materi pneumonia elp 2

43
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab kebanyakan dari penderita ini sembuh, diperkirakan 5% diantaranya akan kematian keenam di Amerika Serikat. Sebelum antibiotik ditemukan, satu dari tiga orang yang menderita Pneumonia meninggal dunia karena penyakit infeksi ini. Di Amerika Serikat, lebih dari 3000 orang menderita Pneumonia setiap tahunnya, dan lebih kurang 1000 diantaranya harus mendapatkan perawatan yang intensif di rumah sakit, meskipun meninggal dunia karena penyakit ini. Di Indonesia, penyebab yang paling umum dari pneumonia adalah bakteri Streptococcus pneumoniae. Pada pneumonia ini, biasanya didapatkan suatu gejala tiba-tiba seperti menggigil, demam, dan produksi dari suatu sputum yang berwarna karat (pekat). Infeksi menyebar ke dalam darah pada 20%-30% dari 1

Upload: sevina-ramah-kiyut

Post on 26-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pneumonia

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab kebanyakan dari penderita ini sembuh, diperkirakan 5% diantaranya akan kematian keenam di Amerika Serikat. Sebelum antibiotik ditemukan, satu dari tiga orang yang menderita Pneumonia meninggal dunia karena penyakit infeksi ini. Di Amerika Serikat, lebih dari 3000 orang menderita Pneumonia setiap tahunnya, dan lebih kurang 1000 diantaranya harus mendapatkan perawatan yang intensif di rumah sakit, meskipun meninggal dunia karena penyakit ini. Di Indonesia, penyebab yang paling umum dari pneumonia adalah bakteri Streptococcus pneumoniae. Pada pneumonia ini, biasanya didapatkan suatu gejala tiba-tiba seperti menggigil, demam, dan produksi dari suatu sputum yang berwarna karat (pekat). Infeksi menyebar ke dalam darah pada 20%-30% dari kasus, dan jika ini terjadi 20%-30% dari pasien-pasien ini meninggal dunia.

Munculnya organisme nosokomial, yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme-organisme baru (seperti Legionella), pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan penyebab pneumonia. Jadi dapat disimpulkan bahwa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok. Pneumonia pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu. Pasien peminum alkohol, pasca bedah dan penderita penyakit pernapasan kronik atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini. Hampir 60% dari pasien-pasien yang kritis di ICU dapat menderita pneumonia, dan setengah dari pasien-pasien tersebut meninggal.1.2 Rumusan masalah

1. Apa definisi pneumonia?2. Apa jenis pneumonia?3. Bagaimana etiologi pneumonia?4. Bagaimana patifisiologi pneumonia?5. Bagaimana manifestasi klinis pneumonia?6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pneumonia?7. Apa saja komplikasi dan prognosis pneumonia?8. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien penderita pneumonia?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien penderita pneumonia?1.3 Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah pembelajaran keperawatan respirasi II diharapkann mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan pneumonia pada pasien dewasa dan lansia secara komprehensif (biologis, psikologis, sosiologis, spiritual).

2. Tujuan khusus1. Mampu menjelaskan pengertian pneumonia.2. Mampu menjelaskan jenis pneumonia.

3. Mampu menjelaskan etiologi pneumonia.4. Mampu menjelaskan patifisiologi pneumonia.5. Mampu menjelaskan manifestasi klinis pneumonia.6. Mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik pneumonia.7. Mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis pneumonia.8. Mampu menjelaskan penatalaksanaan mengatasi pneumonia.9. Mampu membuat asuhan keperawatan pada klien penderita pneumonia.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian PneumoniaPneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (Irman,2007). Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. Secara umum pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), namun pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi (Darmanto, 2007). Sedangkan parenkim paru yang disebabkan oleh penyebab selain mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi) sering disebut sebagai pneumonitis. Penyakit ini lebih sering muncul pada perokok, alkoholik, dan pria dibanding wanita. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. Istilah lain yang menggambarkan pneumonia adalah hemoragik, fibrinous, dan necrotizing.2.2 Jenis-Jenis Pneumonia 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:

a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)Pneumonia yang didapat di masyarakat. Suatu infeksi akut parenkim paru yang sesuai dengan gejala infeksi akut, diikuti dengan infltrat pada foto toraks, auskultasi sesuai dengan pneumonia. Pasien tidak pernah dirawat atau berada di fasilitas kesehatan lebih dari 14 hari sebelum timbul gejala.b. Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia)

