bencana - tinjauan perspektif syariat dan akademik

33
Bencana, perspektif akademik kontemporer

Upload: muslim-sendai

Post on 18-Dec-2014

1.590 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Materi kajian dwibulanan Keluarga Muslim Indonesia di Sendai, 19 Desember 2010, oleh Fatwa Ramdani

TRANSCRIPT

Page 1: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Bencana, perspektif akademik

kontemporer

Page 2: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Definisi

Baik bencana alam atau buatan manusia

yang telah datang menyebabkan dan atau

menghasilkan sebuah perubahan besar

berupa kerusakan fisik yang signifikan,

kehilangan jiwa, atau perubahan drastis

pada lingkungan alam

Page 3: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Dalam akademik kontemporer, bencana

dilihat sebagai konsekuensi dari resiko yg

tidak tepat dikelola. Resiko ini adalah

produk dari bahaya dan kerentanan. Bahaya

yang terjadi di daerah dengan kerentanan

rendah tidak dianggap bencana, seperti

yang terjadi di daerah yang tidak

berpenghuni

Page 4: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Bencana

Alam Manusia

Page 5: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

1 http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTURBANDEVELOPMENT/EXTDISMGMT/0,,menuPK:341021~pagePK:149018~piPK:149093~theSitePK:341015,00.html

Negara-negara berkembang menderita kerugian terbesar ketika terjadibencana - lebih dari 95 persen dari semua

kematian yang disebabkan oleh bencana terjadi di negara berkembang, dan kerugian akibat bencana alam adalah 20 kali lebih besar (sebagai persentase dari PDB) di negara-negara berkembang daripada di negara-negara industri 1

Page 6: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Solusi Untuk mengurangi dampak bencana dengan mengadopsi

strategi mitigasi bencana yang cocok. Terutama: meminimalkan potensi resiko bencana dengan mengembangkan

strategi peringatan dini menyiapkan dan melaksanakan rencana pembangunan untuk

memberikan ketahanan terhadap bencana tersebut, memobilisasi sumber daya termasuk komunikasi dan jasa

paramedis untuk membantu dalam rehabilitasi dan recoverypasca-bencana.

Manajemen bencana, di sisi lain meliputi: pra-bencana perencanaan, kesiapan, pemantauan kemampuan

bantuan manajemen termasukprediksi dan peringatan dini

penilaian kerusakan dan manajemen recovery

Page 7: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Musibah, Memahami dengan

keimanan

Page 8: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

DEFINISI Musibah adalah al-baliyyah (ujian) dan semua perkara yang dibenci oleh manusia.

Imam Ibnu Mandzur, dalam Lisân al-‘Arab menyatakan, bahwa musibah adalah al-

dahr (kemalangan, musibah, dan bencana) (Imam Ibnu Mandzur, Lisân al-‘Arab, juz 1,

hal. 535).

Menurut Imam al-Baidhawi, musibah adalah semua kemalangan yang dibenci dan

menimpa umat manusia. Ini didasarkan pada sabda Rasulullah Saw, “Setiap perkara

yang menyakiti manusia adalah musibah.” (Imam al-Baidhawi, Tafsir al-Baidhawi, juz 1,

hal. 431).

Kata musibah disebutkan di sepuluh ayat, dan semuanya bermakna kemalangan,

musibah, dan bencana yang dibenci manusia. Namun demikian, Allah SWT

memerintahkan kaum Muslim untuk menyakini, bahwa semua musibah itu datang

dari Allah SWT, dan atas ijinNya. Allah SWT berfirman:

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah;

dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepadanya

hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. al-Taghâbun [64]: 11).

Page 9: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Bala’ Secara literal, al-bala’ bermakna al-ikhtibar (ujian). Istilah bala’ sendiri digunakan

untuk menggambarkan ujian yang baik maupun yang buruk (Imam ar-Razi, Mukhtâr

al-Shihâh, hal. 65).

