kuliah hukum pidana

86

Upload: said-helaby

Post on 24-Jun-2015

995 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: KULIAH HUKUM PIDANA
Page 2: KULIAH HUKUM PIDANA

POKOK BAHASAN MAKUL: HUKUM POKOK BAHASAN MAKUL: HUKUM PIDANAPIDANA

1. Pendahuluan: a. pengertian Hukum Pidana b. Fungsi Hukum Pidana c. Ilmu Hukum Pidana d. Sumber Hukum Pidana2. Asas –Asas Berlakunya Hukum Pidana a. asas legalitas (berlakunya menurut waktu) b. asas berlakunya Hk. Pidana menurut tempat;3. Tindak Pidana (TP) a. Pengertian TP; b. Unsur-Unsur TP; c. Jenis TP; Subjek TP.; Kausalitas; d. Sifat melawan hukum

Page 3: KULIAH HUKUM PIDANA

Pengertian Hukum Pidana: Pengertian Hukum Pidana: aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu perbuatanaturan hukum yang mengikatkan kepada suatu perbuatanyang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yangyang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang

berupa pidana ( Mezger – Sudarto)berupa pidana ( Mezger – Sudarto)

Unsur: perbuatan yang

Memenuhi syarat-syarat

Tertentu= perbuatan

Jahat, crime, perbuatan

Yang dilarang. Yang di-

Lakukan oleh seseorang

Unsur: pidana, yaitu

Penderitaan yang se-

Ngaja dibebankan kpd.

Orang yang melakukan

Perbuatan yang meme-

Nuhi syarat-syarat

Tertentu tsb. Berupa :

Pidana dan atau Tindakan

Page 4: KULIAH HUKUM PIDANA

Ada 2 Pengertian Hukum PidanaAda 2 Pengertian Hukum Pidana

1. Ius Poenale:Sama dengan di atas

2. Ius Puniendi: Dalam arti luas: hak dari negara atau alat-alat perleng-\Kapan negara untuk mengenakan atau mengancamPidana terhadap perbuatan tertentuDalam arti sempit: hak untuk menuntut perkara-perkaraPidana menjatuhkan pidana, hak melaksanakan pidana,Yaitu hak-hak yang dimiliki oleh badan-badan peradilan.2

Page 5: KULIAH HUKUM PIDANA

Jenis-jenis Hukum PidanaJenis-jenis Hukum Pidana

1. Hukum Pidana Materiel;

2. Hukum Pidana Formiel;

3. Hukum pidana umum dan hukum pidana khusus;

4. Hukum pidana yang dikodifikasikan;

5. Hukum pidana tak dikodifikasikan;

6. Hukum pidana internasional, nasional, lokal;

7. Hukum pidana tertulis dan hukum pidana tak tertulis.

Page 6: KULIAH HUKUM PIDANA

FUNGSI HUKUM PIDANAFUNGSI HUKUM PIDANA

1. Fungsi Hukum Pidana yang Umum:sama seperti fungsi hukum lainnya, mengatur

hidup kemasyarakatan atau menyelenggarakan tata dalam masyarakat.

Hukum pidana mengatur perilaku lahir, bukan dalam batin.

Hukum pidana mengatur masyarakat secara patut dan bermanfaat, sehingga hukum pidana dapat menyelenggarakan masyarakat yang tata tentrem kerta rahardja.

Page 7: KULIAH HUKUM PIDANA

Sambungan:Sambungan:

2. Fungsi Hukum Pidana yang Khusus: melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya dengan sanksi yang berupa pidana, yg. sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi dalam bidang hk. lain. Kepentingan hukum= benda-benda hk. Sanksi pidana= mati, penjara, kurungan, denda.

Page 8: KULIAH HUKUM PIDANA

Sambungan fungsi hk. pidanaSambungan fungsi hk. pidana

3. Theorie des psychischen zwanges

(ajaran fungsi paksaan psikhis);

4. Fungsi subsider; fungsi Ultimum reme-

dium;

5. Fungsi hukum pidana sebagai “pedang

bermata dua” yang “sebagai mengiris

dagingnya sendiri”.

Page 9: KULIAH HUKUM PIDANA

Ilmu Hukum Pidana dan KriminologiIlmu Hukum Pidana dan Kriminologi

1. Ilmu Hukum pidana

objeknya : Ilmu tentang Hukum yang berlaku.

mempelajari norma-norma (aturan-aturan hk.),

Tujuan mempelajari hukum pidana: agar su-

paya petugas-petugas hukum dapat menerap-

kan aturan hukum pidana secara tepat dan

adil. Pidana sebagai hal yang tidak enak maka

tidak boleh menjatuhkan pidana secara sem-

barangan, perlu ada pembatasan.

Page 10: KULIAH HUKUM PIDANA

Tugas Ilmu Hukum Pidana:Tugas Ilmu Hukum Pidana:

1. Menganalisis dan menyusun secara sistematis

2. Mencari asas-asas yang menjadi dasar dari

peraturan undang2 pidana;

3. Memberi penilaian terhadap asas-asas itu sen-

diri, apakah asas itu sesuai dengan nilai bang-

sa yang bersangkutan;

4. Menilai apakah peraturan hukum pidana ma-

sih sesuai dengan asas-asas tadi.

Page 11: KULIAH HUKUM PIDANA

KriminologiKriminologi

1. Mempelajari kejahatan sebagai fenomena ma-

syarakat, mempelajari sebab-sebab terjadinya

kejahatan;

2. Mempelajari bagaimana pemberantasan keja-

hatan;

3. Arti kejahatan di sini adalah perbuatan yang

bertentangan dengan tata yang ada dalam ma-

syarakat, jadi tidak saja kejahatan yang telah

ditentukan dalam UU sebagai kejahatan/delik,

juga kejahatan yang benar-benar terjadi.

Page 12: KULIAH HUKUM PIDANA

Sumber-sumber Hukum PidanaSumber-sumber Hukum Pidana

1. Sumber Hukum Pidama Tertulis:a. KUHP ( WvS) – UU No. 1 / 1946 jo.

UU No. 73 / 1958; b. MvT; c. Peraturan-peraturan Pidana di luar KUHP.2. Sumber Hukum Pidana yang tidak tertulis. a. Hukum pidana adat b. Muncul dalam asas kesalahan.

