manajemen nyeri pada combustio

Upload: duwi-efasari

Post on 02-Jun-2018

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    1/30

    LAPORAN TUTORIAL FARMAKOTERAPI SISTEM ORGAN II

    PAIN MANAGEMENT (COMBUSTIO)

    DISUSUN OLEH

    Thalita Noviari (125070501111003)

    Siti Nurul Khotimah (125070501111006)

    M. Okta Dody M (125070502111001)

    Duwi Efasari (125070502111002)

    Nindia Alvionita Larasati (125070505111002)

    Ridzky Ayu S (125070505111003)

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

    2014

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    2/30

    I.TINJAUAN PENYAKIT

    a. Epidemiologi

    Lima puluh juta orang Amerika yang sebagian atau seluruhnya cacat karena

    nyeri. Biaya tahunan sakit untuk masyarakat AS dapat diperkirakan dalam miliaran

    dolar. Dalam 1 tahun, sekitar 25 juta orang Amerika akan mengalami nyeri akut

    akibat cedera atau pembedahan, dan sepertiga orang Amerika akan mengalami nyeri

    kronis parah di beberapa titik. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat, karena

    semakin banyak orang Amerika bekerja setelah usia 60 tahun. Pasien dengan tingkat

    keparahan serius dirawat di rumah sakit telah melaporkan kejadian 50% dari nyeri;

    15% memiliki sangat atau cukup sakit parah terjadi setidaknya 50%, dan 15% tidak

    puas dengan control keseluruhan. Dalam laporan tindak lanjut, para penulis

    menyatakan bahwa kontrol nyeri tetap sebagai masalah besar pada pasien rumah sakit

    dan beberapa dari pasien ini masih sakit berbulan-bulan setelah rawat inap.dalam gan

    studi nyeri Michi- , 70% dari pasien yang sakit kronis mengaku memiliki rasa sakit

    meskipun diobati, dengan 22% percaya bahwa pengobatan memburuk (Gallagher,1999)

    b. Definisi dan Derajat Kedalaman

    Pada abad ke-19, Mueller, Van Frey, dan Goldscheider hipotesis konsep

    neuroreceptors, nociceptors, dan input. Sensorik Teori-teori ini berkembang menjadi definisi

    saat sakit: "pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan

    kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam hal kerusakan tersebut."

    (Stimmel,1983).

    Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkankontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat,2003). Nyeri

    merupakan salah satu manifestasi klinis yang serius pada luka bakar derajat II. Kulit yang

    terbakar mengakibatkan cidera terhadap jaringan tubuh, keadaan tersebut akan menimbulkan

    nyeri karena hampir disemua jaringan tubuh terdapat ujung-ujung saraf halus yang

    menyalurkan impuls nyeri. Nyeri digambarkan sebagai sensoris yang tidak menyenangkan

    dan pengalaman emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun

    potensial (Brunner,2002).

    c. Derajat Kedalaman

    Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panassumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi

    atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:

    1. Luka Bakar Derajat I :Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa eritem, tidak

    dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan

    terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    3/30

    2. Luka Bakar Derajat IIKerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai

    proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

    Dibedakan atas 2 (dua) bagian :

    A. Derajat II dangkal/superficial (IIA)

    Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan

    benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontandalam waktu 10-14 hari tanpa

    terbentuk cicatrik.

    B. Derajat II dalam / deep (IIB)

    Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa jaringan epiteltinggal sedikit. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjarsebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi.

    Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    4/30

    3. Luka bakar derajat IIIKerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai

    jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa

    elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih

    pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis

    yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

    LUAS LUKA BAKARWallace membagi tubuh atas bagian nagian 9 % atau kelipatan dari 9

    terkenaldengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.

    Kepala dan leher 9%

    Lengan

    18%Badan Depan 18%

    Badan Belakang 18%

    Tungkai 36%

    Genitalia/perineum 1%

    Total 100%

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    5/30

    Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan

    penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak anak dipakai modifikasiRule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1

    tahun.

    KRITERIA BERAT RINGANNYA (American Burn Association)

    1. Luka Bakar Ringan.- Luka bakar derajat II

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    6/30

    2. Luka Bakar Sedang- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa

    - Luka bakar II 1020 5 pada anakanak- Luka bakar derajat III < 10 %

    3. Luka Bakar Berat

    - Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa

    - Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anakanak.- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih

    - Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.

    - Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

    d. Klasifikasi

    A. Nyeri Akut

    Nyeri akut dapat menjadi proses fisiologis yang berguna peringatan pada

    penyakit dan situasi yang berpotensi membahayakan. Nyeri akut biasanya

    nociceptive, meskipun dapat neuropatik di alam, dengan hubungan yang relatif kuat

    dengan tingkat pathology.Penyebab umum nyeri akut termasuk operasi, penyakit akut,

    trauma dan tenaga kerja (Dipiro et al, 2005).

    B. Nyeri Kronis

    Dalam kondisi normal, nyeri akut mereda dengan cepat sebagai proses

    penyembuhan menurunkan rangsang nyeri yang memproduksi. Namun, dalam

    beberapa kasus, nyeri menetap selama beberapa bulan sampai bertahun-tahun, yang

    menyebabkan keadaan sakit kronis dengan fitur yang cukup berbeda dengan nyeriakut.Jenis rasa sakit ini berupa nociceptive, Subtipe neuropati / fungsional, atau

    keduanya.meliputi: nyeri yang berlangsung di luar waktu penyembuhan normal untuk

    cedera akut (misalnya, kompleks sindrom nyeri regional), nyeri akibat penyakit kronis

    (misalnya, nyeri sekunder untuk osteoarthritis), sakit tanpa penyebab organik yang

    dapat diidentifikasi (misalnya, fibromyalgia), dan jenis keempat yang banyak ahli

    percaya waran klasifikasi diskrit dan rasa sakit yang terkait dengan cancer (Dipiro et

    al, 2005).

