manajemen resiko (risk management)

15
1. Resiko Kredit Definisi : Resiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) untuk memenuhi kebutuhannya dalam melakukan pembayaran. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pembiayaan, treasury, atau investasi yang tercatat dalam pembukuan bank. Joel Bessis menyatakan, Manajemen risiko kredit mencakup dua hal, yaitu risiko proses putusan kredit, sebelum putusan dibuat sampai menindaklanjuti komitmen kredit, ditambah risiko pemantauan dan proses laporan. Selanjutnya diperlukan pengukuran dari risiko kredit, antara lain menggunakan : limit systems and credit screening, risk quality and ratings, serta credit enhancement. Sedangkan menurut PBI (Peraturan Bank Indonesia), dinyatakan bahwa proses Manajemen Risiko Bank sekurang-kurangnya mencakup pendekatan pengukuran dan penilaian risiko, struktur limit dan pedoman serta parameter pengelolaan risiko, sistim informasi manajemen dan pelaporannya, serta evaluasi dan kaji ulang manajemen. Bank perlu melakukan manajemen terhadap risiko kredit yang melekat pada seluruh portofolio, yaitu dengan mengidentifikasi, mengukur, memonitor, mengontrol risiko kredit, serta memastikan modal yang tersedia cukup, dan dapat diperoleh kompensasi yang sesuai atas risiko yang timbul. Stanley Fisher, menyatakan pengukuran diperlukan untuk memperbaiki manajemen risiko dan mengurangi vulnerability,

Upload: erdy-deniansyah

Post on 19-Jun-2015

2.666 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: manajemen resiko (risk management)

1. Resiko Kredit

Definisi :

Resiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan

(counterparty) untuk memenuhi kebutuhannya dalam melakukan pembayaran. Risiko

kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pembiayaan,

treasury, atau investasi yang tercatat dalam pembukuan bank.

Joel Bessis menyatakan, Manajemen risiko kredit mencakup dua hal, yaitu

risiko proses putusan kredit, sebelum putusan dibuat sampai menindaklanjuti

komitmen kredit, ditambah risiko pemantauan dan proses laporan. Selanjutnya

diperlukan pengukuran dari risiko kredit, antara lain menggunakan : limit systems and

credit screening, risk quality and ratings, serta credit enhancement. Sedangkan

menurut PBI (Peraturan Bank Indonesia), dinyatakan bahwa proses Manajemen

Risiko Bank sekurang-kurangnya mencakup pendekatan pengukuran dan penilaian

risiko, struktur limit dan pedoman serta parameter pengelolaan risiko, sistim informasi

manajemen dan pelaporannya, serta evaluasi dan kaji ulang manajemen. Bank perlu

melakukan manajemen terhadap risiko kredit yang melekat pada seluruh portofolio,

yaitu dengan mengidentifikasi, mengukur, memonitor, mengontrol risiko kredit, serta

memastikan modal yang tersedia cukup, dan dapat diperoleh kompensasi yang sesuai

atas risiko yang timbul.

Stanley Fisher, menyatakan pengukuran diperlukan untuk memperbaiki

manajemen risiko dan mengurangi vulnerability, yang harus dilakukan sebagai bagian

penting dalam strategi regional jangka panjang. Kehati-hatian dan pengawasan sistim

diperlukan agar dapat bertindak cepat dalam mengantisipasi pertumbuhan pasar yang

cepat.

Pihak penerima resiko kredit :

Resiko pemberi pinjaman atas konsumen

Kebanyakan pemberi pinjaman menggunakan cara penilaian kelayakan kredit

mereka masing-masing guna membuat peringkat risiko konsumen lalu kemudian

mengaplikasikannya terhadap strategi bisnis mereka. Dengan produk-produk

seperti pinjaman pribadi tanpa jaminan atau kredit pemilikan

rumah, kreditur akan mengenakan suku bunga yang tinggi terhadap konsumen

yang berisiko tinggi dan sebaliknya. Pada pinjaman berulang seperti pada kartu

kredit danoverdraft, risiko ini dikontrol dengan cara penetapan batasan kredit

Page 2: manajemen resiko (risk management)

yang seksama. Beberapa produk mensyaratkan adanya jaminan yang biasanya

dalam bentuk properti.

Resiko pemberi pinjaman atas bisnis

Debitur akan menawarkan biaya / keuntungan dari suatu pinjaman

berdasarkan dari risiko dan suku bunga yang dikenakan, namun suku bunga ini

bukan hanya satu-satunya metode kompensasi untuk risiko yang dihadapi.

