materi bpd lengkap

Upload: iskak-uno

Post on 20-Feb-2018

267 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    1/239

    KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI.

    BALAI BESAR PEMBERDAYAAN

    MASYARAKAT DAN DESA MALANG

    2 0 1 2

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    2/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    1

    KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

    BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG

    2 0 1 2

    SUB MATA LATIHAN 1.1.

    KEBIJAKAN PEMERINTAH

    TENTANG DESA

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    3/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    2

    Lembar Bacaan

    KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG DESA

    I. PENDAHULUAN

    1. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa Negara

    Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu

    dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu

    mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya

    dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa

    Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus

    sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

    (Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002: 66).

    2. Ketentuan konstitusional di atas menunjukkan bahwa Indonesia sebagai Negara

    Kesatuan menetapkan pilihan pada kebijakan desentralisasi, karena pemerintahan

    daerah provinsi, daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus sendiri urusan

    pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pengaturan etntang

    kebijakan desentralisasi saat ini ditetapkan di dalam dalam Undang-Undang Nomor 32

    Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.3. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

    diatur tentang satuan wilayah administrasi pemerintahan di daerah, yakni daerah

    provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota (ketentuan Pasal, selanjutnya

    daerah kabupaten dan daerah kota dibagi atas kecamatan (ketentuan Pasal 126),

    selanjutnya kecamatan dibagi atas kelurahan (ketentuan Pasal 127) dan Desa

    (ketentun Pasal 200). (Departemen Dalam Negeri, 2004).

    4. Berdasarkan konstruksi pembagian satuan wilayah administrasi pemerintahan

    tersebut, maka penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari

    sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, sehingga keberhasilan

    penyelenggaraan pemerintahan secara nasional turut ditentukan oleh efetivitas

    penyelenggaraan pemerintahan desa.

    5. Oleh karena itu, mengingat strategisnya penyelenggaraan pemerintahan desa dalam

    sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, maka di dalam Undang-

    Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur ketentuan

    mengenai penyelengaraan pemerintahan desa, yang ditindaklanjuti pengaturannya di

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    4/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    3

    dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta kebijakan-

    kebijakan turunannya yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri.

    6. Untuk memperoleh pemahaman yang utuh tentang hakikat penyelenggaraan

    pemerintahan desa, maka diperlukan pemahaman tentang kebijakan desentralisasi

    dan otonomi daerah, serta hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerahdengan pemerintahan desa sebagai satu kesatuan sistem pemerintahan secara

    nasional, agar memiliki ketepatan pemahaman mengenai kebijakan pemerintah

    tentang pemerintahan desa.

    7. Dalam materi ini, akan diuraikan hal-hal pokok tentang: (a) Pokok-Pokok kebijakan

    desentralisasi dan otonomi daerah; (b) Hubungan antara pemerintah pusat dan

    pemerintah daerah dengan pemerintahan desa; dan (c) kebijakan pemerintah tentang

    pemerintahan desa. Disamping itu untuk mencapai tujuan dan cita-cita BangsaIndonesia untuk memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai

    konsepsi ketahanan nasional.

    II. KETAHANAN NASIONAL

    Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan idiil Pancasila,

    landasan konstitusional Undang-Undang Dasar 1945, landasan nasional yaitu Wawasan

    Nusantara. Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional perlu

    keuletan dan ketangguhan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan

    kekuatan nasional dalam menghadapi lawan baik langsung dari dalam negeri maupun dari

    luar negeri berupa tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang membahayakan

    integritas, identitas, kelangsungan hidup dan perjuangan dalam mengejar tujuan hidup.

    Oleh karena itu, tujuan Negara Indonesia : 1) memajukan kesejahteraan umum;

    2) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan 3) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

    berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan ketahanan nasional

    merupakan kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat,

    berbangsa, bernegara dalam ruang lingkup Negara Republik Indonesia.

    Dengan demikian bangsa Indonesia harus tetap membangun dalam

    menyelenggarakan kehidupan Nasional (politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan

    keamanan) dengan mengutamakan persatuan, keutuhan dan kesatuan bangsa dan

    wilayah, sehingga pentingnya perekat Wawasan Nusantara yang merupakan cara

    pandang Bangsa Indonesia tentang jati dirinya, lingkungannya dalam eksistensinya yang

    serba berkembang baik regional, nasional dan global. Pentingnya asas-asas Ketahanan

    Nasional Indonesia yaitu tata laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang

    Dasar 1945 dan Wawasan Nusantara yang terdiri dari : 1) asas kesejahteraan dan

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    5/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    4

    keamanan; 2) asas komprehensif integral; 3) asas mawas kedalam dan keluar; dan 4)

    asas kekeluargaan.

    Oleh karena itu, visi pemberdayaan masyarakat desa dalam mewujudkan

    kemandirian masyarakat yang mempunyai empat pilar negara meliputi : 1) Pancasila; 2)

    Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945; 3) Negara Kesatuan Negara RepublikIndonesia; dan 4) Bhinneka Tunggal Ika.

    III. POKOK-POKOK KEBIJAKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DERAH

    A.Telaahan Kon septual tentang Makna Desentra l isasi dan Oton om i Daerah

    1. Menurut beberapa teori modern, bentuk-bentuk negara modern yang terpenting

    dewasa ini adalah Negara Serikat atau Federasi dan Negara Kesatuan atau

    Unitarisme. Negara Kesatuan dapat dibedakan ke dalam bentuk: (a) negarakesatuan dengan sistem sentralisasi, dimana segala sesuatu dalam Negara itu

    langsung ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dan daerah-daerah tinggal

    melaksanakannya; dan (b) Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi,

    dimana kepada Daerah diberikan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus

    urusan rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan Daerah

    Otonom. (Kansil, 1976).

    2. Dengan demikian, penyelenggaraan kewenangan pemerintahan di dalam sebuah

    Negara Kesatuan, senantiasa berada dalam dua pilihan kebijakan antara

    sentralisasi atau desentralisasi. Bila ditetapkan pilihan pada desentralisasi,

    maka kewenangan pemerintahan harus diserahkan kepada daerah otonom,

    sehingga setiap daerah otonom memiliki kewenangan otonomi yang disebut

    otonomi daerah (Lipson, 1981).

    3. Beberapa pakar mengemukakan alasan pentingnya pelaksanaan asas

    desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Menurut The Liang Gie

    (1968), alasan dianutnya asas desentralisasi adalah:

    a. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi

    dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja,

    yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani;

    b. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai

    tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan

    dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi;

    c. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan

    desentralisasi adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang

    efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat,

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    6/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    5

    pengurusannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah, dan hal-hal yang tepat

    di tangan Pusat, diurus oleh Pemerintah Pusat;

    d. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat

    sepenuhnya ditumpahkan kepada kekhususan sesuatu daerah, seperti

    geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latarbelakang sejarah;

    e. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan,

    karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu

    pembangunan tersebut.

    4. Sedangkan Cheema dan Rondinelli (1983) mengemukakan sembilan alasan

    dianutnya desentralisasi, yakni:

    a. Kebijakan desentralisasi akan mempermudah artikulasi dan implementasikebijakan pembangunan atas dasar pemerataan dengan meningkatnya

    kemampuan administratif unit-unit kerja daerah. Hal ini dapat pula

    meningkatkan kemampuan pejabat dan pimpinan politik dalam rangka

    mengidentifikasi masalah-masalah pembangunan setempat dengan penentuan

    prioritas pembangunan yang tepat.

    b. Desentralisasi dapat mengurangi dan menyederhanakan prosedur birokrasi

    yang rumit dan berliku-liku.

    c. Desentralisasi dapat pula meningkatkan persatuan nasional dan memperteguh

    legitimasi pemerintahan, karena desentralisasi memberi kesempatan kepada

    masyarakat untuk mengenal masalah yang dihadapi dan menyalurkan

    permasalahan itu kepada lembaga-lembaga pemerintahan yang relevan.

    d. Koordinasi yang lebih efektif dapat pula dicapai melalui Kebijakan

    desentralisasi. Bermacam-macam kegiatan yang dilaksanakan oleh aneka

    ragam organisasi pemerintahan, dapat lebih mudah diharmoniskan dan

    dipadukan.

    e. Desentralisasi dapat pula dianggap sebagai suatu mekanisme untuk

    meningkatkan efisiensi pemerintah pusat, karena tugas-tugas rutin akan lebih

    efektif jika diselenggarakan oleh pejabat daerah.

