manajemen zakat di beberapa masyarakat muslim fix

36
Manajemen Zakat di Beberapa Masyarakat Muslim MonzerKahf Divisi Penelitian BANKPEMBANGUNANISLAM ISLAM LEMBAGA PENELITIAN DAN PELATIHAN Translated By : Santika Azis (40109115) Farida Nur Aisyah (40109042) Christina Wijayanti (40109024) Laela Isni Juda (40109072) AS 2009 B

Upload: santika-hanif

Post on 21-Jul-2015

848 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Manajemen Zakat di Beberapa Masyarakat Muslim

MonzerKahf Divisi Penelitian BANKPEMBANGUNANISLAM ISLAM LEMBAGA PENELITIAN DAN PELATIHAN

Translated By : Santika Azis Farida Nur Aisyah Christina Wijayanti Laela Isni Juda AS 2009 B (40109115) (40109042) (40109024) (40109072)

Daftar IsiDaftar Tabel Kata Pengantar Pendahuluan

Bagian I LATAR BELAKANG SEJARAH DALAM PENGELOLAAN ZAKAT Bab I Bab II Bab III Manajemen Zakat pada Masa Rasulullah SAW Manajemen Zakat PAda Masa Khulafa Manajemen Zakat pada masa setelah khulafa

Bagian II MANAJEMEN ZAKAT DI EMPAT NEGARA MUSLIM Bab I Manajemen Zakat di Pakistan A) Sejarah dan Latar Belakang Hukum B) Fitur-Fitur Penting dalam pengelolaan Zakat Di Pakistan

Bab II

Manajemen Zakat di Kuwait A) Sejarah dan Latar Belakang Hukum B) Fitur-Fitur Penting dalam pengelolaan Zakat Di Kuwait

Bab III

Manajemen Zakat di Yordania A) Sejarah dan Latar Belakang Hukum B) Fitur-Fitur Penting dalam pengelolaan Zakat Di Yordania

Bab IV

Manajemen Zakat di Mesir A) Sejarah dan Latar Belakang Hukum

B) Fitur-Fitur Penting dalam pengelolaan Zakat Di Mesir Bagian III PENINJAUAN dan KESIMPULAN Bab I Kinerja Manajeman Zakat A) Kinerja Pengumpulan Dana Zakat B) Kinerja Penyaluran Dana Zakat C) Kinerja Dalam Menjangkau Masyarakat Bab II Biaya Manajerial Zakat A) Biaya yang Dibayarkan Dalam MAnajeman Zakat B) Jumlah Tenaga Kerja yang terlibat dalam Zakat DAFTAR PUSTAKA

Daftar TabelI II III IV Penerima Dana Zakat Administrasi di Empat Negara Muslim (1985) Pengeluaran Dana Zakat di Empat Negara Muslim (1981 - 1986) Biaya Administrasi dari Dana Zakat di Pakistan dan Kuwait Biaya Administrasi setiap ribu dari dana Zakat yang dikucurkan di Pakistan dan Kuwait (Dalam Mata Uang lokal) 1984 dan 1985 V VI Jumlah Pekerja Zakat di Empat Negara Muslim Jam kerja yang terikat dalam Zakat (Perkiraan), JUmlah yang dikeluarkan dan Jumlah penerima di Empat Negara Muslim

Kata PengantarBank Pembangunan Islam (IDB) didirikan pada tahun 1393H/1973 M sebagai lembaga Pembiayaan Islam yang mendukung pembangunan di negara-negara Muslim, dan masyarakat Muslim sesuai dengan ajaran agama Islam. Pasal 2 dari Persetujuan Pendiriannya menugasi IDB dengan tanggung jawab penelitian dan studi yang diperlukan untuk membantu dalam mengorganisir ulang aktifitas ekonomi, keuangan dan perbankan sesuai dengan hukum Islam di anggota negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan di Masyarakat muslim di negarayang bukan Anggota OKI. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab pendiri IDB, IDB mendirikan Lembaga Riset dan Pelatihan Islami (IRTI) pada tahun 1403H/1983 M. Sejak itu, IRTI melakukan penelitian dan Studi internal maupun eksternal pada teoritis dan yang diterapkan dalam aspek ekonomi Islam dalam rangka untuk memahami dan memperjelas bidang perilaku ekonomi Islam dan system ekonomi Islam serta cara penerapannya. Semua ini untuk tujuan melayani pembangunan ekonomi di negara-negara Muslim dan masyarakat sesuai dengan syari'at Islam si satu sisi, dan kerjasama ekonomi antara negara-negara anggota di sisi lain. Penelitian ini berfokus pada manajemen zakat kontemporer di empat negara-negara Muslim: Pakistan, Kuwait, Jordan dan Mesir, dengan bagian pengantar pada sejarah manajemen zakat selama kehidupan Nabi Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin. Ini menyimpulkan dengan peninjauan pada kinerja manajemen zakat dan biaya manajemen zakat baik memanfaatkan tenaga yang digaji tau tenaga sukarela.

Penelitian ini merupakan unsur dari rencana IRTI dalam menyediakan penelitian pada aspek teoritis dan diterapkan dalam ekonomi Islam yang membantu dalam membangun kembali. cara hidup Islam dalam kegiatan ekonomi dan keuangan dari negara-negara dan Masyarakat Muslim Allah adalah satu-satunya Maha Pemberi Karunia bahwa dalam pembuatan studi ini menyadari adanya kekurangan .Kritik dan saran yang membangun sangat diharapakan dalam keberhasilan pembuatan jurnal ini. ProfDrAbdelHamidEl-Ghazali Direktur, IRTI

MANAJEMEN ZAKAT DI BEBERAPA MASYARAKAT MUSLIM

Kata Pengantar Bank Pembangunan Islam (IDB) didirikan pada tahun 1393H/1973 M sebagai lembaga Pembiayaan Islam yang mendukung pembangunan di negara-negara Muslim, dan masyarakat Muslim sesuai dengan ajaran agama Islam. Pasal 2 dari Persetujuan Pendiriannya menugasi IDB dengan tanggung jawab penelitian dan studi yang diperlukan untuk membantu dalam mengorganisir ulang aktifitas ekonomi, keuangan dan perbankan sesuai dengan hukum Islam di anggota negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan di Masyarakat muslim di negarayang bukan Anggota OKI. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab pendiri IDB, IDB mendirikan Lembaga Riset dan Pelatihan Islami (IRTI) pada tahun 1403H/1983 M. Sejak itu, IRTI melakukan penelitian dan Studi internal maupun eksternal pada teoritis dan yang diterapkan dalam aspek ekonomi Islam dalam rangka untuk memahami dan memperjelas bidang perilaku ekonomi Islam dan system ekonomi Islam serta cara penerapannya. Semua ini untuk tujuan melayani pembangunan ekonomi di negara-negara Muslim dan masyarakat sesuai dengan syari'at Islam si satu sisi, dan kerjasama ekonomi antara negara-negara anggota di sisi lain. Penelitian ini berfokus pada manajemen zakat kontemporer di empat negara-negara Muslim: Pakistan, Kuwait, Jordan dan Mesir, dengan bagian pengantar pada sejarah manajemen zakat selama kehidupan Nabi Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin. Ini menyimpulkan dengan peninjauan pada kinerja manajemen zakat dan biaya manajemen zakat baik memanfaatkan tenaga yang digaji tau tenaga sukarela. Penelitian ini merupakan unsur dari rencana IRTI dalam menyediakan penelitian pada aspek teoritis dan diterapkan dalam ekonomi Islam yang membantu dalam membangun kembali. cara hidup Islam dalam kegiatan ekonomi dan keuangan dari negara-negara dan Masyarakat Muslim Allah adalah satu-satunya Maha Pemberi Karunia bahwa dalam pembuatan studi ini menyadari adanya kekurangan .Kritik dan saran yang membangun sangat diharapakan dalam keberhasilan pembuatan jurnal ini.

ProfDrAbdelHamidEl-Ghazali Direktur, IRTI

PendahuluanHakikat zakat sebenarnya, adalah sebagai ibadah dan kewajiban yang harus dikeluaran, Yang menempatkannya di posisi yang unik, manajemen Zakat modern dalam masyarakat Islam menimbulkan beberapa pertanyaan yang tepat dan cocok untuk diperhatikan. Di satu sisi, zakat adalah bentuk ibadah dan latihan yang penting. Ini membutuhkan banyak perhatian dalam pelaksanaan zakat dalam rangka mempertahankan karakter keagamaan dan sensitivitas suatu tindakan ibadah serta kehati-hatian dalam membatasi praktek yang sebenarnya dalam batas syariat dan peraturan . Tugas ini disusun berdasarkan kenyataan bahwa ada perbedaan antara hukum dan bahwa ada beberapa penemuan dalam literatur klasik yang mungkin tidak relevan untuk ekonomi kontemporer. Di sisi lain, zakat bukanlah suatu pajak atau pengeluaran, melainkan kombinasi dari keduanya. Zakat merupakan hak orang miskin dan kewajiban orang kaya. Ini merupakan sistribusi dana zakat yang dilakukan oleh seorang manajer (amil) yang hanya sementara dan transisional. Zakat juga merupakan kewajiban individu yang harus dipenuhi secara personal dan sebuah lembaga pengumpulan dana tentang kinerja pemerintah yang membawa tanggung jawab. Oleh karena itu, ada bentuk-bentuk yang berbeda dari manajemen zakat dalam negara muslim kontemporer. Bentuk yang paling dominan di mana orang membayar zakat mereka sendiri untuk penerima yang layak secara langsung atau melalui teman atau organisasi amal di lingkungan mereka. Bentuk zakat ini dibagikan secara langsung atau melalui pengaturan informal di sektor sektor swasta. Bagaimanapun, Saat ini ada tiga jenis pengelolaan zakat di negara-negara Muslim: Pertama, komite sukarela khusus ditetapkan oleh individu swasta untuk mengumpulkan dan mendistribusikan zakat tanpa campur tangan pemerintah. Kedua, Negara membentuk departemen khusus yang dijalankan oleh tenaga kerja full-time oleh pegawai pemerintah dan diawasi oleh salah satu kementerian. Pengumpulan zakat oleh badan-badan pemerintah tersebut tidak diwajibkan oleh hukum. Individu secara sukarela membayar zakat untuk organisasi-organisasi atas dasar penilaian dan inisiatif mereka sendiri. Organisasi zakat hanya menerima pembayaran dan berkonsentrasi pada kegiatan distribusi. Ketiga, pengumpulan dan penyaluran zakat dilakukan oleh Pemerintah secara wajib ditegakkan oleh kekuatan hukum. Jurnal ini menjelaskan praktek sebenarnya dari model di atas yaitu manajemen dengan penekanan pada dua model terakhir di mana pemerintah memainkan peran utama. Pemerintah mempelajari perbedaan dan persamaan dari praktek aktual bentuk-bentuk pengelolaan dan upaya untuk menjelaskan isu-isu praktis tertentu yang kemudian bisa dikaji lebih lanjut secara toritis dalam rangka meningkatkan penerapan zakat di negara-negara Muslim.