    C.

    Kanker PainNyeri berhubungan dengan kondisi berpotensi mengancam nyawa sering

    disebut nyeri ganas atau nyeri kanker. Jenis rasa sakit meliputi kronis dan akut

    komponen dan sering memiliki beberapa etiologi. Hal ini sakit yang disebabkan oleh

    penyakit itu sendiri (misalnya, invasi tumor, obstruksi organ), pengobatan (misalnya,

    kemoterapi, radiasi,operasi sayatan), atau prosedur diagnostik (misalnya, biopsi)

    (Dipiro JT et al, 2005).

    c. Patofisiologi

    -

    Stimulasi

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    7/30

    Langkah pertama menuju sensasi nyeri adalah stimulasi ujung saraf bebas

    yang dikenal sebagai nosiseptor.Reseptor ini ditemukan di kedua struktur somatik dan

    visceral.Mereka membedakan antara rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya, dan

    mereka diaktifkan dan peka oleh mekanik, termal, dan kimia impulses.Mekanisme

    berbaring memahami ini rangsangan berbahaya (yang dalam dan dari diri merekasendiri dapat peka / merangsang reseptor) mungkin rilis bradikinin, ion kalium (K +),

    prostaglandin, histamin, leukotrien, serotonin, dan substansi P (antara lain) yang Tize

    peka dan / atau mengaktifkan aktivasi nociceptors.Reseptor menyebabkan potensial

    aksi yang ditransmisikan sepanjang saraf aferen serat ke sumsum tulang belakang

    (Pasero etc, 1999).

    -

    Transmisi

    Transmisi nociceptive terjadi di A dan C-saraf aferen fibers. Stimulasiberdiameter besar, serat A jarang mielin membangkitkan tajam, nyeri baik lokal,sedangkan stimulasi unmyelinated, berdiameter kecil serat C menghasilkan kusam,

    sakit, nyeri sulit dilokalisasi .Fungsional , pentingnya interaksi antara serat yang

    berbeda dan berbagai neurotransmitter dan neuroreceptors jelas dalam respon

    analgesik yang dihasilkan oleh iritasi topikal atau stimulasi saraf transkutan listrik.

    Proses nyeri dimulai ini mencapai otak melalui array kompleks setidaknya lima naik

    jalur saraf tulang belakang, yang meliputi tract. Informasi spinotalamikus selain nyeri

    juga dilakukan di sepanjang jalur ini.Dengan demikian, rasa nyeri dipengaruhi oleh

    banyak faktor tambahan untuk nosisepsi dan menghalangi representasi skema

    sederhana.Hal ini mendalilkan bahwa thalamus bertindak sebagai stasiun relay,

    karena jalur ini naik dan passs impuls ke struktur pusat di mana nyeri dapat diproses(Pasero etc, 1999).

    - Modulasi

    Tubuh memodulasi nyeri melalui sejumlah proses yang kompleks. Satu,

    dikenal sebagai sistem opiat endogen, terdiri dari neurotransmitter (misalnya,

    enkephalins, endorfin, dan -endorfin) dan reseptor (misalnya, , , dan ) yangditemukan di seluruh sistem saraf pusat (SSP).Seperti opioid eksogen, opioid endogen

    mengikat reseptor opioid dan memodulasi transmisi nyeri impulse. Jenis reseptor lain

    juga dapat mempengaruhi sistem ini. Aktivasi N-methyl-D-aspartat (NMDA)

    reseptor, ditemukan di tanduk dorsal, dapat menurunkan respon yang -reseptor'untuk opiates. SSP juga berisi sistem menurun sangat terorganisir untuk mengontrol

    transmisi nyeri.Sistem ini dapat menghambat transmisi nyeri sinaptik di tanduk dorsal

    dan berasal otak.Neurotransmitter penting di sini termasuk opioid endogen, serotonin,

    norepinefrin, -aminobutyric acid (GABA), dan neurotensin (Pasero etc, 1999).

    -

    Persepsi

    Pada titik ini dalam transmisi, nyeri diduga menjadi pengalaman sadar yang

    terjadi dalam struktur kortikal yang lebih tinggi.Otak dapat menampung hanya

    sejumlah sinyal rasa sakit, dan kognitif dan perilaku fungsi dapat memodifikasi rasa

    sakit.Relaksasi, distraksi, meditasi, dan citra mental dipandu dapat menurunkan rasa

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    8/30

    sakit dengan membatasi jumlah sinyal yang diproses. Nyeri Sebaliknya, perubahan

    neurokimia yang menghasilkan suatu rasa seperti depresi atau kecemasan dapat

    memperburuk rasa sakit (Pasero etc, 1999).

    d.

    TERAPII. Farmakologi

    Analgetik Opioid

    Secara kimia analgetik opioid berhubungan dengan morfin. Morfin

    merupakan bahan alami yang disarikan dari opium, walaupun ada yang berasal

    dari tumbuhan lain dan sebagian lainnya dibuat di laboratorium. analgetik opioid

    sangat efektif dalam mengurangi rasa nyeri namun mempunyai beberapa efek

    samping. semakin lama pemakai obat ini akan membutuhkan dosis yang lebih

    tinggi. selain itu sebelum pemakaian jangka panjang dihentikan, dosisnya harus

    dikurangi secara bertahap, untuk mengurangi gejala-gejala putus obat (Dipiro etal, 2005).