    f. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat pula ditingkatkan dengan

    menempuh kebijakan desentralisasi. Perluasan partisipasi masyarakat

    dilakukan melalui mekanisme dan saluran tertentu, agar anggota masyarakat

    dapat menyalurkan pandangan dan kebutuhan-kebutuhannya melalui

    pengambil keputusan di berbagai tingkatan pemerintahan. Rasa tanggung

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    7/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    6

    jawab pejabat-pejabat daerah akan meningkat melalui mekanisme

    desentralisasi ini.

    g. Desentralisasi mengandung kemungkinan untuk meningkatkan dan

    memperluas fasilitas dan pelayanan oleh pemerintah dengan mengurangi

    kontrol oleh kelompok elit lokal terhadap kegiatan pembangunan. Masyarakatyang berkepentingan terhadap fasilitas dan pelayanan dapat melakukan

    pemantauan dan evaluasi terhadap program-program pembangunan.

    h. Dengan desentralisasi, pemberian pelayanan oleh pemerintah kepada

    masyarakat yang menyangkut kebutuhan dasar akan lebih efisien, karena biaya

    pelayanan tersebut dapat ditekan serendah mungkin. Masyarakat secara

    langsung dapat memberi tanggapan terhadap program-program kesejahteraan

    yang dilaksanakan pemerintah.i. Desentralisasi dapat mempertinggi fleksibilitas instansi pusat, staf lapangan

    serta pemimpin lokal dalam rangka penanganan masalah-masalah setempat

    yang bersifat khusus. Program-program tertentu dapat diujicoba terlebih dahulu,

    tanpa harus mempertimbangkan seluruh bagian negara, menilai inovasi

    administratif secara lokal, serta meningkatkan prakarsa pejabat dan pimpinan

    politik lokal.

    5. Selain beberapa alasan pentingnya desentralisasi, Riwu Kaho (1982)

    mengemukakan pendapat tentang 5 (lima) kelemahan desentralisasi dalam

    penyelenggaraan pemerintahan, yakni:

    a. Karena banyaknya urusan pemerintahan yang diserahkan dan dilaksanakan

    oleh Daerah-Daerah, maka organisasi Pemerintah Daerah menjadi lebih besar

    dengan struktur pemerintahan yang lebih kompleks, sehingga dapat

    mempersulit koordinasi;

    b. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan daerah

    akan lebih mudah terganggu;

    c. Khusus mengenai desentralisasi teritorial atau pola pembagian wilayah, akan

    dapat mendorong timbulnya hal-hal yang disebut Daerahismeatau Provinsialisme;

    d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena membutuhkan

    perundingan-perundingan yang lama, khususnya antara badan legislatif dan

    badan eksekutif Daerah.

    e. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak,

    dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan kesederhanaan dalam

    menentukan pola perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    8/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    7

    6. Pendapat beberapa pakar di atas menunjukkan bahwa aspek-aspek pokok

    pentingnya desentralisasi adalah:

    a. aspek politik dalam rangka mewujudkan demokratisasi dan partisipasi

    masyarakat dalam penyelenggaraan negara.

    b. aspek pemerintahan, agar dapat diselenggarakan secara lebih efektif dan efisien.c. aspek pembangunan, agar dalam pengelolaannya dapat lebih sesuai dengan

    prioritas masalah dan kebutuhan masyarakat lokal.

    d. aspek kultural, agar dapat lebih meningkatkan apresiasi budaya lokal sesuai

    latar belakang sejarah dan warisan budaya yang dapat menjadi perekat

    interaksi sosial antara berbagai suku bangsa.

    7. Melalui kebijakan desentralisasi yang memiliki makna penyerahan wewenang

    pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan

    mengurus urusan pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,

    maka Pemerintah Daerah memiliki diskresi atau keleluasaan kewenangan dalam

    mengatur dan mengurus kehidupan masyarakat di masing-masing daerah.

    8. Oleh karena itu, setiap Daerah Otonom, baik daerah provinsi maupun daerah

    kabupaten dan kota, harus mengabdikan penyelenggaraan otonomi daerah bagi

    kepentingan masyarakat setempat. Dengan mengikuti pendapat Rasyid (1996: 37-

    38), maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tiga fungsi hakiki, yakni:

    pelayanan (services), pemberdayaan (empowerment) dan pembangunan

    (development). Meskipun, dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, menurut

    Osborne dan Gaebler (1993: 49), pemerintah harus lebih mengutamakan upaya

    memberdayakan masyarakat ketimbang memberikan pelayanan kepada

    masyarakat (empowering rather than serving).

    9. Pentingnya tugas pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan yang harus

    diemban oleh setiap daerah otonom, dapat dicermati di dalam konsiderans

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yangmenegaskan bahwa otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

    kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan

    masyarakat dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan

    prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu

    daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    10. Oleh karena itu, tingkat kinerja Pemerintah Daerah dalam melaksanakan

    kewenangan otonominya akan diukur dari:

    a. tingkat penerimaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh

    Pemerintah Daerah.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    9/239

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    10/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    9

    diserahkan kepada provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada

    kabupaten/kota.

    5. Implikasi dari kebijakan desentralisasi (penyerahan wewenang pemerintahan oleh

    Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan

    pemerintahan) tersebut adalah adanya otonomi daerah yakni hak, wewenang,dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

    pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    6. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk

    mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi

    dan tugas pembantuan.7. Dalam pelaksanaan penyerahan urusan pemerintahan tersebut, urusan

    pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom diklasifikasi ke dalam 2

    (dua) bentuk urusan pemerintahan, yakni: (a) Urusan wajib, yaitu suatu urusan

    pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar (seperti pendidikan dasar,

    kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, atau prasarana lingkungan

    dasar); dan (b) Urusan pilihan, yaitu urusan pemerintahan yang terkait erat

    dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.

    8. Rincian urusan wajib dan urusan pilihan untuk provinsi dan kabupaten/kota adalah

    sebagai berikut:

    a. Daerah Provinsi (ketentuan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004):

    1) Urusan wajib, meliputi: (a) Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

    (b) perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang; (c)

    penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; (d)

    penyediaan sarana dan prasarana umum; (e) penanganan bidang

    kesehatan; (f) penyelengaraan pendidikan dan alokasi sumber daya

    manusia potensial; (g) penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/

    kota; (h) pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota; (i)

    fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk

    lintas kabupaten/kota; (j) pengendalian lingkungan hidup; (k) pelayanan

    pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota; (l) pelayanan kependudukan

    dan catatan sipil; (m) pelayanan administrasi umum pemerintahan; (n)

    pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/ kota;

    (o) penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat

    dilaksanakan oleh kabupaten/kota; (p) urusan wajib lainnya yang

    diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    11/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    10

    2) Urusan pilihan, meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan

    berotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan

    kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan (seperti

    pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata).

    b. Daerah Kabupaten/Kota: (ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004):

    1) Urusan wajib, meliputi: (a) Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

    (b) perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang; (c)

    penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; (d)

    penyediaan sarana dan prasarana umum; (e) penanganan bidang

    kesehatan; (f) penyelengaraan pendidikan; (g) penanggulangan masalah

    sosial; (h) pelayanan bidang ketenagakerjaan; (i) fasilitasi pengembangankoperasi, usaha kecil, dan menengah; (j) pengendalian lingkungan hidup;

    (k) pelayanan pertanahan; (l) pelayanan kependudukan dan catatan sipil;

    (m) pelayanan administrasi umum pemerintahan; (n) pelayanan

    administrasi penanaman modal; (o) penyelenggaraan pelayanan dasar

    lainnya; dan (p) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

    perundang-undangan.

    2) Urusan pilihan, meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan

    berotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan

    kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan (seperti

    pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata).

    9. Selain melaksanakan urusan pemerintahan yang diserahkan oleh Pemerintah

    Pusat (melalui asas desentralisasi dan dilaksanakan secara otonom), Pemerintah

    Daerah juga melaksanakan tugas pembantuan, yakni penugasan dari

    pemerintah kepada daerah, atau dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota

    untuk melaksanakan tugas tertentu.

    10. Sejalan dengan desentralisasi kewenangan (dalam bentuk penyerahan urusan

    pemerintahan untuk dilaksanakan oleh daerah otonom), maka juga dilaksanakan

    desentraliasi fiskal (dalam bentuk Perimbagan Keuangan antara Pemerintah

    Pusat dan Pemerintah Daerah), agar setiap daerah otonom dapat membiayai

    penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut secara efektif dan efisien bagi

    kepentingan masyarakat.

