materi kuliah hukum pidana
DESCRIPTION
hukum pidanaTRANSCRIPT
Fakultas HukumUPN “Veteran” Jakarta
2012
1
I. DEFINISIMoelyatno :Hukum Pidana : bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :1.Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut;2.Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana telah diancamkan;3.Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
2
Van Hattum : suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan yang diikuti oleh negara atau suatu masyarakat hukum lainnya, di antara mereka itu sebagai pemelihara dari ketertiban hukum umum telah melarang dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat melanggar hukum dan yang telah mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan-peraturannya dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa hukuman. WLG Lemaire : terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan-keharusan dan larangan-larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan suatu sanksi berupa hukuman, yaitu suatu penderitaan yang bersifat khusus.
3
4
ILMU HUKUM PIDANA
Ilmu Hukum Pidana mempelajari asas-asas (beginselen) yang menjadi dasar peraturan hukum pidana yang berlaku (hukum positif) serta mencari hubungan antara asas yang satu dengan asas yang lainnya, untuk selanjutnya menyusun peraturan dan asas-asas dalam suatu sistem, agar dapat difahami apa saja yang menjadi maksud peraturan hukum yang berlaku itu
Hukum PidanaKeseluruhan norma-norma hukum yang mengatur perbuatan apa yang dilarang dan sanksi apa yang diancamkan atas larangan tersebut.
5
Penggolongan Hukum PidanaHukum Pidana dalam arti Obyektif (Ius Poenali) sejumlah
peraturan yang mengandung larangan-larangan atau keharusan-keharusan di mana terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana.
Hukum Pidana dalam arti Subyektif (Ius Poenendi) yakni :a. Hak dari negara dan alat-alat kekuasaan untuk
menghukum, yakni hak yang telah mereka peroleh dariperaturan-peraturan yang telahditentukan oleh hukum pidana dalam arti obyektif.
b. Hak dari negara untuk mengaitkan pelangaran terhadap
peraturan-peraturannya dengan hukuman.
6
Penggolongan lainHukum Pidana umum (KUHP) dan Hukum
Pidana Khusus (OBYEK: KORUPSI, TERORISME, MONEY LOUNDERING, NARKOTIKA, TPE, TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG)
(SUBYEK: HUKUM PIDANA MILITER)
Hukum Pidana Materiil/Substantif dan Hukum Pidana Formil/HP ajektif, Hukum Acara Pidana
Hukum Pidana Lokal/Komunal, Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Internasional.
7
FUNGSI HUKUM PIDANA
a. Melindungi kepentinganhukum dari perbuatan yang menyerang atau memperkosanya;
b. Memberikan dasar legitimasi bagi negara dalam rangka menjalankan fungsi kepentingan hukum yang dilindungi,
c. Fungsi mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi.
8
Sumber Hukum PidanaUndang-undang (KUHP)Pasal 1 (1)Tiada suatu perbuatan dapat dipidana
kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan. (asas legalitas)
(2)Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundang-undangan, dipakai aturan yang paling ringan bagi terdakwa. (terpidana)
9
Sumber Hukum PidanaUndang-undang- Merubah-Menambah KUHP.Misalnya UU No 1 Tahun 1946 : Peraturan Hukum PidanaPerpu No 16/1960 : beberapa perubahan dalam KUHP.Perpu No 18/1960 : Perubahan jumlah denda dalam KUHP. penpres No 2/1964 : tata cara pelaksanaan pidana mati yang dijatuhkan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum dan militerdll
10
Subyek Hukum Pidana Manusia (dalam arti natuurlijke persoon bukan
rechtspersoon)BUKTI : Dimulai dengan kata-kata “Barang siapa” (hij die). Ketentuan dalam Pasal 10 KUHP, Pertanggung jawaban didasarkan kepada
kesalahan (Schuld).Dengan demikian, badan (korporasi) bukan subyek
hukum. Kecuali dalam Hukum Pidana Khusus.
11
2. Norma dan SanksiNorma = pedoman tentang bagaimana
seharusnya bertingkah laku dalam hidup.Sanksi adalah reaksi atas pelanggaran
norma.
