masyarakat dalam i lu · putaran pertama dari dpt 2"129.802 orang, ... kepada anggota ppk pps,...
TRANSCRIPT
Volu me 'l 4No. 2 0ktober ?013
OPTIMALISASI KPl-I DALAMPENINGKATAN PARTISIPASI
MASYAR"AKAT DALAM P EM I LU
EUMI VVARSUDIN
Doseri Fakultas Hukum Universitas Fasunclan Earrdung lalan Lengkong Besar No" 68 BandungTelB. (022) 4262226, Fax. (022) 42173+A Email: [email protected].
Ab5"l'kAiq
Mer trpiili.iii rr.riil kuiii:{;yiait i-,.1lr,vc d.rr:iRr neg;l'e ,iiorlcr'11, perililu lnei'up,lkJil entfy pcilt;i b.igi
ter"b.rngunn;a suatu p€nlcriniJhan yarig i.ltiriokratis" Dalarrr kcrangka ini, prinsip xedarilatari rakyatmeni:di roh b.lgi setiaii ger'.1k l;ngkal: per:yeleriggaraan pemilu. Tetselenggar:nya pentiltr !.anglangsung, unrum/ bebas, r ahasia, iirjur dan adil, bukanl.ih pekerjaarr ying rrrLlrlah. Sebagai ,rliarratkorrstitrrsi, yang p:rl,r haliih;tilya (rlerurlakJn ketrii;k"rn publik di bidang politik dan pemeriirtah;n,sangat ielas L:ahwa implementasinya akarr diperrgaruhi oieh berbagar taktor. Salah satu faktor itu aclalah
irtstitLrsi penyelenggara, sehingga uerigJrr derrrikian irai inilah yang harus jadi k.:iian cenrlat dari setirpJllilratur inscinisi periyelenggar; piiTiilu p;da beilirgai ler,el. [.ri ant;ra bebeiapa ienis pemilti y;ng telahdiselanggarakan, tampak bahwa rlerrriiu Burpari d;rr W;kil Bupati y.rirg paling menarik untuk dicer'mati.Hal ini ant"rrJ lain karena Jerrllg sosiopolitik tlan sosiokriltlrrJl yJng rnelingkupinya yang multikontplelasehingga potensi korrflik dalanr perryeleiiggar;;rrirlyr skrn j:rih lelrih besar dibandingkan deirgan jenis
penrilu I;innya. Tirrgkat partisip.rsi rrusyJrak;r d:l.lrr'r Lreririllr, khr.rsusnya pada kegiatarr perrlrtitgutan
dan perhitungan sLrara rnenjacli perhatian banyak kai:rrgan. Di beberapa daerah provinsi, kota dankabupaten yangtelah rnelabanakarr pemilu, tairrp.lk tr;hwa tingkat partisipasi ini ntengalarni penurr;nan
dari satu penrilu ke peniilu iainrrya. [lerrgan itu penulis teiurik terhaclap bagaimana Optimalisasi Peran
Kelentbagaan KPU clalarn penirigkrr,:ir parriripasi nrdryirJkat ,;1;larn Pernilir.
ifuta kunci : Oprinialisasi, Pcriitrgi<.rt.an Parti;tpasi I Iasya rkrt, Pei'ililtt,
@ooJurnalILMU HUKUM LITIGASI
ABSTRAC'T
It was undrsubtedly that in the modern xate, Etectian ls rhe entry point for the estaltlisitilert uf a
democratic governrnent. Within this framework, the principle of sovereignty has become the spirit fore/ection in every move. The implementation of direcr e/eetionso public, free, confidential, honest and
fair, is not an easy job. As ir ls mandated by the constitutian , which is in essence a public policy in the
fields of politics and gavernance, it ls c/e;:r that tfre impletnentetian will be influenced by various
lacio;.:. i)ne rif rhe f:ctol r's org:riizlirg ,rn"lflfuri*n, ihirs ;r is nrust be tarefully study bl e,:crr ofelection niJfiJgeffrenf affici ,l Jr i.ariuu.s ,,"r,e/j. ,4firrl ti{ tlrc ;evcl;,1 ry1les of elet'tlotts thtt ft,td b,enheld, it JppeJ,T tfut Lhe €re(rrJrr of Reserrr r rhe rnost inicre"rring ro ob,er,,e. This is partly ut:e tosocio"poliflcal;r</ socio,(.u/turJ/ setrr/rg that surraunded the multi-complex io thJf the potential iorronflicr ir: irr el,en will be f.lr gre:tei than with atfier types of elections. L,evel of communityp.ri'tlriprlioir ir'i tlte e/ri.cions, especiatly ut pollittg and c'ountirtg activities have betome attention afmany peaple. Ifl io,rrc provirrre5, elfies arrd districts fhat h;ve cofiducfed the electictn, it appears th)ttfre parfidpatlon ral.e fias derreased frant o/re eleccion to an<tther. Bec.:use rsf the rnatter above, Lhe
wrircr is inferesred ro u'i'ife about trow to Optimize rhe Role of lnstitutional Cornrnisslon in order toincreaseri participdtion of community inthe e/ecfion,
Keyw'orii : Apfirnize,lncreased participatiot't af tonttuutlity, the elecflon.
