masyarakat dalam i lu · putaran pertama dari dpt 2"129.802 orang, ... kepada anggota ppk pps,...

36
Volu me 'l 4 No. 2 0ktober ?013 OPTIMALISASI KPl-I DALAM PENINGKATAN PARTISIPASI MASYAR"AKAT DALAM P EM I LU EUMI VVARSUDIN Doseri Fakultas Hukum Universitas Fasunclan Earrdung lalan Lengkong Besar No" 68 Bandung TelB. (022) 4262226, Fax. (022) 42173+A Email: [email protected]. Ab5"l'kAiq Mer trpiili.iii rr.riil kuiii:{;yiait i-,.1lr,vc d.rr:iRr neg;l'e ,iiorlcr'11, perililu lnei'up,lkJil entfy pcilt;i b.igi ter"b.rngunn;a suatu p€nlcriniJhan yarig i.ltiriokratis" Dalarrr kcrangka ini, prinsip xedarilatari rakyat meni:di roh b.lgi setiaii ger'.1k l;ngkal: per:yeleriggaraan pemilu. Tetselenggar:nya pentiltr !.ang langsung, unrum/ bebas, r ahasia, iirjur dan adil, bukanl.ih pekerjaarr ying rrrLlrlah. Sebagai ,rliarrat korrstitrrsi, yang p:rl,r haliih;tilya (rlerurlakJn ketrii;k"rn publik di bidang politik dan pemeriirtah;n, sangat ielas L:ahwa implementasinya akarr diperrgaruhi oieh berbagar taktor. Salah satu faktor itu aclalah irtstitLrsi penyelenggara, sehingga uerigJrr derrrikian irai inilah yang harus jadi k.:iian cenrlat dari setirp Jllilratur inscinisi periyelenggar; piiTiilu p;da beilirgai ler,el. [.ri ant;ra bebeiapa ienis pemilti y;ng telah diselanggarakan, tampak bahwa rlerrriiu Burpari d;rr W;kil Bupati y.rirg paling menarik untuk dicer'mati. Hal ini ant"rrJ lain karena Jerrllg sosiopolitik tlan sosiokriltlrrJl yJng rnelingkupinya yang multikontplela sehingga potensi korrflik dalanr perryeleiiggar;;rrirlyr skrn j:rih lelrih besar dibandingkan deirgan jenis penrilu I;innya. Tirrgkat partisip.rsi rrusyJrak;r d:l.lrr'r Lreririllr, khr.rsusnya pada kegiatarr perrlrtitgutan dan perhitungan sLrara rnenjacli perhatian banyak kai:rrgan. Di beberapa daerah provinsi, kota dan kabupaten yangtelah rnelabanakarr pemilu, tairrp.lk tr;hwa tingkat partisipasi ini ntengalarni penurr;nan dari satu penrilu ke peniilu iainrrya. [lerrgan itu penulis teiurik terhaclap bagaimana Optimalisasi Peran Kelentbagaan KPU clalarn penirigkrr,:ir parriripasi nrdryirJkat ,;1;larn Pernilir. ifuta kunci : Oprinialisasi, Pcriitrgi<.rt.an Parti;tpasi I Iasya rkrt, Pei'ililtt,

Upload: phungdung

Post on 23-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Volu me 'l 4No. 2 0ktober ?013

OPTIMALISASI KPl-I DALAMPENINGKATAN PARTISIPASI

MASYAR"AKAT DALAM P EM I LU

EUMI VVARSUDIN

Doseri Fakultas Hukum Universitas Fasunclan Earrdung lalan Lengkong Besar No" 68 BandungTelB. (022) 4262226, Fax. (022) 42173+A Email: [email protected].

Ab5"l'kAiq

Mer trpiili.iii rr.riil kuiii:{;yiait i-,.1lr,vc d.rr:iRr neg;l'e ,iiorlcr'11, perililu lnei'up,lkJil entfy pcilt;i b.igi

ter"b.rngunn;a suatu p€nlcriniJhan yarig i.ltiriokratis" Dalarrr kcrangka ini, prinsip xedarilatari rakyatmeni:di roh b.lgi setiaii ger'.1k l;ngkal: per:yeleriggaraan pemilu. Tetselenggar:nya pentiltr !.anglangsung, unrum/ bebas, r ahasia, iirjur dan adil, bukanl.ih pekerjaarr ying rrrLlrlah. Sebagai ,rliarratkorrstitrrsi, yang p:rl,r haliih;tilya (rlerurlakJn ketrii;k"rn publik di bidang politik dan pemeriirtah;n,sangat ielas L:ahwa implementasinya akarr diperrgaruhi oieh berbagar taktor. Salah satu faktor itu aclalah

irtstitLrsi penyelenggara, sehingga uerigJrr derrrikian irai inilah yang harus jadi k.:iian cenrlat dari setirpJllilratur inscinisi periyelenggar; piiTiilu p;da beilirgai ler,el. [.ri ant;ra bebeiapa ienis pemilti y;ng telahdiselanggarakan, tampak bahwa rlerrriiu Burpari d;rr W;kil Bupati y.rirg paling menarik untuk dicer'mati.Hal ini ant"rrJ lain karena Jerrllg sosiopolitik tlan sosiokriltlrrJl yJng rnelingkupinya yang multikontplelasehingga potensi korrflik dalanr perryeleiiggar;;rrirlyr skrn j:rih lelrih besar dibandingkan deirgan jenis

penrilu I;innya. Tirrgkat partisip.rsi rrusyJrak;r d:l.lrr'r Lreririllr, khr.rsusnya pada kegiatarr perrlrtitgutan

dan perhitungan sLrara rnenjacli perhatian banyak kai:rrgan. Di beberapa daerah provinsi, kota dankabupaten yangtelah rnelabanakarr pemilu, tairrp.lk tr;hwa tingkat partisipasi ini ntengalarni penurr;nan

dari satu penrilu ke peniilu iainrrya. [lerrgan itu penulis teiurik terhaclap bagaimana Optimalisasi Peran

Kelentbagaan KPU clalarn penirigkrr,:ir parriripasi nrdryirJkat ,;1;larn Pernilir.

ifuta kunci : Oprinialisasi, Pcriitrgi<.rt.an Parti;tpasi I Iasya rkrt, Pei'ililtt,