    11. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi

    penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang daerah otonom,

    serta pendayagunaan keuangan daerah yang diperoleh melalui mekanisme

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    12/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    11

    desentralisasi fiskal, maka Pemerintah Pusat wajib melakukan pembinaan dan

    pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

    12. Desasebagai sebuah entitas pemerintahan otonom (otonomi asli), juga memiliki

    kewenangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan. Di dalam Pasal 206

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah ditetapkanbahwa Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: (a)

    urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; (b) urusan

    pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan

    pengaturannya kepada desa; (c)tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah

    Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan (d) urusan pemerintahan lainnya

    yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

    13. Ketentuan di atas menunjukkan bahwa kewenangan desa berupa urusanpemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan

    pengaturannya kepada desa merupakan urusan pemerintahan yang

    didesentralasasikan secara berjenjang dari pemerintah kepada kabupaten/kota, dan

    selanjutnya kabupaten/kota menyerahkan sebagian urusan pemerintahan tersebut

    kepada desa (desentralisasi kewenangan berjenjang). Kebijakan ini telah diatur

    di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tatacara

    Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa.

    14. Dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    desa, maka desa juga memperoleh dana perimbangan dari Pemerintah Pusat

    melalui kabupaten/kota dalam bentuk Alokasi Dana Desa (desentral isasi f iskal

    berjenjang). Dana/keuangan tersebut digunakan untuk membiayai

    penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

    15. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi

    penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa, serta

    pendayagunaan keuangan desa yang diperoleh dari Pemerintah Pusat melalui

    Pemerintah kabupaten/kota, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

    waj ib melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaran

    pemerintahan desa.

    IV. HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

    DENGAN PEMERINTAHAN DESA

    A. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah

    diatur lima bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom, yakni:

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    13/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    12

    1. Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi: (1) penyerahan urusan

    pemerintahan dari pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan

    mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan (melalui asas desentralisasi dan

    dilaksanakan secara otonom); dan (2) penugasan dari pemerintah kepada daerah,atau dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota untuk melaksanakan tugas

    tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.

    2. Hubungan dalam bidang keuangan, meliputi: (1) pemberian sumber-sumber

    keuangan untuk menyelengarakan urusan pemerintahan yang menjadi

    kewenangan pemerintahan daerah; (2) pengalokasian dana perimbagan kepada

    pemerintah daerah; dan (3) pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada

    pemerintahan daerah.3. Hubungan dalam bidang pelayanan umum, meliputi: (1) kewenangan,

    tanggungjawab dan penentuan standar pelayanan minimal; (2) pengalokasian

    pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah; dan (3) fasilitasi

    pelaksanaan kerjasama antar pemerintah daerah dalam penyelenggaraan

    pelayanan umum.

    4. Hubungan dalam bidang pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya

    lainnya, meliputi: (1) kewenangan, tanggungjawab dan pemanfaatan,

    pemeliharaan, pengendalian dampak, budidaya, dan pelestarian; (2) bagi hasil

    atas pemanfaatan sumber daya sumber daya alam dan sumber daya lainnya; dan

    (3) penyerasian lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan.

    5. Hubungan dalam bidang pembinaan dan pengawasan, meliputi:

    a. Pembinaanpenyelengaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah,

    yang meliputi: (a) koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan; (b)

    pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan; (c)

    pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanan urusan pemerintahan;

    (d) pendidikan dan pelatihan; dan (e) perencanaan, penelitian, pengembangan,

    pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.

    b. Pengawasanpenyelengaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah,

    yang meliputi: (a) pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan; (b)

    penagawasan atas peraturan daerah dan peraturan kepala daerah; (c) pemberian

    penghargaan dan sanksi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; (d)

    pendidikan dan pelatihan; dan (e) perencanaan, penelitian, pengembangan,

    pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    14/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    13

    B. Sejalan dengan bentuk-bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

    Otonom, maka sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

    tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 205

    tentang Desa, terdapat tiga bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Desa, yakni:

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    15/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    14

    1. Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi:

    a. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi:

    penugasan dari pemerintah pusat kepada desa untuk melaksanakan tugas

    tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.

    b. Hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Desa, meliputi:penugasan dari pemerintah provinsi kepada desa untuk melaksanakan tugas

    tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.

    c. Hubungan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa,

    meliputi: (a) penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    kabupaten/kota kepada desa untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

    pemerintahan tersebut; dan (b) penugasan dari pemerintah kabupaten/kota

    kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas tugaspembantuan.

    2. Hubungan dalam bidang keuangan,meliputi:

    a. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi:

    pemberian bantuan keuangan oleh Pemerintah Pusat kepada desa untuk

    membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa dan program-program

    pemberdayaan masyarakat desa.

    b. Hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Desa, meliputi:

    pemberian bantuan keuangan oleh Pemerintah Provinsi kepada desa untuk

    membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa dan program-program

    pemberdayaan masyarakat desa.

    c. Hubungan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa,

    meliputi: (a) bagi hasil pajak daerah minimal 10% untuk desa; (b) bagi hasil

    retribusi daerah; (c) pemberian Alokasi Dana Desa, yakni bagian dari dana

    perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota

    minimal sebesar 10% untuk desa; dan (d) pemberian bantuan keuangan oleh

    Pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk membiayai penyelenggaraan

    pemerintahan desa dan program-program pemberdayaan masyarakat desa.

    3. Hubungan dalam bidang pembinaan dan pengawasan, meliputi:

    a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi berkewajiban untuk melakukan

    pembinaanatas penyelenggaraan pemerintahan desa.

    b. Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan

    pengawasanatas penyelenggaraan pemerintahan desa.

    c. Aparatur Kecamatan berkewajiban untuk melakukan fasi l i tasi dan koo rdinasi

    atas penyelenggaraan pemerintahan desa.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    16/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    15

    V. POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PEMERINTAHAN DESA

    A. Lima Kebijakan Baru Mengenai Desa di dalam Undang -Undang Nomor 32 Tahun 2004

    Bila kita mencermati ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

    tentang Pemerintahan Daerah (khususnya ketentuan-ketentuan yang mengatur

    mengenai desa), yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

    2005 tentang Desa, maka jika kita bandingkan dengan pengaturan mengenai desa

    pada peraturan perundang-undangan sebelumnya, sekurang-kurangnya terdapat 5

    (lima) kebijakan baru mengenai desa, yakni:

    1. Penambahan kewenangan desa, yakni: urusan pemerintahan yang menjadi

    kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

    2. Kepastian sumber-sumber keuangan desa, yakni: bagian dari dana perimbangan

    yang diterima oleh kabupaten/kota, minimal 10% diberikan kepada Desa (yangdisebut Alokasi Dana Desa);

    3. Memperkuat makna demokrasi desa berdasarkan nilai musyawarah untuk mufakat

    dalam penetapan kebijakan desa, yakni merubah nomenklatur Badan Perwakilan

    Desa menjadi Badan Permusyawaratan Desa.

    4. Memperkuat kedudukan Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintahan Desa, agar

    tercipta kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan desa yakni: (a) melarang

    Kepala Desa menjadi pengurus partai politik; (b) memastikan kedudukan keuangan

    kepala desa; dan (c) Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota;

    5. Menigkatkan kinerja penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, yakni

    jabatan Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil.

    B. Pembentuk an dan Perubahan Status Desa

    1. Pembentukan Desa:

    a. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul

    desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

    b. Pembentukan desa harus memenuhi syarat: jumlah penduduk; luas wilayah;

    bagian wilayah kerja; perangkat; dan sarana dan prasarana pemerintahan.

    c. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian

    desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa

    atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.

    d. Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih dapat dilakukan setelah

    mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan desa.

    e. Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi

    persyaratan dapat dihapus atau digabung.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    17/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    16

    f. Dalam wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain yang merupakan

    bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.

    g. Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, disesuaikan dengan kondisi

    sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.

    2. Perubahan Statusa. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan

    prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan

    pendapat masyarakat setempat.

    b. Perubahan status desa menjadi kelurahan memperhatikan persyaratan : luas

    wilayah; jumlah penduduk; prasarana dan sarana pemerintahan; potensi

    ekonomi; dan kondisi sosial budaya masyarakat.

    c. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi daripegawai negeri sipil.

    d. Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi

    kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk

    kepentingan masyarakat setempat.

    e. Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan

    dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.

    3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan

    Desa, serta perubahan status desa menjadi kelurahan diatur dengan Peraturan

    Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. Peraturan

    Daerah Kabupaten/Kota wajib mengakui dan menghormati hak asal-usul, adat

    istiadat desa dan sosial budaya masyarakat setempat.

    4. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai pembentukan dan

    perubahan status desa adalah: (a) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27

    Tahun 2006 tentang Penetapan Dan Penegasan Batas Desa; dan (b) Peraturan

    Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan,

    Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.

