manajemen pembinaan jama’ah calon haji (jch) pada...
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PEMBINAAN JAMA’AH CALON HAJI (JCH) PADA KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN JAYANTI
TAHUN 2014-2015
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
AYATULLAH QORI NIM. 1111053100015
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
MANAJEMEN PEMBINAAN JAMA’AH CALON HAJI (JCH) PADA KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN JAYANTI
TAHUN 2014-2015
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
AYATULLAH QORI NIM. 1111053100015
Di Bawah Bimbingan
Dr. Wahyu Prasetyawan, MA NIP. 19661017 199403 1 003
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
i
ABSTRAK
Ayatullah Qori, NIM: 1111053100015, Manajemen Pembinaan Jamaah Calon Haji (JCH) Pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jayanti Tahun 2014-2015, di bawah bimbingan Dr. Wahyu Prasetyawan, MA.
Manajemen Pembinaan Jamaah Haji Pada KUA Kecamatan Jayanti adalah salah satu tugas dan fungsi KUA dalam melaksanakan pembinaan haji untuk Jamaah Calon Haji (JCH) di wilayah Kecamatan Jayanti. Agar memudahkan para JCH dalam mendapatkan informasi pendaftaran haji dan pelaksanaan manasik haji. dan agar para Jamaah Calon Haji mendapatkan pemahaman tentang haji sehingga menjadi haji yang mabrur.
Pelayanan yang diberikan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji pada Kantor Urusan Agama (KUA) adalah memberika informasi kepada warga di Kecamatan Jayanti mengenai tugas dan KUA Kecamatan Jayanti tidak hanya bertugas di pencatatan pernikahan saja seperti yang selama ini diketahui oleh masyarakat, akan tetapi KUA Kecamatan Jayanti juga dapat membantu memberikan informasi mengenai pendaftaran haji, membantu dalam pelaksanaan pendaftaran haji sampai dengan pelaksanaan manasik haji.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen pembinaan haji pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jayanti dalam memberikan pembinaan haji kepada Jamaah Calon Haji di wilayah Kecamatan Jayanti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif, yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian dengan tujuan agar bisa memperoleh data-data dan informasi yang mendalam tentang manajemen pembinaan jama’ah calon haji di KUA Kecamatan Jayanti.
Melalui penelitian yang dilakukan, dengan ini dapat diketahui bahwa manajemen pembinaan haji pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jayanti menggunakan 4 fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Keempat fungsi manajemen tersebut digunakan dalam melaksanakan pembinaan haji pada KUA Kecamatan Jayanti agar pelaksanaan pembinaan haji dapat berjalan dengan baik dan terarah.
Kata kunci : Manajemen, Pembinaan, Jamaah Calon Haji.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan karunia nikmat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir yang tidak mudah untuk
dikerjakan akan tetapi, berkat pertolongan Allah SWT penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW beserta para sahabatnya dan
keluarganya hingga akhir zaman, karena beliaulah suri tauladan terbaik bagi
ummat Muslim.
Rasa terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu kelancaran penulisan selembar demi selembar hingga menjadi
sebuah skripsi, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena tanpa
dukungan tersebut penulis tida akan mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin memberikan
penghargaan setinggi-tingginya dan mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M. Ed, MA selaku Wakil Dekan I, Dr.
Hj.Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II. Dan Dr. Suhaimi, M.Si
selaku Wakil Dekan III yang telah mendukung penulisan skripsi ini.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Ketua Jurusan dan Drs.
Sugiharto, MA. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah /
Manajemen Haji dan Umrah yang selalu memberikan dukungan dan
arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
iii
3. Dr. Wahyu Prasetyawan, MA. Selaku Dosen Pembimbing penulis yang
terus memberikan arahan kepada penulis.
4. Team penguji sidang munaqosah: Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku
Ketua sidang, Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris sidang, Dr.
Sihabudin Noor, MA dan Noor Bekti Negoro, SE, M.Si, selaku Penguji
yang telah banyak memberikan saran dan kritik sehingga penulisan
skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Ayahanda Zuhri Al-Anshari dan Ibunda Nyai Shafwatun Nisa yang
selalu memberikan dukungan materi dan support yang sangat luar biasa,
dan menjadi motivator penulis karena tidak pernah mengeluh menyerah
dalam mendidik penulis dari sejak lahir sampai hari ini.
6. Untuk Istri tercinta Dede Zahrotun Nufus Bey yang selalu mendukung
kepada penulis dalam mengerjakan skripsi dan selalu menegur penulis
agar segera menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis persembahkan
skripsi ini untukmu sayang, semoga Allah menjadikan keluarga kita
yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
7. Teman-teman satu kosan: Ahmad Mujamiludin,S.Pd.I. Seorang sarjana
yang sudah tidak muda, semoga cepat diberikan jodoh dalam hidupnya.
Uwa Yadi Mulyadi, S,Th.I (Uduy) si ganteng asli dari Baduy Citorek
beliau sudah taubat dari perilaku buruk yang pernah dialami yang selalu
semangat meraih gelar Master di Fakultas Usuliddin. Akhi fillah
Fatahillah, S.Sos mantan team nasyid Daarul Falah yang selalu
semangat mencari kerjaan tetap untuk mengejar target menikah pada
iv
tahun 2016, Firman Daiman ibnu Utel yang sudah sukses bakal calon
PNS dan sering minjam uang. Semoga Allah memberikan kesuksesan
kepada kita semua. Aamiin.
8. Teman-teman konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah angkatan 2011
semoga Allah berikan keberkahan ilmu yang kita dapatkan dan Allah
selalu mengeratkan tali persaudaraan kita. Untuk Adi Habibi Wirautama
yang selalu siap kemanapun bila penulis perlukan, Syamsul, Bendi, Aal,
Ari yang pernah umrah bareng penulis. Semoga umrah kita maqbul dan
mabrur.
Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, bantuan, do'a,
pengorbanan, yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Dan penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
serta bermanfaat bagi KUA dan keluarga besar Manajemen Haji dan Umrah.
Jakarta, September 2015
Ayatullah Qori
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….... vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………….……………….. xi
DAFTAR TABEL …………………………….………………………... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………….. 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah………………………. 6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………………... 7
D. Metodologi Penelitian………………………………………. 8
E. Tinjauan Pustaka……………………………………………. 10
F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 11
BAB II: TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen………………………………………………... 14
B. Pembinaan………………………………………………… 19
C. Haji………………………………………………………... 24
D. Sejarah KUA……………………………………………… 31
BAB III: GAMBARAN UMUM KUA KECAMATAN JAYANTI
A. Profil Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jayanti… 35
B. Tugas Dan Fungsi KUA Kecamatan Jayanti…………….... 36
vi
C. Visi, Misi KUA Kecamatan Jayanti……………………..... 37
D. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Jayanti…………….. 38
E. Jumlah Pegawai KUA Kecamatan Jayanti………………... 39
F. Jumlah Jama’ah Bimbingan Manasik KUA Kecamatan Jayanti Tahun 2014-2015…………………………………. 40
G. Anggaran Operasional………………………………….… 40
H. Sarana dan Prasarana KUA Kecamatan Jayanti………….. 41
BAB 1V: ANALISIS TENTANG MANAJEMEN PEMBINAAN JAMAAH PADA KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN JAYANTI
A. Dasar Pembinaan Jama’ah Haji…………………………… 43
B. Manajemen Pembinaan Haji Pada KUA Kecamatan Jayanti................................................................................... 45
C. Analisis Manajemen………………………………..……... 60
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………….. 66
B. Evaluasi Bimbingan Haji…………….…………………… 67
C. Saran-Saran………………….………………………..…... 68
Daftar Pustaka………………..………………………………….. 70
LAMPIRAN………………………….………………………….. 72
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1, Tujuh Data Jamaah Haji……………………………….. 5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1, Struktur KUA Kecamatan Jayanti………………….. 39
Gambar 4.1, Alur Pendaftaran Haji Reguler Tahun 2015………... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh
setiap orang Islam, baik laki-laki maupun wanita, bila sudah mampu.1
Ibadah haji adalah menziarahi Baitullah untuk menunaikan amalan-amalan
haji tertentu.2 Secara substansial haji merupakan ritual keagamaan kaum
Muslimin yang bersifat personal. Meskipun demikian, sepanjang sejarahnya
pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian Negara. Besarnya perhatian
Negara itu terutama karena haji melibatkan hubungan bilateral dua Negara, yaitu
Indonesia dan Arab Saudi. Disamping itu, banyak komponen yang menuntut
keterlibatan berbagai pihak dalam rangkaian proses ibadah haji. Komponen itu
mulai dari pendaftaran, transportasi, akomodasi, kesehatan, keamanan dan
sebagainya.3
Dasar dan payung hukum pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji
berdasarkan pada RUU No. 34 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan ibadah haji
dan umroh bahwa salah satu jaminan Negara atas kemerdekaan beribadah adalah
memberikan pelayanan bagi warga Negara untuk melaksanakan ibadah haji aman,
1 H.M. Isa Mansur, Upaya Menggapai Haji Mabrur, (Kudus: Menara Kudus, 1997), h.1
2 Nazwar Syamsu, Alqur’an tentang Mekkah dan Ibadah Haji, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 102
3 M. Basyuni, Muhammad, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Press, 2008), h. 45
2
nyaman dan tertib yang dilaksanakan pada waktu tertentu dengan jumlah jamaah
yang besar pada waktu yang bersamaan.
Peraturan Menteri Agama Nomor 14 tahun 2012 juga menjelaskan pola
pembinaan jamaah haji dilakukan dengan bimbingan manasik haji yang dimulai
dari tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota. Pola pembinaan jamaah haji oleh
pemerintah diawali dengan bimbingan manasik haji tingkat Kecamatan dilakukan
oleh KUA Kecamatan dengan jumlah peserta satu kelompok 45 orang dengan
bimbingan sebanyak 10 kali pertemuan, dan tingkat Kabupaten / Kota bimbingan
manasik masal sebanyak 3 kali pertemuan.
Eksistensi RUU yang baru disahkan ini sekalipun sudah banyak perubahan
dari segi pelayanan namun belum menjawab sepenuhnya tuntutan dan harapan
masyarakat karena substansi dan cakupannya belum sepenuhnya dapat
mempresentasikan terselenggaranya ibadah haji secara paripurna (profesional).4
Minat ummat Islam di Kabupaten Tangerang untuk menunaikan ibadah
haji sangat tinggi, khususnya di wilayah Kecamatan Jayanti, meskipun wilayah
Kecamatan Jayanti dikenal sebagai wilayah yang banyak Ulama dan banyak
berdiri Pondok Pesantren baik salafi ataupun Pondok Pesantren Moderen salah
satunya Pondok Pesantren ternama Daar-El Qolam yang berada di Ds. Pasir
Gintung namun pada umumnya bekal ilmu tentang manasik haji masyarakatnya
masih sangat terbatas. Karena Pondok Pesantren tidak berperan melakukan
4Mustofa Kurdi, Problematika Manajemen Pelaksanaan Haji Indonesia dan Solusinya,
2012, diakses dari http://www.iphi.web.id/wp-content/uploads/2012/07/Problematika-Manajemen-Pelaksanaan-Haji..pdf, pada tanggal 29 Juli 2015 pukul 17.00
3
bimbingan manasik haji untuk masyarakat sekitar seperti Kelompok Bimbingan
Ibadah Haji (KBIH) yang diberikan legalitas oleh Kementrian Agama.
Peran KUA dalam pembinaan calon jama’ah haji berdampak, antara lain:
1. Meningkatkan kelancaran dan efektifitas pembinaan calon jama’ah,
khususnya di bidang manasik haji.
2. Mendekatkan dan memudahkan jama’ah mendapat informasi dan
pembinaan manasik kerena berada dalam satu wilayah (Kecamatan).
3. Membantu meringankan sebagian tugas Kandepag di bidang haji.
4. Ikut mensosialisasikan persoalan haji di kalangan masyarakat secara
langsung.
5. Mendapatkan aktivitas dan prestasi KUA.
Kantor Urusan Agama Kecamatan (KUA) juga berperan melakukan
pembinaan jama’ah calon haji. Menurut Ahmad Nijam (2002; 70) yang dikutip
dari website http://bdkpadang.kemenag.go.id/. Bahwa pembinaan dapat diartikan
sebagai rangkaian kegiatan yang mencakup penerangan, penyuluhan dan
bimbingan tentang ibadah haji yang dilakukan sejak jama’ah mendaftarkan diri
sampai kembali selesai menunaikan ibadah haji.5
Sebagai institusi yang menyelenggarakan tugas kepemerintahan di bidang
keagamaan ditingkat Kecamatan yang telah terstruktur, diantara tugasnya adalah
5 H. Basri Rasyidul, Manajemen Pembinaan Haji di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan, 2010, diakses dari http://bdkpadang.kemenag.go.id/, pada tanggal 29 Juli 2015 pukul 17.25
4
memberikan pembinaan jama’ah haji. Seperti yang dikemukakan oleh Iskandar
Idy (2007:1) bahwa pemberian peran Kantor Urusan Agama Kecamatan dalam
penyuluhan dan pembinaan haji merupakan pola strategis sesuai dengan tuntutan
dan dinamika masyarakat sekarang ini.6
Mencermati peran KUA Kecamatan Jayanti dalam membina jama’ah yang
dilaksanakan di KUA Kecamatan Jayanti 2 tahun terakhir yang jama’ahnya
berjumlah 49 orang pada tahun 2014, dan sebanyak 45 orang pada tahun 2015.
