mata latih 2 kebijakan pemerintah dalam … · rencana kerja tindak lanjut. 254 31 mata latih 2 :...

30
29 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI MATA LATIH 2 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN DESA MELALUI BUM DESA

Upload: duongkiet

Post on 10-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

29

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALDAN TRANSMIGRASI

MATA LATIH 2KEBIJAKAN PEMERINTAH

DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN DESA MELALUI BUM DESA

255

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALDAN TRANSMIGRASI

MATA LATIH 7EVALUASI, PEMBULATAN DAN

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT

254 31

MATA LATIH 2 : KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN DESA MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)

Tujuan Belajar : Setelah mengikuti kegiatan pembahasan ini peserta dapat :

a. Memahami tentang Konsep dasar BUM Desa sebagai Motor Penggerak Perekonomian Desa.

b. Memahami tentang Membangun BUM Desa Yang Mandiri dan Berkelanjutan.

c. Memahami tentang pengembangan BUM Desa melalui kerjasama usaha

Sub Mata Latih : 2.1. Konsep Dasar BUM Desa.

2.2. Membangun BUM Desa yang Mandiri dan Berkelanjutan.

2.3. Pengembangan BUM Desa Melalui Kerjasama Usaha

Waktu : 6 Jam Pelajaran @ 45 menit (270 menit) untuk Pelatih

5 Jam Pelajaran @ 45 menit (225 menit) untuk masyarakat

ML 2.

32

MATA LATIH 2 : KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN DESA MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)

Sub Mata Latih 2.1.

: KONSEP DASAR BUM DESA

Tujuan Belajar : Setelah pembahasan mata latih ini, diharapkan peserta dapat :

a. Memahami tentang Maksud dan Tujuan BUM Desa

b. Memahami tentang Kelembagaan BUM Desa (Bentuk Organisasi BUM Desa dan Organisasi Pengelola BUM Desa)

c. Memahami dan Menjelaskan tentang Klasi� kasi Jenis Usaha BUM Desa

d. Memahami dan Menjelaskan tentang Permodalan BUM Desa

e. Memahami dan menjelaskan tentang Perizinan Usaha

f. Memahami dan menjelaskan tentang Kerjasama BUM Desa

g. Memahami dan menjelaskan tentang Pembubaran BUM Desa

h. Memahami dan menjelaskan tentang Pertanggungjawaban BUM Desa

SML 2.1.

253

5. Laporan Pendamping BUM DesaLaporan yang disusun oleh Pendamping BUM Desa dapat disajikan dalam sistematika sebagai berikut:

Gambar 15. Sistematika Laporan Pendamping BUM Desa

Terkait dengan kegiatan pendampingan yang dimaksud antara lain menyangkut:a. Lingkup kegiatan pendampingan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan/pengarahan, pengendalian serta pengembangan BUM Desa.b. Uraian kegiatan pendampingan sesuai strategi yang ditempuh, diantaranya

meliputi:1) Penguatan kelembagaan (BUM Desa)2) Pengembangan Jaringan /Kemitraan BUM Desa3) Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan desa4) Peningkatan peran serta masyarakat, aparat pemerintah desa dan tokoh

masyarakat dalam pengembangan BUM Desac. Capaian target pada tingkat sasaran pendampingan yang mencakup individu,

lembaga (BUM Desa) dan komunitas (desa).

***

JUDUL LAPORAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN

B. GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENDAMPINGAN

C. TINJAUAN ASPEK KEGIATAN PENDAMPINGAN1. Deskripsi Data/Informasi 2. Analisis 3. Faktor Pendukung dan Upaya Optimalisasinya4. Faktor Penghambat dan Alternatif Sosulinya

D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI1. Kesimpulan2. Rekomendasi

A. PENUTUP

LAMPIRAN:

252

4. Laporan Tim Pembina BUM Desa ProvinsiLaporan yang disusun oleh Tim Pembina BUM Desa pada tingkat provinsi dapat disajikan dalam sistematika sebagai berikut:

Gambar 14. Sistematika Laporan Tim Pembina BUM Desa Provinsi

JUDUL LAPORAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN

B. GAMBARAN PERKEMBANGAN BUM Desa

C. TINJAUAN ASPEK PERKEMBANGAN BUM Desa

1. Deskripsi Data/Informasi 2. Faktor Pendukung dan Penghambat3. Analisis

D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan2. Rekomendasi

A. PENUTUP

LAMPIRAN:

Rekapitulasi Perkembangan BUM Desa bulan/triwulan/tahun yang dilaporkan

33

Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab.

Media : Lembar Informasi SML 2.1., Lampiran SML. 2.1. Matrik Analisis Pengembangan Kelembagaan BUM Desa

Sarana : Kertas Plano, Spidol, Lakban, dll.

Waktu : 2 Jam Pelajaran (90 menit)

MMM

MMMMMM

34

PROSES PEMBELAJARAN

No LANGKAH-LANGKAHWAKTU(MENIT)

MEDIA

1

5

SML 2.1.

251

3. Laporan Tim Pembina BUM Desa KabupatenLaporan yang disusun oleh Tim Pembina BUM Desa pada tingkat kabupaten dapat disajikan dalam sistematika sebagai berikut:

Gambar 13. Sistematika Laporan Tim Pembina BUM Desa Kabupaten

JUDUL LAPORAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN

B. GAMBARAN PERKEMBANGAN BUM Desa

C. TINJAUAN ASPEK PERKEMBANGAN BUM Desa

1. Deskripsi Data/Informasi 2. Analisis 3. Faktor Pendukung dan Penghambat

D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan2. Rekomendasi

E. PENUTUP

LAMPIRAN:

Rekapitulasi Perkembangan BUM Desa bulan/triwulan/tahun yang dilaporkan

PENGANTAR• Pelatih menjelaskan tujuan penyampaian

materi sebagai awal proses pembelajaran.

• Pelatih menjelaskan target kompetensi dan ruang lingkup materi yang akan dibahas.

• Pelatih menjelaskan starategi pembahasan materi yang akan digunakan, yaitu peserta diharapkan digunakan, yaitu peserta diharapkan dapat lebih interaktif dalam menerima materi awal dan memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk tanya jawab seputar hal-hal yang esensial, sehingga dapat merekonstruksi sendiri pengetahuan yang sudah dimiliki.

250

d. Aspek keuntungane. Aspek tenaga kerjaf. Aspek keuangan g. Aspek resikoh. Aspek persaingani. Aspek fasilitasj. Aspek peluang masa depank. Aspek yuridisl. Aspek lembagam. Aspek sosial dan lingkungan

2. Laporan Tim Teknis BUM DesaLaporan yang disusun oleh Tim Teknis BUM Desa tingkat desa dapat disajikan dalam sistematika sebagai berikut:

Gambar 12.Sistematika Laporan Teknis BUM Desa

JUDUL LAPORAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN

B. GAMBARAN PERKEMBANGAN BUM Desa

C. TINJAUAN ASPEK PERKEMBANGAN BUM Desa

1. Deskripsi Data/Informasi 2. Analisis 3. Faktor Pendukung dan Penghambat

D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan2. Rekomendasi

E. PENUTUP

LAMPIRAN:

Perkembangan BUMDes bulan/triwulan/tahun yang dilaporkan.

35

No LANGKAH-LANGKAHWAKTU(MENIT)

MEDIA

2. 80 Lembar Informasi SML 2.1.

3 5

***

CERAMAH DAN DISKUSI/ TANYA JAWAB• Pelatih menjelaskan tentang Konsep

Dasar BUM Desa.• Dalam proses pembelajaran, pelatih

berusaha bertindak sebagai pengarah dalam tanya jawab tentang materi-materi yang dijelaskan.

• Peserta diberi kesempatan bertanya seputar masalah yang langsung berkaitan dengan pengalaman seharihari.

Topik-topik Diskusi adalah sebagai berikut:a. Maksud dan Tujuan BUM Desa yang

disampaikan dengan memahami konsep-konsep penting terkait BUM Desa;

b. Ciri-ciri BUM Desa : Kelembagaan, Klasifikasi Jenis Usaha, Permodalan, Perizinan Usaha, Kerjasama, Pembubaran BUM Desa, Pertanggungjawaban BUM Desa, Karakteristik Bum Desa vs Koperasi dan LKM).

PENEGASAN• Pelatih menyimpulkan proses dan hasil

pembelajaran dengan penguatan/ penekanan materi yang esensial yang perlu dikuasai peserta.

• Untuk menilai penguasaan materi, pelatih dapat memberikan pertanyaan untuk mereview.

36

Lembar Informasi SML 2.1.

KONSEP DASAR BUM DESA

I. Konsep Dasar Badan Usaha Milik DesaBadan Usaha Milik Desa (BUM Desa) pada hakikatnya adalah lembaga yang didirikan oleh Desa. Membentuk BUM Desa adalah bagian dalam menjalankan amanat peraturan perundangan, hal ini sebagaimana diatur pada:

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Bab X, Pasal 87, 88, 89, dan 90 yaitu:

Pasal 87(1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa(2) BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan(3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Pasal 88(1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui musyawarah desa(2) Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

Peraturan Desa

Pasal 89Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:a. Pengembangan usaha; danb. Pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan

untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam APBDesa

Pasal 90Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan:a. Memberikan hibah dan/atau akses permodalanb. Melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; danc. Memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa

249

E. Kisi-kisi Pelaporan Penyusunan laporan dalam kerangka pembinaan BUM Desa membutuhkan partisipasi

aktif dari stakeholders. Semua unsur/komponen organisasi pembinaan berkewajiban untuk menyampaikan pelaporan sesuai prosedur dan mekanisme yang telah gariskan. Secara garis besar kisi-kisi pelaporan dari masing-masing unsur/komponen sebagai berikut:

1. Laporan BUM DesaLaporan yang disusun oleh pengurus/pengelola BUM Desa dapat disajikan dalam sistematika sebagai berikut:

Gambar 11. Sistematika Laporan BUM Desa

Terkait dengan kegiatan usaha sosial ekonomi produktif yang dimaksud antara lain menyangkut:a. Aspek bahan mentah/bahan bakub. Aspek penguasaan teknis produksi barang atau pelayanan jasa c. Aspek pemasaran

JUDUL LAPORAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN

B. GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SOSIAL-EKONOMI PRODUKTIF

C. TINJAUAN ASPEK KEGIATAN USAHA SOSIAL-EKONOMI PRODUKTIF1. Deskripsi Data/Informasi 2. Analisis 3. Faktor Pendukung dan Penghambat

D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI1. Kesimpulan2. Rekomendasi

E. PENUTUP

LAMPIRAN:

1. Keadaan keuangan bulanan (Neraca dan L/R) BUMDes bulan/triwulan/tahun yang dilaporkan.

248

kepada TIM Teknis BUM Desa Kabupaten dan tembusannya dikirimkan kepada TIM Pembina/Pengendali BUM Desa Provinsi

4. TIM Pembina BUM Desa Kabupaten berkewajiban melaporkan perkembangan kepada TIM Teknis BUM Desa Provinsi dan tembusannya dikirimkan kepada TIM Pembina/Pengendali BUM Desa Pusat

5. TIM Pembina BUM Desa Provinsi berkewajiban melaporkan perkembangan kepada TIM Pembina/Pengendali BUM Desa Pusat.

6. Sementara Pendamping berkewajiban melaporkan program dan kegiatannya kepada Komisaris BUM Desa yang didampinginya dan tembusannya disampaikan kepada TIM Teknis BUM Desa pada Tingkat Desa, Tim Pembina Provinsi dan Kabupaten, TIM Pembina/Pengendali BUM Desa Pusat.

