikutnya, gambar 4.6, adalah peta risiko bencana banjir berdasarkan

overlay   dari peta risiko bencana banjir BNPB terhadap peta struktur dan pola

ruang Jabodetabekpunjur.

Page 164: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 164/214

Page 165: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 165/214

130  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Upaya mitigasi bencana banjir dengan risiko bencana yang tinggi pada zona B1

a.l:

sangat diperlukan untuk membangun infrastruktur kesiapsiagaan agar

masyarakat dapat lebih tangguh menghadapi bahaya a.l. penyusunan

rencana kontijensi dimana diperlukan koordinasi antar K/L, dan pelatihan

untuk meningkatkan kesiagaan masyarakat maupun Pemerintah Kecamatan/

Kelurahan dalam menghadapi bencana banjir;

perlu dipertimbangkan pula pergeseran paradigma menuju penggunaan

lahan intensif (diperlukan arahan tentang intensitas ruang, pengaturan

kawasan budidaya dengan instrumen KZB, KDB, KLB), misal pembangunan

hunian vertikal (KDB ditekan sedang, KLB besar atau sangat besar, KZB ditekan

sekecil mungkin), pelarangan/pengurangan hunian satu tingkat, transportasi

masal, penataan bantaran sungai Ciliwung melalui penertiban bangunanillegal, penerapan sistem polder, normalisasi kali Ciliwung dan seterusnya;

selain itu perlu juga memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi

terkena bencana.

Sehubungan dengan risiko bencana banjir yang tinggi akan mengenai

struktur pusat perkotaan di Jakarta Pusat pada kawasan Medan Merdeka

yang merupakan pusat kegiatan primer; perlu dipertimbangkan bagi

pembangunan & pemulihan kapasitas polder dan pemompaan di polder

(misal di wilayah Istana Merdeka);

Kesemuanya harus didukung oleh Pemprov DKI Jakarta untuk segeramenyusun RDTR berbasis mitigasi bencana banjir di Kota Jakarta Utara dan

Kota Jakarta Pusat.

4.5 Tantangan dalam Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam

RTR Kawasan Strategis Nasional

Beberapa tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Pusat dalam menyusun

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional dengan perspektif pengurangan

risiko bencana diantaranya adalah:

1. Kelengkapan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan manual

di bidang penataan ruang yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan RTR

KSNdengan perspektif pengurangan risiko bencana.

2. Ketersediaan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dan Rencana Aksi

Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) Provinsi/Kabupaten/Kota yang

dapat digunakan sebagai dasar pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam

penyusunan RTR KSN. BNPB telah menyusun Rencana Penanggulangan Bencana(RPB)untuk 33 Provinsi (kecuali Kalimantan Utara) denganunit analisis sampai

Page 166: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 166/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 131

kecamatan dengan skala 1:250.000. Sedangkan untuk tingkat kabupaten/kota, baru

sekitar 63 kabupaten/kota yang difasilitasilangsung oleh BNPB untuk skala 1: 50.000.

Apabila kegiatan upayapenyusunan RPB pada tingkat kabupaten/kota dilanjutkan

serta diagendakan secarateratur dan konsisten setiap tahun, maka sekitar 275

kabupaten/kota lagi akanselesai kurang lebih dalam 9 tahun lagi (33 kabupaten/kota

per tahun)31. Sementara saat ini sudah 291 RTRW Kabupaten yang memiliki Perda

(73.12%) dan 75 RTRW Kota memiliki Perda (80.65%)32. Saat peninjauan kembali

tentunya diharapkan dapat dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana ke

dalam muatan RTRW tersebut. Namun hal ini akan menjadi masalah bila pada saat

peninjauan kembali tersebut ternyata RPB Kabupaten/Kota tersebut belum tersedia.

Tantangannya adalah bagaimana mempercepat penyusunan RPB Kabupaten/Kota

yang berkualitas sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengintegrasian kajian

risiko bencana ke dalam muatan RTRW Kabupaten/Kota?

  Namun demikian penyusunan RPB di daerah saat ini juga sudah banyak

mendapat dukungan dari donor, misalnya seluruh kabupaten/kota di Provinsi

Sulawesi Utara mendapat dukungan dari JICA.Demikian juga NTB.NTT mendapat

dukungan dari OXFAM, dan IOM turut mendukung 5 kabupaten di Provinsi NAD

serta 7 kabupaten di Provinsi Jawa Barat33.Sehingga bila diakumulasi penyusunan

RPB telah dilakukan pada lebih dari 80 kabupaten/kota sampai saat ini.Perkiraan

penyelesaian penyusunan RPB Kabupaten/Kota selama 9 tahun tersebut di atas

adalah bila BNPB melakukan dukungan langsung ke seluruh daerah. Namunsaat ini, BNPB sudah tidak lagi melakukan dukungan langsung ke daerah, tetapi

melakukan bimbingan teknis ke daerah di seluruh wilayah kabupaten/kota agar

daerah dapat melakukan kajian risiko bencana sendiri. Saat ini baru ada 2 (dua)

daerah yang telah menyelesaikan bimbingan teknis, yakni Jawa Barat (dilakukan

di Bandung) dan Sumatera Utara (dilakukan di Medan)34.Harapannya semua

kabupaten/kota dapat tercakup dalam bimbingan teknis tersebut.

3. Penyelesaian Perpres RTR KSN berbasis mitigasi bencana sesuai amanat UU No.

26 tahun 2007.Mengingat RPB untuk provinsi baru ada pada tahun 2012 dan untuk kabupaten/

kota baru ada pada tahun 2013/2014, maka kemungkinan besar kajian risiko

bencana belum diintegrasikan ke dalam muatan RTR KSN yang sudah ada. Proses

pengintegrasian baru dapat dilakukan pada saat dilakukan peninjauan kembali

pada tahun kelima. Hal ini menjadi tantangan karena RPB memiliki jangka waktu

31  BNPB, Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2015-2019, draft 3, halaman 7832  Rekapitulasi Progress Penyelesaian RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia, Ditjen Penataan Ruang, Kemen-terian Pekerjaan Umum, Status 30 Mei 2014.33  BNPB dalam Lokakarya Materi Teknis – SCDRR-II - Bappenas, 30 Juni 201434  Ibid.

Page 167: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 167/214

132  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

5 tahun.Apakah pada saat dilakukan peninjauan kembali terhadap RTR KSN, RPB

masih berlaku?Sebagai contoh, Perpres No. 54 tahun 2008 tentang Penataan

Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur yang memiliki jangka waktu 2008-2028.

Peninjauan kembali pertama dilakukan pada tahun 2013.RPB untuk Provinsi

DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat memiliki jangka waktu 2012-2016.Dengan

demikian, masih sesuai digunakan sebagai dasar pengintegrasian kajian risiko

bencana pada saat peninjauan kembali.

  Namun untuk RTR KSN yang memiliki jangka waktu 2010-2030, pada saat

peninjauan kembali di tahun 2015, jangka waktu RPB provinsi sudah hampir habis

(2012-2016), sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengintegrasian kajian

risiko bencana ke dalam proses peninjauan kembali RTR KSN tersebut. Apabila pada

saat penyusunan atau peninjauan kembali rencana tata ruang, RPB belum tersedia,maka K/L penyusun rencana tata ruang dapat melakukan kajian risiko bencana

secara mandiri berkoordinasi dengan BNPB dan mengacu pada Perka BNPB No. 02

tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

4. Kualitas RPB yang ada. Apakah Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)

Provinsi, Kabupaten, Kota yang ada (1) sudah memenuhi standar kualitas yang

dibutuhkan, dan (2) muatannya lengkap dan sesuai sehingga dapat digunakan

sebagai acuan pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan RTR KSN?

Bila K/L melakukan sendiri pengkajian risiko bencana, bagaimana agar kualitasyang dihasilkan dapat memenuhi standar yang ditetapkan BNPB? Apakah BNPB

sudah mempunyai mekanisme yang baku untuk menjamin kualitas setiap RPB

(dan KRB) yang disusun oleh setiap BPBD maupun SKPD dan K/L agar memiliki

kualitas sesuai standar yang ditetapkan?

5. RTR KSN saat ini ada yang sudah menjadi Perpres, sedang proses Raperpres, atau

sudah mendapatkan persetujuan substansi. Bagaimana dan kapan pengintegrasian

kajian risiko bencana ke dalam RTR KSN tersebut harus dilakukan?

6. Ketersediaan peta rupa bumi dengan skala 1:250.000 sudah ada untuk semua

provinsi, skala 1:50.000 sudah ada untuk semua kabupaten, skala 1:25.000 baru

ada untuk Jawa-Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi35, skala 1:10.000 sedang dibuat

untuk kota-kota di Pulau Jawa36, dan skala 1:5.000 belum ada. Demikian juga peta-

peta skala 1:2.000 dan 1:1.000 belum ada. Hal ini merupakan tantangan yang

harus segera ditangani. Peta-peta dengan skala tersebut sangat dibutuhkan dalam

penyusunan RTR KSN berbasis pengurangan risiko bencana. Oleh karenanya Badan

35  BIG dalam Lokakarya Materi Teknis – SCDRR-II - Bappenas, 30 Juni 201436  BIG dalam Diskusi Terarah Materi Teknis – SCDRR-II, Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 168: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 168/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 133

Informasi Geospasial (BIG) perlu mengusahakan dan mempersiapkan dukungan

bagi penyusunan RTR KSN melalui penyiapan peta-peta pada skala tersebut di atas.

  Tantangan ketersediaan peta, tidak hanya pada ketersediaan peta dasar tetapi juga

peta tematik. Peta kerawanan dan peta ancaman dibuat oleh K/L atau SKPD terkait.

BNPB tidak menyusun sendiri peta bahaya/ancaman, tetapi menggunakan peta

yang disusun oleh K/L atau SKPD terkait. Berdasarkan peta kerawanan tersebut

disusun peta ancaman/bahaya (hazard ). Peta ancaman baru dapat dibuat bila ada

peta dasar.Berdasarkan peta ancaman/bahaya, disusun peta risiko. Jadi langkah-

langkahnya adalah: (1) tersedianya peta dasar; yang digunakan sebagai dasar

penyusunan (2) peta bahaya; yang kemudian menjadi dasar bagi perumusan (3)

peta risiko.Hal tersebut juga menjadi tantangan tersendiri karena peta bahaya

baru dapat dibuat bila ada peta dasar. Sedangkan peta dasar yang lengkap baruada untuk peta skala 1:250.000 dan 1:50.000, sementara peta skala 1:25.000 baru

ada untuk Jawa-Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Sedangkan peta tematik

(peta kerawanan) yang siap dan dapat digunakan untuk menyusun peta bahaya,

misalnya dari Badan Geologi, baru ada peta skala 1:250.00037. Permasalahannya

adalah bagaimana menyusun peta bahaya skala 1:50.000 bila yang tersedia baru

peta tematik skala 1:250.000?

Pembuatan peta bahaya harus diprioritaskan pembuatannya baik oleh K/L

maupun Daerah.Karena peta risiko baru dapat dibuat bila peta bahaya sudahada. Permasalahan pembuatan peta bahaya ini belum terselesaikan karena peta

bahaya baru dapat dibuat kalau peta dasarnya sudah ada.

7. Keberadaan dan kapasitas kelembagaan dalam bidang penataan ruang dan

penanggulangan bencana di daerah, BKPRD dan BPBD, dalam mendukung

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam penyusunan RTR KSN.

8. Kemampuan pemerintah daerah dalam menjamin pemanfaatan ruang yang

berbasis mitigasi bencana dan mengoptimalkan pengendalian pemanfaatanruang terutama di kawasan dengan risiko bencana.