Beberapa negara-negara Muslim memiliki organisasi zakat yang cukup besar yang dikelola pemerintah . Ini termasuk Arab Saudi, Pakistan, Sudan, Libya, Yaman, Malaysia, Kuwait, Yordania dan Mesir. Manajemen zakat di Pakistan, Kuwait, Yordania dan Mesir telah dipilih untuk tujuan penelitian ini. Metodologi studi memperhatikan hubungan pribadi dan kondisi responden untuk beberapa informasi yang ditulis terutama di bidang hukum dan peraturan zakat di negara-negara terkait. Penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Bagian Satu review sejarah bentuk-bentuk manajemen zakat sejak zaman Nabi (saw). Tinjauan ini mencakup periode awal dari Negara Islam selama kehidupan Nabi dan khulafaur Rasyidin dengan upaya untuk mengetahui karakteristik utama dari pengelolaan zakat dan perubahan yang mempengaruhi dalam periode itu. hal ini juga menyediakan ringkasan dari pandangan fiqhi utama pada pengelolaan zakat setelah periode itu. Bagian Dua mencakup bentuk-bentuk pengelolaan zakat yang diterapkan dalam empat negara Muslim: Pakistan, Kuwait, Yordania dan Mesir. Hal ini juga memberikan info karakteristik penting dalam pengelolaan zakat di negara-negara. Bagian Ketiga berisi peninjauan dan kesimpulan tentang jenis manajemen zakat di empat negara-negara Muslim. Terakhir, perlu dicatat bahwa jurnal ini adalah sebagian didasarkan pada temuan studi lain manajemen zakat di Pakistan dilakukan oleh penulis yang sama yang merupakan permintaan dari Pemerintah Republik Islam Pakistan.

SEJARAH LATAR BELAKANG PENGELOLAAN ZAKATBagian ini terdiri dari tiga bagian. Bagian I memberikan ringkasan singkat dari fitur utama manajemen zakat selama hidup Nabi Muhammad (SAW), Bagian II melakukan hal yang sama untuk periode khulafaurrasyidin dan Bagian III melihat fitur-fitur utama dari pengelolaan zakat setelah periode khulafaurrasyidin.

BAGIAN I MANAJEMEN ZAKAT SELAMA Kehidupan Nabi Muhammad SAWAda bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah memiliki peran penting dalam pengumpulan dan distribusi zakat selama kehidupan Nabi Muhamma di Madinah. Sejak awal zakat pada tahun kedua hijrah, Nabi Mhammad SAW, dalam kapasitasnya sebagai kepala negara, ditunjuk petugas zakat yang bertanggung jawab atas iuran dan penerimaan aktual mereka, identifikasi orang yang layak menerima dan penilaian kebutuhan mereka, pencairan fisik zakat yang diterima dan pelaporan dari semua kegiatan penilaian untuk pemerintah di Madinah. Ada laporan bahwa Nabi (saw) yang ditugaskan petugas zakat untuk hampir setiap sudut negeri. Al Qaradhawi (1973, hlm 749-752) memberikan nama-nama lebih dari dua puluh lima sahabat sebagai petugas zakat pada periode Nabi Muhammad SAW dalam berbagai daerah di semenanjung arab. Pada saat, Nabi memberikan instruksi tertulis untuk para perwira berkaitan dengan kriteria semua hal yang berkaitan dengan zakat, yaitu,nisab, tingkat zakat dan jenis barang yang dizakatkan. Para dokumen tertulis yang terkenal diriwayatkan oleh Anas, adalah 'Abdullah bin' Umar dan 'Amr bin Hazm beberapa contoh (Ibid., hlm 177-182 dan al Kattani, V. 1, hlm 396-397). Dia juga menunjuk akuntan dan penjaga merekam (al Kattani, V. 1, hlm 398-399 dan 15al Qaradhawi, hal 751) dan mengeluarkan instruksi publik tentang bagaimana masyarakat harus menerima dan memperlakukan petugas zakat (Ibid., pp. 753-754 and Abu "Ubaid, pp. 406-407). Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW mengarahkan petugas untuk mendistribusikan semua zakat dikumpulkan sebelum mereka datang kembali dari tempat mereka bertugas dan hanya membawa sebagianyang mereka tidak bisa mendistribusikan. Antara buktibukti ini adalah petunjuk yang diberikan kepada Mu'adz, setelah dikirim ke Yaman bahwa ia harus mengumpulkan zakat dari orang kaya dan mendistribusikannya kepada orang miskin tanpa mengirimkannya ke ibukota (Ibid., hal 748). Ada juga laporan bahwa Nabi Muhammad SAW yang digunakan untuk menginstruksikan petugas zakat untuk mendistribusikan semua penerimaan mereka dan untuk datang kembali dengan tangan kosong .(Ibid., hlm 811-812: kutip dari Sahabat 'Imran bin Husain). Hal ini juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW yang ditugaskan bekerja untuk menjaga dan penggembalaan ternak yang diterima sebagai zakat (Al Tirmidzi, V.1, hal 242).

Bentuk manajemen utama terkait yang dapat diturunkan dari teks disebutkan di atas dan dari banyak lainnya adalah sebagai berikut:

1) Pemerintah Nabi Muhammad SAW mengambil alih dari pelaksanaan zakat.Beliau bertanggung 2)jawab untuk menunjuk kolektor dan distributor dan untuk instruksi mengeluarkan yang diperlukan dan peraturan untuk mengamankan eksekusi yang tepat. Dana zakat itu merupakan entitas yang terpisah dari dana pemerintah dan pendapatan. Ini termasuk catatan secara terpisah dalam pembukuan yang berbeda beda yang biasanya disusun olh karyawan. Tidak ada pencampuran dana diizinkan khususnya pada sisi pencairan dan bahkan tanggal hasil zakat tidak boleh digunakan untuk tujuan non zakat seperti yang disebutkan dalam ungkapan al Hasan, cucu Nabi Muhammad SAW ketika dia meletakkan satu tanggal zakat dan Nabi Muhammad SAW pun menyetujuinya. Pengumpulan dan distribusi zakat itu, pada prinsipnya,lokal, yaitu, apa yang dikumpulkan di suatu daerah juga didistribusikan di daerah yang sama dan tidak dibawa ke pusat. Penilaian jumlah yang jatuh tempo pada umumnya diserahkan kepada pembayar yang setuju pada persetujuan dari petugas zakat, meskipun ada laporan tertentu yang menunjukkan penilaian yang kadang-kadang diprakarsai oleh petugas.Namun, penilai zakat yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah mereka yang bersikap adil dan lunak dalam melakukan pekerjaan mereka. Dalam menilai tanaman pertanian, mereka diminta untuk membuat kesimpulan sebagai penyisihan pribadi dan keluarga digunakan, amal, tamu, dan apa yang dimakan oleh burung-burung dan hewan (Abu "Ubaid, hal 485). Masyarakat umum diberitahu tentang tugas mengenai pembayaran zakat dan sikap yang benar terhadap pemimpinnya. Orang-orang diperintahkan untuk memenuhi semua tuntutan yang tepat dari petugas tetapi, juga menolak pembayaran yang lebih dari apa yang jatuh tempo. Meskipun ada laporan tentang pengumpulan zakat jatuh tempo pada ternak dan pertanian oleh pegawai pemerintah, tidak ada bukti otentik melaporkan bahwa zakat pada perdagangan, emas, perak, utang dan perhiasan dikumpulkan oleh pemerintah atas inisiatif sendiri dan dengan cara wajib, meskipun petugas zakat menerima ini jenis zakat apakah itu diberikan kepada mereka. (al Qaradhawi, hal 771). Tidak ada indikasi bahwa zakat yang digunakan harus dikumpulkan pada sumber selama periode ini. Dalam hal ini, koleksi pada sumber berarti pengurangan dari jumlah iuran yang dinilai oleh lembaga yang yang mengontrol pendapatan zakat ke pembayar zakat atau kepemilikan atau kontrol atas penghasilan penerima dimana zakat dapat dikurangkan. Nabi Muhammad SAW pada kesempatan ini sambil membagikan saham ghanimah, membayar gaji, dll Petugas zakat yang sama digunakan untuk diberikan tugas penilai,kolektor pekerja, sosial menentukan besarnya kebutuhan penerima zakat, distributor dan kasir dana zakat. Namun, ketika ada jeda waktu antara pengumpulan dan distribusi, tugas-tugas ini mungkin telah diberikan kepada yang berbeda orang (al Kattani, V. 1, hlm 411-412). Sangat sedikit informasi yang tersedia tentang metode yang digunakan oleh petugas zakat dalam memperkirakan kebutuhan-kebutuhan orang layak. Pada sisi lain, ada beberapa pendapat yang menentukan kategori layak terutama yang miskin dan membutuhkan. Namun, kami memiliki satu bukti yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menolak orang yang minta diberi zakat karena ia tampak kaya dan ada beberapa kasus di mana orangorang tertentu bertanya kepada Nabi Muhammad SAW untuk bantuan dari zakatdan mereka menerapkan system seperti itu. (al Qaradhawi, hlm 542-543 dan 696-701)

3) 4)

5)

6)

7)

8)

9)

