masyarakat makmur dengan adil.docx

2
Masyarakat Makmur dengan Adil Dalam literatur ekonomi pembangunan dijelaskan ada cara kedua untuk mencapai masyarakat adil makmur yaitu cara gabungan, dimana kemakmuran dan keadilan dikejar dalam waktu bersamaan. Cara pencapaian ini dikenal dengan istilah tujuan makmur dengan adil (growth with equity objectives). Dasar logika dari pendekatan ini adalah bahwa pembangunan ekonomi terdiri dari serangkaian proyek pembangunan, dari A sampai ke Z. Dalam mengimplementasikan setiap proyek mestinya tidak hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi, melainkan sekaligus mempertimbangkan bagaimana distribusi keuntungan dari proyek tersebut. Pendekatan ini disponsori oleh lembaga-lembaga internasional seperti, bank dunia (World Bank), Organisasi Pembangunan Industri PBB (UNIDO), Program Pembangunan PBB (UNDP),dan Organisasi Negara-negara Maju (OECD), dengan cara menerapkan harga bayangan (shadow price) untuk input dan output setiap proyek. Dalam mencari harga bayangan mereka mempertimbangkan tujuan efisiensi, tujuan pertumbuhan dan tujuan pemerataan. Kalau harga bayangan diterapkan kepada semua input dan output setiap proyek pembangunan, maka dapat diharapkan distribusi pendapatan tidak begitu timpang. Cara pencapaian melalui pendekatan ini pernah diterapkan pada Pelita III melalui delapan jalur pemerataan. Sejak Pelita III (1979) tujuan pemerataan ditempatkan di atas tujuan pertumbuhan. Namun tampaknya tidak begitu lama setelah itu sampai sekarang tidak lagi terdengar istilah delapan jalur pemerataan tersebut. Setelah tahun 1979 tingkat pertumbuhan

Upload: dika-ajikaners

Post on 26-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Perekonomian Indonesia

TRANSCRIPT

Masyarakat Makmur dengan AdilDalam literatur ekonomi pembangunan dijelaskan ada cara kedua untuk mencapai masyarakat adil makmur yaitu cara gabungan, dimana kemakmuran dan keadilan dikejar dalam waktu bersamaan. Cara pencapaian ini dikenal dengan istilah tujuan makmur dengan adil (growth with equity objectives). Dasar logika dari pendekatan ini adalah bahwa pembangunan ekonomi terdiri dari serangkaian proyek pembangunan, dari A sampai ke Z. Dalam mengimplementasikan setiap proyek mestinya tidak hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi, melainkan sekaligus mempertimbangkan bagaimana distribusi keuntungan dari proyek tersebut. Pendekatan ini disponsori oleh lembaga-lembaga internasional seperti, bank dunia (World Bank), Organisasi Pembangunan Industri PBB (UNIDO), Program Pembangunan PBB (UNDP),dan Organisasi Negara-negara Maju (OECD), dengan cara menerapkan harga bayangan (shadow price) untuk input dan output setiap proyek. Dalam mencari harga bayangan mereka mempertimbangkan tujuan efisiensi, tujuan pertumbuhan dan tujuan pemerataan. Kalau harga bayangan diterapkan kepada semua input dan output setiap proyek pembangunan, maka dapat diharapkan distribusi pendapatan tidak begitu timpang.Cara pencapaian melalui pendekatan ini pernah diterapkan pada Pelita III melalui delapan jalur pemerataan. Sejak Pelita III (1979) tujuan pemerataan ditempatkan di atas tujuan pertumbuhan. Namun tampaknya tidak begitu lama setelah itu sampai sekarang tidak lagi terdengar istilah delapan jalur pemerataan tersebut. Setelah tahun 1979 tingkat pertumbuhan pendapatan nasional tidak secara nyata berbeda dari periode sebelumnya. Demikian juga halnya dengan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan nasional. Diukur dengan rasio Gini, distribusi pendapatan menunjukan dengan ketimpangan yang sedang baik sebelum maupun sesudah delapan jalur pemerataan dikenalkan dan diterapkan.

Sumber:Buku Perekonomonian Indonesia, Ketut Nehen