@ooJurnalILMU HUKUM LITIGASI

ABSTRAC'T

It was undrsubtedly that in the modern xate, Etectian ls rhe entry point for the estaltlisitilert uf a

democratic governrnent. Within this framework, the principle of sovereignty has become the spirit fore/ection in every move. The implementation of direcr e/eetionso public, free, confidential, honest and

fair, is not an easy job. As ir ls mandated by the constitutian , which is in essence a public policy in the

fields of politics and gavernance, it ls c/e;:r that tfre impletnentetian will be influenced by various

lacio;.:. i)ne rif rhe f:ctol r's org:riizlirg ,rn"lflfuri*n, ihirs ;r is nrust be tarefully study bl e,:crr ofelection niJfiJgeffrenf affici ,l Jr i.ariuu.s ,,"r,e/j. ,4firrl ti{ tlrc ;evcl;,1 ry1les of elet'tlotts thtt ft,td b,enheld, it JppeJ,T tfut Lhe €re(rrJrr of Reserrr r rhe rnost inicre"rring ro ob,er,,e. This is partly ut:e tosocio"poliflcal;r</ socio,(.u/turJ/ setrr/rg that surraunded the multi-complex io thJf the potential iorronflicr ir: irr el,en will be f.lr gre:tei than with atfier types of elections. L,evel of communityp.ri'tlriprlioir ir'i tlte e/ri.cions, especiatly ut pollittg and c'ountirtg activities have betome attention afmany peaple. Ifl io,rrc provirrre5, elfies arrd districts fhat h;ve cofiducfed the electictn, it appears th)ttfre parfidpatlon ral.e fias derreased frant o/re eleccion to an<tther. Bec.:use rsf the rnatter above, Lhe

wrircr is inferesred ro u'i'ife about trow to Optimize rhe Role of lnstitutional Cornrnisslon in order toincreaseri participdtion of community inthe e/ecfion,

Keyw'orii : Apfirnize,lncreased participatiot't af tonttuutlity, the elecflon.

Volume 14No.2 Oktober 20f 3

I. PENDAHULUAN

Merupakan suatu keniscayaan bahwa dalam negara

modern, pemilu merupakan entry point bagi terbangunnya suatu

;:en:erin{,*har"l yang rJeti"ioltrctis Ealar* kerailgka ini, pririsip kedauletan rakyat

rneniacli ioh bagi setiap gerak langkah penyelenggaraan penrilu. Dengan

Beitlilil i:uia, ;uati.i pemerintahari rirendapatl<an legitimasinya. Hal ini seialan

dettgait aira yang dikeiilukakan Ball bahwa Eleetians are Brimarly a means af

legltirnizing rhe right ef tfie rulers to gavern {197 5: 1 29} "

TerselenggaraRya pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, iujur

elan adil, birkanlah pekerjaan yang nrudah" Sebagai anranat konstitusi, yang

pada hakikatnya merupakan kebiiakan publik di bidang politik dan

pemerintahan/ sangat jelas bahwa implementasinya akan dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Salah satu faktor itu adalah institusi penyelenggara, sehingga

dengan demikian hal inilah yang harus jadi kajian eermat dari setiap aparatur

institusi penyelenggara penrilu pada berbagai level. Sebagaimana dinyatakan

oleh Edward III .". rhe implementation af every Boticy is a dynamic process,

whieh fnvolves the interaction of many variables (1980: 10). Pun dernikian,

koimpleksitas imBlement-asi penyelenggaraan pemilu, melibatkan interaksi

J u rrralILMU HUKUM LITIGASI@oo

berbagai faktor diantaranya politikal, sosial, teknis, manaierial, psikologis

bahkan teknologis.

Meniadi tugas yang amat berat tapi mulia bagi KPU dan iaiarannya

(KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, sampai ke iaiaran pelakana adhoc di

tingkat paling bawah) untuk mengimplementasikannya. Sebagai lembaga yang

bersifat nasional, tetap dan mandiri, kepadanya dihadapkan tantangan nyata

untuk mengemban tugas, wewenang dan kewaiibannya dalam mengusung visi

demokratisasi dan kedaulatan rakyat. KPU Kabupaten/Kota sebagai bagian

integral dari KPU, tentu saja harus tampil paling depan untuk kepentingan

ini. KPU sebagai penyelenggara pemilu tentunya harus menialankan tugas

pokoknya, yang salah satu tahapannya adalah melaksanakan sosialisasi artinya

mengkomunikasikan sesuatu kegiatan yang akan dilakanakan kepada

masyarakat terkait kegiatan KPU yang akan dilaksanakan.

Di antara beberapa ienis pemilu yang telah diselenggarakan, tampak

bahwa pemilu Bupati dan Wakil Bupati yang paling menarik untuk dicermati.

Hal ini antara lain karena setting sosiopolitik dan sCIiokultural yang

melingkupinya yang multikompleks sehingga potensi konflik dalam

penyelenggaraannya akan jauh lebih besar dibandlngkan dengan ienis pemilu

Iainnya. Pada sisi ini, tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu, khususnya

Volume 14No" 2 Oktober 2013

pada kegiatan pemungutan dan perhitungan suara menjacli perhatian banyak

kalangan. Di beberapa daerah provinsi, 'kota dan kabupaten yang telah

melaksanakan pemilu, tampak bahwa tingkat partisipasi ini mengalami

pcnrrrunan sebagai contoh dalarn Bemilihan Bupati dan Wakjl Bupati

Ikbupaten Bandung tahun 2a1a, yang mengalami dua putaran clinrana

putaran pertama dari DPT 2"129.802 orang, dan partisipasi masyarakat

yang mencoblos mencapai 64,99 Yo, sedangkan dalam putaran kedua DpT

2"129.8a2 orang, dan partisipasi masyarakat hanya mencapai 61,s6 o/o

(sumber data KPU Kabupaten Bandr.rng).

Berdasarkan latar belakang penrikiran tersebut dapat diungkapkan

sekurang-kurangnya permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah optimalisasi Beran kelembagaan Kpu Kabupaten sebagai

penyelenggara pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah ?

b. Bagaimana Beran aparatur (sDM) untuk mendorong partisipasi

masyarakat Dalam Pemilu ?