37 BNPB dalam Lokakarya Materi Teknis – SCDRR-II - Bappenas, 30 Juni 2014.

Page 169: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 169/214

134  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Page 170: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 170/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 135

BAB 5Pemetaan Pemangku Kepentingan

Page 171: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 171/214

136  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Page 172: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 172/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 137

Pemetaan pemangku kepentingan dalam pengarusutamaan pengurangan risiko bencana

ke dalam penyusunan RTRW Provinsi dan RTR Kawasan Strategis Nasional dilakukan

dengan mengkaji keterlibatan pemangku kepentingan dan kelembagaan dalam:

a. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dengan mengacu pada Rencana Nasional

Penanggulangan Bencana 2010-2014 dan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana

2015-2019 (draft);

b. Proses penyusunan RTRW Provinsi dengan mengacu pada Permen PU No. 15/

PRT/M/2009;

c. Proses penyusunan RTR Kawasan Strategis Nasional dengan mengacu pada Permen

PU No. 15/PRT/M/2012;

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 46 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan

Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;e. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 3 tahun 2008 tentang

Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah; dan

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 50 tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi

Penataan Ruang Daerah.

5.1 Pemetaan Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana

5.1.1 Kelembagaan Penanggulangan Bencana di Tingkat NasionalDalam rangka pelaksanaaan tanggung-jawab penyelenggaraan

penanggulangan bencana, Pemerintah membentuk Badan Nasional

Penanggulangan Bencana/BNPB (UU No. 24/2007 Pasal 10, ayat 1)yang

kedudukannya merupakan lembaga pemerintah non departemen setingkat

menteri (UU No. 24/2007 Pasal 10, ayat 2). BNPB terdiri atas unsur pengarah

penanggulangan bencana; dan pelaksana penanggulangan bencana.

Fungsi BNPB adalah melakukan (1) perumusan dan penetapan kebijakan

penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi; serta melakukan (2)

pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secaraterencana, terpadu dan menyeluruh (pasal 13).

BAB 5Pemetaan Pemangku Kepentingan

Page 173: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 173/214

138  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Selain BNPB, kelembagaan penyelenggaraan penanggulangan bencana lain

yang telah dibentuk adalah Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana

(SRC PB) di tingkat nasional. SRC PB ini terdiri dari SRC Wilayah Barat yang

berkedudukan di Jakarta dan SRC Wilayah Timur yang berkedudukan di

Malang, Jawa Timur.

Dalam melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana, BNPB

melaksanakan fungsi koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait

sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya.Dalam melaksanakan fungsinya,

BNPB didukung oleh unsur pengarah yang beranggotakan 19 (sembilan

belas) orang yang terdiri dari 10 (sepuluh) orang pejabat pemerintah dan

sembilan orang unsur profesional. Anggota unsur pengarah dari pejabat

pemerintah terdiri dari : (1) Kementerian Koordinator Bidang KesejahteraanRakyat, (2) Kementerian Dalam Negeri, (3) Kementerian Sosial, (4) Kementerian

Pekerjaan Umum,(5) Kementerian Kesehatan, (6) Kementerian Keuangan, (7)

Kementerian Perhubungan,(8) Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral,

(9) Kepolisian Republik Indonesia dan (10) Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana dilakukan oleh BNPB

dengan berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait pada setiap

tahapan. Lihat Tabel 5.1

Tabel 5.1

Kementerian/Lembaga yang terkait dalam Pelaksanaan Penanggulangan Bencana

No Kementerian/Lembaga Tugas dan Fungsi

A TAHAP PRA BENCANA

1. Koordinasi

Kementerian Kordinator BidangKesejahteraan Rakyat

Mengkordinasikanprogram-program penanggulangan bencana lintasKementerian dan Lembaga

Kementerian Dalam Negeri Mengendalikan program-program dan kegiatanpembangunan daerah yang berkaitan dengan penanggulanganbencana

Kementerian Luar Negeri Mendukung program-program dan kegiatanpenanggulangan bencana yang berkaitan dengan kemitraanInternasional

Kementerian PerencanaanPembangunan Nasional

Mendukung perencanaanprogram-program pembangunan yang pekaterhadap risiko bencana

Kementerian Hukum dan HAM Mendorong peningkatan dan penyelarasanperangkat-perangkat hukum terkait kebencanaan

Kementerian Pendidikan danKebudayaan

Mengkordinasikan tentang pendidikan sadar bencana pada semua jenjangpendidikan formal dan informal

2. Perencanaan & Pengendalian

Kementerian Keuangan Penyiapan anggaran biaya kegiatan penyelenggaraanpenanggulanganbencana pada masa pra-bencana

Kementerian Energi dan SumberdayaMineral Merencanakan dan mengendalikanupaya mitigasi bencana dibidanggeologi dan bencana akibat ulah manusia yangterkait dengan bencanageologi

Page 174: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 174/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 139

No Kementerian/Lembaga Tugas dan Fungsi

Kementerian Pertanian Merencanakan dan mengendalikan upaya mitigasidibidang bencanakekeringan dan bencana lain terkait dengan bidang pertaniandanketahanan pangan

Kementerian Kehutanan Merencanakan dan mengendalikan upaya mitigasibencana khususnyakebakaran hutan/lahan dan konservasi hutan

Kementerian Kelautan dan Perikanan Merencanakan dan mengendalikan upayamitigasi dibidang bencanatsunami dan abrasi pantai

Kementerian Pekerjaan Umum Merencanakan tata-ruang daerah yang rawanterhadap risiko bencanaserta penyiapan lokasi dan jalur evakuasi

Kementerian Lingkungan Hidup Merencanakan dan mengendalikan upaya yangbersifatpreventif,advokasi dan deteksi dini dalam pencegahan bencanaterkaitlingkungan hidup.

Kementerian Pembangunan DaerahTertinggal

Merencanakan dan mengendalikan program-program pembangunan didaerah tertinggal yangberdasarkan kajian risiko bencana.

Badan Informasi Geospasial (BIG) Merencanakan dan mengendalikan pemetaan risikobencana bekerjasama dengan kementerian/lembaga teknis.

3. Dukungan pemantauan

BMKG Membantu dalam bidang pemantauan potensi bencana yang terkaitdengan metereologi, klimatologi dan geofisika.

Badan Pengawas Tenaga Nuklir(BAPETEN)

Membantu dalam bidang pemantauan, pemanfaatan danpengendalianbahaya nuklir.

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Membantu dalam bidang pemantauan, pemanfataan danpengendalianbahaya akibat tenaga atom

4. Dukungan penelitian, data daninformasi

Kementerian Riset dan Teknologi Melakukan kajian dan penelitian sebagai bahanuntuk merencanakanpenyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasitidak terjadi

bencana,tanggap darurat,dan tahap rehabilitasi dan rekonstruksiBadan Pelayanan Perijinan Terpadu(BPPT)

Membantu dalam bidang pengkajian dan penerapan tehnologikhususnyateknologi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana

BadanPusat Statitstik (BPS) Membantu dalam bidang penyiapan data-data statistik terkaitkebencanaan

Badan Pertanahan Nasional (BPN) Membantu dalam bidang penyediaan dataterkait dengan pertanahan

Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia(LIPI)

Membantu dalam bidang pengkajian ilmu pengetahuan yangberkaitandengan upaya penanggulangan bencana

Lembaga Penerbangan dan AntariksaNasional (LAPAN)

Membantu dalam bidang penyediaan informasi dan dataspasialkhususnya dari satelit

BadanStandardisasi Nasional (BSN) Membantu dalam bidang standarisasi pedoman-pedoman teknismaupunpanduan teknis penanggulangan bencana

B TANGGAP DARURAT

Tentara Nasional Indonesia Membantu dalam kegiatan pencarian danpenyelamatan (Search AndRescue/SAR) dan mendukung pengkordinasian upayatanggap darurat

Kepolisian Republik Indonesia Membantu dalam kegiatan SAR dan pengamanansaat tanggapdarurat termasuk mengamankan lokasi yang ditinggalkan karenapara penghuninya mengungsi, menjamin ketertiban masyarakat didaerahbencana

Badan SAR Nasional (BASARNAS) Mendukung BNPB dalam mengkordinasikan danmenyelenggarakankegiatan pencarian dan penyelamatan (SAR)

Kementerian Keuangan Penyiapan anggaran biaya kegiatan penyelenggaraanpenanggulanganbencana pada masa tanggap darurat

Kementerian Pertahanan Mendukung pengamanan daerah-daerah yang terkenabencana padamasa tanggap darurat

Kementerian Perhubungan Merencanakan dan melaksanakan kebutuhantransportasi, khususnya

pada masa tanggap darurat

Lanjutan Tabel 5.1

Page 175: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 175/214

140  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

No Kementerian/Lembaga Tugas dan Fungsi

Kementerian Kesehatan Merencanakan pelayanan kesehatan dan medik  termasuk obat-obatan, tenaga medis/paramedis, dan relawan pada

masatanggap daruratKementerian Pendidikan danKebudayaan

Merencanakan dan mengendalikan penyelenggaraan pendidikan padamasa darurat untuk daerah-daerah yangterkena bencana

Kementerian Sosial Merencanakan kebutuhan bagi para pengungsi dan relawan

Kementerian Komunikasi danInformatika

Merencanakan dan mengendalikanpengadaan fasilitas dan saranakomunikasi darurat untuk mendukung tanggapdarurat bencana

C PASCA BENCANA

Kementerian Pertahanan Mendukung pengamanan daerah-daerah yang terkenabencana masapasca bencana

Kementerian Keuangan Penyiapan anggaran biaya kegiatan penyelenggaraanpenanggulanganbencana pada masa pasca bencana

Kementerian Perhubungan Merencanakan dan melaksanakan kebutuhantransportasi, khususnya

pada dampak bencanakegagalan teknologi transportasiKementerian Pekerjaan Umum Merencanakan dan melaksanakan pemulihan prasarana publik yang

terkena dampak bencana

Kementerian Kesehatan Merencanakan pelayanan kesehatan dan medik  termasuk obat-obatan, tenaga medis/paramedis, dan relawan padamasa pemulihan pasca bencana.

Kementerian Pendidikan danKebudayaan

Merencanakan dan mengendalikan pemulihan sarana dan prasaranapendidikan untuk daerah-daerah yangterkena bencana

Kementerian Komunikasi danInformatika

Merencanakan dan mengendalikanpengadaan fasilitas dan saranakomunikasi darurat untuk mendukung pemulihan pasca bencana.

Kementerian Koperasi dan UKM Menyelenggarakan program-program koperasidan usaha-usaha kecildan kegiatan ekonomi produktif bagi warga masyarakatmiskin padadaerah-daerah pasca bencana untuk mempercepat pemulihankehidupanekonomi.

Kementerian Perumahan Rakyat Mengkordinasikan pengadaan perumahan danpermukiman untuk warga yang menjadi korban bencana.

Kementerian Tenaga Kerja danTransmigrasi

Merencanakan penyerahan danpemindahan korban bencana ke daerahyang aman bencana.

Sumber: diolah dari Renas PB 2015-2019 (draft), BNPB, 2014

Selain pemangku kepentingan dari kementerian/lembaga seperti tersebut

di atas, di dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana juga dikenal

adanya jejaring dari para pemangkukepentingan untuk mengurangi risiko

bencana. Walaupun tidak secara khusus diaturdalam UU No. 24/2007 tapidalam praktiknya jejaring tersebut diakomodasi dandilaksanakan dengan

membentuk forum ( platform) baik di tingkat nasional, provinsi,kabupaten/

kota, berbasis masyarakat, dan tematik. Di tingkat nasional ada Platform

Nasional PRB (Planas PRB), Forum Masyarakat Sipil, Forum Lembaga Usaha,

Forum Perguruan Tinggi untuk PRB (FPT PRB), Forum Media, dan Forum

Lembaga Internasional.

