manajemen pantoloan

Upload: maharani-ariez-girlz

Post on 07-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

manajemen

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Kesepakatan global atau yang dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator menegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Untuk Indonesia, indikator yang digunakan adalah persentase anak berusia di bawah 5 tahun (balita) yang mengalami gizi buruk (SevereUnderweight) dan persentase anak - anak berusia 5 tahun (balita) yang mengalami gizi kurang (Moderate Underweight)..1Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Status gizi merupakan gambaran tentang apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama. Gizi kurang pada balita tidak hanya menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktifitas dimasa dewasa. 2Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Anakbalita dengan kasus gizi kurang memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang baik, sehingga lebih rentan terhadap infeksi. Ibu dengan pengetahuan gizi yang rendah, berisiko mengalami kejadian gizi buruk pada anak balita 13,6 kali jika dibandingkan dengan ibu dengan pengetahuan gizi yang tinggi. Pola asuh anak yang baik akan meningkatkan status gizi pada balita karena akan membuat anak merasa nyaman dan terpenuhi kebutuhan kasih sayang serta makanan yang di butuhkan oleh balita. 3,4,5Secara Nasional, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional pada tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Untuk mencapai sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5 persen maka prevalensi gizi buruk dan kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 persen dalam periode 2013 sampai 2015. Menurut Riskesdas, Sulawesi Tengah merupakan provinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional. Sedangkan 3 provinsi yang paling tinggi angka kejadian gizi kurang dan gizi buruk adalah Sulawesi Barat, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012, kelahiran anak dari ibu yang muda dan ibu yang tidak tamat SD memiliki cenderung memiliki anak berat badan lahir rendah. Menurut data Direktorat Bina Gizi tahun 2014, di Sulawesi Tengah terdapat 1.250 penderita gizi buruk. Di Puskesmas Perawatan Pantoloan sendiri masih terdapat 43 anak yang menderita gizi kurang.7,8Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara tetangga.Menurut Riskesdes, angka kematian ibu di Indonesia tahun 2012 sebesar 359/100.000 kelahiran dan Sulawesi Tengah merupakan salah satu dari lima provinsi dengan angka kematian ibu terbesar, yakni 358/100.000 kelahiran, angka ini meningkat dibandingkan tahun 2007, dimana angka kematian ibu pada tahun 2007 sebanyak 227/100.000 kehamilan. Melihat masih tingginya kasus gizi kurang pada anak balita saat ini, tentunya membuat keresahan bagi pemerintah pada umumnya dan bagi instansi kesehatan pada khususnya. Penanganan kasus gizi buruk dan gizi kurang pernah dilakukan di Sepatan melalui klinik gizi yaitu Community Feeding Centre (CFC) atau pos gizi di Puskesmas Sepatan dinyatakan berhasil. Berdasarkan hal tersebut, penanganan gizi kurang pada anak balita pada puskesmas Sepatan kemudian diadopsi oleh provinsi Sulawesi Tengah. 9Community Feeding Centre (CFC) hadir dengan harapan dapat menjadi solusi untuk penanganan kasus anak balita gizi kurang di kota Palu. Community Feeding Centre (CFC) adalah bentuk kegiatan pemberian makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI lokal yang berbasis komunitas. Penanganan kasus gizi kurang di kota Palu melalui Community Feeding Centre (CFC) dipusatkan pada 4 titik, antara lain : puskesmas perawatan Pantoloan, puskesmas Lagarutu, puskesmas Bulili, puskesmas Sangurara 1.2 GAMBARAN UMUM PUSKESMASPuskesmas Perawatan Pantoloan merupakan Puskesmas yang keberadaannya sekitar 23 km di kelurahan Pantoloan kecamatan Tawaeli. Letak Puskesmas Pantoloan kurang lebih 23 km sebelah utara kota Palu. Batas wilayah Puskesmas Pantoloan yaitu : Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan lambara dan kelurahan panau, sebelah selatan berbatasan dengan desa wani kecamatan tana ritovea, sebelah barat berbatasan dengan teluk Palu, dan sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Parimo. Ada pun wilayah kerja Puskesmas Perawatan Pantoloan memiliki luas wilayah 50,85 km2, yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Pantoloan, Kelurahan Pantoloan Boya dan Kelurahan Baiya.10Pada tahun 2014, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Perawatan Pantoloan telah mencapai 14.073 jiwa. Secara umum, keadaan sosial ekonomi masyarakat hampir rata-rata berpenghasilan kecil. Sebagian besar mata pencarian masyarakat adalah petani, buruh, nelayan, pedagang dan sebagian kecil pegawai negeri. Dari jumlah penduduk wilayah Puskesmas Perawatan Pantoloan kelurahan Baiya 5.140 jiwa, kelurahan Pantoloan 5.740 jiwa, kelurahan Pantoloan Boya 3.193 jiwa, dan hampir semua menggunakan kartu BPJS. Sarana dan transportasi sudah cukup memadai, beberapa kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pantoloan mempunyai jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk kendaraan umum, sehingga hal ini bukan merupakan hambatan dalam pelayanan kesehatan secara. menyeluruh 10Puskesmas Pantoloan memiliki bangunan rawat inap dengan jumlah ruangan : 5 ruang rawat inap, 1 ruang bersalin, 1 ruang unit gawat darurat dan 1 kamar jaga petugas. Pada tahun 2012 puskesmas ini memiliki gedung perawatan bagi anak gizi kurang dan gizi buruk (TFC/CFC), namun pada tahun 2013 beralih menjadi gedung rawat inap pasien, sejak saat itu dibangun gedung baru untuk rawat inap dan ruang perawatan gizi akan difungsikan kembali di tahun 2015. Hingga saat ini, tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap CFC hanya 1 orang lulusan sarjana kesehatan masyarakat dan 1 orang juru masak. Terdapat gedung rawat jalan dengan 4 ruang yaitu poli dewasa, poli anak, poli gigi dan poli KIA/KB serta ruangan lain seperti ruang P2M, ruang bendahara, ruang apotik, ruang TU, ruang laboratorium, ruang kesling, kasir ruang tamu, dan ruang pertemuan. 10Sarana dan transportasi sudah cukup memadai, beberapa kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pantoloan mempunyai jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk kendaraan umum, sehingga hal ini bukan merupakan hambatan dalam pelayanan kesehatan secara. menyeluruh 10