@**-iui"mal

ILMU FIUKUM TITIGA$I

II. PEMBAT{A5Ai'd

A" OBtirnalisi Peran Kelembagaan Penyelenggara Pemilu

Dalarn berbagai litenatur tclah dikuBas tuntas bagaimanakah eksistensi

rian perat'i institr"lsi yang tugas dan otoritasnya melaksanakan berbagai

key:rutuisarr/kebiiakan organisasi. Meminjam istilah Henry t4intzber& dalam

konteks posisinya sebagai bagian integrai dari KPU sceara nasional maka KPU

Kabupaten Bandung elapat dipandang sebagai the operating care

(elaiam Rohbins: 1990, 278). Dengan kata [ain, KPU Kabupaten Bandung

berperan untuk rnengirrrplementasikan seluruh keputusan/kebiiakan organisasi

tentang trerbagai aspek kepemiiuran yang telah ditetapkan oleh KPU dalam

bentuk berbagai Peraturan KPU.

Dengan ternrinologi yang sedikit berbeda tapi esensinya sama,

beberapa pakar kebijakarr putrlik telah nrengintrodusir peran penting

organ isasi/birokrasi pelaksa na berbagai keputusa n/kebiia ka n organisas ional i ni,

termasuk kebiiakan/keputusan yang menyentuh banyak kepentingan publik

seperti penrilu. Diantai"anya acialah bureaucratic structure (Edwards Ill,

1989: 11)u orgamizatianlbureau€raey (Jones, I984: 17O) dan program

frirplemenfers (Grindle, 1980: 1 1 ),

Volume 14No" 2 Oktober 2013

Peran kelembagaan KPU KabupatenlKclta sebagai penyelenggara

pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah, seeara normatif yuridis

tertuang dalam Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang I{o. 22

Tahun 2007 tentang Peii;isflsrlggara Perniiu. Seeara rinci tugas dan wewenang

KPU l{abupaten dalani peniilu Bup:ati dan Vdakil Bupati adaiah:

a. I4ereneanakan prograirr anggaran, elan jadwal Penrilu Kepala Daerah dan

\,Vakil Kepala Daerah Kabupaten;

t). Menyusun rlan menetapkan tata kerja KPU KabuBaten, PPK, PPS, dan

KPPS dalam Pemih"r ltepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten

dengari memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi;

c. Menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiap-tiap

tahapan penyelenggaraan pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah Kabupaten berdasarkan perundang-undangan;

d. Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah Kabupaten dalam wilayah kerjanya;

c. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua

tahapan penyelenggaraan Femilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah Kabupaten berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan

memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPLI Provinsi;

Jurnal

J.

l"

{vb.

ILMU HUKUM LITIGASI

Memutahirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan

menetapkan data pemilih sebagai daftar pemilih;

Menetapkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah

kabupaten yang telah memenuhi peruyaratan;

Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi perhitungan suara

Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah Kabupaten berdasarkan

rekapitulasi hasil perhitungan suara dari seluruh PPK di wilayah kabupaten

dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil

penghitungan suara;

Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat

penghitungan suara dan waiib menyerahkannya kepada saksi peserta

Pemilu, Panwaslir Kabupaten, dan KPU Provinsi;

Menerbitkan keputusan KPU Kabupaten untuk mengesahkan hasil Pemilu

Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah Kabupaten dan

mengumumkannya;

Mengumumkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah

kabupaten terpilih dan membuat berita acaranya;

Melaporkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Kabupaten kepada KPU melalui KPU Provinsi;

k"

Volunre {4No. 2 Oktober 20i3

m. Menrerika pengaduan clan/atair laBoran

yang dilakukan oleh ppK, ppS, dan KpFS;

iiLlirnya pehnggaran k*ije etik

Kepala Daerah dan

dengan tugas KpU

n. Menindaklanjuti dengan segerc ten-iuan dan l.:5"roran yang,lisanrpaikan

oleh Panwaslu Kabupaten;

o" Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif

kepada anggota ppK pps, seketaris Kpu Kabupaten, dan pegawai

sekretariat KPU Kabupaten/Kou yang terbukti merakukan tindakan yang

mengakibatkan terganggunya tahapan penyerenggaraan pemiru yang

sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi panwasru Kabupaten dan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

p. Melakanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu

Wakil Kepala Daerah clan/atau yang berkaitan

Kabupaten kepada nrasyarakat;

q. Melakukan evaluasi dan nrembuat laporan penyerenggaraan pemilu

Kepala Daerah clan Wakil Kepala Daerah Kabupaten;

r' Menyampaikan hasil Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah

Kabupaten kepada Dewan perwakilan Rakyat Daerah provinsi, Menteri

Dalam Negeri, Bupati, dan Dewan perwakiran Rakyat Daerah Kabupaten;

l-

t-

i:

I

t-

JurnalIIMU HUKURJI LITIGASI

dan melakanakan tugas dan wewengang lain yang diberikan

KPU Provinsi dan/atau undangundang.

oleh KPU,

Adapun kewaiibannYa adalah:

a. Melakanakan semua tahapan penyelenggaraan pemilu dengan tepat

walcu;

b. Memperlakukan peserta pemilu dan pasangan calon secara adil dan

setara;

c. Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan pemilu kepada

masyarakat;

Melap,rrkan pertanggungiawaban penggunaan anggaran sesuai dengan

Beratu ra n Peru nda ng-undan ga n;

Menyampaikan laporan pertanggungiawaban semua kegiatan

penyelenggaraan pemilu kepada KPU melalui KPU Provinsi;

Memelihara arsip dan dokumen pemilu serta mengelola barang inventaris

KPU Kabupaten berdasarkan peraturan perundang-unclangan;

Menyampaikan laporan periodik rnengenai tahapan penyelenggaraan

pemilu kepada KPU dan KPLI Provinsi serta menyampaikan tembusannya

kepaeia Ear,vaslul;

d.

a

Volume 14No. 2 Oktober 2013

Membuat beriu acara pada setiap rapat pleno KPU Kabupaten dan

ditandatangani oleh ketua dan anggota KPU Kabupaten;

Melalsanakan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU dan KPU

Frovinsi; dan

j. Melakanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang -

undangan.

Semua tahapan tersebut di atas itu dijabarkan dalam keputusan KPU

Kabupaten /Kota, bukan dalam peraturan KPU yang sifatnya mengatur,

karena berdasarkan Undang-Undang Nomgr 15 tahun 2O1l tentang

penyelenggara pemilu, KPU Propinsi, Kabupaten/Kota tidak diberi

kewenangan untuk membuat aturan yang sifatnya mengatur (PKPU), namun

hanya diberi kewenangan membuat keputusan sebagai pedoman teknis dari

PKPU.