Perlindungan tambahan dalam bentuk pembatasan sebagaimana diatur dalam

perjanjian kredit memungkinkan dilakukannya pengawasan oleh pemberi

pinjaman (kreditur) atas peminjam (debitur) yaitu misalnya dalam bentuk :

Pembatasan terhadap debitur atas tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi

keuangan debitur misalnya melakukan pembelian kembali saham, melakukan

pembayaran deviden, atau melakukan peminjaman baru.

Kewenangan untuk melakukan pengawasan atas utang dengan cara

mensyaratkan adanya audit dan laporan keuangan bulanan.

Hak kepada kreditur untuk meminta pelunasan seketika atas utang yang

diberikannya apabila terjadi suatu peristiwa khusus ataupun apabila rasio

keuangtan seperti utang / ekuiti menurun.

Saat ini terdapat inovasi untuk melindungi kreditur dan

pemegangobligasi terhadap risiko gagal bayar yaitu dalam bentuk

kredit derivatifyang dikenal dengan istilah credit default swap. Dengan

kontrakkeuangan ini maka perusahaan dimungkinkan untuk membeli suatu

perlindungan (proteksi) terhadap risiko gagal bayar dari pihak ketiga selaku

penjual perlindungan. Penjual perlindungan ini memperoleh imbal jasa secara

periodik sebagai bentuk kompensasi atas risiko yang diambil alih olehnya yaitu

dalam bentuk kesepakatan untuk membeli tagihan tersebut apabila terjadi gagal

bayar.

Resiko yang dihadapi bisnis atau perusahaan

Perusahaan menghadapi "risiko kredit" dalam hal misalnya perusahaan tidak

menerima "pembayaran dimuka" secara tunai untuk produk atau jasa yang

dijualnya. Dengan melakukan penyerahan barang atau jasa di depan dan menagih

pembayaran kelak maka perusahaan menanggung suatu risiko selama tenggang

waktu penyerahan barang atau jasa dengan waktu pembayaran.

Beberapa perusahaan memiliki d3epartemen risiko kredit yang bertugas untuk

menilai kesehatan finansial dari konsumennya guna memutuskan pemberian

Page 3: manajemen resiko (risk management)

kredit lebih lanjut atau tidak. Dalam hal ini dapat juga digunakan jasa pihak

ketiga yaitu peruisahaan yang menyediakan jasa dibidang penilaian kredit dengan

memberikanperingkat kredit seperti misalnya Moody's, Standard & Poor's, Fitch

Ratings dan lainnya yang menyediakan informasi berbayar.

Risiko kredit ini tidak dengan sungguh-sungguh dikelola oleh perusahaan

kecil yang hanya memiliki 1 atau 2 konsumen saja, sehingga perusahaan ini

sangat rentan terhadap masalah gagal bayar atau keterlambatan pembayaran oleh

konsumennya.

Resiko yang dihadapi individu

Konsumen dapat menemui risiko kredit dalam bentuk langsung misalnya

sebagai deposan di bank atau sebagai debitur. Mereka dapat juga menghadapi

risiko kredit sewaktu melakukan transaksi dagang dengan cara penyerahan uang

muka kepada mitra pengimbang misalnya untuk melakukan pembelian rumah

atau penyewaan rumah. Karyawan dari suatu perusahaan juga amat tergantung

pada kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran gaji juga termasuk

yang menghadapi risiko kredit dalam stausnya sebagai karyawan.

Pada beberapa kasus, pemerintah menyadari bahwa kemampuan para individu

ini untuk melakukan evaluasi atas risiko kredit sangat terbatas dan risiko ini dapat

mengurangi efisiensi ekonomi sehingga pemerintah melakukan berbagai

mekanisme dan langkah hukum guna melindungi konsumen terhadap risiko ini.

Deposito bank pada beberapa negara dijamin dengan asuransi (hinga batasan nilai

tertentu) untuk deposito individu / perorangan, yang secara efektif akan

mengurangi risiko kredit mereka terhadap bank dan meningkatkan kepercayaan

mereka menggunakan jasa perbankan.

2. Resiko Pasar

Definisi:

Page 4: manajemen resiko (risk management)

Resiko pasar yakni risiko yang terjadi akibat berubahnya variabel dari

portfolio yang dimiliki oleh bank. Variabel yang berubah biasanya adalah suku bunga

dan nilai tukar mata uang. Risiko pasar dapat bersumber dari kegiatan investasi bank

dalam bentuk surat berharga, pengadaan valas atau penempatan pada lembaga

keuangan lainnya.