Pneumonia yang terjadi pada saat penderita dirawat di rumah sakit, yang infeksinya tidak timbul atau tidak dalam masa inkubasi pada waktu, dan biasanya terjadi 72 jam setelah masuk rumah sakit. c. Pneumonia aspirasiPneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang bersal dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita.d. Pneumonia pada penderita immunocompromised (imunitas lemah)

Adalah kondisi abnormal dimana kemampuan seseorang untuk melawan infeksi menurun.

2. Berdasarkan kuman penyebab:

a. Pneumonia bacterial (tipikal) Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa kuman mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza.b. Pneumonia atipikal

Ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus. Disebabkan oleh bakteri mycoplasma, legionella, dan chlamydia.

c. Pneumonia virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan ini masuk ke dalam tingkatan berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.

d. Pneumonia jamur

Merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).3. Berdasarkan predileksi infeksi:

a. Pneumonia lobaris

Merupakan infeksi yang hanya melibatkan lobus tunggal, atau bagian dari paru-paru. Lobar pneumonia sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, meskipun Klebsiella pneumoniae juga dimungkinkan.b. Pneumonia bronchialDimulai di bronkiolus terminal, yang menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen itu membentuk bercak konsolidasi di dekat lobulus, juga disebut pneumonia lobular.

c. Pneumonia interstitial

Proses inflamasi lebih atau kurang terbatas dengan dinding alveolar (interstitium) dan jaringan peribronchial dan interlobular.

d. Pneumonia bronkopneumoniaPneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri.2.3 Etiologi pneumoniaJenis pneumoniaEtiologiFaktor resiko

Sindroma topikal Streptococcus pneumonia tanpa pe-nyulit

Streptococcus pneumonia dengan pe-nyulit Sikle cell disease

Hipogammaglobulinemia

Multipel mieloma

Sindroma atripik Haemophilus influenzae.

Staphilococcus aureus.

Myocoplasma pneumonia

Virus pathogen Anak-anak

Dewasa muda

Aspirasi Aspirasi basil gram negatif, klebsiella, pseudomona, enterobacter, escherechia proteus, basil gram positif. Stafilococcus aspirasi asam lambung Alkoholisme debilitas Perawatan (misal infeksi nosokomial) Gangguan kesadaran

Hematogen Terjadi bila kuman patogen menyebar ke paru-paru melalui aliran darah, seperti pada kuman stafilococcus, E.coli, anaerob enterik. Kateter IV yang terinfeksi Endokarditis Drug abuse Abses intraabdomen Pielonefritis Empiema kandung kemih

2.4 Patofisiologi pneumonia

Gambar. WOC Pneumonia Virus

Gambar. WOC Mikoplasma pneumonia

Gambar. WOC Pneumonia BakteriGejala dari infeksi pneumonia disebabkan invansi pada paru-paru oleh mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan lendir(mukus) tersebut keluar. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonialisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel sistem pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.2.5 Manifestasi klinis pneumoniaGejala pneumonia hampir sama untuk semua jenis pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri:1. Peningkatan frekuensi napas yang bermakna.

2. Demam dan menggigil akibat proses inflamasi dan batuk yang sering kali produktif, purulen, dan terjadi sepanjang hari.

3. Nyeri dada akibat iritasi pleura. Nyeri mungkin meluas atau menjalar ke area abdomen.

4. Bunyi crakle, bunyi paru tambahan ketika jalan napas terbuka tiba-tiba, merupakan indikasi adanya infeksi jalan napas bawah.