Merujuk kepada ketentuan normatif tentang tugas dan wewenang

KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemilu, tugas dan wewenang

kelembagaannya adalah sebagai berikut:

JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo

a. Merencanakan program, anggaran, dan jadwal pemilu di kabupaten.

Percncanaan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan berfikir yang

antisipatif tetapi realistik. Pereneanaan pemilu akan bersangkut paut

,{cngari tiimensi ruang, waktut, fasilitas, sumber daya dan ruang lingkup"

Suatu reneana sebagai produk suatu perencanaan harus mengakomodasi

kemungkinan adanya rnodifikasi. Dalam kaitan ini, keaiegan dan

tleksibilitas sangat penting ditun jukkan oleh segenap aparatur

penyelenggara pemilu.

b. Menyusun dan nienetapkan tata keria KPU Kabupaten, PPK, PPS, dan

KPPS"

Dalam kegiatan ini, meskipun sepenuhnya telah ada pedoman yang

diteupkan oleh KPU dalam kenyataannya dituntut kejelian dan terobosan

disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah.

Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk tiap tahapan

penyelen gga raa n pemilu.

Keberadaan pedoman ini sangat penting dan menentukan, karena dalam

beberapa Peraturan KPU acapkali ditemukan di dalamnya ketidakielasan,

sehingga oleh karenanya perlu ada derivasi yang lebih operasional, teknis

rc

-

Volume 14No^ 2 Oktober 20{3

dan aplikatif. Keluasan pandengan, wawasan dan keberanian nreirgambil

keputusan menjadi bagian penting dari tahap ini.

d. Pembentukan PPK, PPS, dan KPPS.

Sebagai tangan kanam, kepanlangamtangan dam i'liung tCInthek

penyelenggaruaffi pemiiu, pembentukannya harus tepat dan eerunat sesuai

dengan iadwal dan kebutulian. Peruimrbangan'Bertin:bangan personal,

primordial dan nepptistlk harus dibr"iang iauh-iauh daiam rekir:tmeni'i1'':

derni terlahimya penyelenggara yang kapabel.

e" Mengi:ordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan

pemilu"

Tahapan pelaksanaan harus mencermati berbagai faktor yang

memBengaruhi. Budaya politik yang masih bercorak subyek dan bahkan

parochial selain kemungkinan muneulnya neofeodalisme akan meniadi hal

yang patut diperhatikan. Prinsip kebersamaan dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi harus dipegang teguh. Selain itu mesti dibangun pola

hubungan kerja yang sifat saling mengfuargai tapi irrrpersglalistik.

Memutakhirkan Data Pernilih"

Meskipun realitarrlla KPl..l Kahr.rPaten adalah pel'!ggtll13 akhir ilata

kependurJukan ydng .liier irrr": dcr'i Pemel"irliair Daerah, Cq. [;inas

@ooJurnalILMU HUKUM LITIGASI

Kependudukan dan Catatan Sipil, tetapi kualitas dari tahap ini akan

sangat tergantung kepada kecermatan KPU dan seluruh iajarannya dalam

meng-update dan mengolah data kependudukan meniadi daftar pemilih.

Koordinasi dan supervisi KPU Kabupaten terhadap PPK, PPS dan

khususnya PPDP sangat penting dan menentukan. Ketemediaan sumber-

sumber daya organisasi, khususnya dana dan informasi sangat penting

bagi akurasi daftar pemilih ini.

Menetapkan pasangan calon Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Tahap ini diawali oleh proses pendaftaran bakal pasangan calon, baik

yang berasal dan diusulkan.parui politik maupun perseorangan. Kehati-

hatian dan sikap teguh pada aturan akan sangat membantu tugas-tugas

dan wewenang kelembagaan. Seringkali konflik internal partai politik

terbawa-bawa dalam tahap ini dan masuk ke pusaran internal

penyelenggra. Hal lain yang acapkali meniadi perhatian publik adalah

akurasi pada tahap verifikasi persyaratan bakal calon, baik syarat individu,

syarat kelembagaan parpol maupun syarat dukungan dalam bentuk

fotokopi KTP warga masyarakat.

Voiurne 14Ner.2 Olstober 2013

h. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara

pemilu"

t"

Meskipun tahaB ini s*ngat ditunggu-t(irig$,ri rerapi pedir kehati-lrarian darr

kecertnatair. Prirtsip keldilarr dan nan-partisan nrenjadi sangat relevair

untuir clipegang tegtth, kartrra godtrn politih rkan terasJ sangJt besar

nren ghada ng serlr ua ja jaran pen yel en ggrra.

MenrLiurat berita aeare pettghiturrgan srrai-a darr sertifikat penghiturrgan

suara.

Pada kegiatan ini aspek perrting yang harus diperhatikan aclalah ketelitian

dalam entry dan pengolahan data. Kes.rlahan aeapkali terjadi nreskipurr

bukan sebagai sesuatu yang disengaia tetaBi lebih bersifat human eror'.

Menerbitkan keputusan KFU Kabuparen urrtul< nrengesahkan hasil pen'iilu

dan mengumumkannya.

Meskipun terbitnya keputusan dalarn bentuk naskah surat keputusan ini

hanya merupakan aspek legalitas dari sebuah keputusan (beschikking),

tetapi tetap saja diperlukan ketelitiari dal:m penyusunannya. Pernaharnan

aparat penyelenggara terhadaB asBek-aspek /ega/ drafting akarr sangat

menrbantu tahap irri.

Jurnal

1"

ItMU HUKUM LITIGASI

Mengumumkan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati terpilih dan

membuat berita acaranya. Kegiatan ini lebih bersifat formalistik

dalam bentuk publikasi kepada publik secara luas. Namun demikian,

tetap dlperlukan adanya kehatl'hatlan dalam penyusunannya'

Melaporkan hasll pemllu kepada KPU melalui KPU Provinsi.

Acapkall kegla6n penyusunan laporan terabalkan di tengah hiruk

plkuknya penyelenggaraan pemilu. Padahal pelaporan ini merupakan

salah satu fungsi manaiemen pemilu yang tidak kalah penting

dibanding fu ngsl'fungsi lalnnYa.