    Analgetik Non-Opioid

    Semua analgetik non-opiod (kecuali asetaminofen) merupakan obat anti

    peradangan non-steroid (nsaid, nonsteroidal anti-inflammatory drug). obat-obat ini

    bekerja melalui 2 cara (Dipiro et al, 2005):

    1.

    mempengaruhi sistem prostaglandin, yaitu suatu sistem yang

    bertanggungjawab terhadap timbulnya rasa nyeri.

    2.

    mengurangi peradangan, pembengkakan dan iritasi yang seringkaliterjadi di sekitar luka dan memperburuk rasa nyeri.

    Aspirin merupakan prototipe dari nsaid, yang telah digunakan selama lebih

    dari 100 tahun. Pertama kali disarikan dari kulit kayu pohon willow. Tersedia

    dalam bentuk per-oral (ditelan) dengan masa efektif selama 4-6 jam. Efek

    sampingnya adalah iritasi lambung, yang bisa menyebabkan terjadinya ulkus

    peptikum. karena mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku, maka

    aspirin juga menyebabkan kecenderungan terjadinya perdarahan di seluruh tubuh.

    pada dosis yang sangat tinggi, aspirin bisa menyebabkan gangguan pernafasan.

    salah satu pertanda dari overdosis aspirin adalah teling berdenging (tinitus)(Dipiro et al, 2005)..

    Mula kerja dan masa efektif dari berbagai nsaid berbeda-beda, dan respon

    setiap orang terhadadap nsaid juga berbeda-beda.semua nsaid bisa mengiritasi

    lambung dan menyebabkan ulkus peptikum, tetapi tidak seberat aspirin.

    Mengonsumsi nsaid bersamaan dengan makanan dan antasid bisa

    membantu mencegah iritasi lambung.Obat misoprostol bisa membantu mencegah

    iritasi lambung dan ulkus peptikum; tetapi obat ini bisa menyebabkan diare.

    Asetaminofen berbeda dari aspirin dan nsaid. Obat ini bekerja pada sistem

    prostaglandin tetapi dengan mekanisme yang berbeda.

    Asetaminofen tidakmempengaruhi kemampuan pembekuan darah dan tidak menyebabkan ulkus

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    9/30

    peptikum maupun perdarahan. Tersedia dalam bentuk per-oral atau supositoria,

    dengan masa efektif selama 4-6 jam. Dosis yang sangat tinggi bisa menyebabkan

    efek samping yang sangat serius, seperti kerusakan hati (Dipiro et al, 2005).

    Analgetik AjuvanAnalgetik ajuvan adalah obat-obatn yang biasanya diberikan bukan karena

    nyeri, tetapi pada keadaan tertentu bisa meredakan nyeri. Contohnya, beberapa

    anti-depresi juga merupakan analgetik non-spesifik dan digunakan untuk

    mengobati berbagai jenis nyeri menahun, termasuk nyeri punggung bagian bawah,

    sakit kepala dan nyeri neuropatik. Obat-obat anti kejang (misalnya karbamazepin)

    dan obat bius lokal per-oral (misalnya meksiletin) digunakan untuk mengobai

    nyeri neuropatik (Dipiro et al, 2005).

    II.

    Non-FarmakologiStimulasi Terapi

    Stimulasi saraf transkutan listrik (TENS) telah digunakan dalam mengelola baik

    nyeri akut dan kronis (misalnya, bedah, trauma, punggung bawah, arthritis, neuropati,

    fibromyalgia, dan sakit mulut-wajah).Namun, studi bertentangan dan gagal untuk

    menunjukkan penghilang rasa sakit yang berkelanjutan.Akibatnya, teknik belum

    memperoleh penerimaan luas.

    Intervensi psikologis

    Meskipun aspek kognitif, perilaku, dan sosial nyeri yang mapan, intervensi

    psikologis untuk pengobatan nyeri akut tidak digunakan secara luas.Intervensi sederhana

    (misalnya, informasi pengantar tentang sensasi yang akan terjadi setelah prosedur

    tertentu).Teknik-teknik psikologis yang sukses lainnya, termasuk pelatihan relaksasi,

    citra, dan hipnosis, telah terbukti efektif dalam pengelolaan nyeri pasca prosedur dan

    kanker terkait nyeri.

    III. Terapi Combustio

    Pada kasus, pasien mengalami Luka bakar grade 2 dengan luas permukaan

    22% disebabkan oleh ledakan gas LPG. Dari obat yang diberkan, pasien

    menerima terapi berupa injeksi, dimana pasien tidak dapat mengonsumsi obatmelalui oral. Jalur pemberian nutrisi yang dianjurkan adalah melalui oral atau

    enteral (Grunwald , 2008).

    Penderita luka bakar minor yang mampu makan melalui oral sebaiknya

    mendapatkan nutrisi melalui oral, sedangkan pasien luka bakar minor yang tidak

    mampu makan karena usia, rasa nyeri, atau tidak patuh, sebaiknya diberikan

    melalui enteral. Pemberian nutrisi melalui enteral dapat mencegah atropi mukosa

    saluran cerna dan translokasi bakteri dalam lambung(Yurt, 2008). Indikasi

    pemberian nutrisi parenteral pada luka bakar adalah bila terjadi ketidakstabilan

    hemodinamik, resusitasi, pemakaian vasopressor, distensi abdomen atau cairan

    lambung >200 cc/hari6 (Mehta, 2009).