Page 13: KULIAH HUKUM PIDANA

Pembaharuan KUHP (WvS) Pembaharuan KUHP (WvS) Antara lain dengan UU:Antara lain dengan UU:

1. UU No. 1 /1946;

2. UU No.20/ 1946;

3. UU No. 73 / 1958;

4. UU no. 1/ 1960;

5. Perpu No. 16/ 1960;

6. Perpu No. 18 / 1960;

7.UU No. 1 PNPS 1965;

8. UU No. 7 / 1974;

9. UU No. 4 / 1976;

10. UU No. 3 / 1997

Page 14: KULIAH HUKUM PIDANA

Bagian Umum dan bagian Khusus KUHPBagian Umum dan bagian Khusus KUHP

1.Buku I KUHP sebagai bagian umum: artinya Buku I KUHP berlaku bagi seluruh lapangan hukum pidana ( dalam KUHP dan di luar KUHP), kecuali ada ketentuan di luar KUHP yang menentukan lain. Dasarnya Pasal 103 KUHP ( sebagai Pasal jembatan). Jadi ketentuan tentang:

- percobaan, penyertaan, daluarsa, daya paksa, pembelaan terpaksa/darurat, berlaku juga bagi uu di luar KUHP.

2. Buku II dan III KUHP sebagai bagian khusus, tentang Kejahatan dan Pelanggaran

Page 15: KULIAH HUKUM PIDANA

Dasar hukum berlakunya Hukum Pidana Dasar hukum berlakunya Hukum Pidana AdatAdat

1. Hukum pidana adat untuk beberapa daerah masih harus diperhitungkan.

2. Dasar hukum berlakunya Hk pidana adat:- Pasal 131 I.S. jo. Algemene Bepalingen van Wetgeving

- UUD Sementara 1950 juga mengatur; - UU Darurat No. 1 / 1951, pada Pasal 5

ayat (3) sub b, untuk daerah swapraja dan orang-orang yang diadili oleh Pengadilan Adat.

Page 16: KULIAH HUKUM PIDANA

Ketentuan Pidana Adat dalam UU Darurat Ketentuan Pidana Adat dalam UU Darurat no. 1/1951no. 1/1951

1. Dipidana maksimal 3 bulan penjara dan/denda Rp 500,- sebagai hukuman pengganti

2. Bila oleh hakim dirasa kurang adil maka dapat dipidana penjara mak. 10 th.

1. Maka hakim akan memidana dengan Pasal KUHP yang paling mirip dengan perbuatan tersebut.

2. Contoh kejahatan kesusilaan dan zinah.

Tindak pidana adat

Yang tidak ada Bandingnya/tidak mirip

Dalam KUHP

Yang mirip/ hampir Sama dengan KUHP

Page 17: KULIAH HUKUM PIDANA

ASAS-ASAS BERLAKUNYA HUKUM PIDANA ASAS-ASAS BERLAKUNYA HUKUM PIDANA MENURUT WAKTU MENURUT WAKTU (ASAS LEGALITAS)(ASAS LEGALITAS)

Diatur dalam Pasal 1ayat (1) KUHP

Tindak pidana harus Dirumuskan dalam sSuatu peraturan UU

Konsekuensinya:1. Hukum tidak tertulis tidak berkekuatan untuk diterapkan2. Larangan Analogi

Peraturan undang-undangHarus ada sebelum terja-Dinya tindak pidana(lex temporis delictie)

Peraturan undang-undang pidana tidak Boleh retro- aktif (berlaku surut).Untuk : 1. menjamin kebebasan individu;2. Adanya ajaran paksaan psikhis3. Tidak berlaku surut dapat diterobos oleh pembentuk uu ( hak pembentuk uu)

Page 18: KULIAH HUKUM PIDANA

Mengapa ada larangan analogi dalam hukum Mengapa ada larangan analogi dalam hukum pidanapidana

Analogi memperluas suatuPeraturan

Pelarangan sudah ada Dengan adanya ketentuanPasal 1 ayat (1) KUHP

Analogi memberi kesempatanTindakan sewenang-wenang Penguasa.

Tokoh yang melarang Analogi: Simons, Van Hattum

Tokoh yang memboleh-Kan analogi: PompeJonkers, TaverneDengan alasan analogiSama dengan penaf-Siran ekstensif.

Page 19: KULIAH HUKUM PIDANA

Macam-macam penafsiranMacam-macam penafsiran

1. Penafsiran menurut tata bahasa2. Penafsiran sistematis 3. Penafsiran sejarah4. Penafsiran otentik5. Penafsiran ekstensif / 6. Penafsiran teleologis7. Penafsiran futuristik

Page 20: KULIAH HUKUM PIDANA

4. FUNGSI ASAS LEGALITAS 4. FUNGSI ASAS LEGALITAS

((NICO KEIJZERNICO KEIJZER))

1. Fungsi asas legalitas berhubungan dengan sifat hukum pidana untuk melindungi rakyat terhadap kekuasaan pemerintah.

2. Fungsi asas legalitas:

a. fungsi melindungi

b. fungsi instrumental

Page 21: KULIAH HUKUM PIDANA

5. 5. ADA 7 ASPEK ASAS LEGALITAS ADA 7 ASPEK ASAS LEGALITAS MENURUT NICO KEIJZERMENURUT NICO KEIJZER

1. Tidak dapat dipidana, kecuali menurut uu2. Tidak ada penerapan uu pidana secara analogis;3. Tidak dapat dipidana hanya berdasar kebiasaan;4. Tidak ada kekuatan surut dari ketentuan pidana;5. Tidak ada pidana lain,kecuali ditentukan dalam

UU6. Penuntutan pidana hanya menurut cara yang

ditentukan dalam UU;7. Lex certa (uu pidana harus dirumuskan secermat

mungkin, harus membatasi wewenang pemerintah terhadap rakyat.

Page 22: KULIAH HUKUM PIDANA

PENGECUALIAN:PENGECUALIAN:boleh retroaktif, apabila :boleh retroaktif, apabila :

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 2 KUHP:

“jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahanDalam perundang-undangan, maka dipakai aturan Yang paling ringan bagi terdakwa”.

Di Inggris, yangDiterapkan adalah

Uu pada waktuDelik dilakukan

Di Swedia, yangDiterapkan adalah

Uu yang baru

Page 23: KULIAH HUKUM PIDANA

Kapan dikatakan ada perubahan ?Kapan dikatakan ada perubahan ?1. Menurut Ajaran Formiel: “ada perubahan

apabila ada perubahan teks dari undang-undang pidana.

2. Menurut ajaran Materiel Terbatas: “ada peru-

bahan apabila ada perubahan keyakinan dalam hukum pidana;

3. Menurut ajaran Materiel tak terbatas:” setiap

perubahan dalam perundang-undangan digu-

nakan untuk keuntungan terdakwa.