Hukum pidana tidak menciptakan norma (di bidang hukum lain) akan tetapi memberikan sanksi atas pelanggaran norma dengan sanksi yang bersifat khusus
12
Ultimum RemidiumUltimum = terakhirRemidium = sarana
Hukum Pidana (sanksi) baru digunakan apabila jenis sanksi dalam hukum lain tidak efektif lagi dikenakan terhadap pelanggar hukum.
• Sanksi keperdataan• Sanksi administrasi• Sanksi pidana.
13
Blanco Straf BepalingKetentuan pidana blankoArtinya sanksi pidana telah ada lebih dahulu,
sementara normanya baru akan ditentukan kemudian.
Dkl, suatu ketentuan pidana telah menyebut hukuman (sanksi) atas pelanggaran suatu kaidah yang belum ada dan baru kemudian akan ditentukan oleh pemerintah.
o Pasal 122 KUHP14
3. Sejarah KUHPBerasal dari Wetboek van Strafrecht (Wvs)
Belanda yang diberlakukan sesuai dengan asas konkordansi demi menghindarkan kekosongan hukum (rechtsvacuum). Code penal (Prancis) PS II AP UUD1945,transitoir recht.
Dengan penambahan, perubahan dan penyesuaian.
Strafrecht = hukum tentang hukuman
15
Sistematika KUHPBuku I : Ketentuan/Aturan UmumBuku II: Kejahatan (Misdrijven)Buku III : Pelanggaran (overtredingen)
Buku ke I berlaku terhadap buku ke II dan III dan ketentuan lain diluar KUHP sepanjang tidak ditentukan lain.
16
Jenis-jenis HukumanPasal 10 KUHPHukuman pokok
1. hukuman mati,2. hukuman Penjara,3. hukuman kurungan4 denda
Hukuman tambahan :1.Pencabutan hak-hak tertentu,2.Perampasan barang-barang tertentu3.Pengumuman putusan hakim
17
Isi pokokAsas Legalitas (Ps 1 (1), (2))Berlakunya Hukum Pidana (waktu & tempat) Ps 2 - 9Hukuman Ps 10 - 43Alasan penghapus Peringan &Pemberat hukuman (Ps 44 – 52)Percobaan (poging) Pasal 53Penyertaan (deelneming) Pasal 55Perbarengan (samenloop) Pasal 63Delik aduan (klachdelict)Ne bis in idem (Pasal 76)Terdakwa meninggal dunia (Pasal 77)Daluwarsa menuntut & menjalankan pidana (Pasal 78)
18
4. Hukum Pidana & Kriminologi
Kriminologi : Mempelajari sebab-sebab kejahatan dan upaya penanggulangannya.
WA Bonger : IP yang menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.
Soeryono Soekanto : IP tentang Kejahataan,Penjahat dan reaksi sosial atas kejahatan dan penjahat.
John E Conklin, Criminology focuses on behavior that violates the criminal law and seeks explanation for that behavior.
19
Lanjutan Hukum pidana merupakan disiplin normatifKriminologi disiplin sosial
Ancaman hukumanSebab-sebab kejahatan
Penerapan hukumPembaharuan hukum
20
Penggolongan Kriminologi
Teoritis Praktis Mempelajari asal usul
kejahatan: etiologi kriminilMazhab Italia : Mazhab
Antropologis (C Lombroso)Mazhab Prancis
Sosiologi/lingkungan (Lacassagne, Gabriel Tarde)
Mazhab Bio-Sosiologis : kompromis (Enrico Ferry)
Melakukan upaya penanggulngan kejahatan politik kriminil, kebijakan kriminal
Respon terhadap pelanngar hukumformalInformalNon formal
21
Manfaat kriminologiMenyelidiki, mengapa norma hukum pidana
itu dilanggar, dan bagaimana upaya menanggulanginya
Bahan kajian Ilmu hukum pidana tentang ius constituendum
22
Determinisme dan Indeterminisme
Determinisme Indeterminisme Manusia tidak
berkehendak bebas. Kehendak manusia
untuk melakukan sesuatu karena disebabkan oleh berbagai faktor (internal/eksternal)
Tidak ada pertanggungjawaban
Manusia berkehendak merdeka oleh karena itu mereka harus menerima hukuman jika melakukan kesalahan
23
5. Teori-teori PidanaTeori
Absolut/PembalasanTeori Relatif/Tujuan
Berkembang di abad 18
Tujuan HP : Pembalasan (Vergelding)
Immanuel Kant, WF Hegel, Julius Stahl
Abad 19 – 20
Mempertahankan ketertiban masyarakat
Teori pencegahanPrevensi khususPrevensi umum
Deterrent effect24
Teori Gabungan (abad 20)Gabungan teori Pembalasan dan Teori TujuanKarena :
Teori Absolut (Pembalasan)• Dapat menimbulkan ketidak adilan (het recht van talio) =
nyawa di balas nyawa• Mengapa hanya negara yang berhak melakukannyaTeori Relatif :• Untuk menakut-nakuti, • Penjahat cenderung dimanjakan• Sukar dicapai dalam praktek.
