matematika sebagai bahasa

3
Matematika sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang- lambang matematika bersifat “artifisal” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa tersebut maka dapat digunakan matematika. Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dai bahasa verbal. Lambang-lambang yang terdapat pada matematika dibuat secara artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang kita kaji. Sebuah obyek yang sedang kita telaah dapat kita lambangkan dengan apa saja sesuai dengan perjanjian kita. Pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional. Perkembangan Matematika Ilmu dibagi ke dalam tiga tahapan apabila ditinjau dari perkembangannya, yakni tahap sistematika, komparatif, dan kuantitatif. Pada tahap sistematika, maka ilmu mulai menggolong-golongkan obyek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu. Dengan penggolongan tersebut, memungkinkan kita untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota yang menjadi kelompok tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum ini merupakan pengetahuan bagi manusia dalam mengenali dunia fisik. Tahap kedua yakni tahap komparatif, kita mulai

Upload: astri-yulianti

Post on 04-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

filsafat ipa

TRANSCRIPT

Matematika sebagai BahasaMatematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisal yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya.Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa tersebut maka dapat digunakan matematika. Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dai bahasa verbal. Lambang-lambang yang terdapat pada matematika dibuat secara artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang kita kaji. Sebuah obyek yang sedang kita telaah dapat kita lambangkan dengan apa saja sesuai dengan perjanjian kita. Pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.

Perkembangan MatematikaIlmu dibagi ke dalam tiga tahapan apabila ditinjau dari perkembangannya, yakni tahap sistematika, komparatif, dan kuantitatif. Pada tahap sistematika, maka ilmu mulai menggolong-golongkan obyek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu. Dengan penggolongan tersebut, memungkinkan kita untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota yang menjadi kelompok tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum ini merupakan pengetahuan bagi manusia dalam mengenali dunia fisik. Tahap kedua yakni tahap komparatif, kita mulai melakukan perbandingan antara obyek satu dengan obyek yang lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan seterusnya. Kita mulai mencari hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara berbagai obyek yang kita kaji. Tahap selanjutnya adalah tahap kuantitatif, dimana kita mencari hubungan sebab akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari obyek yang sedang kita selidiki. Matematika juga berfungsi sebagai alat berfikir. Matematika, menurut Wittgenstein, tak lain adalah suatu metode berfikir logis. Berdasarkan perkembangannya, maka masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna. Dalam prespektif inilah maka logika berkembang menjadi matematika. Seperti disimpulkan oleh Bertrand Russell, matematika adalah masa kedewasaan logika, dan logika adalah masa kecil matematika.Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif. Namun tidak semua ahli filsafat setuju dengan pernyataan bahwa matematika adalah pengetahuan yang bersifat deduktif. Dewasa ini orang berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan yang bersifat rasional yang kebenarannya tidak tergantung kepada pembuktian secara empiris. Perhitungan matematika bukanlah suatu eksperimen. Memang, menurut akal sehat sehari-hari, kebenaran matematika tidak ditentukan oleh pembuktian secara empiris, melainkan kepada proses penalaran deduktif. Di samping sarana berpikir deduktif yang merupakan aspek estetik, matematika juga merupakan kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus menggunakan matematika.