7. Demikian pula lembaga sektoral dan fungsional mitra kerja BUM Desa berkewajiban melaporkan program dan kegiatannya kepada Penasehat BUM Desa yang didampinginya dan tembusannya disampaikan kepada TIM Teknis BUM Desa pada Tingkat Desa, Tim Pembina Provinsi dan Kabupaten, TIM Pembina/Pengendali BUM Desa Pusat.

Mekanisme pelaporan BUM Desa seperti telah diuraikan tadi dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 10. Mekanisme Pelaporan Pembinaan BUM Desa

Penanggung Jawab Pembinaan BUMDes

Lembaga/Instansi Sektoral Mitra Kerja

Akuntan Public

PENGURUS BUMDes

Komisaris

Pengawas

Anggota Pengurus (Di k i)

Anggota Pengurus (Direksi)

Anggota Pengurus (Di k i)

Anggota BUMDes (Warga Desa)

TIM Pembina/ Pengendali BUMDes Tingkat

Kabupaten

TIM Pembina/ Pengendali /BUMDes Tingkat

Provinsi

Tim Teknis BUMDes Tingkat Desa

Pendamping

37

Sandaran legal formal tersebut, memberikan arahan pembentukan BUM Desa sebagai berikut:a. Pembentukan BUM Desa adalah legal, bahkan merupakan amanat dari Undang-

Undang; danb. Ditujukan untuk meningkatkan kemandirian desa khususnya pada aspek keuangan

desa dan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.

Aspek keuangan desa, terkait dengan tujuan pembentukan BUM Desa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADesa) dengan memberikan kewenangan desa melakukan usaha desa. Dengan meningkatnya PADesa, maka APB Desa akan meningkat pula, sehingga pada gilirannya pemerintah desa semakin mandiri dalam menyelenggarakan pembangunan desanya.

Perlu diingat bahwa fungsi BUM Desa disamping sebagai fungsi ekonomi juga memiliki fungsi sosial. Fungsi ekonomi, kegiatan-kegiatan dalam pengembangan dan pengelolaan BUM Desa adalah usaha desa yang harus memberikan margin keuntungan, disamping sebagai sarana perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Rata-rata investasi yang diserap oleh usaha mikro bukanlah usaha yang bersifat padat modal, akan tetaapi sebagai media pengembangan jiwa kewirausahaan. Pemberdayaan usaha mikro secara langsung akan mendorong pengembangan potensi usaha, peningkatan produktivitas dan pendapatan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan para pengusaha mikro di desa. Sedangkan Fungsi sosial, yang dapat dilakukan oleh BUM Desa adalah: (1) Tidak langsung, dengan memberikan transfer keuangan bagi kas desa melalui penambahan Pendapatan Asli Desa (PADesa) yang selanjutnya akan digunakan untuk kegiatan pembangunan desa dengan mekanisme regular pada manajemen pembangunan desa; dan (2) Langsung, melakukan pembinaan dan pendamping usaha yang dilakukan oleh masyarakat desa, disamping itu juga melakukan pengelolaan barang/jasa milik umum (bukan private/pribadi).Kepemilikan umum (public property) dapat dikelola oleh BUM Desa seperti air bersih, irigasi, pasar desa, pariwisata desa, hutan desa, listrik desa, dan sebagainya. Dengan demikian, setiap warga desa dapat memanfaatkan secara optimal barang publik milik desa.

II. Konsep-Konsep Penting Seputar Badan Usaha Milik Desa1. Keragaman Karakteristik Desa-Desa di Indonesia

Desa-desa di Indonesia tidaklah bersifat homogen, melainkan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, setidaknya dapat dikelompokkan menjadi 8 tipologi desa, yaitu: 1) perhutanan; 2). perkebunan; 3) persawahan; 4) perladangan 5)

38

peternakan, 6) pesisir 7) industri/jasa; dan 8) pertambangan. Data runtun waktu dari tahun 2003 sampai dengan 2011 menyimpulkan bahwa meskipun dengan proporsi yang berbeda-beda, tetapi setiap tipologi desa di atas tetap selalu ada dari waktu ke waktu. Masing-masing tipologi sudah barang tentu memiliki kebutuhan pembangunan yang berbeda-beda pula. Sementara itu sejalan dengan luasnya wilayah Nusantara, sebaran tipologi desa pun berbeda-beda dalam konteks kewilayahan, misalnya jika menggunakan deliniasi pulau-pulau besar.

2. Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat DesaKategori masalah lain yang dihadapi dalam pembangunan desa adalah berkaitan dengan kelembagaan masyarakat. Penguatan atau pemberdayaan kelembagaan masyarakat desa akan meningkatkan ketahanan masyarakat desa dan peran sertanya dalam pelaksanaan pembangunan. Kelembagaan masyarakat desa yang berdaya dapat berfungsi sebagai penyeimbang sekaligus mengisi peran yang oleh karena satu dan lain hal belum atau tidak dapat dijalankan pemerintah. Sebagai isu strategis, yang perlu diperhatikan adalah adanya fakta bahwa, secara relatif berdasarkan tipologinya, masalah kelembagaan masyarakat dengan intensitas yang cukup tinggi ada pada tipologi desa-desa industri/jasa (38,04% dari total seluruh tipologi) dan desa-desa persawahan (35,94%).

3. Mewujudkan Kemandirian Desa dan Pemerintahan Desa Yang EfektifIsu strategis terakhir diangkat dari kategori masalah yang berkaitan dengan peningkatan kinerja atau efektivitas pemerintahan desa. Masalah ini dijadikan isu strategis karena mengacu kepada kebijakan atau payung hukum yang ada, baik yang sudah defi nitif (UU No. 6/2014 tentang Desa), semangat yang dikedepankan adalah menyangkut otonomi pemerintahan desa yang diharapkan berujung kepada kemandirian desa. Kemandirian desa hanya dapat dicapai jika pemerintah desa diberikan kewenangan yang cukup disertai kemampuan yang memadai untuk menjalankan pemerintahan yang efektif. Sebagai isu strategis, yang perlu diperhatikan terkait masalah kinerja pemerintahan yang adalah adanya intensitas masalah yang secara relatif cukup tinggi pada tipologi desa-desa persawahan dan desa-desa industri/jasa.

4. Tri Matra sebagai Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat DesaUpaya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa hendak dikuatkan dengan menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi halangan utama bagi kemajuan dan kemandirian Desa. Di sisi lain, upaya tersebut juga diharapkan

247

Lembar Informasi SML 6.2.

MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN (PELAPORAN)

Pelaporan merupakan suatu fase penting dalam kegiatan manajemen. Laporan adalah suatu kegiatan yang dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh satu pihak yang diberi tugas kepada pemberi tugas pada waktu yang telah ditentukan. Tanpa adanya laporan kita tidak bisa mengetahui perkembangan dan hambatan yang dialami pada saat menjalankan suatu usaha. Laporan dapat berbentuk tulisan dan lisan.

A. Manfaat Laporan Adapun manfaat laporan dalam pembinaan BUM Desa adalah:

1. Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan.2. Sebagai bahan pertanggungjawaban kegiatan.3. Untuk mengetahui perkembangan suatu kegiatan.4. Untuk mengetahui masalah-masalah/hambatan dalam pelaksanaan kegiatan.5. Sebagai bahan acuan untuk menyusun kegiatan berikutnya.

B. Tujuan Laporan Tujuan dari pelaporan adalah dapat menginformasikan kondisi/keadaan pelaksanaan

kegiatan pada lembaga/orang yang memberikan tugas.

C. Waktu Pelaporan Waktu pelaporan pembinaan BUM Desa:

1. Sewaktu-waktu jika diperlukan.2. Secara periodik (berkala), yakni; bulanan, tri wulan, semester dan tahunan.3. Pada akhir pelaksanaan program/kegiatan (satu periode kepengurusan).

D. Mekanisme Pelaporan Mekanisme pelaporan pembinaan BUM Desa dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Pengawas dan para anggota pengurus/direksi berkewajiban melaporkan program dan kegiatannya kepada Komisaris.

2. Penasehat mempunyai kewajiban melaporkan program dan kegiatannya serta perkembangan BUM Desa yang dikelolanya kepada TIM Teknis BUM Desa pada Tingkat Desa dan tembusannya dikirimkan kepada TIM Pembina/Pengendali BUM Desa Kabupaten.

3. TIM Teknis BUM Desa pada Tingkat Desa berkewajiban melaporkan perkembangan

246

PROSES PEMBELAJARAN

No LANGKAH-LANGKAH

WAKTU(MENIT) MEDIA

Untuk Pelatih

Untuk Masyarakat

1 PENGANTARPelatih menjelaskan tujuan dan ruang lingkup materi yang akan dibahas tentang Mekanisme Pertanggungjawaban (pelaporan).

10 5

2. CERAMAH, TANYA JAWAB DAN CURAH PENDAPAT

�� Pelatih menjelaskan aspek-aspek dalam kategorisasi perkembangan, pertanggungjawaban (pelaporan).

�� Pelatih menjelaskan manfaat, tujuan, waktu, mekanisme dan kisi-kisi format pelaporan.

�� Peserta diberi kesempatan bertanya, dan diberi masalah yang langsung berkaitan dengan pengalaman sehari-hari.

�� Pelatih mengadakan tanya jawab atau jika memungkinkan dapat mempraktekkan penyusunan format laporan bersama peserta.

70 35 L e m b a r I n f o r m a s i SML 6.2.

3. PENUTUPBerikan penyimpulan atas pokok-pokok materi yang disampaikan.

10 5

***

SML 6.2.