    C. Kewenang an Desa

    1. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: (a) urusan

    pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; (b) urusan

    pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan

    pengaturannya kepada desa; (c) tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah

    Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan (d) urusan pemerintahan lainnya

    yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    18/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    17

    2. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, pada

    hakikatnya merupakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan

    desa sesuai dengan sistem nilai sosial budaya masyarakat setempat, serta hal-hal

    yang berkenaan dengan aspek religiositas (karena dalam kehidupan masyarakat

    kita terjadi proses inkulutrasi nilai-nilai religi dalam kehidupan sosial budayamasyarakat setempat). Contoh: urusan di bidang pelestarian lingkungan

    berdasarkan sistem nilai sosial budaya masyarakat setempat.

    3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah

    kabupaten/kota, pada hakikatnya merupakan bentuk penugasan dari pemerintah,

    pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk

    melaksanakan urusan pemerintahan tertentu, disertai sumber pembiayaannya,

    sehingga Pemerintah Desa memberikan pertangungjawaban pelaksanaan tugastersebut kepada pihak yang menugaskannya. Contoh: pelaksanaan program

    beras murah untuk keluarga miskin.

    4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan

    diserahkan kepada desa, pada hakikatnya merupakan jenis urusan pemerintahan

    tertentu yang ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan untuk

    diserahkan kepada desa, sehingga Pemerintahan Desa memiliki kewenangan

    mengatur dan mengurus atas urusan pemerintahan tersebut. Contoh: Di dalam

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional ditetapkan bahwa salah satu pendekatan perencanaan

    pembangunan adalah perencanaan bawah-atas (bottom-up planning) yang

    dilaksanakan dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan/

    Musrenbang secara berjenjang mulai dari Musrenbang Desa/Kelurahan hingga

    Musrenbang Pusat, sehingga Pemerintahan Desa memiliki kewenangan untuk

    melaksanakan Musrenbang secara partisipatif dalam rangka menyusun Rencana

    Pembangunan Desa.

    5. Sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota

    yang diserahkan pengaturannya kepada Desa pada hakikatnya memiliki tujuan

    agar urusan-urusan pemerintahan tertentu yang dapat dikelola secara efisien dan

    akuntabel oleh Desa dapat dilakukan secara otonom oleh Pemerintah Desa.

    Ketentuan tersebut telah diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

    30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan

    Kabupaten/Kota Kepada Desa.

    6. Penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota

    yang diserahkan pengaturannya kepada Desa akan berimplikasi terhadap:

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    19/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    18

    a. Kewenangan memutuskan ada pada tingkat Desa, sehingga terjadi: (1)

    pergeseran kewenangan dari Pemerintahan kabupaten/kota kepada

    Pemerintahan desa; dan (2) peningkatan volume perumusan peraturan

    perundang-undangan berupa Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, dan

    Keputusan Kepala Desa.b. Adanya pembiayaan yang diberikan Kabupaten/Kota kepada Desa dalam

    rangka pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut, sehingga terjadi: (1)

    pergeseran anggaran dari pos perangkat daerah kepada pos pemerintahan

    desa; dan (2) adanya program pembangunan yang bisa mengatasi kebutuhan

    masyarakat Desa dalam skala Desa.

    c. Adanya prakarsa dan inisiatif pemerintahan desa dalam mengembangkan

    aspek budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup di wilayahnya sesuai ruanglingkup kewenangan yang diserahkan.

    d. Adanya prakarsa dan kewenangan memutuskan oleh Pemerintahan Desa

    sesuai kebutuhan masyarakat Desa, sehingga keterlibatan seluruh

    stakeholders (Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan, dan

    masyarakat desa) dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

    pembangunan semakin lebih maksimal.

    e. Bila semua kebutuhan lokal dapat diatasi oleh pemerintah desa, diharapkan

    akan semakin meningkat partisipasi masyarakat dalam mendukung

    keberhasilan program-program pemerintah.

    7. Namun, implementasi penyerahan kewenangan dari Pemerintah Kabupaten/Kota

    kepada Desa tersebut membutuhkan terpenuhinya beberapa prasyarat pokok,

    yakni: (a) dibutuhkan tingkat kemampuan yang memadai dari Kepala Desa dan

    Perangkat Desa dalam mengelola urusan pemerintahan tersebut, yang dapat

    dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, pendidikan, pelatihan dan/atau pemagangan;

    (b) meningkatnya kebutuhan tenaga teknis pada tingkat Pemerintahan Desa.

    D. Pemerin tah Desa

    1. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa

    terdiri dari: (a) Sekretariat Desa (unsur staf), yang dipimpin oleh Sekretaris Desa;

    (b) pelaksana teknis lapangan (sebagai unsur lini), dan (c) Dusun (sebagai unsur

    wilayah). Jumlah Perangkat Desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

    sosial budaya masyarakat setempat. Susunan organisasi dan tata kerja

    pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa.

    2. Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa diatur

    dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang sekurang-kurangnya memuat

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    20/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    19

    tata cara penyusunan struktur organisasi, perangkat, tugas dan fungsi, serta

    hubungan kerja, untuk selanjutnya diatur kembali di dalam Peraturan Desa

    tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa sesuai dengan nilai-nilai

    sosial budaya masyarakat setempat.

    3. Kepala Desa:a. Kepala Desa (selaku Kepala Pemerintahan Desa) mempunyai tugas

    menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kepala Desa mempunyai wewenang: (1)

    memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang

    ditetapkan bersama BPD; (2) mengajukan rancangan peraturan desa; (3)

    menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;

    (4) menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desauntuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; (5) membina kehidupan

    masyarakat desa; (6) membina perekonomian desa; (7) mengoordinasikan

    pembangunan desa secara partisipatif; (8) mewakili desanya di dalam dan di

    luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan; dan (9) melaksanakan wewenang lain

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    b. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang, Kepala Desa mempunyai

    kewajiban: (1) memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

    mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia; (2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (3) memelihara

    ketentraman dan ketertiban masyarakat; (4) melaksanakan kehidupan

    demokrasi; (5) melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan

    bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; (6) menjalin hubungan kerja dengan

    seluruh mitra kerja pemerintahan desa; (7) menaati dan menegakkan seluruh

    peraturan perundang-undangan; (8) menyelenggarakan administrasi

    pemerintahan desa yang baik; (9) melaksanakan dan mempertanggung-

    jawabkan pengelolaan keuangan desa; (10) melaksanakan urusan yang menjadi

    kewenangan desa; (11) mendamaikan perselisihan masyarakat di desa; (12)

    mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa; (13) membina, mengayomi

    dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat; (14) memberdayakan

    masyarakat dan kelembagaan di desa; dan (15) mengembangkan potensi

    sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    21/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    20

    c. Selain kewajiban tersebut diatas, Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk

    memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/

    Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD,

    serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

    masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa disampaikankepada Bupati/Walikota melalui Camat 1(satu) kali dalam satu tahun. Laporan

    keterangan pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan 1(satu) kali dalam

    satu tahun dalam musyawarah BPD. Menginformasikan laporan

    penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat, dapat berupa

    selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan

    secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau

    media lainnya. Laporan tersebut digunakan oleh Bupati/Walikota sebagai dasarmelakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan

    pembinaan lebih lanjut. Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan

    kepada Bupati/ Walikota melalui Camat dan kepada BPD.

    d. Kepala desa dilarang: (1) menjadi pengurus partai politik; (2) merangkap

    jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan

    di desa bersangkutan; (3) merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD; (4)

    terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan

    kepala daerah; (5) merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok

    masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; (6)

    melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau

    jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang

    akan dilakukannya; (7) menyalahgunakan wewenang; dan (8) melanggar

    sumpah/janji jabatan.

    e. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

    pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

    f. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi

    syarat. Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan

    adil. Pemilihan Kepala Desa dan masa jabatan kepala desa dalam kesatuan

    masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan

    yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat, yang diatur

    dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan wajib memperhatikan nilai-nilai

    sosial budaya dan adat istiadat kesatuan masyarakat hukum adat setempat.

    g. Kepala Desa berhenti, karena meninggal dunia, permintaan sendiri, atau

    diberhentikan. Kepala Desa diberhentikan karena: (1) berakhir masa

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    22/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    21

    jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; (2) tidak dapat melaksanakan

    tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama

    6 (enam) bulan; (3) tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa; (4)

    dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; (5) tidak melaksanakan kewajiban

    kepala desa; dan/atau (6) melanggar larangan bagi kepala desa.h. Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dilaksanakan setelah adanya

    persetujuan tertulis dari Bupati/Walikota. Hal-hal yang dikecualikan dari

    ketentuan ini adalah: (a) tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan;

    dan (b) diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan

    pidana mati. Tindakan penyidikan tersebut diberitahukan secara tertulis oleh

    atasan penyidik kepada Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga) hari.

    i. Kepala Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan

    lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa. Penghasilan tetap

    dan/atau tunjangan lainnya yang diterima Kepala Desa paling sedikit sama

    dengan Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota, yang ditetapkan setiap tahun

    dalam Anggaran Pendapatand an Belanja Desa (APB-Desa).