5. Bunyi mengi, terdengar ketika udara masuk ke orifisium atau lubang yang sempit, sehingga menyumbat aliran udara.

6. Keletihan akibat reaksi inflamasi dan hipoksia, apabila infeksinya serius.

7. Nyeri pleura akibat proses inflamasi dan pleura.

8. Hemoptisis, yaitu batuk darah yang terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler, atau akibat reaksi inflamasi yang menyebabkan kerusakan kapiler.Tanda dan gejala umum pneumonia virus antara lain:

a. Bervariasi mulai dari demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk parah, dan pingsan.

b. Batuk tidak produktif atau produktif dengan sputum berwarna putih.

c. Suara nafas tambahan yang berbunyi halus.

Tanda dan gejala umum pneumonia mikoplasma antara lain:

a. Awitan atau insidensi tersembunyi.

b. Demam, menggigil, malaise, sakit kepala, dan gatal-gatal.

c. Batuk berat, rhinitis, dan sakit tenggorok.

d. Batuk berkembang dari tidak produktif menjadi produktif dengan sputum seromukoid yang kemudian menjadi mukopurulen, atau mengandung darah.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Pneumonia

1. Foto rontgen dada (chest x-ray): teridentifikasi penyebaran, misalnya lobus, bronchial; dapat juga menunjukkan abses/ infiltrat, empisema. penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial), atau penyebaran ekstensif nodus infiltrasi (sering kali viral); pada pneumonia mycoplasma, gambaran foto rontgen dada mungkin bersih.

2. ABGs/Pulse Oximetry, bergantung pada luasnya kerusakan paru.

3. Kultur sputum dan darah/gram stain, didapatkan dengan needle biopsy, transtracheal aspiration, fiberoptic bronchoscopy atau biopsi paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Akan didapatkan lebih dari satu jenis kuman, seperti Diplococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, A hemolitic streptococcus, dan Haemophilus influenza.4. Hidung darah lengkap/complete blood count (CBC): leukositosis biasanya timbul , meskipun nilai SDP rendah pada infeksi virus.

5. Tes Serologik: untuk membedakan diagnosis organisme secara spesifik.

6. Laju Endap Darah (LED): meningkat

7. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan saluran udara meningkat, daya recoil menurun, dan akhirnya dapat terjadi hipoksemia.

8. Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah.

9. Bilirubin: mungkin meningkat.

2.7 Komplikasi PneumoniaMacam-macam komplikasi penyakit pneumonia,di antaranya :1. Abses paru

Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulen berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses infeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small abscesses) dinamakan necrotising pneumonia atau infeksi paru.2. Efusi pleura

Efusi pleura terjadi ketika penumpukan kelebihan cairan dan dahak pada lapisan dinding dada, alveolus dan ruang-ruang diantaranya.Ini adalah komplikasi umum yang muncul dari pneumonia.3. Gagal nafas

Suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.

4. Perikarditis

Perikarditis adalah pembengkakan dan iritasi pada pericardium, kantung-tipis seperti membran yang mengelilingi hati. Pericarditis sering menyebabkan nyeri dada dan kadang-kadang gejala lainnya. Bila timbul gejala secara bertahap atau tetap, kondisi ini dianggap kronis.Nyeri dada tajam yang terkait dengan perikarditis terjadi karena peradangan atau iritasi akibat dua lapisan perikardium bergeser.

5. Meningitis

Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, atau pasilan yang menyebar dalam darah kecairan otak.

6. AtelektasisAtelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus atau bronkiolus) atau akibat pernapasan yang sangat dangkal.