Sementara di tingkat provinsi sampai saat ini sudah terbentuk sebanyak 10

Forum PRB, antara lain ada Forum PRB Nusa Tenggara Timur (NTT), ForumPRB Yogyakarta, dan Forum PRB Sumatera Barat. Selain itu ada forum yang

Lanjutan Tabel 5.1

Page 176: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 176/214

Page 177: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 177/214

142  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

(BIG), Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT), Badan Pusat Statitstik

(BPS), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),

Badan Standardisasi Nasional (BSN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir

(BAPETEN), dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

2. Tim Asistensi

  Tim Asistensi bertugas untuk mendukung penyusunan Renas PB 2015-

2019. Tim inimenyiapkan bahan yang digunakan oleh Tim Substansi. Tim

ini dibentuk oleh BNPB. Anggota-anggota Tim Asistensi merupakan para

para pelaku dan praktisi penanggulangan bencana yang berasal dari

K/L, pemerintah daerah, ornop nasional, perguruan tinggi dan lembaga

internasional.

3. Tim RAN PRB

  Tim RAN PRB bertugas untuk menyusun kegiatan-kegiatan spesifik

(rencana aksi) yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Renas PB. Tim

RAN PRB terdiri dari para praktisi penanggulangan bencana.

4. Tim Penulis

  Tim Penulis bertugas untuk menuliskan dokumen Renas PB 2015-2019.

Tim initerdiri dari para praktisi penanggulangan bencana yang ditunjukoleh BNPB.

  Dalam proses penyusunan Renas PB 2015-2019 ini, para pakar dari

perguruan tinggi dilibatkan dalam pengkajian ancaman dankerentanan

serta penilaian risiko bencana dengan hasil rencana induk (masterplan)12

bencana. Ada 12 perguruan tinggi yang dilibatkan dalam penyusunan

rencana induk12 bencana, yaitu

(1) Universitas Syiahkuala (tsunami),

(2) Univesitas Andalas(gelombang ekstrim),(3) Institut Pertanian Bogor (kebakaran hutan danlahan),

(4) Institut Teknologi Surabaya (kecelakaan industri),

(5) Universitas Diponegoro (banjir),

(6) Universitas Gadjah Mada (gerakan tanah atau tanah longsor),

(7) UPN Veteran Yogyakarta (gunungapi),

(8) Institut Teknologi Bandung(gempabumi),

(9) Universitas Udayana (kekeringan),

(10) Universitas Airlangga(epidemi),

(11) Universitas Hasanuddin (banjir bandang), dan(12) Universitas Indonesia (cuaca ekstrim).

Page 178: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 178/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 143

  Selain itu, para pemangku kepentingan yang meliputi asosiasi-asosiasi

pemerintah daerah,lembaga-lembaga swadaya masyarakat, organisasi-

organisasi profesi dan pihakswasta, media serta publik yang lebih luas

 juga telah dilibatkan dalam memberikanmasukan dalam penyusunan

Renas PB.

  Proses penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) di daerah,

khususnya provinsi, dapat mengikuti proses yang sama, yaitu melalui

pembentukan 4 (empat) tim yang terdiri dari Tim Substansi, Tim Asistensi,

Tim RAD PRB, dan Tim Penulis serta melibatkan pemangku kepentingan

yang terkait di daerah. Penyusunan RPB dikoordinasikan oleh BPBD.BPBD

menjadi ketua Tim Substansi dibantu oleh Bappeda sebagai wakil ketua

Tim Substansi.Anggota Tim Substansi merupakan perwakilan dari SKPDyang terkait dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana.BPBD

membentuk dan menunjuk Tim Asistensi, Tim RAD PRB, dan Tim Penulis

yang terdiri dari para praktisi penanggulangan bencana di daerah.

5.1.3 Kelembagaan Penanggulangan Bencana di Daerah

Di tingkat daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, dibentuk

BPBD.Pembentukan ini sesuai dengan UU No. 24 tahun 2007 pasal 18 ayat 1.

Pembentukan BPBD merujuk pada Perka BNPB No. 3/2008 tentang PedomanPembentukan BPBD dan Permendagri No. 46/2008 tentang Pedoman

Organisasi dan Tata Kerja BPBD.Sesuai dengan Permendagri No. 46/2008

Pasal 2, BPBD dibentuk di setiap provinsi dan dapat dibentuk di tingkat

kabupaten/kota. Pembentukan BPBD di tingkat provinsi dan kabupaten/

kota ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Bagi daerah-daerah

yang belum membentuk atau tidak membentuk BPBD, maka tugas dan

fungsi penanggulangan bencana dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai

fungsi yang bersesuaian dengan fungsi penanggulangan bencana. Hingga

bulan Februari 2014 telah terbentuk 436 BPBD yang terdiri dari 33 BPBD

Provinsi dan 403 BPBD Kabupaten/Kota (81% dari 497 kabupaten/kota).

Dengan demikian, BPBD saat ini sudah ada di semua provinsi (kecuali

Provinsi Kalimantan Utara yang baru), tetapi masih ada 94 kabupaten/kota

yang belum memiliki BPBD. Hal ini dapat karena berbagai hal, salah satunya

mungkin karena pembentukannya belum diprioritaskan oleh Daerah,

khususnya Daerah yang merasamemiliki kerawanan bencana yang rendah38.

Sebagai contoh, Kabupaten Karo yang tadinya merasa bahwa pembentukan

38  BPBD Bengkulu dalam Diskusi Terarah Materi Teknis – SCDRR II, Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 179: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 179/214

144  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

BPBD tidak menjadi prioritas, namun begitu terjadi bencana meletusnya

Gunung Sinabung, maka mereka segera membentuk BPBD.

Seperti disebutkan di atas, bagi kabupaten/kota yang belum/tidak

membentuk BPBD, maka tugas dan fungsi penanggulangan bencana

dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai fungsi yang bersesuaian dengan

fungsi penanggulangan bencana. Pada kenyataannya antara kabupaten/kota

yang satu dengan yang lain, kelembagaan kebencanaan ini dapat berbeda-

beda, baik dari segi SKPD penanggungjawab maupun eselonnya. Di suatu

kabupaten/kota kelembagaan kebencanaan ini dapat berada di bawah eselon

2, 3, atau 4. Misalnya, sebagai contoh, di Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah)

kebencanaan menjadi bagian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan

Masyarakat (Kesbanglinmas), di mana kebencanaan berada di bawah BidangPengamanan dan Penanggulangan Bencana. Mengingat bahwa hasil kajian

BNPB menunjukkan bahwa 204 juta (sekitar 80%) rakyat Indonesia tinggal di

kawasan rawan bencana39, maka sebaiknya semua kabupaten/kota memiliki

BPBD.

Susunan organisasi BPBD Provinsi dan Kabupaten/Kota terdiri atas (1) Kepala;

(2) Unsur Pengarah; dan (3) Unsur Pelaksana.Kepala BPBD dijabat secara

rangkap (ex-officio) oleh Sekretaris Daerah.

Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala BPBD dengan tugas memberikan

masukan dan saran kepada Kepala BPBD dalam penanggulangan bencana.

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Unsur Pengarah menyelenggarakan

fungsi:

a) Perumusan kebijakan penanggulangan bencana daerah;

b) Pemantauan; dan

c) Evaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Unsur Pengarah terdiri dari Ketua dan Anggota, di mana ketua Unsur

Pengarah dijabat oleh Kepala BPBD. Sedangkan anggota unsur pengarah

berasal dari (a) lembaga/instansi pemerintah daerah, yakni dari badan/dinas

terkait dengan penanggulangan bencana; (b) masyarakat professional, yakni

pakar, professional, dan tokoh masyarakat di daerah.

Unsur pelaksana penanggulangan bencana berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala BPBD.Unsur pelaksana dipimpin

39  BNPB dalam Diskusi Terarah Materi Teknis – SCDRR II , Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 180: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 180/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 145

oleh seorang Kepala Pelaksana yang membantu Kepala BPBD dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsi unsur pelaksana BPBD sehari-hari.Unsur

pelaksana mempunyai tugas melaksanakan penanggulangan bencana

secara terintegrasi yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat, dan

pascabencana. Unsur pelaksana BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten/Kota

menyelenggarakan fungsi (a) pengoordinasian; (b) pengkomandoan, dan (c)

pelaksana. Susunan organisasi Unsur Pelaksana BPBD terdiri atas:

1) Kepala Pelaksana;

2) Sekretariat Unsur Pelaksana;

3) Bidang/Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan;

4) Bidang/Seksi Kedaruratan dan Logistik; dan

5) Bidang/Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

Struktur BPBD yang ada saat ini dirasakan sudah cukup untuk penyelenggaraan

penanggulangan bencana di daerah, hanya perlu dioptimalkan lagi dalam

hal sumber daya manusia dan anggarannya.Dirasakan sumber daya

manusia yang ada saat ini masih sangat kurang kapabilitasnya dalam

penanggulangan bencana, khususnya untuk aspek pencegahan dan mitigasi

bencana (perencanaan), karena saat ini fokusnya masih lebih pada hal-hal

yang operasional (kesiapsiagaan dan tanggap darurat)40.Hal ini merupakan

tantangan yang harus dihadapi, yaitu bagaimana agar Pemerinah Daerah

mau memprioritaskan pembentukan BPBD, dan bila sudah terbentuk, maumemprioritaskan penguatan BPBD, baik dari segi penguatan sumber daya

manusia maupun anggaran. Dalam pembentukan dan penguatan BPBD ini,

sebaiknya pemerintah daerah juga mempertimbangkan karakteristik fisik

daerahnya, misalnya provinsi kepulauan seperti NTT atau kota kepulauan

seperti Ternate. Sebagai wilayah kepulauan, maka sarana dan prasarana

evakuasi menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan.

5.2 Pemetaan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan RTRW Provinsi

Dalam Permen PU No. 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi

disebutkan bahwa prosedur penyusunan RTRW provinsi merupakan pentahapan yang

harus dilalui dalam penyusunan RTRW provinsi sampai dengan pembahasan raperda

RTRWProvinsi yang melibatkan pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota

termasuk masyarakat. Masyarakat yang menjadi pemangku kepentingan dalam

penyusunan RTRW Provinsi terdiri atas:

a. Orang perseorangan atau kelompok orang;

b. Organisasi masyarakat tingkat provinsi atau yang memiliki cakupan wilayah

40 Diskusi Terarah Materi Teknis – SCDRR II, Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 181: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 181/214

Page 182: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 182/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 147

daerah provinsi, khususnya dalam lingkup Badan Koordinasi Penataan Ruang

Daerah (BKPRD) provinsi yang bersangkutan. Dalam Permendagri No. 50 tahun

2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah disebutkan bahwa

Gubernur dalam melaksanakan koordinasi penataan ruang membentuk BKPRD

Provinsi, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut (pasal 3):

a. Penanggung jawab: Gubernur dan Wakil Gubernur;

b. Ketua: Sekretaris Daerah Provinsi;

c. Sekretaris: Kepala Bappeda Provinsi;

d. Anggota: SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan

dan kemampuan daerah.

  Salah satu tugas BKPRD dalam melaksanakan koordinasi penataan ruang di daerah

adalah memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah

dengan rencana tata ruang provinsi serta mempertimbangkan pengarusutamaan

pembangunan berkelanjutan melalui instrumen KajianLingkungan Hidup Strategis

(KLHS) (pasal 4 ayat 1). Bila ditelaah tugas-tugas yang diamanatkan kepada

BKPRD, terlihat sudah memasukkan instrumen KLHS dalam pengarusutamaan

pembangunan berkelanjutan ke dalam penataan ruang, namun belum memuat

tentang pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam penataan ruang.