Permasalahannya mayoritas calon jama’ah haji di Kecamatan Jayanti tidak
termotivasi untuk mengikuti manasik haji di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan tersebut. Hal ini terbukti, bahwa jama’ah lebih memilih pembelajaran
bimbingan manasik haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dari
pada di Kantor Urusan Agama Kecamatan.
Manasik haji di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan hanyalah
menjadi sebagai formalitas, dan tempat manasik haji kelas dua, bukanlah tempat
manasik yang utama, hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan 7
(tujuh) jama’ah haji asal Kec. Jayanti yang melaksanakan ibadah haji pada tahun
2014 yaitu:
NO Porsi Nama Asal Alasan
1 2800080667 Husniah Jayanti Tidak Tahu
6 H. Basri Rasyidul, Manajemen Pembinaan Haji di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan, 2010, diakses dari http://bdkpadang.kemenag.go.id/, pada tanggal 29 Juli 2015 pukul 17.27
5
2 2800080668 Habib
Maksudi
Jayanti Tidak Tahu
3 2800082060 Dayat Jayanti Tidak ada
sosialisasi
4 2800080663 Iyah Mardiyah Jayanti Ikut perintah
KBIH
5 2800080664 Agus Rahmat Jayanti Tidak ada
sosialisasi
6 2800084891 Sukarna Jayanti Daftar langsung
melalui Depag
Kabupaten
7 2800084892 Haeriyah Jayanti Daftar langsung
melalui Depag
Kabupaten
Tabel 1.1 Tujuh Data Jamaah Haji Tahun 2014
Alasan mereka tidak mengikuti bimbingan manasik haji di Kecamatan
beragam seperti yang dijelaskan dalam tabel di atas.
Selain itu kendala yang penulis dapatkan karena kurangnya sosialisasi dari
KUA Kecamatan Jayanti mengenai peran dan fungsi Kecamatan dalam
memberikan pembinaan kepada masyarakat yang hendak mendaftar haji.
Sehingga yang mereka ketahui KUA hanya berfungsi untuk pelayanan pernikahan
6
saja tidak untuk pelayanan pembinaan jamaah haji. Masyarakat hanya tahu KBIH
Nurul Haq yang berada di Kecamatan Balaraja yang dapat menerima pendaftaran
haji karena tidak adanya KBIH di wilayah Kecamatan Jayanti, akhirnya mereka
mengikuti pembinaan di KBIH Nurul Haq Kecamatan Balaraja mulai dari
pendaftaran sampai dengan pelaksanaan ibadah haji.
Selain itu, fasilitas yang ada di KUA Kecamatan Jayanti untuk pembinaan
jamaah haji belum memadai dan yang lebih ironinya lagi mayoritas SDMnya tidak
tahu persis tentang pelaksanaan ibadah haji karena belum pernah melasanakan
ibadah haji.
Oleh sebab itu, menurut hemat penulis hal ini sangat menarik untuk
dibahas pada sebuah penelitian yang akan dituangkan dalam skripsi, dengan judul:
“Manajemen Pembinaan Jamaah Calon Haji Pada Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Jayanti Tahun 2014-2015”. Untuk mengetahui sejauh mana
pembinaan yang dilakukan oleh KUA Kecamatan Jayanti? dan bagaimana kinerja
KUA dalam memberikan pelayanan kepada calon jama’ah haji?.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat begitu luasnya permasalahan haji yang akan dibahas dan
karena keterbatasan pengetahuan penulis, maka penulis membatasi pada
Manajemen Pembinaan Jamaah Calon Haji Pada Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Jayanti Tahun 2014-2015.
Berdasarkan pembatasan masalah, penulis merumuskan masalah yang
akan dibahas pada skripsi ini adalah:
7
1. Apa saja tahap-tahap Manajemen yang dilakukan KUA Kecamatan Jayanti
pada pembinaan jamaah calon haji di wilayahnya?
2. Apa saja penyebab tidak berjalan maksimal pelaksanaan manasik haji pada
KUA Kecamatan Jayanti?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui manajemen pembinaan jamaah calon haji pada
KUA Kecamatan Jayanti dalam mengoptimalkan perannya dalam
membina jamaah calon haji.
b. Untuk mengetahui penyebab tidak terlaksananya pembinaan yang
maksimal pada KUA Kecamatan Jayanti.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis tentunya untuk mendapatkan gelar sarjana (S1)
jurusan Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
b. Mengetahui kegiatan manajemen pembinaan jamaah yang dilakukan
oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jayanti.
c. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu tambahan keilmuan
bagi mahasiswa tentang manajemen pengelolaan jamaah haji
khususnya di tingkat kecamatan.
d. Untuk meningkatkan kemampuan kepada penulis dalam melakukan
penelitian mengenai manajemen pembinaan yang efektif dan efisien.
D. Metodologi Penelitian
8
Dalam studi ini, penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi, penulis akan
mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan
orang-orang di tempat penelitian dengan tujuan agar bisa memperoleh data-data
dan informasi yang mendalam tentang manajemen pembinaan jama’ah haji di
KUA Kecamatan Jayanti.untuk mendapatkan data-data tersebut, penulis akan
menggunakan cara:
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai
sumber informasi yang dicari7. Sumber data primer yang dimaksud di sini adalah
sumber data yang digali langsung dari obyek penelitian, dalam hal ini adalah
Kepala KUA, Staff Karyawan, calon jamaah dan jamaah haji di wilayah
Kecamatan Jayanti.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang
tertulis yang terdapat dalam buku dan literatur terkait. Dalam hal ini data sekunder
7 Saifuddin. Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
9
diperoleh dari sumber buku, sumber data dari arsip, dokumen pribadi dan
dokumen resmi yang berkait dengan penyelenggaraaan pembinaan jama’ah haji di
KUA Kecamatan.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview (wawancara), pada wawancara ini penulis akan mengadakan
komunikasi langsung dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
Kepala KUA Kecamatan Jayanti baik secara lisan ataupun informasi
lainnya.
b. Dokumentasi, Penulis akan menggunakan metode ini untuk
memperoleh dokumen atau arsip yang ada guna mengetahui data-data
yang ada di KUA Kecamatan Jayanti.
c. Observasi, Dalam hal ini penulis akan menggunakan tehnik observasi
tidak langsung (observation non- participant) yaitu penulis tidak
terlibat langsung dalam manajemen penyelenggaraan bimbingan
manasik haji di KUA Kecamatan Jayanti.
3. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data interview, dokumentasi, dan observasi, langkah
selanjutnya adalah mengklasifikasikan sesuai dengan permasalahan yang diteliti,
kemudian data tersebut disusun dan dianalisis. Untuk menganalisis penerapan
manajemen dalam pembinaan jama’ah haji di KUA Kecamatan Jayanti, maka
penulis akan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu menyajikan dan
menganalisis fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami
10
dan disimpulkan8. Dalam hal ini menganalisis data berdasarkan informasi dari
hasil wawancara, buku-buku yang relevan dan berkaitan erat dengan penelitian.
4. Teknik Penulisan
Untuk Penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku pedoman
penulisan skripsi, tesis dan Desertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press
tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis mencari dan melihat judul skripsi yang terdapat di
Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, ternyata belum ada satupun yang membahas
tentang Manajemen Pembinaan Jama’ah Calon Haji (JCH) Pada Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Jayanti Tahun 2014-2015.
Akan tetapi ada salah satu judul yang penulis temukan yang memiliki
keterkaitan dengan skripsi penulis, yaitu skripsi karya Tirta Wijaya Yang berjudul
Manajemen pembinaan jama'ah haji pada KBIH (kelompok bimbingan ibadah
haji) ulul albaab-Tangerang. Letak perbedaan pembahasannya terdapat pada
pembinaan yang dilakukak pada skripsi tersebut adalah pada KBIH sedangkan
penulis melakukan penelitian pada KUA Kecamatan yang berada di wilayah
Jayanti.
8Saifuddin. Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998). Hal.7
11
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi adalah merupakan hal yang penting karena
mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab
yang saling berkaitan dan berurutan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
membagi pokok bahasan kedalam lima bab. Hal ini dimaksudkan untuk
memperjelas, mempermudah pembaca pada setiap permasalahan yang
dikemukakan. Adapun perincian lima bab tersebut adalah:
BAB I Pendahuluan. Bab ini didalamnya memuat Latar Belakang,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis. Bab ini berisi tentang a) Manajemen,
meliputi: Pengertian Manajemen, Fungsi Manajemen,
Tingkatan Manajemen, dan Proses Manajemen b)
Pembinaan, meliputi: Pengertian Pembinaan, Asas Atau
Dasar Pembinaan, Tujuan Pembinaan. c) Haji, meliputi:
Pengertian Haji, Latar Belakang Ibadah Haji, Adab-adab
Sebelum Menunaikan Ibadah Haji, dan Hikmah Ibadah
Haji.
BAB III Pada bab ini akan membahas tentang: a) Gambaran umum
tentang Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Jayanti yang
meliputi: Sejarah KUA, Profil KUA Kecamatan Jayanti,
Tugas dan Fungsi KUA, Vis-Misi KUA Kecamatan
12
Jayanti, Struktur organisasi KUA Kecamatan Jayanti,
Jumlah Pegawai KUA Kecamatan Jayanti, Anggaran
Operasional Jumlah Jama’ah Haji di Kecamatan Jayanti
Tahun 2014-2015, Sarana dan Prasarana.
BAB IV Analisis tentang Manajemen Pelayanan Jama’ah Calon Haji
Pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jayanti
Memuat tentang a) Dasar Pembinaan Jamaah b)
Manajemen Pembinaan Haji Pada KUA Kecamatan
Jayanti, c) Analisis Manajemen.
BAB V Penutup. Kesimpulan dan saran-saran, bagian akhir memuat
daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Secara bahasa, manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu “to manage”
yang berarti mengatur.9 Demikian pula halnya, dalam mendefinisikan istilah
manajemen secara etimologi mempunyai arti pimpinan, direksi dalam mengurus
dan memerintah, memimpin atau dapat diartikan juga sebagai pengurusan.10
Sedangkan secara terminologi, menurut Miftah Thoha manajemen
merupakan pengelolaan suatu organisasi yang dibatasi dengan tertib. Dengan kata
lain, manajemen harus menjalankan prinsip-prinsip perencanaan, pengaturan,
motivasi, dan pengendalian dalam menjalankan roda organisasi.11
Makna pokok manajemen adalah mencapai tujuan yang dikehendaki
dengan jalan menggunakan orang atau orang-orang lain bekerja guna
mendapatkan hasil yang dicita-citakan atau yang dikehendaki.12
Dalam bahasa Inggris, istilah manajemen diartikan sama dengan managing
di Indonesia, kata management (Inggris) diterjemahkan menjadi pelbagai istilah,
9Melayu SP Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Gunung
Agung, 1986), h. 2 10Abdul Sanie, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), h. 1
11 Miftah Thoha, Kepemimpinan Dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 10
12 Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, 1996), h. 32
14
misalnya; pengurusan, pengelolaan, ketatalaksanaan, kepemimpinan,
pembimbingan, penyelenggaraan, dam penanganan13
Manajemen terdapat dalam setiap kehidupan manusia, baik didalam
masjid, di pabrik, bengkel, sekolah, universitas, bank, kantor, hotel, rumah sakit,
maupun dalam kehidupan rumah tangga. Didalam Ensiklopedia Administrasi
dikatakan “manajemen adalah segenap perbuatan menggerakan sekelompok orang
dan menggerakan fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu”. Dengan kalimat lain, dapat kita sederhanakan menjadi: manajemen
adalah suatu proses/kegiatan/usaha pencapaian tujuan tertentu melelui kerjasama
dengan orang-orang lain.14
Menurut G.R Terry, manajemen adalah “proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan kelompok orang ke arah organisasional
atau maksud yang nyata”.15.
Menurut James A.F. Stoner yang dikutip dari buku karangan Khaerul
Umam yang berjudul Manajemen Perkantoran disebutkan bahwa manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi
untukmencapai tujuanyang telah ditetapkan.16
13 Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid… h. 32 14 Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid… h. 32
15 G.R Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.14
16 Khaerul Umam, Manajemen Perkantoran, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 21-23
15
2. Fungsi Manajemen
Sampai saat ini belum ada konsesnus di antara praktisi dan teoretis
mengenai fungsi-fungsi manajemen, yang sering disebut unsur-unsur manajemen.
Fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut.
a. Planning (Perencanaan)
Secara sederhana perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Stoner, “perencanaan adalah
proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran
tersebut”.