    4. Perangkat Desa

    a. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas

    dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Desa

    bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

    b. Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu:

    (1) berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat; (2) mempunyai

    pengetahuan tentang teknis pemerintahan; (3) mempunyai kemampuan di bidang

    administrasi perkantoran; (4) mempunyai pengalaman di bidang administrasi

    keuangan dan di bidang perencanaan; (5) memahami sosial budaya masyarakat

    setempat; dan (6) bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.

    c. Sekretaris Desa yang diisi daripegawai negeri sipil, diangkat oleh Sekretaris

    Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.

    d. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa.

    Pengangkatan Perangkat Desa lainnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala

    Desa. Usia Perangkat Desa paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling

    tinggi 60 (enam puluh) tahun.

    e. Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan

    lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa. Penghasilan tetap

    dan/atau tunjangan lainnya yang diterima Perangkat Desa paling sedikit sama

    dengan Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota, yang ditetapkan setiap tahun

    dalam Anggaran Pendapatand an Belanja Desa (APB-Desa).

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    23/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    22

    5. Oleh karena itu, fokus pemantapan kelembagaan Pemerintahan Desa adalah:

    a. Penataan susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa, yakni penataan

    Sekretariat Desa (sebagai unsur staf), penataan pelaksana teknis lapangan

    (sebagai unsur lini), dan penataan Dusun (sebagai unsur wilayah), dengan

    kejelasan pembagian tugas dan fungsi, agar dapat mengemban tugas-tugaspemerintah desa secara efektif.

    b. Penataan proses pemilihan, penetapan, pengangkatan, pelantikan, dan

    pemberhentian Kepala Desa, agar proses pergantian Kepala Desa dapat

    dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

    c. Penataan proses seleksi, penetapan, dan pengangkatan Perangkat Desa, agar

    terwujud kesinambungan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan desa,

    meskipun terjadi pergantian Kepala Desa.d. Penataan pola hubungan antara Pemerintah Desa dengan Badan

    Permusyawatan Desa dan Lembaga kemasyarakatan.

    e. Penataan kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, agar memiliki

    kepastian dalam memperoleh penghasilan tetap dan tunjangan lainnya.

    f. Penataan pola pertanggungjawaban Perangkat Desa kepada Kepala Desa,

    agar Perangkat Desa dapat memberikan pertanggungjawaban pelaksanaan

    tugas dan fungsinya kepada Kepala Desa.

    g. Penataan pola laporan pertanggungjawaban Kepala Desa kepada Bupati/

    Walikota, memberikan keterangan laporan pertanggung-jawaban kepada

    Badan Permusyawaratan Desa, dan penyampaian informasi laporan

    pertangungjawaban kepada masyarakat, agar Kepala Desa seantiasa

    mempertanggungjawabkan pelaksanaaan tugas dan fungsinya sesuai

    ketentuan yang berlaku.

    h. Peningkatan kapasitas Kepala Desa dan Perankat Desa melalui kegiatan

    pendidikan dan pelatihan, pemagangan, studi banding, dll.

    E. Badan Permusy awaratan Desa/BPD

    1. Kedudukan BPD: BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara

    pemerintahan desa.

    2. Keanggotaan BPD:

    a. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan

    keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.

    Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan

    profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    24/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    23

    b. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima)

    orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas

    wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.

    c. Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Anggota

    BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secarabersama-sama di hadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/Walikota.

    d. Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan

    1 (satu) orang Sekretaris, yang dipilih dari dan oleh anggota BPD secara

    langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.

    e. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai

    Kepala Desa dan Perangkat Desa.

    f. Pimpinan dan Anggota BPD dilarang: (a) sebagai pelaksana proyek desa; (b)merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan

    mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; (c) melakukan korupsi,

    kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang

    dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; (d)

    menyalahgunakan wewenang; dan (e) melanggar sumpah/ janji jabatan.

    3. Masa Jabatan anggota BPD: Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun

    dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

    4. Fungsi BPD: BPD berfungsi: (1) menetapkan peraturan desa bersama Kepala

    Desa; dan (2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

    5. Wewenang BPD: BPD mempunyai wewenang: (1) membahas rancangan

    peraturan desa bersama kepala desa; (2) melaksanakan pengawasan terhadap

    pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa; (3) mengusulkan

    pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; (4) membentuk panitia pemilihan

    kepala desa; (5) menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan

    menyalurkan aspirasi masyarakat; dan (6) menyusun tata tertib BPD.

    6. BPD mempunyai hak: (1) meminta keterangan kepada Pemerintah Desa; dan (2)

    menyatakan pendapat.

    7. Anggota BPD mempunyai hak: (1) mengajukan rancangan peraturan desa; (2)

    mengajukan pertanyaan; (3) menyampaikan usul dan pendapat; (4) memilih dan

    dipilih; dan (5) memperoleh tunjangan.

    8. Anggota BPD mempunyai kewajiban: (1) mengamalkan Pancasila, melaksanakan

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati

    segala peraturan perundang-undangan; (2) melaksanakan kehidupan demokrasi

    dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; (3) mempertahankan dan memelihara

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    25/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    24

    hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (4)

    menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

    (5) memproses pemilihan kepala desa; (6) mendahulukan kepentingan umum

    diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; (7) menghormati nilai-nilai

    sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan (8) menjaga norma danetika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.

    9. Rapat BPD: Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD, dan dinyatakan sah apabila

    dihadiri oleh sekurang-kurangnya (satu per dua) dari jumlah anggota BPD, dan

    keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal tertentu Rapat

    BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)

    dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan

    sekurang-kurangnya (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPDyang hadir. Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi

    dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD.

    10. Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan

    keuangan desa. Tunjangan pimpinan dan anggota BPD ditetapkan dalam APB-

    Desa. Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan

    keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD, dan ditetapkan setiap tahun

    dalam APB-Desa.

    11. Oleh karena itu, fokus pemantapan Badan Permusyawaratan Desa/BPD adalah:

    a. Penataan susunan organisasi Badan Permusyawaratan Desa, yang terdiri dari:

    (a) Ketua dan wakil Ketua BPD (sebagai unsur pimpinan); (b) anggota BPD;

    dan (c) Sekretariat BPD (yang dipimpin oleh Sekretaris BPD);

    b. Penataan kedudukan, wewenang, tugas, dan fungsi BPD;

    c. Penataan wewenang, tugas, dan fungsi anggota BPD;

    d. Penataan kedudukan keuangan anggota BPD dan biaya operasional

    Sekretariat BPD;

    e. Penataan Tata Tertib BPD, termasuk penyelenggaraan rapat-rapat BPD dan

    Kode Etik BPD.

    f. Peningkatan kapasitas anggota BPD melalui kegiatan pendidikan dan

    pelatihan, pemagangan, studi banding, dll.

    F. Lemb aga Kemasyarakatan

    1. Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan, yang ditetapkan dengan

    Peraturan Desa.

    2. Lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan

    merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa, yang meliputi: (a)

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    26/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    25

    menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; (b) melaksanakan,

    mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan

    secara partisipatif; (c) menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong

    royong dan swadaya masyarakat; dan (d) menumbuh-kembangkan kondisi

    dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat.3. Dalam melaksanakan tugasnya, lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi: (a)

    penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pemba-ngunan; (b)

    penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam

    kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; (c) peningkatan

    kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; (d) penyusunan

    rencana, pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil pembangunan

    secara partisipatif; (e) penumbuh-kembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi,serta swadaya gotong royong masyarakat; (f) pemberdayaan dan peningkatan

    kesejahteraan keluarga; dan (g) pemberdayaan hak politik masyarakat.

    4. Kegiatan lembaga kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat terwujudnya

    kesejahteraan masyarakat melalui: (a) peningkatan pelayanan masyarakat; (b)

    peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; (c) pengembangan

    kemitraan; (d) pemberdayaan masyarakat; dan (e) pengembangan kegiatan lain

    sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.

    5. Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggota

    masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan kepedulian dalam

    pemberdayaan masyarakat. Susunan dan jumlah pengurus lembaga

    kemasyarakatan disesuaikan dengan kebutuhan.