BAGIAN II PERIODE WAKTU MANAJEMEN ZAKAT DARI KHULAFAURRASYIDINPerluasan wilayah Negara Islam dan penaklukan dari dua kerajaan tua di Timur Tengah selama periode khulafaurrasyidin mengakibatkan dalam masuknya kekayaan yang cukup besar dalam negeri dan pengurangan kontrol langsung dari pemerintah pusat. Kedua faktor menyerukan peningkatan dalam lingkup sudah dilembagakan sistem pemeriksaan dan audit. Khalifah Kedua, Umar bin Khattab diketahui telah memperkenalkan sistem yang komprehensif pencatatan, al dawawin, untuk seluruh negara. Dalam era 'Umar, tiga langkah penting yang diperkenalkan di 18 pengelolaan zakat. Pertama, 'diperkenalkan Umar Al dawawin yang pemerintah catatan untuk berbagai tujuan. Ada catatan tentara penerimaan negara, dan distribusi kharaj dan fay '(Abu' Ubaid, hal 223 -224). meskipun tidak ada bukti yang tersedia bahwa Umar membuat catatan zakat penerima, kemungkinan dia memesan seperti merekam terutama saat ia digunakan untuk mendistribusikan jumlah yang berbeda untuk penerima sesuai dengan kebutuhan mereka, ukuran keluarga, dll, dan audit rekening tentaranya. Kedua, sistem pemotongan pada sumbernya dimulai. 'Abdullah bin Mas'ud, yang adalah gubernur 'Umar di Kufah, digunakan untuk mengurangkan zakat dari pembayaran karena kepada pemerintah (Abu "Ubaid, p.412 dan al Qaradhawi, p.500). Hal ini bahkan melaporkan bahwa praktek pemotongan di sumber dimulai, pada penilaian diri dasar, sejak era Khalifah Pertama, Abu Bakr (al Qaradhawi, hal 768). Ketiga, 'Umar memperkenalkan sebuah sistem pengumpulan wajib zakat pada perdagangan barang, emas, perak dan aset perdagangan lainnya oleh pejabat publik menginstal di jalan dan jembatan untuk mengumpulkan zakat atas aset perdagangan Muslim '. mereka juga mengumpulkan pajak pada orang-orang dari janji dan iuran non-muslim asing pedagang membawa barang dagangan untuk dijual di negara muslim (Abu "Ubaid, hal 533). Perwira ini bertanggung jawab untuk memverifikasi deklarasi penilaian diri disampaikan oleh pembayar (Ibid., hal 539). Pada masa 'Utsman, kelimpahan kekayaan di tangan orang serta dalam kas pemerintah meningkat sedemikian rupa bahwa Utsman merasa bahwa negara bisa memenuhi semua kebutuhan zakat layak orang tanpa harus mengumpulkan semua zakat tersebut. Dia, oleh karena itu, memutuskan untuk mempercayakan individu pembayar zakat dengan distribusi bagian dari zakat wajib sehingga bahwa mereka bisa menerapkan penilaian mereka sendiri dan kebijaksanaan dan memberikan zakat untuk layak kerabat, tetangga dan kenalan (Al Qaradhawi, hlm 772-773). Akibatnya, itu kembali lagi kepada individu untuk mendistribusikan sendiri zakat jatuh tempo pada perdagangan barang, emas, perak, utang, perhiasan dan yang sejenis item. Ini dikenal sebagai nonjelas item, yaitu item yang biasanya tidak terlihat baik untuk orang miskin atau kepada petugas zakat. Perlu dicatat, bagaimanapun, bahwa keputusan 'Utsman juga mungkin telah dimotivasi oleh keinginannya untuk meminimalkan biaya pengumpulan karena jelas bahwa barang-barang ini sulit untuk mendeteksi, memeriksa dan memverifikasi (Ibid., p.771).

BAGIAN III PERIODE WAKTU MANAJEMEN ZAKAT SETELAH MASA KHULAFAURRASYIDINPerluasan wilayah Negara Islam dan penaklukan dua kerajaan tua di Timur Tengah selama periode tabiin mengakibatkan keuntungan kekayaan dalam negeri dan pengurangan kontrol langsung dari pemerintah pusat. Kedua faktor menyerukan peningkatan dalam lingkup sistem pemeriksaan dan audit. Khalifah Kedua,'Umar. diketahui telah memperkenalkan sistem yang komprehensif tentang pencatatan, al dawawin, untuk seluruh negara. Dalam era 'Umar, ada tiga langkah penting yang diperkenalkan dalam pengelolaan zakat. Pertama, Umar memperkenalkan Al dawawin, dimana pemerintah dapat mencatat untuk berbagai tujuan. Ada catatan tentara untuk penerimaan negara, dan distribusi kharaj dan fay '(Abu' Ubaid, hal 223 -2,24). Kedua, sistem pemotongan pada sumbernya dimulai oleh 'Abdullah bin Mas'ud, Gubenur Kufaah pada saat itu adalah Umar, digunakan untuk mengurangkan zakat dari pembayaran kepada pemerintah (Abu "Ubaid, p.412 dan al Qaradhawi, p.500). Bahkan dilaporkan bahwa praktek pemotongan di sumbernya sudah dilakukan, penilaian diri dasar, sejak era Khalifah Pertama, Abu Bakr (al Qaradhawi, hal 768). Ketiga, 'Umar memperkenalkan sebuah sistem pengumpulan wajib zakat pada perdagangan barang, emas, perak dan aset perdagangan lainnya, pembayaran ini dilakukan pada saat melintasi jalan dan jembatan, ini dilakukan untuk mengumpulkan zakat atas aset perdagangan Muslim. Mereka juga mengumpulkan dari iuran non-muslim yang berdagang, barang dagangan untuk dijual di negara muslim (Abu "Ubaid, hal 533). Pembendaharaan kekayaan yang melimpah pada orang-orang, lebih baik diserahkan kepada pemererintah untuk ditingkatkan, Umar mengatakan bahwa Negara harus memenuhi segala kebutuhan orang yang menerima zakat. Oleh karena itu dia mempercayakan kepada individu yang akan membayar zakat untuk mendistribusikan nya sendiri kepada orang sekitar seperti tetangga, kerabat. Dengan konsekuensi, individu itu harus mendistribusikan atas kepemilikan barang mewah seperti emans, perak, deposito, perhiasan dan barang mewah lainnya. Itu harus menjadi catatan. Bagaimanapun keputusan Utsman bisa juga menjadi motivasi kita untuk mengurangi hasrat mengkoleksi barang mewah. ZAKAH MANAGEMENT SETELAH Empat KHULAFA' Keadaan yang memuncak karena ada kerenggangan antara penduduk muslim dan pemerintah, setalah kerusuhan internal dan krisis di era Utsman berakhir. Said Jubair mendapatkan pertanyaan dari publik Apakah zakat harus diberikan kepada pemerintah dan ada seseorang yang mengajukan pertanyaan yang sama. Said menjawab : Allah yang mengeluarkan itu melalui kamu,

The rise of the four schools of jurisprudence gave the management of zakah a new dimension because it became more intrinsic to fiqh. The views ofthese schools can be summarized in the following (al Qaradawi, pp. 758-765): i) zakat manajemen merupakan salah satu otoritas wilayah, yaitu, dari Muslim-pemerintah (al Mawardi, p.113 dst). Negara harus memelihara rekening terpisah untuk. Hal Ini yang biasanya dimaksud dengan bait al maal of zakah (Ibnu Abidin dan al Mawardi). Hal ini dibolehkan bagi pemerintah untuk mengumpulkan zakat pada semua jenis item zakat. Dalam kasus ini individu harus menyerahkan zakat kepada pihak berwenang . Sedangkan Hambali memberikan pendapat bahwa lebih baik penyaluran oleh individu hanya pada zakat perdagangan, emas, perak, barang perdagangan. Selebihnya oleh pemerintah. Dan pemerintahpun berkewajiban untuk memberikan pengamanan pada pelaksanaan zakat. (Al Qaradhawi, pp.765-773). Kegagalan pemerintah Muslim untuk mengatur kewajiban zakat tidak membebaskan pembayar zakat individu. Orang kaya yang memiliki nisab diharuskan untuk menilai sendiri zakatnya dan menemukan cara dan sarana untuk mendistribusikannya sebagaimana ditetapkan oleh Allah (Al Qaradhawi, pp.773-778). Tidak ada buku referensi fikih klasik tentang organisasi zakat dan pendistribusian zakat. Maklum saja pada zaman itu belum ada asosiasi resmi atau badan hukum yang mengelola penulisan fiqh klasik. Ini hanya penulis kontemporer diantaranya adalah Al Qardawi(p.608)

ii)

iii)

iv)

v)

BAGIAN 2 MENEJEMEN ZAKAT DI EMPAT NEGARA DI bagian ini, empat bagian ini meliputi empat Negara muslim: Pakistan, Yordania, Kuwait dan Mesir. Setiap bagian mencakup pegenalan singkat yang berkaitan dengan sejarah terkini aplikasi zakat di Negara yang bersangkutan dan survey singkat manajemen zakatnya. Pengamatan dan perbandingan ada pada Bagian Tiga

BAGIAN I Manajemen Zakat di Pakistan Sejarah dan Latar Belakang Hukum Referensi pertama Organisasi Zakat oleh negara datang dari Konstitsi Pakistan tahun 1965 yang dibebankan Negara agar berupaya untuk mengatur zakat (artikel 31). Pada tahun 1979 peraturan zakat dan Ushr ditetapkan secara Resmi. Namun, peraturan tersebut segera digantikan dengan peraturan zakat dan ushr pada tahun 1980 yang dilestarikan oleh fitur organisasi utama dari peraturan 1979. Semenjak peraturan 1980 diresmikan, beberapa prubahan peraturan kecil telah dikenalkan, terutama yang mencerminkan erubahan prosedur Hukum menciptakan badan pemerintah yang dirancang untuk administras zakat dan menafilisiasikan dengan mentri keuangan. Ketentuan penting dari peraturan dan perubahannya adalah sebagai berikut : i) Dalam pembukaannya, peraturan yang dinyatakan dengan jelas membuat referansi ke kwajiban zakat dan ushr dalam shariah dan mengakui aturan pemerintahan dalam hal pengumpulan dan pendistribusiannya Wajib Zakat dibagi kedalam beberapa kategori : - Yang pertama mencangkup item yang dapat dizakati yang dikumpulkan oleh pemerintah, ini termasuk simpanan di Bank, kantor pos, dan hal yang serupa seperti surat berharga, saham, obligasi, polis asuransi, dan produk pertanian - Yang kedua mencakup hewan ternak, emas dan perak, uang tunai, saham perdagangan dan lainnya yang tidak disebutkan dalam cakupan pertama. Pencairan zakat pada cakupan kedua ini tergantung pada nisab pemilik. Sementara individu diwajibkan secaar hokum untuk sukarela melepaskan kewajiban zakat mereka. Negara tidak mengambil tindakan untuk mengumpulkan zakat pada cakupan pertama atau untuk memeriksa nisab pemilik yang seharusnya membayar Orang Non Muslim dan Non Pakistan dikecualikan dari kewajiban pembayaran zakat, dan orang-orang yang percaya di bidang fiqh yang tidak setuju dengan hokum yang mengizinkan pembebasan pembayaran zakat. Selain itu pemerintah dan lembaga keuangan juga dikecualikan dari pembayaran zakat. Kecuali untuk pajak Tanah, Tindakan ini tidak menyediakan biaya apapun untuk tanggung jawab financial kepada orang-orang yang

ii)

iii)

iv. v. vi.