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    10/30

    Infus RL diberikan sebagai nutrisi luka bakar baru dengan dosis 2640 cc

    pada jam 04.00-12.00 dan dikontrol lagi pukul 12.00-04.00. Infus RD5 berisi

    dektrose, sebagai asupan energi pasien dosis 1000 cc/24 jam, infus ini diberikan

    hingga pasien dapat mengonsumi makanan secara oral. Hingga tanggal 10

    September, pasien mengalami penurunan kadar albumin penurunan kadar albuminkarena eksudasi cairan yang kaya protein dari kompartemen intravaskular

    kedalam kompartemen interstitial, proses hiperkatabolik yang menyebabkan

    respon metabolik yang meningkat sejajar dengan beratnya trauma, urinary

    nitrogen yang meningkat, dan keadaan ini diperberat dengan nafsu makan yang

    kurang , rasa mual, abdominal discomfort. Albumi n diberikan dengan

    pertimbangan untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik intravaskular,

    inhibisi fungsi platelet dan efek antirombotik, dan efek permeabilitas pembuluhg

    darah (Arif, 2009).

    Anti nyeriyang digunakan injeksi Amikacin dosis penanganan nyeri

    menjadi sangat penting karena biloa tidak ditanggulangi memperberat kondisi

    pasien. Antibiotik yang digunakan golongan Aminoglycosides injeksi Amikacin

    dosis 2x750 mg, dosis diturunkan menyesuaikan tingkat keparahan nyeri pasien.

    Anti nyeri yang digunakan Injeksi Novalgin (Metamizole) golongan NSAID dosis

    3x1gram , ketorolac 3x30 mg, golongan kortikosteroid dexamethasone dosis

    1x40mg, golongan non-opiod Tramadol drip dosis 3x100mg/PZ 100cc, dan

    golongan benzodiazepine Esilgan (Midazolam) dosis 1x2 mg. Pemberian vitamin

    C sebagai penanganan perbaikan luka pengurangan edema luka bakar dan

    perbaikan sistem imun dosis 2x400mg (Sullivan, 2001).

    Golongan H2RA seperti Ranitidine diberikan sebagai upaya mencegahperlindungan di ulcer dan menetralisisr asam lambung yang dicurigai akan

    meningkat pada kondisi stress.Insulin diberikan seiring pemberian infus RD5 yang

    berisi dekstros. Savlon topikal diberikan sebagai desinfektandengan cara

    membilasnya (Grunwald , 2008).

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    11/30

    (Mehta, 2009)

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    12/30

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    13/30

    6. Inj. Novalgin (Metamizole) 3 x 1 g

    7. Inj. Cernevit (Vit C) 2 x 400 mg

    8. Inj. Ranitidin 2 x 50 mg

    9. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg

    10. Inj. Dexamethasone 2 x 5 mg

    11. Inj. Lasix (Furosemide) 1 x 40 mg 12. Actrapid s.c 3 x 4 iu 15 ac

    13. Tramadol drip 3 x 100 mg/PZ 100 cc

    14. Esilgan p.o (Midazolam) 1 x 2 mg

    15. Savlon topikal

    (chlorhexidine gluconate

    1,5% dan cetrimide 3,0%)

    No. Data Klinik Tanggal

    4/3/11 5/3/11 6/3/11 7/3/11 8/3/11 9/3/11 10/3/11 11/3/11

    1 TD (

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    14/30

    2 Nadi (80-100 x/menit) 90 120 100 100 100 100 90 90

    3 RR (

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    15/30

    No. Data Lab Nilai Rujukan

    Tanggal

    4/3 5/3 7/3 9/3 10/3

    BGA (Blood Gas Ar tery)

    1. pH (7,35 - 7,45) 7,412

    2. pO2 (80107) mmHg 166,7

    3. pCO2 (35 - 45)mmHg 36,3

    4. BE (-3,52) mmol/L -1,4

    Darah Lengkap

    5. WBC (4.500-10.500) /L 19.190 10.100

    6. RBC (4-6) x 106/L 4,88 5,28

    7. Hgb (11-18) g/dL 15,6 15,1

    8. Hct (35-60) % 45,5 47,7

    9. Plt (150.000-450.000)/L 108.000 115.000

    10. GDA

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    16/30

    15. AST (5-23) IU/L 60

    16. ALT (5-34) IU/L 77

    17. ALB (3,8-5,4) g/dL 4,3 2,9 3,3 1,8

    18. Na (136-144) meq/L 151 133

    19. K (3,8-5,0) meq/L 4,3 4,1

    20. Cl (97-103) meq/L 114

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    17/30

    TUGAS MAHASISWA

    FORM SUBJECTIVE

    Ny. S, wanita berumur 50 tahun memiliki berat badan 70 kg mengalami luka bakar karena ledakan gas LPG dengan grade II AB 22% dan mengeluh

    merasakan lemas serta nyeri. Tidak diketahui riwayat alergi dan tidak terdapat riwayat penyakit penyerta.

    FORM OBJECTIVE

    Ny. S mengalami penurunan jumlah platelet darah ( 115.000/L), penurunan ALB (1,8 g/dL) dan penurunan kadar Na (133meq/L) di bawah rentang normal.

    Pemeriksaan gula darah GDP (233 mg/dL) dan GD2JPP (246mg/dL) melebihi batas normal disebabkan karena pemberian infus yang mengandung dextrose

    (gula) dalam jumlah banyak. Pasien juga mengalami peningkatan kadar Cl (114meq/L). Pemeriksaan fungsi hepar terjadi peningkatan kadar AST (60IU/L)

    dan ALT (77IU/L) disebabkan karena penggunaan NSAID. Kadar pO2mengalami peningkatan dari rentang normal (166,7 mmHg).

    FORM ASSESSMENT & PLAN

    PROFIL PENGOBATAN

    Tgl. Mulai

    Terapi

    Nama Obat

    (Generik)

    Rute Dosis Frekuensi Tgl.