7. Syok sepsis

Disaat tubuh berusaha melawan infeksi tersebut, maka daerah kantung-kantung udara dalam paru-paru tersebut menjadi terisi cairan dan nanah (sel-sel inflamasi tubuh). Di saat kantung-kantung udara terisi oleh nanah menyebabkan oksigen tidak dapat terserap dengan baik sehingga sel-sel tubuh secara otomatis tidak dapat bekerja dengan baik.8. HipotensiHipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah atau turun dibawah angka normal hingga mencapai 90/60 mmHg dimana nilai normal tekanan darah seseorang pada orang sehat secara umum berkisar 120/80 mmHg.9. Dehidrasi

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Prognosis pada penyakit pneumonia adalah jika penyebabnya mikoplasma, maka kebanyakan penderita akan memberikan respons yang baik terhadap pemberian antibiotik, meskipun terdapat kemungkinan kecil terjadinya kekambuhan jika antibiotik diberikan dalam waktu yang sangat pendek (kurang dari 2 minggu). Dengan pemberian antibiotika yang tepat. dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Jika penyebabya adalah legionella, akan terjadi penyakit yang berat, terutama pada usia lanjut dan penderita penyakit menahun serta penderita gangguan sistem kekebalan.

10. Kegagalan pernapasan hipoksemiaKomplikasi lain dari pneumonia yang parah kegagalan pernapasan hipoksemia. Kondisi ini terjadi ketika ada peradangan darah pada dinding paru-paru menyebabkan aliran udara menutup atau menyempitkan darah dan aliran udara. Pengobatan awal adalah untuk mengurangi peradangan. Hal ini dilakukan dengan antibiotik untuk menghilangkan infeksi dan thoracentesis untuk menghapus cairan untuk meringankan tekanan udara dan aliran kembali.11. Kegagalan ventilasiDalam beberapa kasus pneumonia, pasien mungkin tidak dapat bernapas dengan adekuat. Sebuah ventilator harus ditempatkan pada pasien sehingga mereka dapat bernapas dengan benar dan mengisi aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh.12. EndokarditisBakteriemia yang timbul sebagai suatu penyulit dari pneumonia dapat merusak katup jantung, korda-tendinea serta otot papilaris jantung dan menyebabkan endokarditis. 2.8 Prognosis PneumoniaPada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA ) angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan peningkatan risiko kelas. Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999 adalah 21%, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 -35%.

Jika penyebabnya mikoplasma atau klamidia, maka kebanyakan penderita akan memberikan respons yang baik terhadap pemberian antibiotik, meskipun terdapat kemungkinan kecil terjadinya kekambuhan jika antibiotik diberikan dalam waktu yang sangat pendek (kurang dari 2 minggu). Jika penyebabnya adalah legionella, akan terjadi penyakit yang berat, terutama pada usia usia lanjut dan penderita penyakit menahun serta penderita gangguan sistem kekebalan. Ditemukan angka kematian yang cukup tinggi. Pada pneumonia dilaporkan pula adanya infeksi atypical mycobacterium seperti species: Mycobacterium.fortuitum. Dilaporkan pada kasus pasien pria yang nonimmunocompromised yang berkembang secara eksogen menjadi lipoid pneumonia dengan komplikasi infeksi M.fortuitum.2.9 Penatalaksanaan2.9.1 Penatalaksanaan FarmakologisRawat inap sejak dini dapat digunakan untuk memantau dengan cermat hari-hari pertama untuk meyakinkan bahwa infeksi berespons terhadap terapi dan bahwa fungsi paru tidak semakin memburuk. Sebagian besar kasus pneumonia dewasa disebabkan oleh pneumokokus, mikoplasma, atau klamidia, terapi eritomisin adalah pilihan logis pada kasus nonkomplikata. Dosis yang biasa adalah 500 sampai 1000 mg setiap 6 jam, dan obat ini dapat diberikan secara intravena, paling tidak pada awal terapi. Analog eritromisin yang lebih baru juga dapat digunakan. Pneumonia dapat dicegah dengan menggunakan vaksin dan kemoprofilaksis karena penyakit ini sering menyebabkan kematian pada penderita yang mempunyai risiko tinggi, dan juga menimbulkan biaya tinggi dalam ekonomi kesehatan. Pemberian obat antibiotik tidak mengeradikasi kuman, dan mikroorganisme ini masih ada pada sekret sistem pernapasan sampai beberapa bulan setelah pengobatan. Pemberian amatidine sebagai pengobatan untuk mengurangi gejala (simtomatik) pada pneumonia yang disebabkan oleh virus hasilnya sangat efektif.2.9.2 Penatalaksanaan Non Farmakologis