Risiko pasar dikelola dalam batas risiko secara menyeluruh dan menggunakan

teknik lindung nilai ( hedging). Seluruh aktivitas perdagangan sehubungan pada

pertukaran mata uang asing, derivatif, pasar uang dan surat-surat berharga dipantau

setiap hari dan dikaji dengan basis mark to market sesuai batas yang ditetapkan oleh

Komite Risiko Pasar dan sejalan dengan peraturan Bank Indonesia.

Risiko Pasar sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor :

9/13/PBI/2007 Tentang Kewajiban Penyediaan modal Minimum Bank Umum Dengan

Memperhitungkan Risiko Pasar yaitu adalah risiko kerugian pada posisi neraca dan

rekening administratif termasuk transaksi derivatif akibat perubahan secara

keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.

Faktor standar resiko pasar:

1. Risiko modal, adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan (investasi pemilik)

secara terbatas yang merupakan selisih aktiva dan kewajiban, bergantung pada

bentuk badan usaha ysng dapat berbentuk Propriethorship (perorangan),

Partnership (CV, Fa) maupun Corporation (perseroan).

2. Risiko suku bunga, Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul karena nilai

relatif aktiva berbunga, seperti pinjaman atau obligasi, akan memburuk karena

peningkatan suku bunga. Secara umum, jika suku bunga meningkat, harga obligasi

berbunga tetap akan turun, demikian juga sebaliknya. Risiko suku bunga umumnya

diukur dengan jangka waktu obligasi, teknik paling tua yang sekarang digunakan

untuk mengelola risiko suku bunga. Pengelolaan harta dan kewajiban adalah suatu

nama yang umum digunakan untuk rangkaian lengkap teknik-teknik yang

digunakan untuk mengelola resiko dalam suatu kerangka kerja manajemen risiko

perusahaan. Atau disebutkan sebagai risiko kerugian akibat perubahan harga

instrumen keuangan dari posisi Trading Book yang disebabkan oleh perubahan

suku bunga.

3. Risiko mata uang, Risiko nilai tukar atau risiko mata uang adalah suatu bentuk

risiko yang muncul karena perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata

uang yang lain. Suatu perusahaan atau pemodal yang memiliki aktiva atau operasi

Page 5: manajemen resiko (risk management)

bisnis lintas negara akan memperoleh risiko ini jika tidak menerapkan lindung nilai

(hedging). Risiko nilai tukar yang terkait dengan instrumen mata uang asing

penting diperhatikan dalam investasi asing. Risiko ini muncul karena perbedaan

kebijakan moneter dan pertumbuhan produktivitas nyata, yang akan

mengakibatkan perbedaan laju inflasi.

4. Risiko komoditas. Adalah risiko kerugian akibat perubahan harga instrumen

keuangan dari posisi Trading Book dan Banking Book yang disebabkan oleh

perubahan harga komoditas.

.

3. Resiko Likuiditas

Definisi:

Risiko Likuiditas, yakni risiko yang dimiliki karena bank gagal melakukan

pembayaran terhadap kewajibannya yang jatuh tempo. Risiko dapat bersumber dari

aktivitas bank dalam bidang perkreditan, penyediaan dana, dan instrumen hutang.

Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat

membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. Meskipun pihak tersebut

memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika aset

tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka pihak tersebut

dikatakan tidak likuid.

Hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya karena

tidak adanya pihak lain di pasar yang berminat membelinya. Hal ini berbeda dengan

penurunan drastis hargaaktiva, karena pada kasus penurunan harga, pasar berpendapat

bahwa aktiva tersebut tak bernilai. Tidak adanya pihak yang berminat menukar

(membeli) aktiva kemungkinan hanya disebabkan karena kesulitan mempertemukan

kedua belah pihak. Karenanya, risiko likuiditas biasanya lebih besar kemungkinan

terjadi pada pasar yang baru tumbuh atau bervolume kecil.

Risiko likuiditas merupakan suatu risiko keuangan karena adanya

ketidakpastian likuiditas. Suatu lembaga dapat berkurang likuiditasnya jika peringkat

kreditnya turun, mengalami pengeluaran kas yang tak terduga, atau peristiwa lain

yang menyebabkan pihak lain menghindari transaksi atau memberikan pinjaman ke

lembaga tersebut. Suatu perusahaan juga dapat terpapar terhadap risiko likuiditas jika

pasar yang diikutinya mengalami penurunan likuiditas.