BAB IITINJAUAN PUSTAKAGizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan ekskresi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ-organ serta menghasilkan energi. Sedangkan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan gizi.2Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang. faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dibagi menjadi 2 yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung meliputi konsumsi makanan, infeksi. Faktor tidak langsung meliputi pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, sosial budaya, umur, pendidikan, pengetahuan gizi, jenis kelamin, pelayanan kesehatan. 2Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi badannya. Jenis jumlah dan frekuensi makan pada bayi dan anak balita, hendaknya diatur sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan organ pencernaannya. Berikut adalah pengukuran makan balita berdasarkan umur: Umur(Bulan)Jenis/Bentuk MakananPorsi/Hari Frekuensi

0 6 bulanASI Disesuaikan dengan kebutuhan ASI diberikan setiap anak menangis siang atau malam hari makin sering makin baikMinimal 6 kali

6 9 bulanASI MP-ASIMakanan lunakDisesuaikan dengan kebutuhan usia 6 bulan 6 sendok makan (setiap kenaikan usia anak 1 bulan porsi ditambah 1 sendok makan)Minimal 6 kali 2 kali

9 12 bulanASI

Makanan Lembik

Makanan Selingan Disesuaikan dengan kebutuhan

1 piring ukuran sedang (7 sdm)

1 piring ukuran sedang Minimal 6 kali

4 5 kali

1 kali

1 2 tahunASI

Makanan KeluargaMakanan Selingan Disesuaikan dengan kebutuhan

porsi orang dewasa (10 sdm)

porsi orang dewasa

2 kali

2 kali

> 24 bulanMakanan Keluarga Makanan Selingan Disesuaikan kebutuhan

Disesuaikan kebutuhan 3 kali

2 kali

Tabel 2.1 Pengukuran Makanan Balita 11Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan diukur menggunakan alat ukur panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U dan BB/TB. Di Indonesia pengukuran antropometri banyak digunakan dalam kegiatan program maupun dalam penelitian, salah satunya adalah Berat Badan/Tinggi Badan (BB/TB). Objek pengukuran antropometri pada umumnya anak-anak dibawah 5 tahun. 2IndeksKetegori Status Gizi Ambang batas (Z-Score)

Berat Badan menurut Umur(BB/U)Anak Umur 0-60 BulanGizi BurukGizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih< -3 SD -3 SD Sampai dengan < -2SD -2 SD Sampai dengan 2 SD > 2 SD

Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atauTinggi Badan menurut Umur (TB/U)Anak umur 0-60 BulanSangat PendekPendekNormalTinggi < -3 SD -3 SD Sampai dengan 2 SD

Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)Anak umur 0-60 BulanSangat kurusKurusNormalGemuk