Dalam buku pengantar ilmu manajemen, bahwa perencanaan
mempunyai empat tujuan penting, yaitu:
1) Mengurangi dan mengimbangi ketidak pastian dan perubahan-
perubahan diwaktu yang akan datang.
2) Memusatkan perhatian kepada sasaran.
3) Mendapatkan atau menjamin proses pencapaian tujuan.
4) Memudahkan pengawasan.17
17 AM. Adarman dan Yusuf Udaya, Pengantar lmu Manajemen, (Buku Panduan
Mahasiswa), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), h.47
16
b. Organizing (Organisasi)
Organisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dengan
cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah
sasaran.
Ahmad Fadli HS. Memberikan definisi pengorganisasian yaitu
“keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas,
tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.18
c. Leading
Leading merupakan serangkaian kegiatan yang mencakup:
1) Mengambil keputusan.
2) Mengadakan komunikasi sehingga terjalin pengertian antara manajer dan
bawahan.
3) Memberikan semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan untuk
bertindak.
4) Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya serta
memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar terampil dalam
usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
18Ahmad Fadli HS, Organisasi dan Administrasi, (Jakarta: Manhalun Nasayiin Press,
2002), h. 30
17
d. Directing/Commanding
Dirrecting atau commanding adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan usaha memberikan bimbingan, saran, perintah, atau
intruksi, kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing sehingga
tugas tersebut dilaksanakan dengan baik dan tertuju pada tujuan yang telah
ditetapkan.
e. Motivating
Motivating atau pemotivasian merupakan salah satu fungsi manajemen
berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan agar
melakukan tugasnya secara suka rela sesuai dengan perintah atasan.
f. Coordinating
Coordinating atau pengoordinasian merupakan salah satu fungsi
manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan dalam rangka menghindari
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan cara menghubungkan,
menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapatkerja sama
yang terarah dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
g. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian,
merupakan salah satu fungsi manajemen berupa mengadakan penilaian, dan jika
perlu mengadakan koreksi sehingga pekerjaan bawahan menjadi terarah sesuai
dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan.
18
h. Reporting
Reporting merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal
yang bertalian dengan tugas dan fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
i. Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada suatu organisasi yang mencakup perekrutan tenaga kerja,
pengembangannya sehingga memberikan daya gunamaksimal kepada organisasi.
j. Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan
taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum rencana yang
lebih pasti dapat dilakukan.
3. Tingkatan Manajemen
Ada tiga tingkatan manajemen, yaitu:
a. Manajemen Tingkat Puncak (Top Management). Manajemen tingkat
puncak merupakan tingkatan tertinggi dalam manajemen. Biasanya yang
menduduki manajemen ini adalah direktur utama, presiden direktur, atau
wakil direktur, dan sebagainya. Jika di dalam kelas, maka yang menjadi
manajemen tingkat puncak adalah ketua dan wakil ketua. Tugas
manajemen tingkat puncak adalah membuat rencana jangka panjang,
19
menetapkan tujuan dan misi organisasi, serta strategi yang digunakan.
Manajemen puncak juga harus dapat mengembangkan semua rencana
yang telah dibuat dan mengadakan hubungan dengan pihak luar.
b. Manajemen Tingkat Menengah (Middle Management). Posisi manajemen
tingkat menengah berada di bawah manajemen puncak. Tugas manajemen
menengah adalah mengalihkan rencana, misi, dan tujuan yang dibuat oleh
manajemen puncak ke dalam program yang lebih spesifik. Biasanya yang
termasuk manajemen menengah adalah manajer, kepala devisi, kepala
cabang, dan sebagainya.
c. Manajemen Tingkat Pertama (First Line Management atau Supervisory).
Manajemen tingkat pertama merupakan tingkatan yang paling rendah.
Manajemen tingkat pertama dapat juga disebut supervisor. Tugas dari
manajemen ini adalah membawahi langsung pekerja dan bertanggung
jawab atas tugas mereka. Mereka juga yang selalu memberikan motivasi
pada karyawan dan menetapkan prestasi yang layak diterima karyawan.
Manajemen tingkat pertama terdiri atas supervisi, ketua kelompok, dan
sebagainya.19
4. Proses Manajemen
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia Proses manajemen adalah daur
beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan secara integral, yang
dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses perencanaan, proses
19 Hirakos, Tingkatan dalam Manajemen, di akses dari
https://hyrra.wordpress.com/2011/01/07/tingkatan-dalam-manajemen/, pada tanggal 03 Agustus 2015, pukul 13.00
20
pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses pengendalian, dalam rangka
mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis. Sesungguhnya keempat proses itu
merupakan hasil ikhtisar dari pelbagai pendapat praktisi dan ahli mengenai
manajemen.
a. Perencanaan
Meliputi gagasan bahwa manajemen mengantisipasi berbagai kondisi
seperti peluang dan kendala di masa depan, dan berusaha menetapkan lebih dulu
apa yang harus mereka lakukan dan apa yang akan mereka capai.
Empat langkah pokok perencanaan, yaitu:
1. Tetapkan tujuan
2. Rumuskan keadaan saat ini
3. Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan
4. Kembangkan rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan.
Tipe perencanaan antara lain:
1. Strategis (jangka panjang)
2. Taktis (menengan)
3. Operasional (rendah)
Manfaat perencanaan yaitu:
1. Mengurangi pengaruh ketidak pastian dan perubahan
21
2. Memfokuskan perhatian pada tujuan
3. Mendapatkan operasi yang ekonomis
4. Memudahkan pengendalian
5. Memudahkan koordinasi
6. Memudahkan pemahaman keseluruh gambaran kerja.
b. Pengorganisasian
Ahmad Fadli HS. Memberikan definisi pengorganisasian yaitu “keseluruh
proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan
wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan”.20
Pengorganisasian menghasilkan struktur organisasi dengan unsur:
1. Pembagian kerja
2. Anggota organisasi
3. Lingkungan tempat pelaksanaan kerja
4. Keterkaitan antara anggota.
20 Ahmad Fadli HS, Organisasi dan Administrasi, (Jakarta: Manhalun Nasayiin Press,
2002), h.30
22
c. Penggerakkan
Menurut Ahmad Fadli HS, penggerakan adalah keseluruhan proses
pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mau
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi.21
d. Controlling
Controlling adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh
rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan
diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun
berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dihadapi.22
Kegiatan dalam fungsi pengawasan dan pengendalian, yaitu:
1. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan.
2. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang
mungkin ditemukan.
3. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait
dengan pencapaian tujuan dan target.
21 Ahmad Fadli HS, Organisasi dan Administrasi, h.30 22 Kosasih, Konsep-konsep Dasar Manajemen, FPBS, hal. 13
23
B. Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan secara bahasa adalah berasal dari bahasa Arab “Bina” artinya
bangunan, diberikan awalam me dan menjadi kalimat membina yang dapat
diartikan membangun atau menjadikan lebih baik. Dengan demikian pembinaan
berarti proses, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil memperoleh hasil yang lebih baik.23
Pembinaan merupakan sebuah kegiatan atau keuntungan yang ditawarkan
oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen yang bersifat tidak berwujud
tapi mempunyai pengaruh untuk kesuksesan suatu program. Oleh karena itu, perlu
upaya peningkatan pembinaan kejada jema’ah haji sebagai program yang
memberikan kepuasan bagi pemakai jasa. Hal ini seperti diungkapkan Imam
Syaukani (2009; 12) bahwa dalam memberikan pembinaan pemerintah harus
memperhatikan keinginan masyarakat sebagai pelanggan. Hasil pembinaan dapat
memberikan bantuan moril dan semangat kepada orang yang akan
melakukan suatu pekerjaan yang telah diprogramkan.24
Dalam hal suatu pembinaan menunjukkan adanya suatu kemajuan
peningkatan, atas berbagai kemungkiinan peningkatan, unsur dari pengertian
23 Buku Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h.134
24 H. Rasyidul Basri, Manajemen Pembinaan Jamaah Haji di KUA Kecamatan. diakses
dari http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view= article&id=505: manajemen- pembinaan-haji-di-kantor-urusan-agama-kuakecamatan&catid =41:top-headlines
24
pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan
dan pembinaan menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu istilah pembinaan
hanya diperankan kepada unsur manusia, oleh karena itu pembinaan haruslah
mampu menekan dan dalam hal-hal persoalan manusia. Hal ini sejalan dengan
pendapat Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul “Pembinaan Organisasi”
mendefinisikan, pengertian pembinaan bahwa:
1. Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, atau pernyataan menjadi lebih
baik.
2. Pembinaan merupakan suatu strategi yang unik dari suatu sistem
pambaharuan dan perubahan (change).
3. Pembinaan merupakan suatu pernyataan yang normatif, yakni menjelaskan
bagaimana perubahan dan pembaharuan yang berencana serta
pelaksanaannya.
4. Pembinaan berusaha untuk mencapai efektivitas, efisiensi dalam suatu
perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal berhenti.
(Miftah 1997: 16-17).
Dalam buku Tri Ubaya Sakti yang dikutip oleh Musanef dalam bukunya
yang berjudul Manajemen Kepegawaian di Indonesia disebutkan bahwa, yang
dimaksud dengan pengertian pembinaan adalah:
“Segala suatu tindakan yang berhubungan langsung dengan perencanaan,
penyusunan, pembangunan, pengembangan, pengarahan, penggunaan serta
25
pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna”. (Musanef,
1991:11).
Pembinaan merupakan tugas yang terus menerus di dalam pengambilan
keputusan yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan instruksi-intruksi, dan
bertindak sebagai pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga. Usaha-usaha
pembinaan merupakan persoalan yang normatif yakni menjelaskan mengenai
bagaimana perubahan dan pembaharuan dalam pembinaan.25
Sedangkan pembinaan Jamaah merupakan totalitas kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah yang meliputi perencanaan, pengaturan dan pemberian
bekal terhadap Jama’ah Calon Haji (JCH) sehingga mereka memahami ilmu
perhajian dan mampu mengaplikasikan ilmu tersebut pada saat pelaksanaan haji
sehingga mencapai haji yang mabrur.
2. Asas atau Dasar Pembinaan
Asas atau dasar pembinaan calon jamaah haji adalah berdasarkan UU
Nomor 17/1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, pembinaan terhadap
jamaah haji mutlak dilakukan. Hal ini untuk mewujudkan kemandirian jamaah
haji dalam melaksanakan ibadah haji sejak pendaftaran hingga pelaksanaan ibadah
haji.26
Untuk membina dan membimbing jamaah haji ini, penyelenggara haji
dalam hal ini Departemen Agama harus melibatkan unsur masyarakat tidak cukup
dibina pada KUA saja. Dari sinilah kemudian lahir Kelompok Bimbingan Ibadah
25 diakses dari, http://xerma.blogspot.com/2014/05/pengertian-fungsi-pembinaan-menurut.html
26 Eva Kurniawaty, et.all, Sistem Informasi KBIH Menggunakan JSP, Surabaya.
26
Haji (KBIH). Saat ini terdapat sekitar 1.800 KBIH di seluruh Indonesia, dan dari
jumlah tersebut sekitar 1.300 diantaranya telah terdaftar dan terakreditasi oleh
Departemen Agama untuk memberikan bimbingan manasik kepada para calon
jamaah haji. Ditambah dengan jumlah jamaah haji mengalami peningkatan pada
tiap tahunnya, sementara jumlah petugas yang ada di tiap-tiap KBIH terbatas.27
3. Tujuan Pembinaan Jamaah
Mengamati setiap jamaah haji yang berangkat dari tahun ke tahun
mayoritas adalah masyarakat dari desa terpencil, minim pengetahuan dan
pengalaman, belum pernah bepergian jauh, tidak dapat berbahasa selain bahasa
daerah dan tidak dapat berbahasa asing. Sedangkan pelaksanaan ibadah haji
kenyataannya mengharuskan mereka menghadapi kenyataan yang tidak pernah
terbayangkan oleh mereka.
Melihat kondisi tersebut, maka pembinaan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan berbagai hal yang menimbulkan kekagetan budaya tersebut
sangat diperlukan sejak dini bahkan sebelum calon jamaah haji mendaftarkan
dirinya untuk ibadah haji.28
Pembinaan dilakukan demi keselamatan, kelancaran pelaksanaan ibadah
haji, tentu pada intinyapun untuk mendapatkan kemabruran haji yang
membutuhkan pembekalan ilmu pengetahuan dan gambaran yang akan
dilaksanakan selama ibadah haji.
27 Eva Kurniawaty, et.all, Sistem Informasi KBIH Menggunakan JSP… 28 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Jakarta, 2001, Manajemen Haji: Studi Kasus dan
Telaah Implementasi Knowledge Workers, hal. 71-72
27
Diadakannya pembinaan di masing-masing KUA di Kecamatan tujuannya
agar masyarakat tidak merasa jauh dari tempat tinggalnya untuk mengikuti
program-program pembinaan jamaah haji, sehingga mereka dapat meluangkan
waktunya untuk hadir pada pembinaan yang dilakukan sebanyak 10 kali di tiap-
tiap Kecamatan.