    Berhenti

    Terapi

    Indikasi Obat Pemantauan Kefarmasian

    4/3/2011 Infus RL i.v (04.00-12.00) = 2640 cc 1x 5/3/2011 Resusitasi cairan dan

    elektrolit agar pasien

    Monitoring rasa lemas

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    18/30

    (12.00-04.00) = 2640 cc tidak lemas

    5/3/2011 Infus RD5 i.v 1000 cc/24 jam 5x 10/3/2011 Resusitasi cairan dan

    nutrisi agar pasien

    tidak lemas

    Monitoring rasa lemas

    10/3/2011 Infus RD5 i.v 500cc/24jam 1x 11/3/2011 Resusitasi cairan dan

    nutrisi agar pasien

    tidak lemas

    Monitoring rasa lemas

    11/3/2011 Infus KAEN Mg 3 i.v 500cc/24jam 1x 12/3/2011 Resusitasi cairan dan

    elektrolit agar pasien

    tidak lemas

    Monitoring rasa lemas

    6/3/2011 Albumin 20% i.v 100cc 1x 7/3/2011 - Menjaga tekanan

    osmotic plasma

    (homeostasis

    intravascular) dan

    berfungsi sebagai

    pembawa metabolit

    dalam transpor dan

    pertukaran hasil

    metabolit dalam

    jaringan.

    - Sebagai terapi

    suportif dalam

    penanganan luka

    bakar karena pasien

    yang mengalami luka

    bakar, albumin yang

    merupakan protein

    akan rusak jika

    terkena panas

    sehingga

    menyebabkan cairan

    akan keluar menuju

    ekstravascular dan

    -monitoring volume intravascular,

    mengaji tanda-tanda overload

    cairan sebelum dan selama infus.

    - monitoring reaksi alergi atau

    piogenik (ditandai dengan demam

    dan menggigil). Jika gejala ini

    terjadi, menghentikan pengobatan

    dan memberitahu dokter.

    - monitoring gangguan fungsi hati

    atau ginjal karena beban protein

    ditambah.

    - Memeriksa Ht sebelum infus.

    - Memeriksa BP sebelum dan

    selama infus.

    - Memantau Hct, elektrolit,

    albumin plasma, dan protein total

    serum sebelum dan selama terapi.

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    19/30

    dalam intravascular

    kekurangan cairan

    4/3/2011

    5/3/2011

    7/3/2011

    Inj. amikacin i.v 2x750 mg

    1x750mg

    2x500mg

    1x

    2x

    5x

    5/3/2011

    7/3/2011

    12/3/2011

    - kelas Antibiotik /

    aminoglikosida untuk

    menghambat

    produksi protein

    bakteri, menyebabkan

    kematian sel bakteri

    (bakteri terutama

    gram negatif.)

    -memeriksa hipersensitivitas

    terhadap aminoglikosida.

    - monitoring efek ototoxicity dan

    nefrotoksisitas karena umumnya

    tidak diindikasikan untuk terapi

    jangka panjang

    - monitoring interaksi obat

    (furosemide) karena dapat

    meningkatkan risiko toksisitaspendengaran

    - memberitahu dokter dan

    menghentikan infus jika pasien

    memiliki tanda-tanda oliguria

    atau menunjukkan tanda-tanda

    gagal ginjal (misalnya, edema,

    sesak napas, pruritus),

    ototoksisitas atau reaksi

    anafilaksis.

    - edukasi terhadap pasien atau

    keluarga jika pasien yang diare

    dan perut kembung adalah efek

    samping yang umum dari

    antibiotik.

    - menganjurkan pasien untuk

    melaporkan tanda-tanda jika

    terjadi hipersensitivitas, tinnitus,

    vertigo, gangguan pendengaran

    untuk dokter.

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    20/30

    4/3/2011 Inj. Novalgin

    (metamizole)

    i.v 3x 1g 8x 12/3/2011 Analgesik, agen anti-

    inflamasi golongan

    ( NSAID) untuk

    mengatasi nyeri

    -monitoring gangguan fungsi

    ginjal dan gangguan fungsi hati.

    -monitoring efektifitas

    menghilangkan nyeri

    4/3/2011 Inj. Cernevit (vit.c) i.v 2x400mg 8x 12/3/2011 Suplemen makanan

    multivit harian untuk

    pasien nutrisi

    parenteral. Jugadiindikasikan dalam

    situasi lain di mana

    pemberian intravena

    diperlukan, seperti

    luka bakar luas yang

    memicu keadaan

    stress dengan

    peningkatan

    kebutuhan metabolik

    dan nutrisi jaringan

    berkurang.

    -memantau cara pemberianCernevit, yang mana tidak

    diberikan secara langsung,

    pemberian intravena tanpa

    pengenceran dapatmengakibatkan pusing, pingsan,dan kemungkinan iritasi jaringan.

    -menghitung kebutuhan vitamin

    harian untuk mencegah over

    dosis dan efek toksik. Pada pasienyang akan menerima nutrisiparenteral total dalam jangka

    waktu lama, kadar vitamin A, C,

    D dan asam folat dalam darah

    harus dikontrol.- Monitoring efek samping obatwalau jarang terjadi seperti ruam,

    eritema, gatal, Sakit kepala,

    pusing, kekakuan otot, cemas,

    atau urtikaria.

    4/3/2011 Inj. Ranitidin i.v 2x50 mg 8x 12/3/2011 Golongan HistamineH2 antagonist

    diindikasikan untuk

    menghambat sekresi

    asam lambung karena

    pasien hanya

    menerima nutrisi

    parenteral (tidak bisa

    -

    Monitoring CBC, hasil tesginjal dan fungsi hati secaraberkala.

    -

    Beritahu dokter jika pasien

    mengeluh perut sakit, mual,muntah, perubahan warna atau

    konsistensi tinja, dan penyakitkuning.