4. Perubahan perundang-undangan tidak berlaku

bagi ketentuan yang sifatnya sementara.

Page 24: KULIAH HUKUM PIDANA

Kapan peraturan dikatakan Kapan peraturan dikatakan menguntungkan terdakwa?menguntungkan terdakwa?

1.Menguntungkan dilihat tentang pidananya

( jenis pidana dan tinggi rendahnya jumlah

sanksi pidana);

2.Menguntungkan dilihat pula dari segala

sesuatu yang mempunyai pengaruh ter-

hadap penilaian tindak pidana in concreto.

Page 25: KULIAH HUKUM PIDANA

Asas- Asas Ruang Lingkup berlakunya Asas- Asas Ruang Lingkup berlakunya Hukum Pidana menurut tempat Hukum Pidana menurut tempat

Asas ini membahas masalah tentang “ dimana saja hukum pidana Indonesia dapat diberlakukan ?

• Asas Teritorial;

• Asas Personalitas;

• Asas Perlindungan;

• Asas Universal.

Page 26: KULIAH HUKUM PIDANA

1. Asas Teritorial1. Asas Teritorial

a. Dasar Ketentuan: Pasal 2 KUHP “ aturan pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan suatu tindak pidana di wilayah Indonesia”.b. Setiap Orang:

1) WNI, 2) WNAc. Wilayah Indonesia: 1) Darat; 2) Laut; 3) Udara; 4) kapal laut

Indonesia; 5) kapal udara Indonesia.

Page 27: KULIAH HUKUM PIDANA

Asas teritorial dalam RUU KUHPAsas teritorial dalam RUU KUHP

Pasal 3 RUU:

“Ketentuan pidana Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan :

a. t.p. di wilayah Negara RI;

b. T.p. dalam kapal atau pesawat undara RI

c. T.p. di bidang teknologi informasi yang akibatnya dirasakan atau terjadi di wilayah Indonesia dan dalam kapal atau pesawat udara RI.

Page 28: KULIAH HUKUM PIDANA

4. Asas Universal4. Asas Universal

1. Hukum pidana berlaku:

a. siapa saja

b. di dalam atau diluar negeri;

c. melakukan TP yang menyangkut ke-

pentingan internasional

2. Masalah Locus delicti

a. Ajaran perbuatan Materiel

b. Teori Instrumen (bekerjanya alat)

c. Teori akibat.

Page 29: KULIAH HUKUM PIDANA

2. 2. Asas PersonalitasAsas Personalitas(Nasional Aktif)(Nasional Aktif)

a. Pengertian : Pasal 5 KUHP “ aturan hukum pidana Indonesia berlaku bagi setiap warga negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar negeri”.b. Tindak pidana tersebut: keamanan nega- ra; martabat presiden; penghasutan, bigami dan

perampokan; dan t.p. sebagai kejahatan, yang di negara asing diancam pidana.

c. Setiap WNI, yang melakukan TP tersebut, di luar negeri, maka berlaku KUHP Indonesia.

d. Tidak boleh dijatuhi pidana mati, jika di negara asing tidak diancam pidana mati.

Page 30: KULIAH HUKUM PIDANA

Asas PersonalitasAsas Personalitas(Nasional Aktif) dalam RUU KUHP(Nasional Aktif) dalam RUU KUHP

Sama dengan di atas, hanya ada ketentuan:

“Ketentuan asas personalitas ini tidak berlaku untuk tindak pidana yang hanya diancam dengan denda kategori I dan kategori II”

Denda kategori I mak Rp 1.500.000,-

denda kategori II mak Rp 7.500.000,-

Page 31: KULIAH HUKUM PIDANA

3. Asas Perlindungan 3. Asas Perlindungan (asas nasional pasif)(asas nasional pasif)

a. Pasal 4 KUHP” secara singkat: “hukum pidana Indonesia berlaku bagi siapa saja, yang menyerang kepentingan umum (Indonesia), baik yang dilakukan oleh WNI, maupun WNA, di luar negeri.

b. Tindak pidana yang menyerang kepentingan Indonsia: kejahatan keamanan negara; martabat presiden; kejahatan materai / merk/mata uang; surat2 berharga; surat hutang dll.

Page 32: KULIAH HUKUM PIDANA

Asas Nasional pasif Asas Nasional pasif dalam RUU KUHPdalam RUU KUHP

Sama dengan KUHP, hanya ditambah dengan jenis tindak pidana:

a. T.p keselamatan/keamanan bangunan,peralatan, aset nasional;

b. t.p keselamatan /keamanan peralatan komunikasi elektronik;

c. Tindak pidana korupsi; dan / ataud. Tindak pidana pencucian uang.(Pasal 2 RUU).

Page 33: KULIAH HUKUM PIDANA

4. Asas Universal4. Asas Universala. Hukum pidana Indonesia berlaku:

1) siapa saja

2) di dalam dan di luar negeri;

3) melakukan tindak pidana yang me-

nyangkut kepentingan internasional.

misal: pemalsuan uang, narkotika.

pembajakan kapal

b. Asas Universal berhubungan dengan asas penyelenggaraan hukum dunia atau ketertiban dunia.

Page 34: KULIAH HUKUM PIDANA

5. Kekecualian berlakunya asas-asas5. Kekecualian berlakunya asas-asas

a. Ketentuan Pasal 9 KUHP: “ berlakunya Pasal 2-5, 7, 8 dibatasi oleh pengecualian-pengecualian yang diakui dalam hukum internasional.”

b. Yaitu kepada: Kepala Negara asing, duta-duta besar; anak kapal perang asing, mereka mempunyai kekebalan (immunitas), sehingga asas-asas tadi tak berlaku. Maka kalau mereka melakukan tindak pidana, akan di kirim ke negara masing-masing untuk diadili.

Page 35: KULIAH HUKUM PIDANA

6. 6. Tempat terjadinya Tindak PidanaTempat terjadinya Tindak Pidana(Locus delicti)(Locus delicti)

“ Penentuan tempat terjadinya tindak pidana ini untuk menentukan pengadilan negeri mana yang berwenang mengadili.”