Page 6: manajemen resiko (risk management)

Pada saat industri perbankan tidak memiliki pertahanan yang kuat dalam

menjalankan usahanya, maka risiko–risiko tersebut dapat menyerang sektor

perbankan. Jika hal ini semakin memperburuk kondisi perbankan, maka kepercayaan

masyarakat terhadap kinerja perbankan akan semakin menurun. Masyarakat (nasabah)

yang menyimpan uang di bank mulai tidak yakin akan kemampuan bank dalam

memenuhi kewajibannya secara penuh, sehingga semakin banyak nasabah yang

menarik uangnya dari bank. Krisis kepercayaan yang diikuti oleh penarikan dana

secara besar–besaran dari bank oleh nasabah ini disebut sebagai bank runs. Berikut

beberapa teori tentang penyebab dan dampak terjadinya bank runs (Bank Indonesia,

2002: 34–46):

a. Teori Penyebab Bank Runs

Moral hazard dan penurunan asset

Dalam teori ini diasumsikan bahwa banyak bank yang memperoleh fasilitas

berupa kemudahan mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang aman

dari pemerintah, sehingga terjadi persaingan dalam menyalurkan kredit. Hal

ini mengakibatkan kinerja dari bank seolah–olah sangat sehat dibandingkan

dengan kondisi yang sebenarnya. Penurunan nilai aset terjadi jika pemerintah

tidak lagi memberikan jaminan pada pinjaman bank, sehingga mengubah

ekspektasi investor karena mereka merasa dananya tidak aman lagi. Bank runs

terjadi pada saat ketidakpercayaan investor atau nasabah diwujudkan dengan

menarik dana mereka dalam jumlah besar.

Disintermediasi dan likuidasi

Diasumsikan bahwa pihak bank adalah pihak yang baik, sehingga penyebab

utama terjadinya krisis dan asset deflation adalah financial panic (bank runs)

yang tidak diikuti oleh kebijakan yang tepat. Pihak bank melakukan investasi

utamanya untuk jangka panjang, sehingga membutuhkan pembiayaan dana

yang bersifat jangka panjang. Keadaan ini menyebabkan bank mudah

terserang panik finansial.

b. Dampak terjadinya Bank Runs

No contagion effect

Page 7: manajemen resiko (risk management)

Berdasarkan teori no contagion effect, bank runs tidak akan merubah volume

deposito dalam pengertian bahwa nasabah yang tidak percaya kepada suatu

bank memindahkan dananya kepada bank lain, sehingga total simpanan dalam

sistem perbankan akan tetap jumlahnya. Sebaliknya, koalisi antar bank

(dimana bank yang mengalami excess liquidity mengalirkan dananya kepada

bank yang kekurangan likuiditas) akan mengurangi efek bank runs lebih

lanjut.

Contagion effect

Ketidakpercayaan pada suatu bank juga akan membawa ketidakpercayaan

kepada sistem perbankan secara keseluruhan, sehingga akan menimbulkan

panics. Contagion effect dari bank runs suatu bank terjadi jika nasabah

menarik dananya dari bank yang gagal dan yang masih baik dalam waktu yang

sama tanpa adanya proses pemindahan deposito. Contagion effect dapat

ditentukan dengan membandingkan uang kartal terhadap simpanan dana pihak

ketiga (DPK) dalam sistem perbankan (rasio C/D).

Sebagai lembaga keuangan yang berperan penting bagi sistem perekonomian di

negara kita, bank dituntut agar mampu mengelola berbagai risiko yang harus dihadapi

oleh lembaga perantar keuangan. Jika tidak, maka risiko ini akan memberikan effect

nya kepada para masyarakat. Tingkat kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat

kepada lembaga keuangan menentukan eksistensi dari lembaga keuangan (bank)

tersebut yang akhirnya berpengaruh kepada kelancaran aliran dana dalam sistem

perekonomian negara kita.

4. Resiko Operasional

Definisi:

Resiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem

internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber terjadinya

risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari

aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem

tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber

daya manusia.

Risiko operasonal oleh Basel II didefinisikan sebagai suatu risiko kerugian

yang disebabkan karena tak berjalannya atau gagalnya proses internal, manusia dan

Page 8: manajemen resiko (risk management)

sistem, serta oleh peristiwa eksternal. Walaupun risiko ini dapat diterapkan pada

semua jenis organisasi bisnis, keterkaitan utamanya adalah pada

bidang perbankan yang regulatornya bertanggung jawab untuk menciptakan

pengamanan sebagai perlindungan terhadap kegagalan sistemik sistem perbankan

dan ekonomi.

Definisi Basel II mencakup pula risiko hukum, tapi mengecualikan risiko

strategi, yaitu risiko kerugian karena buruknya keputusan strategis bisnis. Definisi ini

juga mengecualikan risiko reputasi walaupun disadari bahwa suatu kerugian

operasional yang cukup besar tapi tidak fatal juga dapat mempengaruhi reputasi dan

dapat membawa dampak lanjutan pada keruntuhan bisnis dan kegagalan organisasi.