Volume 14No.2 Oktober 20f 3
I. PENDAHULUAN
Merupakan suatu keniscayaan bahwa dalam negara
modern, pemilu merupakan entry point bagi terbangunnya suatu
;:en:erin{,*har"l yang rJeti"ioltrctis Ealar* kerailgka ini, pririsip kedauletan rakyat
rneniacli ioh bagi setiap gerak langkah penyelenggaraan penrilu. Dengan
Beitlilil i:uia, ;uati.i pemerintahari rirendapatl<an legitimasinya. Hal ini seialan
dettgait aira yang dikeiilukakan Ball bahwa Eleetians are Brimarly a means af
legltirnizing rhe right ef tfie rulers to gavern {197 5: 1 29} "
TerselenggaraRya pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, iujur
elan adil, birkanlah pekerjaan yang nrudah" Sebagai anranat konstitusi, yang
pada hakikatnya merupakan kebiiakan publik di bidang politik dan
pemerintahan/ sangat jelas bahwa implementasinya akan dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Salah satu faktor itu adalah institusi penyelenggara, sehingga
dengan demikian hal inilah yang harus jadi kajian eermat dari setiap aparatur
institusi penyelenggara penrilu pada berbagai level. Sebagaimana dinyatakan
oleh Edward III .". rhe implementation af every Boticy is a dynamic process,
whieh fnvolves the interaction of many variables (1980: 10). Pun dernikian,
koimpleksitas imBlement-asi penyelenggaraan pemilu, melibatkan interaksi
J u rrralILMU HUKUM LITIGASI@oo
berbagai faktor diantaranya politikal, sosial, teknis, manaierial, psikologis
bahkan teknologis.
Meniadi tugas yang amat berat tapi mulia bagi KPU dan iaiarannya
(KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, sampai ke iaiaran pelakana adhoc di
tingkat paling bawah) untuk mengimplementasikannya. Sebagai lembaga yang
bersifat nasional, tetap dan mandiri, kepadanya dihadapkan tantangan nyata
untuk mengemban tugas, wewenang dan kewaiibannya dalam mengusung visi
demokratisasi dan kedaulatan rakyat. KPU Kabupaten/Kota sebagai bagian
integral dari KPU, tentu saja harus tampil paling depan untuk kepentingan
ini. KPU sebagai penyelenggara pemilu tentunya harus menialankan tugas
pokoknya, yang salah satu tahapannya adalah melaksanakan sosialisasi artinya
mengkomunikasikan sesuatu kegiatan yang akan dilakanakan kepada
masyarakat terkait kegiatan KPU yang akan dilaksanakan.
Di antara beberapa ienis pemilu yang telah diselenggarakan, tampak
bahwa pemilu Bupati dan Wakil Bupati yang paling menarik untuk dicermati.
Hal ini antara lain karena setting sosiopolitik dan sCIiokultural yang
melingkupinya yang multikompleks sehingga potensi konflik dalam
penyelenggaraannya akan jauh lebih besar dibandlngkan dengan ienis pemilu
Iainnya. Pada sisi ini, tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu, khususnya
Volume 14No" 2 Oktober 2013
pada kegiatan pemungutan dan perhitungan suara menjacli perhatian banyak
kalangan. Di beberapa daerah provinsi, 'kota dan kabupaten yang telah
melaksanakan pemilu, tampak bahwa tingkat partisipasi ini mengalami
pcnrrrunan sebagai contoh dalarn Bemilihan Bupati dan Wakjl Bupati
Ikbupaten Bandung tahun 2a1a, yang mengalami dua putaran clinrana
putaran pertama dari DPT 2"129.802 orang, dan partisipasi masyarakat
yang mencoblos mencapai 64,99 Yo, sedangkan dalam putaran kedua DpT
2"129.8a2 orang, dan partisipasi masyarakat hanya mencapai 61,s6 o/o
(sumber data KPU Kabupaten Bandr.rng).
Berdasarkan latar belakang penrikiran tersebut dapat diungkapkan
sekurang-kurangnya permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah optimalisasi Beran kelembagaan Kpu Kabupaten sebagai
penyelenggara pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah ?
b. Bagaimana Beran aparatur (sDM) untuk mendorong partisipasi
masyarakat Dalam Pemilu ?
@**-iui"mal
ILMU FIUKUM TITIGA$I
II. PEMBAT{A5Ai'd
A" OBtirnalisi Peran Kelembagaan Penyelenggara Pemilu
Dalarn berbagai litenatur tclah dikuBas tuntas bagaimanakah eksistensi
rian perat'i institr"lsi yang tugas dan otoritasnya melaksanakan berbagai
key:rutuisarr/kebiiakan organisasi. Meminjam istilah Henry t4intzber& dalam
konteks posisinya sebagai bagian integrai dari KPU sceara nasional maka KPU
Kabupaten Bandung elapat dipandang sebagai the operating care
(elaiam Rohbins: 1990, 278). Dengan kata [ain, KPU Kabupaten Bandung
berperan untuk rnengirrrplementasikan seluruh keputusan/kebiiakan organisasi
tentang trerbagai aspek kepemiiuran yang telah ditetapkan oleh KPU dalam
bentuk berbagai Peraturan KPU.
Dengan ternrinologi yang sedikit berbeda tapi esensinya sama,
beberapa pakar kebijakarr putrlik telah nrengintrodusir peran penting
organ isasi/birokrasi pelaksa na berbagai keputusa n/kebiia ka n organisas ional i ni,
termasuk kebiiakan/keputusan yang menyentuh banyak kepentingan publik
seperti penrilu. Diantai"anya acialah bureaucratic structure (Edwards Ill,
1989: 11)u orgamizatianlbureau€raey (Jones, I984: 17O) dan program
frirplemenfers (Grindle, 1980: 1 1 ),
Volume 14No" 2 Oktober 2013
Peran kelembagaan KPU KabupatenlKclta sebagai penyelenggara
pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah, seeara normatif yuridis
tertuang dalam Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang I{o. 22
Tahun 2007 tentang Peii;isflsrlggara Perniiu. Seeara rinci tugas dan wewenang
KPU l{abupaten dalani peniilu Bup:ati dan Vdakil Bupati adaiah:
a. I4ereneanakan prograirr anggaran, elan jadwal Penrilu Kepala Daerah dan
\,Vakil Kepala Daerah Kabupaten;
t). Menyusun rlan menetapkan tata kerja KPU KabuBaten, PPK, PPS, dan
KPPS dalam Pemih"r ltepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten
dengari memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi;
c. Menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiap-tiap
tahapan penyelenggaraan pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kabupaten berdasarkan perundang-undangan;
d. Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Kabupaten dalam wilayah kerjanya;
c. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
tahapan penyelenggaraan Femilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kabupaten berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPLI Provinsi;
Jurnal
J.
l"
{vb.