UU No 12/1995 : Pemasyarakatan
25
6. Tindak Pidana
StrafbaarfietMoelyatno : Perbuatan PidanaKarni/van Schravendijk : Perbuatan yang boleh
dihukumTirta Amidjaya : Pelanggaran PidanaUtrecht : Peristiwa PidanaSatochid Kartanegara dan Perundang-
undangan :Tindak pidana.
Kesepakan : Delik (Delict) 26
Definisi Simons : suatu perbuatan manusia yang bertentangan
dengan hukum diancam dengan pidana oleh UU,perbuatan mana dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggung jawabkan atau dapat dipersalahkan kepada si pembuat
unsur-unsur :1. Harus ada perbuatan manusia2. Perbuatan manusia itu bertentangan dengan hukum3. Perbuatan itu dilarang oleh UU dan diancam dengan
pidana4. Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat
dipertanggung jawabkan5. Perbuatan itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
si pembuat
27
Definisi lainMoelyatno : perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
Pandangan Dualisme terhadap Delik:Memisahkan antara perbuatan pidana dengan
pertanggungjawaban pidana.Perbuatan pidana hanya menunjuk kepada
sifat perbuatan saja yang dilarang oleh UU
28
Tindak pidana (lanjutan)Menunjuk kepada perbuatan aktif
(berbuat)akan tetapi juga
Perbuatan pasif yakni tidak berbuat (melalaikan) karena :
1.Undang-undang, Pasal 522, 164 KUHP2.Jabatan3.perjanjian
29
Lanjutan Tiap-tiap tindak pidana :1.Melanggar kepentingan hukum2.Membahayakan kepentingan hukum
Bahaya (Gevaar)Bahaya yang abstrak (inabstracto) Pasal 160Bahaya yang konkret (inconcreto) Pasal 177
30
Cara merumuskan TPa. Dengan merumuskan unsur tindak
pidana,menyebutkan nama (kualifikasi) dan ancaman hukuman (Ps 362, 338, 368. 369, 372, 378, 406 KUHP).
b. Hanya merumuskan unsur-unsurnya saja (Pasal 160, 220, 242, 281, 341,386).
c. Merumuskan kualifikasi saja (Pasal 351)
31
MACAM-MACAM TINDAK PIDANA1. Sistem KUHP : Kejahatan dan Pelanggaran2. Cara merumuskan : TP materiil dan TP Formil3. Bentuk kesalahan : TP Sengaja dan TP Kealpaan4. Perbuatan :Aktif (commissie) dan Pasif (Ommissie)5. Waktu : Seketika dan Terus menerus6. Sumber :TP Umum dan TP Khusus7. Subyek : TP Communa dan TP Propia8. Tindak pidana biasa dan TP Aduan9. Tindak Pidana dalam bentuk Pokok (eenvoudige) dan TP
yang diperberat (gequalificeerde) dan TP yang diperingan (Geprevilegeerde)
32
Penggolongan Delik
33
Delik FormilDelik Materiil
Delik TunggalDelik Berangkai
Delik TunggalDelik Berangkai
Delik UsaiDelik Berlanjut
Delik SederhanaDelik PemberatanDelik Peringanan
Delik ComisiDelik Ommissie
Delik ComisiDelik Ommissie
PEMBAGIAN JENIS DELIK MENURUT IP dan DOKTRIN
Delik PolitikDelik Biasa
Delik DolusDelik Culpa
Delik Berdiri SendiriDelik Berlanjut
Delik AduanDelik Biasa
Delik UmumDelik Khusus
Urgensi PembedaanNo Pengaturan Kejahatan Pelanggaran
1 Ancaman hukuman Lebih berat Lebih ringan
2 Kesalahan Menjadi Unsur tidak
3 Percobaan Dihukum Tidak dihukum
4 Pembantuan Dihukum Tidak dihukum
5 Gabungan Serapan Kumulasi
6 Delik Aduan v -
7 Daluwarsa Ps 78 (1) (2)
8 Pelaksanaan hukuman Ps 84 (2) -
9 Kejahatan Ringan Ps 302, 352, 364,373, 379,407, 482
-
10 Penyelesai di luar sidang - v34
Unsur Delik
Unsur Obyektif Unsur Subyektif
Unsur yang terdapat dari luar diri pelakuSuatu tindakanSuatu akibatkeadaan
Unsur yang terdapat dari dalam diri pelaku :Toerekeningsvatbaarheid (kemampuan bertanggung jawab)Schuld (kesalahan)
35
Tempat & Waktu TPTempat Waktu
Untuk menentukan hukum pidana mana yang berlaku.