    -

    Memberitahu dokter jika pasien

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    21/30

    intake makanan per

    oral) sehingga

    lambung dalam

    keadaan kosong

    mengalami aritmia, sakit

    kepala, kelelahan, pusing,halusinasi, depresi, insomnia,

    alopesia, ruam atau eritemamultiforme, atau diare berat

    atau persisten

    5/3/2011 Inj. ketorolac i.v 3x30 mg 1x 6/3/2011 Golongan NSAID

    untuk mengurangi

    inflamasi, nyeri dan

    demam,melalui

    penghambatan

    aktivitas

    siklooksigenase dan

    sintesis

    prostaglandin.

    -

    Monitoring rasa nyeri

    -

    Menilai fungsi ginjal sebelum

    dan selama terapi. Memantauserum kreatinin.

    -

    Memantau tes fungsi hati.memberitahu dokter jika tes

    fungsi hati memburuk.

    -

    Observasi adanya tanda-tanda

    infeksi karena ketorolak dapatmenutupi tanda-tanda yangbiasa.

    5/3/2011 Inj. Dexamethasone i.v 2x5mg 1x 6/3/2011 Golongan

    coticosteroid untuk

    antinyeri

    -

    Memantau WBC

    -Monitoring rasa nyeri-

    Monitoring efek samping obatdan memberitahu dokter jika

    tanda-tanda overload cairan

    meningkat (edema perifer,

    peningkatan berat badan, rales /ronki, dyspnea).

    6/3/2011 Inj. Lasix

    (furosemide)

    i.v 1x40mg 1x 7/3/2011 -diuretic, untuk

    mengeluarkan

    kelebihan cairan di

    ekstravascular akibat

    terlalu banyak

    penggunaan

    furosemide

    -

    Inkompatibel dengan normal

    saline-Monitoring interaksi obat. IO

    dengan Aminoglikosida dapat

    meningkatkan toksisitaspendengaran. IO dengan

    Nonsteroidal anti-inflammatory

    dapat mengurangi efekfurosemide.

    -

    Mendapatkan evaluasi

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    22/30

    pendengaran awal.

    -Memantau BP; nadi apikal;berat; serum elektrolit, kalsium,

    glukosa, asam urat, CO2, BUNdan serum creatine ; CBC; dan

    fungsi hati dan ginjal dan

    memonitor secara teratur.-

    Memberitahu dokter jika

    perubahan mendadak dalam

    status cairan dan elektrolitdicatat.

    -

    Memantau adanya tanda dangejala hipokalemia.

    8/3/2011 Actrapid s.c s.c 3 x 4 iu 15 ac 4x 12/3/2011 Insulin untukmenurunkan gula

    darah, pasien

    hiperglikemi karena

    infus dextrose

    -

    Monitoring gula dara GDP dan

    GD2JPP

    10/3/2011 Tramadol drip i.v 3 x 100 mg/PZ 100 cc 1x 11/3/2011 Analgesik, anti nyeri

    non opiod.

    Meredakan nyeri

    sedang sampai cukup

    parah.

    -

    Monitoring tanda-tanda vital

    sebelum pemberian obat dengan

    bantuan perawat Jika pasienhipotensi atau dyspneic,

    memberitahu dokter sebelummemberikan.

    -Memeriksa retensi urin.-

    Menilai efektivitas obat dalam

    menghilangkan rasa sakit.

    9/3/2011 Esilgan p.o

    (Midazolam)

    p.o 1 x 2 mg 1x 10/3/2011 Anestesi, anti nyeri

    golongan

    benzodiazepine

    -

    Mencatat riwayat

    hipersensitivitas terhadap

    benzodiazepin dan ada depresiSSP.

    -

    Terus memantau pasien untuk

    hipoventilasi atau apnea.-Membantu ambulasi setelah

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    23/30

    prosedur sampai mengantuk

    menyelesaikan.

    4/3/2011

    10/3/2011

    Savlon topikal

    (chlorhexidine

    gluconate 1,5%

    dan cetrimide

    3,0%)

    2x 5/3/2011

    11/3/2011

    Antiseptik embantu

    mencegah infeksi,

    membantu dalam

    penyembuhan alami

    gangguan kulit ringan

    untuk luka bakar

    -

    Monitoring reaksi efek sampingatau alergi

    ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACISTS CARE PLAN)

    1.

    Masalah aktual dan potensial

    2.

    Pemantauan efek terapi obat

    3.

    Kepatuhan pasien

    4.

    Pemilihan obat

    5.

    Penghentian obat

    6.

    Efek samping obat

    7.

    Interaksi obat

    NO. TANGGAL URAIAN MASALAHTINDAKAN

    (USULAN PADA KLINISI, PERAWAT, PASIEN)

    1. 4-12/3/2011 -Efek samping amikacin tanda-tanda oliguria atau menunjukkan tanda-tanda gagal ginjal (misalnya, edema, sesak napas, pruritus), ototoksisitas

    atau reaksi anafilaksis.

    -

    Pemakaian antibiotik selama 5-10 hari secara rutin agar tidak terjadiresistensi

    -Memberi tahu efek samping yang terjadi kepada dokter danmenghentikan infusdengan persetujuan dokter

    -

    Meminta bantuan perawat untuk mengoptimalkan kepatuhan

    pasien terhadap terapi

    2. 4-12/3/2011 pemberian Cernevit tidak diberikan secara langsung, pemberian intravena

    tanpa pengenceran dapat mengakibatkan pusing, pingsan, dan

    kemungkinan iritasi jaringan.