ILMU HUKUM LITIGASI
Memutahirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan
menetapkan data pemilih sebagai daftar pemilih;
Menetapkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
kabupaten yang telah memenuhi peruyaratan;
Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi perhitungan suara
Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah Kabupaten berdasarkan
rekapitulasi hasil perhitungan suara dari seluruh PPK di wilayah kabupaten
dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara;
Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat
penghitungan suara dan waiib menyerahkannya kepada saksi peserta
Pemilu, Panwaslir Kabupaten, dan KPU Provinsi;
Menerbitkan keputusan KPU Kabupaten untuk mengesahkan hasil Pemilu
Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah Kabupaten dan
mengumumkannya;
Mengumumkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
kabupaten terpilih dan membuat berita acaranya;
Melaporkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten kepada KPU melalui KPU Provinsi;
k"
Volunre {4No. 2 Oktober 20i3
m. Menrerika pengaduan clan/atair laBoran
yang dilakukan oleh ppK, ppS, dan KpFS;
iiLlirnya pehnggaran k*ije etik
Kepala Daerah dan
dengan tugas KpU
n. Menindaklanjuti dengan segerc ten-iuan dan l.:5"roran yang,lisanrpaikan
oleh Panwaslu Kabupaten;
o" Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif
kepada anggota ppK pps, seketaris Kpu Kabupaten, dan pegawai
sekretariat KPU Kabupaten/Kou yang terbukti merakukan tindakan yang
mengakibatkan terganggunya tahapan penyerenggaraan pemiru yang
sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi panwasru Kabupaten dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
p. Melakanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu
Wakil Kepala Daerah clan/atau yang berkaitan
Kabupaten kepada nrasyarakat;
q. Melakukan evaluasi dan nrembuat laporan penyerenggaraan pemilu
Kepala Daerah clan Wakil Kepala Daerah Kabupaten;
r' Menyampaikan hasil Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah
Kabupaten kepada Dewan perwakilan Rakyat Daerah provinsi, Menteri
Dalam Negeri, Bupati, dan Dewan perwakiran Rakyat Daerah Kabupaten;
l-
t-
i:
I
t-
JurnalIIMU HUKURJI LITIGASI
dan melakanakan tugas dan wewengang lain yang diberikan
KPU Provinsi dan/atau undangundang.
oleh KPU,
Adapun kewaiibannYa adalah:
a. Melakanakan semua tahapan penyelenggaraan pemilu dengan tepat
walcu;
b. Memperlakukan peserta pemilu dan pasangan calon secara adil dan
setara;
c. Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan pemilu kepada
masyarakat;
Melap,rrkan pertanggungiawaban penggunaan anggaran sesuai dengan
Beratu ra n Peru nda ng-undan ga n;
Menyampaikan laporan pertanggungiawaban semua kegiatan
penyelenggaraan pemilu kepada KPU melalui KPU Provinsi;
Memelihara arsip dan dokumen pemilu serta mengelola barang inventaris
KPU Kabupaten berdasarkan peraturan perundang-unclangan;
Menyampaikan laporan periodik rnengenai tahapan penyelenggaraan
pemilu kepada KPU dan KPLI Provinsi serta menyampaikan tembusannya
kepaeia Ear,vaslul;
d.
a
Volume 14No. 2 Oktober 2013
Membuat beriu acara pada setiap rapat pleno KPU Kabupaten dan
ditandatangani oleh ketua dan anggota KPU Kabupaten;
Melalsanakan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU dan KPU
Frovinsi; dan
j. Melakanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang -
undangan.
Semua tahapan tersebut di atas itu dijabarkan dalam keputusan KPU
Kabupaten /Kota, bukan dalam peraturan KPU yang sifatnya mengatur,
karena berdasarkan Undang-Undang Nomgr 15 tahun 2O1l tentang
penyelenggara pemilu, KPU Propinsi, Kabupaten/Kota tidak diberi
kewenangan untuk membuat aturan yang sifatnya mengatur (PKPU), namun
hanya diberi kewenangan membuat keputusan sebagai pedoman teknis dari
PKPU.
Merujuk kepada ketentuan normatif tentang tugas dan wewenang
KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemilu, tugas dan wewenang
kelembagaannya adalah sebagai berikut:
JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo
a. Merencanakan program, anggaran, dan jadwal pemilu di kabupaten.
Percncanaan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan berfikir yang
antisipatif tetapi realistik. Pereneanaan pemilu akan bersangkut paut
,{cngari tiimensi ruang, waktut, fasilitas, sumber daya dan ruang lingkup"
Suatu reneana sebagai produk suatu perencanaan harus mengakomodasi
kemungkinan adanya rnodifikasi. Dalam kaitan ini, keaiegan dan
tleksibilitas sangat penting ditun jukkan oleh segenap aparatur
penyelenggara pemilu.
b. Menyusun dan nienetapkan tata keria KPU Kabupaten, PPK, PPS, dan
KPPS"
Dalam kegiatan ini, meskipun sepenuhnya telah ada pedoman yang
diteupkan oleh KPU dalam kenyataannya dituntut kejelian dan terobosan
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah.
Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk tiap tahapan
penyelen gga raa n pemilu.
Keberadaan pedoman ini sangat penting dan menentukan, karena dalam
beberapa Peraturan KPU acapkali ditemukan di dalamnya ketidakielasan,
sehingga oleh karenanya perlu ada derivasi yang lebih operasional, teknis
rc
-
Volume 14No^ 2 Oktober 20{3
dan aplikatif. Keluasan pandengan, wawasan dan keberanian nreirgambil
keputusan menjadi bagian penting dari tahap ini.
d. Pembentukan PPK, PPS, dan KPPS.
