masjid bayan beleq

8
SEJARAH ARSITEKTUR INDONESIA MASJID BAYAN BELEQ KELOMPOK 2 Deanalova Artan Virgoayu Dhiya Miftaah U Dian Handayani Hizkia Siahaan Dosen : Ir. Sri Handjajanti, MT

Upload: deanalova-artan

Post on 17-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

penjelasan tentang masjid bayan beleq di daerah lombok

TRANSCRIPT

SEJARAH ARSITEKTUR INDONESIA

MASJID BAYAN BELEQ

KELOMPOK 2Deanalova Artan VirgoayuDhiya Miftaah UDian HandayaniHizkia Siahaan

Dosen : Ir. Sri Handjajanti, MT

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANJURUSAN ARSITEKTURUNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA2015Introduction

Masjid Bayan Beleq terletak di desa Bayan, Kecamatan Bayan kabupaten Lombok Utara propinsi Nusa Tenggara Barat. Masjid ini terletak di Desa Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Masjid ini sudah menjadi benda cagar budaya sejak tahun 1993.Masjid kuno ini juga diabadikan dalam lambang daerah kabupaten Lombok Utara.

Bangunan Masjid Kuno Bayan menggambarkan tonggak peradaban masyarakat Lombok Utara yang dibangun berdasarkan kesadaran kosmos, kesadaran sejarah, kesadaran adat dan kesadaran spiritual. Keunikan Masjid Bayan Beleq ini yaitu tak sembarang orang bisa salat di sini. Sebab pada masanya, hanya inilah masjid yang ada di Lombok. Hingga kini, hanya pemuka agama dari tiap-tiap wilayah di Lombok yang bisa salat di Masjid Bayan Beleq. Kapasitasnya hanya mampu menampung 40 jamaah saja.Hingga kini siapa yang mendirikan masjid ini belumlah jelas. Beberapa sumber mengatakan masjid didirikan oleh seorang penghulu yang dimakamkan di komplek masjid tersebut yang dikenal dengan nama Makam Titi Mas Penghulu. Beberapa cerita yang lain menyebutkan Sunan Giri-lah yang membangun seiring dengan diberikannya sebidang tanah kosong oleh Raja Bayan kepada dirinya. Ada juga yang menyebutkan bahwa masjid ini dibangun oleh Sunan Prapen atau yang dikenal dengan nama Pangeran Senopati yang tak lain merupakan cucu dari Sunan Giri. Nama Beleq di masjid ini berarti makam besar. Ya, ada sejumlah makam yang berada di kompleks masjid yaitu Gaus Abdul Rozak yang diyakini sebagai penyebar agama Islam pertama di kawasan ini. Juga ada gubuk kecil di sebelah belakang kanan dan depan kiri masjid yang merupakan makam tokoh-tokoh agama yang ikut turun tangan pembangunan dan mengurusi masjid ini sejak awal.Kini masjid ini tidak lagi digunakan untuk beribadah sehari-hari. Masjid ini hanya dipakai saat hari besar peringatan agama Islam. Pada perayaan Idul Fitri, masjid ini tidak hanya menggelar sholat berjamaah namun 3 hari setelah itu diselenggarakan perayaan Lebaran Adat Tinggi. Menurut masyarakat setempat, perayaan ini digunakan untuk menopang dan memperkuat Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan pada perayaan lebaran Adat Tinggi ini disebut dengan Serah Ancak. Ancak adalah tempat membawa makanan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari anyaman bambu dilapisi daun pisang. Diatas daun pisang inilah terdapat makanan dan lauk pauk seperti urap, sate, ikan, daging ayam, daging kambing dan lain-lain. Masing-masing bahan yang diletakkan di Ancak merupakan sumbangan dari warga desa secara sukarela. Memasaknya pun dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat Bayan. Konon, dengan menyantap makanan Ancak ini, maka apapun yang kita inginkan akan berhasil.

Sejarah

Diperkirakan dibangun pada abad ke 17 masehi, meskipun tak ada angka tahun yang pasti. Namun Pengulu Adat Bayan berkeyakinan bahwa Masjid Bayan Beleq dibangun bersamaan dengan masuknya Islam ke pulau Lombok di Abad ke-11 atau sekitar tahun 1020 masehi. Bila hal ini benar, maka akan mengubah sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang selama ini selalu disebutkan masuk dan berkembang di Indonesia sekitar abad ke 13 Masehi. Masjid Bayan Beleq merupakan masjid pertama yang berdiri di Pulau Lombok dan kecamatan Bayan sendiri memang terkenal sebagai salah satu pintu gerbang masuknya ajaran Islam ke Pulau Lombok. Masjid Bayan Beleq telah menjadi salah satu situs bersejarah yang ada di Indonesia. Karena usianya yang lebih dari 300 tahun. Masjid ini didirikan abad ke-15 oleh Sunan Prapen. Dialah penyebar agama Islam pertama di Lombok yang kala itu sedang dalam kekuasaan Kerajaan Karangasem.

Arsitektur

Bentuk bangunan Masjid ini serupa dengan bentuk bangunan rumah-rumah tradisional asli masyarakat Bayan. Ukurannya relatif kecil sekitar 9 x 9 meter. Berdinding anyaman bamboo. Beralaskan tanah liat yang dikeraskan dan dilapis dengan anyaman tikar bambu. Atap tumpangnya dibuat dari bilah bilah bambu. Pondasi masjid menggunakan batu kali tanpa semen. Terdapat sebuah bedug dari kayu yang digantung di tiang atap masjid. Terdapat beleq (makam besar) dari salah seorang penyebar agama Islam pertama di kawasan ini, yaitu Gaus Abdul Rozak.

