marketing 16 januari - 22 januari 2017 biar karyawan ... filebagi setiap karyawan. misalnya,...

1
Mendorong keterlibatan karyawan dalam per- usahaan dengan bantu- an platfom SKOR. Asih Kirana Wardani R ichard Charles Nicholas Brandson, seorang in- dustrialis asal Britania Raya, pernah mengatakan bah- wa aset paling berharga dalam sebuah organisasi adalah para manusianya. Dalam konteks perusahaan, tentu saja yang di- maksud adalah para karyawan. Namun demikian, Brandson, yang telah mendirikan 360 per- usahaan di bawah Virgin Group, menambahkan, semua itu ha- nya berarti apabila para karya- wan terlibat (engaged) atau berkomitmen penuh pada pe- kerjaan mereka. Masalahnya, bukan perkara mudah untuk menciptakan ke- terlibatan karyawan alias em- ployee engagement. Apalagi, di era digital ini, banyak perusaha- an merasa kesulitan untuk mempertahankan para karya- wannya yang berbakat. Sung- guh sulit untuk mempertahan- kan karyawan berbakat agar ti- dak meloncat ke perusahaan tetangga yang terlihat memiliki rumput lebih hijau. Bisa dibilang, saat ini ada tiga kelompok karyawan. Pertama, generasi Baby Boomer yang la- hir awal 1940-an hingga awal 1960-an, lalu Gen X yang lahir awal 1960-an hingga awal 1980- an, serta Gen Y yang lahir awal 1980-an hingga awal 2000-an. Selain itu, generasi yang baru memasuki dunia kerja, yang biasa disebut Gen Z, yakni me- reka yang lahir setelah tahun 2000. Nah, tantangan yang terberat adalah mempertahankan karya- wan dari Gen Y dan Gen Z alias generasi Milenial. Pasalnya, berbeda dengan generasi sebe- lumnya yang lebih mementing- kan kemapanan, kebanyakan dari generasi ini lebih memen- tingkan penghargaan. Ditambah melek teknologi informasi yang memungkinkan mereka menca- ri informasi hanya dengan men- jentikkan ujung jari mereka di atas gawai, mereka pun lebih gampang untuk berpindah pe- kerjaan dan merasa tak perlu berlama-lama bekerja di sebuah perusahaan. Padahal, jumlah mereka saat ini mendominasi angkatan ker- ja. Di Indonesia, jumlah genera- si Milenial ini mencapai sekitar 84 juta orang. Itu berarti, peran- an mereka sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk men- capai pertumbuhan yang di- inginkan. Tingkat keluar masuk karyawan yang tinggi tentu akan menghambat perusahaan untuk mencapai target-target yang diinginkan. “Jadi, human resources department (HRD) harus kreatif dalam membuat karyawan tetap tertarik bekerja di perusahaannya,” kata Lenny Aziz, Engagement Director NAVA+, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang layan- an komunikasi pemasaran. Layaknya media sosial Mau tak mau, untuk memper- tahankan karyawan yang dido- minasi dari generasi Milenial, perusahaan harus menyesuai- kan dengan cara pandang gene- rasi ini. Generasi Milenial ini memiliki karakteristik unik, yakni akrab dengan teknologi telekomunikasi canggih, dimo- tivasi oleh gaya hidup, dan sa- ngat menggemari media sosial. Mereka juga lebih peduli de- ngan “nilai” mereka dalam se- buah pekerjaan. “Mereka ingin bekerja dan sekaligus berse- nang-senang di saat bersama- an,” ujar Lenny. Dus, menurut Lenny, saat ini perusahaan tidak bisa lagi me- nerapkan perlakuan yang sama bagi setiap karyawan. Misalnya, persentase kenaikan gaji tahun- an yang sama bagi semua kar- yawan. Tentu, karyawan yang telah berbuat lebih banyak bagi perusahaan akan merasa diper- lakukan tidak adil dan kecewa jika melihat rekannya yang be- kerja biasa-biasa saja memper- oleh persentase kenaikan gaji yang sama. Ini tentu bisa men- dorong karyawan tersebut me- loncat ke perusahaan lain. Menyadari hal tersebut, NAVA+ membangun sebuah platform digital engagement yang diharapkan mampu mem- buat karyawan merasa lebih di- hargai, mendorong mereka le- bih terlibat dalam mewujudkan visi misi perusahaan, serta tidak gampang berpindah ke perusa- haan lain yang menawarkan gaji lebih tinggi. NAVA+ mena- mai platform digital ini SKOR. Platform