Sebagai tangan kanam, kepanlangamtangan dam i'liung tCInthek
penyelenggaruaffi pemiiu, pembentukannya harus tepat dan eerunat sesuai
dengan iadwal dan kebutulian. Peruimrbangan'Bertin:bangan personal,
primordial dan nepptistlk harus dibr"iang iauh-iauh daiam rekir:tmeni'i1'':
derni terlahimya penyelenggara yang kapabel.
e" Mengi:ordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan
pemilu"
Tahapan pelaksanaan harus mencermati berbagai faktor yang
memBengaruhi. Budaya politik yang masih bercorak subyek dan bahkan
parochial selain kemungkinan muneulnya neofeodalisme akan meniadi hal
yang patut diperhatikan. Prinsip kebersamaan dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi harus dipegang teguh. Selain itu mesti dibangun pola
hubungan kerja yang sifat saling mengfuargai tapi irrrpersglalistik.
Memutakhirkan Data Pernilih"
Meskipun realitarrlla KPl..l Kahr.rPaten adalah pel'!ggtll13 akhir ilata
kependurJukan ydng .liier irrr": dcr'i Pemel"irliair Daerah, Cq. [;inas
@ooJurnalILMU HUKUM LITIGASI
Kependudukan dan Catatan Sipil, tetapi kualitas dari tahap ini akan
sangat tergantung kepada kecermatan KPU dan seluruh iajarannya dalam
meng-update dan mengolah data kependudukan meniadi daftar pemilih.
Koordinasi dan supervisi KPU Kabupaten terhadap PPK, PPS dan
khususnya PPDP sangat penting dan menentukan. Ketemediaan sumber-
sumber daya organisasi, khususnya dana dan informasi sangat penting
bagi akurasi daftar pemilih ini.
Menetapkan pasangan calon Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Tahap ini diawali oleh proses pendaftaran bakal pasangan calon, baik
yang berasal dan diusulkan.parui politik maupun perseorangan. Kehati-
hatian dan sikap teguh pada aturan akan sangat membantu tugas-tugas
dan wewenang kelembagaan. Seringkali konflik internal partai politik
terbawa-bawa dalam tahap ini dan masuk ke pusaran internal
penyelenggra. Hal lain yang acapkali meniadi perhatian publik adalah
akurasi pada tahap verifikasi persyaratan bakal calon, baik syarat individu,
syarat kelembagaan parpol maupun syarat dukungan dalam bentuk
fotokopi KTP warga masyarakat.
Voiurne 14Ner.2 Olstober 2013
h. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara
pemilu"
t"
Meskipun tahaB ini s*ngat ditunggu-t(irig$,ri rerapi pedir kehati-lrarian darr
kecertnatair. Prirtsip keldilarr dan nan-partisan nrenjadi sangat relevair
untuir clipegang tegtth, kartrra godtrn politih rkan terasJ sangJt besar
nren ghada ng serlr ua ja jaran pen yel en ggrra.
MenrLiurat berita aeare pettghiturrgan srrai-a darr sertifikat penghiturrgan
suara.
Pada kegiatan ini aspek perrting yang harus diperhatikan aclalah ketelitian
dalam entry dan pengolahan data. Kes.rlahan aeapkali terjadi nreskipurr
bukan sebagai sesuatu yang disengaia tetaBi lebih bersifat human eror'.
Menerbitkan keputusan KFU Kabuparen urrtul< nrengesahkan hasil pen'iilu
dan mengumumkannya.
Meskipun terbitnya keputusan dalarn bentuk naskah surat keputusan ini
hanya merupakan aspek legalitas dari sebuah keputusan (beschikking),
tetapi tetap saja diperlukan ketelitiari dal:m penyusunannya. Pernaharnan
aparat penyelenggara terhadaB asBek-aspek /ega/ drafting akarr sangat
menrbantu tahap irri.
Jurnal
1"
ItMU HUKUM LITIGASI
Mengumumkan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati terpilih dan
membuat berita acaranya. Kegiatan ini lebih bersifat formalistik
dalam bentuk publikasi kepada publik secara luas. Namun demikian,
tetap dlperlukan adanya kehatl'hatlan dalam penyusunannya'
Melaporkan hasll pemllu kepada KPU melalui KPU Provinsi.
Acapkall kegla6n penyusunan laporan terabalkan di tengah hiruk
plkuknya penyelenggaraan pemilu. Padahal pelaporan ini merupakan
salah satu fungsi manaiemen pemilu yang tidak kalah penting
dibanding fu ngsl'fungsi lalnnYa.
Memeriksa pengaduan dan/atau laporan adanya pelanggaran kode
etik yang dilakukan oleh PPK, PPS, dan KPPS. Harus disadari bahwa
dalam tahap ini dampak psikologis kul1rral akan sangat dominan.
Penegiakan kode etik akan sangat kontributif bagi terlahirnya postur
penyel en ggara yan g kredibel.
Menindaklaniuti dengan segera temuan dan laporan yang
disampaikan oleh Panwaslu. Berbagai tahapah dalam penyelenggaraan
pemilu tidak akan terbebas dari kemungkinan adanya konflik, insiden
dan hal-hal kontra produktif bagi efektivitas penyelenggaraannya.
Pada sisi lain mesklpun KPU Kabupaten merupakan institusi
2"
3.
4.
Volume 14No. 2 Oktober 2013
independen dan mandiri dalam penyelenggaraan pemilu, pada
hakikatnya merupakan bagian inheren dari sistern politik. Dalam
konteks ini, sebagainrana dikernukakan Gabriei A" ,AImond, salah
satu kapabilitas yang harus dikenrbangkan adalah responsfvifas.
Afltinya seiauh mana institusi-institursi dalam si.l.atu sistem politik cepat
tanggap terhadap berbagai input, yang berasal dari lingkungan.
Dengan kata laiir, KPU Kabupaten harus menrlruka telinga dan n:rata
dengan lebar terhadap segala maeam informasi yang datang dari luar
dirinya"
5. Menonaktifkan senlcntara dan/atau merjgenakari sanksi adrniriisi.ratif"
Hal penting yang harus diperhatikan adalah fact finding
terhadap
dugaan terjadinya rindakan yang mengganggu tahapan pemilu.