vii.

viii.

ix.

mengklaim diri mereka bebas zakat. Oleh karena itu menempatkan mereka yang tidak menngklaim pengecualilan zakat berada dalam posisi kurang beruntung dalam Perbandingan dengan orang-orang yang dibebaskan dalam membentuk sudut pandang tugas keuangan yang dibayarkan kepada pemerintah. Administrasi sukareala menerima pembayaran zakat pada item dari jadwal kedua serta sumbangan dan amal lainnya Pembayaran zakat dan ushr hanya dapat diterima secara tunai. Dalam hal ini, tidak ada ketentuan yang dibuat dalam pembayaran iuran ushr. ushr dikenakan pada tingkat 5% terlepas dari modus irigasi. 5% lainnya yang jatuh pada tanaman yang disirami oleh hujan, sungai dan kanal permanen yang tersisa untuk petani individu untuk mengaturnya secara sukarela. Konsesi pajak tertentu diberikan, yaitu, pendapatan kena pajak dan kekayaan yang dikurangi dengan jumlah zakat yang dibayarkan dan pajak tanah dibebaskan untuk mereka yang membayar ushr. Namun orang-orang yang mengklaim pengecualian dari ushr tidak berhak atas pengabaian tanah penerimaan pajak. Informasi yang diperoleh sehubungan dengan pelaksanaan ini adalah hukum rahasia. Semua cabang pemerintah akan dicegah dari penggunaan informasi untuk tujuan lain termasuk yang berkaitan dengan zakat. Pelaksanaan pengumpilan zakat wajib dimulai pada tahun fiscal 1980/81 sedangkan ushr dimulai 1982/83.

B. FITUR PENTING PENGELOLAAN ZAKAT DI PAKISTAN Tata cara zakat dan ushr menyediakan untuk pembentukan unik dan belum pernah terjadi sebelumnya jenis pengelolaan zakat yang terdiri dari kombinasi dari instansi pemerintah dan relawan yang terpilih dan dipilih. Berikut adalah aspek utama manajemen ini: i. Pemerintah pusat zakat, dengan cabang provinsi, adalah otonom namun administrative berafiliasi dengan pelayanan keuangan. Ini memiliki kebijakan membuat tubuh yang disebut dewan zakat di pusat dan provinsi. Semua dewan dipimpin oleh hakim dan memiliki beberapa fuqoha dalam keanggotaan mereka. ii. Tiga tingkatan manajemen ada ditingkat kabupaten, kecamatan dan tingkat local dimana ada komite zakat sukarela. Pimpinan dan anggota kabupaten dan ketua komite kecamatan dipilih berdasarkan criteria tertentu sedangkan anggota yang terakhir dan ketua komite local dipilih sesuai dengan prosedur dan kualifikasi yang ditetapkan dalam bertindak. Selanjutnya, sekitar 36000 komite, dengan sekitar seperempat dari satu juta relawan, didirikan mencakup hampir setiap desa dan wilayah Negara. iii. Pengumpulan zakat dilakukan pada sumbernya. Karena item jadwal pertama semuanya dikontrol oleh public tertentu atau lembaga swasta, selain pemilik, hukum dibebankan badan-badan dengan tanggungjawab menilai dan dikurangi zakat dan mentransfer secara teratur kerekening administrasi zakat di bank sentral. Sebenarnya, dari pandangan syariah, item-item ini baik pelaku dalam kemitraan dan mudharabah atau hutang pada agen-agen pengendalian yaitu, berdasarkan klasifikasi fikih klasik mereka jatuh dibawah barang-barang yang tidak jelas dan hukum tampaknya

iv. v.

telah mengambil langkah berani dengan menetapkan koleksi wajib zakat pada item ini (Hasanuzzaman pp. 71-75) Penilaian dan koleksi ushr yang tersisa untuk komite zakat local ( relawan dengan dukungan pemerintah dalam kasus tunggakan koleksi). Penanganan dana zakat dibatasi untuk tiga tingkat: pusat, provinsi dan local. Tingkatan kabupaten dan kecamatan dari manajemen tidak menangani dana. Pemerintah pusat menerima zakat yang dikumpulkan oleh agen seluruh negeri. Sejumlah tertentu disalurkan langsung kesekolah, rumah sakit dan organisasi amal, di keluarkan untuk orang yang layak sesuai dengan instruksi yang spesifik. Sisa zakat didistribusikan diantara empat provinsi dipakistan dan ibukota federal sesuai dengan criteria tertentu, terutama dar ukuran poulasi dan jumlah kemiskinan. Para lokalitas dari mana zakat dikumpulkan tidak dibawa kepertimbangan karena zakat yang paling utama dikumpulkan di Karachi dan pusat-pusat keuangan besar lainnya. Sumber penerimaan dana zakat provinsi merupakan pusat dana. Provinsi mendistribusikan dana satu setengah dari penerimaan mereka antara komite-komite local dan setengah lainnya untuk instansi propinsi seperti rumah sakit, sekolah panti asuhan dan organisasi kesejahteraan social. Disini skali lagi ukuran populasi adalah criteria utama yang digunakan oleh pemerintah provinsi untuk membagi dana zakat antara komite-komite local. Komite zakat local mengumpulkan ushr selain mereka menerima saham dari hasil zakat dari pemerintah provinsi. Para komite local mencairkan pembayaran kepada orang-orang yang layak dengan kebijakan mereka dalam batas-batas syariat dan sesuai dengan petunjuk dan pedoman yang disediakan oleh manajemen pusat dan provinsi. Semua dana zakat, pada tingkat pusat, provinsi dan daerah menerima pembayaran sukarela pada item zakat tempo dari jadwal kedua sebagai sumbangan dan kontribusi lainnya. Pemerintah menanggung biaya administrasi manajemen zakat di empat tingkat atas. Komite local dikenakan biaya yang sangat rendah sebagai anggota kerja sukarela sepenuhnya. Pengeluaran administrasi zakat local tidak diizinkan melebihi 10% dari dana yang diterima untuk pencairan. Pengeluaran ini mencakup pembukuan, alat tulis dan biaya lain-lain.

vi.

vii.

Pemerintah juga menyediakan dana tambahan dari sumber sendiri untuk membangun infrastrktur, yang diperlukan untuk pencairan zakat seperti pembangunan panti asuhan, rumah bagi orang miskin, rumah sakit bagi orang miskin dan lain-lain. Hal ini karena penerapan prinsip tamlik yang ketat. Prinsip ini mensyaratkan bahwa zakat diberikan sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi orang miskin. Oleh karena itu batas penggunaan dana zakat untuk konstruksi semacam ini. Akibatnya pemerintah mendirikan lembaga lain, yaitu lembaga zakat. Untuk tujuan utamanya diperlukan membangun infrastruktur zakat. Yayasan zakat didirikan dengan anggaran awal 100 M RPS yang dibiayai sepenuhnya oleh Negara. Pemerintah mengeluarkan petunjuk rinci tentang penilaian dan prosedur pengumpulan zakat dan ushr, yang menentukan kebutuhan orang banyak, yang penyaluran zakatnya melalui lembaga amal,

viii. ix.

x.

xi.

pencairan oleh komite-komite local zakat, yang mengelola dananya disemua tingkatan, akuntansi dan audit dan lain-lain. Aksebilitas terhadap informasi syariah oleh manajemen setinggi dewan pusat dan propinsi memiliki ahli syariat dalam keanggotaan mereka. Prosedur pencairan bergantung pada aplikasi yang diserahkan oleh orang yang layak. Kecuali, untuk kasus yang sangat sedikit, yang anggota komite zakat tidak berdasarkan inisiatif mereka sendiri mencari orang yang miskin dan membutuhkan. Sedikit pertimbangan diberikan kepada aspek manusia penerima zakat oleh lembaga amal dan komite zakat local begitu banyak sehingga menerima zakat menjadi sebuah penghinaan. Beberapa upaya dilakukan untuk menginformasikan masyarakat tentang zakat dan kinerja pemerintah oleh sebuah majalah zakat yang diterbitkan secara terpusat dan terkadang program radio local dan televise serta artikel disurat kabar. Pengelolaan zakat dipakistan tidak mengadopsi prinsip perencanaan dalam pekerjaannya. Pengamatan ini berlaku untuk semua tingkat administrasi, pemerintah serta suka rela. Perencanaan jangka pendek dan jangka panjang yang tidak dilakukan oleh administrasi zakat mereka juga tidak disebutkan dalam peraturan. Ini tidak memungkinkan manajemen yang akan menjelang peristiwa dan cara bertindak dalam orientasi target. Memang, mengurangi efesiensi dan mempengaruhi kinerjanya. Terdapat kebutuhan perencanaan dan penganggaran yang memberikan panduan pedoman yang rinci dan pendek, menengah dan rencana jangka panjang berbasis pada target pengaturan seperti menaikan tingkat penapatan termiskin strata populasi ddengan jumlah tertentu atau pembrntasan mengemis, dan lain-lain, dan kemudian menyediakan sarana dan dana untuk mencapai target tersebut dalam jangka waktu tertentu bersama dengan tindakan rencana memberikan rincian langkah yang diperlkan, dan lain-lain. Meskipun tata cara zakat berisi audit dan pengendalian kinerja dari tingkatan yang berbeda dari manajmen dan akun mereka, pemerintah belum melakukan ini dengan sepenuhnya. Bagan organisasi dari pusat dan administrasi provinsi tidak memberikan perhatian yang cukup untuk aspek ini, misalnya, tidak ada departemen untuk audit dan control, tidak ada personel untuk melaksanakan tugas ini terutama dengan besarnya jumlah komite zakat local yang sangat membutuhkan bimbingan, supervise, control dan audit. Sejak berdirinya, administrasi zakat dalam beberapa tahun ini telah mampu mengucurkan seluruh dana zakat yang dikumpulkan. Jumlah yang terkumpul di komite ditingkat pusat, provinsi dan local sangat besar dan mewakili lebih dari 40% dari total zakat yang diterima (Khaf, 1407 H).

xii.

xiii.