C. Haji
1. Pengertian Haji
Secara etimologi, haji adalah (رة����� maksud atau keinginan untuk (ا��
berkunjung. Atau ا�� وإ����� bermaksud/menuju dan mendatangi suatu
tempat.
Dari kata “haji” ) lahirlah hata mahajjah ا��� /�� ��� � ) yang berarti arah
/ tujuan; kata hujjah ( ���) yang berarti dalil / argumentasi; kata haajah (� (��ج
yang bermakna kebutuhan.
Di dalam Al-Qur’an, kata ��) dan berbagai bentuk turunannya disebut 18
kali.
( ��) Hijju – QS.Al Imran (3): 97
��)( Hajja – QS. Al-Baqarah (2): 158
( Alhajju – QS. Al-Baqarah (2): 197 (ا���
( Alhajja - QS. Al-Baqarah (2): 196-197 (ا���
28
( :Alhajji – QS. Alhajj (22): 27 / QS. At-Taubah (9): 3/ QS. Al-Baqarah (2) (ا���
189,196,197
(� (ا��� Al-Hujjatu – QS. Al-An’am (6): 149
(� ��) Hujjatun – QS. Al-Baqarah (2): 150 / Qs. An-Nisa (4): 165
(� ��) Hujjata – QS. Asy-Syura (42): 15
(�'( ��) Hujjatuna – QS. Al-An’am (6): 83
()*( ��) Hujjatuhum – QS. Asy-Sura (42):16
()*( ��) Hujjatahun – QS. Al-Jatsiyah (45):25
Secara bahasa, haji berarti niat (Al Qashdu) sengaja atau menyengaja
melakukan sesuatu yang penting atau besar.
Sedangkan menurut syari’at haji berarti:
1. Niat menuju Baitul Haram dengan amal-amal khusus.
2. Menyengaja mengunjungi Ka’bah dengan niat untuk beribadah pada
waktu tertentu, syarat-syarat dan dengan cara-cara tertentu.
Tempat-tempat tertentu yang dimaksud adalah selain Ka’bah dan Mas’a
(tempat sa’i), juga Padang Arafah (tempat wukuf), Muzdalifah (tempat mabit), dan
Mina (tempat melontar jamrah).
Dengan kata lain haji adalah pergi dengan tujuan tertentu (yaitu Baitul
Haram dan Arafah) pada waktu tertentu (pada bulan-bulan haji) dan
29
melaksanakan amal/perbuatan tertentu (yaitu wukuf di Arafah, thawaf, sa’i dan
lain-lain) dengan syarat-syarat tertentu pula.
Dalam hadits dari Ibn Abbas yang artinya “Siapa yang memiliki harta,
hendaklah ia berangkat menuju Baitullah.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hajar, Ibnu
Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Thabrani, dan Ibnu Mardawih).
Terkait dengan pelaksanaan umrah, haji dibagi menjadi:
1. Haji Ifrad
Haji Ifrad adalah dengan melaksanakan secara terpisah antara haji dan
umrah, masing-masing dikerjakan tersendiri dalam waktu berbeda, tetapi masih
dalam satu musim haji.pelaksanaan ibadah haji dilakukan terlebih dahulu beru
kemudian selanjutnya melakukan umrah.29
2. Haji Tamattu’
Haji tamattu’, yaitu berihram untuk umrah pada bulan-bulan haji (Syawal,
Dzulqa’dah, dan delapan hari pertama bulan Dzulhijjah). Umrahnya diselesaikan
(tahallul) pada waktu-waktu tersebut. Kemudian berihram untuk haji dari Mekah
29 Gus Arifin, Ensiklopedia Fiqih Haji & Umrah, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2014), h. 228
30
atau sekitarnya pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari tarwiyah) pada tahun umrah
tersebut.30
3. Haji Qiran
Haji Qiran yaitu melaksanakan ibadah haji sekaligus melaksanakan ibadah
umrah. Jamaah yang menunaikan ibadah haji secara qiran diharuskan membayar
dam.31
2. Latar Belakang Ibadah Haji
Orang-orang Arab pada zaman jahiliyah telah mengenal ibadah haji ini
yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan
disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti
thawaf, sa’i, wukuf, dan melontar jamrah. Hanya saja pelaksanaannya benyak
yang tidak sesuai lagi dengan syari’at yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang
dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah
sesuai dengan petunjuk syara’ (syariat), sebagaimana yang diatur dalam Al-Quran
dan Sunnah Rasulullah SAW. Latar Belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada
ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama
Nabi Ibrahim a.s. Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan
oleh umat-umat sebelum Nabi Ibrahim a.s. Ritual sa’i, yakni berlari antara bukit
30 M.Julius St, Panduan Lengkap dan Praktis Haji Tamattu’, (Malang: Banyumedia
Publishing, 2007), h. 17
31 H. M. Isa Mansur, Upaya Menggapai Haji Mabrur, (Kudus: Menara Kudus, 1997), h. 82
31
Shafa dan Marwah (daerah tinggi di sekitar Ka’bah yang sekarang sudah menyatu
dengan Masjidil Haram), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri Nabi
Ibrahim a.s yang bernama Siti Hajar ketika mencari air untuk anaknya, Nabi
Ismail a.s.
3. Adab-Adab Sebelum Menunaikan Ibadah Haji
Ada beberapa adab sebelum menunaikan ibadah haji yang perlu dipatuhi
agar dapat memperoleh haji yang mabrur.
a. Niat yang Ikhlas, Syarat penerimaan segala ibadah adalah niat. Niat
yang ikhlas untuk membersihkan jiwa dari segala sifat, seperti: riya,
ujub, sombong dan lain-lain, serta mengharap keridhoan Allah SWT.
b. Biaya haji berasal dari sumber yang halal, tidak mengandung syubhat
atau harta yang haram. Menurut Imam Syafii, Imam Malik dan Imam
Hanafi mengenai harta haram untuk pergi haji:”sah secara lahir, tetapi
tidak mabrur dan jauh dari penerimaan / ridha Allah SWT”. Imam
Ahmad bin Hanbal “tidak sah hajinya dengan harta haram”.
c. Penuhi hak-hak Allah; Shalat, Zakat, Nadzar, Kaffarat, Fidyah.
d. Bertaubat dengan taubatan nasuha (taubat yang sebenar-benarnya)
Hendaknya bersungguh-sungguh bertaubat dari maksiat dosa dan
segala yang dibenci oleh Allah SWT, baik dengan membiasakan
mengucapkan istighfar, berusaha serta bertekad untuk meninggalkan
32
maksiat/dosa selama-lamanya serta memperbaiki diri dengan beramal
atau berbuat dengan amal shaleh.
e. Selesaikan hak-hak dengan manusia
1) Meminta maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan
2) Membayar hutang-hutang, serta yang terkait dengan mu’amalah
lainnya seperti urusan-urusan yang terkait dengan harta atau
kewajiban lain dengan saudara, tetangga atau rekan kerja.
3) Menyelesaikan urusan-urusan yang masih belum terselesaikan
dengan orang ataupun pihak lain
4) Menulis wasiat menyangkut hak-hak Allah maupun hak-hak
kerabat saudara dan keluarga.
5) Memberi bekal yang cukup untuk keluarga yang ditinggalkan
yang dapat mencukupi kebutuhan sampai dengan kembali dari
menunaikan ibadah haji.
f. Mohon keridhoan dan do’a
Berusaha memohon keridhoan dan do’a dari: orangtua, guru, kerabat /
keluarga, dan sahabat.
g. Mengaji dan mengkaji
1) Banyak membaca Al-Qur’an, berdo’a dan beri’tikaf
33
2) Memahami maksud dan tujuan haji, fiqih haji dan umrah (tata cara
manasik dan lain-lain) serta hukum atau fiqih lainnya seperti
mengenal wudhu, tayamum, shalat dan juga adab dan akhlak selama
pelaksanaan dan selesainya ibadah haji dan umrah, sebagaimana
sabda Rosulullah SAW yang artinya “pelajarilah manasik haji
dariku, karena aku tidak tahu mungkin aku tidak lagi bisa berhaji
setelah tahun ini”.32
4. Hikmah Ibadah Haji
Haji adalah ibadah yang istimewa karena haji adalah ibadah fisik sekaligus
ibadah finansial. Shalat adalah ibadah fisik, puasa juga ibadah fisik, dan zakat
adalah ibadah finansial, maka haji adalah ibadah yang menghimpun fisik dan
finansial sekaligus. Sebab, selain harus mengerahkan jerih payah secara fisik,
orang yang menunaikan ibadah haji juga harus mengorbankan harta bendanya.
Harus melakukan perjalanan yang relative jauh dan lama, sehingga membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Itulah sebabnya kita melihat ibadah haji diwajibkan
Allah SWT hanya bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan itu,
sebagaimana Firman Allah SWT yang artinya:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali
Imran: 97).
32 Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umroh, (Jakarta: Quanta. 2009), h.13-15.
34
Ketika menyinggung tentang rukun Islam kelima, Nabi bersabda yang
artinya:
“Dan berhaji bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke
Baitullah”.
D. Sejarah KUA
Kantor Urusan Agama (KUA) mempunyai sejarah yang cukup panjang di
Indonesia, baik berkenaan dengan kelembagaan maupun peran dan fungsinya.
Keberadaannya dapat dilacak sejak permulaan Islam masuk ke Indonesia,
pertumbuhan dan perkembangan kerajaan / kesultanan Islam, masa kolonialisme,
hingga masa kemerdekaan. Sepanjang itu, KUA mengalami dinamika dalam
transformasi kelembagaan, peran, dan fungsinya. 33
Jauh sebelum bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sudah mempunyai lembaga
kepenghuluan yaitu semenjak berdirinya Kesultanan Mataram. Pada saat itu
Kesultanan Mataram telah mengangkat seseorang yang diberi tugas dan
wewenang khusus di bidang kepenghuluan. Pada masa Pemerintahan Kolonial
Belanda, Lembaga Kepenghuluan sebagai lembaga swasta yang diatur dalam
suatu Ordonansi, yaitu Huwelijk Ordonantie S. 1929 No. 348 jo S. 1931 No. 467,
Vorstenlandsche Huwelijk Ordonantie S. 1933 No. 98 dan Huwelijs Ordonantie
Bueten gewesten S 1932 No. 482. Untuk Daerah Vorstenlanden dan seberang
33 Imam Syaukani, Optimalisasi Peran KUA Melalui Jabatan Fungsional Penghulu, ( Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama 2007, h.23
35
diatur dengan Ordonansi tersendiri. Lembaga tersebut dibawah pengawasan
Bupati dan penghasilan karyawannya diperoleh dari hasil biaya nikah, talak dan
rujuk yang dihimpun dalam kas masjid.34
Kemudian pada masa Pemerintah Pendudukan Jepang, tepatnya pada
tahun 1943 Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia mendirikan Kantor
Shumubu (KUA) di Jakarta. Pada waktu itu yang ditunjuk sebagai Kepala
Shumubu untuk wilayah Jawa dan Madura adalah KH. Hasyim Asy’ari pendiri
Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Sedangkan untuk pelaksanaan tugasnya, KH. Hasyim Asy’ari menyerahkan
kepada putranya K. Wahid Hasyim sampai akhir pendudukan Jepang pada bulan
Agustus 1945.35
Sesudah merdeka, Menteri Agama H. M. Rasjidi mengeluarkan Maklumat
No. 2, tanggal 23 April 1946 yang isi maklumat tersebut mendukung semua
lembaga keagamaan dan ditempatkan kedalam Kementrian Agama.
Departemen Agama adalah departemen perjuangan. Kelahirannya tidak
dapat dipisahkan dengan dinamika perjuangan bangsa. Pada saat bangsa ini
berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan, maka
lahirlah Kementrian Agama. Pembentukan Kementrian Agama tersebut selain
untuk menjalankan tugasnya sebagai penanggungjawab realisasi Pembukaan UUD
1945 dan pelaksanaan pasal 29 UUD 1945, juga sebagai pengukuhan dan
34 Abdul Azim, di akses dari http://kuakecamatankumai.blogspot.com/2012/02/sekilas-
sejarah-berdirinya-kantor.html pada tanggal 12 Agustus 2015, Pukul 12.00 WIB.
35 Abdul Azim, di akses dari http://kuakecamatankumai.blogspot.com/2012/02/sekilas-sejarah-berdirinya-kantor.html pada tanggal 12 Agustus 2015, Pukul 12.00 WIB.
36
peningkatan status Shumubu (Kantor Urusan Agama Tingkat Pusat) pada masa
penjajahan Jepang.
Berdirinya Departemen Agama Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal
3 Januari 1946. yang tertuang dalam Penetapan Pemerintah No. 1/SD Tahun 1946
tentang Pembentukan Kementrian Agama, dengan tujuan Pembangunan Nasional
yang merupakan pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian,
agama dapat menjadi landasan moral dan etika bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dengan pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan
dapat mendukung terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, mandiri,
berkualitas sehat jasmani rohani serta tercukupi kebutuhan material dan
spiritualnya.