    Memberi pemahaman pada perawat cara pemberian cernevir

    3. 4-12/3/2011 Pada pasien yang akan menerima nutrisi multivitamin cernevit parenteral

    total dalam jangka waktu lama, kadar vitamin A, C, D dan asam folat

    Memberi saran ahli gizi untukmenghitung kebutuhan vitamin

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    24/30

    dalam darah harus dikontrol. harian untuk mencegah over dosis dan efek toksik

    4. 4-12/3/2011 Efek samping Ranitidin pasien mengeluh perut sakit, mual, muntah,perubahan warna atau konsistensi tinja, dan penyakit kuning., dan /atau

    mengalami aritmia, sakit kepala, kelelahan, pusing, halusinasi, depresi,insomnia, alopesia, ruam atau eritema multiforme, atau diare berat ataupersisten

    Beritahu dokter jika pasien mengeluhkan atau mengalami efek

    samping obat

    5. 5-6/3/2011 Monitoring efek samping obat Dexamethasone overload cairan meningkat

    (edema perifer, peningkatan berat badan, rales / ronki, dyspnea)

    Memberitahu dokter jika tanda-tanda dialaami pasien

    6. 6-7/3/2011 Terdapat interaksi obat. IO dengan Aminoglikosida dapat meningkatkan

    toksisitas pendengaran. IO dengan Nonsteroidal anti-inflammatory dapatmengurangi efek furosemide.

    Memberi tahu dokter jika terdapat interaksi obat

    Efek samping dan interaksi obat furosemide Menyarankan perawat melakukan evaluasi pendengaran awal danmemantau BP; nadi apikal; berat; serum elektrolit, kalsium,glukosa, asam urat, CO2, BUN dan serum creatine ; CBC; dan

    fungsi hati dan ginjal dan memonitor secara teratur

    Memberitahu dokter jika perubahan mendadak dalam status

    cairan dan elektrolit dicatat.

    7. 8-12/3/2011 Insulin memiliki efek terapi menurunkan gula darah Monitoring gula dara GDP dan GD2JPP dengan bantuan perawat

    8. 10-11/3/2011 -Monitoring tanda-tanda vital sebelum pemberian obat tramadol denganbantuan perawat Jika pasien hipotensi atau dyspneic, memberitahu dokter

    sebelum memberikan.

    -Memeriksa retensi urin.-

    Menilai efektivitas obat dalam menghilangkan rasa sakit.

    Meminta bantuan perawat untuk monitoring tanda-tanda vital dan

    meminta bantuan sampel urin

    9. 9-10/3/2011 Mencatat riwayat hipersensitivitas terhadap midazolam (benzodiazepin)dan ada depresi SSP serta efek samping obat

    Meminta bantuan perawat untuk terus memantau pasien jika

    terjadi hipoventilasi atau apnea.

    10. 4-12/3/2011 Efek samping metamizole menyebabkan Tekanan Darah berubah-ubahsecara drastis

    Meminta bantuan perawat untuk selalu memantau tekanan darahpasien

    11. 12/3/2011 Infus KAEN Mg3 memiliki efek samping hipoglikemia Memantau kadar K pasien

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    25/30

    12. 12/3/2011 Nyeri pasien sudah berangsung berkurang Menghentikan beberapa obat penghilang nyeri sepertidexamethasone dengan persetujuan dokter

    MONITORING

    NO. PARAMETER TUJUAN MONITORING

    1. Rasa nyeri Untuk mengetahui ekektifitas potensi anti nyeri

    2. Rasa lemas Untuk mengetahui target terapi nutrisi infus tercapai

    3. Fungsi hati (AST,ALT, ALB) Untuk mengetahui fungsi hati akibat efek samping penggunaanNSAID dan obat lain (metamizole,ketorolac,

    furosemide,ranitidin)

    4. Fungsi ginjal ( serum kreatinin, BUN, atau

    menunjukkan tanda-tanda gagal ginjal

    misalnya, edema, sesak napas, pruritus)

    Untuk mengetahui fungsi hati akibat efek samping penggunaan

    NSAID dan obat lain seperti (amikacyn, metamizole,ketorolac,

    furosemide)

    5. Kadar elektrolit (Kalium) Untuk mengetahui kadar kalium setelah infus KAEN Mg

    6. Tekanan darah Untuk mengetahui perubahan tekanan darah yang sering berubah

    drastis efek samping metamizole

    7. Gula darah GDP dan GD2JPP Untuk mengetahui efektifitas terapi insulin

    8. CBC Monitoring Efek samping dan interaksi obat furosemide

    9. WBC Monitoring efek samping terapi dexamethasone

    10. Evaluasi pendengaran monitoring interaksi obat (furosemide) dengan aminoglycoside

    amikacyn karena dapat meningkatkan risiko toksisitas

    pendengaran

    11. Alergi (ruam, gatal, dll.) Monitoring hipersensitif terhadap obat terutama antibiotik

    12. Albumin Monitoring kadar albumin

    13. Hct Monitoring efek samping albumin

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    26/30

    LEMBAR KONSELING

    No. Sasaran

    Konseling

    Uraian Rekomendasi/Saran

    1. Pasien dan/atau

    keluarga

    -

    Efek terapi antibiotik amikacin-

    Efek samping amikacin : Hipersensitivitas,

    tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran.

    Memperingatkan bahwa diare dan perut kembung adalah efek samping yang umum dari

    antibiotik.

    Memberitahu dokter jika pasien mengalami efek samping

    Efek samping ranitidin seperti sakit perut, mual,

    muntah, perubahan warna atau konsistensi tinja,

    tinja berwarna hitam atau emesis; ikterus, sakit

    kepala, kelelahan yang berlebihan, pusing,

    memar yang tidak biasa atau perdarahan,

    petechiae, ruam atau sesak napas.