BAGIAN 2 MANAJEMEN ZAKAT DI KUWAIT A. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG HUKUM Jika seseorang pergi cukup jauh kebelakang dalam sejarah, orang akan selalu menemukan beberapa aplikasi tradisional zakat disetiap Negara muslim. Hal ini berlaku untuk Kuwait dan juga bagi semua Negara-negara lain yang tercakup dalam studi ini. Dalam sebuah makalah yang disajikan pada seminar tentang pengelolaan zakat di masyarakat islam modern, Fuad alUmar A. (1985) menyebutkan bahwa Kuwait melaksanakan zakat dengan cara diwajibkan diawal abad ke 20. Pemilik ternak dan petani dibebankan zakat sesuai dengan syariat. Selain itu, pajak juga dikenakan pada produk-produk perikanan pada tingkat zakat yang sama. Namun, hukum zakat ini adalah paket sistematis pertama di sejarah modern Negara itu. Hal itu dikeluarkan dalam Rabi Al Thani, 1403 H (Januari, 1982). Fitur utama dari tindakan ini adalah: i. Peran pemerintah terbatas untuk mengatur upaya pengumpulan dan distribusi zakat. Untuk tujuan ini lembaga otonom pemerintah, telah membentuk afiliasi dengan pelayanan wakaf, lembaga ini disebut Rumah Zakat. Tidak ada pengumpulan wajib yang diatur alam hukum zakat. Rumah Zakat menerima secara sukarela yang ditawarkan oleh individu maupun sebagai donasi, kontribusi dan hibah dari individu dan swasta serta badan-badan public. Tentu tidak muncul pertanyaan dari pembayar agama, warga Negara dan sekolah hukum mengenai tidak wajibnya pembayaran ke Rumah Zakat. Oleh karena itu Rumah Zakat diperbolehkan menerima sumbangan dari pihak manapun. Tindakan dan aturan yang terkait dan batas peraturan DPR tidak memaksakan baik menerima zakat dan sumbangan, Rumah Zakat telah menetapkan bagian untuk menerima dan menyalurkan zakat dalam bentuk lain. Disisi lain, DPR dapat menerima ushr serta zakat pada setiap jenis aktiva tetap selama itu diberikan kepada dewan atas dasar sukarela. Karena Kuwait tidak memiliki pajak penghasilan atau kekayaan, tindakan tersebut tidak membuat referensi apapun untuk konsesi pajak juga tidak menyebutkan kerahasiaan catatan dan informasi zakat DPR. B. FITUR PENTING DARI PENGELOLAAN ZAKAT DI KUWAIT Aksi zakat di Kuwait menyediakan tipe manajemen inovatif yang menciptakan sebuah organisasi untuk mengelola zakat yang memiliki sisi gratis di penyesuaian aturan-aturan yng diperlukan dan peraturan yang merumuskan organisasi yang terstuktur, cara melakukan kegiatan dan sejauh mana ia pergi memberikan pelayanan kepada penerima dan pemberi zakat potensial. Sebagai hasilnya, Rumah zakat di Kuwait telah membentuk sebuah organisasi yang dilengkapi dengan baik dan memiliki teknik ilmiah untuk menangani pekerjaan yang terbuka. Aspek utama dari jenis manajemen ini adalah sebagai berikut:

i.

ii.

iii.

iv. v.

vi.

vii.

viii.

Di Negara kecil seperti Kuwait, satu tingkat struktur organisasi sudah cukup. Rumah Zakat telah menempatkan penekanan khusus pada perencanaan dan memperkenalkan ide-ide baru dengan menciptakan sebuah departemen untuk penelitian dan perencanaan. Kini juga dibentuk departemen untuk pelayanan social, hubungan masyarakat dan kegiatan luar negeri. Dewan mempekerjakan pekerja social laki-laki dan perempuan untuk dapat mencapai keluarga miskin yang biasanya sulit dijangkau karena kerendahan hati mereka dan keinginan untuk menghindari perhatian public. Beberapa ide-ide dan proyek baru telah diperkenalkan oleh Rumah Zakat. Ini termasuk: proyek keamanan social anak yatim, dana siswa miskin Afrika, dana amal permanen, proyek pelatihan rehabilitasi, tunjangan dana mahasiswa, unit posel untuk yang digunakan menyediakan layanan dari pintu ke pintu, proyek pinjaman, proyek untuk mempublikasikan Quran, proyek distribusi daging qurban dan lain-lain. Sumber pendapatan Rumah zakat termasuk zakat, bantuan dari pemerintah, donasi umum, amal, dan pengembalian atas dana investasi. Rumah memelihara akun yang terpisah untuk setiap jenis sumber daya dan kemudian menggunakanya sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan dalam syariat dan oleh pendonor. Berbagai sumber daya keuangan telah memungkinkan organisasi zakat untuk mendiversifikasi tujan-tujuannya dengan memasukan layanan tersebut, seperti pinjaman dan pembangunan bangunan amal, yang pembiayaannya dengan zakat controversial. Seperti halnya di Pakistan, pemerintah Kuwait menanggung semua beban administrasi organisasi zakat. Rumah telah akses langsung ke ahli dalam syariah dalam melalui badan konsultatif yang dibentuk oleh Rumah. Dengan bantuan badan ini, Rumah telah mampu melakukan beberapa informasi kegiatan yang bertujuan menciptakan kesadaran diantara pembayar zakat dan penerima. Untuk tujuan ini beberapa booklet informasi telah dipublikasikan. Kendati upaya untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan dan miskin, pendekatan utama masih bergantung pada aplikasi yang disampaikan oleh individu yang potensial. Rumah Zakat Kuwait belum mampu untuk meninggalkan metode ini untuk pendekatan humanistic bukan berdasarkan rekomendasi aplikasi. Selain Rumah Zakat ada beberapa komite sukarela untuk pengumpulan dan pendistribusian zakat di negeri ini. Pengelola zakat berupaya untuk mengorganisir para komite dan untuk bekerja saman dengan mereka dalam memberikan pelayanan pada pemberi dan penerima zakat. Sebuah peraturan yang dikeluarkan oleh pelayanan wakaf untuk mengatur pembentukan dan pelaksanaan komite tersebut dan untuk memberi mereka dukungan, bantuan dan control melaui Rumah zakat. Laporan tahunan menunjukan Rumah Zakat belum mendistribusikan semua penerimaan selama satu tahun fiscal sejak pendirian.

BAGIAN 3 MANAJEMEN ZAKAT DI JORDAN A. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG HUKUM Sebuah hukum zakat disahkan pada tahun 1944 setelah berdirinya kerajaan. Hukum ini membuat zakat wajib pada semua umat Islam di Yordania, tapi yang dibatasi aplikasi untuk ternak, tanah dan barang-barang impor. Menurut hukum ini yang tetap dalam aplikasi sampai tahun 1953, nisab itu tidak di lihat dan tariff yang ditetapkan oleh hukum itu jauh dibawah tingkat wajib zakat yang ditentukan oleh syariat. Tindakan tersebut menyediakan untuk organisasi set-up yang terdiri dari dana independent untuk zakat dan sebuah dewan administrative diangkat oleh pemerintah. Mengenai distribusi zakat yang dikumpulkan dibawah hukum, dewan diberi kewenangan total, dibawah pengawasan dewan menteri Negara, untuk menentukan miskin dan miskin yang layak mendapatkan zakat. No. tax konsesi kepada wajib zakat atau setara zakat pada non-muslim muncul dalam tindakan 1944. Hukum zakat dihapuskan pada tahun 1953 dengan berlakunya undang-undang pembentukan pajak pelayanan social, dan sampai 1978 hukum zakat baru telah dikeluarkan. Hukum 1953 memberlakukan pajak pelayanan social sebagai presntase dari pendapatan pajak. Penerimaan dari pajak ini ditujukan untuk membantu masyarakat miskin dalam hal pencairan uang tunai dan membantu badan-badan amal seperti pantai asuhan, kamp-kamp pengungsi dan lain-lain. Undang-undang Dana zakat tahun 1978 menyediakan pembentukan sebuah otonom dana zakat dalam domain dalam pelayann wakaf. Zakat yang dibayarkan untuk dana ini atas dasar sukarela dan dana tersebut diijinkan untuk menerima sumbangan selain zakat. Dana tersebut mengeluarkan lebih pada katagori layak penerimaan zakat. Akhirnya tindakan memberikan konsesi pajak sebagai insentif untuk pembayarn zakat dengan memungkinkan untuk dikurangi jumlah yang dibayarkan sebagai zakat dari penghasilan kena pajak. Tindakan ini berjalan melalui dua amandemen yang memungkinkan pemerintah untuk menerima donasi dan meningkatkan insentif pajak untuk pembayaran dana zakat dengan menaikan jumlah dikurangkan bentuk satu-empat untuk jumlah zakat penuh yang dibayar, berbeda dengan tindakan 1944, tindakan 1978 adalah eksplisit tentang pencairan dana untuk orang miskin dan yang layak didefinisikan individu miskin dalam syariat. Dana bantuan nasional didirikan pada tahun1986 dengan menyatakan tujuan menyediakan bantuan darurat untuk berulang dan orang-orang dan keluarga yang membutuhkan. Dana ini berafiliasi dengan pelayanan pembangunan social dan dibiayai oleh anggaran tahunan dan penjatahan pendapatan pajak. Selain itu, dana ini dibandingkan dengan dana zakat, diberi kewenangan yang lebih luas dan akses ke pelayanan-pelayanan yang memberikan pelayanan social kepada masyarakat. Dana ini dikelola pada tingkat nasional terlepas dari agama calon penerima dan karyawan.

B. FITUR PENTING PENGELOLAAN ZAKAT DI YORDANIA Pengelolaan zakat di Yordania memiliki fitur berikut: i. Dana zakat yang otonom tetapi dikelola oleh direktorat kecil dalam pelayanan wakaf. ii. Direktorat memilik struktur organisasi yang sama sebagai pelayan wakaf, yaitu memiliki pusat manajemen di ibukota dan bagian di provinsi-provinsi. Para pengumpul dan distribusi zakat dilakukan di pusat dan provinsi. iii. Selain direktorat zakat ada 43 komite zakat sukarela yang meliputi berbagai bagian Negara. Setiap komite memiliki dana sendiri yang independen dari pusat dana. Direktorat pengawasan dari tingkatan praktek zakat tertentu lebih didasarkan pada niat baik dari pada keterkaitan setiap organisasi. iv. Ide inovatif yang penting dimasukan kedalam tindakan oleh direktorat zakat yaitu pembayaran zakat yang ditetapkan untuk dana tersebut. Sebuah pembayar potensi menunjuk penerima tertentu untuk direktorat, dan setelah mengevaluasi untuk kebutuhan penerima, direktorat dapat memutuskan untuk menerima dana atau mentransfernya ke penerima yang ditunjuk. Dalam cara ini pembayar mendapatkan konsesi pajak dan direktorat menanggapi kebutuhan khusus dari masyarakat dengan mendistribusikan ke tetangga orang miskin dan kerabat dari pembayar. v. Sebuah dana cadangan yang dibentuk sekitar 10% ditransfer setiap tahun untuk tujuan pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk menyediakan layanan rawat inap dan rehabilitasi kepada anggota katagori layak. Ini berarti bahwa dana zakat yordania tidak ketat memenuhi prinsip tamlik. vi. para ahli syariat membuat Integrasi dana zakat dengan pelayanan wakaf. Diakses oleh direktorat zakat. Ini memungkinkan pemerintah untuk mendapatkan keuntungan dari leverage dari pelayanan dan ulama. Hal yang sama juga mewajibkan dana untuk mengikuti prosedur dan peraturan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. vii. Penerima zakat diminta untuk mengisi aplikasi dan menghadiri wawancara dan kadangkadang seorang petugas dikirim ke kediaman pemohon untuk verifikasi. Sebelum keputusan dibuat, pencarian biasanya dibuat untuk sumber-sumber lain yang tersedia bantuan terutama dari dana bantun baru yang dibentuk nasional. viii. Direktorat zakat mempersiapkan rencana tahunan untuk kegiatan. Tetap ukuran kecil dari direktorat dan sumber daya yang terbatas tidak menjamin pembentukan target yang ambisius. ix. Untuk alasan praktis dan menghindari iay transportasi dan penyimpanan, direktorat tidak menerima dalam bentuk pembayaran, meskipun tidak secara khusus dicegah oleh tindakan 1978.