Guna mewujudkan maksud tersebut, maka di Daerah dibentuk suatu
Kantor Agama. Untuk di Jawa Timur sejak tahun 1948 hingga 1951, dibentuk
Kantor Agama Provinsi, Kantor Agama Daerah (Tingkat Karesidenan) dan Kantor
Kepenghuluan (Tingkat Kabupaten) yang merupakan perpanjangan tangan dari
Kementrian Agama Pusat bagian B, yaitu : bidang Kepenghuluan, Kemasjidan,
Wakaf dan Pengadilan Agama.
Dalam perkembangan selanjutnya dengan terbitnya Keputusan Menteri
Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor
Urusan Agama Kecamatan, maka Kantor Urusan Agama (KUA) berkedudukan di
wilayah Kecamatan dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Departemen
Agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh Kepala Seksi Urusan Agama
Islam/Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan dipimpin oleh seorang Kepala,
yang tugas pokoknya melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama
37
Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan.
Dengan demikian, eksistensi KUA Kecamatan sebagai institusi pemerintah dapat
diakui keberadaannya, karena memiliki landasan hukum yang kuat dan
merupakan bagian dari struktur pemerintahan di tingkat Kecamatan.36
36 Abdul Azim, di akses dari http://kuakecamatankumai.blogspot.com/2012/02/sekilas-
sejarah-berdirinya-kantor.html pada tanggal 12 Agustus 2015, Pukul 12.00 WIB.
38
BAB III
GAMBARAN UMUM KUA KECAMATAN JAYANTI
A. Profil KUA Kecamatan Jayanti
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jayanti beralamat di Kp.
Bakung Ds. Jayanti Kec. Jayanti Kabupaten Tangerang. Lokasinya sangat
strategis karena berjarak ± 100 Meter dari jalan utama Jl. Raya Serang-Jakarta.
KUA Kecamatan Jayanti berada ± 50 di belakang Kantor Kecamatan Jayanti
lokasinya berhadapan dengan PUSKESMAS Kecamatan Jayanti.
Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disebut KUA Kecamatan adalah
Instansi Kementerian Agama yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di bidang urusan Agama
Islam dalam wilayah Kecamatan dan Kepala Kantor Urusan Agama yang
selanjutnya disebut Kepala KUA Kecamatan adalah Pegawai negeri sipil yang
diangkat oleh Menteri Agama yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Kontor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di bidang urusan Agama
Islam dalam Wilayah Kecamatan ( KMA 477 tahun 2004).
Dari paradigma di atas, maka KUA secara kelembagaan paling tidak
mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai unit pelayanan publik sekaligus sebagai unit
teknis di Bidang Urusan Agama Islam di tingkat kecamatan dan bertanggung
jawab kepada Kepala Kantor Agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh
Kepala Seksi Urusan Agama Islam. Dan sebagai wadah pembinaan keagamaan.
Dengan kata lain, KUA adalah penentu semarak dan tidaknya kehidupan
beragama di wilayah Kecamatan, dan diharapkan dapat mewarnai dan menumbuh
39
kembangkan kehidupan keberagaman baik pada tatanan instansi pemerintah level
Kecamatan maupun masyarakat pada umumnya.37
Gedung KUA dibangun diatas tanah milik pemerintah Desa Jayanti seluas
1040 m2, Kecamatan Jayanti adalah Kecamatan baru, Kecamatan ini hasil
pemekaran dari Kecamatan Balaraja yang terlalu luas, akhirnya pada tahun 2003
dipecah menjadi tiga, yaitu Kecamatan Balaraja, Jayanti dan Cisoka.38 Gedung
KUA mulai dibangun pada tahun 2005, awal difungsikannya sejak tahun 2006
dengan luas bangunan 120 m2.
Dahulu awal terbentuknya kecamatan Jayanti, gedung KUA masih satu
atap dengan Kantor Kecamatan Jayanti, seiring bertambahnya waktu. Gedung
KUA Kecamatan Jayanti dibangun secara terpisah, akan tetapi lokasinya tidak
jauh dari kantor Kecamatan Jayanti. Kemudian pada tahun 2012 KUA Kecamatan
Jayanti mendapat sumbangan bangunan gedung Aula dari Pimpinan Pondok
Pesantren Dar-El Qolam39 yang diberi nama Aula Islamic Center.40
B. Tugas dan Fungsi KUA
Menurut Peraturan Mentri Agama No.39 tahun 2012 pasal 1 ayat (2)
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama, maka KUA Kecamatan
37 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Drs.Oim Abdurohim (Kepala KUA Kecamatan
Jayanti) di kantor KUA Tangal 27 Agustus 2015
38 Hasil wawancara dengan Ayahanda Ust. Zuhri Al-Anshari (Tokoh Masyarakat Ds. Dangdeur) salah satu Desa yang berada di Kecamatan Jayanti tanggal 29 Agustus 2015
39 Salah satu pesantren terbesar di provinsi banten, yang beralamat di Ds. Pasir Gintung Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang
40 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Drs.Oim Abdurohim (Kepala KUA Kecamatan Jayanti) di kantor KUA Tangal 27 Agustus 2015
40
Jayanti selain mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan sebagian tugas kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota dibidang urusan agama Islam, juga
melaksanakan fungsi lain diantaranya :
a. Pelaksanaan pelayanan, pengawasan, pencatatan, dan pelaporan nikah dan
rujuk
b. Penyusunan statistik, dokumentasi dan pengelolaan sistem informasi
manajemen KUA
c. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga KUA
d. Pelayanan bimbingan keluarga sakinah
e. Pelayanan bimbingan kemasjidan
f. Pelayanan bimbingan pembinaan syari’ah, serta
g. Penyelenggaraan fungsi lain di bidang agama Islam yang ditugaskan oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota.
C. Visi, Misi KUA Kecamatan Jayanti
Visi
Terwujudnya pelayanan yang bersih dan masyarakat Jayanti yang taat ber
agama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir batin.
Misi
1) Meningkatkan kualitas bimbingan, pemahaman dan pelayanan
kehidupan beragama
2) Memberikan pelayanan yang prima dalam nikah dan rujuk
3) Meningkatkan pembinaan keluarga sakinah
4) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji
41
5) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan zakat dan wakaf
6) Memberdayakan lembaga keagamaan
7) Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan
8) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
D. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan Jayanti
: GARIS INTRUKSI : GARIS KOORDINASI
ADMINISTRASI TU
HAYATUNNISA
KEPALA
Drs. OIM ABDUROHIM PENYULUH AGAMA ISLAM
SAIFUDIN, S.Pd.I
PENGAWAS PENDAIS
Dra.AI NURHASANAH, M.Ag
Drs. IBROHIM, M.Pd.
ADM KEUANGAN
HJ. UMI LATIFAH, S.Ag
ADMINISTRASI UMUM
NURHASANAH
BP4 KELUARGA SAKINAH
AHMAD HAKIM, S.Ag.
ZAKAT, WAKAF & HAJI
ZAENAL ARIFIN. S.Pd.I.
J.F. PENGHULU
1. Drs. OIN ABDUROHIM
2. AHMAD HAKIM, S.Ag.
42
Gambar 4.1 Foto Struktur Organisasi KUA Kecamatan Jayanti
E. Jumlah Pegawai KUA Kecamatan Jayanti
Jumlah pegawai pada KUA Kecamatan Jayanti sebanyak 9 orang terdiri
dari 1 orang Kepala KUA, 2 orang Pengawas Pendais, 1 orang Penyuluh Agama
Islam, 1 orang staf Administrasi TU, 1 orang staf Administrasi Keuangan, 1 orang
staf Administrasi Umum, 1 orang staf BP4 Keluarga Sakinah, 1 orang staf Zakat,
Wakaf & Haji.41
Dilihat dari pendidikan terakhir Kepala KUA sarjana S1 Fakultas Syari'ah
dan menurut informasi yang penulis dapatkan beliau sedang menyelesaikan S2,
pendidikan terakhir Pengawas Pendais adalah Master, pendidikan terakhir staf
41 Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. Oim Abdurohim (Kepala KUA Kecamatan
Jayanti) Pada Tanggal 20 Agustus 2015 di kantor KUA Kecamatan Jayanti
43
Penyuluh Agama Islam adalah sarjana S1, sementara 3 staf KUA yang lain
berpendidikan S1 dan 2 orang berijazah MA.
F. Jumlah jama’ah bimbingan manasik KUA Kecamatan Jayanti tahun
2014-2015
Jumlah jamaah yang terdaftar mengikuti bimbingan manasik haji pada
KUA Kecamatan Jayanti tahun 2014 adalah sebanyak 94 orang, jamaah tersebut
adalah gabungan dari 3 Kecamatan yaitu 49 berasal dari Kecamatan Jayanti, 34
berasal dari Kecamatan Balaraja dan 11 orang berasal dari Kecamatan
Sukamulya.42
Sedangkan pada tahun 2015 jumlah jamaah resmi terdaftar untuk
mengikuti manasik haji pada KUA Kecamatan Jayanti adalah 72 orang yang
terdiri dari 45 orang berasal dari Jayanti, 18 orang berasal dari Kecamatan
Balaraja, 9 orang berasal dari Kecamatan Sukamulya. 43
G. Anggaran Operasional
Anggaran operasional yang tersedia untuk program manasik haji tahun
2014-2015 sebesar Rp30.000 (tiga puluh ribu rupiah) per-jamaah yang di droping
dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tangerang untuk KUA Kecamatan
Jayanti.44
42 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Drs. Oim Abdurohim (Kepala KUA
Kecamatan Jayanti) Pada Tanggal 20 Agustus 2015 di kantor KUA Kecamatan Jayanti
43 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Drs. Oim Abdurohim (Kepala KUA Kecamatan Jayanti) Pada Tanggal 20 Agustus 2015 di kantor KUA Kecamatan Jayanti
44 Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. Oim Abdurohim (Kepala KUA Kecamatan Jayanti) Pada Tanggal 20 Agustus 2015 di kantor KUA Kecamatan Jayanti
44
Sedangkan dana yang dianggarkan dari pusat untuk pembinaan calon
jamaah haji, yang disediankan bagi Kanwil untuk biaya monitoring belum
diketahui. Sementara untuk Kandepag Kabupaten 5 juta rupiah; dan untuk KUA
Kecamatan Rp2.000.000 (dua juta rupiah).
H. Sarana dan Prasarana KUA Kecamatan Jayanti
Guna menunjang kenyamanan dan kepuasan pelayanan, maka KUA
Kecamatan Jayanti juga menyediakan berbagai ruangan dan disetiap ruangan
dilengkapi dengan berbagai sarana pendukung guna mempercepat akses dan
memberikan pelayanan yang cepat dan memuaskan serta tambahan beberapa
fasilitas lain yang mendukungnya.
Adapun sarana dan prasarana kerja yang dimiliki KUA Kecamatan Jayanti
meliputi:
a. Gedung Kantor : 1 buah
b. Ruang Kepala : 1 buah
c. Ruang Balai Nikah & Pertemuan : 1 buah
d. Ruang administrasi dan pelayanan : 1 buah
e. Ruang Tunggu : 1 buah
f. Ruang BP4, : 1 buah
g. Ruang Arsip : 1 buah
h. Amar mandi/WC : 1 buah
i. Dapur & Gudang : 1 buah
j. Aula Islamic Center : 1 buah
k. Komputer : 3 buah
45
l. Leptop : 2 buah
m. Printer : 1 buah
n. Kursi & meja kerja : 8 buah
o. Seperangkat meja dan kursi tamu : 1 buah
p. Rak arsip besar : 2 buah
q. Rak arsip kecil : 3 buah
r. Papan pengumuman : 3 buah
s. Sound system : 1 buah
46
BAB IV
ANALISIS TENTANG MANAJEMEN PEMBINAAN JAMAAH CALON HAJI (JCH) PADA KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN
JAYANTI
A. Dasar Pembinaan Jama’ah Haji
Dalam Al Qur’an Surat Al Hajj ayat 27 dan 28, Allah SWT Berfirman:
�9 78 6� 2�34 (٢٧) ��-*وا 9��:� ;�وأذن 6? ٱ�'�س Eٱ��� �:�Cك رج�A و7= ?�4 >�
... K ـ �C�M � 6? أ��م Pٱ )Qوا ٱ;=Rو� )*� ST ـ '�
Artinya: "Dan berserulah kepada manausia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan
berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada
hari yang telah ditentukan".45
Firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 196
P 3;ةM�ا ٱ��� وٱC �9 ٱ�*ى وأ3� ;V�)Q( �36 ٱ�; و��� A�Cا رءوW6 X�Y� ?(� )ZQن أ�
��� ... ۥ ٱ�*ى
Artinya: "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah)
korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum
korban sampai di tempat penyembelihannya".46
45 Q.S Al Hajj ( 22: 27-28)
46 Q.S. Al-Baqarah (2:196)
47
Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Ambillah dari aku tatacara ibadah haji kalian (manasik haji), barang kali aku
tiadak berjumpa lagi dengan kalian setelah tahun ini”. (H.R Muslim)
RUU No. 34 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan ibadah haji dan umroh
bahwa salah satu jaminan Negara atas kemerdekaan beribadah adalah memberikan
pelayanan bagi warga Negara untuk melaksanakan ibadah haji aman, nyaman dan
tertib yang dilaksanakan pada waktu tertentu dengan jumlah jamaah yang besar
pada waktu yang bersamaan.