Risiko bawaan:

Adalah risiko-risiko yang timbul dalam kegiatan operasional.

Cakupannya meliputi:

kompleksitas organisasi

struktur kepengurusan

pengelolaan program kesejahteraan karyawan di luar

kecurangan (fraud)

proses bisnis dan keberlangsungan kegiatan dana pensiun

Manfaat Resiko Operasional:

Mengidentifikasi risiko (risk identification). Dalam tahap ini dilakukan identifikasi

mengenai sumber risiko dan akibatnya serta penetapan langkah-langkah mitigasi

(mitigate) alias mengurangi risiko.

Mengukur risiko (risk measurement). Tahap ini merinci lima kategori risiko: (1)

potensi risiko paling rendah (kemungkinan kurang dari 2 persen), (2) potensi risiko

rendah (2-5 persen), (3) potensi risiko sedang (5-10 persen), (4) potensi risiko

tinggi (10-20 persen), (5) potensi risiko paling tinggi (lebih dari 20 persen).

Ringkasnya, pengukuran risiko ini dilaksanakan secara kuantitatif dan kualitatif.

Menanggapi risiko (risk response). Ada beberapa langkah yang dapat diambil.

Pertama, mengembangkan teknologi. Kedua, menghindari transaksi yang menjadi

sumber risiko. Ketiga, menyusun kebijakan dan prosedur yang lebih ketat dan

rinci. Keempat, membangun kepekaan sumber daya manusia (sdm) terhadap

budaya risiko dan pemahaman tentang manajemen risiko operasional. Kelima,

Page 9: manajemen resiko (risk management)

mengalihkan risiko melalui asuransi dan lindung nilai (hedging). Keenam,

meningkatkan pengawasan melekat oleh manajemen.

Memantau risiko (risk monitoring). Pada tahap terakhir ini, bank mau tidak mau

harus memanfaatkan teknologi informasi (ti). A.t. kearney menyarankan

penggunaan risk management information system (rmis). Rmis ini bermanfaat

memantau dan menganalisis risiko. Mengingat biaya alat pemantau risiko ini relatif

tinggi, maka bank dapat memantau secara manual.

Manajemen risiko operasional sangat penting terutama sejak adanya peraturan

Basel II. Namun, aplikasi manajemen risiko ini masih mengalami hambatan klasik

yaitu masalah pengumpulan data dan awareness yang rendah. Menurut survey yang

dilakukan oleh Risk Water Group dan SAS, kesulitan dalam mengumpulkan data dan

awareness yang rendah diantara karyawan merupakan hambatan utama dalam

manajemen risiko operasional. Regulasi seperti Basel II menekenkan pentingnya

manajemen risiko operasional pada lembaga keuangan. Bank-bank diharapkan untuk

mengumpulkan data yang saat ini tidak mereka miliki. Meeka juga diharapkan dapat

membawa data-data dari berbagai sistem menjadi satu kumpulan untuk analisa.

Karyawan tidak selalu melaporkan kerugian, sehingga hal ini berdampak

terhadap keakuratan data. Oleh karena itu, perlu dilakukan edukasi hingga ke tingkat

dimana mereka menyediakan informasi secara konsisten sehingga meningkatkan

keakuratan data. Organisasi bisa saja mempunyai alat analisa yang tercanggih di

dunia, namun tentu saja percuma jika mereka tidak mempunyai data yang

komprehensif dan asli. Data yang tidak konsisten dan tidak akurat dapat menghasilkan

masalah baru. Misalnya, jika ada pelanggan yang mengajukan loan. Tentunya

creditworthiness harus diukur, data-data mengenai pelanggan tersebut juga harus

lengkap. Jika catatan tidak akurat, misalnya, maka bisa terjadi bad loan atau kredit

macet.

Supaya dapat memenuhi peraturan, organisasi membutuhkan system yang

terukur dan fleksibel. Sistem perlu mengkombinasikan data kuantitatif dan kualitatif

untuk dapat menghubungkan data eksternal dan internal. Tantangan utama yang

dihadapi adalah bagaimana menciptakan system yang baik. Lembaga keuangan

semakin sadar bahwa manajemen risiko operasional yang baik akan menghasilkan

benefit baik bagi bisnis maupun perekonomian. Benefit meliputi pendapatan yang

meningkat dan kinerja yang lebih baik. Peningkatan kinerja berada pada urutan

Page 10: manajemen resiko (risk management)

pertama benefit dari manajemen risiko operasional. Benefit lainnya antara lain adalah

memperkecil kerugian dan melindungi reputasi.