Ada 3 teori untuk menentukan lokasi terjadinya tindak pidana, yaitu:

1. Teori Perbuatan materiel (jasmaniah);

2. Teori instrumen (alat)

3. Teori Akibat.

Page 36: KULIAH HUKUM PIDANA

Locus delicti menurut RUU KUHPLocus delicti menurut RUU KUHP

Pasal 10 RUU:

Tempat tindak pidana adalah:

a. Tempat pembuat melakukan perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan;

b. Tempat terjadinya akibat yang dimaksud dalam per-uu-an atau tempat yang menurut perkiraan pembuat akan terjadi akibat tersebut.

Page 37: KULIAH HUKUM PIDANA

TINDAK PIDANA TINDAK PIDANA (STRAFBAARFEIT)(STRAFBAARFEIT)

1. Istilah terjemahan Strafbaarfeit:a. peristiwa pidana;’b. perbuatan pidana;

c. perbuatan yang dapat dihukum; d. tindak pidana.2. Pengertian dan Unsur Tindak Pidana:

a. Pengertian menurut pandangan Monistis; b. Pengertian menurut Dualistis.

Page 38: KULIAH HUKUM PIDANA

1. M1. Menurut pandangan Monistisenurut pandangan Monistis

a. Tokoh : Simons, van Hamel, Mezger, Karni, Bauman, Wirjono Pradjodikoro.

b. Strafbaarfeit adalah :

perbuatan, yang diancam pidana, bersifat melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

c. Pandangan monistis tidak memisahkan antara perbuatan dan orang yang melakukan perbuatan itu.

Page 39: KULIAH HUKUM PIDANA

2. Menurut D Simons2. Menurut D Simons

a. Unsur Objektif dan Unsur Subjektif dari strafbaarfeit, yaitu:

1) Perbuatan manusia (yang positif atau negatif, atau membiarkan);

2) diancam dengan pidana;

3) Melawan hukum;’

4) dilakukan dengan kesalahan;

5) oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

b. 1s/d 3 adalah unsur objektif, 4-5 adalah unsur subjektif.

Page 40: KULIAH HUKUM PIDANA

3. D. Hazewinkel-Suringa3. D. Hazewinkel-Suringa

Unsur Tindak Pidana, meliputi:

a. Tiap delik terdapat unsur tindak seseorang;

b. Ada yang menyebut akibat;

c. Unsur psychis (dolus, culpa);

d. Keadaan objektif, keadaan subjektif;

e. Syarat tambahan;

f. Unsur sifat melawan hukum

Page 41: KULIAH HUKUM PIDANA

4. 4. Unsur TP menurut RUU KUHPUnsur TP menurut RUU KUHP

Pasal 11 RUU:(1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan per-uu-an di- nyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.

(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana selain perbuata tersebut dilarang dan diancam pidana, harus juga ber- bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan

kesadaran hukum masyarakat.

(3) Setiap tp selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar.

Page 42: KULIAH HUKUM PIDANA

5. Pandangan Dualistis5. Pandangan Dualistis

a. Tokoh:Vos, Pompe, Moejatno,b. Pengertian menurut Dualistis: Strafbaarfeit adalah: “ Perbuatan, yang memenuhi

rumusan undang-undang pidana, dan bersifat melawan hukum.”

c. Pandangan dualistis, memisahkan antara perbuatan dan orang yang melakukan perbuatan itu.

Page 43: KULIAH HUKUM PIDANA

6. Pandangan Sudarto6. Pandangan Sudarto

Syarat Pemidanaan

Ada perbuatan:1. Memenuhi rumusan

2. Bersifat melawan hukum

Ada orang yangMelakukan perbuatan

1. Mampu bertanggungJawab

2. Bersifat dolus atau culpa3. Tidak ada alasan

pemaaf

Page 44: KULIAH HUKUM PIDANA

Rumusan Tindak PidanaRumusan Tindak Pidana

1. Rumusan tp penting karena sesuai dengan prinsip kepastian, sehingga masyarakat tahu mana yang dilarang.

2. Peristiwa yang terjadi secara nyata harus masuk dalam rumusan, artinya perbuatan itu mencocoki rumusan delik dalam undang-undang.

3. Agar peristiwa itu masuk dalam rumusan maka perbuatan itu harus mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri dari delik dalam uu.

4. Kalau semua unsur dalam rumusan itu terdapat di dalam uu, maka berarti bahwa perbuatan itu memenuhi atau mencocoki rumusan delik.

Page 45: KULIAH HUKUM PIDANA

sambungansambungan

5. Ada 3 macam perumusan norma dalam uu:

a. menyebutkan satu persatu unsur

perbuatan;

b. hanya menyebut kualifikasi dari delik.

c. penggabungan a dan b.

6. Cara penempatan norma dan sanksi:

a. penempatan norma dan sanksi sekaligus

b. penempatan terpisah;

c. sanksi dicantumkan lebih dulu, normanya kemudian.

Page 46: KULIAH HUKUM PIDANA

Jenis –jenis tindak pidanaJenis –jenis tindak pidana

1. Kejahatan – Pelanggaran;2. Delik formil – delik materiel;3. Delik commissiones, delik omissiones;4. Delik dolus, delik culpa;5. Delik tunggal, delik berganda;6. Delik aduan, delik bukan aduan:7. Delik sederhana, delik ada

pemberatannya;8. Delik ekonomi

Page 47: KULIAH HUKUM PIDANA

SUBJEK TINDAK PIDANASUBJEK TINDAK PIDANA

1. ORANG

2. KORPORASI

Page 48: KULIAH HUKUM PIDANA

HUBUNGAN SEBAB AKIBATHUBUNGAN SEBAB AKIBAT(KAUSALITAS)(KAUSALITAS)

1. TEORI EKIVALENSI2. TEORI INDIVIDUALISASI3. TEORI GENERALISASI4. TEORI YANG DIGUNAKAN DALAM

YURISPRUDENSI5. KAUSALITAS DALAM HAL TIDAK BERBUAT:

A. TEORI BERBUAT LAINB. TEORI BERBUAT SEBELUMNYAC. TEORI KEWAJIBAN HUKUM UNTUK BERBUAT

Page 49: KULIAH HUKUM PIDANA

SIFAT MELAWAN HUKUMSIFAT MELAWAN HUKUM

1. SIFAT MELAWAN HUKUM FORMIL

2. SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIEL

Page 50: KULIAH HUKUM PIDANA

Hukum pidanaHukum pidana

HUKUM YANG MENGATURSYARAT-SYARAT/ASAS PEMIDANAAN

TINDAK PIDANADAAD

(UNSUR OBJEKTIF)

ORANG YANGMELAKUKAN

(DADER)UNSUR SUBJEKTIF

TUJUAN PIDANA

PERAN KORBAN(VIKTIM)

Page 51: KULIAH HUKUM PIDANA

KESALAHAN,KESALAHAN, Tiada Pidana Tanpa kesalahan, Tiada Pidana Tanpa kesalahan,

Geen staf zonder schuldGeen staf zonder schuld

UNTUK MENJATUHKAN PIDANA, SELAIN MELIHAT PERBUATAN JUGA MELIHAT ORANG YANG

MELAKUKAN PERBUATAN ITU, DIMANA ORANGTERSEBUT HARUS BERSALAH ATAU

MEMPUNYAI KESALAHAN.