Memeriksa pengaduan dan/atau laporan adanya pelanggaran kode

etik yang dilakukan oleh PPK, PPS, dan KPPS. Harus disadari bahwa

dalam tahap ini dampak psikologis kul1rral akan sangat dominan.

Penegiakan kode etik akan sangat kontributif bagi terlahirnya postur

penyel en ggara yan g kredibel.

Menindaklaniuti dengan segera temuan dan laporan yang

disampaikan oleh Panwaslu. Berbagai tahapah dalam penyelenggaraan

pemilu tidak akan terbebas dari kemungkinan adanya konflik, insiden

dan hal-hal kontra produktif bagi efektivitas penyelenggaraannya.

Pada sisi lain mesklpun KPU Kabupaten merupakan institusi

2"

3.

4.

Volume 14No. 2 Oktober 2013

independen dan mandiri dalam penyelenggaraan pemilu, pada

hakikatnya merupakan bagian inheren dari sistern politik. Dalam

konteks ini, sebagainrana dikernukakan Gabriei A" ,AImond, salah

satu kapabilitas yang harus dikenrbangkan adalah responsfvifas.

Afltinya seiauh mana institusi-institursi dalam si.l.atu sistem politik cepat

tanggap terhadap berbagai input, yang berasal dari lingkungan.

Dengan kata laiir, KPU Kabupaten harus menrlruka telinga dan n:rata

dengan lebar terhadap segala maeam informasi yang datang dari luar

dirinya"

5. Menonaktifkan senlcntara dan/atau merjgenakari sanksi adrniriisi.ratif"

Hal penting yang harus diperhatikan adalah fact finding

terhadap

dugaan terjadinya rindakan yang mengganggu tahapan pemilu.

Kelugasan dan impersonalitas dalam rangka ini harus dikedepankan.

6. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu. Diperolehnya

informasi-informasi kepemiluan oleh masyarakat rnemang bukan satu-

satunya monopoli kerja KPU. Tetapi publik akan selalu mengaitkan

berbagai kisruh penyelenggaraan pemilu dengan rendahnya intensitas

sosialisasi ini.

@ooJurnalILMU HUKUM LITIGASI

7. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan pemilu.

Upaya menemukan hal-hal yang distottif dalam pelaksanaan tugas

bukanlah perkara mudah. Dalam hal ini evaluasi secara seksama,

obyektif, dan komprehensif sangat diperlukan. Hal ini meniadi bagian

penting bagi tersusunRya suatu laporan yang akurat.

Menyampaikan hasil pemilu kepada DPRD Provinsi, Bupati dan

DPRD Kabupaten. Penyampaian hasil pemilu secara tepat waktu

sesuai iadwal akan sangat menentukan kineria organisasi. Hal ini

mengingat publik akan selalu menunggu apa yang meniadi finalisasi

dari tugas kepemiluannya.

Melaksanakan tugas dan wewenang lain. Dalam realitanya akan

terdapat kaitan tugas yang bersumber dari ketentuan lain seiauh

menyangkut kepemiluan. Dalam rangka ini, prinsip integrasi dan

sinkronisasi menjadi bagian penting untuk efektivitas tugas. Orientasi

pelakanaan tugas berjalan secara simultan dan sinergis ke berbagai

arah (vertical, horisontal, dan diagonal).

8.

9.

Volume 14No. 2 Oktober 2013

Optimalisasi kewaiiban lembaga penyelenggara pemilu sesuai dengan

amanat Undang-Undang No. 22 Tahun 2OO7 adalah sebagai berikut:

a. Melalsanakan semua tahapan pemilu dengan tepat waktu.

Bukan pekerjaan mudah untuk melakanakan'tiap tahapan pemilu secara

konsisten dan konsekuen sesuai dengan iadwal. Komitmen yang tinggi

terhadap iadwal yang telah ditentukan akan mendorong terwuiudnya

kewibawaan organisasi. Perubahan iadwal apalagi yang dilakukan secara

sepihak akan menjadi cikal bakal lembaga penyelenggara ini sebagai

bulan-bulanan pihak-pihak yang berkepentingan.

b. Memperlakukan peserta pemilu dan pasangan calon secara adil dan

setara.

Dalam negara demokrasi, keadilan merupakan salah satu ide agung

(great idea) yang harus selalu diperiuangkan. Keadilan pada umumnya

menurut Suseno adalah keadaan dimana setiap orang memperoleh apa

yang meniadi haknya ... (2000: 50). Perlakuan yang tidak diskriminatif,

egaliter, setara dan fair terhadap semua peserta pemilu akan dan harus

menjadi patokan dalam menialankan tugas-tugas kepemiluan.

Ir

JurnalILMU HUKUM LITIGASI@co

c. Menyampaikan Informasi Kegiatan Kepada Masyarakat.

Salah satu indikator empirik negara demokrasi menurut Robert A. Dahl

adalah Citizen also have acces to alternative source of information that

are nat monopolized by the government or other single groap (dalam

Tal'rer 19942 xxvii). Dalam kerangka ini, informasi tentang kegiatan

pemilu harus menjadi bagian penting dari pendidikan politik rakyat, yang

didalamnya memungkinkan ralqyat untuk melekukan check, re-check dan

cross-check dari berbagai sumber informasi yang variatif tetapi

bertanggungiawab.

Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai dengan

peratura n peru nda ng-undan ga n.

Aspek anggaran sebagai salah satu sumber daya organisasi hampir selalu

menjadi hal krusial, kontroversial dan debatable. Dalam konteks ini

prinsip transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran harus menjadi

"watak" organisasi, sehingga dengannya akan terlahir institusi KPU yang

bersih, terhormat dan berwibawa dan bermartabat.

Menyampaikan Laporan pertanggungjawaban kegiatan penyelenggaraan

pemilu kepada KPU melalui KPU Provinsi.

d.

e.

Volume 14No. 2 Oktober 2013

Ekistensi laporan dalam manajemen merupakan hal esensial bagi

pencapaian tujuan organisasi. Tentu saia laporan dimaksud arJalah yang

obyekti{, akurat dan proporsional. Prinsip peftanggungiawaban

(responsibifity) akan nreniadi baroriretei" samp;i seiauh maRa stlatu

program, kebijakan atau keputttsan telah berialan, faktor-faktCIr apa yang

meniadi kendala ,lan upaya-upaya apa untuk nrenarrganinya" Berialannya

pelaporan dan pertanggungjawaban itri secara tertib akan irrenJukttt-ig

lahirnya KPU sebagai institusi yang sehat"

f. Memelihara arsip dan dokumep pemilu sefta barang inventaris.