    6. Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa

    bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.

    7. Dana kegiatan lembaga kemasyarakatan dapat bersumber dari: (a) swadaya

    masyarakat; (b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; (c) Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan/atau Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Daerah Provinsi; (d) bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

    Pemerintah Kabupaten/Kota; (e) bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.

    G. Pengelolaan Keuangan Desa

    1. Keuangan Desa:

    a. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa dalam rangka

    penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk

    didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

    kewajiban desa tersebut.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    27/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    26

    b. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan proses kegiatan, yang

    meliputi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,

    pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan desa.

    c. Pengelolaan keuangan desa dilakukan secara tertib dan terencana yang

    ditetapkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.2. Sumber Pendapatan Desa:

    a. Sumber pendapatan desa terdiri atas: (a) pendapatan asli desa, terdiri dari hasil

    usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong

    royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah; (b) bagi hasil pajak

    daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa

    dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa; (c)

    bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima olehKabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus), yang

    pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi

    dana desa; (d) bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

    Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

    (e) hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

    b. Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak

    dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

    c. Sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik pajak maupun retribusi

    yang sudah dipungut oleh Provinsi atau Kabupaten/Kota tidak dibenarkan

    adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa.

    d. Bagian desa dari perolehan bagian pajak dan retribusi daerah ditetapkan

    dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan pengalokasiannya ditetapkan

    dengan Peraturan Bupati/Walikota.

    e. Bantuan keuangan kepada desa (dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan

    Pemerintah Kabupaten/Kota), serta Alokasi Dana Desa disalurkan melalui

    kas desa.

    f. Pemberian hibah dan sumbangan tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak

    penyumbang kepada desa. Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang

    bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris

    kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APB-Desa.

    g. Khusus mengenai Alokasi Dana Desa (ADD), kebijakan alokasi diatur dalam 2

    (dua) pola sebagai kesatuan alokasi, yakni: (a) Pola Minimal, yakni sebesar

    60% dari total Alokasi Dana Desa dibagikan secara merata untuk seluruh

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    28/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    27

    Desa; dan (b) Pola Proporsional, yakni sebesar 40% dari total Alokasi Dana

    Desa dibagikan secara proporsional kepada desa-desa tertentu atau seluruh

    desa sesuai tingkat kemampuan keuangan desa yang berangkutan (fiscal

    capacity)yang berkenaan dengan variabel potensi ekonomi yang mendukung

    peningkatan pendapatan asli desa, serta constrain variabel yang dapatmenghambat perkembangan pembangunan desa (seperti tingkat pendidikan

    dan kesehatan, ketersediaan infrastruktur, dan keterjangkauan wilayah desa).

    Ratio pnggunaan dana ADD adalah 30% untuk biaya operasional Pemerintahan

    Desa dan 70% untuk pemberdayan masyarakat.

    3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa):

    a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah rencana keuangan tahunan

    pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Kepala Desa danBadan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

    b. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah:

    1) Fungsi otorisasi: APBDesa menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan

    dan belanja desa pada tahun yang bersangkutan.

    2) Fungsi perencanaan: APBDesa menjadi pedoman bagi manajemen dalam

    merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

    3) Fungsi pengawasan: APBDesa menjadi pedoman utk menilai apakah

    kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan

    yang telah ditetapkan.

    4) Fungsi alokasi: APBDesa harus diarahkan utk menciptakan lapangan

    kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta

    meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian desa.

    5) Fungsi distribusi: kebijakan APBDesa harus memperhatikan rasa keadilan

    dan kepatutan masyarakat.

    c. Prinsip-prinsip penganggaran di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Desa adalah:

    1) semua penerimaan (baik dalam bentuk uang, maupun barang dan/atau

    jasa) dianggarkan dalam APBDesa.

    2) seluruh pendapatan dan belanja dianggarkan secara bruto.

    3) jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat dicapai serta

    berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

    4) penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian

    tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung dengan

    dasar hukum yang melandasinya.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    29/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    28

    d. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, terdiri dari pendapatan

    Desa, belanja Desa dan pembiayaan, yakni:

    1) Anggaran Pendapatan terdiri dari:

    a) Pendapatan Asli Desa, terdiri dari: (1) Hasil Usaha Desa; (2) Hasil

    Kekayaan Desa; (3) Hasil Swadaya dan Partisipasi Masyarakat; (4) HasilGotong Royong Masyarakat; dan (5) Lain-lain Pendapatan Asli Desa

    Yang Sah (seperti Hibah dan Sumbangan Dari Pihak Ketiga);

    b) Bagi Hasil Pejak Daerah (PBB, dan jenis Pajak lainnya).

    c) Bagi Hasil Retribusi Daerah (Retribusi Pasar, dan lainya).

    d) Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten;

    e) Bantuan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota.2) Anggaran Belanja terdiri dari:

    a) Belanja Tidak Langsung, terdiri dari: (1) Belanja Pegawai (seperti

    Penghasilan Tetap dan tunjangan bagi Kepala Desa, Perangkat Desa,

    BPD); (2) Belanja Hibah/Bantuan Sosial (contoh: bantuan kepada anak

    keluarga miskin); (3) Belanja Subsidi (misalnya: untuk Perpustakaan

    Sekolah Dasar di Desa); dan (4) Belanja Tidak terduga.

    b) Belanja Langsung, terdidi dari: (1) Belanja Pegawai (Honorarium

    Kegiatan); (2) Belanja Barang dan Jasa (ATK, Listrik, Telpon, Perjalanan

    dinas, Pakaian dinas, dll); (3) Belanja Modal (Bangun Gedung,

    Komputer, Mesin Tik, dll)

    3) Anggaran Pembiayaan, terdiri dari:

    a) Penerimaan Pembiayaaan, terdiri dari: (1) Sisa Lebih Perhitungan

    Anggaran Tahun Sebelumnya; (2) Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang

    dipisahkan; (3) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; dan (4)

    Pencairan Dana Cadangan.

    b) Pengeluaran Pembiayaan, terdiri dari: (1) Pembentukan Dana

    Cadangan; (2) Penyertaam Modal/Investasi Desa; dan (3) Pemberian

    Pinjaman Desa.

    e. Perencanaan dan Penganggaran APB-Desa:

    1) Penyusunan APB-Desa diawali dengan: (1) penyusunan Rencana Kerja

    Pembangunan Desa/RKPD (sebagai rencana tahunan desa), yang dibahas

    dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan/Musrenbang desa;

    dan RKPD harus merujuk kepada Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Desa/RPJM-Desa (sebagai rencana lima tahunan desa); dan (2)

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    30/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    29

    penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Desa (RKA-Desa), yang terdiri

    dari RKA-Desa untuk biaya operasioal Pemerintahan Desa dan RKA-Desa

    untuk pemberdayaan masyarakat.

    2) Rancangan APB-Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan

    pembangunan desa. Hasil pembahasan rancangan APB-Desa ditempatkansebagai Lampiran dari Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran

    Pendapatan dan belanja Desa.

    3) Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB-Desa setiap tahun dengan

    Peraturan Desa.

    f. Pelaksanaan dan Penatausahaan APB-Desa:

    1) Pelaksanaan APB-Desa: (a) Pelaksanaan anggaran pendapatan desa

    didasari prinsip semua penerimaan desa disetor ke kas desa sebagaipendapatan desa; dan (b) Pelaksanaan Anggaran belanja Desa didasari

    prinsip pembayaran atas beban APB-Desa dapat dilakukan berdasarkan

    Surat Perintah Membayar/SPM yang diterbitkan oleh pengguna

    anggaran/kuasa pengguna anggaran.