Dalam kitab al-Tibyân fi Tafsîr Gharîb al-Qur’an dinyatakan, bahwa bala’ itu memiliki

tiga bentuk; ni’mat (kenikmatan), ikhtibaar (cobaan atau ujian), dan makruuh (sesuatu

yang dibenci) (Syihâb al-Dîn Ahmad, al-Tibyân fi Tafsîr Gharîb al-Qur’an, juz 1, hal.

85). Di dalam al-Quran, kata bala’ disebutkan di enam tempat, dengan makna yang

berbeda-beda; (Qs. al-Baqarah [2]: 49; Qs. al-A’râf [7]: 141; Qs. al-Anfâl [8]: 17; Qs.

Ibrahim [14]: 6; Qs. ash-Shafât [37]: 106; Qs. ad-Dukhân [44]: 33). Ada yang bermakna

cobaan dan ujian yang dibenci manusia. Ada pula yang berarti kemenangan atau

kenikmatan (bala’ hasanan).

Page 10: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Bala’ dalam konteks ujian yang buruk, misalnya terdapat di dalam

firman Allah SWT berikut ini:

“Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar

dari Tuhanmu.” (Qs. al-Baqarah [2]: 49).

Ayat ini bercerita tentang diselamatkannya Bani Israil dari

penyembelihan dan kekejaman Fir’aun. Menurut Ali ash-Shabuni,

bala’ dalam ayat ini adalah al-mihnah wa al-ikhtibâr (ujian dan

cobaan) yang ditimpakan oleh Fir’aun kepada Bani Israil; yakni

penyembelihan anak laki-laki (Ali ash-Shabuni, Shafwât at-Tafâsîr,

juz 1, hal. 57).

Page 11: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Adapun bala’ dalam konteks ujian yang baik terdapat dalam firman Allah

SWT berikut ini:

“Maka sebenarnya, bukan kamu yang membunuh mereka. Akan tetapi

Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika

kamu melempar, tetapi Allahlah yang melempar. Allah berbuat demikian

untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada

orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik (bala’an hasanan).

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. al-Anfâl

[8]: 17).

Menurut Imam al-Baidhawi dalam Tafsir al-Baidhawi, kata bala’ pada ayat di

atas adalah kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang-orang beriman,

yang berujud, pertolongan Allah (al-nashr), al-ghanimah (harta rampasan

perang), dan al-musyahadah (mati syahid) (Imam al-Baidhawi, Tafsir al-

Baidhawi, juz 3, hal. 97).

Page 12: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Adzab Secara literal, ‘adzab adalah al-nakâl wa al-‘uqûbah (peringatan bagi yang lain, dan

siksaan [hukuman]) (Imam Ibnu Mandzur, Lisân al-‘Arab, juz 1, hal. 585). Al-nakâl

adalah peringatan yang berupa siksaan atau hukuman kepada yang lain. Kata al-‘adzab

biasanya digunakan pada konteks hukuman atau siksaan kelak di hari akhir. Allah

SWT berfirman:

“Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka

ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Qs. al-Baqarah [2]: 7).

“Sesungguhnya, orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat, Kami

sediakan bagi mereka adzab yang pedih.” (Qs. al-Isrâ’ [17]: 10), dan lain sebagainya.

Namun demikian, kata ‘adzab juga digunakan dalam konteks hukuman di kehidupan

dunia. Allah SWT berfirman:

“Tak ada suatu negeripun yang durhaka penduduknya, melainkan Kami

membinasakannya sebelum hari kiamat, atau Kami adzab (penduduknya) dengan

adzab yang keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab Lauh al-Mahfuudz.”

(Qs. al-Isrâ’ [17]: 58).

Page 13: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Menurut Ali ash-Shabuni, jika penduduk suatu kota ingkar atau bermaksiyat kepada

perintah Allah SWT, mendustakan Rasul-rasulNya, niscaya Allah akan menghancurkan

mereka, baik dengan kehancuran secara total (pemusnahan), maupun ditimpa dengan

hukuman yang amat keras (Ali ash-Shabuni, Shafwât at-Tafâsîr, juz 2, hal. 165).