Padahal KLHS baru diamanatkan penyusunannya pada tahun 2009 dalam UU No. 32

tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH),

sementara penyelenggaraan penanggulangan bencana diatur melalui UU No. 24tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Apakah ini terkait dengan tidak

masuknya BNPB/BPBD dalam keanggotaan BKPRN/BKPRD, sementara Menteri

Negara Lingkungan Hidup merupakan anggota BKPRN dan Deputi Menteri Negara

Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan, Kementerian Negara Lingkungan

Hidup menjadi anggota Tim Pelaksana BKPRN sehingga koordinasi dapat berjalan

lebih baik?

  Namun demikian, bila dilihat pada pasal 5 Permendagri No. 50 tahun 2009,

disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya BKPRD Provinsi dapat (a)menggunakan tenaga ahli yang diperlukan; (b) membentuk Tim Teknis untuk

menangani penyelesaian masalah-masalah yang bersifat khusus; dan (c) meminta

bahan yang diperlukan dari SKPD Provinsi. Dengan demikian sebenarnya BPBD

Provinsi dapat dimasukkan dalam Tim Teknis untuk penyelesaian masalah

kebencanaan, bila kebencanaan merupakan salah satu isu strategis di provinsi

yang bersangkutan.

  Selain itu, pada pasal 7 Permendagri No. 50 tahun 2009 disebutkan bahwa BKPRD

Provinsi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh (a) Sekretariat BKPRD

Page 183: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 183/214

148  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Provinsi; dan (b) Kelompok kerja. Kelompok kerja ini terdiri atas (Pasal 9) (a)

Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang; dan (b) Kelompok Kerja Pemanfaatan

dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.Pembentukan BKPRD Provinsi, Sekretariat

BKPRD, dan Kelompok Kerja ditetapkan dengan Keputusan Gubernur (Pasal 12).

  Sehubungan dengan belum masuknya pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana ke dalam salah satu tugas BKPRD dan tidak masuknya kelembagaan

bencana, BPBD, sebagai anggota BKPRD, maka pertanyaan yang muncul adalah

bagaimana meningkatkan kapasitas BKPRD terhadap kebencanaan, terutama

dalam upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam penataan

ruang? Ada beberapa alternatif yang dapat diambil:

(1) Memasukkan kelembagaan bencana, dalam hal ini BPBD, sebagai salah satu

anggota BKPRD; atau(2) Memasukkan BPBD ke dalam Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang

pada saat penyusunan rencana tata ruang, dan ke dalam Kelompok Kerja

Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada saat rencana tata

ruang sudah selesai disusun dan masuk pada tahap implementasi; atau

(3) Memasukkan BPBD dalam Tim Teknis tentang penanggulangan bencana.

  Terkait dengan upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam

penataan ruang, BKPRD perlu berkoordinasi dengan BPBD.Kedua badan ini

dipimpin oleh Sekretaris Daerah Provinsi sebagai ketua, sehingga seharusnyakoordinasi diantara keduanya dapat dilakukan dengan baik.Selain itu, sebagai

bagian dari pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam penataan

ruang, perlu dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan

RTRW Provinsi.Berarti dalam penyusunan RTRW Provinsi perlu pula melibatkan

Tim Substansi penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) di provinsi

yang bersangkutan dengan BPBD sebagai ketua dan Bappeda sebagai wakil

ketua.

  Selain Sekretaris Daerah berperan sebagai ketua BKPRD dan ketua BPBD, Bappeda juga terlibat dalam kedua badan tersebut, yaitu di BKPRD sebagai sekretaris

BKPRD dan ketua Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang; sedang di BPBD,

Bappeda terlibat sebagai wakil ketua dalam Tim Substansi penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana.Dengan demikian, seharusnya pengintegrasian kajian

risiko bencana ke dalam penyusunan rencana tata ruang dapat dikoordinasikan

dengan baik.Dalam hal ini perlu koordinasi antara Bappeda sebagai Sekretaris

BKPRD dengan BPBD.

Page 184: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 184/214

Page 185: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 185/214

150  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Tabel 5.2

Pemangku Kepentingan dalam Prosedur Penyusunan RTR KSN

Prosedur Penyusunan RTRKSN

Pemangku Kepentingan yang Dilibatkan

1. Persiapan PenyusunanRTR KSN

a. kementerian/ lembaga terkait (sektor), termasuk BNPB;b. pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/ kota, termasuk

BPBD;c. lembaga di daerah;d. lembaga/ organisasi internasional (apabila relevan); dane. masyarakat yang dilibatkan secara pasif dengan pemberitaan mengenai informasi

penataan ruang melalui media publikasi sesuai kebutuhan

2. Pengumpulan Data danInformasi

a. kementerian/ lembaga terkait (sektor), termasuk BNPB;b. pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/ kota, termasuk

BPBD;c. lembaga di daerah;

d. lembaga/ organisasi internasional (apabila relevan); dane. masyarakat yang dilibatkan lebih aktif dalam berbagai bentuk media komunikasi/

interaksi dalam memberikan data dan informasi sesuai situasi dan kondisi tiap KSN

3. Pengolahan dan AnalisisData

a. Tidak ada pelibatan peran kementerian/ lembaga terkait dalam proses ini;b. Masyarakat/organisasi masyarakat dapat berperan dalam proses analisis sepanjang

dibutuhkan sesuai situasi dan kondisi tiap KSN

4. Perumusan Konsep RTRKSN

a. kementerian/ lembaga terkait (sektor), termasuk BNPB;b. pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/ kota, termasuk

BPBD;c. lembaga di daerah;d. lembaga/ organisasi internasional (apabila relevan); dane. masyarakat yang dilibatkan secara aktif dan bersifat dialogis melalui berbagai

bentuk media komunikasi/ interaksi

1. Penyusunan NaskahRaperpres

a. kementerian/ lembaga terkait (sektor), termasuk BNPB;b. pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/ kota, termasuk

BPBD;c. lembaga di daerah;d. lembaga/ organisasi internasional (apabila relevan); dane. masyarakat terlibat secara pasif.

Sumber: diolah dari Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan RTR KSN

Page 186: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 186/214

Page 187: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 187/214

152  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Page 188: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 188/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 153

BAB 6Arahan Untuk Implementasi

Page 189: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 189/214

154  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Page 190: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 190/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 155

Bab 6 merupakan bab terakhir dari Materi Teknis ini. Bab ini membahas hal-hal yang harus

dilakukan untuk mengimplementasikan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana

ke dalam penyusunan RTRW Provinsi dan RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan

mempertimbangkan berbagai tantangan yang dihadapi.

Dari pembahasan pada Bab 3, Bab 4, dan Bab 5 telah diidentifikasi beberapa tantangan

yang harus dihadapi dalam pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam

penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN. Pada dasarnya terdapat 7 (tujuh) tantangan

utama yang dihadapi, yaitu:

1. Kelengkapan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan manual di

bidang penataan ruang yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan RTRW Provinsi

dan RTR KSNdengan perspektif pengurangan risiko bencana.

2. Ketersediaan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi/Kabupaten/Kota yangdapat digunakan sebagai dasar pengintegrasian kajian risiko bencana (KRB) ke dalam

penyusunanRTRW Provinsi dan RTR KSN. Saat ini RPB yang telah ada adalah untuk 33

provinsi (kecuali Kalimantan Utara), serta 63 kabupaten/kota. Sementara dari status per

30 Mei 201441, sudah 25 RTRW Provinsi, 291 RTRW Kabupaten (73.12%), dan 75 RTRW

Kota (80.65%) yang menjadi Perda.Tantangannya adalah bagaimana mempercepat

penyusunan RPB Kabupaten/Kota yang berkualitas sehingga dapat digunakan sebagai

dasar pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan RTRW Kabupaten/Kota

dan RTR KSN?

3. Kualitas RPB Provinsi/Kabupaten/Kota, apakah sudah memenuhi standar kualitas yang

dibutuhkan dan muatannya lengkap dan sesuai sehingga dapat langsung digunakan

sebagai dasar pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan RTRW Provinsi

dan RTR KSN?

4. Kesesuaian jangka waktu RPB yang ada dengan proses penyusunan atau peninjauan

kembali RTRW Provinsi dan RTR KSN. Apabila pada saat penyusunan atau peninjauan

kembali rencana tata ruang, RPB belum tersedia, maka K/L atau SKPD penyusun rencana

tata ruang dapat melakukan kajian risiko bencana secara mandiri berkoordinasi dengan

41  Rekapitulasi Progress Penyelesaian RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia, Ditjen Penataan Ruang, Kemen-terian Pekerjaan Umum, Status 30 Mei 2014.

BAB 6Arahan Untuk Implementasi

Page 191: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 191/214

156  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

BNPB/BPBD dan mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman

Umum Pengkajian Risiko Bencana. Bila K/L atau SKPD melakukan sendiri pengkajian

risiko bencana, bagaimana agar kualitas yang dihasilkan dapat memenuhi standar

yang ditetapkan BNPB? Apakah BNPB sudah mempunyai mekanisme yang baku untuk

menjamin kualitas setiap RPB (dan KRB) yang disusun oleh setiap BPBD maupun SKPD

dan K/L agar memiliki kualitas sesuai standar yang ditetapkan?

5. RTRW Provinsi saat ini ada yang sudah menjadi Perda dan ada yang sudah mendapatkan

persetujuan substansi. Demikian juga RTR KSN saat ini ada yang sudah menjadi Perpres

dan ada yang masih dalam proses penyusunan. Bagaimana dan kapan pengintegrasian

kajian risiko bencana ke dalam RTRW Provinsi dan RTR KSN tersebut harus dilakukan?

6. Ketersediaan peta dasar dan peta tematik, terutama peta dengan skala besar, sebagai

dasar pelaksanaan Kajian Risiko Bencana yang akan diintegrasikan ke dalam muatan

RTRW Provinsi dan RTR KSN.7. Keberadaan dan kapasitas kelembagaan dalam bidang penataan ruang dan

penanggulangan bencana di daerah, BKPRD dan BPBD, dalam mendukung

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam penyusunan RTRW Provinsi

yang meliputi:

a. Keberadaan lembaga BKPRD dan BPBD di daerah;

b. Kapasitas BKPRD dan BPBD yang ada; dan

c. Penguatan BKPRD terkait kebencanaan.

Relevansi kelima tantangan tersebut dalam implementasi pengarusutamaan penguranganrisiko bencana ke dalam penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN dapat dilihat pada Tabel

6.1.

Tabel 6.1

Tantangan dalam Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana

Ke dalam Penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN

No TantanganRTRW

ProvinsiRTR KSN Penanggungjawab Utama

1 Kelengkapan peraturan perUUan dan

NSPK 

√ √ BKPRN, BNPB

2 Ketersediaan RPB - √ BPBD Kabupaten/Kota, BNPB

3 Kualitas RPB √ √ BNPB/BPBD

4 Kesesuaian jangka waktu RPB √ √ BKPRN/BKPRD, BNPB/BPBD

5 Langkah-langkah pengintegrasian √ √ BKPRN/BKPRD

6 Ketersediaan peta dasar dan petatematik 

- √ BKPRN

7 Kelembagaan:Keberadaan lembaga BKPRD dan BPBD;Kapasitas BKPRD dan BPBD yang ada;Penguatan BKPRD terkait kebencanaan.

-

√ 

√ 

√ 

√ 

√ 

BKPRN, BNPB

Sumber: Hasil Analisis

Page 192: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 192/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 157

6.1 Arahan Implementasi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam

Penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN melalui Integrasi Dokumen/Proses

6.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW Provinsi)

Salah satu tantangan yang dihadapi pada saat akan mengimplementasikanpengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam rencana tata ruang adalah

kesesuaian jangka waktu antara Rencana Penanggulangan Bencana yang

ada dengan waktu penyusunan atau peninjauan kembali RTRW Provinsi.