Kelugasan dan impersonalitas dalam rangka ini harus dikedepankan.
6. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu. Diperolehnya
informasi-informasi kepemiluan oleh masyarakat rnemang bukan satu-
satunya monopoli kerja KPU. Tetapi publik akan selalu mengaitkan
berbagai kisruh penyelenggaraan pemilu dengan rendahnya intensitas
sosialisasi ini.
@ooJurnalILMU HUKUM LITIGASI
7. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan pemilu.
Upaya menemukan hal-hal yang distottif dalam pelaksanaan tugas
bukanlah perkara mudah. Dalam hal ini evaluasi secara seksama,
obyektif, dan komprehensif sangat diperlukan. Hal ini meniadi bagian
penting bagi tersusunRya suatu laporan yang akurat.
Menyampaikan hasil pemilu kepada DPRD Provinsi, Bupati dan
DPRD Kabupaten. Penyampaian hasil pemilu secara tepat waktu
sesuai iadwal akan sangat menentukan kineria organisasi. Hal ini
mengingat publik akan selalu menunggu apa yang meniadi finalisasi
dari tugas kepemiluannya.
Melaksanakan tugas dan wewenang lain. Dalam realitanya akan
terdapat kaitan tugas yang bersumber dari ketentuan lain seiauh
menyangkut kepemiluan. Dalam rangka ini, prinsip integrasi dan
sinkronisasi menjadi bagian penting untuk efektivitas tugas. Orientasi
pelakanaan tugas berjalan secara simultan dan sinergis ke berbagai
arah (vertical, horisontal, dan diagonal).
8.
9.
Volume 14No. 2 Oktober 2013
Optimalisasi kewaiiban lembaga penyelenggara pemilu sesuai dengan
amanat Undang-Undang No. 22 Tahun 2OO7 adalah sebagai berikut:
a. Melalsanakan semua tahapan pemilu dengan tepat waktu.
Bukan pekerjaan mudah untuk melakanakan'tiap tahapan pemilu secara
konsisten dan konsekuen sesuai dengan iadwal. Komitmen yang tinggi
terhadap iadwal yang telah ditentukan akan mendorong terwuiudnya
kewibawaan organisasi. Perubahan iadwal apalagi yang dilakukan secara
sepihak akan menjadi cikal bakal lembaga penyelenggara ini sebagai
bulan-bulanan pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Memperlakukan peserta pemilu dan pasangan calon secara adil dan
setara.
Dalam negara demokrasi, keadilan merupakan salah satu ide agung
(great idea) yang harus selalu diperiuangkan. Keadilan pada umumnya
menurut Suseno adalah keadaan dimana setiap orang memperoleh apa
yang meniadi haknya ... (2000: 50). Perlakuan yang tidak diskriminatif,
egaliter, setara dan fair terhadap semua peserta pemilu akan dan harus
menjadi patokan dalam menialankan tugas-tugas kepemiluan.
Ir
JurnalILMU HUKUM LITIGASI@co
c. Menyampaikan Informasi Kegiatan Kepada Masyarakat.
Salah satu indikator empirik negara demokrasi menurut Robert A. Dahl
adalah Citizen also have acces to alternative source of information that
are nat monopolized by the government or other single groap (dalam
Tal'rer 19942 xxvii). Dalam kerangka ini, informasi tentang kegiatan
pemilu harus menjadi bagian penting dari pendidikan politik rakyat, yang
didalamnya memungkinkan ralqyat untuk melekukan check, re-check dan
cross-check dari berbagai sumber informasi yang variatif tetapi
bertanggungiawab.
Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai dengan
peratura n peru nda ng-undan ga n.
Aspek anggaran sebagai salah satu sumber daya organisasi hampir selalu
menjadi hal krusial, kontroversial dan debatable. Dalam konteks ini
prinsip transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran harus menjadi
"watak" organisasi, sehingga dengannya akan terlahir institusi KPU yang
bersih, terhormat dan berwibawa dan bermartabat.
Menyampaikan Laporan pertanggungjawaban kegiatan penyelenggaraan
pemilu kepada KPU melalui KPU Provinsi.
d.
e.
Volume 14No. 2 Oktober 2013
Ekistensi laporan dalam manajemen merupakan hal esensial bagi
pencapaian tujuan organisasi. Tentu saia laporan dimaksud arJalah yang
obyekti{, akurat dan proporsional. Prinsip peftanggungiawaban
(responsibifity) akan nreniadi baroriretei" samp;i seiauh maRa stlatu
program, kebijakan atau keputttsan telah berialan, faktor-faktCIr apa yang
meniadi kendala ,lan upaya-upaya apa untuk nrenarrganinya" Berialannya
pelaporan dan pertanggungjawaban itri secara tertib akan irrenJukttt-ig
lahirnya KPU sebagai institusi yang sehat"
f. Memelihara arsip dan dokumep pemilu sefta barang inventaris.
Sutlah saatnya setiap aBaratur tlari keselui'uhan "slagorde" pentilu sadar
bahwa arsip bukanlah sekedar pelengkap atribut organisasi" Fakta sering
menunjukkan bahwa manaiemen arsip yang tidak berkualitas telah
berimplikasi buruk kepada kinerja organisasi khususnya l<etika sampai
pada fase pelaporan. Pada sisi lain, arsip dan dokumen pemilu ini akan
"bernyawa" ketika bersentuhan dengan kepentingan-kepentingan Iain,
misalnya kebutuhan data riset untirk studi maupun kepentingan yang
lainnya.
JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo
g. Menyampaikan laporan periodik kepada KPU dan KPU Provinsi serta
tembusnya kepada Bawaslu.
Karena eksistensi laporan yang demikian penting, maka di tengah hiruk
pikuknya kerja demokrasi dengan segala kompleksitasnya ini iangan
sampai menelantarkan peran pentingnya dalam rangkaian kepemiluan.