    2) Penatausahaan APB-Desa:

    a) Kepala Desa:

    (1) Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan

    Desa. Dalam melaksanakan kekuasaannya, Kepala Desa

    berwenang mewakili Pemerintahan Desa dalam kepemilikan

    kekayaan desa yang dipisahkan (seperti BUM-Desa);

    (2) Kepala Desa dapat melimpahkan sebagian atau seluruh

    kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan,

    penatausahaan, pelaporan kepada perangkat desa;

    (3) Kepala Desa Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa,

    mempunyai kewenangan menetapkan: (a) kebijakan pelaksanaan

    APB-Desa; (b) kebijakan pengelolaan kekayaan desa; (c) kuasa

    pengguna anggaran/pengguna barang; (d) bendahara penerimaan

    dan/atau bendahara pengeluaran; (e) pejabat yang melakukan

    penerimaan desa; (f) pejabat yang mengelola barang milik desa; dan

    (g) pejabat yang menguji tagihan dan memerintahkan pembayaran.

    b) Sekretaris Desa:

    (1) Sekretaris Desa membantu Kepala Desa dalam menyusun kebijakan

    dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan Pemeintahan

    Desa, termasuk pengelolaan Keuangan Desa.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    31/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    30

    (2) Sekretaris Desa mempunyai tugas koordinasi di bidang: (a)

    penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APB-Desa

    dan barang milik desa; (b) penyusunan rancangan RAPB-Desa dan

    Rancangan Perhitungan APB-Desa; (c) penyusunan Raperdes APB-

    Desa, PAPB-Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB-Desa; (d) tugas-tugas Perangkat Desa lainnya yang berkenaan

    dengan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa, serta

    pelaksanaan dan penata-usahaan keuangan desa; (e) penyusunan

    laporan Keuangan Desa dalam rangka pertanggungjawaban

    pelaksanaan APB-Desa; (f) menyiapkan petunjuk pelaksanaan APB-

    Desa dan pengelolaan barang milik desa; (g) Melaksanakan tugas-

    tugas koordinasi pengelolaan Keuangan Desa lainnya berdasarkankuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Desa; dan (8)

    Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas kepada Kepala Desa.

    c) Perangkat Desa:

    (1) Perangkat Desa diberi tugas menatausahakan keuangan desa, seperti

    sebagai Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dan Bendahara Desa.

    (2) Perangkat desa dalam pelaksanaan tugas pengelolaan keuangan

    desa bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

    g. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa

    1) Jenis-jenis laporan keuangan desa, meliputi: laporan realisasi anggaran;

    neraca; laporan arus kas; dan catatan atas laporan keuangan (yang harus

    menggambarkan tentang hak, kewajiban dan kekayaan desa pada akhir

    tahun, serta sumber dan penggunaannya);

    2) Laporan keuangan desa diperiksa oleh Badan Pengawasan Daerah

    Kabupaten/Kota sebelum diajukan dalam bentuk Rancangan Peraturan

    Desa tentang Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa kepada

    Basan Permusyawaratan Desa.

    h. Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa:

    1) Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

    pengelolaan keuangan desa.

    2) Pembinaan keuangan desa ditekankan pada aspek pembinaan manajerial

    dan saran perbaikan ke depan.

    3) Pengawasan/pemeriksaan oleh Badan Pengawasan Daerah

    Kabupaten/Kota

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    32/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    31

    i. Pedoman pengelolaan keuangan desa dan Pedoman penyusunan APB-Desa,

    perubahan APB-Desa, perhitungan APB-Desa dan pertanggungjawaban

    pelaksanaan APB-Desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.

    H. Badan Usaha Milik Desa

    1. Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desadapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi

    Desa. Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa

    berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

    2. Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus berbadan hukum. Badan Usaha Milik

    Desa adalah usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa. Kepengurusan

    Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat.

    3. Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari: (a) Pemerintah Desa; (b)tabungan masyarakat; (c) bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan

    Pemerintah Kabupaten/Kota; (d) pinjaman; dan/atau (e) penyertaan modal pihak

    lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan.

    4. Badan Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan. Pinjaman dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.

    I . Pengelo laan Kekayaan/Asset Desa

    1. Kekayaan/asset desa merupakan bagian dari keuangan desa, karena

    pembentukan kekayaan desa dibiayai dari keuangan desa.

    2. Jenis-jenis kekayaan/asset Desa, antara lain: (a) tanah kas desa; (b) pasar desa;

    (c) pasar hewan; (d) tambatan perahu; (e) bangunan desa; (f) pelelangan ikan

    yang dikelola oleh desa; dan (g) lain-lain kekayaan milik desa.

    3. Lain-lain kekayaan milik desa, dapat berupa: (a) barang yang dibli atau diperoleh

    atas beban APB-Desa atau APBD Kabupaten/Kota; (b) barang yang berasal dari

    perolehan lainnya dan atau hibah dan sumbangan dari pihak ketiga; (c) barang

    yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak sesauai peraturan

    perundang-undangan; (d) barang yang dihibaholeh Pemerintah Puisat, Provinsi

    dan/atau kabupatyen/kota; (e) barang yang diperoleh dari hasil kerjasama desa.

    4. Pengelolaan kekayaan desa berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum,

    keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai, dan diarahkan untuk

    meningkatkan pendapatan desa, dengan mendapat persetujuan Badan

    Permusyawaratan Desa.

    5. Kekayaan desa dapat diperoleh melalui: (a) pembelian; (b) sumbangan dan/atau

    bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat; (c) bantuan dari

    pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota;

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    33/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    32

    6. Jenis pemanfaatan kekayaan desa, dapat berupa sewa, pinjam pakai, kwerjasama

    pemanfaatan, bangun serah guna, atau bangun guna serah, yang menguntungkan

    bagi kepentingan masyarakat desa dan peningkatan pendapatan desa.

    7. Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan desa kepada

    Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-waktu.8. Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan atas pengelolaan

    kekayaan desa.

    J. Produ k Hukum Desa

    1. Jenis-Jenis Produk Hukum Desa:

    a. Ada tiga jenis produk hukum desa, yakni: (a) Peraturan Desa; (b) Peraturan

    Kepala Desa; dan (c) Keputusan Kepala Desa.

    b. Penetapan produk hukum desa tidak boleh betentangan dengan kepentinganmasyarakat dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

    2. Peraturan Desa

    a. Pembentukan Peraturan Desa merupakan pelaksanaan kewenangan

    mengatur (regeling)yang dimiliki Pemerintah Desa, sehingga Peraturan Desa

    dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

    b. Peraturan Desa merupakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan

    oleh Kepala Desa bersama BPD.

    c. Peraturan Desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-

    undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya

    masyarakat desa setempat.

    d. Peraturan Desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan

    perundang-undangan yang baik, yang meliputi: kejelasan tujuan; kelembagaan

    atau organ pembentuk yang tepat; kesesuaian antara jenis dan materi muatan;

    dapat dilaksanakan; kedayagunaan dan kehasilgunaan; kejelasan rumusan;

    dan keterbukaan.e. Materi muatan Peraturan Desa adalah seluruh materi muatan dalam rangka

    penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan

    masyarakat, serta penjabaran lebih lanjut dari ketentuan peraturan perundang-

    undangan yang lebih tinggi.

    f. Rancangan Peraturan Desa dapat berasal dari BPD dan atau Kepala Desa.

    Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam

    rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Desa.

    g. Pembahasan Rancangan Peraturan Desa dilakukan oleh BPD dan dapat

    meminta Kepala Desa untuk memberikan penjelasan terhadap materi

    Rancangan Peraturan Desa.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    34/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    33

    h. Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

    (APB-Desa) yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala

    Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada

    Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Hasil evaluasi Bupati/Walikota terhadap

    Rancangan Peraturan Desa disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari

    kepada Kepala Desa. Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu dimaksud,

    Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB-

    Desa menjadi Peraturan Desa.

    i. Peraturan Desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD disampaikan

    oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat sebagai bahan

    pengawasan dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.

    j. Agar masyarakat mengetahui setiap Peraturan Desa yang ditetapkan oleh

    Kepala Desa dan BPD, maka setiap Peraturan Desa diumumkan dalam Berita

    Darah Kabupaten/Kota.

    3. Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa

    a. Untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala Desa menetapkan Peraturan

    Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa. Pembentukan Peraturan Kepala

    Desa merupakan pelaksanaan kewenangan mengurus yang dimiliki oleh

    Pemerintah Desa, dan pembentukan Keputusan Kepala Desa merupakan

    pelaksanaan kewenangan administratif yang dimiliki oleh Pemerintah Desa.

    b. Peraturan Kepala Desa merupakan peraturan perundang-undangan yang

    ditetapkan oleh Kepala Desa dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan

    peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

    c. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa

    yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa

    maupun Peraturan Kepala Desa.

    d. Materi muatan Peraturan Kepala Desa adalah penjabaran yang bersifat

    pengaturan dalam pelaksanaan Peraturan Desa, sedangkan materi muatanKeputusan Kepala Desa adalah penjabaran yang bersifat penetapan dalam

    pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa.

    e. Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa ditetapkan oleh Kepala

    Desa. Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa dilarang bertentangan

    dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

    f. Kebijakan teknis mengenai pedoman pembentukan dan mekanisme

    penyusunan Peraturan Desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

    dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Nomor 29

    Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan

    Peraturan Desa.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    35/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    34

    K. Adm inistrasi Desa

    1. Administrasi Desa adalah seluruh proses kegiatan keseluruhan proses kegiatan

    pencatatan data dan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa

    pada Buku Administrasi Desa.

