manfaat menguasai empat keterampilan berbahasa indonesia
TRANSCRIPT
Manfaat Menguasai Empat Keterampilan Berbahasa Indonesia
Oleh Suwarsono, S. Pd
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang tidak dapat lepas dari bahasa.
Bahasa digunakan untuk melaksanakan berbagai aktivitas baik dengan diri
sendiri maupun orang lain. Dengan diri sendiri bahasa berfungsi sebagai alat
berpikir. Kegiatan berpikir tidak mungkin dapat berlangsung tanpa bahasa.
Dalam logika, ilmu menalar, Poespopradja (1989: 44), dan Rapar (2006: 16),
berpendapat bahwa ada hubungan yang erat antara bahasa dan pikiran. Bahasa
adalah alat berpikir. Agar sesorang dapat berpikir dengan baik, lurus, dan
logis, sesorang itu perlu menguasai bahasa itu dengan baik. Penguasaan yang
baik sebuah bahasa tentu meliputi penguasaan kaidah bahasa tersebut. Kaidah
bahasa dipelajari dalam ilmu bahasa (gramatika) yang meliputi fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Rapar (2006: 17) menegaskan, bahwa ilmu bahasa
menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika
menyajikan tata cara dan kaidah berpikir secara lurus dan benar.
Sedangkan aktivitas dengan orang lain melahirkan bahasa sebagai alat
komunikasi. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan untuk berhubungan
satu sama lainnya untuk berbagai keperluan. Alwasilah (1993: 89)
berpendapat bahwa fungsi tepenting dari bahasa adalah alat komunikasi dan
interaksi. Bahasa berfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan
keluarga, masyarakat dan bahasa dalam kegiatan sosialisasi. Agar komunikasi
itu berjalan efektif dan efisien, maka seseorang itu dituntut untuk memiliki
kemahiran atau kemampuan berbahasa yang baik yang meliputi kemampuan
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis sebagai empat keterampilan
dasar berbahasa.
Kemahiran berbahasa itu pada hakikatnya terjangkau oleh setiap orang.
Namun, kemahiran itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diraih
lewat proses belajar bahasa dan pelatihan. Depdiknas (2003) menyatakan
bahwa belajar bahasa adalah belajar menggunakan bahasa untuk berbagai
fungsi bahasa utamanya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena
1
itu pembelajaran bahasa bertujuan untuk mencapai kemampuan berbahasa,
baik lisan maupun tulis. Kemampuan berbahasa tersebut adalah menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Belajar bahasa bukanlah belajar tentang
bahasa. Implementasinya, melalui kegiatan belajar berbahasa diharapkan si
belajar membangun pengetahuan sendiri (inquiry) tentang bahasa.
B. Manfaaat Menguasai Empat Keterampilan Berbahasa Indonesia
Empat keterampilan dasar berbahasa yang secara bertahap dan alami
dikuasai setiap orang adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat keterampilan berbahasa itu dikuasai mulai bayi hingga dewasa.
Namun, tentu saja tingkat penguasaan setiap orang berbeda-beda, dan saling
berkaitan satu sama lainnya. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor yang secara
umum dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal misalnya kondisi kesehatan
mental dan tubuh ketika belajar berbahasa, sedangkan yang termasuk faktor
eksternal adalah ketersediaan masukan (input) bahasa yang memadai di sekitar
pembelajar bahasa.
Tarigan (1993:2) menjelaskan bahwa setiap keterampilan itu erat sekali
berhubungan dengan keterampilan berbahasa lainnya dengan cara yang
beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita
melalui suatu hubungan urutan: mula-mula pada masa kecil kita belajar
menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu membaca, dan menulis.
Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum masuk sekolah, sedangkan
membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan berbahasa
tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau catur tunggal.