Dengan demikian laporan periodik harus disampaikan secara tepat/
akurat, dan proporsional.
h. Membuat berita acara setiap rapat pleno dan ditandatangani oleh Ketua
. dan anggota.
Dalam situasi frekuensi dan intensitas kegiaftn yang sangat padat
sepanjang penyelenggaraan pemilu, bukanlah hal yang mudah untuk
selalu dibuat berita acara setiap rapat pleno. Dalam kaitan ini, dukungan
dari jaja ra n sekretariat seba ga i supporting sy ste m sa ngat menentuka n.
i. Melakanakan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU dan KPU Provinsi.
Sebagai subordinat dari KPU dan KPU Provinsi, maka merupakan suatu
keniscayaan pula bahwa KPU Kabupaten/Kota sepenuhnya taat dan
konsisten kepada ketentuan-ketentuan organisasi yang telah ditetapkan.
Setiap bentuk sikap dan perilaku insubordinatif merupakan wuiud
penghianatan kepada norma-norma organisasi.
Volume 14No. 2 Oktober 2013
i. Melalsanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-
undangan.
Akhirnya apapun yang diamanatkan undang-undang sebagai kewajiban
institusional, harus dilakanakan sebagaimana mestinya. Dengan ini,
dirinya dapat terbangun menjadi institusi penyelenggara pemilu yang
kredibel, akepubel, kapabel, dan berintegritas.
B. Perari Aparacur (5DM) Untuk l.leiri,rrorts Par:tisipitsi Flailarahat Dalari
Petirilu "
Settagaitnini dirryat;kar.i ,l.ilartt iturrsirleran "tnetriirbafig" [rrrtir' b UU
No. 22 Tahun 2OO7 tentang Perryelenggara Pernilu, bal'rwa peniilu yang
langsung, Lrmum, bebas, rahasia, jurjur, clan adil, liarrya tlapar terwujud
apabila dilalaanakan oleh penyelenggar,: pemilu ydng lnenrpurryai integritas,
profesionalitas, dan akuntabilitas.
Oleh karenanya, institusi KPU harus mampu tampil menjawab
tantangan berat seperti itu. Faktor sumber daya manusia atau aparatur yang
ada di dalamnya, dengan demikian akan sangat menentukan profil, postur
dan kineria institusi sepefti yang diharapkan. Untuk itu, kualifikasi
JurnalILMU HUKUM LITIGASI
b,.
c.
@ookeanggotaan, aparatur dan institusi KPU KabupatenlKota haruslah memenuhi
kriteria seba gai berikut:
a. Kapabilitas.
Kompetensi dan kemampuan individual harus memancar dari setiap
aparatur. Hal ini selaras dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,
wawasan, pengalaman dan persepsinya berkaitan dengan penyelenggaraan
pemilu.
Integritas.
Aspek moralitas aparatur menjadi pendukung utama bagi integritas
institusi. Hanya anggota-anggota dan aparatur penyelenggara pemilu yang
teruji moralitasnya yang dapat menopang lahirnya integritas kelembagaan
KPU Kabupaten/Kota secara keseluruhan.
Kredibilitas.
Keterpercayaan merupakan modal penting bagi fungsionalitasnya suatu
institusi. Aparatur yang kredibel berarti yang dilihat dari aspek
personalitasnya layak, patut dan teryercaya untuk menialankan tugas
berat dan mulia itu.
Volume 14No. 2 Oktober 2013
1. Peran Strategis Pemerintah dalam Pemilihan Umum
Upaya mewujudkan pemilihan umum (pemilu) anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Presiden, dan Kepala Daerah sefta
pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) yang iuiur, bersih, efisien,
efektifl beradab, dan demokratis di lndonesia bukanlah pekeriaan mudah.
Namun, agenda tesebut merupakan sebuah keharusan kolektif bagi
sebuah negara demokrasi untuk merealisasikan cita-cita dan tuiuan
demokrasi yakni menuju negara yang menjamin kedaulatan rakyat melalui
pemerintahan dan wakil rakyat yang dipilih dari rakyat, oleh rakyat, dan
bertanggun g jawab terhadap rakyat.
Dengan alasan konkret tersebut, dibutuhkan sebuah kekuatan publik dan
wadah demokrasi yang betul'betul memiliki komitmen yang kuat dan
betul-betul konsisten terhadap tugas dan panggilan untuk menegakkan
peraturan pemilihan secara konsisten sesuai dengan peraturan dan
perundang-u ndangan yan g berlaku.
Dalam konteks pemilu dan pemilukada, ralqyat pada dasamya merupakan
pemegang tahta dan mahkota demokrasi. Sulit dibayangkan iika pemilu
tanpa rakyat. Legitimasi pemilu ditakar salah satunya dari kesiapan
JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo
rakyatnya berpartisipasi aktif dalam pemilu sefta kesanggupannya dalam
menciptakan situasi dan kondisi yang konduksif dan dinamis menielang
selama, dan setelah pemilu.
Legitimasi pemilu iuga ditentukan oleh penyelenggara pemilu dengan
dukungan modal kualitas, integritas, profesional, mandiri, transparan, dan
akuntabel. Dalam konteks ini, penyelenggara memiliki kewenangan tidak
saja merencanakan, melalsanakan, dan mengendalikan penyelenggaraan
pemilu, tetapi juga menyusun semua tata cara yang berkaitan dengan
tahap persiapan dan pelaksanaan dengan berpedoman pada peraturan
yang berlaku. Kewenangan tenebut menyodorkan pemahaman bahwa
penyelenggara pemilu memiliki hak dan kewaiiban untuk
menyelenggarakan pemilu yang diialankan dengan sebuah tanggung iawab
moral demi memaiukan demokrasi di pentas kehidupan sosial politik
masyarakat Indonesia. Ini merupakan sebuah manifestasi kehendak dan
kepercayaan publik kepada penyelenggara pemilu untuk memaiukan
pemahaman rakyat Indonesia tentang demokrasi dan berusaha
semaksimat mungkin mendorong paftisipasi politik masyarakat untuk
mengambil bagian dalam pemilu secara demokratis.