39

mampu dikembangkan sebagai daya lenting bagi peningkatan kesejahteraan kehidupan Desa. Teknokratisme Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdiri di atas tiga matra.Pertama, Jaring Komunitas Wiradesa (Jamu Desa).Matra ini diarahkan untuk mengarusutamakan penguatan kapabilitas manusia sebagai inti pembangunan desa sehingga mereka menjadi subyekberdaulat atas pilihan-pilihan yang diambil.Matra ini bertujuan untuk memperkuat kualitas manusia dengan memperbanyak kesempatan dan pilihan dalam upayanya menegakkan hak dan martabat.Memajukan kesejahteraan, baik sebagai individu, keluarga maupun kolektif warga Desa. Masalah yang dihadapi saat ini adalah perampasan daya manusia warga Desa itu yang ternyatakan pada situasi ketidakberdayaan, kemiskinan dan bahkan marjinalisasi. Fakta ketidakberdayaan itu kini telah berkembang menjadi sebab, aspek dan sekaligus dampak yang menghalangi manusia warga Desa hidup bermartabat dan sejahtera.Kemiskinan berkembang dalam sifatnya yang multidimensi dan cenderung melanggar hak asasi.Situasi ini diperburuk dengan dengan adanya ketiadaan akses terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, maupun informasi. Sehingga kehidupan masyarakat miskin di perdesaan dirasa semakin marjinal. Di sini, matra Jaring Komunitas Wiradesa menjadi dasar dilakukannya tindakan yang mampu mendorong ekspansi kapabilitas dengan memperkuat daya pada berbagai aspek kehidupan manusia warga Desa yang menjangkau aspek nilai dan moral, serta pengetahuan local Desa. Penguatan kapabilitas dilakukan dalam rangka peningkatan stok pengetahuan masyarakat desa, baik melalui pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan diluar sekolah (non formal).Melalui penciptaan komunitas belajar dan balai-balai rakyat sebagai media pencerahan dengan basis karakteristik sosial dan budaya setempat.Tidak hanya sekedar menambah pengetahuan dan keterampilan, peningkatan kapabilitas masyarakat desa merupakan modal penting dari tegaknya harkat dan martabat masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk mengontrol jalannya kegiatan ekonomi dan politik. Kedua, Lumbung Ekonomi Desa (Bumi Desa).Matra ini mendorong muncul dan berkembangnya geliat ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemilik dan partisipan gerakan ekonomi di desa.Matra kedua dari pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa ini merupakan suatu ihtiar untuk mengoptimalisasikan sumberdaya di desa dalam rangka mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa.Konsep Lumbung Ekonomi Desa merupakan pengejawantahan amanat konstitusi

40

sebagaimana yang tertuang dalam pasal 33 UUD 1945.Yaitu amanat untuk melakukan pengorganisasian kegiatan ekonomi berdasar atas asas kekeluargaan, penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, serta penggunaan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Lumbung Ekonomi Desa diarahkan untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, ketahanan energi dan kemandirian ekonomi desa. Sebagai basis kegiatan pertanian dan perikanan, desa diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan di wilayahnya sendiri dan di wilayah lain, tanpa melupakan penumbuhan aktivitas ekonomi produktif di sektor hilir. Optimalisasi sumberdaya desa juga mesti tercermin dalam kesanggupan desa memenuhi kebutuhan energi yang juga merupakan kebutuhan pokok masyarakat desa.Kemandirian ekonomi desa tercermin dari berjalannya aktivitas ekonomi yang dinamis dan menghasilkan penciptaan lapangan kerja secara berkelanjutan di perdesaan.Termasuk mendorong kemampuan masyarakat desa mengorganisir sumber daya finansial di desa melalui sistem bagi hasil guna mendukung berlangsungnya kegiatan ekonomi yang berkeadilan.Aktor utama Lumbung Ekonomi Desa dititikberatkan pada komunitas, tanpa mengesampingkan peran individu sebagai aktor penting kegiatan ekonomi desa.Hal ini berarti bahwa kegiatan ekonomi di desa utamanya mesti dijalankan secara kolektif berdasarkan prinsip gotong royong yang menjadi ciri khas sosio-kultural masyarakat Indonesia pada umumnya, dan masyarakat desa pada khususnya.Dari aspek ini, organisasi ekonomi di desa berperan penting dalam memikul beban untuk menggerakkan aktivitas konomi di desa yang memiliki semangat kolektivitas, pemerataan, dan solidaritas sosial.Organisasi ekonomi itu dapat berupa koperasi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa), lembaga keuangan mikro, usaha bersama, atau yang lainnya.Selain itu dan tidak kalang pentingnya, lembaga-lembaga ekonomi ini haruslah memiliki kecakapan dan keterbukaan dalam menjalankan usaha perekonomian di desa. Dalam konteks pelaksanaan UU Desa misalnya, pembentukan BUMDesa yang kuat mensyaratkan pengelolaan oleh orang-orang Desa yang teruji secara nilai dan moral, serta memiliki modal sosial yang kuat, serta mampu mengembangkan kreasi dan daya untuk menjangkau modal, jaringan dan informasi. Pokok soal yang utama adalah membekali masyarakat dengan aset produktif yang memadai sehingga akses terhadap sumber daya ekonomi menjadi lebih besar. Sumber daya ekonomi harus sedapat mungkin ditahan di desa dan hanya keluar melalui proses penciptaan nilai tambah. Di sinilah letak pentingnya intervensi inovasi dan adopsi teknologi serta dukungan sarana dan prasarana agar proses penciptaan

245

MATA LATIH : PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Sub Mata Latih

: MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN (PELAPORAN)

Tujuan : Setelah pembahasan mata latih ini, diharapkan peserta dapat :

a. Memahami tentang Mekanisme Pertanggungjawaban (Pelaporan).

b. Memahami tentang kisi-kisi pelaporan

Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Praktek Penyusunan Format Laporan

Media : Lembar Informasi SML 6.2.

Sarana : Kertas Plano, Spidol, White Board/Papan Tulis.

Waktu : 2 Jam Pelajaran (90 menit) untuk Pelatih

1 Jam Pelajaran (45 menit) untuk Masyarakat

M

MMM

S

SML 6.2.

244

b. Tertib koordinasi program/kegiatanc. Efektif dan e� sien serta terhindar dari pemborosan maupun penyelewengan.d. Tercapai kepuasan masyarakat atas produk barang/jasa yang dihasilkan.e. Masyarakat percaya terhadap kepemimpinan lembaga.

2. Sasaran LokasiPengawasan diarahkan pada BUM Desa yang tersebar di wilayahdesa.

3. Sasaran Subjeka. Penasehat dan Komisaris BUM Desa b. Direksi BUM Desa c. Anggota Pengurus, pengelola dan SDM lain d. Anggota/warga desa

D. Ruang Lingkup Pengawasan Sesuai bidangnya, maka pengawasan terhadap BUM Desa dibagi ke dalam 5 kategori, masing-masing adalah:1. Transaksi Keuangan

Analisis keuangan terdiri dari:a. Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis).

Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi lembaga pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja pada masa mendatang.

b. Manajemen Kas (Cash Management)c. Pengawasan anggaran pendapatan (Budgeting Control)d. Pengelolaan Biaya (Cost Control).

2. Hubungan Pimpinan/atasan dan BawahanHubungan antara atasan dan bawahan juga harus baik dan terjaga. Sebisa mungkin ada hubungan 2 arah antara atasan dan bawahan, bukan hubungan searah dimana atasan terus-terusan memberi perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar usulan dan masukan bawahannya. Bila ada hubungan harmonis seperti keluarga dalam suatu lembaga maka akan tercipta team kerja yang solid dan kuat dalam menjalankan program/kegiatannya.

3. Operasi-operasi Produktifa. Pengawasan Produksi (Production Control)b. Pengawasan Nilai/kualitas Hasil Kerja (Quality Control)

4. Pengawasan Barang Inventaris (Inventory Control)5. Pengawasan Pemeliharaan (Maintenance Control)

***41

nilai tambah dari kegiatan ekonomi di desa berjalan secara baik. Paradigma lama yang menempatkan desa sebagai pusat eksploitasi sumberdaya alam dan tenaga tenaga kerja tidak terampil (unskill labour) telah menyebabkan terus meluasnya persoalan bangsa, mulai dari: tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, tersingkirnya pengetahuan dan kearifan lokal warga, terabaikannya peran strategis perempuan, rendahnya daya saing, hingga meluasnya kerusakan lingkungan. Desa harus menjadi sentra inovasi, baik secara sosial, ekonomi, dan teknologi.Inovasi secara sosial dimaksudkan untuk meningkatkan soliditas dan solidaritas antarwarga dengan memegang kuat nilai-nilai dan budaya luhur di masing-masing desa. Inovasi secara sosial ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan daya-lenting warga (resilience) dalam menghadapi berbagai tantangan di depan. Inovasi secara ekonomi dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas warga untuk menggeser model ekonomi eksploitatif ke arah ekonomi inovatif yang alat ukur keberhasilannya diantaranya: terbukanya lapangan pekerjaan di desa, meningkatnya nilai tambah produk, serta berkurang tekanan terhadap eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Sedang inovasi secara teknologi adalah sebuah kesadaran untuk mengembangkan teknologi tepat guna berbasis sumberdaya alam lokal, teknologi lokal, dan sumberdaya manusia lokal.Ketiga, Lingkar Budaya Desa (Karya Desa).Matra ini mempromosikan pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain.Matra ini merupakan suatu proses pembangunan desa sebagai bagian dari kerja budaya (kolektivisme) yang memiliki semangat kebersamaan, persaudaraan dan kesadaran melakukan perubahan bersama dengan pondasi nilai, norma dan spirit yang tertanam di desa. Matra ketiga ini mensyaratkan adanya promosi pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain.Gerakan pembangunan Desa tidaklah tergantung pada inisiatif orang perorang, tidak juga tergantung pada insentif material (ekonomi), tetapi lebih dari itu semua adalah soal panggilan kultural. Berdasar Lingkar Budaya Desa, gerakan pembangunan Desa haruslah dilakukan karena kolektivisme, yang di dalamnya terdapat kebersamaan, persaudaraan, solidaritas, dan kesadaran untuk melakukan perubahan secara bersama. Dana Desa dalam konteks memperkuat pembangunan dan pemberdayaan Desa misalnya, harus dipahami agar tidak menjadi bentuk ketergantungan baru.Ketiadaan Dana Desa tidak boleh dimaknai tidak terjadi pembangunan. Karenanya Dana Desa haruslah menghasilkan kemajuan, bukan kemunduran. Maka, pembangunan Desa dimaknai sebagai kerja budaya dengan norma dan

42

moral sebagai pondasinya, sebagai code of conduct, dan dengan begitu perilaku ekonomi dalam kehidupan Desa akan mampu menegakkan martabat dan mensejahterahkan. Tiga Matra pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa tersebut di atas memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Komitmen untuk menjalankan program dan kegiatan di dalam lingkungan Ditjen PPMD dengan menggunakan pendekatan (metode) ini, diharapkan dapat melipatgandakan kemampuan mencapai target dan menghasilkan dampak yang bisa dipertahankan (sustained impact) untuk kemajuan dan kesejahteraan Desa.

5. Desa dan Pemerintahan DesaDesa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Mendasarkan pada defi nisi tersebut, maka beberapa hal penting tentang pengertian desa/kesatuan masyarakat hukum adalah : Memiliki batas wilayah (batas desa); Memiliki kewenangan untuk mengatur (ada peraturan atau dasar hukum yang

mengikat).Dalam hal ini yang dimaknai dengan kesatuan masyarakat hukum bukanlah kelompok masyarakat (community group) atau Pokmas, merujuk kepada kesatuan masyarakat adat yang disejajarkan dengan desa.Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pokok-pokok penting tentang pemerintahaan desa adalah : Terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD); Kewenangannya adalah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat; Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa

dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan

243

untuk mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan. Tanpa adanya pengawasan yang baik, tentunya pencapaian tujuan kurang memuaskan, baik bagi lembaganya itu sendiri maupun bagi para anggotanya.