Penguasaan empat keterampilan berbahasa Indonesia sungguh penting
mengingat fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan
bahasa nasional. Sebagai bahasa resmi bahasa Indonesia digunakan di segala
forum kenegaraan, termasuk dalam dunia pendidikan yang menggunakan
bahasa pengantar resmi bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia dipakai jutaan penduduk Indonesia sebagai lingua franca.
Begitu pentingnya bahasa Indonesia, penguasaan empat keterampilan
berbahasa Indonesia tentu bermanfaat bagi orang itu kelak di dalam
2
kehidupannya. Uraian manfaat praktis menguasai empat keterampilan
berbahasa itu sebagai berikut.
1. Manfaaat Menguasai Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1993:28).
Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat
memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Setiap
orang dalam segala profesi berkepentingan dengan menyimak. Misalnya di
sekolah, menyimak memunyai peranan yang penting karena dengan
menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai orang lain.
Oleh karena itu, pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan intensif
Sebagai guru yang menjadi fasilitator siswa tentu harus memunyai
kemampuan setingkat lebih tinggi dari siswa.
Tujuan menyimak pada dasarnya adalah untuk menangkap pesan
(message) yang disampaikan pembicara dengan tepat, efektif dan efisien. Hunt
dalam Tarigan (1993:55) menyatakan bahwa tujuan/fungsi menyimak adalah
(1) untuk memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut-pautnya
dengan profesi atau pekerjaan; (2) untuk membuat hubungan antarpribadi
lebih efektif di rumah, di tempat kerja, dan dalam kehidupan masyarakat; (3)
untuk mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal
(logis); dan (4) agar dapat memberikan respons yang tepat terhadap segala
sesuatu yang terdengar.
Berdasarkan tujuan menyimak di atas, manfaat menguasai keterampilan
menyimak sebagai berikut.
a. Dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi kita secara
tepat sehingga kita dapat menindaklanjutinya dengan baik untuk
mendukung profesi atau pekerjaan kita. Ketepatan informasi yang kita
dengar dan peroleh tentu sangat berpengaruh terhadap tindakan kita
selanjutnya. Misalnya, dalam sebuah rapat dinas kepala sekolah menyuruh
guru mengumpulkan proposal kegiatan pondok ramadan dua minggu
3
sebelum kegiatan dimulai. Setelah dua minggu ternyata kita tidak
membuat dan mengumpulkan proposal itu, maka kacaulah kegiatan itu.
b. Dapat berinteraksi sosial dengan keluarga, teman, dan masyarakat karena
minimnya miscommunication dalam bertutur dengan mereka. Hal ini dapat
berimplikasi pada suasana yang akrab, menyenangkan dan kondusif untuk
memotivasi kinerja kita.
c. Dapat membuat keputusan yang masuk akal (logis) sebab dalam
kehidupan kita sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun kerja, kita
tentu mengalami saat ketika kita harus membuat keputusan penting yang
mungkin berpengaruh pada diri sendiri ataupun orang lain. Jangan sampai
terjadi kita membuat keputusan yang salah karena “salah dengar”.
d. Dapat memberikan respons yang tepat dan cepat terhadap segala sesuatu
yang terdengar untuk tindakan yang diperlukan.
Secara praktis keempat manfaat tersebut dapat diimplikasikan pada berbagai
profesi, misalnya guru, staf kantor, tentara bagian komunikasi, dan sebagainya.
2. Manfaat Menguasai Keterampilan Berbicara
Berbicara tidak bisa kita pisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bahkan, orang bisu pun ingin berbicara. Berbicara merupakan wujud dari
aktivitas lisan dalam komunikasi. Walaupun demikian, komunikasi yang
efektif tidak hanya berkaitan dengan apa yang dibicarakan orang, tetapi juga
pada bagaimana dia mengatakannya.
Pada waktu seseorang akan berbicara, terelebih dahulu akan terbentuk
pesan di kepala orang itu. Apabila saatnya tiba, pesan itu kemudian
dilontarkan menjadi ujaran yang kemudian didengar komunikan (lawan
bicara). Berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam
bentuk bunyi-bunyi bahasa. Tarigan (1983:15) menegaskan, “Berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta mnyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan”.