Di ayat yang lain, Allah SWT berfirman:

“Sekiranya mereka tidak bercampur baur, tentulah Kami akan mengadzab orang-orang

kafir di antara mereka dengan adzab yang pedih.” (Qs. al-Fath [48]: 25).

Tatkala menafsirkan ayat ini, Ali ash-Shabuni mengatakan, “Seandainya orang-orang

kafir itu dipisahkan satu dengan yang lain, kemudian dipisahkan antara yang mukmin

dengan yang kafir, tentulah Allah akan mengadzab orang-orang kafir dengan adzab

yang sangat keras, berupa pembunuhan, penawanan, maupun pengusiran dari negeri

mereka-negeri mereka.” (Ali ash-Shabuni, Shafwât at-Tafâsîr, juz 3, hal. 48).

Page 14: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Keterangan ini diperkuat dengan firman Allah SWT yang lain, yakni:

“Dan jikalau tidaklah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap

mereka, benar-benar Allah mengadzab mereka di dunia. Dan bagi mereka di

akherat adzab neraka.” (Qs. al-Hasyr [59]: 3).

Ayat ini bercerita tentang pengusiran Bani Nadzir, sekaligus mengisahkan,

bahwa jikalau Allah SWT tidak menetapkan hukuman pengusiran terhadap

Bani Nadzir, niscaya mereka akan diadzab dengan pembunuhan (al-qatl).

Hukuman bagi mereka cukup dengan pengusiran, bukan pembunuhan

seperti halnya hukuman bagi Yahudi Bani Quraidzah.

Ayat di atas juga menunjukkan, bahwa ‘adzab tidak hanya berasal dari Allah

SWT saja, akan tetapi juga bersumber dari manusia sendiri, yakni berupa

hukuman atau sanksi di kehidupan dunia.

Page 15: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Penyebab Datangnya ‘AdzabAllah

Pada dasarnya, penyebab datangnya ‘adzab Allah SWT adalah kedzaliman,

kemaksiatan, dan kefasikan. Allah SWT telah menyatakan hal ini di beberapa

ayat; diantaranya adalah firman Allah SWT:

“Dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya

dalam keadaan melakukan kedzaliman.” (Qs. al-Qashash [28]: 59).

“maka tidak dibinasakan kecuali kaum yang fasik.” (Qs. al-Ahqâf [46]: 35).

“Kami telah membinasakan mereka, karena sesungguhnya mereka adalah

orang-orang yang berbuat dosa (al-mujrim).” (Qs. ad-Dukhân [44]: 37).

Ayat-ayat di atas menunjukkan, bahwa ‘adzab Allah hanya akan dijatuhkan

kepada penduduk negeri yang melakukan kedzaliman, kemaksiatan, dan

kefasikan. Dengan kata lain, ‘adzab Allah hanya akan dijatuhkan, tatkala

peringatan-peringatan Allah SWT melalui lisan RasulNya telah diabaikan dan

didustakan.

Page 16: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Akan tetapi, ada beberapa riwayat yang menunjukkan, bahwa ‘adzab Allah

bisa saja mengenai orang-orang mukmin tatkala mereka enggan mencegah

kemungkaran padahal mereka mampu melakukannya. Dari Adi bin Umairah

dituturkan, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan

akibat perbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka

melihat kemungkaran itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya,

akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila mereka melakukannya,

niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan kemungkaran tadi dan

semua orang secara menyeluruh.” [HR. Imam Ahmad].

Page 17: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

‘Adzab Akibat Pembesar-Pembesar Fasiq dan Dzalim

Jika pembesar-pembesar suatu negeri atau kota melakukan kemaksiatan

kedurhakaan, dan kedzaliman, niscaya Allah akan mengirimkan ‘adzab kepada

penduduk negeri tersebut. Al-Qur’an telah menyatakan hal ini dengan sangat jelas:

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada

orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah SWT), tetapi

mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku

terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu

sehancur-hancurnya.” (Qs. al-Isrâ’ [17]: 16).