Saat ini telah ada Rencana Penanggulangan Bencana untuk 33 Provinsi

(kecuali Kalimantan Utara) untuk periode 2012-2016.Sedangkan dari

status Perda RTRW Provinsi per 30 Mei 201442, sudah 25 provinsi yang telah

mempunyai perda RTRW Provinsi dengan periode yang berbeda-beda

sesuai waktu penyusunannya. Sementara 8 (delapan) provinsi sisanya sudah

mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri PU.

Untuk melihat kesesuaian jangka waktu maka dilakukan perbandingan

antara jangka waktu RPB dengan waktu peninjauan kembali ke-25 RTRW

yang sudah Perda tersebut. Lihat Tabel 6.2.

Tabel 6.2

Kesesuaian antara Jangka Waktu RPB Provinsi dengan

Waktu Peninjauan Kembali Perda RTRW Provinsi

No Perda RTRW Provinsi PeriodePeninjauanKembali 1

Acuan RPB

1 Bali, Sulawesi Selatan 2009-2029 2014 2012-2016

2 Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat

2010-2030 2015 x

3 Banten, Nusa Tenggara Timur,Gorontalo

2011-2031 2016 x

4 Sumatera Barat, Bengkulu, DKIJakarta, Jawa Timur

2012-2032 2017 2017-2022

5 Nanggroe Aceh Darussalam, Jambi,

Sulawesi Tengah, Maluku, MalukuUtara, Papua, Papua Barat

2013-2033 2018 2017-2022

6 Kepulauan Bangka Belitung,Sulawesi Utara, Sulawesi Barat,Sulawesi Tenggara

2014-2034 2019 2017-2022

Sumber: Hasil Analisis

  Keterangan: x RPB yang ada tidak dapat menjadi acuan karena jangka waktunya sudah hampir habis

42 Rekapitulasi Progress Penyelesaian RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia, Ditjen Penataan Ruang, Kemen-terian Pekerjaan Umum, Status 30 Mei 2014.

Page 193: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 193/214

158  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Dengan melakukan perbandingan tersebut, dapat disimpulkan hal-hal

berikut ini:

a. Untuk Provinsi Bali dan Sulawesi Selatan, pada saat peninjauan kembali

tahun 2014 dapat dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana dari

RPB periode 2012-2016 yang sudah ada saat ini. Namun, pengintegrasian

hanya dapat dilakukan untuk periode 2014-2016 saja. Sementara periode

2017-2019 tidak dapat dilakukan pengintegrasian karena belum ada RPB

periode berikutnya (2017-2022) pada saat peninjauan kembali.

b. Untuk Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan

Nusa Tenggara Barat, pada saat peninjauan kembali tahun 2015 tidak

dapat dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana karena periodeRPB yang ada sudah hampir selesai, tinggal 1 tahun terakhir, sementara

RPB yang baru belum disusun.

c. Untuk Provinsi Banten, Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo, pada saat

peninjauan kembali tahun 2016 tidak dapat dilakukan pengintegrasian

kajian risiko bencana karena periode RPB yang ada sudah selesai

sementara RPB yang baru belum ada.

d. Untuk Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, DKI Jakarta, dan Jawa Timur, padasaat peninjauan kembali tahun 2017 dapat dilakukan pengintegrasian

kajian risiko bencana dari RPB periode 2017-2022 yang baru disusun.

e. Untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jambi, Sulawesi Tengah,

Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, pada saat peninjauan

kembali tahun 2018 dapat dilakukan pengintegrasian kajian risiko

bencana dari RPB periode 2017-2022 yang telah disusun.

f. Untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat,dan Sulawesi Tenggara, pada saat peninjauan kembali tahun 2019 dapat

dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana dari RPB periode 2017-

2022 yang sudah ada. Namun, pengintegrasian hanya dapat dilakukan

untuk periode 2019-2022 saja. Sementara periode 2023-2024 tidak dapat

dilakukan pengintegrasian karena belum ada RPB periode berikutnya

(2023-2028) pada saat peninjauan kembali.

Sehubungan dengan isu kesesuaian jangka waktu RPB dengan waktu

penyusunan atau peninjauan kembali RTRW Provinsi, seperti tersebut di

Page 194: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 194/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 159

atas, maka pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam RTRW

Provinsi dapat dilakukan antara lain melalui langkah-langkah berikut:

1. Integrasi pada saat proses penyusunan RTRW Provinsi

  Untuk 8 (delapan) provinsi yang penyusunan RTRWnya sudah

mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri PU, maka sebaiknya

segera dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana dengan mengacu

pada RPB Provinsi 2012-2016 sebelum RTRW menjadi Perda. Hal ini

signifikan karena 6 (enam) dari 8 provinsi tersebut memiliki kelas risiko

tinggi, dan hanya Provinsi Sumatera Selatan dan Kepulauan Riau yang

memiliki kelas risiko sedang. Lihat Tabel 6.3.Bila dilihat dari IRBI 2013,

maka dari 33 provinsi yang ada, sebanyak 26 provinsi memiliki kelas

risiko tinggi, dan hanya 7 provinsi yang memiliki kelas risiko sedang,

yaitu Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Kalimantan

Tengah, Gorontalo, dan Papua.

Tabel 6.3

Indeks Risiko Bencana 8 Provinsi yang Belum Memiliki Perda RTRW Provinsi

No Provinsi Skor Kelas Risiko

1 Sumatera Utara 150 Tinggi

2 Riau 147 Tinggi

3 Kepulauan Riau 116 Sedang

4 Sumatera Selatan 142 Sedang

5 Kalimantan Barat 157 Tinggi

6 Kalimantan Selatan 152 Tinggi

7 Kalimantan Timur 165 Tinggi

8 Sulawesi Tenggara 169 Tinggi

Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2013

  Apabila pengintegrasian dilakukan menunggu sampai dilakukan

peninjauan kembali akan terlalu lama.Mengingat hampir semua provinsitersebut masuk dalam kelas risiko tinggi, maka sebaiknya pengintegrasian

dilakukan segera.

  Mengingat RPB Provinsi yang ada mempunyai jangka waktu 2012-

2016, sementara sekarang sudah tahun 2014, maka hal ini akan menjadi

masalah. Alternatifnya adalah:

a. Pengintegrasian segera dilakukan walau hanya untuk 2 tahun terakhir

(2014-2016);

Page 195: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 195/214

160  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

b. Pengintegrasian dilakukan setelah RPB yang baru disusun (jangka

waktu 2017-2022); atau

c. SKPD segera menyusun pengkajian risiko bencana yang baru

berkoordinasi dengan BPBD dengan jangka waktu yang disesuaikan

dengan penyusunan atau peninjauan kembali RTRW.

  Untuk saat ini mungkin dapat dilakukan kombinasi dari (a) dan (c), dengan

pertimbangan berikut ini:

a. Peta Kerawanan dan peta ancaman bersifat jangka panjang, sehingga

peta kerawanan dan peta ancaman yang ada dapat digunakan untuk

acuan perumusan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang,

serta indikasi arahan peraturan zonasi;

b. Sedangkan peta kerentanan, peta kapasitas, dan peta risiko bersifat jangka menengah, sehingga perlu diperbaharui oleh SKPD sesuai

waktu berkoordinasi dengan BPBD. Peta kerentanan, peta kapasitas,

dan peta risiko yang telah diperbaharui digunakan untuk acuan

perumusan indikasi program utama sebagai arahan pemanfaatan

ruang untuk 5 tahun berikutnya.

c. Sebelum waktu peninjauan kembali, sebaiknya RPB yang baru sudah

disusun dengan memperhatikan waktu peninjauan kembali RTRW

Provinsi tersebut.

  Sehubungan dengan upaya pengurangan risiko bencana ini, maka BKPRN

perlu mempertimbangkan untuk memasukkan kajian risiko bencana

menjadi salah satu muatan yang harus ada dalam rencana tata ruang, dan

dikaji kualitasnya pada saat proses persetujuan substansi. Seperti Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

2. Integrasi pada saat peninjauan kembali RTRW Provinsi

  Untuk 25 RTRW Provinsi yang sudah menjadi Perda:

a. Pengintegrasian kajian risiko bencana dilakukan pada saat peninjauan

kembali RTRW tersebut.

b. Untuk itu, diperlukan penyesuaian periode antara RPB dengan waktu

peninjauan kembali RTRW Provinsi.Mengingat adanya keterbatasan

kapasitas BNPB/BPBD, maka penyesuaian penyusunan RPB ini

dilakukan dengan pemrioritasan berdasarkan kelas risikonya, semakin

tinggi kelas risiko provinsi yang bersangkutan, semakin diprioritaskan

penyusunannya.

c. Apabila hal tersebut tidak dimungkinkan, maka SKPD, berkoordinasi

dengan BPBD, menyiapkan pengkajian risiko bencana secara mandiri

Page 196: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 196/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 161

yang jangka waktunya disesuaikan dengan waktu peninjauan

kembali RTRW Provinsi. Pengkajian risiko bencana secara mandiri

ini dilakukan dengan mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012

tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

  Pengintegrasian pengurangan risiko bencana memiliki fungsi strategis

dan berkaitan dengan peninjauan kembali rencana tata ruang. Peninjauan

kembali rencana tata ruang dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Namun, PP No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

pasal 82 (2) menetapkan bahwa peninjauan kembali rencana tata ruang

dapat segera dilakukan tanpa menunggu 5 (lima) tahun apabila terjadi

perubahan lingkungan strategis berupa (a) bencana alam skala besar

yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan; (b) perubahan

batas territorial negara yang ditetapkan dengan undang-undang; atau

(c) perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan undang-

undang. BKPRN perlu membahas hal tersebut dan mempertimbangkan

apakah peninjauan kembali dapat dilakukan segera untuk mengantisipasi

kejadian bencana alam dan sebagai upaya pengurangan risiko bencana,

terutama di daerah-daerah dengan kelas risiko tinggi.Hal ini sangat

signifikan mengingat bahwa hasil kajian BNPB menunjukkan 204 juta

(80%) rakyat Indonesia tinggal di kawasan rawan bencana.

  Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan pemrioritasan

berdasarkan kelas risiko suatu daerah.Semakin tinggi kelas risikonya

semakin diprioritaskan pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam

rencana tata ruangnya untuk dapat segera dilakukan. Saat ini, dalam

Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, kabupaten/kota dibedakan

menjadi kelas risiko tinggi, sedang, dan rendah, dimana 322 kabupaten/

kota (65%) memiliki kelas risiko tinggi, dan 174 kabupaten/kota (35%)

memiliki kelas risiko sedang, dan tidak ada yang memiliki kelas risiko

rendah. Dengan demikian perlu dilakukan perumusan ulang kelas risikobencana yang lebih rinci untuk kebutuhan perumusan prioritas tersebut

di atas.Penyusunan kajian risiko bencana (KRB) didasarkan pada tiga hal

utama, yakni: a) jumlah jiwa terpapar; b) kerugian (rupiah); dan c) kerusakan

lingkungan (ha). Ketiganya merupakan komponen penyusun KRB yang

kemudian diterjemahkan ke dalam kelas risiko tinggi, risiko sedang, dan

risiko rendah sesuai dengan dampak yang terjadi.Berdasarkan ketiga

komponen tersebut dapat dirumuskan ulang kelas risikonya yang lebih

rinci, untuk kebutuhan perumusan prioritas.