Peraturan Menteri Agama Nomor 14 tahun 2012 juga menjelaskan pola
pembinaan jamaah haji dilakukan dengan bimbingan manasik haji yang dimulai
dari tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Rancangan Undang-Undang No. 34 Tahun 2014 dan PMA
Nomor 14 tahun 2012 serta mengacu pada ketentuan Al Qur’an maupun Al Hadits
tersebut diatas, maka Kementerian Agama dapat mengatur pembinaan manasik
dan perjalanan ibadah haji secara sitematis dan efektif dilaksanakan di tingkat
Kecamatan dan Kabupaten/Kota.
Dengan hal ini maka KUA Kecamatan Jayanti turut diberikan tugas oleh
Kementrian Agama dibawah tugas dan fungsi Departemen Bimbingan Masyarakat
Islam (Bimas Islam) dalam memberikan pembinaan pada calon jamaah haji di
wilayahnya.
KUA Kecamatan Jayanti berperan melakukan pembinaan haji yang
tujuannya agar memudahkan para calon jamaah haji untuk hadir pada pelaksanaan
manasik yang dilakukan di kecamatan, karena lokasi manasik ataupun
permasalahan lainnya jika dilakukan di Kecamatan akan memudahkan kepada
48
calon jamaah, para calon jamaah tidak perlu jauh-jauh datang ke Kantor
Kementrian Agama pusat ataupun di Kabupaten/Kota.
B. Manajemen Pembinaan Haji Pada KUA Kecamatan Jayanti
Pembinaan haji diarahkan kepada kemandirian jamaah, baik kemandirian
dalam ibadah maupun perjalanan haji. Pembinaan ini dilakukan secara massal
pada tahun 2014 pembinaan dilaksanakan 10 kali pertemuan di Kecamatan, 4
pertemuan di Kabupaten Tangerang. Sementara pada tahun 2015 pembinaan
manasik haji dilaksanakan hanya 4 kali di Kecamatan dan 1 kali di Kabupaten
Tangerang. Masyarakat dapat memberikan bimbingan ibadah haji, baik dilakukan
secara perseorangan maupun dengan membentuk kelompok bimbingan haji.47
Manajemen yang dilakukan oleh KUA Kecamatan Jayanti menggunakan 4
proses manajemen yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan adalah fungsi paling mendasar dalam manajemen. Karena
proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap sesuatu yang akan
dikerjakan dimasa yang akan datang ditentukan dalam tahap ini.48
KUA Kecamatan Jayanti dalam perencanaannya dalam memberikan
pembinaan jamaah calon haji menggunakan langkah-langkah kegiatan, seperti:
1) Perkiraan (forecasting)
47 Slamet Riyanto, Intisari Langkah-Langkah Pembenahan Haji, (Jakarta: Ditjen
Penyelenggara Haji dan Umrah, 2010), h.181-182
48 Maringan Marsy Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 38
49
Forecasting merupakan suatu hal yang berhubungan dengan masa depan,
yaitu satu keadaan yang penuh ketidak pastian baik pada kondisi internal maupun
kondisi eksternal, kondisi internal meliputi keadaaan organisasi, tenaga pelaksana,
serta pengadaan fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Contoh dari kondisi internal seperti ketika akan mengadakan pembinaan
jamaah seperti bimbingan manasik haji, apabila dalam kegiatan pembinaan
tersebut seorang narasumber tidak bisa hadir dikarenakan kepentingan lain, maka
Kepala KUA Kecamatan Jayanti sudah mengatisipasi dan menyiapkan
narasumber lain untuk tetap dilaksanakan pembinaan manasik haji.
Sedangkan pada kondisi eksternal, bahwa jamaah calon haji di wilayah
Kecamatan Jayanti adalah dari latar belakang yang berbeda, baik dari kondisi
ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan dan lain-lain. Dengan forecasting ini
diharapkan kondisi-kondisi tersebut dapat diantisipasi.
2) Penentuan dan Penetapan Tujuan (Objectives)
Tujuan diadakannya pembinaan haji pada KUA Kecamatan Jayanti adalah:
(a) Memberikan penjelasan kepada jamaah calon haji dalam proses
pendaftaran haji.
(b) Memfasilitasi masyarakat Kecamatan Jayanti yang akan mendafatar
haji.
(c) Mempermudah jamaah calon haji untuk hadir pada kegiatan manasik
dengan alasan jarak yang lebih dekat dari tempat tinggalnya.
50
(d) Jamaah calon haji dapat memperagakan dan mempraktekan ilmu
manasik dari mulai berniat Ihram di Miqat sampai dengan Tawaf
Wada’.
(e) Jamaah haji dapat memperagakan dan mempraktekan proses
perjalanan Ibadah haji dari Tanah Air sampai dengan meninggalkan
Tanah Haram Makkah dan Madinah.
(f) Jamaah haji dapat mempraktekan salat Arba’in dan berziarah di
tempat- tempat bersejarah.
(g) Jamaah haji memahami fiqih haji dan mencapai haji yang mabrur.
(h) Menjalin tali persaudaraan selama pelaksanaan manasik dan selama
melaksanakan haji maupun setelah kembali dari tanah suci dan
mengadakan amal soleh yang terorganisir.
3) Penentuan Perumusan Sasaran
Penentuan perumusan sasaran menjadi sangat penting dalam pembinaan
haji, sehingga pembinaan jamaah calon haji pada KUA Kecamatan Jayanti akan
berjalan dengan baik apabilia diketahui terlebih dahulu apa yang menjadi sasaran
diadakannya pembinaan tersebut. Yang menjadi sasaran dari perencanaan
pembinaan pada KUA Kecamatan Jayanti adalah seluruh warga kecamatan
Jayanti, dan yang menjadai sasaran pada saat pelaksanaan manasik haji adalah
jamaah calon haji yang berangkat pada tahun tersebut.
51
4) Penetapan Kebijakan (policies)
Penetapan kebijakan ini adalah merupakan kebijakan Kepala KUA dalam
rangka menentukan dan mempertimbangkan segala hal penting demi terciptanya
pembinaan haji yang maksimal. Adapun kebijakan untuk pelaksanaan manasik
haji pada KUA Kecamatan Jayanti adalah mempersiapkan peralatan yang akan
digunakan pada pelaksanaan bimbingan manasik haji dan membuat rancangan
materi bimbingan yang akan dibahas pada pelaksanaan manasik haji di KUA
Kecamatan Jayanti, yaitu:
(a) Persiapan bimbingan haji :
1. Alat bantu bimbingan, antara lain: LCD, laptop, projector, screeb
projector, white board, spidol, sound system, kertas flipchart, poster
proses perjalanan haji, kain ihram, miniatur ka'bah, VCD Manasik
dan Film Haji.
2. Buku paket bimbingan haji, terdiri dari: Tuntunan Manasik dan
Perjalanan Haji, Do’a, Zikir dan Hikmah Ibadah Haji.
3. Fiqih haji dan hasil muzakarah haji.
(b) Materi Bimbingan Haji
1. Manasik haji, dengan sub bahasan sebagai berikut :
a. Syarat, rukun dan wajib haji/umrah.
b. Ihram umrah/haji dan talbiyah.
c. Tatacara dan waktu pelaksanaan tawaf (Thawaf Qudum, Thawaf
Umrah dan Thawaf Ifadah).
52
d. Tatacara dan waktu pelaksanaan wukuf di Arafah.
e. Tatacara dan waktu pelaksanaan mabit di Muzdalifah dan Mina.
f. Tatacara dan waktu melontar jamroh serta nafar.
g. Tahallul Awal dan Tahallul Tsani.
h. Dam, Kifarat dan Fidyah.
i. Tata cara dan waktu pelasksanaan Tawaf Wada’.
j. Permasalahan manasik dan solusi penyelesaiannya.
2. Perjalanan Ibadah Haji, dengan sub bahasan :
a. Mekanisme perjalanan ibadah haji Gelombang I dan II.
b. Shalat Safar, Tayamum dan Shalat dalam pesawat.
c. Salat Arba’in dan Ziarah.
d. Tarwiyah.
e. Akhlakul Karimah dan Adat Istiadat Bangsa Arab.
f. Etika dan prilaku jamaah dalam pemondokan/hotel.
g. Etika dan prilaku jamaah di masjid dan tempat-tempat umum.
h. Mengenal georafi dan Adat Istiadat Bangsa Arab.
3. Bimbingan Kesehatan
a. Kebugaran dan senam kesehatan haji.
b. Kiat menjaga kesehatan selama perjalanan haji.
4. Hak – hak Jemaah Haji, antara lain menerima:
a. Dokumen haji, gelang dan living cost.
53
b. Akomodasi, konsumsi dan transportasi.
c. Pelayanan kesehatan, dan Safari Wukuf.
d. Badal haji bagi yang sakit di ICU dan yang wafat sebelum
Wukuf
e. Bimbingan dari petugas haji
f. Pengamanan dan perlindungan
g. Asuransi bagi yang wafat.
Materi-materi diatas disampaikan pada saat pelaksanaan manasik haji yang
dilaksanakan pada tahun 2015 sebanyak 4 kali pertemuan di KUA Kecamatan
Jayanti dan 1 kali pertemuan diadakan secara masal di Kantor Kementrian Agama
Kabupaten Tangerang yang berlokasi di Masjid Agung di Al-Amjad Komplek
Pemda Kabupaten Tangerang.
b. Pengorganisasian
Setelah perencanaan dibuat maka dibentuk organisasi yang bertanggung
jawab pada pengelolaan pembinaan haji. Pada pelaksanaan bimbingan manasik
haji, Ketua KUA membentuk panitia pelaksanaan bimbingan manasik haji yang
dipilih dari staf KUA Kecamatan Jayanti dan Kecamatan lain yang pelaksanaan
manasiknya bergabung dengan Kecamatan Jayanti, seperti Kecamatan Balaraja
dan Sukamulya.
Kepala KUA Kecamatan Jayanti membentuk 5 panitia pelaksanaan
manasik haji yaitu 3 panitia adalah staf dari KUA Kecamatan Jayanti dan 2 panitia
54
adalah staf haji pada KUA Kecamatan Balaraja dan Kepala KUA Kecamatan
Sukamulya. Seluruh panitia tersebut bertanggung jawab dengan kinerja masing-
masing pada saat pelaksanaan manasik haji.
Narasumber pembinaan manasik haji tahun 2015 pada KUA Kecamatan
Jayanti berjumlah 4 orang, berasal dari latar belakang berbeda yang sesuai dengan
bidangnya masing-masing, narasumber pada materi fiqih haji adalah seorang
Ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Nurul Haq yang berada di
Kecamatan Balaraja. Narasumber materi kesehatan haji adalah orang yang dipilih
oleh staf Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tangerang yang berprofesi
sebagai dokter umum. Narasumber yang menjelaskan perjalanan ibadah haji dan
hak-hak bagi jamaah haji adalah staf Kantor Kementrian Agama Kabupaten
Tangerang.49
Selain itu, ketika pelaksanaan manasik haji kepala KUA melibatkan
keamanan yang bekerjasama dengan kepolisian dan warga setempat yang bertugas
untuk menertibkan kendaraan-kendaraan peserta manasik haji.
c. Penggerakan
Setelah perancanaan dibuat dan pembagian tugas kerja telah ditentukan
maka tahap selanjutnya adalah penggerakan pembinaan. Pembinaan yang
dilakukan oleh KUA Kecamatan Jayanti dimulai dari pendaftaran dan hanya
sampai pelaksanaan manasik haji.
49 Wawancara pribadi dengan Bapak Oim Abdurohim (Kepala KUA Kecamatan Jayanti)
Pada Tanggal 20 Agustus 2015 di kantor KUA Kecamatan Jayanti
55
Agar warga Kecamatan Jayanti mengetahui peran dan fungsi KUA dalam
membina jamaah calon haji, maka diadakan sosialisasi haji yang dilakukan oleh
petugas pembinaan haji KUA Kecamatan Jayanti. Sosialisasi tersebut dilakukan di
masjid-masjid yang terdapat di wilayah Kecamatan Jayanti. Selain itu, sosialisasi
juga dilaksanakan pada hari rabu di aula Kecamatan Jayanti di sela-sela kegiatan
pengajian mingguan yang dilaksanakan oleh KUA Kecamatan Jayanti.
KUA Kecamatan Jayanti memberikan informasi mengenai pendaftaran
haji bagi warga Kecamatan Jayanti diantaranya informasi mengenai pendaftaran
haji, pembatalan haji, dan pelaksanaan manasik haji.
1. Waktu dan Tempat Pendaftaran
Pendaftaran haji dilakukan di Kantor Kementrian Agama Kabupaten
Tangerang setiap hari kerja.