Volume 14No. 2 Oktober 2013
Posisi strategis rakyat dan peran sentral penyelenggara pemilu akan
mendapatkan maknanya yang istimewa selama mendapatkan dukungan
dari pemerintah sebagai kekuatan supra struktur politik. Dengan
demikian, kerjasama antara penyelenggara pernilu dengan Bemerintah
merupakan sebuah keniscayaan yang tak bisa ditawar-tawar dalanr
pelaksanaan pemilu secara keseluruhan.
Acla beberapa bentuk dukungan penting ydng dapat diberikan
pemer"intah.
Pertama, dukungan sumber dana. Sen-rangat denrolrratis an sieh jelas
tidak cukuB dalam menyelenggarakan pemili.r. Pemilu yarrg melibatkan
ralqyat sebagai penrilih sangat membutuhkan ketersediaan logistik yang
meniscayakan anggaran yang tidak sedikit. Untuk itulah, kontribusi
pemerintah dalanr mereneanakan sefta menyediakan dana Bemilu sesuai
dengan kebutuhan tak bisa ditawar-tawar lagi. Terlebih, hal yang satu ini
memiliki dasar politis dan alasan yuridis. Pada Undang-Undang Nomor
22 tahun 2CI07 Pasal 1 14, misalnya, disebutkan bahwa sumber anggaran
pemilu adalah APBN. Disebutkan pula pada Pasal 121 bahwa
penyelenggaraan pemilu di daerah (KPU Propinsi dan KPU KablKota,
Panwaslu) dapat melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam
Volume 14No. 2 Oktober 2013
tempat pemungutan suara (TPS). Sedangkan keakuratan data struktur
pemerintah berkaitan dengan struktur panitia teknis pemilu di lapangan
seperti Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan
Suara (PPS).
Ketiga, dukungan kondusivitas. Penyelenggara pemilu tidak berkewajiban
secara langsung menciptakan situasi yang kondusif selama pemilu.
Namun, situasi yang tidak kondusif ielas sangat mengganggu konsentrasi
pelaksanaan pemilu yang diharapkan. Bahkan situasi yang tidak kondusif
bisa meruntuhkan legitimasi pemilu" Sungguh disayangkan iika pemilu
yang mengeluarkan dana yang tidak sedikit kemudian dinilai tidak
legitimit hanya karena situasi pemilu yang tidak kondusif. Dalam konteks
inilah, sangat diperlukan dukungan pemerintah dalam menciptakan situasi
yang kondusif menielang, selama, dan setelah penyelenggaraan pemilu.
Dukungan ini dapat diteriemahkan pemerintah dengan memberdayakan
berbagai perangkat yang dimilikinya seperti iaringan pemerintah serta
aparat kepolisian dari tingkat pusat hingga unit terkecil dengan peran
masing-masing. Pemerintah melalui Rukun Tetangga dan Rukun Warga,
misalnya, berusaha menciptakan situasi yang kondusif dengan
menyampaikan imbauan atau aiakan kepada warga setempat untuk turut
JurnalILMU HUKUM LITIGASI
serta menyukseskan pemilu dengan saling mengawal situasi yang kondusif'
Begitu pula institusi kepolisian secara langsung menempatkan aparatnya
di tiap titik rawan keamanan untuk memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pemilih dan penyelenggara pemilu.
Keempat, dukungan ruang publik. Secara substansial/ proses demokrasi
dengan model pemilu baik tingkat nasional maupun daerah akan selalu
melibatkan pemerintah pusat dan daerah, sebab keseluruhan pelaksanaan
kegiatan pemilu tersebut menggunakan wilayah politik sebagai 'arena
bermain'. Tanpa ruang publik, pemilu (yang mengharuskan pemilih
datang ke TPS) tidak akan berialan dengan baik. Karena itulah, dukungan
pemerintah dalam bentuk pemberian keleluasaan kepada seluruh
stakeholder penyelenggaraan pemilu untuk mengakses fasilitas publik
sangat diperlukan.
Ruang-ruang publik yang dapat dimanfaatkan untuk kelancaran pemilu
misalnya aula kecamatan/desa untuk sarana pendidikan politik atau
sosialisasi pemilu kepada pemilih, lapangan terbuka untuk sarana
kampanye bagi panai politik atau kontestan pemilu, atau ruang'ruang
sekolah untuk tempat pemungutan suara. Mengingat begitu pentingnya
Volume 14,
No. 2 Oktober 2013
fasilitas-fasilitas teruebut, kerja sama yang baik antara penyelenggara
pemilu dan pemerintah meniadi sebuah keniscayaan.
Kelima, dukungan sosialisasi" Pemilu seringkali tidak dinilai tidak sukses
hanya karena angka paftisipasi penrilih rendah. Partisipasi pemilih yang
rendah juga suka menjadi ukuran rendahnya legitimasi calon terpilih"
Karena itulah, sosialisasi pemilu kepada pemilih menjadi agenda yang
sangat penting. Dalam konteks inilah, dukungan aktif pemerintah dari
tingkat pusat hingga kelurahan/desa dalam bentuk sosialisasi kepada
warga amat diperlukan.
So,sialisasi pemilu dapat dilakukan pemerintah untuk memberi keyakinan
tentang arti penting penrilu kepada m;rsyarukat setempat sehingga
nrengurangi jumlah golput. Melalui sosiatrisasi, pernerintah juga dapat
menyamp;ikan kepada masyarakat tentang kewenangan penyelenggara
pemilu clan kebijakan pemerintah clalam l<onteks pemilu.