Page 197: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 197/214

162  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Apabila RTRW sedang dalam proses penyusunan, maka pengarusutamaan

pengurangan risiko bencana dapat segera diintegrasikan. Namun,

bagaimana bila RTRW sudah menjadi Perda? Saat ini 25 RTRW Provinsi, 291

RTRW Kabupaten (73,12%), dan 75 RTRW Kota (80,65%) sudah menjadi

Perda. Apabila pengarusutamaan pengurangan risiko bencana harus

segera diintegrasikan ke dalam RTRW yang sudah menjadi Perda, maka hal

ini tidak mudah bagi Pemerintah Daerah.Karena tidak mudah membuat

Perda, terutama terkait dengan hal-hal yang bersifat non-teknis. Dalam

Lokakarya Materi Teknis – Bappenas-SCDRR II yang diselenggarakan

pada tanggal 30 Juni 2014, ada usulan dari Daerah, bahwa untuk RTRW

yang sudah Perda, sebaiknya kajian risiko bencana dilakukan dengan

memasukkannya sebagai addendum. Apabila perubahan dibuat dalam

bentuk addendum, maka tidak perlu melibatkan DPRD lagi. Namundemikian perlu digarisbawahi bahwa upaya pengurangan risiko bencana

tidak hanya terbatas pada tahap analisis, yaitu dengan melakukan

kajian risiko bencana, tetapi hasil analisis tersebut harus diterjemahkan

ke dalam kebijakan, strategi, rencana struktur ruang dan rencana pola

ruang, serta rencana pemanfaatan ruang secara sinkron dengan alur

yang jelas. Dengan demikian perlu dipertimbangkan apakah perubahan

tersebut cukup dituangkan dalam addendum?Hal-hal ini perlu dibahas

dan ditetapkan oleh BKPRN agar pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana ke dalam rencana tata ruang dapat dilaksanakan denganmempertimbangkan isu-isu yang harus dihadapi oleh Daerah.

  Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan oleh BKPRN bila hendak

menetapkan perlunya Daerah segera mengintegrasikan kajian risiko

bencana ke dalam RTRW adalah ketersediaan konsultan yang paham dan

siap untuk melakukan hal tersebut. Seperti diketahui, penyusunan RTRW

di Daerah umumnya dilakukan oleh pihak ketiga (konsultan). Dengan

demikian, apabila pengarusutamaan pengurangan risiko bencana (PRB)

ke dalam rencana tata ruang (RTR) akan dilaksanakan, harus dipastikanterlebih dulu bahwa sudah ada konsultan-konsultan yang siap dan dapat

melakukannya. Jangan sampai Daerah sudah menganggarkan kegiatan

tersebut, tetapi ternyata konsultannya belum ada yang siap untuk

melakukan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam RTR.

6.1.2 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN)

Sama seperti pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam RTRW Provinsi,

tantangan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam RTR KSN

Page 198: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 198/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 163

adalah kesesuaian jangka waktu antara Rencana Penanggulangan Bencana

yang ada dengan waktu penyusunan atau peninjauan kembali RTR KSN.

1. Integrasi pada saat proses penyusunan RTR Kawasan Strategis

Nasional (RTR KSN)

  Untuk RTR KSN yang belum menjadi Perpres atau masih dalam proses

penyusunan, perlu segera dilakukan pengintegrasian kajian risiko

bencana. Sehubungan dengan itu perlu ada koordinasi antara BKPRN

dengan BNPB/BPBD dalam mengintegrasikan kajian risiko bencana ke

dalam penyusunan RTR KSN, dengan memperhatikan jangka waktunya.

a. Untuk RTR KSN yang sudah dalam proses penyusunan:

1. Bila RPB Provinsi/Kabupaten/Kota sudah ada dan jangka waktunyasesuai, maka kajian risiko bencana dapat segera diintegrasikan ke

dalam penyusunan RTR KSN;

2. Bila RPB Provinsi/Kabupaten/Kota belum ada atau jangka

waktunya tidak sesuai, maka K/L dapat melakukan pengkajian

risiko bencana secara mandiri berkoordinasi dengan BPBD untuk:

(a) Segera diintegrasikan ke dalam proses penyusunan RTR KSN;

atau

(b) Diintegrasikan pada saat peninjauan kembali RTR KSN tersebut,

tergantung sudah seberapa jauh tahap penyusunan RTR KSNtersebut, misal Raperpes.

  Pengkajian dilakukan oleh K/L dengan mengacu pada Perka

BNPB No. 02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian

Risiko Bencana.

b. Untuk RTR KSN yang belum disusun, maka dalam penyusunannya

nanti langsung dilakukan pengintegrasian kajian risiko bencana

sesuai dengan kebutuhan masing-masing tipologi.

2. Integrasi pada saat peninjauan kembali RTR Kawasan Strategis

Nasional (RTR KSN)

  Untuk RTR KSN yang telah menjadi Perpres, maka pengintegrasian kajian

risiko bencana dilakukan pada saat peninjauan kembali:

i. Cek apakah RPB Provinsi/Kabupaten/Kota sudah ada dan apakah

 jangka waktunya sesuai? Bila sesuai, maka dapat langsung

diintegrasikan.

Page 199: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 199/214

Page 200: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 200/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 165

  Di sini terlihat adanya perbedaan kecepatan penyusunan RTRW

Kabupaten/Kota dengan RPB Kabupaten/Kota.Mungkin 3-4 tahun

lagi semua Kabupaten/Kota sudah memiliki Perda RTRW, sementara

dibutuhkan 9 tahun lebih untuk menyelesaikan semua RPB Kabupaten/

Kota. Dengan demikian akan sulit untuk menyusun RTRW Kabupaten/Kota

dengan perspektif pengurangan risiko bencana, bila RPB belum tersedia.

Perkiraan penyelesaian penyusunan RPB Kabupaten/Kota selama 9 tahun

itu jika BNPB melakukan dukungan langsung ke daerah.Namun saat ini,

BNPB sudah tidak lagi melakukan dukungan langsung ke daerah, tetapi

melakukan bimbingan teknis ke daerah di seluruh wilayah kabupaten/

kota agar daerah dapat melakukan kajian risiko bencana sendiri. Saat

ini baru ada 2 (dua) daerah yang telah menyelesaikan bimbingan teknis,

yakni Jawa Barat (dilakukan di Bandung) dan Sumatera Utara (dilakukandi Medan).Harapannya semua kabupaten/kota dapat tercakup semuanya

dalam bimbingan teknis tersebut, sehingga RPB dapat segera disusun.

  Selain itu, penyusunan RPB di daerah saat ini juga sudah banyak mendapat

dukungan dari donor, misalnya seluruh kabupaten/kota di Provinsi

Sulawesi Utara mendapat dukungan dari JICA, demikian juga NTB.NTT

mendapat dukungan dari OXFAM, dan IOM turut mendukung 5 kabupaten

di Provinsi NAD serta 7 kabupaten di Provinsi Jawa Barat.Sehingga bila

diakumulasi, sampai saat ini penyusunan RPB telah dilakukan pada lebihdari 80 kabupaten/kota.

  Namun demikian, hal tersebut masih menjadi tantangan utama yang

dihadapi yaitu bagaimana mempercepat penyusunan RPB Kabupaten/

Kota yang berkualitas sehingga dapat digunakan sebagai dasar

pengintegrasian kajian risiko bencana ke dalam muatan RTRW Kabupaten/

Kota.Semua hal tersebut di atas menjadi signifikan dalam penyusunan

RTR KSN, karena pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam

RTR KSN dilakukan berdasarkan RPB Provinsi/Kabupaten/Kota yang ada,kecuali untuk tipologi tertentu yang membutuhkan kajian risiko bencana

secara khusus (seperti KSN rawan bencana).

Hal ini menjadi tantangan utama BNPB dalam:

a. Memperkuat BPBD Provinsi sehingga dapat menyusun RPB sendiri

yang berkualitas dan memfasilitasi BPBD Kabupaten/Kota; dan

b. Memperkuat BPBD Kabupaten/Kota sehingga dapat menyusun RPB

sendiri yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan rencana tata

ruang.

Page 201: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 201/214

166  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Apabila pada saat hendak menyusun atau melakukan peninjauan kembali

RTRW/RTR KSN, RPB belum ada, memang dimungkinkan bagi K/L atau SKPD

untuk melakukan pengkajian risiko bencana secara mandiri berkoordinasi

dengan BNPB/BPBD dan mengacu pada Perka BNPB No. 02 tahun 2012

tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Namun bila hal ini

dilakukan, maka ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a. Tugas BPBD akan berkurang. Dalam Permendagri No. 46 tahun 2008

tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD pasal 4 disebutkan

bahwa BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten/Kota mempunyai tugas,

antara lain, menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha

penanggulangan bencana; serta menyusun, menetapkan, dan

menginformasikan peta rawan bencana. Sementara dalam PerkaBNPB No. 3 tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan BPBD

(Bab 4) disebutkan bahwa koordinasi BPBD dengan instansi atau

lembaga dinas/badan secara horizontal pada tahap prabencana

antara lain dilakukan dalam bentuk penyusunan kebijakan dan

strategi penanggulangan bencana, penyusunan perencanaan

penanggulangan bencana, penentuan standar kebutuhan minimum,

pengurangan risiko bencana, dan pembuatan peta rawan bencana.

Bila hal ini berlanjut terus, dikhawatirkan tugas BPBD menyempit

hanya fokus pada hal-hal operasional saat tanggap darurat danpascabencana. Padahal secara struktur organisasi, BPBD memiliki

bidang pencegahan dan kesiapsiagaan.

b. Kualitas RPB yang dihasilkan. Bila K/L atau SKPD melakukan sendiri

pengkajian risiko bencana, apakah dapat dijamin bahwa kualitas yang

dihasilkan dapat memenuhi standar yang ditetapkan BNPB? Apakah

BNPB sudah mempunyai mekanisme yang baku untuk menjamin

kualitas setiap RPB (dan KRB) yang disusun oleh setiap BPBD maupun

SKPD dan K/L agar memiliki kualitas sesuai standar yang ditetapkan?

2. Kualitas Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi/

Kabupaten/Kota

  Sehubungan dengan masalah kualitas ini, perlu dilakukan pembahasan

terhadap RPB yang ada oleh BKPRN/BKPRD dengan BNPB/BPBD untuk

mengkaji kualitas RPB tersebut serta kesesuaian muatannya untuk dapat

diintegrasikan ke dalam RTRW Provinsi.

  Penyusunan RPB dilakukan dengan mengacu pada Perka BNPB No. 4

tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana PenanggulanganBencana, sementara kajian risiko bencana dilakukan dengan mengacu

Page 202: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 202/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 167

pada Perka BNPB No. 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian

Risiko Bencana. Pertanyaannya adalah dengan acuan yang sama dan

disusun oleh masing-masing BPBD dengan fasilitasi dari BNPB, apakah

RPB yang dihasilkan memiliki kualitas yang standar atau berbeda-beda

untuk setiap provinsi? Apabila kualitas RPB yang dihasilkan dapat berbeda

antara satu provinsi dengan yang lain, maka salah satu tahap yang harus

dilakukan sebelum melakukan pengintegrasian kajian risiko bencana ke

dalam muatan RTRW Provinsi adalah pengkajian terhadap kualitas RPB

itu sendiri. Dalam pengkajian kualitas RPB ini juga dilihat apakah muatan

kajian risiko bencana dalam RPB ini sesuai dengan kebutuhan RTRW

Provinsi?

  Sehubungan dengan itu, dibutuhkan mekanisme yang dapat menjaminkualitas RPB yang disusun oleh setiap daerah (provinsi, kabupaten, kota),

baik oleh BPBD maupun SKPD terkait. Selain itu, ada/tidaknya dan kualitas

kajian risiko bencana ini sebaiknya juga menjadi muatan yang dikaji pada

saat proses persetujuan substansi dalam penyusunan rencana tata ruang.