ini bisa diunduh di te- lepon pintar (smartphone ), baik dengan sistem operasi iOS maupun Android. Pasalnya, menurut Lenny, bukan berarti perusahaan tidak mampu memberikan gaji se- tinggi perusahaan lain. Namun persoalannya lebih karena ma- najemen perusahaan tidak mempunyai alat ukur yang jelas untuk menilai kinerja para kar- yawannya. Ujungnya, mereka pun kesulitan memberikan ap- resiasi pada karyawannya yang sebenarnya berbakat dan mem- berikan sumbangan signifikan pada perusahaan. Merasa platform ini cukup berhasil dalam meningkatkan employee engagement di per- usahaannya, sejak Mei 2016, NAVA+ pun menawarkan plat- form ini ke perusahaan-perusa- haan lain. Saat ini sudah ada beberapa perusahaan memakai platform ini, antara lain AXA General Insurance, Diageo, Linksindo, E-ways, dan Iris Worldwide Indonesia. “Dengan platform ini, HR bisa lebih fo- kus pada building strategy, bukan disibukkan dengan urus- an administratif,” kata Lenny. Lantas, apa saja yang bisa di- lakukan lewat platform ini? Mi- rip dengan cara kerja media sosial, SKOR menjadi platform komunikasi antara manajemen dengan karyawan, juga antara sesama karyawan. “SKOR mem- punyai fitur-fitur yang mendu- kung mereka lebih produktif, lebih rajin, lebih follow prog- ram-program perusahaan dan kultur perusahaan, karena ada interaksi,” jelas Lenny. Ketika membuka Dashboard SKOR, pengguna akan menda- pati sejumlah fitur, yakni An- nouncement, Activities & Events, Greetings, serta Ap- pointment. Tiap individu peng- guna bisa mengubah urutan fi- tur ini sesuai dengan prioritas pribadinya. Dan, lantaran me- makai smartphone, pengguna bisa mengakses kapan pun, bahkan saat baru bangun dan masih di tempat tidur. Dus, co- cok dengan kebiasaan generasi Milenial yang seolah tidak bisa dipisahkan dari gawai. Dengan demikian, tiap karyawan dapat mengikuti apa yang sedang ter- jadi di perusahaannya. Memang, banyak perusahaan juga telah memiliki sistem in- tranet sendiri untuk komunika- si di dalam perusahaan. Namun, realitanya, banyak karyawan ti- dak atau jarang mengakses sis- tem ini, sehingga kerap keting- galan informasi seputar prog- ram perusahaan. “Waktu kita 70% dihabiskan di kantor, tapi kita sering ignorance banget dengan apa yang terjadi di per- usahaan kita,” kata Lenny. Nah, dengan platform SKOR yang gampang diakses kapan saja dan di mana saja serta me- makai sistem push notification, karyawan tidak akan lagi ke- tinggalan informasi perusahaan. Namun, platform ini juga tidak menghilangkan fungsi sistem intranet, melainkan melengka- pinya. Misalnya, untuk peng- umuman dari manajemen yang panjang, ditaruh versi ringkas- nya saja di SKOR. Selengkap- nya, karyawan bisa mengklik tautan atawa link yang ada di sana, yang mengarahkan pada sistem intranet perusahaan. Menonjolkan reward Yang menarik, lewat platform SKOR, perusahaan bisa lang- sung memberikan reward atau penghargaan kepada karyawan. Penghargaan ini berupa points reward. Ambil contoh, di poin Activi- ties & Events, ada program ja- lan kaki. Di sini, perusahaan bisa mengatur, untuk setiap berapa langkah yang dilakukan, misalnya 500 langkah, seorang karyawan akan mendapatkan satu point reward. Tiap point reward ini dihargai setara de- ngan, katakanlah, Rp 50. Prog- ram ini menunjukkan kepeduli- Dengan sistem reward pada platform SKOR, tingkat keluar karyawan dari generasi Milenial diharapkan bisa ditekan. KONTAN/Fransiskus Simbolon Biar Karyawan Semakin Kerasan Lewat SKOR, perusahaan bisa langsung memberikan reward kepada karyawan. 26 Marketing 16 Januari - 22 Januari 2017

Upload: ngotram

Post on 15-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Marketing 16 Januari - 22 Januari 2017 Biar Karyawan ... filebagi setiap karyawan. Misalnya, persentase kenaikan gaji tahun an yang sama bagi semua kar-yawan. Tentu, karyawan yang

Mendorong keterlibatan karyawan dalam per-usahaan dengan bantu-an platfom SKOR.

