manusia moralitas dan hukum
DESCRIPTION
Manusia Moralitas Dan HukumTRANSCRIPT
A. Pendahuluan
“Nilai manusia terletak pada kepribadiaannya, bukan pada pangkat,
jabatan, gelar, kekayaan, kecantikan maupun ketampanannya”
Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Setiap manusia dilahirkan
dalam keadaan non sosial dan non personal. Untuk menjadi makhluk sosial
yang memiliki kepribadian baik serta bermoral tidak secara otomotis, perlu
suatu usaha yang disebut pendidikan. Mendidik adalah suatu usaha untuk
memanusiakan manusia. Manusia bukan sekedar makhluk biologis, manusia
adalah makhluk sosial yang berbudaya.
B. Nilai Moral Sebagai Sumber Budaya Dan Kebudayaan
1. Nilai Dan Sistem Nilai Budaya.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu
itu berharga atau berguna. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia.
Sistem Nilai Budaya
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem
budaya merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak
dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu
merupakan konsep – konsep mengenai apa yang hidup dalam alam
pikiran sebagian besar dari dari warga suatu masyarakat mengenai apa
yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup,
sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah
dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat itu sendiri.
Nilai – nilai budaya ini bersifat umum, luas dan tak konkret maka
nilai – nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan
nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat.
Dalam masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang
lain berkaitan satu sama lain sehingga merupakan suatu sistem, dan
1
sistem itu sebagai suatu pedoman dari konsep –konsep ideal dalam
kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan
masyarakat.
Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn , tiap sistem nilai
budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam
kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi
system nilai budaya adalah :
::Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada
hakekatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan .Pada agama Budha
misalnya,pola – pola tindakan manusia akan mementingkan segala
usaha untuk menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru.
Adapun kebudayaan – kebudayaan lain memandang hidup manusia
dapat mengusahakan untk menjadikannya suatu hal yang indah dan
menggembirakan.
::Masalah mengenai hakekat dari karya manusia
Kebudayaan memandang bahwa karya manusia bertujuan untuk
memungkinkan hidup, kebudayaan lain menganggap hakekat karya
manusia itu untuk memberikannya kehormatan,ada juga kebudayaan
lain yang menganggap karya manusia sebagai suatu gerak hidup yang
harus menghasilkan lebih banyak karya lagi
::Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam
ruang dan waktu
Kebudayaan memandang penting dalam kehidupan manusia pada
masa lampau, keadaan serupa ini orang akan mengambil pedoman
dalam tindakannya contoh – contoh dan kejadian- kejadaian dalam
masa lampau. Sebaliknya ada kebudayaan dimana orang hanya
mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit. Dalam kebudayaan
ini perencanaan hidup menjadi suatu hal yang sangat amat penting.
::Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam
sekitarnya
2
Kebudayaan yang memandang alam sebagai suatu hal yang
begitu dahsyat sehingga manusia hanya dapat bersifat menyerah tanpa
dapat berusaha banyak. Sebaliknya ,banyak pula kebudayaan lain yang
memandang alam sebagai lawan manusia dan mewajibkan manusia
untuk selalu berusaha menaklukan alam. Kebudayaan lain masih ad
yang menganggap bahwa manusia dapat berusaha mencari keselarasan
dengan alam.
::Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan
sesamanya
Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal antara
manusia dengan sesamanya. Tingkah lakunya akan berpedoman pada
tokoh – tokoh pemimpin. Kebudayaan lain mementingkan hubungan
horizontal antara manusia dan sesamanya. Dan berusaha menjaga
hubungan baik dengan tetangga dan sesamanya merupakan suatu hal
yang penting dalam hidup. Kecuali pada kebudayaan lain yang tidak
menganggap manusia tergantung pada manusia lain, sifat ini akan
menimbulkan individualisme.
2. Membangun Kebudayaan Nasional, Nilai-Nilai Budaya Positif Dan
Nilai-Nilai Budaya Negatif
Kebudayaan bangsa Indonesia sudah tumbuh dan berkembang
sejak bumi Indonesia dihuni oleh nenek moyang bangsa Indonesia serta
kondisi geografis yang berbeda-beda telah melahirkan beraneka ragam
suku bangsa dengan kebudayaan yang berbeda-beda pula. Semboyan
Bhinneka Tunggal Ika sangat tepat karena sesuai dengan keadaan riil
bangsa Indonesia.