Perspektif pengurangan risiko bencana tersebut harus terlihat jelas

alurnya mulai dari tahap analisis sampai dengan perumusan kebijakan,

rencana, dan program, sehingga pengurangan risiko bencana menjadi

muatan yang telah terintegrasi di dalam rencana tata ruang.

6.2.2 Percepatan Penyusunan Peta Dasar dan Peta Tematik 

  Ketersediaan peta dasar untuk pelaksanaan pengkajian risiko bencana

yang akan diintegrasikan ke dalam muatan rencana tata ruang merupakan

tantangan yang harus segera ditangani.

  Ketersediaan peta-peta ini merupakan tantangan yang besar, terutama untuk

peta-peta skala besar. Saat ini peta-peta yang sudah ada, sebagai berikut45:

- Skala 1:250.000 sudah ada untuk semua provinsi;

- Skala 1:50.000 sudah ada untuk semua kabupaten;- Skala 1:25.000 sudah ada untuk Jawa-Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi46;

- Skala 1:10.000 sedang dibuat untuk kota-kota di P. Jawa.

  Sedangkan peta rupabumi untuk skala yang lebih besar, yaitu 1:5.000,

1:2.000, dan 1:1.000 belum tersedia. Peta-peta skala besar ini digunakan

untuk penyusunan rencana rinci (RTR KSN/P/K dan RDTR).

45 BIG dalam Diskusi Terarah Materi Teknis – SCDRR-II, Bappenas, 10 Juni 2014.

46 BIG dalam Lokakarya Materi Teknis SCDRR II – Bappenas, 30 Juni 2014.

Page 203: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 203/214

168  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

Tantangannya adalah bagaimana agar Badan Informasi Geospasial (BIG)

dapat memenuhi kebutuhan tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama?

Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh BIG untuk menyelesaikan semua

peta tersebut? Bagaimana caranya untuk mempercepat penyelesaian semua

peta tersebut? Anggaran adalah salah satu kendala utama, di samping

ketersediaan SDM dengan kapabilitas yang dibutuhkan.

  Tantangan ketersediaan peta, tidak hanya pada ketersediaan peta dasar

tetapi juga peta tematik.Peta kerawanan dan peta ancaman dibuat oleh K/L

atau SKPD terkait.BNPB tidak menyusun sendiri peta bahaya/ancaman, tetapi

menggunakan peta yang disusun oleh K/L atau SKPD terkait.Berdasarkan

peta kerawanan tersebut disusun peta ancaman/bahaya (hazard ). Peta

ancaman baru dapat dibuat bila ada peta dasar. Berdasarkan peta ancaman/bahaya, disusun peta risiko. Jadi langkah-langkahnya adalah: (1) tersedianya

peta dasar; yang digunakan sebagai dasar penyusunan (2) peta bahaya; yang

kemudian menjadi dasar bagi perumusan (3) peta risiko. Hal tersebut juga

menjadi tantangan tersendiri karena peta bahaya baru dapat dibuat bila ada

peta dasar. Sedangkan peta dasar yang lengkap baru ada untuk peta skala

1:250.000 dan 1:50.000, sementara peta skala 1:25.000 baru ada untuk Jawa-

Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Sedangkan peta tematik (peta kerawanan)

yang siap dan dapat digunakan untuk menyusun peta bahaya, misalnya dari

Badan Geologi, baru ada peta skala 1:250.00047

. Permasalahannya adalahbagaimana menyusun peta bahaya skala 1:50.000 bila yang tersedia baru

peta tematik skala 1:250.000?

Pembuatan peta bahaya harus diprioritaskan pembuatannya baik oleh K/L

maupun Daerah. Karena peta risiko baru dapat dibuat bila peta bahaya sudah

ada. Permasalahan pembuatan peta bahaya ini belum terselesaikan karena

peta bahaya baru dapat dibuat kalau peta dasarnya sudah ada.

  Tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa kebencanaan di daerahtidak termasuk urusan wajib, sehingga sering tidak dilakukan penganggaran

untuk aspek-aspek kebencanaan48. Selain itu, kewajiban Daerah untuk

membuat peta bahaya mengalami kesulitan karena adanya ketidaksesuaian

tupoksi SKPD. Di daerah ada Dinas ESDM. Tapi sekarang Dinas ESDM tidak

memiliki bidang geologi, sehingga kesulitan untuk membuat peta bahaya

karena tidak ada tupoksinya49. Dulu tupoksi terkait kebencanaan ada di Dinas

47

 BNPB, Ibid.48 Ibid.49 Badan Geologi, Ibid.

Page 204: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 204/214

Page 205: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 205/214

170  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

(35%) memiliki kelas risiko sedang. Kabupaten/kota dengan kelas risiko

semakin tinggi, perlu semakin diprioritaskan pembuatan peta dasarnya.

Contohnya, Kabupaten Cianjur yang memiliki kelas risiko tertinggi di

Indonesia dengan skor 250. Perlu ada kesepakatan antara BNPB dan

BKPRN mengenai kabupaten/kota dan kawasan-kawasan yang perlu

diprioritaskan pembuatan petanya.

b. Perlu adanya koordinasi antara BKPRN dan BNPB dalam menetapkan

kawasan-kawasan yang perlu diprioritaskan pembuatan peta dasar skala

1:5.000, 1:2.000, 1:1.000 untuk penyusunan rencana tata ruang kawasan

rawan bencana.

c. BKPRN perlu membahas tantangan penyediaan peta kerawanan dan peta

bahaya yang harus disiapkan oleh K/L dan Daerah. Karena tanpa peta-

peta tersebut, peta risiko tidak dapat dibuat. Dan sementara ini peta yangada, misalnya dari Badan Geologi, baru ada peta skala 1:250.000.

  Untuk daerah yang belum memiliki peta dasar, maka dapat menggunakan

Citra Tegak Resolusi Tinggi53. Citra Tegak Resolusi Tinggi ini memiliki kedetilan

skala submeter. Peta Citra Tegak Resolusi Tinggi tersebut masih memiliki

banyak kesalahan, sehingga perlu dikoreksi dulu, yaitu dengan koreksi:

i. Radiometrik, koreksi dilakukan oleh LAPAN; dan

ii. Geometrik, koreksi dilakukan oleh BIG.

  Peta yang telah dikoreksi dapat digunakan oleh daerah sebagai peta dasar.Pemerintah Daerah dapat mengirim surat ke BIG untuk meminta agar

penyusunan peta untuk daerahnya diprioritaskan.

6.3 Arahan Penguatan Kelembagaan

6.3.1 Kerangka Regulasi

Kelengkapan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan

manual di bidang penataan ruang yang dapat dijadikan acuan dalam

penyusunan RTRW Provinsi yang berbasis pengurangan risiko bencana(mitigasi bencana) merupakan tantangan yang perlu segera ditangani.

Saat ini peraturan perundang-undangan yang ada sudah banyak, namun

masih berjalan sendiri-sendiri. Untuk penyusunan rencana tata ruang

mengacu pada UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan peraturan

turunannya, sedangkan untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana,

termasuk penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), mengacu

pada UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan peraturan

53 BIG, dalam Diskusi Terarah Materi Teknis - SCDRR II, Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 206: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 206/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 171

turunannya. Saat ini belum ada peraturan yang dapat digunakan sebagai

acuan dalam melakukan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke

dalam penyusunan rencana tata ruang.Peraturan yang menjadi acuan dalam

penyusunan rencana tata ruang, dalam hal ini RTRW Provinsi dan RTR KSN,

adalah Permen PU No. 15/PRT/M/2009 dan Permen PU No. 15/PRT/M/2012.

Namun peraturan tersebut belum secara jelas memberikan arahan bagi

penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN yang berbasis pengurangan risiko

bencana (mitigasi bencana).Namun demikian, perlu dikemukakan pula

bahwa saat ini Ditjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum sedang

menyusun Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana (sudah pada

tahap legal drafting).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka langkah-langkah berikut ini dapatdijadikan alternatif solusi:

1. Diperlukan satu pedoman yang dapat menjadi acuan bagi

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata

ruang. Saat ini sudah terdapat upaya-upaya untuk merumuskan pedoman

tersebut, antara lain:

a. Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri bekerja sama

dengan Georisk Jerman dan Badan Geologi yang sedang menyusun

pedoman penyusunan rencana tata ruang berbasis mitigasi bencana,

khususnya bencana geologi;b. Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,

berkoordinasi dengan BNPB, yang telah menyusun Standar Penataan

Ruang di Kawasan Rawan Bencana (SPR-KRB) dan saat ini telah

mencapai proses legal drafting; dan

c. Upaya yang dilakukan oleh Bappenas dengan dukungan SCDRR II

yang tengah menyusun Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan

Rencana Tata Ruang berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko

Bencana, khususnya untuk RTRW Provinsi dan RTR Kawasan Strategis

Nasional.2. Apabila daerah akan melakukan pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, maka sebaiknya pada saat

melakukan penyusunan atau peninjauan kembali RTRW sudah tersedia

pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan. Pedoman tersebut harus

 jelas dan dapat diimplementasikan. Oleh karenanya, sebaiknya dibuat

satu pedoman saja mengenai upaya pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana ke dalam rencana tata ruang yang mengkombinasikan

antara pedoman yang telah dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum,

Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian Dalam Negeri.Selain ituperlu dipertimbangkan bahwa pedoman tersebut tidak hanya menjadi

Page 207: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 207/214

172  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

acuan dalam penyusunan RTRW Provinsi dan RTR KSN, tetapi juga rencana

tata ruang lainnya (RTRW Kabupaten dan RTRW Kota, serta rencana rinci

lainnya).

Sehubungan dengan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke

dalam rencana tata ruang ini, ada kekhawatiran dari Daerah.Pada dasarnya

Daerah hanya melaksanakan arahan dari Pemerintah Pusat.Namun

sebaiknya harus ada integrasi antara arahan-arahan yang dibuat oleh

Pemerintah Pusat sehingga tidak membingungkan buat Daerah.Salah

satunya adalah antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian

Dalam Negeri.Sudah saatnya norma-norma yang ada di Kementerian

Pekerjaan Umum dan Kementerian Dalam Negeri diintegrasikan dan

disinkronkan, sehingga tidak membingungkan buat daerah.

3. Agar dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah maupun K/L dalam

melakukan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam

rencana tata ruang, maka pedoman tersebut harus memiliki kerangka

regulasi yang cukup kuat. Alternatif yang dapat dilakukan:

a. Membuat Surat Edaran Bersama 3 Menteri (Kemen PU, Kemendagri,

dan BNPB) tentang Pedoman Pengarusutamaan Pengurangan Risiko

Bencana ke dalam Rencana Tata Ruang. SEB ini dibuat agar pedoman

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam RTR dapatsegera disusun dan menjadi acuan bagi pemerintah daerah maupun

K/L. Dengan demikian pengarusutamaan PRB dapat segera dilakukan.

SEB ini bersifat sementara.

b. Pada saat yang sama dimulai proses penyusunan Peraturan Menteri

PU tentang Pedoman Pengurangan Risiko Bencana dalam Rencana

Tata Ruang. Dengan demikian pedoman tersebut nantinya memiliki

dasar hukum yang lebih kuat.

4. Materi Teknis yang disusun ini dapat digunakan sebagai masukan dalam

penyusunan Pedoman Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana

ke dalam Rencana Tata Ruang tersebut di atas.

  Muatan Materi Teknis ini telah melalui pembahasan dalam (a) diskusi

bilateral dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan

dan Perikanan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, dan Badan

Nasional Penanggulangan Bencana; (b) diskusi terarah untuk mendapatkan

masukan dari pemangku kepentingan terkait; dan (b) lokakarya untuk

diseminasi dan mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan

yang lebih luas. Dengan demikian diharapkan muatannya sudah

sesuai dengan kebutuhan dan dapat dipertanggungjawabkan untuk

Page 208: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 208/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 173

memberikan masukan bagi penyusunan Pedoman Pengarusutamaan

Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Rencana Tata Ruang.Selain itu

dalam penyusunan Materi Teknis ini juga sudah dengan memperhatikan

Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana (draft) yang sedang

disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum, sehingga muatannya dapat

saling melengkapi.