BAGIAN 4 MANAJEMEN ZAKAT DI MESIR A. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG HUKUM Ada beberapa upaya untuk menerapkan suatu hukum zakat di Mesir selama tiga decade terakhir, namun tidak satupun dari mereka telah berhasil. Mesir, bagaimanapun telah dipilih untuk penelitian ini karena merupakan Negara yang memliki jaringan pengumpulan dan distribusi zakat yang besar oleh pekerja sukarela dan komite, jaringan yang sudah imulai kembali sejak pertengahan 1940-an(Risalah pertama konferensi zakat, Kuwait, Bait al Zakat,1404H, pp.429430). Jaringan zakat di Mesir terdiri dari empat elemen utama: komite sukarela yang tidak terafiliasi dengan komite badan public, komite wakaf dan perusahaan berafiliasi dengan komite sukarela, Nasir Social Bank dan komite sukarela, Mesir Faisal Bank dan komite sukarela. Akibatnya zakat dibayarkan sukareala untuk komite ini dan didistribusikan kepada orang layak dan keluarga sesuai dengan kebijakan penuh dan pengambilan keputusan dari relawan. Namun, sebuah preseden yang unik muncul dalam UU No 48 taun 1977 yang mendirikan Mesir Faisal Islamic Bank. Undang-undang ini mewajibkan bank untuk meotongi zakat pada modal dan keuntungan pemegang saham dan menetapkan dana otonom untuk zakat dalam bank. Undangundang tidak memberikan insentif pajak atau konsesi untuk para pembayar zakat Faisal Bank atau lembaga pengumpul zakat lainnya.

Namun, karna kurangnay informasi, hanaya pengelolaan zakat yang Bank Sosial NAsir yang akan dibahas dalam makalah ini : B. Fitur penting Pengelolaan Zakat yang dilakukan Bank Sosial Nasir Pembentukan Bank Sosial Nasir pada tahun 1971 adalah peristiwa penting yang menandai pengelolaan zakat di Mesir. Bank yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah ini diberi tanggung jawab untuk mempunyai proyek-proyek kesejahteraan social. Sejak pendiriannya Bank Nasir telah mengambil langkah-langkah konkrit dalam mengorganisir pengumpulan dan distribusi zakat di seluruh negri. Bank mendirikan pusat direktorat zakat di kantor pusatnya. Direktorat ini memiliki aksesibilitas untuk semua cabang bank. Melalui kegiatan di berbagai wilayah negara, Direktorat ini telah mampu membentuk dan mengafiliasi ribuan komite zakat lokal.

Fitur utama. Pengelolaan zakat Bank Nasir dapat diringkas sebagai berikut: i) struktur administrasi menyediakan direktorat pusat di kantor pusat bank dengan bagian dalam cabang-cabangnya yang mencakup daerah perkotaan dan sebagian besar pusat-pusat pedesaan di negara ini. Direktorat zakat mempertahankan hubungan dengan komite bantuan sukarela yang menyediakan mereka dukungan manajerial, termasuk bantuan akuntansi, dukungan organisasi, bimbingan dan bahan informasi, bantuan keuangan bila dipandang perlu, dll ii) Bank bertanggung jawab atas semua pengeluaran administratif direktorat zakat dan bagian dalam cabang-cabang bank.

iii) Setiap komite zakat memiliki rekening bank sendiri untuk penerimaan dan penyaluran zakat. Selain itu, bank memelihara rekening zakat terpisah di pusat dan cabang untuk zakat yang dibayar langsung ke bank.

iv) Bank menjaga kerjasama erat dengan kementerian wakaf yang menyediakan keahlian syari'at. v) Aturan dan peraturan yang diadopsi oleh bank dalam pengelolaan zakat sangat fleksibel sehingga memungkinkan direktorat dan komite zakat bebas dalam merancang proyek dan menerapkan ide-ide sesuai dengan keinginan pembayar dan penerima. Sebagai contoh, organisasi zakat (Direktorat dan komite) menerima pembayaran dalam bentuk tunai dan dalam bentuk natura dan pembayaran yang umum atau yang didisain khusus untuk golongan penerima tertentu atau ke fungsi atau target khusus. Organisasi zakat menerima zakat, sumbangan, amal, dan dana social yang dipercayakan, dll Selain itu, pembentukan komite zakat sangatlah fleksibel. Sebuah komite dapat dibentuk di tempat manapun, baik itu masjid, sekolah, pabrik, kantor pemerintah, desa, di beberapa bagian kota, atau daerah manapun di mana beberapa orang merasa perlu dan memiliki waktu serta relawan. vi) Seluruh organisasi zakat menunjukkan kemampuannya untuk diversifikasi layanan dan menciptakan ide-ide dan proyek yang merespon berbagai kebutuhan dari kategori layak. Dalam hal ini, berbagai sumber daya yang tidak terbatas pada zakat saja sangat membantu. Akibatnya, selain melayani kebutuhan orang miskin dan melarat, organisasi zakat menyediakan pelatihan, pelayanan medis di klinik dan rumah sakit yang disponsori oleh zakat, tunjangan bagi penghafal Al- Quran, kelas privat untuk meningkatkan kemajuan akademik siswa miskin, penitipan anak untuk anak-anak kecil yang ibunya bekerja, pembangunan masjid, pengajaran bahasa asing, jasa pemakaman, berkemah dan fasilitas olahraga untuk anak-anak dan remaja miskin, dll

Selanjutnya, organisasi zakat yang ditawarkan oleh Bank Nasir Buka puasa bersama di bulan Ramadhan untuk orang miskin dan untuk para musafir, sebuah mobil caravan untuk peduli zakat dan penyaluran, sebuah pameran tahunan untuk produk yang disponsori oleh pusat pelatihan zakat,dan perjalanan haji. Organisasi zakat juga mensponsori serangkaian kuliah informasi dan budaya. Hal ini terlihat, bagaimanapun, bahwa distribusi zakat di Bank Nasir tidak terlalu ketat pada penerapan prinsip tamlik. vii) komite Zakat telah mengembangkan kemampuan untuk menjangkau orang-orang yang layak menerima zakat. Oleh karena itu, aplikasi penerima zakat potensial bukanlah satu-satunya metode penyaluran zakat yang dilakukan manajemen Bank Nasir. Komite lokal biasanya mensurvei lingkungan mereka dan mencari orang yang membutuhkan. Anggota Komite merekomendasikan calon penerima dan proyek penerima zakat kepada Direktorat zakat di Bank. Selain Bank Sosial Nasir, Bank Islam Mesir Faisal telah membentuk dana zakat sendiri. Sumber daya ini terdiri dari dana zakat yang dinilai dari modal dan keuntungan pemegang saham sebagaimana disyaratkan oleh peraturan Bank, zakat yang dibayarkan secara sukarela oleh pemilik deposito investasi dan setiap sumbangan lainnya dan zakat yang diberikan oleh pihak manapun. Dana zakat dari Bank Faisal telah tumbuh melampaui batas dana individu yang berafiliasi dengan perusahaan karena aksesibilitas Bank untuk sejumlah besar investor dan karena cabang-cabangnya di banyak daerah yang lebih banyak penduduknya Mesir.

BAGIAN KETIGA PENINJAUAN DAN KESIMPULAN Peninjauan pada bagian dari penelitian ini dibagi menjadi dua bidang utama: 1) kinerja manajemen zakat, dan 2) biaya operasi untuk pengumpulan dan distribusi zakat dan jumlah orang yang terlibat dalam pengelolaan zakat pada tingkat yang berbeda. Pengelolaan zakat di empat negara-negara Muslim akan diperiksa dari sudut pandang dari kedua daerah.ini.

BAGIAN I KINERJA MANAJEMEN Zakat Kinerja manajemen zakat dapat diperiksa dari sudut yang berbeda dengan yang paling penting adalah berapa banyak manajemen zakat mengumpulkan dan mendistribusikan dana zakat, serta berapa banyak orang yang mampu dijangkau. A) Kinerja pengumpulan dana Jumlah zakat dan sumbangan amal lain yang diterima oleh manajemen zakat di empat negara muslim yang tercakup dalam studi ini diberikan dalam Tabel I di bawah:

Tabel I Penerimaan Zakat Administrasi di Empat Negara muslim 1(1985) (Dalam Jutaan Mata Uang Lokal)Negara Mesir Yordania Kuwait Pakistan jumlah Penerimaan 6.3 0.3 4.6 1,462.3 % of GDP 0.02 0.02 0.08 0.30

Sumber: Laporan Tahunan zakat administrasi dan Data Bank Dunia.

Tabel I menunjukkan bahwa jumlah sumber daya yang dikumpulkan oleh administrasi zakat umumnya relatif kecil jika dibandingkan terhadap PDB. Dalam persentase, ini diabaikan di Yordania, Kuwait dan Mesir, sedangkan dalam kasus Pakistan adalah 0,30%.1

Termasuk kontribusi sukarela tetapi tidak termasuk bantuan dan subsidi dari pemerintah

Dalam studi sebelumnya, Kahfi (1407H, hal.43) mengindikasikan bahwa penerimaan zakat di Pakistan dapat tiga kali lipat dengan hanya sedikit perubahan dalam susunan yang sekarang, yaitu, dengan meningkatkan mekanisme penilaian dan koleksi 'ushr2 dan zakat pada item tertentu. Selanjutnya, zakat yang sesungguhnya/ Rasio PDB di Pakistan kurang dari seperlima dari potensi sebenarnya sebesar 1,6% seperti yang diperkirakan oleh Kahfi tanpa zakat dikenakan pada gaji, pendapatan profesional dan aset tetap (Kahf 1986, hlm 20-31 dari Lampiran).