Dalam mengembangkan kebudayaan nasional setiap unsur dari
kebudayaan nasional harus dapat memberi identitas kepada warga
negara, harus dapat menimbulkan rasa bangga bagi warga negara, dan
mutunya harus tinggi.
Dalam mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional, Ki
Hajar Dewantara mengajukan tiga asas yang dikenal Trikon yaitu :
Kontinue, Konvergensi, dan Konsentris. Asas Kontinue maksudnya
3
ialah kebudayaan nasional Indonesia harus merupakan lanjutan dari
kebudayaan sendiri. Unsur kebudayaan sendiri itu diantaranya
berwujud dalam bentuk adat serta tradisi.
Asas Konvergensi, bangsa-bangsa di dunia pada masa kini berada
dalam keadaan saling tergantung dan merupakan salah satu ciri dari
globalisasi. Situasi semacam ini mengajak kita untuk tidak mengisolasi
diri, kita harus bergerak bersama bangsa-bangsa lain kearah kesatuan
manusia yang universal. Dengan asas Konvergensi bangsa Indonesia
akan terhindar dari berbagai kepicikan dan kekerdilan pandangan dan
membawanya kepada situasi yang selalu dapat mengikuti
perkembangan jaman dan sekaligus berguna bagi pembangunan
kehidupan bangsa, khususnya dalam memajukan kebudayaan nasional.
Asas Konsentris membimbing bangsa Indonesia untuk mampu
menunjukkan eksistensinya, dan sanggup menonjolkan identitas ke
Indonesiaan.
Nilai-nilai tradisional yang dapat mendorong pembangunan
nasional antara lain :
Berorientasi vertikal kearah atasan (Pimpinan, tokoh masyarakat),
aspek positif dari nilai budaya ini ialah dapat memudahkan taktik
untuk mengajak rakyat berpartisipasi dalam usaha pembangunan
dengan cara memberi contoh tauladan, misalnya hidup hemat dan
sederhana, mentaati hukum, serta disiplin.
Nilai budaya sifat tahan menderita dan keuletan.
Nilai budaya bahwa manusia wajib terus berikhtiyar atau berusaha
dan berjuang.
Nilai budaya sikap toleran terhadap pendirian atau keyakinan yang
lain.
Nilai budaya yang berupa semangat dan jiwa gotong-royong serta
rasa solidaritas.
Sikap mental negatif yang dapat menghambat pembangunan
nasional antara lain :
Sifat mentalitas meremehkan mutu.
4
Sifat mentalitas yang suka menerabas.
Sifat tak percaya diri sendiri.
Sifat tak berdisiplin murni.
Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang
kokoh.
3. Aspek Subyektif Dan Obyektif Kebudayaan
o Aspek Subyektif kebudayaan ialah pribadi-pribadi manusia
sebagai pencipta kebudayaan, taraf perkembangan hidup
budaya para anggota masyarakat.
o Aspek Obyektif kebudayaan meliputi segala hasil cipta, rasa
dan karsa manusia baik kebudayaan yang bersifat materi
maupun kebudayaan yang bersifat non materi, hasil
perkembangan budaya manusia.
C. Norma, Etika, Dan Moral
1. Pengertian Norma
a. Pengertian Norma Sesuai Dengan Fungsinya
1. Kata Norma adalah berasal dari dunia pertukangan
contoh tukang kayu dan tukang batu dalam mengerjakan sebuah
bangunan menggunakan alat yang disebut Norma bentuknya kayu
segitiga agar hasil pekerjaanya rapi dan baik.D isini fungsi norma
adalah pengarah agar sikap, tingkah laku anggota masyarakat
berjalan dengan baik.
2. Norma sering diartikan sebagai aturan, yang mengatur sikap,
tingkah laku dan perbuatan anggota masyarakat dalam semua
kegiatannya agar hidup dalam masyarakat berjalan dengan tertib
dan disiplin.
3. Norma dapat berfungsi sebagai penggendali yaitu mengendalikan
sikap, tingkah laku seluruh anggota masyarakat agar
tidakmerugikan dirinya sendiri serta orang lain.
4. Norma dapat juga berarti ukuran baik dan buruk tingkah laku
manusia.
5
b. Jenis-Jenis Norma Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat wujud norma dapat
dikelompokkan ada empat macam yaitu : norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum.
1. Norma Agama bersumber dari ajaran agama. Nilai-nilai yang
bersumber dari ajaran agama bersifat absolut karena berasal
dari Tuhan.