6.3.2 Keberadaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Hingga bulan Februari 2014 telah terbentuk 436 BPBD yang terdiri dari 33

BPBD Provinsi dan 403 BPBD Kabupaten/Kota (81% dari 497 kabupaten/

kota).Berarti masih ada 94 kabupaten/kota yang belum memiliki BPBD.

Untuk kabupaten/kota yang belum memiliki BPBD,tugas dan fungsi

penanggulangan bencana dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai fungsiyang bersesuaian dengan fungsi penanggulangan bencana.

Di kabupaten/kota yang belum memiliki BPBD, bentuk kelembagaan

kebencanaan dapat berbeda-beda, baik dari segi SKPD penanggungjawab

maupun eselonnya. Di suatu kabupaten/kota kelembagaan kebencanaan

ini dapat berada di bawah eselon 2, 3, atau 4. Misalnya, sebagai contoh, di

Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah) kebencanaan menjadi bagian dari Badan

Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat(Kesbanglinmas), di mana

kebencanaan berada di bawah Bidang Pengamanan dan PenanggulanganBencana. Mengingat bahwa hasil kajian BNPB menunjukkan bahwa 204 juta

(sekitar 80%) rakyat Indonesia tinggal di kawasan rawan bencana54, maka

sebaiknya semua kabupaten/kota memiliki BPBD.

Sehubungan dengan hal tersebut, prioritas utama adalah menyegerakan

pembentukan BPBD di 94 kabupaten/kota yang belum memiliki BPBD saat ini.

Setelah BPBD terbentuk, tantangan berikutnya adalah masalah kapasitas

BPBD. Bila dibandingkan dengan BKPRD yang sudah terbentuk cukup lama,maka kapasitas BPBD merupakan salah satu isu yang penting diperhatikan.

Isu kapasitas ini antara lain terkait dengan sumber daya manusia, sarana dan

prasarana, serta anggaran yang dimiliki oleh BPBD. Kapasitas BPBD perlu

diperkuat antara lain agar mampu menyusun Rencana Penanggulangan

Bencana (RPB) sendiri yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan

rencana tata ruang sehingga dapat diintegrasikan.

54  Bapak Lilik Kurniawan, Direktur Pengurangan Risiko Bencana,“Isu-isu Strategis Pengarusutamaan Pengurangan RisikoBencana ke dalam Rencana Tata Ruang”, Kedeputian Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BNPB, Keynote Speech dalamDiskusi Terarah Materi Teknis-SCDRR-II, Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 209: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 209/214

174  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

6.3.3 Kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Struktur BPBD yang ada saat ini dirasakan sudah cukup untuk

penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah, hanya perlu

dioptimalkan lagi dalam hal sumber daya manusia dan anggarannya.Dirasakan sumber daya manusia yang ada saat ini masih sangat kurang

kapabilitasnya dalam penanggulangan bencana, khususnya untuk aspek

pencegahan dan mitigasi bencana (perencanaan), karena saat ini fokusnya

masih lebih pada hal-hal yang operasional (kesiapsiagaan dan tanggap

darurat)55.

Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi, yaitu bagaimana

agar Pemerinah Daerah mau memprioritaskan pembentukan BPBD, dan

bila sudah terbentuk, mau memprioritaskan penguatan BPBD, baik dari segipenguatan sumber daya manusia maupun anggaran.

Dalam pembentukan dan penguatan BPBD ini, sebaiknya pemerintah daerah

 juga mempertimbangkan karakteristik fisik daerahnya, misalnya provinsi

kepulauan seperti NTT atau kota kepulauan seperti Ternate. Sebagai wilayah

kepulauan, maka sarana dan prasarana evakuasi menjadi isu yang sangat

penting untuk diperhatikan.

6.3.4 Penguatan BKPRD terkait Kebencanaan

Sehubungan dengan belum masuknya pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana ke dalam salah satu tugas BKPRD dan tidak masuknya

kelembagaan bencana, BPBD, sebagai anggota BKPRD, maka tantangannya

adalah bagaimana meningkatkan kapasitas BKPRD terhadap kebencanaan,

terutama dalam upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke

dalam penataan ruang? Ada beberapa alternatif yang dapat diambil:

 (1) Memasukkan kelembagaan bencana, dalam hal ini BPBD, sebagai salah

satu anggota BKPRD; atau(2) Memasukkan BPBD ke dalam Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang

pada saat penyusunan rencana tata ruang, dan ke dalam Kelompok Kerja

Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada saat rencana

tata ruang sudah selesai disusun dan masuk pada tahap implementasi;

atau

(3) Memasukkan BPBD dalam Tim Teknis tentang penanggulangan bencana.

55 Diskusi Terarah Materi Teknis-SCDRR-II, Bappenas, 10 Juni 2014.

Page 210: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 210/214

MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA — 175

Dalam Lokakarya Materi Teknis SCDRR II – Bappenas yang diselenggarakan

pada tanggal 30 Juni 2014 (lihat prosiding pada Lampiran C), isu kelembagaan

ini telah dibahas. Dari pembahasan tersebut, dihasilkan beberapa butir

penting berikut ini:

1. Terkait dengan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam

perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang,

diperlukan pelibatan BPBD dan BKPRD. Dalam konteks tersebut maka

penting agar BPBD menjadi anggota BKPRD. Penguatan BKPRD dan BPBD

dalam penanganan aspek kebencanaan menjadi hal yang penting pula.

2. Penguatan BKPRD dalam aspek kebencanaan, antara lain dengan cara

(dapat dilakukan ketiganya): (i) eselon 2 masuk sebagai anggota BKPRD;

eselon 3 masuk dalam pokja BKPRD; dan masuk dalam tim teknis BKPRD.

3. Bila BPBD direkomendasikan untuk masuk sebagai anggota BKPRD, danBNPB direkomendasikan untuk masuk sebagai anggota BKPRN, maka

perlu dipikirkan bagaimana mekanismenya karena ada peraturan yang

perlu diubah. Misalnya, Keppres tentang BKPRN perlu direvisi. Sebelumnya

tentu harus ada kesepakatan terlebih dahulu mengenai keanggotaan

tersebut. Hal ini penting karena salah satu tujuanpenyelenggaraan

penataan ruang adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman

(UU No. 26 tahun 2007 pasal 3), di mana kebencanaan adalah salah satu

isu strategis.

4. Mendagri bersama para Menteri anggota BKPRN berkewajiban untukmelakukan fungsi dan pembinaan BKPRD dalam penyelenggaran

penataan ruang terkait upaya pengurangan risiko bencana.

6.4 Rencana Tindak Lanjut

Sesuai dengan pembahasan di atas, dalam upaya pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, khususnya RTRW Provinsi dan RTR KSN,

maka tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah:

A. BKPRN

  BKPRN melaksanakan rapat eselon II BKPRN untuk menyepakati pengarusutamaan

pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata ruang, yang meliputi:

1. Menyepakati dan membangun komitmen akan perlunya pengarusutamaan

pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata ruang segera dilakukan.

Bila hal ini disepakati, maka implikasinya adalah:

a. Rencana tata ruang yang belum disusun, dalam penyusunannya nanti

langsung mengintegrasikan perspektif pengurangan risiko bencana;

b. Rencana tata ruang yang masih dalam proses penyusunan (s/d persetujuan

substansi), segera mengintegrasikan perspektif pengurangan risikobencana ini;

Page 211: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 211/214

176  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

c. Rencana tata ruang yang sudah dalam proses Raperda dan sudah Perda

atau sudah Raperpres dan sudah Perpres, segera mengintegrasikan

perspektif pengurangan risiko bencana pada saat dilakukan peninjauan

kembali yang pertama.

d. Daerah-daerah yang memiliki kelas risiko sangat tinggi (perlu dirumuskan

kriterianya), segera mengintegrasikan perspektif pengurangan risiko

bencana ke dalam rencana tata ruangnya. Dalam IRBI 2013, sepuluh

kabupaten/kota yang memiliki kelas risiko bencana multi ancaman

tertinggi dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4

Indeks Risiko Bencana Multi Ancaman 10 Kabupaten/Kota Tertinggi Tahun 2013

No Kabupaten/Kota Provinsi Skor Kelas Risiko Status RTRW

1 Cianjur Jawa Barat 250 Tinggi Perda 2012,PK RTRW 2017

2 Garut Jawa Barat 238 Tinggi Perda 2011PK RTRW 2016

3 Sukabumi Jawa Barat 231 Tinggi Perda 2012PK RTRW 2017

4 Lumajang Jawa Timur 231 Tinggi PK RTRW 2014

5 Tasikmalaya Jawa Barat 225 Tinggi Perda 2012PK RTRW 2017

6 Halmahera Selatan Maluku Utara 224 Tinggi Perda 2012PK RTRW 2017

7 Maluku Barat Daya Maluku 223 Tinggi Perda 2013

PK RTRW 20188 Majene Sulawesi Barat 221 Tinggi Perda 2012

PK RTRW 2017

9 Malang Jawa Timur 219 Tinggi PK RTRW 2015

10 Jember Jawa Timur 219 Tinggi Belum Perda

Sumber: IRBI 2013 dan Roadmap (draft), Bappenas

  Sehubungan dengan langkah-langkah pengintegrasian tersebut di atas, hal-hal

berikut ini perlu dibahas dan diputuskan oleh BKPRN:

i. Apakah peninjauan kembali RTR dapat dilakukan segera tanpa menunggu 5

tahun agar pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana

tata ruang dapat segera dilakukan, khususnya untuk daerah-daerah dengan

kelas risiko tinggi?

ii. Untuk RTRW yang sudah Perda, apakah kajian risiko bencana dapat dimasukkan

ke dalam addendum sehingga tidak perlu melalui proses dengan DPRD?

2. Menyepakati bahwa pengurangan risiko bencana menjadi salah satu muatan

yang dikaji pada saat proses persetujuan substansi di BKPRN. Pengurangan

risiko bencana ini mencakup: (a) kajian risiko bencana pada tahap analisis,

dan (b) muatan pengurangan risiko bencana dalam kebijakan, rencana, dan

indikasi program utama.

Page 212: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 212/214

Page 213: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 213/214

178  — MATERI TEKNIS REVISI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG BERDASARKAN PERSPEKTIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA  

b. Memasukkan BPBD ke dalam Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang

pada saat penyusunan rencana tata ruang, dan ke dalam Kelompok Kerja

Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada saat rencana

tata ruang sudah selesai disusun dan masuk pada tahap implementasi;

c. Memasukkan BPBD dalam Tim Teknis tentang penanggulangan bencana.

  Demikian juga di tingkat pusat, perlu dilakukan penguatan BKPRN dengan

melibatkan BNPB.

B. Rekomendasi untuk BNPB

1. Berkoordinasi dengan BKPRN dalam menetapkan daerah-daerah yang perlu

diprioritaskan pembuatan peta dasar dan peta tematiknya berdasarkan kelas

risiko suatu daerah;

2. Mendorong agar Pemerintah Daerah memrioritaskan pembentukan danpenguatan BPBD (sumber daya manusia maupun anggaran);

3. Mendorong percepatan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana di

kabupaten/kota; dan

4. Merumuskan kelas risiko yang lebih rinci (tidak hanya tinggi, sedang, rendah).

Page 214: Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

8/10/2019 Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang dalam Perspektif Pengurangan Risiko Bencana

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teknis-revisi-pedoman-penyusunan-rencana-tata-ruang-dalam-perspektif 214/214