Sutlah saatnya setiap aBaratur tlari keselui'uhan "slagorde" pentilu sadar

bahwa arsip bukanlah sekedar pelengkap atribut organisasi" Fakta sering

menunjukkan bahwa manaiemen arsip yang tidak berkualitas telah

berimplikasi buruk kepada kinerja organisasi khususnya l<etika sampai

pada fase pelaporan. Pada sisi lain, arsip dan dokumen pemilu ini akan

"bernyawa" ketika bersentuhan dengan kepentingan-kepentingan Iain,

misalnya kebutuhan data riset untirk studi maupun kepentingan yang

lainnya.

JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo

g. Menyampaikan laporan periodik kepada KPU dan KPU Provinsi serta

tembusnya kepada Bawaslu.

Karena eksistensi laporan yang demikian penting, maka di tengah hiruk

pikuknya kerja demokrasi dengan segala kompleksitasnya ini iangan

sampai menelantarkan peran pentingnya dalam rangkaian kepemiluan.

Dengan demikian laporan periodik harus disampaikan secara tepat/

akurat, dan proporsional.

h. Membuat berita acara setiap rapat pleno dan ditandatangani oleh Ketua

. dan anggota.

Dalam situasi frekuensi dan intensitas kegiaftn yang sangat padat

sepanjang penyelenggaraan pemilu, bukanlah hal yang mudah untuk

selalu dibuat berita acara setiap rapat pleno. Dalam kaitan ini, dukungan

dari jaja ra n sekretariat seba ga i supporting sy ste m sa ngat menentuka n.

i. Melakanakan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU dan KPU Provinsi.

Sebagai subordinat dari KPU dan KPU Provinsi, maka merupakan suatu

keniscayaan pula bahwa KPU Kabupaten/Kota sepenuhnya taat dan

konsisten kepada ketentuan-ketentuan organisasi yang telah ditetapkan.

Setiap bentuk sikap dan perilaku insubordinatif merupakan wuiud

penghianatan kepada norma-norma organisasi.

Volume 14No. 2 Oktober 2013

i. Melalsanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-

undangan.

Akhirnya apapun yang diamanatkan undang-undang sebagai kewajiban

institusional, harus dilakanakan sebagaimana mestinya. Dengan ini,

dirinya dapat terbangun menjadi institusi penyelenggara pemilu yang

kredibel, akepubel, kapabel, dan berintegritas.

B. Perari Aparacur (5DM) Untuk l.leiri,rrorts Par:tisipitsi Flailarahat Dalari

Petirilu "

Settagaitnini dirryat;kar.i ,l.ilartt iturrsirleran "tnetriirbafig" [rrrtir' b UU

No. 22 Tahun 2OO7 tentang Perryelenggara Pernilu, bal'rwa peniilu yang

langsung, Lrmum, bebas, rahasia, jurjur, clan adil, liarrya tlapar terwujud

apabila dilalaanakan oleh penyelenggar,: pemilu ydng lnenrpurryai integritas,

profesionalitas, dan akuntabilitas.

Oleh karenanya, institusi KPU harus mampu tampil menjawab

tantangan berat seperti itu. Faktor sumber daya manusia atau aparatur yang

ada di dalamnya, dengan demikian akan sangat menentukan profil, postur

dan kineria institusi sepefti yang diharapkan. Untuk itu, kualifikasi

JurnalILMU HUKUM LITIGASI

b,.

c.

@ookeanggotaan, aparatur dan institusi KPU KabupatenlKota haruslah memenuhi

kriteria seba gai berikut:

a. Kapabilitas.

Kompetensi dan kemampuan individual harus memancar dari setiap

aparatur. Hal ini selaras dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,

wawasan, pengalaman dan persepsinya berkaitan dengan penyelenggaraan

pemilu.

Integritas.

Aspek moralitas aparatur menjadi pendukung utama bagi integritas

institusi. Hanya anggota-anggota dan aparatur penyelenggara pemilu yang

teruji moralitasnya yang dapat menopang lahirnya integritas kelembagaan

KPU Kabupaten/Kota secara keseluruhan.

Kredibilitas.

Keterpercayaan merupakan modal penting bagi fungsionalitasnya suatu

institusi. Aparatur yang kredibel berarti yang dilihat dari aspek

personalitasnya layak, patut dan teryercaya untuk menialankan tugas

berat dan mulia itu.

Volume 14No. 2 Oktober 2013

1. Peran Strategis Pemerintah dalam Pemilihan Umum

Upaya mewujudkan pemilihan umum (pemilu) anggota Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Presiden, dan Kepala Daerah sefta

pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) yang iuiur, bersih, efisien,

efektifl beradab, dan demokratis di lndonesia bukanlah pekeriaan mudah.

Namun, agenda tesebut merupakan sebuah keharusan kolektif bagi

sebuah negara demokrasi untuk merealisasikan cita-cita dan tuiuan

demokrasi yakni menuju negara yang menjamin kedaulatan rakyat melalui

pemerintahan dan wakil rakyat yang dipilih dari rakyat, oleh rakyat, dan

bertanggun g jawab terhadap rakyat.

Dengan alasan konkret tersebut, dibutuhkan sebuah kekuatan publik dan

wadah demokrasi yang betul'betul memiliki komitmen yang kuat dan

betul-betul konsisten terhadap tugas dan panggilan untuk menegakkan

peraturan pemilihan secara konsisten sesuai dengan peraturan dan

perundang-u ndangan yan g berlaku.

Dalam konteks pemilu dan pemilukada, ralqyat pada dasamya merupakan

pemegang tahta dan mahkota demokrasi. Sulit dibayangkan iika pemilu

tanpa rakyat. Legitimasi pemilu ditakar salah satunya dari kesiapan

JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo

rakyatnya berpartisipasi aktif dalam pemilu sefta kesanggupannya dalam

menciptakan situasi dan kondisi yang konduksif dan dinamis menielang

selama, dan setelah pemilu.