ADANYAKEMAMPUAN

BERTANGGUNGJAWAB

ADANYAKESENGAJAAN,

KEALPAAN Dolus, culpa

TIDAK ADAALASAN PEMAAF

Page 52: KULIAH HUKUM PIDANA

PENGERTIANPENGERTIAN KESALAHANKESALAHAN

• PENGERTIAN KESALAHAN SECARA PSIKOLOGIS:

• Yaitu kesalahan hanya dipandang sebagai hubungan psikologis (batin) antara pembuat dan perbuatannya.

• Maka kesalahan disini bisa berupa kesengajaan atau kealpaan.

• Kesengajaan berarti menghendaki perbuatannya dan segala akibatnya, sedang pada kealpaan tidak menghendaki akibatnya.

• PENGERTIAN KESALAHAN SECARA NORMATIF

• Yaitu untuk menentukan kesalahan seseorang tidak hanya berdasar sikap batin tetapi harus ada unsur penilaian normatif.

• Penilaian normatif yaitu penilaian dari luar dengan memakai ukuran-ukuran yang terdapat dalam masyarakat, ialah apa yang seharusnya diperbuat oleh masyarakat.

• Jadi kesalahan berada dalam ukuran-ukuran pemikiran orang lain.

Page 53: KULIAH HUKUM PIDANA

Berbagai pengertian kesalahanBerbagai pengertian kesalahanmenurut doktrin / sarjanamenurut doktrin / sarjana

1. Mezger : kesalahan adalah keseluruhan syarat yang memberi dasar untuk adanya pencelaan pribadi terhadap si pembuat tindak pidana.

2. Simons : kesalahan sebagai dasar untuk pertanggung jawaban dalam hukum pidana ia berupa keadaan psikhis dari si pembuat dan hubungannya terhadap perbuatannya, jadi keadaan jiwanya dapat dicelakan kepada si pembuat.

3. Pompe : sifat melawan hukum adalah segi luar dari pelanggaran norma, dan kesalahan adalah segi dalam dari pelanggaran norma. Kesalahan berarti akibatnya dapat dicelakan

4. Sudarto : bersalah dalam arti patut dicela menurut hukum, tidak secara etis.

5. Moeljatno: adanya kesalahan terdakwa harus: melakukan perbuatan pidana (s.m.h); mampu bertanggung jawab, adanya kesengajaan atau kealpaan, tidak ada alasan pemaaf.

Page 54: KULIAH HUKUM PIDANA

KEMAMPUAN BERTANGGUNG KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWABJAWAB

1. Simons : kemampuan bertanggung jawab dapat diartikan sebagai suatu keadaan psikhis sedemikian yang membenarkan adanya penerapan suatu upaya pemidanaan, dilihat dari sudut umum maupun dari orangnya. Dan jika jiwanya sehat yaitu: mampu mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya bertentangan dengan hukum, dan dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tersebut.

2. Van hamel: suatu keadaan normalitas psichis dan kematangan (kecerdasan) yang membawa 3 kemampuan: ia mampu mengerti nilai dari akibat-akibat perbuatannya sendiri; mampu menyadari, bahwa perbuatannya tidak diperbolehkan; mampu untuk menentukan kehendak sesuai dengan kesadaran tersebut.

3. MvT: tidak ada kemampuan apabila: tidak ada kebebasan memilih antara berbuat dan tidak berbuat; tidak dapat menginsyafi bahwa perbuatannnya bertentangan dengan hukum dan tidak dapat menentukan akibat perbuatannya.

PENGERTIAN

Page 55: KULIAH HUKUM PIDANA

4. 4. MoeljatnoMoeljatno: adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada:: adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada:a. kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baikdan yang a. kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baikdan yang

buruk, yang sesuai dengan hukum dan yang melawan hukumburuk, yang sesuai dengan hukum dan yang melawan hukumb. kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang b. kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang

baik buruknya perbuatan tadi.baik buruknya perbuatan tadi.

1. Diatur dalam Pasal 44 KUHP: “ Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan

kepadanya, karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.

2. Isi Pasal 44 KUHP: penentuan keadaan jiwa si pembuat oleh psikhiater,dan penentuan hubungan kausal antara

keadaan jiwa dengan perbuatannya oleh hakim.3. Pasal 44 bersifat Deskriptif – Normatif.

Ketentuan kemampuanBertanggung jawab

Dalam KUHP

Page 56: KULIAH HUKUM PIDANA

1. Kleptomanie, ialah penyakit jiwa yang berujud doronga kuat dan tak tertahan untuk mengambil barang milik orang lain., tetapi tak sadar bahwa perbuatannya dilarang.

2. Pyromanie, penyakit jiwa yang berupa kesukaan membakar tanpa ada alasan yang jelas sama sekali.

3. Claustrophobie, penyakit jiwa ketakutan untuk berada di ruang sempit, maka ia akan memecah barang-barang didekatnya.

4. Penyakit yang merasa dikejar-kejar oleh musuhnya.

Keadaan Mabok ?1. Dibuat mabok oleh orang lain;2. Mabok sendiri.3. Di Indonesia, meminum minuman keras / alkohol bukan sebagai

kebiasaan yang dapat diterima.

kekurang mampuanBertanggung jawab

sebagian

Page 57: KULIAH HUKUM PIDANA

Ada dua pendapat:

• Si pembuat tetap dapat dipidana, dengan dasar pemikiran bahwa kemampuan bertanggung jawab adalah dianggap ada selama tidak dibuktikan sebaliknya;

• Si pembuat tidak dipidana, dasar pemikiran dalam hal adanya keragu-raguan maka harus diambil keputusan yang menguntungkan tersangka. (In dubiu pro reo).

Tidak mudah untuk menentukan batas yang tegas antara mampu dan tak mampu bertanggung jawab. Orang yang dinyatakan sakit maka diputus untuk dimasukkan RS jiwa., untuk diobati.