Di belakang kanan dan depan kiri masjid terdapat dua gubuk kecil yang di dalamnya terdapat makam tokoh-tokoh agama yang turut membangun dan mengurus masjid ini sejak dari awal. Denah masjid berbentuk bujur sangkar, panjang sisinya 8,90 m. Di topang 4 Soko Guru (tiang utama) yang dibuat dari kayu nangka, berbentuk bulat (silinder) dengan garis tengah 23 cm, tinggi 4,60 m.

Keempat tiang tersebut berasal dari empat desa (dusun) yaitu : Tiang sebelah Tenggara, dari desa Sagang Sembilok. Tiang sebelah Timur laut, dari desa Tereng. Tiang sebelah Barat laut, dari desa Senaru, Tiang sebelah Barat Daya, dari desa Semokon. Menurut keterangan para Pemangku Adat, tiang utama ini diperuntukkan bagi para Pemangku Masjid yaitu : Tiang sebelah tenggara untuk Khatib. Tiang sebelah timur laut untuk Lebai. Tiang sebelah barat laut untuk Mangku Bayan Timur. Dan tiang sebelah barat daya untuk Penghulu. Tiang keliling berjumlah 28 buah, termasuk dua buah tiang Mihrab. Tinggi tiang keliling rata-rata 1,25 m, dan tiang Mihrab 80 cm. Tiang-tiang ini selain berfungsi sebagai penahan atap pertama, juga berfungsi sebagai tempat menempelkan dinding terbuat dari bambu yang dibelah dengan cara ditumbuk, disebut pagar rancak. Khusus dinding bagian Mihrab terbuat dari 18 bilah papan kayu suren. Perbedaan bahan dinding ini bermakna simbolis, bahwa tempat kedudukan imam (pemimpin) tidak sama dengan makmum (pengikut atau rakyat). Perbedaan tempat menunjukkan perbedaan kedudukannya. Atap berbentuk tumpang, terbuat dari bambu (disebut santek). Pada bagian puncaknya terdapat hiasan mahkota. Ukuran tinggi dinding bangunan yang hanya 125 cm, jauh dibawah ukuran tinggi rata-rata manusia normal. Dengan demikian, setiap orang yang hendak masuk ke dalam masjid tidak mungkin berjalan dengan langkah tegap, tetap harus menunduk. Hal ini pun mengandung makna penghormatan. Di sekitar masjid, ada 6 makam para pemuka agama di Lombok. Masjid ini terawat dengan baik oleh masyarakat sekitar dan dijaga keaslian bangunan dan ajarannya.

Filosofi Konstruksi Masjid Kuno Bayan terdiri dari kepala, badan dan kaki, menggambarkan dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah yang merupakan satu kesatuan dalam entitas kosmos masyarakat Lombok Utara. Warna merah pada stilisasi bangunan masjid kuno Bayan menunjukkan keberanian untuk menegakkan jati diri sebagai masyarakat budaya yang dibangun berdasarkan religiusitas yang kuat. Filosofi Wetu Telu atau Waktu Tiga, ajaran mengenai 3 tahapan dalam hidup. Sebagai contoh Islam Waktu Tiga, seperti tiga hal dalam kehidupan yakni lahir, hidup, dan mati. Selain itu, ada juga gunung, tengah, dan pantai sebagai tempat tinggal. Di Masjid Bayan Beleq, wisatawan juga bisa mengenal Islam Wetu Telu. Artinya selalu ada tiga tahap dalam kehidupan di dunia ini. Selebihnya, Islam Watu Telu memiliki ajaran yang sama dengan Islam pada umumnya. Papan nama masjid pada bagian blandar atas terdapat sebuah jait yaitu tempat untuk manaruh hiasan-hiasan terbuat dari kayu berbentuk ikan dan burung. Ikan ialah binatang air, melambangkan dunia bawah, maksudnya kehidupan duniawi. Burung sebagai binatang yang terbang di udara, melambangkan dunia atas maksudnya kehidupan di alam sesudah mati (akhirat). Makna perlambang yang ada di balik itu ialah, manusia hendaknya selalu menjaga keseimbangan antara tujuan hidup di dunia akhirat. Pada bagian atas mimbar, terdapat hiasan berbentuk naga. Pada bagian badan naga terdapat hiasan (gambar) tiga buah binatang, masing-masing bersegi 12, 8, dan 7. Hiasan ini melambangkan jumlah bilangan bulan (12), windu (8), dan banyaknya hari (7). Disamping itu juga terdapat hiasan berbentuk pohon, ayam, telur, dan rusa. Adanya ragam hias dengan motif makhluk hidup pada mimbar masjid di Bayan Beleq menunjukkan betapa kuatnya pengaruh tradisi pra Islam yang masih mewarnainya. Satu perbedaan Masjid Bayan Beleq dengan masjid lainnya adalah bagian atas masjid. Tidak ada hiasan bulan sabit dan bintang, hanya ada satu tiang yang memiliki arti Tuhan itu satu.

Sumber

http://lombok.panduanwisata.id/wisata-religi/masjid-kuno-bayan-beleq-saksi-peradaban-islam-tempo-dulu/

https://lombokhandycraft.wordpress.com/2012/06/02/sejarah-lombok-edisi-masjid-bayan-beleq/

http://pemandangan.fotoindonesia.com/9738/masjid-tertua-di-lombok-filosofi-unik-wetu-telu.html

Galeri Foto