Asih Kirana Wardani

Richard Charles Nicholas Brandson, seorang in-dustrialis asal Britania

Raya, pernah mengatakan bah-wa aset paling berharga dalam sebuah organisasi adalah para manusianya. Dalam konteks perusahaan, tentu saja yang di-maksud adalah para karyawan. Namun demikian, Brandson, yang telah mendirikan 360 per-usahaan di bawah Virgin Group, menambahkan, semua itu ha-nya berarti apabila para karya-wan terlibat (engaged) atau berkomitmen penuh pada pe-kerjaan mereka.

Masalahnya, bukan perkara mudah untuk menciptakan ke-terlibatan karyawan alias em-ployee engagement. Apalagi, di era digital ini, banyak perusaha-an merasa kesulitan untuk mempertahankan para karya-wannya yang berbakat. Sung-guh sulit untuk mempertahan-kan karyawan berbakat agar ti-dak meloncat ke perusahaan tetangga yang terlihat memiliki rumput lebih hijau.

Bisa dibilang, saat ini ada tiga kelompok karyawan. Pertama, generasi Baby Boomer yang la-hir awal 1940-an hingga awal 1960-an, lalu Gen X yang lahir awal 1960-an hingga awal 1980-an, serta Gen Y yang lahir awal 1980-an hingga awal 2000-an. Selain itu, generasi yang baru memasuki dunia kerja, yang biasa disebut Gen Z, yakni me-reka yang lahir setelah tahun 2000.

Nah, tantangan yang terberat adalah mempertahankan karya-wan dari Gen Y dan Gen Z alias

generasi Milenial. Pasalnya, berbeda dengan generasi sebe-lumnya yang lebih mementing-kan kemapanan, kebanyakan dari generasi ini lebih memen-tingkan penghargaan. Ditambah melek teknologi informasi yang memungkinkan mereka menca-ri informasi hanya dengan men-jentikkan ujung jari mereka di atas gawai, mereka pun lebih gampang untuk berpindah pe-kerjaan dan merasa tak perlu berlama-lama bekerja di sebuah perusahaan.

Padahal, jumlah mereka saat ini mendominasi angkatan ker-ja. Di Indonesia, jumlah genera-si Milenial ini mencapai sekitar 84 juta orang. Itu berarti, peran-an mereka sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk men-capai pertumbuhan yang di-inginkan. Tingkat keluar masuk karyawan yang tinggi tentu akan menghambat perusahaan untuk mencapai target-target yang diinginkan. “Jadi, human resources department (HRD) harus kreatif dalam membuat karyawan tetap tertarik bekerja di perusahaannya,” kata Lenny Aziz, Engagement Director NAVA+, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang layan-an komunikasi pemasaran.

Layaknya media sosial

Mau tak mau, untuk memper-tahankan karyawan yang dido-minasi dari generasi Milenial, perusahaan harus menyesuai-kan dengan cara pandang gene-rasi ini. Generasi Milenial ini memiliki karakteristik unik, yakni akrab dengan teknologi telekomunikasi canggih, dimo-tivasi oleh gaya hidup, dan sa-ngat menggemari media sosial. Mereka juga lebih peduli de-ngan “nilai” mereka dalam se-buah pekerjaan. “Mereka ingin

bekerja dan sekaligus berse-nang-senang di saat bersama-an,” ujar Lenny.

Dus, menurut Lenny, saat ini perusahaan tidak bisa lagi me-nerapkan perlakuan yang sama bagi setiap karyawan. Misalnya, persentase kenaikan gaji tahun-an yang sama bagi semua kar-yawan. Tentu, karyawan yang telah berbuat lebih banyak bagi perusahaan akan merasa diper-lakukan tidak adil dan kecewa jika melihat rekannya yang be-kerja biasa-biasa saja memper-oleh persentase kenaikan gaji yang sama. Ini tentu bisa men-dorong karyawan tersebut me-loncat ke perusahaan lain.