a. Membantu klien dengan teknik-teknik napas dalam, batuk, dan pernafasan.Penyakit pernapasan kronis sering ditandai oleh sekresi pernapasan yang sangat banyak. Sekresi tersebut harus dikeluarkan untuk mencegah atelaktasis dan komplikasi lainnya seperti pneumonia. Napas dalam membuka kembali jalan napas yang kecil ini, dan batuk memudahkan pembuangan sekresi pernapasan.b. Melakukan fisioterapi dada.

Klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi, seperti pneumonia membutuhkan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. Pada teknik postural drainase, klien dibaringkan dalam berbagai posisi spesifik untuk memudahkan drainase mucus dan sekresi dari bidang paru. Gaya gravitasi digunakan untuk meningkatkan drainase sekresi.c. Pemberian oksigen dapat dilakukan melalui masker wajah standar, masker nonbreathing, dan kanula nasal.

Saat saturasi oksigen klien lebih rendah dari normal, pemberian oksigen diindikasikan. Oksigen suplemental juga diindikasikan ketika kebutuhan oksigen klien meningkat, terutama ketika pasokan fisiologi mengalami gangguan. Untuk menghindari efek pengeringan, oksigen biasanya dilembabkan sebelum diberikan pada klien.

2.10 Asuhan Keperawatan pada Klien Penderita Pneumonia2.10.1 Pengkajian1. IdentitasPada orang dewasa secara primer sering terjadi pneumonia lobaris dan paling sering disebabkan oleh bakteri (yang tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneucoccus). Pneumonia sering kali menjadi infeksi terakhir (sekunder) pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit tertentu. Nama Klien, Umur, Suku/Bangsa, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat. Perlu diperhatikan juga tempat tinggal/lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar dengan keluhan utama sesak nafas.2. Riwayat Penyakit SekarangKeluhan utama yang sering timbul pada penyakit pneumonia adalah adanya awitan yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam 40o C, nyeri pleuritik, batuk, sputum berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru.

3. Riwayat Penyakit DahuluPneumonia sering timbul setelah infeksi saluran napas atas (infeksi pada hidung dan tenggororkan). Resiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat alkoholik, post operasi, infeksi pernapasan, dan kklien dengan imunosupresi (kelemahan pada system ini). Hamper 60% dari klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia dan 50% separuhnya akan meninggal.

4. Observasi dan Pemeriksaan Fisika. B1 (Breathing)1. Subyektif: Inspeksi: retraksi otot-otot aksesori, sianosis sentral, gerakan dada terbatas.

Palpasi: penurunan ekspansi pada area dada yang sakit, peningkatan fremitus taktil.

Perkusi: pekak

Auskultasi: bunyi napas bronkhial, inspirasi krakles, penurunan fremitus vokal (efusi pleura), konsolidasi.

2. Obyektif: Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif atau non-produktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.b. B2 (Blood)1. Subyektif: Sakit kepala2. Obyektif: Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun.c. B3 (Brain)1. Subyektif: Gelisah, penurunan kesadaran, kejang.2. Obyektif: GCS menurun, refleks menurun atau normal, letargi.d. B4 (Bladder)1. Subyektif: - 2. Obyektif: Produksi urine menurun atau normale. B5 (Bowel)1. Subyektif: Mual, kadang muntah.2. Obyektif: Konsistensi feses normal atau diare.f. B6 (Bone)Subyektif: Lemah, cepat lelah.Obyektif: Tonus otot menurun, nyeri otot atau normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan. Kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan.5. Pemeriksaan Penunjanga. Hb: Menurun atau normal.b. Analisa Gas Darah: Asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat atau normal.c. Elektrolit: Natrium atau kalsium menurun atau normal.2.10.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

No.Diagnosis KeperawatanPerencanaan

TujuanIntervensiRasional

1.

Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan:

Inflamasi trakeobronkial, pembentukan udema, dan peningkatan produksi sputum;

Pleuritic painDitandai dengan:

Perubahan jumlah, kedalaman napas;

Suara napas abnormal, penggunaan otot napas tambahan;

Dispnea, sianosis;

Batuk dengan atau tanpa produksi sputumJalan napas bersih dam efektif setelah 5 hari perawatan, dengan kriteria:

Secara verbal tidak ada keluhan sesak;

Suara napas normal (vesikular);

Sianosis (-);

Batuk (-);

Jumlah napas dalam batas normal sesuai usia

Mandiri:a. Elevasi kepala, sering ubah posisi.

b. Bantu klien dalam melakukan latihan napas dalam. Demonstrasikan/ bantu klien belajar untuk batuk, misal menahan dada dan batuk efektif pada saat posisi tegak lurus.

c. Lakukan suction atas indikasi

d. Berikan air hangat.

Mandiri:

e. Berikan pengobatan atas indikasi, misalnya mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, dan analgesik.

f. Berikan cairan suplemen misal IV, humidifikasi oksigen.

g. Berikan Foto Rontgen dada, ABGs, Pulse Oximetry.

Diafragma lebih rendah akan membantu dalam meningkatkan ekspansi dada, pengisian udara, mobilisasi, dan ekspektorasi dari sekresi.

Napas dalam akan memfasilitasi ekspansi maksimum paru-paru/saluran udara kecil. Batuk merupakan mekanisme pembersihan diri normal, dibantu silia untuk memelihara kepatenan saluran udara.

Menahan dada akan membantu untuk mengurangi ketidaknyamanan, dan posisi tegak lurus akan memberikan tekanan lebih untuk batuk.

Stimulasi batuk atau pembersihan saluran napas nsecara mekanis pada klien yang tidak dapat melakukannnya dikarenakan ketidakefektifan batuk atau penurunan kesadaran.

Memobilisasi dan mengekspektorasi secret.

Membantu mengurangi bronkospasme dengan mobilisasi dari secret. Analgesic diberikan untuk mengurangi rasa tidak nyaman ketika klien melakukan usaha batuk, tetapi harus digunakan sesuai penyebabnya.

Cairan diberikan untuk mengganti kehilangan (termasuk insensible/IWL) dan membantu mobilisasi secret.Untuk mengetahui kemajuan dan efek dari proses penyakit serta memfasilitasi kebutuhan untuk perubahan terapi.

2.Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan:

Perubahan membran alveolar (efek inflamasi);

Gangguan pengangkutan oksigen dalam darah (demam, perubahan kurva oksihemoglobin).

Ditandai dengan:

Dispnea;

Takikardia;

Restlestness/ perubahan kesadaran;

Hipoksia.

Pertukaran gas dapat teratasi setelah 5 hari perawatan dengan kriteria:

Keluhan dispnea berkurang

Denyut nadi dalam rentang normal dan irama reguler;

Kesadaran penuh;

Hasil nilai analisis gas darah dalam batas normal.Mandiri:

a. Monitor denyut/irama jantung.

b. Monitor suhu tubuh atas indikasi. Lakukan tindakan mengurangi demam dan menggigil, misal ganti posisi, suhu bruangan yang nyaman, kompres (tepid or cool water sponge).c. Pertahankan bedrest. Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas diversi (hiburan).

d. Elevasi kepala dan anjurkan perubahan, posisi napas dalam, dan batuk efektif.

e. Observasi kondisi yang memburuk, catat adanya hipotensi, sputum berdarah, pallor, sianosis, perubahan dalam tingkat kesadaran, dispnea berat, dan kelemahan.