2. Norma kesusilaan adalah aturan hidup yang bersumber dari
suara hati manusia tentang nama perbuatan yang baik dan nama
perbuatan tidak baik.
3. Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat yang
landasanya berupa kepatutan, kepantasan serta kebiasaan yang
berlaku di masyarakat
4. Norma hukum adalah serangkaian aturan yang dibuat secara
resmi oleh penguasa negara,mengikat setiap orang dan
berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat negara yang
berwenang.
Norma merupakan patokan atau pedoman hidup bagi manusia baik
secara pribadi maupun dalam hubungan antara pribadi
Contoh:
Yang berkaitan dengan aspek kehidupan pribadi
Norma-norma kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup
pribadi (kehidupan ber-Iman)
Norma- norma kesusilaan, yang tertuju pada kebaikan hidup
pribadi atau kebersihan hati nurani dan akhlak /moral
Yang berkaitan dengan aspek hidup antar pribadi
Norma-norma sopan santun yang ditujukan untuk
terwujunya hidup bersama yang nyaman, saling
menghormati.
Norma-norma huku yang ditujukan untuk kedamaian hidup
bersama, keadilan dijunjung tinggi.
6
2. Etika Dan Moral
a. Pengertian Etika dan Moral
Ditinjau dari sudut etimologis, kata moral dan etika mengandung
arti yang sama. Moral berasal dari kata mos, bentuk jamaknya mores
yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika berasal dari bahasa
yunani ethos yang artinya sama dengan kata mos. Filsafat etika adalah
salah satu cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat baik buruk
tingkah laku manusia.
Etika berupa aturan-aturan, dan moral merupakan buah atau
hasilnya. Misalnya etika pergaulan yaitu etika bagaimana bergaul
dengan baik. Seseorang yang selalu mematuhi etika maka orang tadi
dikatakan bermoral, atau moralnya baik. Sebaliknya seseorang yang
selalu melanggar etika maka orang tadi dikatakan moralnya buruk atau
amoral.
b. Penilaian Baik Buruk terhadap Tingkah Laku Manusia
Penilaian baik buruk terhadap tindakan atau tingkah laku manusia
disebut penilaian etis moral. Kesadaran etis (moral) ialah kesadaran
atau pengetahuan yang ada pada diri seseorang untuk membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk.
Sikap jujur, dan tidak jujur seseorang tidak ditentukan oleh status
sosial ekonomi seseorang, melainkan ditentukan oleh kesadaran etis
(moral), rasa tanggung jawab, dan rasa takut berbuat dosa.
7
c. Aliran-aliran filsafat Etika (moral)
Aliran Hedonisme
Kata hedonisme berasal dari kata hedon artinya kenikmatan
atau kelezatan. Hakikatnya setiap orang berjuang dalam
kehidupan ini adalah untuk mencapai kepuasan kebahagiaan.
Aliran Utilitarisme
Kata utilitarisme berasal dari kata utility yang artinya manfaat.
Ukuran baik buruk prilaku manusia dilihat dari manfaatnya
bagi manusia.
Aliran Idealisme
Menurut aliran idealisme, bahwa perbuatan manusia baik
buruknya tidak didasarkan pada sebab musabab lahir tapi
harus didasarkan pada prinsip kerokhanian yang tinggi.
Aliran Vitalisme
Aliran ini dalam menilai baik buruknya perbuatan manusia
memakai sebagai ukuran ada tidaknya daya hidup yang
maksimum mengendalikan perbuatan itu.
Aliran theologis
Aliran theologis mendasarkan baik buruknya perbuatan
manusia pada apakah perbuatan tersebut sesuai atau tidak
dengan ajaran atau hukum.
D. Moralitas Dan Hukum
Ditinjau dari sifatnya, maka dapat dibedakan hukum yang bersifat
imperatif dan hukum yang bersifat fakultatif.
Norma-norma yang bersifat imperatif ialah norma hukum yang bersifat
memaksa. Yaitu norma-norma hukum yang berupa suruhan dan
larangan.
Norma-norma hukum yang bersifat fakultatif ialah norma hukumyang
bersifat mengatur. Yaitu norma-norma hukum yang berupa kebolehan.
8
Hubungan positif (saling mempengaruhi dan memperkuat) antara kaidah
hukum dengan kaidah yang lain.