Apabila ada keragu-raguanTentang

Kemampuan bertanggung jawab

Page 58: KULIAH HUKUM PIDANA

2.Kesengajaan 2.Kesengajaan ((dolus, intent. Opzet.)dolus, intent. Opzet.)

Pengertiankesengajaan

Teori-teorikesengajaan

Corak kesengajaan

Menurut MvT:Kesengajaan Sebagai Menghendaki Dan mengetahui(willens en Wettens)

1. Teori kehendak(wills theorie)

2.Teori pengetahuan(membayangkan)(voorstellings

Theorie)3. Teori Apa boleh buat

1. Kesengajaan sebagai

maksud;2. Kesengajaan

dengan sadarkepastian

3. Kesengajaansadar kemungkinan.

Page 59: KULIAH HUKUM PIDANA

Teori KesengajaanTeori Kesengajaan

1. Teori Kehendak (wills theorie)a. Kehendak adalah untuk mewujudkan unsur-unsur delik

dalam rumusan undang2b. Akibat –akibat yang timbul

yang tidak dikehendaki diang-gap dikehendaki.

c. Tokoh : Von Hippel, Simons, Zevenbergen

2. Teori membayangkan (Voorstelings- theorie)a. Sengaja berarti membayangkan

akan timbulnya akibat perbua-atannya;

b. Orang tak bisa menghendakiakibat, hanya dapat memba-yangkan apa yang akan terjadi pada waktu ia berbuat.

c. Akibat lain yang menyertai akandibayangkan akan terjadi.

d. Tokoh: Frank

Page 60: KULIAH HUKUM PIDANA

Corak KesengajaanCorak Kesengajaan

1. Kesengajaandengan mak-sud (dolus

directus)2. Merupakan kesengajaan sederhana, yai- tu bertujuan un- tuk menimbul- kan akibat yang pasti terjadi.

Kesengajaan sadarkepastian1.Dalam hal ini ada 2 akibat, yaitu akibat yang dikehendaki dan akibat yang pasti ter- jadi ,2. Akibat yang lain tetap dipertanggung jawab- kan kepada pelaku.3. kasus :Periustiwa ka- pal Thomas dari Bremerhaven

Kesengajaan dengan Sadar kemungkinan1. Ada hal-hal yang

mungkin akan terjadimaka hal itu menjadi

tanggung jawab pe- laku.2. Contoh : kasus pengi- riman roti beracun dari

Hoorn.

Page 61: KULIAH HUKUM PIDANA

Apakah untuk adanya kesengajaan si pembuatApakah untuk adanya kesengajaan si pembuatharus menyadari bahwa perbuatannya itu harus menyadari bahwa perbuatannya itu

dilarang (bersifat melawan hukum) ?dilarang (bersifat melawan hukum) ?

Ada 2 pendapat

Sifat kesengajaanItu berwarna

KesengajaanTidak

berwarna

Bahwa kesengajaan mencakupPengetahuan si pembuat bahwa

Perbuatannya itu dilarangmaka harus ada

Hubungan batin antaraKeadaan batin dengan

Sifat melawan hukumnyaperbuatan

Bahwa untuk adanya Kesengajaan cukuplahBahwa si pembuat itu Menghendaki perbuatanYang dilarang itu.Pelaku tak perlu tahuPerbuatannya itu dilarang(sifat melawan hukum).

Page 62: KULIAH HUKUM PIDANA

Kesesatan/ kekeliruan,Kesesatan/ kekeliruan,error in objecto, error in persona, aberatio ictuserror in objecto, error in persona, aberatio ictus

1. Kesesatan mengenaiPeristiwanya;

2kesesatan mengenaihukumnya

1. Error in objecto: Objek sama tidak

menguntungkan pelaku Objek lain, maka me- nguntungkan pelaku2. Error in persona: tak tak ada artinya, tetap dipidana.

Aberatio Ictus:A menembak B, tapiMengelak maka kena C.Jadi :1. Percobaan pembu-

nuhan terhadap B2. Menyebabkan ma-

tinya C.

Page 63: KULIAH HUKUM PIDANA

Macam-macam KesengajaanMacam-macam Kesengajaan

1. Dolus Premoditatus;2. Dolus determinatus, indeterminatus;3. Dolus alternativus;’4. Dolus indirektus, versari in re illicita;5. Dolus directus;6. Dolus generalis;

Page 64: KULIAH HUKUM PIDANA

1. Dolus premeditatus: kesengajaan dengan rencana lebih dahulu;

2. Dolus determinatus : kesengajaan dengan tertuju yang sudah pasti;

3. Dolus indeterminatus: kesengajaan yang tidak tertuju pada hal tertentu: misal : menembak segerombolan orang;

4. Dolus alternativus: sengaja tertuju pada A atau B .5. Dolus indirectus , Versari in re illicita : akibat-akibat lain

termasuk yang dikehendaki pula;6. Dolus generalis: sengaja berbuat serangkaian

perbuatan (mencekik, memukul, melempar ke sungai).7. Dolus directus: sengaja yang ditujukan kepada

perbuatan, dan akibatnya

Page 65: KULIAH HUKUM PIDANA

KEALPAANKEALPAAN((CULPA, NALATIGHEID, RECKLENESS,NEGLIGENCE, CULPA, NALATIGHEID, RECKLENESS,NEGLIGENCE,

SEMBRONO, TELEDOR)SEMBRONO, TELEDOR)

1. Pengertian : a. Hazewinkel – Suringa: kealpaan sebagai: kekurang

penduga-duga atau kekurangan penghati-hati;b. Van Hamel: kealpaan mengandung dua syarat:

tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh hukum. Tidak nengadakan penghati-

hati sebagaimana diharuskan oleh hukmc. simons: kealpaan mengandung dua unsur: tidak adanya penghati-hati, di samping dapat diduganya

akibat.d. Pompe: ada 3 macam yang masuk kealpaan: dapat

mengirakan timbulnya akibat; mengetahui akan adanya kemungkinan; dapat mengetahui adanya

kemungkinan.

Page 66: KULIAH HUKUM PIDANA

2. Menetapkan adanya kealpaan? a. ditetapkan secara normatic, dan tuidak secara

psikologis b. Haruslah ditetapkan dari luar bagaimana

seharusnya ia berbuat dengan mengambil ukuran sikap batin orang lain pada umumnya apabila dalam situasi ygsama apabila ada situasi dan kondisi baik yang sama. Hakimlah yang harus menilai sesuatu pertbuatan in concreto”, dengan ukuran norma penghati atau penduga-duga, seraja memperhitungkan keadaan pribagi si pelaku,

c. dapat menggunakan ukuran apakah ia kewajiban untuk berbuat lain, dengan kewajiban yang telah ditentukan undang-undang atau dari luar undang-undang.