    2. Jenis-jenis Aministrasi Dsa adalah:a. Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai

    kegiatan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum;

    b. Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi

    mengenai penduduk dan mutasi penduduk pada Buku Administrasi Penduduk;

    c. Administrasi Keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi

    mengenai pengelolaan keuangan desa pada Buku Administrasi Keuangan;

    d. Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasipembangunan yang akan, sedang dan telah dilaksanakan pada Buku

    Administrasi Pembangunan;

    e. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah kegiatan pencatatan

    data dan informasi mengenai BPD.

    3. Bentuk Administrasi Umum terdiri dari:

    a. Buku Data Peraturan Desa;

    b. Buku Data Peraturan Kepala Desa;

    c. Buku Data Keputusan Kepala Desa;

    d. Buku Data Inventaris Desa;

    e. Buku Data Aparat Pemerintah Desa;

    f. Buku Data Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa;

    g. Buku Data Tanah di Desa;

    h. Buku Agenda;

    i. Buku Ekspedisi.

    4. Bentuk Administrasi Penduduk terdiri dari :

    a. Buku Data Induk Penduduk Desa;

    b. Buku Data Mutasi Penduduk Desa;

    c. Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan;

    d. Buku Data Penduduk Sementara.

    5. Bentuk Administrasi Keuangan Desa terdiri dari:

    a. Buku Anggaran Pendapatan;

    b. Buku Anggaran Belanja;

    c. Buku Anggaran Pembiayaan;

    d. Buku Kas Umum;

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    36/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    35

    e. Buku Kas Pembantu Penerimaan;

    f. Buku Kas Pembantu Pengeluaran;

    g. Buku Bank;

    h. Buku Register Surat Permintaan Pembayaran/SPP;

    i. Buku Register Lembar Penguji SPP;j. Buku Register Surat Perintah Membayar/SPM;

    6. Bentuk Administrasi Pembangunan terdiri dari :

    a. Buku Data Profil Desa;

    b. Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/RPJM-Desa;

    c. Buku Rencana Kerja Pembangunan Desa/RKP-Desa;

    d. Buku Kegiatan Pembangunan;

    e. Buku Inventaris Kegiatan Pembangunan;f. Buku Register dan Kader-kader Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat.

    g. Buku Register Pengurus dan Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan.

    7. Bentuk Administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terdiri dari :

    a. Buku Data Anggota BPD;

    b. Buku Data Keputusan BPD;

    c. Buku Data Kegiatan BPD;

    d. Buku Agenda BPD;

    e. Buku Ekspedisi BPD.

    8. Jenis dan bentuk administrasi lainnya dapat ditambah sesuai kebutuhan dan

    ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.

    9. Model dan tata cara pengisian Buku Administrasi Desa harus bersifat standard,

    agar mudah dicatat dan disimpan/diarsipkan.

    10. Pemerintah Kabupaten/Kota dan Camat wajib membina dan mengawasi

    Pelaksanaan Tata Administrasi Pemerintahan Desa, yang meliputi:

    a. menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan Administrasi Pemerintahan Desa;

    b. memberikan pedoman teknis Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan Desa;

    c. melakukan evaluasi dan pengawasan Pelaksanaan Administrasi

    Pemerintahan Desa;

    d. Memfasilitasi penataan Administrasi Pemerintahan Desa;

    e. melakukan pengawasan terhadap Administrasi Pemerintahan Desa;

    f. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi Pelaksanaan Administrasi

    Pemerintahan Desa;

    11. Ketentuan mengenai Administrasi Desa diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri

    Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    37/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    36

    L. Pembinaan dan Pengawasan Penyelengg araan Pemerintahan Desa

    1. Pemerintah dan Pemerintah Provinsi wajib membina penyelenggaraan

    pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan.

    2. Pemerintah Kabupaten/Kota dan Camat wajib membina dan mengawasi

    penyelenggaraan pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan.3. Pembinaan oleh Pemerintah Pusat, meliputi: (a) memberikan pedoman dan

    standar pelaksanaan urusan pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan;

    (b) memberikan pedoman tentang bantuan pembiayaan dari pemerintah,

    pemerintah provinsi dan kabupaten/kota kepada desa; (c) memberikan pedoman

    pendidikan dan pelatihan; (d) memberikan pedoman penyusunan perencanaan

    pembangunan partisipatif; (e) memberikan pedoman dan standar tanda Jabatan,

    pakaian dinas dan atribut bagi Kepala Desa serta perangkat desa; (f) memberikanbimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pemerintahan desa dan

    lembaga kemasyarakatan; (g) memberikan penghargaan atas prestasi yang

    dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan lembaga

    kemasyarakatan; (h) menetapkan bantuan keuangan langsung kepada Desa; (i)

    melakukan pendidikan dan pelatihan tertentu kepada aparatur pemerintah daerah

    yang bertugas membina Pemerintahan Desa; (j) melakukan penelitian tentang

    penyelenggaraan pemerintahan desa pada desa-desa tertentu; (k) melakukan

    upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan perdesaan; dan (l)

    pembinaan lainnya yang diperlukan.

    4. Pembinaan oleh Pemerintah Provinsi, meliputi: (a) memberikan pedoman

    pelaksanaan tugas pembantuan dari provinsi; (b) menetapkan bantuan keuangan

    dari pemerintah provinsi; (c) memfasilitasi penyusunan peraturan daerah

    kabupaten/kota; (d) melakukan pengawasan peraturan daerah kabupaten/kota; (e)

    memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat,

    lembaga adat beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan pemerintahan

    desa; (f) melaksanakan pendidikan dan pelatihan tertentu skala provinsi; (g)

    melakukan penelitian tentang penyelenggaraan pemerintahan desa pada desa-

    desa tertentu; (h) memberikan penghargaan atas prestasi penyelenggaraan

    pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan tingkat provinsi; dan (i)

    melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan perdesaan

    skala provinsi.

    5. Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, meliputi: (a)

    menetapkan pengaturan kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan

    pengaturannya kepada desa; (b) memberikan pedoman pelaksanaan tugas

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    38/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    37

    pembantuan dari kabupaten/kota ke desa; (c) memberikan pedoman penyusunan

    peraturan desa dan peraturan kepala desa; (d) memberikan pedoman teknis

    pelaksanaan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan; (e) memberikan

    pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; (f) melakukan

    penelitian tentang penyelenggaraan pemerintahan desa; (g) melakukan evaluasidan pengawasan peraturan desa; (h) menetapkan pembiayaan alokasi dana

    perimbangan untuk desa; (i) mengawasi pengelolaan keuangan desa dan

    pendayagunaan aset desa; (j) melakukan pembinaan dan pengawasan

    penyelenggaraan pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan; (k)

    memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat,

    lembaga adat beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan pemerintahan

    desa; (l) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pemerintah desa danlembaga kemasyarakatan; (m) menetapkan pakaian dan atribut lainnya bagi

    Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD sesuai dengan kondisi dan sosial budaya

    masyarakat setempat; (n) memberikan penghargaan atas prestasi yang

    dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan lembaga

    kemasyarakatan; (o) memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh

    kepala desa sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan; (p)

    melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan perdesaan.

    6. Pembinaan dan pengawasan oleh Camat, meliputi: (a) memfasilitasi penyusunan

    peraturan desa dan peraturan kepala desa; (b) memfasilitasi administrasi tata

    pemerintahan desa; (c) memfasilitasi pengelolaan keuangan desa dan

    pendayagunaan aset desa; (d) memfasilitasi pelaksanaan urusan otonomi daerah

    Kabupaten/Kota yang diserahkan kepada desa; (e) memfasilitasi penerapan dan

    penegakan peraturan perundang-undangan; (f) memfasilitasi pelaksanaan tugas

    kepala desa dan perangkat desa; (g) memfasilitasi upaya penyelenggaraan

    ketentraman dan ketertiban umum; (h) memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi,

    dan kewajiban lembaga kemasyarakatan; (i) memfasilitasi penyusunan

    perencanaan pembangunan partisipatif; (j) memfasilitasi kerjasama antar desa

    dan kerjasama desa dengan pihak ketiga; (k) memfasilitasi pelaksanaan

    pemberdayaan masyarakat desa; (l) memfasilitasi kerjasama antar lembaga

    kemasyarakatan dan kerjasama lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga;

    (m) memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga

    kemasyarakatan; dan (n) memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam

    pengembangan lembaga kemasyarakatan.

  • 7/24/2019 Materi Bpd Lengkap

    39/239

    Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

    38

    KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

    BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG

    2 0 1 2

    SUB MATA LATIHAN