Berbicara adalah salah satu ketrampilan berbahasa yang paling sulit
dikuasai dengan baik oleh setiap orang. Oleh karena itu, tidak setiap orang
mampu berbicara dengan teratur, sistematis, logis, dan lancar baik di situasi
formal maupun santai/tidak formal. Kemampuan berbicara, utamanya
4
berbicara di muka umum, perlu pembelajaran dan pelatihan yang tekun
sampai memperoleh kemahiran berbicara.
Teknik berbicara di muka umum terwujud dalam beberapa persiapan,
yaitu menentukan maksud pembicaraan, mengumpulkan bahan, menganalisis
pendengar dan situasi, memilih dan menyempitkan topik, mengumpulkan
bahan, membuat kerangka uraian, menguraikan secara detail, dan berlatih
dengan suara nyaring (Depdiknas, 2005:114).
Efektivitas berbicara akan terpenuhi bila ada kesamaan kepentingan
antara pembicara dan pendengar, ada sikap saling mendukung dari kedua
belah pihak, ada sikap positif, ada sikap keterbukaan, dan masing-masing
pihak menempatkan diri (ada unsur empati) pada lawan bicara. Selain itu,
faktor fisik, psikis, dan pengalaman pembicara juga akan berpengaruh
terhadap efektivitas suatu pembicaraan.
Seseorang yang mahir berbicara di berbagai jenis berbicara dan
forumnya tentu akan memperoleh manfaat praktis antara lain:
a. Dapat menyampaikan pesan, informasi, pikiran, dan ide secara jelas
sehingga tidak menimbulkan miscomumnication.
b. Dapat mengaktualkan potensi diri secara maksimal, misalnya dengan
memilih profesi/pekerjaan yang membutuhkan kemahiran berbicara
seperti, guru, penyiar radio/televisi, presenter, pembawa acara, juru
penerangan/bicara, sales produk industri dan sebagainya.
c. Pada tingkat tinggi, profesi sebagai oratoris (orang yang pandai berpidato)
sangat berkaitan dengan kemampuan berbicara untuk memberi informasi,
memotivasi, mempersuasi, dan menggerakkan massa untuk melakukan
sesuatu. Dalam konteks sekarang, oratoris mungkin sejajar dengan “juru
kampanye” atau (jurkam) di partai-partai politik. Bukankah profesi ini
sekarang bergelimang uang? Tambahan lagi, kita pernah punya K.H.
Zainuddin M.Z. yang dijuluki Dai Sejuta Umat karena kepiwaiannya
dalam berpidato, khususnya syiar agama.
3. Manfaat Menguasai Keterampilan Membaca
Membaca tidak bisa kita pisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Setiap orang perlu membaca meskipun sekilas, misalnya membaca jam
tangan, jadwal kerja, kalender, koran, dan sebagainya. Membaca adalah
5
membuka jendela pengetahuan dunia. Begitu pentingnya membaca sampai-
sampai perintah Allah kepada nabi Muhammad SAW yang pertama adalah
iqro’ atau ‘baca’.
A. Teeuw dalam Depdiknas (2005:5) menjelaskan bahwa membaca
adalah memberi makna pada sebuah teks tertentu. Membaca adalah proses
yang memerlukan pengetahuan sistem kode yang cukup rumit, kompleks, dan
aneka ragam.
Senada dengan pendapat di atas, Goodman dalam Oka (1983:23-25)
menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah seperangkat proses
“recording, decoding, dan encoding” yang berakhir pada pemahaman atau
komprehensip. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam proses membaca,
pembaca berangkat dengan berhadapan dengan input tulisan, dan berakhir
pada perolehan makna. Karena itu dalam rangka memahami proses membaca,
orang harus memahami (1) tulisan (bahasa tulisan) yang merupakan input, (2)
bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu digunakan oleh
pembaca, (3) seberapa banyak hasil belajar serta pengalaman yang
dimanfaatkannya dalam mengkonstruksi makna, dan (4) sistem perseptual
yang termasuk ke dalam membaca.