Legitimasi pemilu iuga ditentukan oleh penyelenggara pemilu dengan

dukungan modal kualitas, integritas, profesional, mandiri, transparan, dan

akuntabel. Dalam konteks ini, penyelenggara memiliki kewenangan tidak

saja merencanakan, melalsanakan, dan mengendalikan penyelenggaraan

pemilu, tetapi juga menyusun semua tata cara yang berkaitan dengan

tahap persiapan dan pelaksanaan dengan berpedoman pada peraturan

yang berlaku. Kewenangan tenebut menyodorkan pemahaman bahwa

penyelenggara pemilu memiliki hak dan kewaiiban untuk

menyelenggarakan pemilu yang diialankan dengan sebuah tanggung iawab

moral demi memaiukan demokrasi di pentas kehidupan sosial politik

masyarakat Indonesia. Ini merupakan sebuah manifestasi kehendak dan

kepercayaan publik kepada penyelenggara pemilu untuk memaiukan

pemahaman rakyat Indonesia tentang demokrasi dan berusaha

semaksimat mungkin mendorong paftisipasi politik masyarakat untuk

mengambil bagian dalam pemilu secara demokratis.

Volume 14No. 2 Oktober 2013

Posisi strategis rakyat dan peran sentral penyelenggara pemilu akan

mendapatkan maknanya yang istimewa selama mendapatkan dukungan

dari pemerintah sebagai kekuatan supra struktur politik. Dengan

demikian, kerjasama antara penyelenggara pernilu dengan Bemerintah

merupakan sebuah keniscayaan yang tak bisa ditawar-tawar dalanr

pelaksanaan pemilu secara keseluruhan.

Acla beberapa bentuk dukungan penting ydng dapat diberikan

pemer"intah.

Pertama, dukungan sumber dana. Sen-rangat denrolrratis an sieh jelas

tidak cukuB dalam menyelenggarakan pemili.r. Pemilu yarrg melibatkan

ralqyat sebagai penrilih sangat membutuhkan ketersediaan logistik yang

meniscayakan anggaran yang tidak sedikit. Untuk itulah, kontribusi

pemerintah dalanr mereneanakan sefta menyediakan dana Bemilu sesuai

dengan kebutuhan tak bisa ditawar-tawar lagi. Terlebih, hal yang satu ini

memiliki dasar politis dan alasan yuridis. Pada Undang-Undang Nomor

22 tahun 2CI07 Pasal 1 14, misalnya, disebutkan bahwa sumber anggaran

pemilu adalah APBN. Disebutkan pula pada Pasal 121 bahwa

penyelenggaraan pemilu di daerah (KPU Propinsi dan KPU KablKota,

Panwaslu) dapat melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam

Volume 14No. 2 Oktober 2013

tempat pemungutan suara (TPS). Sedangkan keakuratan data struktur

pemerintah berkaitan dengan struktur panitia teknis pemilu di lapangan

seperti Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan

Suara (PPS).

Ketiga, dukungan kondusivitas. Penyelenggara pemilu tidak berkewajiban

secara langsung menciptakan situasi yang kondusif selama pemilu.

Namun, situasi yang tidak kondusif ielas sangat mengganggu konsentrasi

pelaksanaan pemilu yang diharapkan. Bahkan situasi yang tidak kondusif

bisa meruntuhkan legitimasi pemilu" Sungguh disayangkan iika pemilu

yang mengeluarkan dana yang tidak sedikit kemudian dinilai tidak

legitimit hanya karena situasi pemilu yang tidak kondusif. Dalam konteks

inilah, sangat diperlukan dukungan pemerintah dalam menciptakan situasi

yang kondusif menielang, selama, dan setelah penyelenggaraan pemilu.

Dukungan ini dapat diteriemahkan pemerintah dengan memberdayakan

berbagai perangkat yang dimilikinya seperti iaringan pemerintah serta

aparat kepolisian dari tingkat pusat hingga unit terkecil dengan peran

masing-masing. Pemerintah melalui Rukun Tetangga dan Rukun Warga,

misalnya, berusaha menciptakan situasi yang kondusif dengan

menyampaikan imbauan atau aiakan kepada warga setempat untuk turut

JurnalILMU HUKUM LITIGASI

serta menyukseskan pemilu dengan saling mengawal situasi yang kondusif'

Begitu pula institusi kepolisian secara langsung menempatkan aparatnya

di tiap titik rawan keamanan untuk memberikan rasa aman dan nyaman

kepada pemilih dan penyelenggara pemilu.

Keempat, dukungan ruang publik. Secara substansial/ proses demokrasi

dengan model pemilu baik tingkat nasional maupun daerah akan selalu

melibatkan pemerintah pusat dan daerah, sebab keseluruhan pelaksanaan

kegiatan pemilu tersebut menggunakan wilayah politik sebagai 'arena

bermain'. Tanpa ruang publik, pemilu (yang mengharuskan pemilih

datang ke TPS) tidak akan berialan dengan baik. Karena itulah, dukungan

pemerintah dalam bentuk pemberian keleluasaan kepada seluruh

stakeholder penyelenggaraan pemilu untuk mengakses fasilitas publik

sangat diperlukan.

Ruang-ruang publik yang dapat dimanfaatkan untuk kelancaran pemilu

misalnya aula kecamatan/desa untuk sarana pendidikan politik atau

sosialisasi pemilu kepada pemilih, lapangan terbuka untuk sarana

kampanye bagi panai politik atau kontestan pemilu, atau ruang'ruang

sekolah untuk tempat pemungutan suara. Mengingat begitu pentingnya

Volume 14,

No. 2 Oktober 2013

fasilitas-fasilitas teruebut, kerja sama yang baik antara penyelenggara

pemilu dan pemerintah meniadi sebuah keniscayaan.

Kelima, dukungan sosialisasi" Pemilu seringkali tidak dinilai tidak sukses

hanya karena angka paftisipasi penrilih rendah. Partisipasi pemilih yang

rendah juga suka menjadi ukuran rendahnya legitimasi calon terpilih"

Karena itulah, sosialisasi pemilu kepada pemilih menjadi agenda yang

sangat penting. Dalam konteks inilah, dukungan aktif pemerintah dari

tingkat pusat hingga kelurahan/desa dalam bentuk sosialisasi kepada

warga amat diperlukan.

So,sialisasi pemilu dapat dilakukan pemerintah untuk memberi keyakinan

tentang arti penting penrilu kepada m;rsyarukat setempat sehingga

nrengurangi jumlah golput. Melalui sosiatrisasi, pernerintah juga dapat

menyamp;ikan kepada masyarakat tentang kewenangan penyelenggara

pemilu clan kebijakan pemerintah clalam l<onteks pemilu.