1. Hubungan antara norma hukum dengan norma agama.
Kaidah agama kebenarannya bersifat absolut karena bersumber
dari Tuhan. Apabila manusia tunduk patuh menjalankan ajaran agama,
maka manusia selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan menjauhkan
diri dari hal-hal yang buruk. Hal tersebut akan menunjang tercapainya
tujuan kaidah hukum.
2. Hubungan antara norma hukum dengan norma kesusilaan.
Apabila suara hati setiap manusia menyuruh agar manusia
selalu berbuat baik, berbuat susila, maka manusia sebagai anggota
masyarakat akan cenderung berbuat baik sehingga akan tercipta
kehidupan masyarakat yang tertib, adil dan damai.
3. Hubungan norma hukum dengan norma kesopanan.
Hubungan antara kedua kaidah sosial tersebut sangat erat. Hal
ini disebabkan karena apabila setiap anggota masyarakat dapat berlaku
sopan santun terhadap yang lain, saling menghormati, maka akan
terwujudlah masyarakat yang tertib, adil serta damai.
4. Hubungan antara hukum dan moralitas.
Hukum berisikan perintah dan larangan agar manusia tidak
berbuat melanggar aturan-aturan hukum baik yang tertulis maupun
tidak tertulis. Moral menuntut manusia untuk bertingkah laku baik dan
tidak melanggar nilai-nilai etika atau moral.
Berbeda dengan hukum, maka hakikatnya moralitas pertama-tama
terletak dalam kegiatan batin manusia. Moral berkaitan dengan masalah
perbuatan manusia, pikiran serta pendirian tantang apa yang baik dan apa yag
tidak baik. Dikatakan moralnya baik apabila sikap, tingkah laku dan
perbuatannya sesuai dengan pedoman sebagaimana digariskan oleh ajaran
Tuhan, hukum yang ditetapkan pemerintah serta kepentingan umum.
Pelanggaran terhadap norma hukum sekaligus juga melanggar norma
moral. Karena pelanggar norma hukum akan mendapat dua sanksi sekaligus
9
yaitu sanksi hukum dan sanksi moral. Sanksi hukum sesuai apa yang telah
ditetepkan oleh pemerintah, sedangkan sanksi moral antara lain berupa :
Sanksi dari Tuhan yang ditimpakan kelak diakhirat.
Sanksi pada diri sendiri yang bersifat kejiwaan (sedih, resah, malu,
dsb).
Sanksi yang berasal dari keluarga atau masyarakat (dicemooh, dicela,
dikucilkan, dsb).
Hukum yang berlaku bagi satu negara mencerminkan perpaduan antara
sikap dan pendapat pimpinan pemerintahan negara dan keinginan masyarakat
luas mengenai hukum tersebut. Bagaimana caranya masyarakat luas
memahami dan melaksanakan prisip-prinsip negar berdasarkan atas hukum,
tidak dapat dilepaskan dari pengetahuannya mengenai hukum atau pendidikan
hukum.
Justru disini letak perbedaan hukum dan moral, karena norma-norma
moral itu berakar dalam batin manusia. Sesuatu itu hanya menurut hukum
diwajibkan, karena hukum mengatakannya, dan hukum itu dapat mengikat
karena dibentuk dengan cara yang ditunjuk oleh Undang-Undang Dasar.
Karena Undang-Undang Dasar itu merupakan kesepakatan seluruh rakyat
dalam negara.
Kehidupan manusia sebagai manusia meliputi bermacam-macam aspek,
antara lain kehidupan bersama dalam masyarakat. Kehidupan bersama ini
diatur dan diarahkan oleh hukum demi kesejahteraan umum, demi
terwujudnya kebaikan bersama. Pemerintah juga sebagai instansi yang
kompeten dengan aparatnya harus mengawasi supaya hukum itu betul-betul
dilaksanakan.
Untuk itu, dalam rangka penegakan hukum di Negara Hukum Indonesia
yang berdasarkan Pancasila, maka antara lain suatu keputusan pengadilan
dalam lingkup hukum, karena keadilan merupakan dasar hukumnya harus
benar-benar dipertimbangkan dari sudut moralnya, dalam hal ini rasa keadilan
masyarakat. Betapa eratnya hubungan antara kondisi moralitas seseorang
dengan pelanggaran terhadap hukum dapat dilihat dari semakin dahsyatnya
10
kejahatan-kejahatan yang terjadi di Indonesia. Sebagai contoh ialah tindak
pidana korupsi yang masih merajalela di negara kita, bahkan menempatkan
Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia.
11