Kolaborasi:

f. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan, misal nasal prong, masker.

g. Monitor ABGs, pulse oksimetry

Takikardi biasanya timbul sebagai hasil dari demam/dehidrasi tetapi dapat juga sebagai respons terhadap hipoksemia.

Demam tinggi (biasanya pada pneumonia bakteri dan influenza) akan meningkatkan kebutuhan metabolic dan konsumsi oksigen serta mengubah oksigenasi selular.

Mencegah kelelahan dan mengurangi konsumsi oksigen untuk memfasilitasi resolusi infeksi.

Tindakan ini akan meningkatkan inspirasi maksimal, mempermudah ekspektorasi dari secret untuk meningkatkan ventilasi.

Syok dan edema pulmonary merupakan penyebab yang sering menyebabkan kematian pada pneumonia, oleh karena itu memerlukan intervensi secepatnya.

Pemberian terapi oksigen untuk memelihara PaO2 diatas 60 mmHg, oksigen yang diberikan sesuai dengan toleransi dari klien.

Untuk mengikuti kemajuan penyakit dan memfasilitasi perubahan dalam terapi oksigen.

3.Resiko tinggi penyebaran infeksi pada pasien dan orang lain yang berhubungan dengan:

Tidak adekuatnya meknisme pertahanan tubuh primer (penurunan aktivitas silia, secret, stasis di saluran napas);

Tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh sekunder (infeksi, imunosupresi), penyakit kronis, malnutrisi.Infeksi tidak terjadi selama perawatn dengan kriteria:

Tidak munculnya tanda-tanda infeksi skunder.

Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan untuk menghindari infeksi.Mandiri:

a. Demonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar.

b. Batasi pengunjung atas indikasi.

c. Lakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan individual.

Kolaborasi:

d. Berikan obat antimikroba atas indikasi sebagai hasil dari pemeriksaan kultur sputum / darah , misalnya Penicilin, Erithromycin, Tetracycline, Amikacine, CepahalosporinsMengurangi paparan dengan organisme patogen lain.

Isolasi mungkin mencegah penyebaran / memproteksi klien dari proses infeksi lainnya seperti penggunaan masker dan sarung tangan.Memfasilitasi proses penyembuhan dan meningkatkan pertahanan tubuh alami.

Kombinasi dari antiviral dan antifungial mungkin digunakan ketika pneumonia diakibatkan oleh organisme campuran.

4.Nyeri akut yang berhubungan dengan:

Inflamasi pada parenkim paru;

Reaksi selular untuk mengeluarkan toksin;

Batuk persisten.

Ditandai dengan

Pleuritic chest pain;

Sakit kepala, nyeri otot / sendi;

Menahan area yang nyeri;

Perilaku distraksi, kelemahan.Nyeri teratasi setelah 5 hari perawatan dengan kriteria:

Laporan secara verbal nyeri dada berkurang;

Skala nyeri menurun;

Wajah rileks;

Klien dapat beristirahat tanpa terganggu rasa nyeri.Mandiri:

a. Berikan tindakan untuk kenyamanan, misal back rubs, perubahan posisi, musik lembut, latihan relaksasi / napas.

b. Instruksikan dan bantu klien untuk melakukan teknik menahan dada selama batuk.

Kolaborasi:

c. Berikan analgesik dan antitusif atas indikasi.Nonanalgesik tindakan dengan sentuhan akan meringankan ketidaknyamanan dan memberikan efek terapi analgesik.

Membantu mengontrol ketidaknyamanan pada dada dengan meningkatkan pelaksaan batuk efektif.

Obat-obat ini digunakan untuk menekan batuk nonproduktif / paroksimal atau merduksi mukus yang berlebihan, meningkatkan kenyamanan secara umum.