Keberhasilan dan kelancaran pembaca dalam membaca dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik dari dalam pembaca sendiri (faktor dalam) maupun yang
berasal dari luar dirinya (faktor luar). Intelegensia, sikap, penguasaan bahasa,
perbedaan kelamin pada usia muda, dan tingkat keterbacaannya, maupun
kesesuaian bacaan bacaan itu dengan daya tangkap pembaca.
Adapun manfaat praktis bagi orang yang memiliki kemampuan
membaca yang baik adalah sebagai berikut.
a. Pada membaca cepat (scanning), seorang yang mahir membaca akan
memperoleh informasi yang dibutuhkannya dengan cepat dan tepat. Jenis
membaca ini mungkin cocok untuk profesi guru, pialang, editor bahasa,
dan sebagainya.
b. Pada membaca intensif (pemahaman), pembaca memerlukan informasi
yang dalam. Oleh karena itu, ketepatan pesan yang ditangkap dari kegiatan
membaca itu sangat penting untuk proses atau hasil selanjutnya. Misalnya,
seorang mahasiswa yang sedang mempelajari makalahnya. Ia tentu harus
6
mendalami isi makalah itu sebelum presentasi. Ketidakmampuan
membaca intensif dapat menyebabkan presentasi makalah tidak maksimal.
c. Kemahiran membaca sekilas juga bermanfaat praktis, misalnya pada
situasi berikut: Anda sedang mengendarai mobil di kota yang belum
pernah Anda kunjungi. Anda tentu membutuhkan rambu-rambu lalu lintas,
khususnya penunjuk arah/kota. Sambil mengemudi Anda juga membaca
sekilas dan cepat rambu-rambu itu. Salah baca membuat salah memutar
setir mobil alias salah jalan sehingga Anda tidak dapat sampai di tempat
tujuan dengan cepat.
4. Manfaat Menguasai Keterampilan Menulis
Menulis adalah kegiatan menuangkan ide, gagasan, konsep, pikiran,
ataupun imaginasi ke dalam bentuk tulis (cetak). Sebagai salah satu aspek
keterampilan berbahasa, menulis merupakan aspek yang paling sulit di antara
keterampilan lainnya, seperti mendengarkan, berbicara, dan membaca. Pada
kegiatan menulis, kita dituntut mencurahkan segala pengetahuan dan
kemampuan lainnya untuk dapat menghasilkan sebuah “tulisan”.
Tulisan yang baik umumnya dihasilkan oleh orang gemar membaca,
berwawasan luas, banyak mendengarkan segala sesuatu, dan mempunyai
kemampuan berpikir yang baik. Leonhardt (2005:103) berpendapat bahwa
kebiasaan membaca sangat penting bagi keberhasilan menulis.
Tulisan yang baik memiliki alur, isi, dan kebahasaannya yang baik. Dari
segi alur, tulisan yang baik mempunyai alur berpikir yang urut, dan
berkesinambungan. Dari segi isi, tulisan yang baik memuat informasi yang
benar-benar akurat dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Dan dari segi kebahasaan, karangan yang baik menggunakan ejaan
yang benar, diksi yang variatif, kalimat yang efektif, dan paragraf yang padu.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, kita perlu berlatih dan berlatih.
Keterampilan menulis tidak bisa diperoleh dengan cepat seperti halnya belajar
membaca. Menulis perlu dibiasakan sejak dini dan memerlukan proses yang
cukup panjang. Leonhardt (2005:79-96) mengemukakan kiat menulis bagi
anak usia sekolah antara lain: (1) Sarankan agar anak remaja bergabung
dengan staf koran, buku tahunan, atau majalah kesusastraan sekolah; (2)
7
Bantulah mereka memikirkan cara untuk mulai menggunakan tulisan mereka
secara profesional; (3) Doronglah anak Anda untuk mengikutsertakan karya
terbaiknya dalam sayembara menulis atau mengirimkannya ke majalah. (4)
Dorong anak Anda menerbitkan karya mereka sendiri.