Keenam, dukungan sistem. Partisipas! aktif pernerinrah iuga diperlukan
untuk mendukung kesekretariatan KpU elalam melai<sanakan berbagai
tahapan pernilu" Sebagai supporrfng sr"rff KPU, profesicnalisn-re aparat
pemerintah amat menentukan keberhasilan tiap tahapan pemilu, dani
JurnalILMU HUKUM LITIGASI
f1L.
sosialisasi, pendistribusian surat suara dan kotal< suara, sampai penetapan
pemenang. Den:!kian prrl,: ltete r'llbatan aktif aparat pemerlntah meniadl
ppK, PPS, clan KPPS dimurrgkinkan nrengingat keterbatasan penduduk
yang memiliki kualifikasi untuk clapat meniadi anggou panitia pernilu'
Di liiar tahapan penyelengg;raan pemilu, strpporrirrg staff KFU tldak
katah pentingnya. Jaiaran kesekretariatan KFU yang inerupakan pegawai
negeri sipil (PNS), baik organ irrternal KPU maupLin yang ditempatkan
pemerintah daerah, amat menentukan kelanearan berbagai agenda KpU'
Karena i{u, selain profeslonalisrne, eliperlrrkan iuge keiktilasan dan
sinergitas antar staf sekretari*r dan dengan korrrisioner"
Peran strategis KPU dalam melaksanakan Pendidikan Demokrasi pada
masyarakat.
Selama ini KPU sebagasi lembaga penyelenggara Pemilihan Umum/ yang
mengalami penilaian buruk dari berbagai pihak baik itu institusi ataupun
dari masyarakat, terkait dengan penetapan data pemilih (DPT) KPU tidak
mengelola data kependudukan dari awal, namun rnenerirna data dari
pemerintah yang disebut DP4.
Dari DP4 itulah KPU baru rnengelola pendataan mengenai pemilih dari
DPS (Daftal Pemilih Sernentara) lalu DPT (Daftar Pemilih Tetap)' Maka
Volume 14No. 2 Oktober 2013
bila selama DP4 yang diberikan pemerintah kepada KPU itu tidak akurat
maka selamanya nrengenai daftar pemilih selalu menjadi masalah, dan
yang dipersalahkan selalu KPU padahal titik masalahnya bermula dari
pemerintah. Untuk itu kewenangan KPU sebagai penyelenggara pemilu
seyogyanya ditambah agar kegiatan kepemiluan betul - betul optimal
mulai dari tahapan awal sampai tahapan akhir pemilihan terutama
kegiatan-kegiatan yang selalu bermasalah dan yang akan berpotensi
bermasalah, melihat fakta sepefti itu agar KPU optimal dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya digagas sebagai berikut :
a. KPU diberi tugas tambahan yaitu malaksanakan pendidikan
demokrasi kepada masyarakat secara terus menerus dan alat ukurnya
adalah partisipasi, bukan hanya melaksakan sosialisasi
(pemberitahuan) saja yang alat ukurnya bias.
b. KPU harus meningkatkan keriasama dengan setiap pihak
berkepentingan mulai dengan instansi seperti dengan kominfo atau
dengan lembaga-lembaga masyarakat yang ada seperti lembaga-
lembaga keagamaan.
JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo
c. Bagi KPI.I Propinsi, Kabupaten/Kota yang melaksanakan Pemilihan
Kepala Daerah, diberikan kewenangan untuk membuat aturan yang
bersifat regulatif.
III, SIMPULAN DAN SARAN
A. Sinrpulart
1. KPU dalarur rnelaksanakan tugasnya harus melakukan kerjasama dengan
instansi*instansi lain, iembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di
daerah, karena lemhaga KPU itu dalam sistem ketatanegaraan sifatnya
auxiliry (penunjang), maka penguatan dalarn hubungan dengan pihak luar
merupakan harga n:ati.
2. Penguatan terhadap lembaga KPU sendiri dengan membuka ruang dan
mengembangkan fungsinya dengan cara diberi tugas baru yaitu
melaksanakan pendidikan dem,akrasi secara berkelaniutan pada
masyarakat" Serta diberi kewenangan untuk membuat aturaR yang
sifatnya mengatur bukan hanya keputusan, terkait dalam melaksanakan
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Volume 14No.2 Oktober 2013
B. Sinrpulan
1. Setiap langkah dan kebiiakan KPU akan diterima oleh publik
(masyarakat) maupun pesefta pemilu bila kebijakan tersebut akseptabel,
maksudnya aB;Bun yang eliprogramkarr oleh lembaga akan diteririia dan
diikuti oleh masyarakat.
Adanya optimalisasi pihak pemei'intah dalam melakukan publikasi
pelaksanaan pemilu dari pusat sampai penrerintahan tingkat clesa bahkan
organisasi masyarakat yang dalam hal ini RT dan RW harus dilibatkan.
2.
JurnalILMU HUKUM LITIGASI
DAFTAR PUSTAKA
Ball, Allan R. 19V5, [4odern Palitics And Governmentt London: The Macnrillan
Press Ltd.
Blonde[ ]. 195 5, Comparatit,e e r]yer"i],rierri An Inrrodue rfeir. Secorid Editioir,
London: Prentiee Hall Harvester Wheatsheaf.
Edward lll, Ceirge, 1989, Im1lementing Public Policy" Washington D.C:
Con gresional Quarterly Press.
Crindle, Merilee. (ed.)" 1980" Pslitics and Policy lmplementation in the Third
World. New Jersey: Prineeton Univercity Press.
lones, Charles (}. 1984. An lntroduction to the Study of Public Policy: Third
Edition. Callifornia: Brooks/Cotre Publiching Company.
Robbins, Stephen P. 199O. Organization Theory: Structure, Designs and
Apllications. Third Edition. London: Practice Hall lnternational Editions.
Suseno, Franz Magnis, 2000, Kuasa dan Moral, ]akarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Taher, Elza Peldi (ed).1994, Demokrafisasi Politik, Budaya dan Ekcsnou*ri Pengalaman
Indonesia Masa Orde Baru, ]akarta: Yayasan Paramadira.
Undang-Undang No. 22 Tahun 2AA7 tentang Penyelenggara Pemilu.
Undang-Undang No. 15 Tahun 2O11 tentang Penyelenggara Pemilu.