Menentukan kompetensi relatif pengadilan
Pasal 1 (1)Ps 45, 46, 47, 292, 293Ps 79 (daluwarsa)
36
Commissie dan ommissie delicten
Commisie delict Ommissie delict
Teori perbuatan materiilTeori alatTeori akibatTeori Banyak Tempat
Tempat di mana sso seharusnya melakukan perbuatan
Tempat di mana sso yang diharuskan melakukan perbuatan berada.
37
38
TEMPAT DAN WAKTU TINDAK PIDANA
WAKTU TINDAK PIDANATEMPAT TINDAK PIDANA
MENIMBULKAN AJARAN/TEORI
TEORI PERBUATAN
MATERIIL
TEORI TENTANG ALAT
TEORI AKIBAT TEORI BANYAK TEMPAT
39
(1)MELAWAN HUKUM FORMIL= Bertentangan dengan Undang=undang
1. Lindenbaum-Cohen Arrest2. De Zutfense Jeffrow Arrest (1919)
(2)MELAWAN HUKUM MATERIIL= Bertentangan dengan Kepatutan/norma Sosial pada umumnya
(3)MELAWAN HUKUM MATERIIL DENGAN FUNGSI NEGATIF Huizen Veet Arrest
40
KUHP menggunakan beberapa istilah antara lain :“tanpa hak” Pasal 303, 548)“melampaui batas wewenang” Pasal 430“tanpa izin”Pasal 496
41
8. KESALAHAN(SCHULD)
(1)= ToerekenningsVaatbaarheid(kemampuan ber-tanggung jawab
(2)=Kesalahan dalam Hukum Pidana(Opzet/Schuld)
(3)= ToerekenbaarheidTidak ada alasan menghapuskan pertanggungjawaban pidana/Schuld
(1)Opzet
•Opzet als oogmerk•Opzet bijzakerheid bewustzijn (Thomas van Bremerheven)•Opzet bijmogelijkheid bewustzijn (Hornse Taart Arrest)
(2)Schuld/Culpa
•Culpa Lata•Culpa Levissima
42
KAUSALITASUntuk menentukan siapa yang bertanggung
jawab terhadap timbulnya suatu akibat(Strafrechtelijke aanspraakelijkeheid)
Von Buri : Semua sebab adalah syarat untuk terjadinya akibat = Condition Sine Qua Non/ Teori Akuivalensi
Van Hamel : harus didampingi dengan ajaran tentang Kesalahan (Schuldleer)
Traeger
Individualiserende Theorie : dipilih
salah satu perbuatan yang dapat dianggap sebagai sebab
dari akibat
Generaliserende Theorye : Individualiserende Theorie /Teori Adequat : mana yang seimbang dengan akibat
43
9. Penafsiran Hukum Pidana
1. Tafsiran Resmi (otentik) Ps 86-101
2. Tafsiran tata bahasa
3. Tafsiran Logis
4. Tafsiran sejaraha. Hukumb. Undang-undang
6. Tafsiran secara meluas (ekstensif)
7. Tafsiran secara analogi
8. Tafsiran menyempit (restriktif)
9. Tafsir menurut tujuan
10. Tafsir secara perbandingan
5. Penalaran kebalikan
44
10. Asas Legalitas
“Nullum delictum, nulla poena sine previa lege poenali” (Anselm von Feuerbach, (1801)
1. Nulla poena sine lege, tiada kejahatan tanpa UU2. Nula poena sine crimine, tiada hukuman tanpa kejahatan3. Nullum crimen sine poena legali, tiada kejahatan tanpa
ada ancaman hukuman yang ditetapkan lebih dahulu
Sebagai perlindungan yang pokok terhadap rakyat, karena didasarkan atas pengertian dari sistem hukum dan keadilan itu mengharuskan hukum pidana setegas dan sepasti mungkin agar orang mengetahui sebelumnya klasifikasi perbuatan mana yang bersifat perbuatan pidana
Kasus Jean Callas
“General preventions theoriedes psychologischen Zwages”
45
Pasal 1(1)Tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan(2)Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundang-undangan, dipakai aturan yang paling ringan bagi terdakwa.