Sepanjang zakat di Mesir sangat diperhatikan, Kahf memperkirakan potensinya sebesar 2% dari PDB (1981 / 2). Ini 25 kali jumlah yang sebenarnya dikumpulkan oleh Bank Nasir (Kahf 1986, hlm 1-10 dari Lampiran). Namun, persentase penerimaan zakat di Pakistan terhadap PDB negara adalah 4 sampai 15 kali persentase penerimaan zakat terhadap PDB di tiga negara lainnya. Hal ini menunjukkan efek tinggi kewajiban hukum pada penerimaan zakat. Selain itu, pengelolaan zakat Kuwait menerima subsidi besar dari pemerintah yang membantu manajemen mencapai donatur zakat dan menyebarkan zakat lebih banyak daripada manajemen Pakistan dapat lakukan dengan sumber daya terbatas. Tanpa bantuan negara seperti keuangan, penerimaan zakat di Kuwait mungkin tidak mencapai tingkat mereka saat ini yang menempatkan mereka pada seperempat dari tingkat di Pakistan (sebagai persentase dari PDB). Di sisi lain, harus diingat bahwa pengumpulan zakat di Pakistan dilakukan oleh instansi pengumpulan zakat yang ditentukan dalam hukum dengan suatu metode deduksi pada sumber dengan sedikit gangguan di bagian administrasi zakat, sedangkan pengumpulan zakat di tiga negara lainnya adalah tugas dari manajemen itu sendiri. Selain itu, perbandingan di atas tidak mencakup semua zakat yang dibayarkan masyarakat karena banyak orang yang memiliki jalur mereka sendiri dan tidak memilih untuk membayar zakat mereka kepada lembaga pemerintah di Kuwait dan Yordania atau Direktorat zakat Bank Nasir di Mesir. Tetapi untuk ini kontra pendapat harus ditambahkan yang merupakan kenyataan bahwa hukum di Pakistan tidak mewajibkan pengumpulan zakat pada semua item yang dapat dizakati dan banyak orang juga membayar sebagian zakat mereka melalui cara mereka sendiri, tidak membayarkanny ke administrasi. Oleh karena itu, data di atas tidak mencerminkan total yang dibayarkan zakat di Pakistan.

2

Termasuk ushr yang dikumpulkan oleh komite zakat lokal

B) Kinerja Penyaluran Dana Tabel II menunjukkan bahwa pengelolaan zakat di Yordania memiliki tingkat pendistribusian tertinggi di antara empat negara. Hal ini dapat dijelaskan oleh pendapatan yang kecil (secara absolut) yang tidak memungkinkan untuk akumulasi cadangan yang besar. Bahkan, peraturan direktorat zakat di Yordania mengharuskan 10% dari penerimaan akan disimpan sebagai cadangan dengan tujuan akumulasi modal yang cukup untuk pembangunan infrastruktur yang yang dianggap perlu untuk penyaluran zakat di masa depan.

Table II Penyaluran Zakat di Empat Negara Muslim 19814986 (dalam jutaan Mata Uang Lokal) Negara PEnyaluran Dana Saldo Akhir Periode % Dari % Dari Jumlah % Dari Penerimaan Penerimaan Penerimaan 12.93 57.4 N/A N/A Mesir 0.9 81.9 0.2 18.1 Yordania 7.24 34.3 8.2 38.6 Kuwait 3,820 46.3 4,428 53.7 Pakistan Sumber: laporan manajemen tahunan organisasi zakat masing-masing.

Perlu dicatat bahwa bait al zakat Kuwait diberikan suntikan besar bantuan keuangan oleh pemerintah pada tahun 1984 dimana manajemen tidak bisa sepenuhnya menyerap dana zakat pada waktu itu. Namun, bantuan ini membantu manajemen menghasilkan ide-ide baru beberapa proyek dalam dua tahun berikut: Ada beberapa alasan untuk akumulasi saldo dana zakat yang banyak tidak dibagikan di Pakistan dan Mesir. Saya telah membahas beberapa alasan ini dalam laporan manajemen zakat di Pakistan. Dan termasuk keinginan manajemen untuk menahan cadangan darurat, kapasitas yang terbatas untuk mengucurkan dana terutama di tingkat manajemen menengah dan rendah, inisiatif yang mencukupi pada bagian pekerja zakat dan tidak memadainya kontrol yang efektif, bimbingan dan pengawasan oleh manajemen pusat pada mereka yang berhubungan langsung dengan operasi pendistribusian, dll

3 4

SAmpai dengan tahun 1985 Tahun 1984 dan 1985 saja

C) Performa dalam Menjangkau Masyarakat Dalam hal ini, sistem yang diadopsi di Pakistan selain belum pernah terjadi sebelumnya dan tak dapat dibandingkan dengan negara lain. Pengelolaan zakat di Pakistan telah mampu merekrut sekitar seperempat dari satu juta relawan untuk mendistribusikan zakat untuk orang yang layak dan mengumpulkan ushr 'di daerah pedesaan. Upaya pada sisi distribusi oleh tingkatan manajemen yang lebih tinggi dan oleh komite zakat lokal telah mampu mencapai sekitar satu juta penerima individu dan keluarga setiap tahunnya dengan cakupan besar dari penduduk miskin di negara ini. Seperti untuk pengumpulan, hukum menyediakan untuk cakupan jutaan pembayar potensial sementara pemotongan dilakukan oleh ratusan lembaga dan cabang mereka. Singkatnya, sistem zakat di Pakistan dibangun dengan cara yang menyediakan kontak dan relasi dengan sekelompok besar populasi. Pengelolaan zakat oleh Bank Nasir di Mesir juga membentuk hubungan skala besar dengan orang-orang. Dimulai pada tahun 1972, yaitu 7 tahun sebelum Peraturan zakat di Pakistan, Direktorat Zakat Bank telah mampu mencapai lebih dari setengah juta pembayar zakat sukarela dan sekitar 700.000 penerima. Dan telah memiliki sekitar 15.000 pekerja sukarela dalam 3.000 komitenya. Adapun manajemen zakat di Yordania dan Kuwait, hubungan mereka jauh lebih terbatas meskipun dalam hal manajemen Kuwait menunjukkan tingkat energi dan inovasi yang tinggi dalam upayanya untuk menjangkau orang. Tapi keterbatasan alami dari sebuah negara kecil dan kaya, yang negara menyediakan berbagai bentuk bantuan kepada orang miskin dan jaminan mereka pada tingkat pendapatan minimum tertentu dan layanan tidak mengizinkan Bait al zakat untuk menjangkau banyak penerima di Kuwait dan telah memaksa untuk memperluas distribusi di luar negeri. Terlepas dari keterbatasan ini, Bait al zakat telah mencapai dari 1% dari total populasi dan telah mempelajari kebutuhan mereka untuk bantuan zakat. Terakhir, perlu dicatat bahwa mempertahankan kontak dan hubungan dekat yang bermanfaat dengan pembayar dan penerima zakat potensial hampir satu-satunya aset yang manajemen dapat manfaatkan ketika hukum tidak menyediakan untuk pengumpulan zakat wajib. Oleh karena itu, kontak dan hubungan tersebut adalah jalur kehidupan pengelolaan zakat di Mesir, Kuwait dan Yordania. Karena itu, penting untuk manajemen tipe seperti ini untuk menawarkan berbagai pilihan kepada pembayar dan layanan untuk penerima jika mereka tertarik untuk mempertahankan raison d'etre keberadaan mereka

BAGIAN II BIAYA MANAJERIAL Zakat

Dalam bagian ini, biaya pengelolaan akan diperiksa dari segi biaya operasi dan biaya yang dibayarkan terkait dalam hal jumlah orang yang terlibat, yaitu, biaya sumber daya manusia. A) Biaya yang Dibayarkan dalam Pengelolaan Zakat Biaya yang dibayarkan didefinisikan di sini sebagai total pengeluaran yang harus manajemen bayar untuk mengalihkan tugasnya berkaitan dengan pengumpulan dan distribusi zakat. Hal ini berbeda dengan biaya yang tidak-dibayarkan yang mewakili nilai dari semua jam sukarela yang dihabiskan di usaha yang sama. Yang terakhir akan dipertimbangkan kemudian dalam bagian B. Dalam empat kasus pelaksanaan zakat yang dipelajari dalam tulisan ini, sebagian besar biaya yang dibayar manajemen tidak dibebankan ke rekening zakat meskipun syari'at mengizinkan menggunakan beberapa dari hasil zakat untuk tujuan manajerial yang dinilai sebagai pekerja zakat yang merupakan salah satu dari delapan kategori penerima. Namun pemerintah Yordania, Pakistan dan Kuwait telah memutuskan untuk menanggung pengeluaran manajeman administrasi dari anggaran reguler mereka dan administrasi Bank Nasir di Mesir juga telah melakukan sesuatu yang sama dengan membayar untuk biaya manajerial Direktorat zakat dari sumber daya Bank sendiri.

Dalam kasus Pakistan, sebagian sangat kecil dari biaya administrasi dibayar dari hasil zakat. Ini mewakili beberapa pencetakan di tingkat pusat dan biaya mempekerjakan akuntan paruh waktu di tingkat komite Zakat lokal. Sebenarnya, kebanyakan komite zakat lokal tidak mempekerjakan akuntan dan jumlah dari kedua item tidak melebihi 1% dari hasil zakat. Oleh karena itu, unsur biaya tidak dibahas dalam bagian ini, terutama karena saya telah memperhatikan bahwa banyak komite zakat lokal di Pakistan membayar biaya insidentil dari kantong anggota mereka daripada mengenakan biaya tersebut ke dalam Zakat

Tabel III di bawah ini menunjukkan administrasi manajemen zakat di Pakistan dan Kuwait. Mesir dan Yordania dikecualikan karena informasi yang tidak tersedia. Tabel III Beban Administrasi Dana Zakat Di Pakistan dan Kuwait (dalam 000) Negara Beban Administrasi 1984/5 Beban Administrasi 1984/5 Mata Uang Lokal US $ Mata Uang Lokal US $ 40,729 3,022.3 43,279 2,854.8 Pakistan 489.4 1,653.4 740.4 2,459.8 Kuwait * Nilai tukar rata-rata dari data Bank Dunia untuk tahun 1984 dan 1985 yang digunakan.