B. Maksud dan Tujuan Pengawasan 1. Maksud

Pengawasan terhadap BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui jalannya program/kegiatan, memperbaiki kesalahan dan mengembangkan/ menyempurnakan, mengetahui penggunaan budget serta hasil program/kegiatan.

2. Tujuan a. Tujuan Umum

1) Terselenggaranya tertib administrasi dan tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.

2) Terwujudnya kelugasan dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kegiatan, tumbuhnya budaya malu dalam diri masing-masing petugas, rasa bersalah dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk tidak berbuat hal-hal yang tercela, baik terhadap diri, lembaga, masyarakat maupun agama.

b. Tujuan Khusus1) Terjaminnya ketepatan pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijakan

dan prosedur.2) Terwujudnya tertib koordinasi kegiatan.3) Terhindarkannya dari pemborosan dan penyelewengan.4) Tercapainya kepuasan masyarakat atas produk barang/jasa yang

dihasilkan.5) Terwujudnya kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan

lembaga.c. Tujuan Akhir

Tujuan akhir pengawasan BUM Desa adalah terwujudnya seluruh aspek penyelenggaraan secara efektif dan efi sien, sehingga pencapaian tujuan lembaga dapat lebih terjamin dan optimal.

C. Sasaran 1. Sasaran Target Pencapaian

Sesuai dengan tujuan sebagaimana tersebut di atas, maka pengawasan BUM Desa, diarahkan pada pencapaian target sasaran sebagai berikut: a. Ketepatan pelaksanaan program/kegiatan sesuai dengan rencana,

kebijakan dan prosedur.

242

a. Strategi Dasar1) Mengintensi� kasikan upaya-upaya penumbuh-kembangan BUM Desa

untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan desa.2) Menjalin kerjasama kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai

pihak untuk bersama-sama mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan desa.

3) Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan sektoral, kewilayahan serta partisipatif dalam penumbuh-kembangan BUM Desa.

b. Strategi Operasional1) Mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki

masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga/organisasi sosial masyarakat dan kelompok peduli lainnya secara sinergis dalam penumbuh-kembangan BUM Desa.

2) Menguatkan peran pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota serta desa sebagai Tim Pembina dan Tim Teknis BUM Desa.

3) Menumbuh-kembangkan BUM Desa sebagai lembaga yang tangguh, unggul, efektif dan e� sien sehingga dipercaya, mengakar dan akuntabel.

4) Mengoptimalkan peran stakeholders dalam penumbuh-kembangan BUM Desa.

5) Melestarikan, mengembangkan dan mendayagunakan kearifan lokal dengan mengutamakan prakarsa serta inisiatif lokal dalam penumbuh-kembangan BUM Desa

6) Meningkatkan kompetensi SDM Tim Pembina, Tim Teknis dan pengelola/pelaksana dalam penumbuh-kembangan BUM Desa.

7) Menerapkan konsep partisipatif sosial dan ekonomi secara seimbang, konsisten dan dinamis serta berkelanjutan.

8) Menyediakan data dan informasi dengan memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi mutakhir secara efektif dan e� sien.

II. PENGAWASANA. Arti Penting Pengawasan

Fungsi pengawasan memegang peranan penting dalam pengelolaan BUM Desa, karena kelembagaan ini diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan dan semakin kompleks kegiatannya. Konsekuensinya, dimungkinkan semakin hari banyak orang yang terlibat melakukan beragam kesalahan. Disamping itu juga

43

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

6. Badan Hukum dan Badan Usahaa. Badan Hukum Badan Hukum adalah lembaga bisnis yaitu unit usaha yang kepemilikan

sahamnya berasal dari BUMDesa seperti usaha mikro kecil dan menengah, lembaga keuangan mikro perdesaan (usaha ekonomi desa simpan pinjam, badan kredit desa, lembaga simpan pinjam berbasis masyarakat, lembaga perkreditan desa, lumbung pitih nagari dan sebagainya.

b. Badan Usaha Setiap badan hukum yang dapat berbentuk Badan Usaha Milik Negara, Badan

Usaha Milik Daerah, Koperasi atau swasta, yang didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, menjalankan jenis usaha bersifat tetap dan terus menerus, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Badan Usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan usaha seringkali disamakan dengan perusahaan, walaupun pada kenyataannya berbeda. Perbedaan utamanya, Badan Usaha adalah lembaga sementara perusahaan adalah tempat dimana Badan Usaha itu mengelola faktor-faktor produksi.

7. Barang PublikBarang publik merupakan salah satu dari perwujudan common property regime atau sumber daya alam milik bersama dimana barang publik berfungsi sebagai alat pemuas kebutuhan yang bersifat bersama dan terbuka bagi masyarkat untuk menikmati dan menggunakan. Sesuai dengan teori dimana harus terdapat suatu pengawas sekaligus pelaksana amanat pelestarian sumber daya alam milik bersama maka sudah tentu pemerintah seabagai otoritas tertinggi dalam suatu wilayah memegang peran paling penting dalam melakukan hal ini. Akti� tas pemerintah dapat mempunyai eksternalitas yang penting. Seluruh warga negara akan merasakan manfaat atas berbagai barang yang dibeli oleh pemerintah. Contohnya, salah satu fungsi utama dari seluruh pemerintah adalah menjaga ketersediaan bahan pangan, keamanan, sumber daya alam, dll. Selain dari hal di atas juga sudah menjadi tugas pemerintah untuk melindungi hak seseorang dalam mendapatkan akses kepada sumber daya alam milik bersama yang dibutuhkannya. Seluruh masyarakat mendapatkan manfaat dari hal itu, apakah mereka membayar pajak atau tidak. Lebih umum lagi, pemerintah menetapkan

44

sesuatu seperti undang-undang hak milik dan hukum kontrak yang menciptakan lingkungan hukum dimana transaksi ekonomi dan jaminan akses pada sumber daya alam terjadi. Keuntungan yang timbul dari lingkungan ini sekali lagi dinikmati oleh seluruh masyarakat.

Salah satu cara untuk merangkum observasi ini adalah dengan menyimpulkan bahwa pemerintah menyediakan banyak barang publik kepada masyarakat. Sekilas, pemerintah tidak jauh berbeda dengan organisasi lain seperti serikat pekerja, asosiasi profesional, atau bahkan perkumpulan seperti klub mahasiswa. Mereka memberikan manfaat dan menciptakan kewajiban bagi para anggotanya. Pemerintah berbeda, terutama karena mereka mendapat mencapai skala ekonomis dengan semua sifatnya yang inklusif dan karena pemerintah mempunyai kemampuan membiayai aktivitas mereka melalui pendapatan pajak.Defi nisi barang publik yang paling umum menekankan pada dua atribut yang kelihatannya menjadi karakteristik dari banyak barang yang diproduksi pemerintah: non eksklusivitas dan non rivalitas.

Non eksklusivitas. Salah satu sifat yang membedakan barang publik dengan barang lain adalah apakah orang dapat dikecualikan dari manfaat barang tersebut atau tidak. Bagi kebanyakan barang pribadi, pengecualian tentu saja sangat dimungkinkan. Saya dapat dengan mudah dapat dikeluarkan dari konsumsi hamberger jika saya tidak membayar hamberger tersebut. Dalam beberapa kasus, pengecualian bisa sangat mahal atau tidak mungkin. Pertahanan nasional merupakan contoh standar. Sekali suatu angkatan bersenjata dibentuk, setiap orang di suatu negara tersebut diuntungkan, apakah dia membayar atau tidak. Hal serupa dapat diterapkan pada tingkat lokal seperti program pengendalian nyamuk atau program pencegahan melawan penyakit. Dalam kasus ini sekali program tersebut diimplementasikan, seluruh penduduk dari komunitas tersebut diuntungkan, dan tidak seorangpun dapat dikecualikan dari manfaat tersebut, tanpa memperhitungkan apakah mereka membayar atau tidak. Barang noneksklusif (noneksklusif good) ini dapat dilawan dengan barang konsumsi pribadi yang eksklusif (seperti mobil atau fi lm) di mana pengecualian pengecualian merupakan suatu masalah sederhana. Mereka yang tidak membayar barang pribadi tersebut tidak menerima jasa yang dijanjikan oleh barang tersebut.

Non rivalitas. Sifat kedua yang menjadi karakter dari barang-barang publik adalah nonrivalitas. Barang-barang nonrivalitas adalah barang dimana manfaatnya dapat diberikan bagi pengguna tambahan dengan biaya marjinal nol. Pada sebagian

241

g. Lembaga, kelompok dan atau perorangan di kalangan professional.2. Sasaran Lokasi:

Desa atau yang disebut dengan nama lain seperti gampong atau nagari, sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Arah Kebijakan dan Strategi Pembinaan1. Arah Kebijakan

Berdasarkan tujuan, ruang lingkup dan sasaran, maka arah kebijakan pembinaan BUM Desa bertumpu pada upaya fasilitasi pengembangan SDM, penguatan kelembagaan, peningkatan aksesitas permodalan dan advokasi kebijakan yang dirumuskan berdasarkan skala prioritas sebagai berikut:a. Prioritas I: Penumbuh-kembangan BUM Desa melalui :

1) Identifi kasi/pemetaan potensi2) Sosialisasi3) Pendirian lembaga 4) Pendampingan 5) Pelatihan penguatan lembaga 6) Pemberian Bantuan Stimulan7) Bimbingan Teknis8) Pengawasan

b. Prioritas II: Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas penumbuh-kembangan BUM Desa.

Memperhatikan hal tersebut maka kebijakan pembinaan BUM Desa diarahkan untuk:

a. Perluasan jangkauan wilayah dan target sasaran penumbuh-kembangan BUM Desa.

b. Peningkatan kualitas pengelolaan BUM Desac. Peningkatan dan pemantapan kerjasama kemitraan dalam pengelolaan

BUM Desad. Memperkuat kompetensi SDM

2. StrategiDalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut, maka strategi yang diterapkan dalam pembinaan BUM Desa adalah sebagai berikut:

240

Lembar Informasi SML 6.1.

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

I. PEMBINAANA. Tujuan Pembinaan

Kegiatan pembinaan meliputi pengaturan, pengendalian dan pengawasan, yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan mayarakat desa dan diarahkan untuk:1. Tercapainya penguatan kapasitas dan peranan BUM Desa dalam rangka

peningkatan perekonomian desa;2. Terwujudnya BUM Desa yang tangguh dan handal sebagai motor penggerak

perekonomian, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan asli desa;

3. Terselenggaranya BUM Desa yang mampu mengoptimalkan pengolahan potensi desa sesuai kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Terwujudnya BUM Desa yang efektif dan efisien, sehingga mampu menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi perdesaan.

B. Lingkup PembinaanMengacu pada tujuan pembinaan tersebut di atas, maka kegiatan pembinaan Pemerintah terhadap BUM Desa, memuat 4 (empat) unsur utama yakni pengembangan SDM, penguatan kelembagaan, peningkatan aksesitas permodalan dan infrastruktur serta penguatan kebijakan.