Ibnu ‘Abbas tatkala menafsirkan ayat ini menyatakan:

“Maksud ayat ini adalah, jika Kami (Allah) telah memberikan kekuasaan kepada

pembesar-pembesar di sebuah kota, kemudian mereka berbuat maksiyat di

dalamnya, maka Allah SWT akan menghancurkan penduduk di negeri tersebut

dengan ‘adzab.” (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, juz 2, hal. 371).

Page 18: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Di ayat lain, Allah SWT telah mendiskripsikan kerusakan di darat dan laut

akibat perbuatan manusia. Allah SWT berfirman:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat

perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (Qs. ar-Rûm

[30]: 41).

Imam Baidhawi berkata, “Yang dimaksud dengan kerusakan (pada ayat

tersebut) adalah paceklik al-jadb), kebakaran yang merajalela,

ketenggelaman, hilangnya keberkahan, dan banyaknya kelaparan, akibat

kemaksiatan dan ulah perbuatan manusia.” (Imam al-Baidhawi, Tafsir al-

Baidhawi, juz 2, hal. 106).

Page 19: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Menurut Imam Ibnu Katsir, yang dimaksud kerusakan adalah berkurangnya

hasil-hasil pertanian dan buah-buahan karena kemaksiatan manusia. Sebab,

baiknya bumi dan langit tergantung dengan ketaatan (Mukhtasar Tafsir Ibnu

Katsir, hal. 57).

Kedzaliman penguasa, keengganan rakyat melakukan koreksi dan

muhasabah terhadap penguasa merupakan pemicu datangnya ‘adzab dari

Allah SWT.

Page 20: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

ada Musibah yg jauh lebih

besar

Page 21: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Kehilangan keimanan terhadap Allah SWT

"menempatkan Allah tiada berharga di belakang mereka" (Surat

Huud, 92) dan, dengan demikian, tidak pernah mengaku takut

kepada Allah. Karena mereka tidak bisa "membuat perkiraan yang

tepat perihal Allah", mereka tidak memikirkan Hari Hisab dan Hari

Pembalasan. Bagi mereka, neraka tidak lebih daripada pandangan

yang muncul di buku-buku keagamaan. Tak seorang pun dari

mereka yang berpikir bahwa mereka harus

mempertanggungjawabkan diri di hadapan Allah sesudah kematian

Page 22: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

"kerusakan terjadi di masyarakat-masyarakat yang tiada beriman kepada Allah’’

"Kalau engkau ikuti kebanyakan orang di bumi ini, merekaakan menyesatkan engkau dari jalan Allah." (Surat al-An'aam, 116)

Page 23: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Ujian, cermin keimanan

“Patutkah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan dengan

hanya berkata: “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji (dengan

sesuatu cobaan)? Dan sesungguhnya! Kami telah menguji orang-

orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang

demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang

sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahuiNya

tentang orang-orang yang berdusta.” Surah Al-Ankabut ayat 2-3.

Page 24: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Apakah kita percaya? “Adakah patut kamu menyangka bahwa kamu akan masuk syurga,

padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cobaan) seperti yang

telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu daripada kamu?

Mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan hartabenda) dan

serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh ancaman bahaya

musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman

yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?”

Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu

bersabar dan berpegang teguh kepada ugama Allah).” Surah Al-

Baqarah ayat 214.

Page 25: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Ada kemudahan selepas itu “Oleh itu, maka (tetapkanlah kepercayaanmu) bahwa sesungguhnya

tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan, (Sekali lagi ditegaskan):

bahwa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan.” Surah

Asy-Syarh ayat 5-6.

Dan lihatlah apa firman Allah SWT dalam surah sebelumnya: “Demi

waktu dhuha, Dan malam apabila ia sunyi-sepi, (Bahwa) Tuhanmu

tidak meninggalkanmu, dan Ia tidak benci (kepadamu, sebagaimana

yang dituduh oleh kaum musyrik)” Surah Ad-Dhuha ayat 1-3.