Asas Pokok dalam Ps 1 (1)1.Harus bersumber dari undang-undang (formil)2.Tidak boleh berlaku surut (non retroaktif)3.Tidak boleh ditafsirkan secara analogi
1. Peraturan Hukum Pidana tidak boleh berlaku surut,2. Harus ada peraturan lebih dahulu,3. Harus ditentukan dengan peraturan umum4. Ditafsirkan secara tegas (tidak boleh analogi
G W Paton
46
Pasal 1 ayat (2)
a. Sesudah perbuatan dilakukan, ada perubahan dalam Per-uu-an,b. Dipakai aturan yang paling meringankan/menguntungkan terdakwa
1. Perubahan undang-undang hukum pidana saja (formeele opvatting),2. Perubahan undang-undang di luar KUHP, yang terkait (materiele
opvatting)3. Perubahan dalam perasaan keyakinan/kesadaran pembentuk undang-
undnag.4. Perubahan perasaan hukum maupun perubahan perubahan karena
waktu
47
Berlakunya KUHP
Asas territorialitasPs 2,3 dan 4
Asas Nasionalitas Aktif
Ps 5, 6 dan 7
Asas Nasionalitas Pasif
Ps 4, 8 dan 7
Asas UniversalitasPs 4 (2) dan (4)
Asas UniversalitasPs 4 (2) dan (4)
11. Pidana dan PemidanaanHukum PenitensierSistem Hukuman dan Sistem TindakanSistem Hukuman (Pasal 10 KUHP, Hukuman
Pokok dan Hukuman Tambahan)Variasi : Voorwardelijke Invrijheid Stelling
(Pembebasan Bersyarat),Voorwardelijke Verordeling (Penghukuman
Bersyarat)
48
49
12. Alasan Penghapus Pidana (strafsuitsluiting grond)(1)KUHP
1. Umum (Ps 44-51)2. Khusus (Ps
161,221,31093) 367 (1)
(2) M v T1.Inwindige oorzaken ontoerekenbaarheid (Ps 44)2.Uitwindige oorzaken van ontoerekenbaarheid (Ps 48-51)
(3) Doktrin1.Schulduitsluitingsgrond (Ps 44, 48, 49 (1)2.Rechtsvaardigingsgrond (Ps 49 (2),50, 51
50
13. Percobaan (Poging)
Syarat :1.Niat 2.Permulaan pelaksanaan3.Tidak selesai karena sebab di luar kehendaknya
Dihukum karena :1.Pelaku mempunyai niat jahat (subyektif) 2.Membahayakan kepentingan hukum (obyektif)
Penghukuman :1.Dikurangi sepertiga2.Dalam hal diancam dg pidana mati, atau seumur hidup =15 tahun
Tidak selesai karena :1.Obyek : (mutlak) mau mencuri ternyata brankas kosong (relatif) menembak ternyata kebal2. Alat : (mutlak) menembak dengan pistok kosong (relatif) dosisnya rendah
a. Putatief delik : kekeliruan unsur TP
b. Percobaan dengan kualifikasic. Percobaan terhalangd. Percobaan yang selesai
(voltoid)
Penghukuman :1.Dikurangi sepertiga2.Dalam hal diancam dg pidana mati, atau seumur hidup =15 tahun3.Hukuman tambahan sama dengan delik selesai
Penghukuman :1.Dikurangi sepertiga2.Dalam hal diancam dg pidana mati, atau seumur hidup =15 tahun3.Hukuman tambahan sama dengan delik selesai
51
1. Pelaku : Dader/Mede dader (yang memenuhi unsur (Simons)
14. Penyertaan (Deelneming aan Strafbaarfeit)
a. Pelaku
2. Menyuruh (Doen Pleger) : menggerakkan orang lain yang tidak dapat dipertanggung jawabkan3. Pelaku peserta (Mede Pleger) : bersama-sama dengan pelaku tidak memenuhi unsur (Noyon)
4. Pembujuk (Uitlokker) dengan daya upaya, janji-janji, hadiah
b. Pembantu : 1. membantu pada saat kejahatan 2. memberi kesempatan, daya upaya atau keterangan
Dikurangi 1/3
Berta
ng
gu
ng
jaw
ab
p
en
uh
Mislukte uitlokking (Ps 163 bis)
Pasal 103 KUHPKetentuan-ketentuan dalam Bab sampai
dengan Bab VIII buku ini berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain.