Page 67: KULIAH HUKUM PIDANA

JENIS-JENIS KEALPAANJENIS-JENIS KEALPAAN

KEALPAAN DISADARI

KEALPAANTIDAK

DISADARI

Si Pembuat dapatMenyadari tentang

Apa yang Dilakukan

Beserta akibatnyaAkan tetapiIa percaya

Dan mengharapkanTidak akan

terjadi

Si pembuat melakukan

Sesuatu yangTidak menyadari

Kemungkinan akanTimbulnya

Sesuatu akibatPadahal

Seharusnya iaDapat menduga

sebelumnya

Page 68: KULIAH HUKUM PIDANA

PERSOALAN KEALPAANPERSOALAN KEALPAANPADA TP PELANGGARANPADA TP PELANGGARAN

1. Pada pelanggaran apakah diperlukan sikap batin si pembuat, karena pelanggaran berlaku ajaran fait materiel.

2. Pada pelanggaran dengan adanya arrest Air dan Susu ( 1916), ada perkembangan:a. ajaran fait materiel pada pelanggaran ditinggalkanb. Diakuinya pertama kali ajaran tiada pidana tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld);

(Simons sejak 1884 sudah menentang ajaran fait materiel).3. Menurut Sudarto ajaran tiada pidana tanpa kesalahan

adalah mutlak, kecuali dinyatakan tegas –tegas dalam undang-undang.

Page 69: KULIAH HUKUM PIDANA

ALASAN PENGHAPUS PIDANAALASAN PENGHAPUS PIDANA

1Alasan dlmDiri pelaku2. Alasan di luar diri pelaku

1. Alasan penghapus Pidana umum (KUHP)2. Alasan Penghapus Yang khusus (diluar KUHP)

Pembagian menurutDoktrin

1. Alasan Pembenar2. Alasan Pemaaf

Page 70: KULIAH HUKUM PIDANA

1. Pertumbuhan jiwa yang tidak sempurna atau terganggu karena penyakit (Pasal 44 KUHP)

2. Umur yang masih muda

1. Daya paksa (overmach –Pasal 48 KUHP)

2. Pembelaan terpaksa (Pasal 49)

3. Melaksanakan UU (Pasal 50)

4. Melaksanakan Perintah Jabatan ( Pasal 51)

Alasan-alasan penghapus pidanaDi dalam diri orang

Alasan-alasan penghapus pidanaDi luar orang

Page 71: KULIAH HUKUM PIDANA

Alasan penghapus pidanaYang umum

Yaitu alasan penghapus pidana yang berlaku bagi semua tindak pidana (delik)

1. Pasal 44

2. Pasal 48 s/d pasal 51 KUHP

1. Pasal 166 KUHP

2. Pasal 221 ayat (2) KUHP

Alasan Penghapus pidanaYang khusus

Page 72: KULIAH HUKUM PIDANA

11. . Pasal 49 ayat (1) Pasal 49 ayat (1) 2. Pasal 50; 2. Pasal 50;

3. Pasal 51 ayat (1) KUHP3. Pasal 51 ayat (1) KUHP

1. Pasal 44 KUHP2. Pasal 48 KUHP3. Pasal 49 ayat (2) KUHP4. Pasal 51 ayat (2) KUHP

Alasan Pembenar

Alasan Pemaaf

Page 73: KULIAH HUKUM PIDANA

ALASAN PENGHAPUS PIDANAALASAN PENGHAPUS PIDANADALAM KUHPDALAM KUHP

PASAL 44 KUHP• PASAL 44 KUHP: alasan-alasan seseorang tidak

dipidana dengan alasan : 1) kurang sempurna akal/jiwanya; 2) terganggu karena penyakit.2. Pada umumnya orang dianggap normal, kecuali kalau

ada tanda-tanda tidak normal, maka baru diperiksa.3. Orang yang jiwanya tidak sehat, tidak berarti tidak

berbahaya bagi orang lain, maka hakim diberi wewenang agar orang tersebut diperintahkan dimasukkan ke RS jiwa, dan yang menyatakan sembuh adalah dokter jiwa bukan hakim. (Pasal 44 (2)).

Page 74: KULIAH HUKUM PIDANA

PASAL 48 KUHP PASAL 48 KUHP (DAYA PAKSA, OVERMACHT)(DAYA PAKSA, OVERMACHT)

“TIDAK DIPIDANA SESEORANG YANG MELAKUKAN PERBUATAN YANG DIDORONG OLEH DAYA PAKSA”

1. Arti Daya Paksa: setiap kekuatan, setiap paksaan atau tekanan yang tidak dapat ditahan.

2. Daya Paksa dibedakan : a. vis absolut (paksaan absolut); b. vis compulsiva (paksaan relatif).3. Contoh paksaan absolut: tangan dipaksa memukul;

pengaruh hipnose; orang dipanggil jadi saksi bersamaan waktunya.

Page 75: KULIAH HUKUM PIDANA

4. Vis compulsiva: yaitu paksaan relatif, paksaan itu sebenarnya dapat ditahan, tetapi dari orang tadi di dalam paksaan tidak dapat diharapkan bahwa ia akan mengadakan perlawanan ( karena pengaruh daya paksa). Contoh : kasir ditodong penjahat dengan pistol, maka kasir terpaksa menyerahkan uang pada penjahat.maka kasir dalam keadaan daya paksa.

5. Antara sifat paksaan dari pihak lain dan kepentingan hukum yang dilanggar oleh si pembuat di lain pihak harus ada keseimbangan . Orang dalam keadaan yang sulit yang sama-sama buruknya. Paksaan datang dari luar diri si pembuat dan lebih kuat dari padanya.

Page 76: KULIAH HUKUM PIDANA

DAYA PAKSA DALAM BENTUK DAYA PAKSA DALAM BENTUK KEADAAN DARURATKEADAAN DARURAT

Keadaan Darurat adalah daya paksa yang datang dari luar perbuatan orang.

1. Jenis Keadaan Darurat : a. perbenturan antara dua kepentingan; b. perbenturan antara kepentingan hukum dan

kewajiban hukum; c. perbenturan antara kewajiban hukum dengan

kewajiban hukum.2. KUHP tidak mengatur Keadaan Darurat3. Keadaan darurat ada yang menyebut alasan alasan

pembenar (Simons).