Page 26: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Manakah yg kita pilih?

Mereka yang mendirikan bangunannya atas dasar taqwa dan

keridhaan Allah ataukah yang mendirikan bangunannya di atas

tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh bersamanya ke dalam api

neraka? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka yang

zalim. (Surat at-Taubah, 109)

Page 27: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

“Dan sesungguhnya akan Kami (Allah) berikan cobaan (atau ujian)

kepada kamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan

harta, jiwa dan buah-buahan. Dan kabarkanlah berita gembira

kepada orang yang sabar. (yaitu) orang yang apabila ditimpa

musibah mereka mengucapkan “Inna Lillahi wa ilahi raji’un (yaitu

sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).

Mereka itulah orang yang mendapat keampunan dan rahmat dari

Tuhan mereka dan mereka itulah orang yang mendapat petunjuk.”

Namun siapakah yang benar-benar beriman?

Page 28: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

SolusiBenar, salah satu bentuk pembenahan diri adalah berusaha semaksimal mungkin

untuk menangkal bencana dan musibah dengan berbagai sarana dan prasarana; seperti;

Mendesain peta zonasi kerentanan,

Membuat master planning yang komprehensif,

Membangun sistem drainase yang baik,

Mendirikan tembok dan bendungan beton yang kokoh, dan lain sebagainya.

Namun, pembenahan harusnya tidak hanya berhenti pada aspek-aspek fisik

seperti ini saja, akan tetapi harus mencakup pula pembenahan spritual yang mampu

mengantarkan kepada ketaqwaan yang hakiki; yakni mentauhidkan Allah SWT dan

menjalankan seluruh syariatNya. Sebab, penyebab utama datangnya ‘adzab adalah

kemaksiatan, bukan semata-mata karena lemah maupun kurangnya sarana dan

prasarana fisik.

Page 29: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

• Ketaatan kepada Allah SWT merupakan kunci bagi perbaikan

bumi dan seisinya.

• Mukmin harus menyakini, bahwa seluruh musibah yang menimpa

dirinya berasal dari Allah SWT. Sebab, tidak ada satupun musibah

yang terjadi di muka bumi ini, kecuali atas Kehendak dan Ijin Allah

SWT. Akan tetapi, seorang mukmin juga wajib mengimani adanya

musibah-musibah yang disebabkan karena kemaksiatan yang

dilakukan oleh manusia.

Page 30: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

Sesungguhnya, musibah maupun ‘adzab yang ditimpakan Allah SWT kepada

manusia ditujukan agar mereka kembali mentauhidkan Allah SWT, dan

menjalankan seluruh syariatNya dalam kehidupan bernegara dan

bermasyarakat. Sayangnya, banyak orang memandang musibah sebagai

peristiwa dan fenomena alam biasa, bukan sebagai peringatan dan pelajaran

dari Allah SWT. Akibatnya, mereka tetap tidak mau berbenah dan

memperbaiki diri. Mereka tetap melakukan kemaksiatan dan menyia-nyiakan

syariat Allah SWT. Mereka lebih percaya kepada kekuatan ilmu dan teknologi

buatan manusia untuk menangkal bencana dan musibah, dari pada Kekuatan

dan Kekuasaan Allah SWT

Page 31: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

“Tiada seorang Muslim pun yang ditimpa sesuatu yang menyakitkan

berupa penyakit atau lainnya, melainkan karenanya Allah akan

menghapuskan keburukan-keburukannya sebagaimana pohon yang

menggugurkan daun-daunnya.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Page 32: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

(Mereka berdoa dengan berkata): Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau

mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami!

Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana

yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada

kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang

kami tidak terdaya memikulnya dan maafkanlah kesalahan kami, serta

ampunkanlah dosa kami dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah

Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan

terhadap kaum-kaum yang kafir.(2:286)

Page 33: Bencana -  tinjauan perspektif syariat dan akademik

الحمد هلل رّب العالمينوهللا أعلم

どうもありがとうございました