Keenam, dukungan sistem. Partisipas! aktif pernerinrah iuga diperlukan

untuk mendukung kesekretariatan KpU elalam melai<sanakan berbagai

tahapan pernilu" Sebagai supporrfng sr"rff KPU, profesicnalisn-re aparat

pemerintah amat menentukan keberhasilan tiap tahapan pemilu, dani

JurnalILMU HUKUM LITIGASI

f1L.

sosialisasi, pendistribusian surat suara dan kotal< suara, sampai penetapan

pemenang. Den:!kian prrl,: ltete r'llbatan aktif aparat pemerlntah meniadl

ppK, PPS, clan KPPS dimurrgkinkan nrengingat keterbatasan penduduk

yang memiliki kualifikasi untuk clapat meniadi anggou panitia pernilu'

Di liiar tahapan penyelengg;raan pemilu, strpporrirrg staff KFU tldak

katah pentingnya. Jaiaran kesekretariatan KFU yang inerupakan pegawai

negeri sipil (PNS), baik organ irrternal KPU maupLin yang ditempatkan

pemerintah daerah, amat menentukan kelanearan berbagai agenda KpU'

Karena i{u, selain profeslonalisrne, eliperlrrkan iuge keiktilasan dan

sinergitas antar staf sekretari*r dan dengan korrrisioner"

Peran strategis KPU dalam melaksanakan Pendidikan Demokrasi pada

masyarakat.

Selama ini KPU sebagasi lembaga penyelenggara Pemilihan Umum/ yang

mengalami penilaian buruk dari berbagai pihak baik itu institusi ataupun

dari masyarakat, terkait dengan penetapan data pemilih (DPT) KPU tidak

mengelola data kependudukan dari awal, namun rnenerirna data dari

pemerintah yang disebut DP4.

Dari DP4 itulah KPU baru rnengelola pendataan mengenai pemilih dari

DPS (Daftal Pemilih Sernentara) lalu DPT (Daftar Pemilih Tetap)' Maka

Volume 14No. 2 Oktober 2013

bila selama DP4 yang diberikan pemerintah kepada KPU itu tidak akurat

maka selamanya nrengenai daftar pemilih selalu menjadi masalah, dan

yang dipersalahkan selalu KPU padahal titik masalahnya bermula dari

pemerintah. Untuk itu kewenangan KPU sebagai penyelenggara pemilu

seyogyanya ditambah agar kegiatan kepemiluan betul - betul optimal

mulai dari tahapan awal sampai tahapan akhir pemilihan terutama

kegiatan-kegiatan yang selalu bermasalah dan yang akan berpotensi

bermasalah, melihat fakta sepefti itu agar KPU optimal dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya digagas sebagai berikut :

a. KPU diberi tugas tambahan yaitu malaksanakan pendidikan

demokrasi kepada masyarakat secara terus menerus dan alat ukurnya

adalah partisipasi, bukan hanya melaksakan sosialisasi

(pemberitahuan) saja yang alat ukurnya bias.

b. KPU harus meningkatkan keriasama dengan setiap pihak

berkepentingan mulai dengan instansi seperti dengan kominfo atau

dengan lembaga-lembaga masyarakat yang ada seperti lembaga-

lembaga keagamaan.

JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo

c. Bagi KPI.I Propinsi, Kabupaten/Kota yang melaksanakan Pemilihan

Kepala Daerah, diberikan kewenangan untuk membuat aturan yang

bersifat regulatif.

III, SIMPULAN DAN SARAN

A. Sinrpulart

1. KPU dalarur rnelaksanakan tugasnya harus melakukan kerjasama dengan

instansi*instansi lain, iembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di

daerah, karena lemhaga KPU itu dalam sistem ketatanegaraan sifatnya

auxiliry (penunjang), maka penguatan dalarn hubungan dengan pihak luar

merupakan harga n:ati.

2. Penguatan terhadap lembaga KPU sendiri dengan membuka ruang dan

mengembangkan fungsinya dengan cara diberi tugas baru yaitu

melaksanakan pendidikan dem,akrasi secara berkelaniutan pada

masyarakat" Serta diberi kewenangan untuk membuat aturaR yang

sifatnya mengatur bukan hanya keputusan, terkait dalam melaksanakan

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Volume 14No.2 Oktober 2013

B. Sinrpulan

1. Setiap langkah dan kebiiakan KPU akan diterima oleh publik

(masyarakat) maupun pesefta pemilu bila kebijakan tersebut akseptabel,

maksudnya aB;Bun yang eliprogramkarr oleh lembaga akan diteririia dan

diikuti oleh masyarakat.

Adanya optimalisasi pihak pemei'intah dalam melakukan publikasi

pelaksanaan pemilu dari pusat sampai penrerintahan tingkat clesa bahkan

organisasi masyarakat yang dalam hal ini RT dan RW harus dilibatkan.

2.

JurnalILMU HUKUM LITIGASI

DAFTAR PUSTAKA

Ball, Allan R. 19V5, [4odern Palitics And Governmentt London: The Macnrillan

Press Ltd.

Blonde[ ]. 195 5, Comparatit,e e r]yer"i],rierri An Inrrodue rfeir. Secorid Editioir,

London: Prentiee Hall Harvester Wheatsheaf.

Edward lll, Ceirge, 1989, Im1lementing Public Policy" Washington D.C:

Con gresional Quarterly Press.

Crindle, Merilee. (ed.)" 1980" Pslitics and Policy lmplementation in the Third

World. New Jersey: Prineeton Univercity Press.

lones, Charles (}. 1984. An lntroduction to the Study of Public Policy: Third

Edition. Callifornia: Brooks/Cotre Publiching Company.

Robbins, Stephen P. 199O. Organization Theory: Structure, Designs and

Apllications. Third Edition. London: Practice Hall lnternational Editions.

Suseno, Franz Magnis, 2000, Kuasa dan Moral, ]akarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Taher, Elza Peldi (ed).1994, Demokrafisasi Politik, Budaya dan Ekcsnou*ri Pengalaman

Indonesia Masa Orde Baru, ]akarta: Yayasan Paramadira.

Undang-Undang No. 22 Tahun 2AA7 tentang Penyelenggara Pemilu.

Undang-Undang No. 15 Tahun 2O11 tentang Penyelenggara Pemilu.