Page 77: KULIAH HUKUM PIDANA

Jenis Keadaan Darurat Perbenturan dua Jenis Keadaan Darurat Perbenturan dua Kepentingan HukumKepentingan Hukum

• Contoh: “Papan dari Carneades” . Ada dua orang yang karena kapalnya karam dan hanya berpegangan papan yang hanya dapat dimuati satu orang. Maka orang yang satu mendorong temannya sehingga tenggelam dan mati. Orang yang mendorong tersebut tidak dapat dipidana, karena dalam keadaan darurat. Naluri orang itu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

• Jenis Keadaan Darurat Perbenturan kewajban Hukum Dengan Kepentingan Hukum

• Contoh: Kasus Toko Kacamata ( Arrest Opticien).

Page 78: KULIAH HUKUM PIDANA

Jenis Keadaan Darurat Perbenturan antara Jenis Keadaan Darurat Perbenturan antara kewajiban Hukum dengan Kewajiban kewajiban Hukum dengan Kewajiban

HukumHukum• Contoh : *Kasus Dokter Angkatan Laut; Seseorang yang dipanggil menjadi saksi

dua tempat dengan waktu yang bersamaan *Seseorang Mencuri karena lapar.

• Keadaan Darurat sebagai alasan Pembenar, karena keadaan darurat menghilangkan sifat melawan hukumnya perbuatan yang telah dilakukan.

Page 79: KULIAH HUKUM PIDANA

Pasal 49 (1) KUHP Pembelaan Darurat Pasal 49 (1) KUHP Pembelaan Darurat (Noodweer)(Noodweer)

• Isi Pasal 49 (1) KUHP “ Barang siapa terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan, karena ada serangan atau ancaman serangan ketika itu yang melawan hukum, terhadap diri sndiri atau orang lain, terhadap kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri atau orang lain, tidak dipidana.”

• Syarat-syarat Pembelaan Darurat: a. ada serangan ( seketika, yang langsung mengancam, melawan hukum, sengaja ditujukan pada badan, kesopanan dan harta benda.

b. Ada Tindakan Pembelaan: pembelaan perlu diadakan; serangan terhadap : badan; peri kesopanan, harta benda;

Page 80: KULIAH HUKUM PIDANA

Pembelaan Darurat yang melampauan Pembelaan Darurat yang melampauan batas pembelaam darurat (Noodweer batas pembelaam darurat (Noodweer

Exces)Exces)• Diatur dalam Pasal 49 (2): “Pembelaan terpaksa

yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh kegoncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak pidana.

• Syarat- syarat Pembelaan darurat: a. kelampauan batas pembelaan yg diperlukan. b. pembelaan dilakukan sebagai akibat yang

langsung dari kegoncangan jiwa yang hebat. (hati yang panas)

c. Kegoncangan jiwa sehat itu disebabkan karena adanya serangan, jadi antara kegocangan jiwa dengan serangan harus ada hubungan kausal.

Page 81: KULIAH HUKUM PIDANA

Pasal 50 KUHPPasal 50 KUHPmenjalankan peraturan undang-undangmenjalankan peraturan undang-undang..

• Pasal 50 mengatur: “‘Tidak dipidana seseorang yang melakukan

perbuatan untuk melaksanakan peraturan undang-undang;

1. peraturan perundang-undangan dalam arti materiel, jadi semua perraturan yang dibuat oleh lembaga yang berwenang.

2.Tindakan harus dilakukan secara patut, wajar dan masuk akal.

Page 82: KULIAH HUKUM PIDANA

Melaksanakan Perintah Jabatan (Pasal 51 Melaksanakan Perintah Jabatan (Pasal 51 ayat (1) KUHPayat (1) KUHP

• Isi Pasal 51 ayat (1) KUHP: “Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang wenang, tidak dipidana.

• Ukuran perintah itu sah: ialah bila perintah itu berdasarkan tugas, wewenang, atau kewajiban yang didasarkan pada suatu peraturan.

• Antara orang yang diperintah dan orang yang memerintah harus ada hubungan jabatan dan harus ada hubungan sub –ordinasi.

• Dilakukan dengan cara melaksanakan perintah itu harus wajar, patut dan seimbang dan tidak boleh melampaui batas kepatutan.

• Perintah jabatan termasuk alasan pembenar .

Page 83: KULIAH HUKUM PIDANA

Melakukan Perintah Jabatan yang tidak Melakukan Perintah Jabatan yang tidak sah (Pasal 51 ayat (2) KUHP)sah (Pasal 51 ayat (2) KUHP)

• Isi Pasal 51 ayat (2): “Perintah jabatan tanpa wenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika yang diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa perintah diberikan dengan wenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungannya”.

• Syarat-syarat: 1. Jika ia mengira dengan itikad baik /jujur bahwa

perintah itu sah; 2. perintah itu terletak dalam lingkungan wewenang dari

orang yang diperintah.3. Melakukan Perintah jabatan yang tidak sah termasuk

alasan Pemaaf.

Page 84: KULIAH HUKUM PIDANA

Alasan Penghapus Pidana di luar Alasan Penghapus Pidana di luar undang-undang.undang-undang.

1. Hak dari guru. Orang tua untuk menertibkan anak-anak , anak didiknya ;

2. Hak yang timbul dari pekerjaan (beroeprecht) seorang dokter, bidan, penyelidik ilmiah;

3. Ijin atau persutujuan dengan orang yang dirugikan (consent of the victim);

4. Mewakili urusan orang lain (zaakwaarneming);5. Tidak adanya unsur sifat melawan hukum yang

materiel (arrest dokter hewan);6. Tidak adanya kesalahan sama sekali (arrest susu dan

air)

Page 85: KULIAH HUKUM PIDANA

Alasan Penghapus PenuntutanAlasan Penghapus Penuntutan1. Yang dimaksud dengan alasan penghapus penuntutan

yaitu suatu keadaan dimana ketentuan pidana tidak boleh diterapkan, sehingga jaksa tidak boleh menuntut si pembuat.

2. Dalam KUHP alasan penghapus penuntutan yaitu :

dengan adanya ketentuan dalam Pasal 2 sampai pasal 8 KUHP yang berkaitan dengan Ruang Lingkup berlakunya KUHP Indonesia;

Tidak aduan pada delik aduan; Ne bis indem (Pasal 76); Matinya terdakwa (Pasal 77);

Daluarsa ( Pasal 78 KUHP).

Page 86: KULIAH HUKUM PIDANA