52
53
Hukuman
Pokok1.Hukuman Mati,2.Hukuman Penjara3.Hukuman kurungan4.denda
Tindakan Pengembalian kepada orang
tuaTindakn lain (di luar KUHP)
Tambahan 1.Pencabutan hak2 tertentu (Ps 35(1),2.Perampasan brg2 t3 (Ps 39)3.Pengumuman keputusan hakim
54
1. Pidana Tambahan hanya dapat ditetapkan/dijatuhkan bersama-sama dengan pidana pokok,
2. Pidana tambahan bersifat fakultatif,3. Pidana tambahan hanya dijatuhkan dalam hal
undang-undang secara tegas menyebutkannya,4. Khusus untuk pidana tambahan pencabutan hak-
hak tertentu, pidana itu mulai berlaku pada hari keputusan hakim dpat dijalankan (Ps 38 ayat (2))
55
PENCABUTAN HAK-HAK TERTENTU (Ps 35 (1)1.Hak menjabat segala jabatan tertentu,2.Hak masuk Angkatan Bersenjata,3.Hak pilih (aktif/pasif)4.Hak jadi penasehat, wali, wali pengawas, kurator,5.Kuasa bapak dst6.Hak melakukan pekerjaan tertentu
PERAMPASAN BARANG-BARANG TERTENTU (Ps 39)Barang kepunyaan terpidana yang : -Diporeleh dari kejahatan (“barang yang terhadap mana kejahatan dilakukan”)-Yang sengaja dipakai untuk melakukan kejahatan (“barang yang dengan mana kejahatan dilakukan”)
Pencabutan Hak dan Perampasan Barang
56
Sumber hukumUndang-undangKebiasaanTraktatYurisprudensidoktrin
57
PenyelidikanPenyidikan
KUHAP (Hukum Acara Pidana/HP Formil)Penyidik adalah polisi atau PPNS
58
Penyimpangan thd asas legalitas
Undang-undang HAM UU No 26 tahun 2000Undang-undang terorisme UU No15Tahun
200312 oktober 2002 bom bali.Perpu 16 oktober 2002 Perpu No 1/2002,terorismePerpu no 2 tahun 2002DPR paling lambat 1 tahun (ps 22 UUD).UU No 15/2003,UU No 16 tahun 2003
59
Peristiwa tg Priok 1984Way Jepara 1983G 30S PKIPERISTIWA 1997/1998
KKR (KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI) ISLAH
KEKUASAAN
60
Hukum pidana yang tidak terdapat di KUHP : HP Khusus.
HP Administratif/HP Pemerintahan, hukum pidana yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas tertentu.
UU Perkawinan, Agraria, Perpajakan, Penyelundupan, hak cipta, lalu lintas, perdagangan, UU ITE dll
61
Hukuman percobaan, dalam hal pidana penjara maximum 1 th, 2x dari pidana
Pembebasan bersyarat jika terpidana telah menjalani 2/3 masa hukuman,berkelakuan baik.
Tahanan kotaTahanan di rutanTahanan rumah
62
Locus en tempus delicti
63