Menyadari hal tersebut, NAVA+ membangun sebuah

platform digital engagement yang diharapkan mampu mem-buat karyawan merasa lebih di-hargai, mendorong mereka le-bih terlibat dalam mewujudkan visi misi perusahaan, serta tidak gampang berpindah ke perusa-haan lain yang menawarkan gaji lebih tinggi. NAVA+ mena-mai platform digital ini SKOR. Platform ini bisa diunduh di te-lepon pintar (smartphone), baik dengan sistem operasi iOS maupun Android.

Pasalnya, menurut Lenny, bukan berarti perusahaan tidak mampu memberikan gaji se-tinggi perusahaan lain. Namun persoalannya lebih karena ma-

najemen perusahaan tidak mempunyai alat ukur yang jelas untuk menilai kinerja para kar-yawannya. Ujungnya, mereka pun kesulitan memberikan ap-resiasi pada karyawannya yang sebenarnya berbakat dan mem-berikan sumbangan signifikan pada perusahaan.

Merasa platform ini cukup berhasil dalam meningkatkan employee engagement di per-usahaannya, sejak Mei 2016, NAVA+ pun menawarkan plat-form ini ke perusahaan-perusa-haan lain. Saat ini sudah ada beberapa perusahaan memakai platform ini, antara lain AXA General Insurance, Diageo, Linksindo, E-ways, dan Iris Worldwide Indonesia. “Dengan platform ini, HR bisa lebih fo-kus pada building strategy, bukan disibukkan dengan urus-an administratif,” kata Lenny.

Lantas, apa saja yang bisa di-lakukan lewat platform ini? Mi-rip dengan cara kerja media sosial, SKOR menjadi platform komunikasi antara manajemen dengan karyawan, juga antara sesama karyawan. “SKOR mem-punyai fitur-fitur yang mendu-kung mereka lebih produktif, lebih rajin, lebih follow prog-ram-program perusahaan dan kultur perusahaan, karena ada interaksi,” jelas Lenny.

Ketika membuka Dashboard SKOR, pengguna akan menda-pati sejumlah fitur, yakni An-nouncement, Activities & Events, Greetings, serta Ap-pointment. Tiap individu peng-guna bisa mengubah urutan fi-tur ini sesuai dengan prioritas pribadinya. Dan, lantaran me-makai smartphone, pengguna bisa mengakses kapan pun, bahkan saat baru bangun dan masih di tempat tidur. Dus, co-cok dengan kebiasaan generasi Milenial yang seolah tidak bisa dipisahkan dari gawai. Dengan

demikian, tiap karyawan dapat mengikuti apa yang sedang ter-jadi di perusahaannya.

Memang, banyak perusahaan juga telah memiliki sistem in-tranet sendiri untuk komunika-si di dalam perusahaan. Namun, realitanya, banyak karyawan ti-dak atau jarang mengakses sis-tem ini, sehingga kerap keting-galan informasi seputar prog-ram perusahaan. “Waktu kita 70% dihabiskan di kantor, tapi kita sering ignorance banget dengan apa yang terjadi di per-usahaan kita,” kata Lenny.

Nah, dengan platform SKOR yang gampang diakses kapan saja dan di mana saja serta me-makai sistem push notification, karyawan tidak akan lagi ke-tinggalan informasi perusahaan. Namun, platform ini juga tidak menghilangkan fungsi sistem intranet, melainkan melengka-pinya. Misalnya, untuk peng-umuman dari manajemen yang panjang, ditaruh versi ringkas-nya saja di SKOR. Selengkap-nya, karyawan bisa mengklik tautan atawa link yang ada di sana, yang mengarahkan pada sistem intranet perusahaan.

Menonjolkan reward

Yang menarik, lewat platform SKOR, perusahaan bisa lang-sung memberikan reward atau penghargaan kepada karyawan. Penghargaan ini berupa points reward.

Ambil contoh, di poin Activi-ties & Events, ada program ja-lan kaki. Di sini, perusahaan bisa mengatur, untuk setiap berapa langkah yang dilakukan, misalnya 500 langkah, seorang karyawan akan mendapatkan satu point reward. Tiap point reward ini dihargai setara de-ngan, katakanlah, Rp 50. Prog-ram ini menunjukkan kepeduli-

Dengan sistem reward pada platform SKOR, tingkat keluar karyawan dari generasi Milenial diharapkan bisa ditekan.KONTAN/Fransiskus Simbolon

Biar Karyawan Semakin Kerasan

Lewat SKOR, perusahaan bisa langsung memberikan reward kepada karyawan.

26 Marketing 16 Januari - 22 Januari 2017