C. Sasaran 1. Sasaran subjek pembinaan BUM Desa, adalah sebagai berikut:

a. Warga desab. Pengelola dan pelaksana BUM Desa atau unit-unit usaha ekonomi

perdesaan lainnya.c. Pengelola BUM Desad. Aparat Pemerintah Desa selaku Tim Pembina BUM Desae. Tokoh dan pemuka masyarakat desa, seperti; BPD, Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa (KDMD), ketua adat, ustaz, pemuda pelopor, aktivis perempuan dsb.

f. Lembaga/organisasi sosial masyarakat desa, seperti yayasan, Karang Taruna, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dsb.

45

besar barang, tambahan jumlah konsumsi membutuhkan sejumlah biaya produksi marjinal.

Ciri-Ciri Utama Badan Usaha Milik DesaCiri-ciri utama Badan Usaha Milik Desa dibandingkan lembaga ekonomi lainnya dapat dilihat dari beberapa aspek yakni : (1) Kelembagaan; dan (2) Jenis Usaha yang dilakukan oleh BUM Desa.

1. Aspek Kelembagaana. Peraturan perundangan

Sesuai dengan ketentuan dalam UU 6/2014 pembentukan BUM Desa membutuhkan sandaran hukum di desa yaitu Peraturan Desa (Perdes).

b. LegalitasAspek legalitas. Hingga saat terjadi masih terjadi dealektika tentang pentingnya legalitas BUM Desa apakah cukup menggunakan peraturan daerah, peraturan bupati, dan peraturan desa ataukah dengan badan hukum yang sudah ada seperti perseroan terbatas (PT), CV.Firma atau yang lainnya. Beberapa alternatif pertimbangan dalam pemilihan aspek legalitas adalah sebagai berikut :• Jika dalam bentuk Badan Hukum (dengan huruf capital), maka BUM DESA

harus diatur dengan Undang-Undang tersendiri sebagaimana koperasi dan perseroan terbatas.

• Jika dalam bentuk badan hukum (bukan huruf capital), maka BUM Desa mengikuti bentuk badan hukum yang telah ada.

• BUM Desa tidak memungkinkan dalam bentuk badan hukum koperasi karena koperasi adalah badan hukum private dengan keputusan dan kepemilikan pada anggota sedangkan BUM Desa kepemilikannya adalah Desa.

• Jika dalam bentuk Perusahaan Umum, maka de nisi perum adalah perusahaan unit bisnis negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa publik yang baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan, dengan pengaturan cukup menggunakan peraturan pemerintah.

• Pilihan lainnya adalah BUM Desa tetap menggunakan ketentuan sebagaimana saat ini namun pada unit usahanya yang dibentuk oleh BUM Desa menggunakan badan hukum bisnis.

46

Mengacu pada hal tersebut diatas, maka aspek BUM Desa disampaikan sebagai berikut :1) Dasar pembentukan BUM Desa adalah melalui peraturan desa.2) Bentuk badan hukum BUM Desa diberlakukan pada usaha desa yang

dijalankan oleh BUM Desa dengan mengikuti peraturan bukum bisnis dan tentunya bukan koperasi.

c. Organisasi Pengelola Badan Usaha Milik DesaRumusan organisasi pengelola BUM Desa mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:1) Bahwa BUM Desa adalah nomenklatur dari badan usaha yang dimiliki

oleh Desa;2) BUM Desa bukanlah sebuah holding company (perusahaan induk)

terhadap unit-unit usaha desa;3) Organisasi pengelola BUM Desa adalah organisasi yang bersifat tumbuh,

artinya organisasi pengelola BUM Desa dapat dimulai dari bentuk sederhana pada awal pembentukan dan akan berkembang sesuai dengan kebutuhan usahanya; dan

4) Organisasi pengelola BUM Desa secara umum terdiri dari Penasehat, Direksi, dan unsur pengawas.

Mendasarkan pada hal tesebut, maka struktur pengelola BUM Desa, dimana antara Direksi dan pengelola unit usaha memiliki hubungan sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur Organisasi Pengelola BUM Desa

DIREKSI :

- Direktur - Sekretaris

- Bendahara

MUSYAWARAH DESA

KOMISARIS

Unit Usaha Pengelolaan Air

Desa

Unit Usaha Pengelolaan Hutan Desa

Unit Usaha Jasa Angkutan

BADAN PENGAWAS

239

SML 6.1.

PROSES PEMBELAJARAN

No LANGKAH-LANGKAHWAKTU(MENIT)

MEDIA

1 PENGANTAR

Pelatih menjelaskan tujuan belajar pada Sub Mata Latih “Pembinaan dan Pengawasan”

10

2. CERAMAH, TANYA JAWAB DAN CURAH PENDAPAT

Pelatih menjelaskan ruang lingkup pembinaan dan pengawasan.

Dalam proses pembelajaran, pelatih berusaha bertindak sebagai pengarah dalam tanya jawab tentang materi-materi yang telah dijelaskan.

Peserta diberi kesempatan bertanya, dan diberi masalah yang langsung berkaitan dengan pengalaman sehari-hari.

Pelatih mengadakan tanya jawab tentang materi yang telah dijelaskan disertai diskusi tentang realisasi di lapangan.

30 L e m b a r I n f o r m a s i SML 6.1.

3. PENUTUP

Berikan penyimpulan atas pokok-pokok materi yang disampaikan.

5

238

MATA LATIH : PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Sub Mata Latih 6.1.

: PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Tujuan : Setelah pembahasan mata latih ini, diharapkan peserta dapat :

a. Memahami Ruang Lingkup Pembinaan dan Pengawasan.

b. Memahami tentang Arah Kebijakan dan Strategi Pembinaan dan Pengawasan

c. Memahami tentang Mekanisme Pembinaan dan Pengawasan.

Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Curah Pendapat.

Media : Lembar Informasi SML 6.1.

Sarana : Kertas Plano, Spidol, White Board/Papan Tulis.

Waktu : 1 Jam Pelajaran (45 menit)

SML 6.1.

S

47

BUM Desa merupakan lembaga yang kedudukannya berada di luar struktur organisasi pemerintahan desa. Adapun susunan pengelola BUM Desa terdiri dari, 1) Penasehat adalah ex-officio Kepala Desa.2) Direksi adalah warga masyarakat yang bertanggung jawab atas kegiatan

operasional usaha desa dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa.

3) Pengelola adalah unit kelengkapan kerja direksi dalam menjalankan tugas dan fungsinya, pengelola ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan hasil musdes dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala Desa.

4) Kedudukan Keanggotaan dalam BUM Desa. Keberadaan anggota dalam BUM Desa tidak sama dengan keanggotaan pada Koperasi, sehingga keanggotaan pada BUM Desa bisa sejajarkan dengan nasabah pada Bank. Dengan demikian anggota pada BUM Desa akan muncul manakala unit usaha BUM Desa adalah lembaga keuangan mikro.

2. Aspek Usaha/Jenis Usaha yang ada pada BUM DesaBidang usaha strategis BUM Desa secara umum dapat bergerak pada : Pengelolaan Sumber Daya Alam, Industri pengolahan berbasis sumber daya lokal, Jaringan Distribusi, Sektor Keuangan/Permodalan dan Pelayanan Publik. Berikut adalah klasifi kasi jenis usaha BuM Desa menurut Permen Desa No. 4 Tahun 2015.Pertama, BUM Desa yang bertipe serving. BUM Desa semacam ini menjalankan ”bisnis sosial” yang melayani, yakni melakukan pelayanan publik kepada masyarakat sekaligus juga memperoleh keuntungan finansial dari pelayanan itu. Usaha ini memanfaatkan sumberdaya lokal dan teknologi tepat guna, seperti usaha air minum desa dan usaha listrik desa. Kedua, BUM Desa yang bertipe banking. BUM Desa menjalankan ”bisnis uang”, seperti Bank Desa atau lembaga perkreditan desa atau lembaga keuangan mikro desa. Modalnya berasal dari ADD, PADes, tabungan masyarakat serta dukungan dari pemerintah, seperti halnya pemerintah mendukung pengembangan Bank Pembangunan Daerah. Bisnis uang desa ini sebenarnya mengandung bisnis sosial dan bisnis ekonomi. Bisnis sosial artinya bank desa tersebut dimaksudkan sebagai bentuk proteksi sosial terhadap warga desa, terutama kelompok-kelompok rentan dan perempuan, dari jeratan para rentenir. Bisnis ekonomi artinya bank desa tersebut untuk mendukung permodalan terhadap usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku ekonomi desa. BUM Desa bertipe Banking. BUM Desa yang bertipe banking atau semacam lembaga keuangan mikro sebenarnya hadir

48

paling awal sebelum hadir BUM Desa tipe-tipe lain, bahkan sebelum istilah BUM Desa itu sendiri lahir. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang hadir dalam desa adat di Bali merupakan contoh village banking yang terkemuka. Belakangan sejumlah kabupaten membentuk BUM Desa LKM secara mudah, sederhana dan serentak di seluruh desa, dengan tujuan yang seragam: mengurangi jeratan warga masyarakat dari rentenir sekaligus mempermudah akses kredit bagi warga masyarakat terutama kaum miskin. Institusi LKM yang prematur ini serupa dengan berbagai proyek dana bergulir yang dijalankan oleh pemerintah seperti SPP PNPM Mandiri. Ketiga, BUM Desa yang bertipe renting. BUM Desa menjalankan bisnis penyewaan barang-barang (perangkat pesta, traktor, alat transportasi, rumah toko, dsb) baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun untuk memperoleh pendapatan desa. Di Jawa, bisnis semacam ini sudah berlangsung lama, meskipun bisnis ini belum terpisah dari kegiatan pemerintah desa. Keempat, BUM Desa bertipe brokering. BUM Desa dapat menjadi “lembaga perantara” seperti jasa pelayanan kepada warga dan usaha-usaha masyarakat. Misalnya jasa pembayaran listrik; desa mendirikan pasar desa untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan masyarakat; BUM Desa membangun jaringan dengan swasta atau pasar yang lebih luas guna memasarkan produk-produk lokal.Kelima, BUM Desa bertipe Holding. BUM Desa ini sebagai ”usaha bersama”, atau sebagai induk dari unit-unit usaha yang yang dikembangkan masyarakat desa, dimana masing-masing unit yang berdiri sendiri-sendiri ini, diatur dan ditata secara sinergis oleh BUM Desa agar tumbuh usaha bersama. Sebagai contoh BUM Desa mengembangkan kapal desa yang berskala besar untuk mengorganisir dan mewadahi nelayan-nelayan kecil agar usahanya menjadi lebih besar. Contoh yang lain adalah ”desa wisata” yang mengorganisir berbagai jenis usaha dari kelompok masyarakat: makanan, kerajinan, sajian wisata, kesenian, penginapan, dan sebagainya.

Tabel 1. Klasifi kasi Jenis Usaha BUM Desa

hotnoCispirkseD epiTServing BUM Desa menjalankan ”bisnis

sosial” yang melayani warga, yakni dapat melakukan pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan kalimat lain, BUM Desa ini memberikan social benefi ts kepada warga, meskipun tidak memperoleh economic profi t yang besar.