5.Resiko tinggi kurang volume cairan yang berhubungan dengan:

Kehilangan cairan yang banyak (demam, diaphoresis, pernapasan mulut / hiperventilasi, vomiting);

Penurunan intake oralMendemonstrasi-kan keseimbangan:

Cairan dengan tanda-tanda normal, misal membrane mukosa lembap, turgor baik, tanda vital stabil, pengisian kapiler (capillary refill) cepat kembali.Mandiri:

a. Catat dan laporkan adanya nausea / vomiting.

b. Monitor intake dan output, catat warna, karakter dari urine.

Kolaborasi:

c. Berikan pengobatan atas indikasi misal antipiretik, antiemetik.

d. Berikan cairan tambahan melalui IV atas kebutuhan.Adanya tanda tersebut dapat menyebabkan berkurangnya intake oral.

Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan untuk penggantian.

Berguna dalam mengurangi kehilangan cairan.

Sering terjadinya kekurangan intake / kehilangan berlebihan, gunakan cara parenteral untuk mengoreksi / mencegah defisiensi.

2.11 Lampiran Kurva

Gambar. Disosiasi Hemoglobin

BAB 3PENUTUP

3.1 KesimpulanPneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Gejala yang lain pada Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.3.2 SaranDengan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah dan mengembangkan referensi tentang penyakit pneumonia dalam melakukan study di fakultas keperawatan serta bagi perawat diharapkan juga menangani dan menanggulangi penyakit pneumonia pada kliennya.DAFTAR PUSTAKAAlsagaff, Hood dan M. Jusuf Wibisono. 2004. Buku - Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran Universitas Airlangga. Halaman 134-141.Aziz. 2003. Metode Penelitian Keperawatan dan Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.Djojodibroto, R.D. 2007. Respirologi. Jakarta: EGC. Halaman 142.

Gede, Niluh, dkk. 2002. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.

Kuncara H.Y. 2003. Aplikasi Klinis Patofisiologi Edisi 2. Jakarta: EGC. Halaman 101-106.

Leveno, K. J., Gary, C.,dkk. 2009. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Halaman 570.

Mitchell, Kumar dan Fausto Abbas. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit edisi 7. Jakarta: EGC. Halaman 446-451.Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: AsuhanKeperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 67-70.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 81-88.MK: Gangguan pola nafas

MK: Bersihan jalan nafas tidak efektif

MK: Gangguan pemenuhan nutrisi

Produksi sputum meningkat

Sputum bau dan kental

O2 ke vena alveolar kapiler terhambat

Kerusakan jaringan paru

Hipoksemia

Anoreksia

Terbentuknya eksudat dalam alveoli

Tirah baring lama

nyeri

Suhu tubuh meningkat

Peradangan alveolus(parenkim paru)

virus

Aspirasi

MK: Risiko tinggi kekurangan cairan

Ekstrapasasi cairain sirosa ke dalam alveoli

Inhalasi

Eksudat

MK: Intoleransi aktivitas

Inflamasi Infiltrat interstitial

Menurunnya antibodi terhadap mikoplasma

Masuknya Mikoplasma Pneumonia

Droplet pernapasan yang terinfeksi

Inhalasi

Kontak dari individu ke individu

Fatigue

Hipoksia

Penurunan suplay O2 dalam darah

MK: Gangguan Pertukaran Gas

Gangguan difusi gas

Menyebar ke seluruh saluran pernapasan termasuk bronkiolus

Inhalasi mikroba dengan jalan:

Melalui udara

Aspirasi organisme dari nasofaring

Hematogen

Nyeri dada

Panas dan demam

Anoreksia pausea vomit

Reaksi inflamasi hebat

Membran paru-paru meradang dan berlubang

Nyeri Pleuritis

Red Blood Count (RBO), White Blood Count (WBC), dan cairan keluar masuk ke alveoli

Sekresi, edema, dan prochospasme

Hipoksemiaa

Daerah paru menjadi padat (konsolidasi)

Kapasitas difusi menurun

Luas permukaan membran respirasi

Dispanea

Sianosis

Batuk

Partial oclusi

Penurunan ratio ventilasi-perfusi

28