Sumber: 1. Ditulis informasi dari Bait al zakat di Kuwait dan 2 - Kahf, Monzer, "Laporan tentang Pengelolaan zakat di Pakistan 1407W. Perlu dicatat bahwa angka-angka untuk biaya administrasi yang dinyatakan dalam anggaran pemerintah Pakistan mengabaikan biaya riil dari operasi zakat sebagai lembaga pengumpulan yang dibebankan dengan pemotongan pada sumber zakat tidak menerima kompensasi untuk biaya yang mereka keluarkan dalam pemotongan zakat dan memindahkannya ke dana zakat pusat. meskipun biaya pemotongan yang dilakukan lembaga mungkin tidak signifikan saat ini, tetapi unsur ini harus dipertimbangkan jika pengumpulan zakat menjadi lebih agresif. Tabel III menunjukkan bahwa biaya pengelolaan di Kuwait kurang dari yang terjadi di Pakistan, tetapi biaya Kuwait meningkat dalam USD sedangkan Pakistan menurun. Hal ini dapat dijelaskan oleh ekspansi berkelanjutan dari aparat administrasi di Rumah Zakat Kuwait sedangkan administrasi zakat di Pakistan mencapai tingkat yang stabil. Selain itu, telah terjadi kemunduran terhadap rasio Rupee terhadap Dolar sementara rasio Dinar terhadap Dolar tetap stabil.

Tabel IV menunjukkan tingkat biaya administratif untuk dana yang disalurkan kepada penerima zakat yang mungkin lebih masuk akal untuk perbandingan dari dua manajemen daripada jumlah biaya yang absolut

Tabel IV Beban Administratif dari Setiap Ribu dana Zakat yang didistribusikan di Pakistan Dan Kuwait (dalam mata uang lokal), 1984 dan 1985 Negara Pakistan Kuwait 1984/5 47.3 161. 1985/6 78.5 185.8

Tabel IV menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran administrasi pada zakat sebagai persentase biaya untuk pencairan adalah 2,3-3,4 kali lebih tinggi di Kuwait daripada di Pakistan. Tapi harus dicatat bahwa Bait al zakat di Kuwait juga bertanggung jawab untuk pengumpulan zakat sebagai pembayaran kepada bait tidak wajib di Kuwait. Hal ini di samping perbedaan-perbedaan lain yang dikenal dalam biaya tenaga kerja dan material antara kedua negara. B) Jumlah Tenaga Kerja Terlibat dalam Zakat Keterlibatan Buruh dalam pengumpulan dan distribusi zakat di empat negara-negara Muslim yang dicakup oleh penelitian ini terdiri dari dua jenis: dibayar penuh-waktu dan sukarela paruhwaktu. Pekerja penuh waktu terlibat dalam tingkatan yang berbeda dari manajemen dan pekerja sukarela menyumbangkan sebagian waktu mereka untuk melayani di komite dan dewan tanpa kompensasi materi. Tabel V memberikan perkiraan jumlah orang yang terlibat dengan zakat di empat negara-negara Muslim.

Jenis Pekerja Pekerja Penuh Waktu 15,000 265 50 Sukarelawan Sumber: Administrasi zakat di negara-negara yang bersangkutan.

Tabel V Jumlah pekerja Zakat di Empat Negara Muslim Mesir Yordania Kuwait N/A 18 161

Pakistan 2,000 250,000

Tabel V menunjukkan bahwa sejumlah besar orang sangat terlibat dengan operasi zakat terutama di Pakistan. Sepanjang sebagai relawan yang bekerja untuk zakat sangat disadari, kita menemukan bahwa dari setiap 20.000 orang Pakistan, 50 telah memberikan kontribusi secara sukarela bekerja untuk zakat. Angka ini turun ke 6 di Mesir, 2 di Yordania dan 1 di Kuwait. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa popularitas zakat dan antusiasme masyarakat untuk Zakat lebih tinggi di Pakistan daripada di tiga negara lain di dalam studi ini. Di sisi lain, yang berhubungan terhadap populasi5, Kuwait memiliki jumlah tertinggi populasi dalam anggaran gaji. Untuk setiap 500.000 populasi yang saling berhubungan, Kuwait mempekerjakan 80 orang untuk zakat, Jordan mempekerjakan 3 dan Pakistan hanya satu. Ini mungkin menunjukkan kemauan di pihak Kuwait untuk memperluas operasi zakat dengan cara penganggaran. Beberapa jenis pekerjaan yang digunakan dalam proses pengumpulan dan distribusi zakat. Dan termasuk pekerjaan sosial, administrasi dan manajerial. Di Pakistan, lebih dari 90% dari pekerja penuh-waktu yang dibayar adalah jenis klerikal yang biasanya dengan tingkat pendidikan yang rendah. Ini membuat hampir semua karyawan di tingkat kabupaten dan kecamatan dan staf manual di tingkat provinsi dan pusat. 10% sisanya adalah untuk kategori manajerial dan submanagerial. Seperti komite zakat lokal yang dipercayakan dengan tugas distribusi kepada individu dan keluarga, manajemen di Pakistan mempekerjakan baik pekerja sosial atau peneliti

5

Data tersebut untuk tahun 1985 di MEsir dan Kuwait dan Tahun 1986 untuk Pakistan dan Yordania. Angka tersebut dibulatkan dan komite terdiri dari 7 anggota di Pakistan dan 5 di negara-negara lain.

Di Kuwait, sekitar 30% dari karyawan penuh-waktu adalah peneliti sosial dengan gelar universitas yang relevan. Mereka melakukan pekerjaan sosial mereka dengan mengunjungi calon penerima pada rumah tinggal mereka dan dengan pertemuan rahasia dengan mereka di lokasi bait al zakat. Sejumlah kecil pekerja penuh waktu di Yordania terbagi di antara peneliti sosial,pekerja manual dan pekerja kantor dan manajemen Sehubungan dengan relawan, mungkin benar diasumsikan bahwa di Mesir, Kuwait dan Yordania sangat aktif dan dinamis karena mereka bertanggung jawab atas pengumpulan dan distribusi zakat, sedangkan relawan di Pakistan menerima jatah untuk distribusi dari dana provinsi dan mereka yang berada di daerah pedesaan mengumpulkan dan mendistribusikan 'ushr juga.

Selain itu, dengan mengubah angka-angka di atas ke dalam jam kerja berdasarkan 35 jam kerja seminggu di Pakistan dan 36 di Yordania dan Kuwait dan 45 minggu bekerja dalam hitungan tahun (yaitu, tidak termasuk liburan dan hari libur) dan dengan mengasumsikan bahwa pekerja sukarela dimasukkan ke dalam rata-rata 40 jam setiap tahun, kami mendapatkan Tabel VI yang membandingkan jam kerja yang digunakan di empat negara Muslim dan hubungan mereka dengan jumlah yang dicairkan dan jumlah orang yang dilayani.

Tabel VI Jam Kerja yang terikat dengan Zakat (Perkiraan), Jumlah Dana Yang dikeluarkan | dan jumlah penerima di Empat Negara Muslim Jam Kerja Mesir (1985) Jam kerja pekerja yang digaji (000) N/A Yordania (1986) 29.2 Kuwait (1985) 260.8 Pakistan (1986) 3,150

Jam Kerja Sukarelawan (000) Total Jam Kerja (000) Biaya yang dikeluarkan (M.US $) Jumlah Penerima (000) Jam Kerja pekerja yang Digaji/ dana yang dikeluarkan (M. US$) Jam Kerja Sukarelawan/ dana yang dikeluarkan (M. US$) Jam Kerja pekerja yang Digaji/ Penerima (000) Jam Kerja sukarelawan/ Penerima (000) N/A

600

10.6

2.0

10,000

600

39.8

262.8

13,150

8.96

0.71

9.97

33.97

690.0

N/A

2.1**

931.4

N/A

41

26

92

67

***

***

294

N/A

124

3

1

***

***

14

* Jumlah yang dicairkan dikonversi menjadi US $ dengan menggunakan kurs rata-rata asing dari data Bank Dunia untuk tahun yang relevan. Jumlah dalam mata uang lokal masing-masing 6,272, 0,248, 3,0 dan 548 juta masingmasing dan nilai tukar asing masing-masing 0,7, 0,350, 0,301 dan 16,13 ** Angka ini merupakan jumlah penerima yang menerima bantuan langsung dari Bait al zakat di Kuwait. Tidak termasuk proyek yatim yang melayani 3.028 anak yatim piatu atau kegiatan di luar Kuwait, luar negeri lainnya. * * * Karena jumlah dikumpulkan dan didistribusikan dan jumlah penerima oleh komite sukarela tidak dilaporkan kepada administrasi angka ini tidak dapat dihitung.

Empat baris terakhir dari Tabel VI menunjukkan jumlah jam kerja dibayar dan sukarela digunakan untuk mendistribusikan seribu dolar dana zakat dan untuk menghubungi seribu penerima. Tampaknya jumlah jam kerja yang digunakan dalam operasi zakat lebih tinggi di Pakistan daripada di Kuwait dan Yordania. Jumlah dari kedua pekerja penuh yang dibayar dan sukarela paruh waktu lebih tinggi di Pakistan daripada di tiga negara lainnya. Hal ini juga berlaku untuk pekerja yang digaji dan sukarela yang dihabiskan untuk mencairkan seribu dolar AS. Di sisi lain, jumlah yang dibayar pekerja yang digaji untuk menghubungi seribu penerima zakat jauh lebih tinggi di Kuwait (41 kali) daripada di Pakistan. Hal ini dapat dijelaskan oleh tingginya biaya tenaga kerja sebelumnya dibandingkan dengan yang sesudahnya. Namun, jumlah orangjam sukarela yang digunakan untuk menghubungi satu, seribu penerima di Pakistan lebih tinggi dibandingkan di Mesir (14 kali). Hal ini mungkin disebabkan oleh ketersediaan pekerja sukarela lebih banyak di Pakistan daripada di Mesir.

MASALAH

Judul : Studi Perbandingan Implementasi Undang-Undang Zakat di Indonesia di Bandingkan dengan Negara yang sudah Memiliki UU Zakat

Rumusan Masalah : 1. Bagaimana Penerapan UU Zakat di Indonesia dan Negara Lain yang sudah Menerapakan UU Zakat ? 2. Apakah Ada pengaruh jika UU Zakat diterapkan di Indonesia ? 3. Sejauh manakah Campur Tangan Pemerintah dalam Manajemen Zakat di Negara-Negaar yang menerapkan UU Zakat ? 4. Apakah ada perbedaan antara Kinerja organisasi zakat oleh Negara yang memiliki UU zakat dan Negara yang mengelola zakatnya secara Sukarela ?