● Usaha air minum desa, usaha listrik desa, lumbung pangan.

237

MATA LATIH : PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PERTANGGUNG JAWABAN

Tujuan Belajar : Setelah mengikuti kegiatan pembahasan ini peserta dapat :

a. Memahami tentang ruang lingkup pembinaan dan Pengawasan

b. Memahami tentang mekanisme pertanggungjawaban (pelaporan)

Sub Mata Latih : 6.1. Pembinaan dan Pengawasan.

6.2. Pertanggungjawaban (Pelaporan)

Waktu : 3 Jam Pelajaran @ 45 menit (135 menit) untuk Pelatih

2 Jam Pelajaran @ 45 menit (90 menit) untuk Masyarakat

S

ML 6

49

hotnoCispirkseD epiTBanking BUM Desa menjalankan ”bisnis

uang”, yang memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat desa dengan bunga yang lebih rendah daripada bunga uang yang didapatkan masyarakat desa dari para rentenir desa atau bank-bank konvensional

● Bank desa atau lembaga perkreditan desa atau lembaga keuangan mikro desa

Renting BUM Desa menjalankan bisnis penyewaan untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat dan sekaligus untuk memperoleh pendapatan desa. Ini sudah lama berjalan di banyak di desa, terutama desa-desa di Jawa.

● Penyewaan traktor, perkakas pesta, gedung pertemuan, rumah toko, tanah, dan sebagainya.

Brokering BUM Desa menjadi “lembaga perantara” yang menghubungkan komoditas pertanian dengan pasar atau agar para petani tidak kesulitan menjual produk mereka ke pasar atau BUM Desa menjual jasa pelayanan kepada warga dan usaha-usaha masyarakat.

● Jasa pembayaran listrik● Desa mendirikan pasar

desa untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan masyarakat.

Trading BUM Desa menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada sekala pasar yang lebih luas.

● Pabrik es, pabrik asap cair, hasil pertanian, sarana produksi pertanian, dll.

Holding BUM Desa sebagai ”usaha bersama”, atau sebagai induk dari unit-unit usaha yang ada di desa, dimana masing-masing unit yang berdiri sendiri-sendiri ini, diatur dan ditata sinerginya oleh BUM Desa agar tumbuh usaha bersama.

● Kapal desa yang berskala besar untuk mengorganisir dan mewadahi nelayan-nelayan kecil.

● ”Desa wisata” yang mengorganisir berbagai jenis usaha dari kelompok masyarakat: makanan, kerajinan, sajian wisata, kesenian, penginapan, dll.

50

3. Aspek Permodalana. Sumber Permodalan

Sumber-sumber modal BUM Desa sebagai berikut:● Dari Pemerintah Pusat;● Dari Pemerintah Provinsi;● Dari Pemerintah Kabupaten/Kota;● Dari pemerintahan Desa;● Investasi dari laba/keuntungan usaha BUM Desa;● Bunga Bank atau Bunga simpanan BUM Desa; dan● Sumbangan dari pihak lain seperti dari warga masyarakat, CSR (corporate

social responsibility) perusahaan.Sumber permodalan yang berasal dari Pemerintah Desa seperti :● Setoran tunai, belanja pembiayaan dari APBDes, dalam hal ini sumber

penerimaan pemerintah desa dapat saja bersumber dari hibah, bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah daerah, maupun dari pihak lain;

● Belanja APBDesa dari bantuan keuangan kepada BUM Desa; dan● Modal penyertaan barang milik desa yang dimanfaatkan oleh BUM Desa.Dalam hal penyertaan pemerintahan desa dari barang milik desa mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dan Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa, yang pada prinsipnya sebagai berikut:● Jika dalam bentuk tanah desa, tidak melakukan pemindahan kepemilikan

dari Pemerintah Desa kepada pihak lain dalam hal ini termasuk kepada BUM Desa;

● Jika dalam bentuk barang lainnya maka pilihannya adalah melakukan pemanfaatan atas kekayaan desa; dan

● Pemanfaatan tersebut diatas atas persetujuan BPD.Saat ini, sumber-sumber permodalan BUM Desa sebagian besar berasal dari sumbangan/hibah Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. Urutan berikutnya adalah hasil pengelolaan dari aset desa seperti pasar desa, air bersih, tempat wisata yang merupahan hasil kegiatan program-program lainnya yang telah diserahkan pengelolaan kepada Pemerintah Desa.

4. Karakteristik Badan Usaha Milik Desa dan KoperasiMemahami BUM Desa seringkali diperbandingkan dengan lembaga ekonomi lainnya terutama koperasi, untuk itu maka perlu diuraikan tentang karakteristik koperasi dan BUM Desa.

235

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALDAN TRANSMIGRASI

MATA LATIH 6PEMBINAAN PENGAWASAN

DAN PERTANGGUNGJAWABAN

234

Angka rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan modal sendiri BUM Desa untuk menghasilkan laba bersih, setelah dipengaruhi oleh bunga dan pajak, sebesar 12,7%. Pemerintah desa dan pengelola BUM Desa sangat berkepentingan terhadap rasio ini karena mereka dapat mengetahui bahwa modal yang telah diserahkan oleh pemerintah desa mampu menghasilkan laba bersih yang cukup tinggi.

***

51

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Sebagai badan usaha, koperasi tetap tunduk terhadap kaidah kaidah perusahaan dan prinsip prinsip ekonomi yang berlaku. Dengan mengacu pada konsepsi sistem yang bekerja pada suatu badan usaha, maka koperasi sebagai badan usaha juga berarti merupakan kombinasi manusia, aset aset fisik dan nonfisik informasi dan teknologi.Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.Pendidikan koperasi adalah : (1) Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang perseorangan; dan (2) Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan badan hukum Koperasi.

Ciri utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha non koperasi adalah posisi anggotanya sebagaimana disebutkan bahwa, anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.Aspek keanggotaan dalam koperasi adalah : (1) Anggota Koperasi Primer merupakan orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum, mempunyai kesamaan kepentingan ekonomi, bersedia menggunakan jasa Koperasi, dan memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar; dan (2) Anggota Koperasi Sekunder merupakan Koperasi yang mempunyai kesamaan Kepentingan ekonomi dan memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar.Dengan demikian Koperasi adalah :● Badan Usaha yang kepemilikannya adalah anggota;● Anggota koperasi adalah orang atau badan hukum; dan● Kekuasaan tertinggi pada Rapat Anggota.Namun, kedua lembaga ini diharapkan dapat dan mampu bersinergi guna mengembangkan perekonomi desa menjadi lebih baik. Disamping dalam rangka mendukung program unggulan desa dalam rangka menggerakkan ekonomi desa dengan strategi membentuk holding. “Koperasi dapat dijadikan holding, dengan sahamnya koperasi dan sahamnya milik desa itu sendiri, jadi koperasi akan kuat dengan membuat holding koperasi itu. BUM desa akan mendorong koperasi, sebagai salah satu lembaga yang bisa mengoptimalkan unit-unit di masing-masing desa misalnya potensi pertanian,”

52

BUM Desa dengan lembaga masyarakat lainnya termasuk koperasi sebenarnya tidak ada yang perlu dipertentangkan. “Semuanya saling melengkapi untuk menggairahkan ekonomi desa. Namun, BUM Desa merupakan lembaga yang unik dan khas sepadan dengan keunikan desa,”. Keunikan BUM Desa yakni merupakan sebuah usaha desa milik kolektif yang digerakkan oleh aksi kolektif antara pemerintah desa dan masyarakat. BUM Desa merupakan bentuk ‘public and community partnership’ atau kemitraan antara pemerintah desa sebagai sektor publik dengan masyarakat setempat. BUM Des a lebih inklusif dibanding dengan koperasi, usaha pribadi maupun usaha kelompok masyarakat yang bekerja di ranah desa.Koperasi memang inklusif bagi anggotanya, baik di tingkat desa maupun tingkat yang lebih luas, namun koperasi tetap ekslusif karena hanya untuk anggota. Namun BUM Desa bukan lantas menjadi babak akhir bagi perjalanan koperasi di Indonesia. Keduanya haruslah seiring sejalan untuk menyejahterakan bangsa.

5. Badan Usaha Milik Desa dan Lembaga Keuangan Mikro Beberapa Pengertian Lembaga Keuangan MikroAda tiga elemen dasar yang dapat digunakan untuk mendeteksi Lembaga Keuangan Mikro, yaitu: menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan, melayani masyarakat miskin, dan menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan Fleksibel. Ketiga elemen tersebut secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut : a. Pertama, menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan. Keuangan mikro

dalam pengalaman masyarakat tradisional Indonesia seperti lumbung desa, lumbung pitih nagari, dan sebagainya menyediakan pelayanan keuangan yang beragam seperti tabungan, pinjaman, pembayaran, deposito, maupun asuransi. Beragamnya pelayanan keuangan yang diberikan karena memang keuangan mikro didesain tidak dari prinsip dan metodologi perbankan modern akan tetapi didesain dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan riil rakyat yang dilayani.

b. Kedua, melayani rakyat miskin. Keuangan mikro hidup dan berkembang karena melayani rakyat yang terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada karenanya keuangan mikro memiliki karakteristik yang khas sesuai dengan rakyat miskin. Melakukan “modernisasi” keuangan mikro dengan mengabaikan karakteristik khas yang dimiliki dengan sendirinya akan meninggalkan konstituen keuangan mikro yaitu rakyat miskin.

c. Ketiga, menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel. Sebagai konsekuensi dari kelompok masyarakat yang dilayani,

233

laba setelah bunga dan pajak. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus, sbb.:

Return on total assets = Laba setelah Bunga dan Pajak :Total Asset

Misalnya, sebuah BUM Desa dalam laporan laba/rugi membukukan laba setelah bunga dan pajak, sebesar Rp 1.135.000 dan dari Neraca perusahaan menggunkan asset sebesar Rp 20.000.000, maka tingkat keuntungan dari total asset BUM Desa adalah:

Return on total assets = Laba setelah Bunga dan Pajak :Total Asset = Rp 1.135.000 : Rp 20.000.000 = 5,7%

Angka rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan total asset BUM Desa menghasilkan laba bersih, setelah dipengaruhi oleh bunga dan pajak, sebesar 5,7%.

d. Return on Common Equity Tingkat keuntungan dari modal sendiri (Return on Common Equity) menunjukkan kemampuan dari modal sendiri yang dimiliki oleh BUM Desa untuk menghasilkan laba setelah bunga dan pajak. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus, sbb.:

Return on Common Equity = Laba setelah Bunga dan Pajak : Modal Sendiri Misalnya, sebuah BUM Desa dalam laporan laba/rugi membukukan laba setelah bunga dan pajak, sebesar Rp 1.135.000 dan dari Neraca perusahaan menggunakan asset sebesar Rp 8.960.000, maka tingkat keuntungan dari total asset BUM Desa adalah:

Return on Common Equity = Laba setelah Bunga dan Pajak : Modal Sendiri = Rp 1.135.000 : Rp 8.960.000 = 12,7%