2. Persyaratan Pendaftaran Haji
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP)
c. Memiliki tabungan minimal Rp25.000.000; (dua puluh lima juta
rupiah)
3. Cara Mendaftar
a. Melakukan pemeriksaan ke puskesmas setempat
b. Membuka tabungan pada BPS BPIH dengan saldo minimum
Rp25.000.000;
56
c. Datang ke kantor Kementrian Agama Kabupaten Tangerangdengan
membawa Surat Keterangan Sehat, KTP, Buku Tabungan, Pasfhoto
terbaru ukuran 3x4 sebanyak 20 lembar.
d. Mengisi Surat Permohonan Pergi Haji (SPPH) dan disahkan oleh
petugas kantor Kementrian Agama Kabupaten Tangerang.
e. Membayar setoran awal sebesar Rp25.000.000; (dua puluh lima juta
rupiah) ke rekening Menteri Agama pada Bank Penerima Setoran
BPIH (BPS BPIH), adapun bank yang online dengan siskohat yaitu:
1) Bank BNI Syariah
2) Bank BRISyariah
3) Bank Syariah Mandiri
4) Bank Tabungan Negara Syariah
5) Bank Muamalat Indonesia
6) Bank Aceh
7) Bank Sumatera Utara
8) Bank DKI
9) Bank Jawa Timur
10) Bank NAGARI
11) Bank Riau Kepri
12) Bank Sumsel Babel
13) Bank Jawa Tengah
14) Bank Mega Syariah
15) Bank Permata
16) Bank Panin Syariah
57
17) Bank CIMB Niaga.
f. Menerima bukti setoran awal BPIH yang terdapat nomor porsi
sebagai bukti telah sah terdaftar sebagai jamaah haji.
g. Melaporkan diri ke Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tangerang
paling lambat 7 (tujuh) hari dan menyerahkan bukti setoran awal
warna kuning.
4. Pelunasan BPIH
a. Besaran BPIH ditetapkan oleh Presiden atas usul menteri setelah
mendapat persetujuan DPR yang digunakan untuk keperluan biaya
penyelenggaraan ibadah haji.
b. Prioritas pemberangkatan jamaah haji diberikan kepada calon jamaah
haji yang nomor porsinya masuk dalam alokasi porsi Provinsi dan
telah melunasi BPIH tahun berjalan, belum pernah haji dan berusia 18
tahun keatas dana tau sudah menikah.
c. Waktu dan tempat pelunasan
1) Waktu pelunasan BPIH tahun berjalan dilaksanakan setelah
ketetapan Presiden tentang penyelenggaraan ibadah haji dan
umrah.
2) Tempat pelunasan BPIH dilakukan pada BPS BPIH semula
menyetor.
58
d. Syarat-syarat umtuk melunasi BPIH
Memiliki nomor porsi yang masuk dalam alokasi porsi Provinsi
dengan ketentuan:
1) Belum pernah haji
2) Berusia 18 tahun ke atas dana tau sudah menikah
3) Suami, anak kandung dan orangtua kandung yang pernah haji dan
akan bertindak sebagai mahrom bagi jamaah haji sebagaimana
dimaksud diatas, atau pembimbing ibadah haji yang ditetapkan
oleh kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi dan
diinformasikan ke dalam SISKOHAT sebelum pelunasan dimulai.
e. Cara Melakukan Pelunasan BPIH
1) Datang ke BPS BPIH dengan membawa bukti setoran awal
2) Menambah kekurangan BPIH tahun berjalan sesuai dengan besaran
yang ditetapkan oleh Presiden
3) Menerima bukti setoran pelunasan BPIH
4) Melaporkan diri ke Kantor Kementrian Agama Kab/Kota tempat
mendaftar paling lambat 7 (tujuh) hari dengan membawa dan
menyerahkan bukti setoran pelunasan warna merah dan kuning,
pasfoto terbaru ukuran 3x4 sebanyak 20 lembar dan ukuran 4x6
sebanyak 4 lembar.
5) Calon jamaah haji yang masuk dalam alokasi porsi Provinsi tetap
tidak melunasi BPIH tahun berjalan menjadi waiting list tahun
berikutnya.
59
5. Pembatalan BPIH
a. Calon jamaah haji yang membatalkan pendaftaran hajinya karena
berbagai sebab, BPIH dikembalikan melalui BPS BPIH tempat setor
semula. Untuk setoran awal dan lunas, BPIH dikembalikan penuh
tanpa potongan.
b. Permohonan pengajuan pembatalan BPIH dilakukan melalui Kantor
Kementrian Agama Kabupaten Tangerang. Dengan melampirkan:
1) Bukti setoran BPIH asli lembar pertama dan keempat
2) Surat pernyataan bataldari calon jamaah haji bermaterai Rp6.000;
3) Surat kuasa bermaterai Rp6.000; dari calon jamaah haji yang
bersangkutan dan diketahui Kepala Desa setempat, apabila
pengambilan dikuasakan kepada orang lain.
4) Fotocopy surat kematian dan surat keterangan ahli waris bagi yang
batal karena meninggal dunia.
Penyelesaian proses pembatalan selanjutnya dilaksanakan secara
berjenjang mulai dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten, Kanwil Kantor
Kementrian Agama Provinsi, Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah, dan Bank
Penerima Setoran BPIH.
60
Gambar. 4.1 Alur Pendaftaran Haji Reguler Tahun 2015
Sumber: Buku Panduan Informasi Administrasi Ibadah Haji Dan Umrah 2015
KUA Kecamatan Jayanti mengarahkan jamaah calon haji dalam
melakukan pendaftaran haji, rata-rata jamaah calon haji asal Kecamatan Jayanti
memanfaatkan fungsi KUA sebagai pusat informasi pendaftaran haji di wilayah
Kecamatan Jayanti, sehingga calon jamaah haji tersebut tidak terlibat dalam
pendaftaran sampai ke Kabupaten Tangerang, berkas-berkas pendaftaran haji
diserahkan kepada KUA Kecamatan Jayanti, selanjutnya pihak KUA Kecamatan
Jayanti yang menyerahkan berkas-berkas pendaftaran haji ke Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Tangerang.
Setelah jamaah calon haji terdaftar, maka akan keluar nomor porsi yang
menjelaskan pada tahun berapa jamaah calon haji tersebut berangkat. Setelah itu
diadakan bimbingan manasik haji yang dilaksanakan di KUA Kecamatan Jayanti.
61
Untuk menggerakkan rencana-rencana yang akan dilaksanakan, pimpinan
harus memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang lain. Dalam hal ini
Kepala KUA Kecamatan Jayanti sebagai Ketua pelaksanaan bimbingan manasik
haji yang dilaksanakan di Kecamatan Jayanti, melibatkan orang lain diluar staff
KUA untuk memimpin pelaksanaan manasik haji.
Pembimbing manasik atau narasumber yang menjelaskan materi fiqih haji
adalah pimpinan KBIH Nurul Haq Kecamatan Balaraja. Memberikan bimbingan
kepada jamaah calon haji mengenai fiqih haji serta pengalaman perjalanan ibadah
haji agar jamaah calon haji mengetahui ilmu perhajian dan mendapatkan
gambaran mengenai pelaksanaan ibadah haji sehingga menjadi haji yang mabrur.
Pembimbing kesehatan adalah seorang dokter yang ditugaskan oleh
Kementrian Agama Kabupaten Tangerang untuk memberikan pengetahuan
tentang cara beradaptasi dengan suhu di Arab Saudi yang berbeda dengan suhu di
Indonesia serta memberikan tips-tips menjaga kesehatan jamaah calon haji agar
dapat melaksanakan ibadah haji dengan sempurna.
Pembimbing / Narasumber perjalanan ibadah haji dan hak-hak jamaah
calon haji adalah seorang petugas dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten
Tangerang yang bertugas untuk menjelaskan karakter masyarakat Arab Saudi dan
negara-negara lain yang berbeda dengan Indonesia, serta memberikan penjelasan
mengenai hak-hak yang didapatkan oleh jamaah haji.
Pelaksanaan bimbingan manasik haji dilaksanakan di KUA Kecamatan
Jayanti pada hari senin s/d kamis, tanggal 27-30 April 2015.
Jumlah minimum diadakannya pelaksanaan bimbingan manasik haji pada
KUA Kecamatan adalah 45 orang, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Agama
62
(PMA) Nomor 14 tahun 2012 menjelaskan bahwa “Pola pembinaan jamaah haji
oleh pemerintah diawali dengan bimbingan manasik haji tingkat Kecamatan
dilakukan oleh KUA Kecamatan dengan jumlah peserta satu kelompok 45 orang
dengan bimbingan sebanyak 10 kali pertemuan, dan tingkat Kabupaten / Kota
bimbingan manasik masal sebanyak 3 kali pertemuan.”
Pelaksanaan manasik haji pada KUA Kecamatan Jayanti tahun 2014
dengan jumlah peserta 92 orang, pelaksanaan manasik tersebut adalah gabungan
dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Balaraja dengan jumlah jamaah 25 orang,
Kecamatan Sukamulya 18 orang dan Kecamatan Jayanti 49 orang. Pada tahun
2015 pelaksanaan manasik haji pada KUA Kecamatan Jayanti juga dilaksanakan
secara gabungan dari 3 Kecamatan dengan jumlah total jamaah 75 orang. Dari
Kecamatan Jayanti sebanyak 45 orang, Kecamatan Balarja 23 orang dan
Kecamatan Sukamulya 7 orang.
d. Pengawasan
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk
mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di
mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Pengawasan dapat dilakukan dengan du acara, yaitu pengawasan langsung
dan pengawasan tidak langsung.
1. Pengawasan langsung yaitu pimpinan mengawasi secara langsung
pada saat pelaksanaan pembinaan.
63
2. Pengawasan tidak langsung yaitu pimpinan mengawasi pelaksanaan
pembinaan dengan melalui laporan-laporan yang diterima.
Pada pelaksanaan pemberkasan data pendaftaran jamaah calon haji.
Kepala KUA Kecamatan Jayanti menggunakan pengawasan tidak langsung
dengan melihat laporan-laporan dari staf haji pada KUA tersebut.
Sedangkan pada pelaksanaan bimbingan manasik haji, pengawasan yang
dilakukan oleh KUA Kecamatan Jayanti dilakukan secara langsung. Kepala KUA
bertindak sebagai Ketua pelaksanaan bimbingan manasik haji dan meninjau
langsung kegiatan pelaksanaan bimbingan manasik haji di KUA Kecamatan
Jayanti. Dengan pengawasan ini diharapkan dapat diketahui kekurangan yang
terjadi pada pelaksanaan manasik haji di KUA Kecamatan Jayanti, sehingga
menjadi pelajaran dan koreksi untuk pelaksanaan manasik haji pada tahun
berikutnya.50
C. Analisis Manajemen
Setelah melakukan penelitian dengan mengumpulkan data-data melalui
wawancara, arsip-arsip, laporan kegiatan, dan data-data baik data primer maupun
data sekunder, akhirnya menulis melakukan analisis mengenai kegiatan
manajemen dan program-program pembinaan haji yang telah dilakukan oleh KUA
Kecamatan Jayanti.
Kegiatan manajemen yang dilakukan oleh KUA Kecamatan Jayanti
merupakan aplikasi atau penerapan dari fungsi manajemen yang terdiri dari
50 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Drs.Oim Abdurohim (Kepala KUA Kecamatan Jayanti) Pada Tanggal 20 Agustus 2015 di kantor KUA Kecamatan Jayanti
64
Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating
(Penggerakkan), dan Controlling (pengawasan). Menurut peneliti secara umum
pelaksanaan manajemen pembinaan haji pada KUA Kecamatan Jayanti dapat
dikatakan baik hanya saja masih ada beberapa kekurangan yang menjadi perhatian
peneliti yang menjadi penghambat pembinaan haji pada KUA Kecamatan Jayanti.
Pada tahap perencanaan, Kepala KUA menggunakan 4 langkah
perencanaan yaitu Perkiraan (forecasting), Penentuan dan Penetapan Tujuan
(Objectives), Penentuan Perumusan Sasaran, dan Penetapan Kebijakan (policies).
Pada tahap forecasting, dari faktor internal Kepala KUA sudah
mengantisipasi dengan menyiapkan narasumber cadangan apabila narasumber inti
pada pelaksanaan bimbingan manasik dalam hal ini Ketua KBIH Kecamatan
Balaraja tidak dapat hadir maka penggantinya adalah Pimpinan Pondok Pesantren
Daarul Ahsan yaitu KH. Maman Lukman Hakim, MA. Namun Kepala KUA
Kecamatan Jayanti tidak mengantisipasi jumlah jamaah yang akan hadir sehingga
pada tahun 2014 dan 2015 terjadi miss komunikasi antara panitia pelaksana
bimbingan mansik di KUA Kecamatan Jayanti dengan KBIH. Peserta yang hadir
pada pelaksanaan manasik seharusnya hanya pesrta yang berada di wilayah tiga
Kecamatan yaitu Kecamatan Jayanti, Kecamatan Balaraja dan Kecamatan
Sukamulya, namun Ketua KBIH yang menjadi narasumber pada bimbingan
manasik tersebut membawa jamaahnya untuk mengikuti program manasik pada
KUA. Sehingga perhitungan jumlah peserta manasik pada tahun 2015 yang
seharusnya 75 orang menjadi 90 orang.