DePorter (2002:179) menyatakan,“menulis adalah aktivitas seluruh otak
yang menggunkan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri
(logika).” Selanjutnya, DePorter (2002:194-195) mengemukakan tahap-tahap
proses menulis yang efektif untuk semua jenis tulisan, yaitu: (1) Persiapan :
melakukan pengelompokan (clustering) dan menulis cepat (fastwriting); (2)
Draft Kasar : pengeksplorasian dan pengembangan gagasan-gagasan;
(3) Memperbaiki : dari umpan balik, perbaiki tulisan tersebut dan bagikan
lagi; (4) Penyuntingan: Perbaiki semua kesalahan tata bahasa dan tanda baca;
(5) Penulisan Kembali: Masukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan;
dan (6) Evaluasi: Pemeriksaan apakah tugas menulis itu sudah selesai.
Keterampilan menulis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu menulis
fiksi dan non-fiksi. Kedua jenis tulisan itu memunyai karakteristik yang
berbeda. Tulisan fiksi bersifat imajinatif, dan sumbernya pun imaginasi/
rekaan, sedangkan tulisan nonfiksi bersifat ilmiah serta bersumber pada
observasi, penelitian, pengamatan, dan fakta-fakta lainnya.
Begitu sulitnya keterampilan ini, maka tidak semua orang mampu
menulis dengan baik. Oleh karena itu, orang yang memiliki keterampilan
menulis tentu mendapat manfaat praktis antara lain:
a. menulis bisa dijadikan ladang penghidupan, misalnya dengan menjadi
profesi penulis/pengarang, editor/penyunting bahasa, wartawan, guru
bahasa, konseptor surat, sekretaris, dan sebagainya. Perlu diketahui bahwa
J.K. Rowling, pengarang dari Inggris, kaya raya berkat novelnya Harry
Potter diterjemahkan ke banyak bahasa dan laku keras (booming), serta
diangkat ke layar lebar.
b. Mata pena bisa setajam mata pisau ataupun peluru. Maka sebenarnya
tulisan itu bisa digunakan untuk berbagai tujuan praktis seperti
memprovokasi, menfitnah, memancing konflik, dan sebagainya. Berita di
surat kabar yang mengandung ketidakbenaran bisa menggerakkan massa
untuk demonstrasi, berbuat anarkis, merusak, dan sebagainya.
8
c. Tulisan juga berlaku sebagai dokumen resmi yang berkekuatan hukum
tetap, misalnya surat perjanjian, putusan pengadilan, peraturan perundang-
undangan, dan sebagainya. Oleh karena itu, pembuatnya tentu harus
memiliki kemampuan menulis yang baik.
C. Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis yang saling berkaitan satu sama lainnya.
2. Untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa tersebut diperlukan
pembelajaran dan pelatihan yang cukup dan berkesinambungan.
3. Orang yang menguasai empat keterampilan berbahasa tersebut tentu
memperoleh manfaat praktis dalam kehidupan sehari-harinya khususnya
untuk mendukung profesi atau pekerjaannya.
***
9
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia Buku 1 Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Depdiknas.
DePorter , Bobby. , dkk. 2002. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Leonhardt, Mary. 2005. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Terjemahan Eva Y. Lukman. Bandung: Kaifa.
Oka, I gusti Ngurah. 1983. Pengantar Membaca dan pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional
Poespoprodjo, W., dan T. Gularso. 1989. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Remadja Karya.
Rapar, Jan Hendrik. 2006. Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran Sistematis. Yogjakarta: Penerbit Kanisius.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
10