232

Profi t Margin on Sales = Laba setelah Bunga dan Pajak : Penjualan

Misalnya BUM Desa berdasarkan laporan laba/rugi memiliki penjualan setahun Rp 30.000.000 dan membukukan laba setelah bunga dan pajak sebesar Rp 1.135.000, maka profit margin on sales dari BUM Desa tersebut adalah:

Profi t Margin on Sales = Laba setelah Bunga dan Pajak : Penjualan = Rp 1.135.000 : Rp 30.000.000 = 5%

Artinya, BUM Desa tersebut memperoleh laba setelah bunga dan pajak sebesar 5% dari penjualannya. Semakin besar angka ini maka semakin baik karena kemampuan BUM Desa memperoleh laba setelah bunga dan pajak makin tinggi.

b. Basic Earning Power Basic learning power ratio (BEP) menunjukkan kemampuan BUM Desa menghasilkan laba kotor, sebelum dipengaruhi oleh pajak dan pinjaman, dari total assetnya. Rasio ini berguna untuk. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus:

Basic earning power ratio (BEP) = Laba sebelum Bunga dan Pajak : Total Asset

Misalnya, sebuah BUM Desa dalam laporan laba/rugi membukukan laba kotor, laba sebelum bunga dan pajak, sebesar Rp 2.838.000 dan dari Neraca perusahaan menggunkan asset sebesar Rp 20.000.000

Basic earning power ratio (BEP) = Laba sebelum Bunga dan Pajak : Total Asset = Rp2.838.000: Rp 20.000.000= 17.2%

Angka rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan total asset BUM Desa menghasilkan laba kotor, sebelum dipengaruhi oleh pajak dan pinjaman, sebesar 17,2%.

c. Return on total assets Tingkat keuntungan dari total asset (return on total assets) menunjukkan kemampuan dari total asset yang dimiliki oleh BUM Desa untuk menghasilkan

53

prosedur dan mekanisme yang dikembangkan untuk keuangan mikro akan selalu kontekstual dan fleksibel.

Ketiga elemen tersebut, bagi LKM, menjadi sebuah keharusan, artinya LKM tidak hanya berarti pelayanan keuangan yang berskala sangat kecil akan tetapi harus berarti pula bahwa kelompok masyarakat yang dilayani adalah rakyat miskin dan prosedur dan mekanisme yang digunakan dalam melayani mereka harus kontekstual dan fleksibel.

6. Lembaga Keuangan Mikro Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013Sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun 2013, maka pemahaman tentang Lembaga Keuangan Mikro sebagai berikut:a. Pertimbangan, terdapat tiga substansi yakni: (i) Menumbuhkembangkan

perekonomian rakyat; (ii) kesenjangan aksesibilitas jasa keuangan bagi masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah; dan (iii) memberikan kepastian hukum terhadap beroperasinya jasa keuangan mikro bagi masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

b. Pasal 3, menyatakan tujuan pendirian LKM yakni: (i) meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat; (ii) membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas masyarakat; dan (iii) membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Terutama masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

c. Pendirian LKM. Badan hukum LKM terdapat dua pilihan yakni Koperasi (dalam hal ini koperasi jasa) dan Perseroan Terbatas (P.T.).

d. Kepemilikan modal LKM adalah: Saham mayoritas (khususnya yang berbadan hukum P.T. adalah Pemerintah Kabupaten/Kota atau Badan Usaha Milik Desa sebesar 60%.

e. Kepemilikan saham lainnya adalah perseorangan warga negara Indonesia dan Koperasi Jasa.

f. Ijin operasional LKM diberikan oleh lembaga Otoritas Jasa Keuangan.g. Kegiatan Usaha dan Cakupan Wilayah Usaha. Kegiatan Usaha LKM terdiri

dari: (i) jasa pinjaman; (ii) jasa pembiayaan (investasi/kerjasama); (iii) jasa simpanan; dan (iv) jasa konsultasi pengembangan usaha. Cakupan wilayah usaha LKM adalah desa/kelurahan, kecamatan, atau kabupaten/kota (tidak boleh melayani diluar kabupaten/kota).

h. Perlindungan Pengguna Jasa LKM. LKM-LKM dapat membentuk lembaga penjaminan simpanan; LKM dan Pemerintah daerah dapat membetuk lembaga penjamainan simpanan; dan Otoritas jasa keuangan bertanggung jawab menyiapkan informasi yang berkaitan dengan bidang usaha LKM dan unit pengaduan LKM.

54

i. Pembinaan, pengaturan dan pengawasan. Penanggung jawab utama adalah Otoritas Jasa Keuangan; dan Pelaksanaan tanggung jawab berkerjasama dengan Kementerian urusan koperasi dan Kementerian Dalam Negeri.

7. Keterkaitan BUM Desa dengan UU Nomor 1 Tahun 2013BUM Desa yang “tidak” membuka unit usaha jasa keuangan atau lembaga keuangan mikro, maka tidak terikat dengan UU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.Peraturan terkait BUM Desa tidak berbenturan dengan Undang-undang LKM tersebut karena keberadaan BUM Desa tunduk pada peraturan terkait. Sementara posisi OJK dalam hal Izin usaha, menerima pelaporan, melakukan tindakan untuk menyehatkan LKM, mencabut izin dan pembubaran, LPS, Khusus pengawasan UU LKM telah secara tegas mengatur pengawasan oleh OJK yang didelegasikan ke pemerintah daerah.

***

231

c. Jika pendapatan BUM Desa lebih banyak pada investasi yang didanai dengan dana pinjaman maka akan memperbesar tingkat keuntungan modal bagi pemilik namun dibatasi oleh beban bunga pinjaman yang harus dibayarkan.

Rasio ini mengukur bagaimana BUM Desa didanai. Rasio ini merupakan perbandingan

Total Hutang terhadap Total Aset. Rasio yang digunakan adalah Debt ratio yang mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur atau pemberi pinjaman.

Rasio Hutang terhadap Total Asset = Hutang : Total Asset

Misalnya BUM Desa dalam Laporan Neraca memiliki total asset sebesar Rp 20.000.000 dan total hutang sebesar Rp 10.640.000, maka Rasio Hutang terhadap Total Asset BUM Desa tersebut dapat dihitung, sbb.:

Rasio Hutang terhadap Total Asset = Total Hutang : Total Asset = Rp 10.640.000 : Rp 20.000.000 = 53,2%

Angka rasio itu menunjukkan bahwa harta atau asset BUM Desa didanai dengan modal hutang/pinjaman sebesar 53,2%. Semakin tinggi rasio ini maka risiko keuangan BUM Desa semakin besar. Selain itu BUM Desa juga dapat menggunakan Angka Rasio hutang terhadap ekuitas atau modal sendiri, yaitu perbandingan antara total hutang dengan total modal sendiri.

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios) Profitabilitas atau kemampulabaan merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan

atau keputusan BUM Desa. Perhitungan rasio ini memberikan petunjuk bagaimana efektivitas operasi BUM Desa.Rasio profitabilitas menunjukkan kombinasi pengaruh likuiditas, pengelolaan aset, dan hutang terhadap hasil operasi BUM Desa.Pemerintah desa dan pengelola BUM Desa sangat berkepentingan terhadap rasio-rasio ini karena mereka dapat mengetahui kemampulabaan BUM Desa. Rasio ini terdiri dari:

a. Profit Margin on Sales b. Basic Earning Power c. Return on Total Assets d. Return on Total Equity

a. Profit margin on sales Marjin keuntungan dari penjualan (profit margin on sales) menunjukkan kemampuan BUM Desa menghasilkan laba setelah bunga dan pajak dari penjualannya.

230

Rasio Perputaran Asset Tetap Bersih = Penjualan : Aset tetap Bersih

55

MATA LATIH 2 : KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN DESA MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)

Sub Mata Latih 2.2.

: MEMBANGUN BUM DESA YANG MANDIRI, KOKOH DAN BERKELANJUTAN

Tujuan Belajar : Setelah pembahasan mata latih ini, diharapkan peserta dapat :

a. Memahami Ragam Cerita tentang BUM Desa

b. Memahami tentang Faktor Pendukung dan Penghambat

c. Memahami Sejumlah Pelajaran Berharga tentang BUM DESA

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Media : Lembar Informasi SML 2.2.

Sarana : Kertas Plano, Lakban, Spidol, Media Tayang, dll.

Waktu : 2 Jam Pelajaran (90 menit)

SML 2.2.

M

MMM

S

Misalnya sebuah BUM Desa memiliki data laporan Laba/Rugi di mana penjualan setahun sebesar Rp 30.000.000 dan di Laporan Neraca tercatat Asset

Tetap Bersih sebesar Rp 10.000.000, maka rasio perputaran asset tetap bersih dapat dihitung, sbb:

Rasio Perputaran Asset Tetap Bersih = Penjualan : Aset tetap Bersih = Rp 30.000.000 : 10.000.000= 3 kali Angka rasio ini menunjukkan bahwa aset tetap bersih BUM Desa cukup efektif

dimanfaatkan untuk menghasilkan penjualan.

d. Rasio Total Asset atau The Total Assets Turnover (TATO) Rasio ini berguna untuk mengevaluasi pengelolaan seluruh (total) asset

perusahaan. Keseluruhan asset tetap adalah asset lancar ditambah asset tetap. Rasio Perputaran Total Aset sering disebut juga sebagai Total assets turnover

(TATO) mengukur perputaran semua aset BUM Desa, dihitung dengan :

Total Assets Turnover (TATO) = Penjualan : Total Asset

Misalnya sebuah BUM Desa memiliki data laporan Laba/Rugi di mana penjualan setahun sebesar Rp 30.000.000 dan di Laporan Neraca tercatat Asset Tetap Bersih sebesar Rp 10.000.000 dan asset lancar sebesar Rp 10.000.000, maka rasio total asset dapat dihitung, sbb:

Rasio Total Asset = Penjualan : Total Aset Rp 30.000.000 : (10.000.000 + 10.000.000) = Rp 30.000.000 : 20.000.000 = 1,5 kali

3. Rasio Manajemen Hutang (Debt Management Ratios) Perluasan pendanaan BUM Desa dengan pinjaman atau hutang, mempunyai tiga

dampak penting, sebagai berikut:a. Dengan meningkatkan dana melalui pinjaman/hutang, pemilik dalam hal ini

pemerintah desa atau pemegang saham lainnya dapat mempertahankan kontrol terhadap BUM Desa walaupun invetasinya terbatas.

b. Kreditor dalam memberikan pinjaman dana kepada BUM Desa biasanya hanya menyediakan proporsi sedikit dari total pendanaan karena harus memikul resiko bisnis.

PENGANTAR● Pelatih menjelaskan tujuan penyampaian

materi sebagai awal proses pembelajaran Pelatih menjelaskan target kompetensi dan ruang lingkup materi yang akan dibahas.

● Pelatih mengapresiasi materi yang akan sampaikan sejauh mana pengetahuan dan pemahaman peserta.