Pada tahap Penentuan dan Penetapan Tujuan (Objectives), Penentuan
Perumusan Sasaran, dan Penetapan Kebijakan (policies). Menurut peneliti,
65
petugas pembinaan haji pada KUA Kecamatan Jayanti betul-betul memikirkan
dan membahas secara detail tentang kebutuhan para jamaah calon haji, sehingga
seluruh hal terkait pelaksanaan ibadah haji dapat disampaikan pada pelaksanaan
bimbingan manasik haji sehingga sasaran diadakannya pembinaan haji pada KUA
Kecamatan Jayanti dapat berjalan dengan baik.
Pada tahap Organizing (pengorganisasian), menurut peneliti dalam
melakukan pengorganisasian KUA Kecamatan Jayanti tidak secara ketat
menyeleksi staff yang bertanggung jawab pada bidang haji, staff pada bidang haji
di KUA Kecamatan Jayanti adalah seorang Sarjana Pendidikan dan tidak memiliki
pengalaman pada bidang haji, sehingga menurut peneliti, hal ini akan menjadi
kendala terhadap pelaksanaan pembinaan haji yang dikelola oleh orang yang tidak
berpengalaman pada bidangnya. Namun, pada saat pelaksanaan bimbingan
manasik haji, Kepala KUA melibatkan orang-orang yang berpengalaman pada
bidang haji sekalipun panitia manasik tersebut belum pernah melaksanakan ibadah
haji setidaknya para panitia berpengalaman dalam pembinaan manasik haji.
Pada tahap Actuating (penggerakkan), menurut peneliti Kepala KUA
Kecamatan Jayanti memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan haji
pada KUA Kecamatan Jayanti agar pelaksanaan pembinaan haji dapat terlaksana
dengan professional tanpa melibatkan orang lain diluar staff KUA.
Namun demikian peneliti melihat Kepala KUA Kecamatan Jayanti sudah
bekerja dengan maksimal dalam menggerakkan staffnya untuk bekerja secara
maksimal, professional dan amanah dalam membina jamaah calon haji.
Pada tahap Controlling (Pengawasan) Kepala KUA bekerja sama dengan
stafnya dalam melaksanakan pengawasan terkait pelaksanaan pembinaan haji
66
pada KUA Kecamatan Jayanti, karena tidak mungkin Kepala KUA mengerjakan
pengawasan sendiri tanpa dibantu oleh stafnya. Menurut yang peneliti lihat,
Kepala KUA Kecamatan Jayanti menggunakan dua metode pengawasan yaitu
pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung, Kepala KUA Kecamatan
Jayanti mengadakan pengawasan langsung pada saat pelaksanaan manasik haji di
KUA Kecamatan Jayanti karena selain menjabat sebagai Kepala KUA Kecamatan
Jayanti dia juga sebagai ketua pelaksana bimbingan manasik haji. Pada
pengelolaan berkas pendaftaran jamaah calon haji, Kepala KUA menggunakan
pengawasan tidak langsung. Kepala KUA Kecamatan Jayanti hanya mengawasi
dengan cara melihat data-data dan laporan-laporan dari staf mengenai jamaah
yang mendaftar haji.
Peneliti pun melakukan analisis terhadap program-program pembinaan
jamaah calon haji yang dilakukan oleh KUA Kecamatan Jayanti. Dimulai dari
pelayanan pendaftaran haji, KUA Kecamatan Jayanti menerapkan program
pembinaan haji dengan standar pembinaan yang telah ditentukan oleh Kementrian
Agama Pusat. Dengan difungsikannya KUA Kecamatan Jayanti sebagai pusat
informasi pendaftaran haji akhirnya warga Kecamatan Jayanti merasa lebih
mudah untuk mendaftar haji dengan alasan lebih dekat dari tempat tinggal warga.
Pada pelaksanaan bimbingan manasik haji, Kepala KUA Kecamatan
Jayanti menghadirkan narasumber yang berpengalaman pada pelaksanaan
manasik haji, baik narasumber dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten
Tangerang dan Ketua KBIH Nurul Haq Kecamatan Balaraja sehingga jamaah
calon haji mendapatkan pengetahuan mengenai perhajian dengan jelas.
67
Namun peneliti sangat menyayangkan karena anggaran dana dari
pemerintah pusat sangat kecil hanya Rp30.000/jamaah untuk dilaksanakan 4 kali
bimbingan manasik di KUA Kecamatan Jayanti, sehingga pelaksanaan manasik
haji terkesan biasa-biasa saja dan tidak berjalan dengan maksimal.
Namun demikian menurut peneliti, secara keseluruhan pelaksanaan
pembinaan haji pada KUA Kecamatan Jayanti dapat dikatakan baik hanya saja
belum dapat dikatakan professional, karena masih banyak hal-hal yang belum
terpenuhi untuk menjadikan pembinaan haji di KUA Kecamatan Jayanti berjalan
maksimal. Seperti yang peneliti temukan beberapa kekurangan yang ada pada
KUA Kecamatan Jayanti dalam membina jamaah calon haji baik dari faktor
internal maupun eksternal, yaitu:
1. Keterlambatan droping dana dari Kementerian Agama
Pusat, menyebabkan pelaksanaan bimbingan manasik haji terkesan
dipadatkan dan tergesa-gesa.
2. Kecilnya biaya untuk manasik, yaitu Rp30.000 (tiga puluh ribu rupiah)
dari satu orang jamaah untuk dilaksanakannya manasik di KUA.
3. Keterlambatan menerima buku bimbingan manasik haji yang
diterbitkan dari Kementerian Agama.
4. Keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh KUA Kecamatan
Jayanti menjadi salah satu kendala dalam melaksanakan bimbingan
jama’ah haji.
5. Keterbatasan pengalaman dan ilmu perhajian para staf KUA di
Kecamatan Jayanti, sehingga harus mencari orang yang berpengalaman
di bidang haji diluar dari staf KUA.
68
6. Keadaan lahan parkir yang kurang luas sehingga para calon jamaah haji
yang membawa kendaraan mobil terpaksa parkir di luar pagar bahkan
sampai ke pinggir jalan utama Jl. Raya Serang.
Demikian analisis yang peneliti dapatkan dalam Manajemen Pembinaan
Jamaah Calon Haji Pada KUA Kecamatan Jayanti Tahun 2014-2015.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan judul
"Manajemen Pembinaan Haji Pada KUA Kecamatan Jayanti Tahun 2014-2015"
dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen pembinaan jamaah merupakan proses mengkoordinasi,
mengarahkan dan mengembangkan kemampuan secara bersama-sama
dalam kegiatan ibadah haji sehingga tercapainya haji yang mabrur.
KUA Kecamatan Jayanti melakukan pembinaan terhadap jamaah calon
haji di wilayah Kecamatan Jayanti. Pembinaan pada KUA Kecamatan
Jayanti dilakukan sejak pendaftaran sampai dengan pelaksanaan manasik
haji.
KUA Kecamatan Jayanti menggunakan 4 fungsi manajemen dalam
melakukan pembinaan pada jamaah calon haji, yang terdiri dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controlling).
KUA Kecamatan Jayanti memberikan berbagai fasilitas bagi warganya
dalam pelaksanaan ibadah haji dari proses pendaftaran sampai dengan
proses bimbingan manasik ketika akan berangkat. Selain itu rencana yang
akan diadakan oleh KUA Kecamatan Jayanti kedepannya adalah
mengadakan pembinaan pasca haji yang akan bekerjasama dengan Ikatan
70
Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) yang berada di wilayah Kabupaten
Tangerang yang bertujuan untuk menjaga nilai-nilai kemabruran haji para
hujaj yang berada di wilayah Kecamatan Jayanti, dan memperkenalkan
kepada masyarakat akan eksistensi KUA yang tidak hanya bertugas pada
pencatatan pernikahan yang selama ini diketahui oleh masyarakat.
2. Penyebab terjadinya pembinaan yang tidak maksimal adalah karena
anggaran dana yang minim dari Kementrian Agama Pusat. Anggaran yang
di droping hanya sebesar Rp30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) untuk 4 kali
pelaksanaan manasik haji. Selain itu, tidak adanya staf yang berkompeten
dan berwawasan luas pada bidang haji menjadikan pelaksanaan pembinaan
pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Jayanti tidak berjalan secara
maksimal.
B. Evaluasi Bimbingan Haji
a. Evaluasi terhadap peserta calon Jemaah haji, masih banyak calon
jamaah haji yang belum peduli dengan pentingnya manasik haji,
sehingga ketika menjalankan haji di tanah suci mereka masih merasa
bingung dan akhirnya menyalahkan petugas haji ketika terjadi
kekurangan dari pelayanan.
b. Evaluasi terhadap penyelenggara, untuk mengetahui berjalananya
sistem, mekanisme dan pola bimbingan haji di Kecamatan (KUA) dan
Kabupaten.
71
C. Saran-Saran
a. KUA hendaknya tidak bosan-bosan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai tugas dan fungsi KUA yang dikenal masyarakat
hanya sebagai pencatatan pernikahan saja.
b. Kementrian Agama pusat sebaiknya memberikan droping dana untuk
pelaksanaan manasik, pengiriman buku panduan haji dan umrah
kepada KUA dengan cepat, sehingga acara bimbingan manasik pada
KUA dapat berjalan dengan lancar dan tidak terkesan dipadatkan.
c. Semakin disingkatnya pelaksanaan manasik haji yaitu 4 kali pertemuan
di KUA dan 1 kali di Kantor Kemenag Kabupaten akan dirasa kurang
bagi calon jamaah haji, karena mayoritas calon jamaah haji regular
adalah orang-orang yang baru melaksanakan haji satu kali.
d. Sebaiknya Kepala KUA Kecamatan Jayanti merekrut staf pada bagian
haji yang sudah berpengalaman, agar tidak merekrut orang lain dalam
pelaksanaan manasik haji, dengan demikian KUA akan dinilai lebih
oleh masyarakat karena mempunyai SDM yang menguasai pada
bidangnya.
e. KBIH Nuruh Haq sebaiknya tidak membawa calon jamaah haji diluar
Kecamatan Jayanti, Balaraja dan Sukamulya untuk mengikuti manasik
haji, karena dana dan konsumsi yang disiapkan sangat terbatas dan
hanya untuk peserta terdaftar.
f. Kementrian Agama pusat sebaiknya memberikan droping dana lebih
dari Rp30.000/jamaah untuk pelaksanaan manasik di KUA, Karena
72
biaya tersebut masih sangat minim untuk 4 kali pertemuan manasik
pada KUA.
g. Diadakannya pengajian alumni haji, sebaiknya KUA segera
bekerjasama dengan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) dalam
pelaksanaan pembinaan pasca haji, sehingga mendapatkan ilmu dari
IPHI mengenai pembinaan pasca haji.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adarman AM, dan Yusuf Udaya. Pengantar lmu Manajemen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1994.
Arifin, Gus. Ensiklopedia Fiqih Haji & Umrah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.
__________. Peta Perjalanan Haji dan Umroh. Jakarta: Quanta. 2009
Basyuni, Muhammad. Reformasi Manajemen Haji. Jakarta: FDK Press, 2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
E. Ayub, Muhammad. Manajemen Masjid. Jakarta: Gema Insani. 1996.
Fadli, Ahmad. Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Manhalun Nasayiin Press. 2002.
Hasibuan, Melayu SP. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986.
Julius, M. Panduan Lengkap dan Praktis Haji Tamattu. (Malang: Banyumedia Publishing, 2007.
Kurniawaty, Eva, et.all. Sistem Informasi KBIH Menggunakan JSP, Surabaya.
Mansur, Isa. Upaya Menggapai Haji Mabrur, Kudus: Menara Kudus, 1997.
Marsy, Maringan. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004.
Nidjam, Achmad dan Alatief Hanan. Manajemen Haji, Studi Kasus dan Telaah Implementasi Knowledge Workers, Jakarta: Zikrul Hakim, 2001.
Riyanto, Slamet. Intisari Langkah-Langkah Pembenahan Haji. Jakarta: Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah. Kementrian Agama. 2010.
R. Terry, George dan Leslie W. Rue. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 1999.
Sanie, Abdul. Manajemen Organisasi. Jakarta: Bina Aksara, 1992.
Syamsu, Nazwar. Alqur’an tentang Mekkah dan Ibadah Haji. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.
Syaukani, Imam. Optimalisasi Peran KUA Melalui Jabatan Fungsional Penghulu. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama. 2007.
74
Thoha, Miftah. Kepemimpinan Dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku.
1993.
Umam, Khaerul. Manajemen Perkantoran. Bandung: Pustaka Setia. 2014.
Wawancara
Abdurohim, Oim. Wawancara. Jayanti, 27 Agustus 2015.
Al-Anshari, Zuhri. Wawancara. Tangerang, 29 Agustus 2015.