● Pelatih menjelaskan strategi pembahasan materi yang akan digunakan, yaitu peserta diharapkan dapat lebih interaktif dalam menerima materi awal dan memberikan kesempatan sebesar - besarnya untuk tanya jawab seputar hal-hal yang esensial, sehingga dapat merekonstruksi sendiri pengetahuan yang sudah dimiliki.

56

PROSES PEMBELAJARAN

No LANGKAH-LANGKAH WAKTU(MENIT) MEDIA

1 10

SML 2.2.

229

Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan : Persediaan = Rp 30.000.000 : RP 6.150.000 = 4,9 kali

Angka rasio sebesar 4,9 kali menunjukkan bahwa persediaan berputar sebesar 4,9 kali. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin baik.

b. Rasio Perputaran Piutang Rasio ini merupakan evaluasi terhadap pengelolaan piutang BUM Desa dengan mengukur perputaran piutang terhadap penjualan. Rasio ini disebut juga rasio Hari Penjualan Belum Dilunasi atau rata-rata periode pengumpulan, digunakan untuk menilai pihutang, dan dihitung dengan membagi pihutang dengan rata-rata hari penjualan untuk menemukan jumlah hari penjualan yang terikat dalam pihutang. Jadi, rasio ini merepresentasikan rata-rata lama waktu BUM Desa harus menunggu setelah penjualan dilakukan sebelum menerima uang tunai, atau ratarata lama periode pengumpulan. Perputaran Piutang = Pihutang : Rata-rata Penjualan per hari (Penjualan setahun/360 hari)

= Rp 3.000.000 : (Rp 30.000.000 / 360) = Rp3.000.000 : Rp 83.333,33= 45 hari

Setelah pengelola BUM Desa mengetahui perputaran pihutang maka sebaiknya membandingkannya dengan persyaratan penjualannya. Misalnya konsumen/pelanggan disyaratkan untuk melunasi penjualan kreditnya selama 30 hari (1 bulan), maka berdasar rasio ini pengelolaan aset BUM Desa berupa rasio perputaran piutang masih kurang bagus karena rata-rata konsumen baru melunasi piutangnya dalam 45 hari. Pengelola BUM Desa harus mampu mempercepat hari pengumpulan piutang ini. Semakin cepat piutang menjadi uang tunai (kas) maka semakin baik. Semakin lama piutang menjadi kas semakin tidak baik bagi BUM Desa karena harus menambah modal kerja.

c. Rasio Perputaran Asset Tetap atau Fixed Assets Turnover (FATO) Rasio ini bermanfaat untuk mengevaluasi pengelolaan aset tetap BUM Desa dengan yaitu dengan mengukur bagaimana efektivitas BUM Desa menggunakan pabrik dan peralatannya. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan asset tetap bersih (asset tetap setelah dikurangi dengan penyusutan atau depresiasi), menggunakan rumus sbb. :

228

Persediaan (inventories) secara khusus paling tidak likuid dari keseluruhan aktiva lancar BUM Desa. Sehingga dalam perhitungan Quick or Acid Test Ratio ini persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar. Quick test ratio dihitung dengan rumus, sbb.:

Quick/Acid Test Ratio = (Aktiva Lancar – Persediaan) : Hutang Lancar = (kas + piutang – persediaan) : Hutang lancar = (850.000 + 3.000.000 – 6.150.000) : 3.100.000 = Rp 3.850.000 : Rp 3.100.000 = 1,2 kali 2. Rasio Manajemen Asset BUM Desa Kelompok rasio kedua adalah rasio pengelolaan aset (theassets management ratios),

mengukur bagaimana efektivitas BUM Desa dalam mengelola asetnya. Rasio ini didesain untuk menjawab pertanyaan: Apakah keseluruhan setiap jenis aset yang dilaporkan pada neraca BUM Desa nampak rasional, terlalu tinggi, atau terlalu rendah dari sudut pandang tingkat penjualan saat ini dan yang diproyeksikan?Jika sebuah BUM Desa mempunyai investasi yang berlebihan pada aset-aset, kemudian biaya modalnya akan menjadi meningkat karena aset-aset tersebut membawa konsekuensi tambahan biaya. Dengan kata lain, jika BUM Desa tidak mempunyai cukup aset, ia akan kehilangan penjualan, yang akan membahayakan tingkat keuntungan BUM Desa. Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana BUM Desa memiliki jumlah investasi yang tepat dalam aset.

Rasio manajemen asset BUM Desa terdiri dari: a. Rasio Perputaran Persediaan b. Rasio Perputaran Piutang c. Rasio Perputaran Aset Tetap atau Fixed Assets Turnover (FATO) d. Rasio Total Asset atau The Total Assets Turnover (TATO)

Penjelasan masing-masing rasio adalah sebagai berikut: a. Rasio Perputaran Persediaan

Rasio ini merupakan evaluasi terhadap pengelolaan persediaan BUM Desa dengan mengukur perputaran persediaan terhadap penjualan. Perbandingan antara penjualan dibandingkan dengan persediaan. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan. Misalnya, sebuah BUM Desa memiliki penjualan sebesar Rp 30.000.000 dan persediaan sebesar Rp 6.150.000. Maka rasio perputaran persediaan BUM Desa dapat dihitung sbb.:

57

No LANGKAH-LANGKAH WAKTU(MENIT) MEDIA

2. 75 L e m b a r I n f o r m a s i SML 2.2.

3 5

***

CERAMAH DAN TANYA JAWAB● Pelatih menjelaskan tentang Membangun

BUM Desa yang Mandiri dan Berkelanjutan.

● Dalam proses pembelajaran, pelatih berusaha bertindak sebagai pengarah dalam tanya jawab tentang materi-materi yang dijelaskan.

● Peserta diberi kesempatan menyampaikan kondisi faktual dalam pendirian, pengelolaan dan pengembangan BUM Desa.

PENEGASAN● Pelatih menyimpulkan proses dan hasil

pembelajaran dengan penguatan/ penekanan materi yang esensial yang perlu dikuasai peserta.

● Untuk menilai penguasaan materi, pelatih dapat memberikan pertanyaan untuk mereview.

58

Lembar Informasi SML 2.2.

MEMBANGUN BUM DESA YANG MANDIRI DAN BERKELANJUTAN

A. LATAR BELAKANG BUM Desa, atau nama lain, sebenarnya bukan makhluk baru meskipun nomenklatur itu baru diperkenalkan oleh pemerintah dalam satu dekade terakhir. Dulu kita mengenal berbagai institusi sosial dan institusi keuangan mikro yang dibentuk pemerintah: Badan Kredit Desa (BKD), Koperasi Unit Desa (KUD), Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UEDSP), Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Bali, maupun berbagai nama dana bergulir yang dikelola kelompok-kelompok masyarakat yang dibentuk oleh proyek-proyek sektoral kementerian seperti UPK dan Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Sebut saja ini adalah LKM korporatis, atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dibentuk oleh pemerintah. Berbagai LKM ini dibentuk oleh pemerintah karena komitmen pemerintah untuk menolong rakyat desa (termasuk kaum miskin) dari jeratan rentenir dan sekaligus membuka akses kredit bagi rakyat desa mengingat bank-bank komersial (baik BUMN maupun swasta) tidak pro rakyat. Tidak semua institusi LKM itu mati, tetapi sebagian besar institusi LKM telah mati, telah menjadi dinosaurus. Tentu pemerintah tidak pernah jera. Pemerintah selalu membikin nomenklatur LKM yang baru seraya mengalirkan bantuan dana yang tidak kecil kepada LKM baru. Studi kami di Dompu, Bima, dan Lombok Barat, sebagian besar BUM Desa bentukan Pemkab dan didukung Provinsi, yang bergerak di bidang LKM mengalami mati suri. Demikian juga di Kutai Kartanegara yang kaya raya, dimana proyek LKM melalui program Gerbang Dayaku, mewariskan kegagalan LKM sebagaimana ditunjukkan dengan kemacetan dana bergulir sebesar 78 milyar rupiah. Sementara institusi dana bergulir yang sekarang masih berjalan secara massif adalah SPP PNPM Mandiri Perdesaan. Karena proyek masih berjalan, dana SPP terus bergulir menjadi besar dengan tingkat pengembalian pinjaman dari kelompok sebesar 92,7% pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 94,00% pada tahun 2009. Menurut laporan PNPM Mandiri Perdesaan 2009, dana yang bergulir sebesar Rp 1.247.881.145.008 dan kemudian meningkat menjadi Rp 2.399.196.471.301 pada tahun 2009. Banyak pihak bertanya, bagaimana nasib SPP kedepan ketika PNPM MP sudah berakhir? Mau dibawa kemana institusi SPP dan uang sebesar itu? Apakah institusi dan uang itu akan bernasib sama seperti institusi-institusi lain yang pernah dibentuk pemerintah? Ini adalah teka-teki serius yang sangat disadari oleh PNPM MP maupun oleh pemerintah.

227

Jika pengelola BUM Desa bermaksud memaksimalkan nilai perusahaan maka manajemen harus dapat mengambil manfaat dari kekuatan dan secara simultan memperbaiki kelemahan BUM Desa. Analisa laporan keuangan membantu :

• dengan membandingkan kinerja terhadap BUM Desa lain dengan bidang usaha yang sama,

• dengan mengevaluasi kecenderungan (trend) operasi BUM Desa sepanjang waktu.

Buku ini membantu manajemen BUM Desa dalam mengidentifikasikan kekurangan-kekurangan dan kemudian mengambil tindakan-tindakan untuk meningkatkan kinerja BUM Desa. Analisa laporan keuangan BUM Desa menggunakan analisis rasio yang terdiri dari:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) 2. Rasio Manajemen Aset (Assets Management Ratios) 3. Rasio Manajemen Hutang (Debt Management Ratios) 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)

1. Rasio Likuiditas Asset likuid adalah aset yang mudah diubah (dikonversikan) menjadi uang tunai (kas) pada harga pasar dan posisi likuiditas BUM Desa.Rasio ini berhubungan dengan pertanyaan: Akankah BUM Desa mampu membayar kembali hutangnya ketika jatuh tempo? Atau sejauh mana kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek?

Untuk mengetahuinya kemampuan membayar kembali kewajiban jangka pendek dapat menggunakan rasio likuiditas. Asset likuid BUM Desa adalah aktiva lancar (currentassets) yang terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar (currentliabilities) terdiri dari hutang dagang, hutang jangka pendek, hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo, hutang pajak, dan hutang pengeluaran lainnya (misal gaji). Misalnya BUM Desa memiliki kas Rp 850.000, piutang Rp 3.000.000, dan persediaan Rp 6.150.000. Sedangkan hutang lancar sebesar Rp 3.100.000

Current Ratio Current Ratio = Aktiva Lancar : Hutang Lancar = Rp 10.000.000/Rp 3.100.000 = 3,2 kali Angka rasio sebesar 3,2 kali menunjukkan bahwa BUM Desa ini memiliki aktiva lancar

yang mampu menutup kewajiban/hutang lancar sebesar 3,2 kali. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena semakin besar kemampuan aktiva lancar untuk menutup kewajiban lancar. Quick or Acid Test Ratio