    Menyarankan untuk melaporkan gejala-gejala tersebut ke dokter

    Menyarankan pasien untuk mengurangi stres

    Efek smaping albumin : Demam, menggigil,

    sakit kepala, sakit punggung.

    menganjurkan pasien untuk melaporkan gejala berikut untuk dokter:

    Efek samping ketorolac : ruam kulit, gatal-gatal,

    gangguan penglihatan, kenaikan berat badan,

    edema, tinja berwarna hitam atau sakit kepala

    terus-menerus.

    menganjurkan pasien untuk melaporkan gejala-gejala tersebut ke dokter.

    Efek samping furosemide : Indikasi kelemahan,

    pusing, kebingungan mental, anoreksia, lesu,

    muntah, kram, sakit kepala terus-menerus ataudemam, sakit perut, diare, cepat atau tidak

    teratur denyut jantung, menguning kulit atau

    mata, atau dyspnea.

    menganjurkan pasien untuk melaporkan gejala tersebut untuk dokter:

    Monitoring efek samping obat dexamethasone

    overload cairan meningkat (edema perifer,

    memberitahu dokter jika tanda-tanda tersebut terjadi

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    27/30

    peningkatan berat badan, rales / ronki, dyspnea).

    Efek samping midazolam sedasi. Memberitahu bahwa obat midazolam dapat menyebabkan kantuk

    2. Ahli gizi Pada pasien yang akan menerima nutrisi

    multivitamin cernevit parenteral total dalam

    jangka waktu lama, kadar vitamin A, C, D dan

    asam folat dalam darah harus dikontrol.

    Memberi saran ahli gizi untukmenghitung kebutuhan vitamin harian untuk mencegah over

    dosis dan efek toksik

    3. Dokter Monitoring efek samping obat Dexamethasone

    overload cairan meningkat (edema perifer,

    peningkatan berat badan, rales / ronki, dyspnea)

    Memberitahu dokter jika tanda-tanda dialaami pasien dan menghentikan terapi dengan

    persetujuan dokter

    Terdapat interaksi obat. IO denganAminoglikosida dapat meningkatkan toksisitas

    pendengaran. IO dengan Nonsteroidal anti-inflammatory dapat mengurangi efek

    furosemide.

    Memberi tahu dokter jika terdapat interaksi obat

    4. Perawat Efek samping dan interaksi obat furosemide Menyarankan perawat melakukan evaluasi pendengaran awal dan memantau BP; nadiapikal; berat; serum elektrolit, kalsium, glukosa, asam urat, CO2, BUN dan serum creatine ;

    CBC; dan fungsi hati dan ginjal dan memonitor secara teratur Memberitahu dokter jikaperubahan mendadak dalam status cairan dan elektrolit dicatat.

    Insulin memiliki efek terapi menurunkan guladarah

    Monitoring gula dara GDP dan GD2JPP dengan bantuan perawat

    -

    Monitoring tanda-tanda vital sebelumpemberian obat tramadol dengan bantuan

    perawat Jika pasien hipotensi atau dyspneic,memberitahu dokter sebelum memberikan.

    -

    Memeriksa retensi urin.

    -

    Menilai efektivitas obat dalam menghilangkanrasa sakit.

    Meminta bantuan perawat untuk monitoring tanda-tanda vital dan meminta bantuan sampelurin

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    28/30

    Mencatat riwayat hipersensitivitas terhadap

    midazolam (benzodiazepin) dan ada depresiSSP serta efek samping obat

    Meminta bantuan perawat untuk terus memantau pasien jika terjadi hipoventilasi atau apnea.

    Efek samping metamizole menyebabkanTekanan Darah berubah-ubah secara drastis

    Meminta bantuan perawat untuk selalu memantau tekanan darah pasien

    Infus KAEN Mg3 memiliki efek sampinghipoglikemia

    Memantau kadar K pasien

    Nyeri pasien sudah berangsung berkurang Menghentikan beberapa obat penghilang nyeri seperti dexamethasone dengan persetujuan

    dokter

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    29/30

    TUGAS TAMBAHAN

    Ada beberapa rumus yang sudah di kembangkan oleh berbagai pusat perawatan untuk

    menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar. Diantaranya rumus Brooke,Evan

    dan Parkland. Dua sistem yang sering digunakan adalah Modifikasi Brooke dan Parkland.

    Kedua rumus ini menghitung kebutuhan cairan berdasarkan luas daerah luka bakar di kali

    berat pasien dalam kilo gram, dikali volume larutan Ringer yang akan diberikan dalam 24

    jam pasca-luka bakar. Pada kedua perhitungan,setengah jumlah cairan diberikan dalam 8 jam

    pertama resusitasi, dengan seperempat dari seluruh jumlah semula diberikan tiap 8 jam

    berikutnya.

    Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :

    24 jam pertama,Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar

    o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %

    o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama

    jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam

    jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

    Cara lain adalah cara Evans :

    l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam

    2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam

    Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam

    16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan

    hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

    Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter yaitu :

    Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan

    dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena

    terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang

    dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20

    % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari.

    Jadi, jawaban menggunakan perhitungan Baxter : % luka bakar x BB x 4cc = 22% x

    70x 4cc = 6160cc, 3080cc pada 8 jam pertama, 16 jam berikutnya sisanya, pada hari kedua

    3080cc saja.

    % x BB x 4 cc

  • 8/10/2019 Manajemen Nyeri Pada Combustio

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    Arif .2009. SK: Terapi Cairan pada Luka Bakar berat. In: Harijianto E, ed. Panduan

    tatalaksana terapi cairan perioperatif. Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan

    Reanimasi Indonesia; P. 193-206

    Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi Kedelapan,Volume Pertama. EGC. Jakarta.

    David C Sabiston. 1995.Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

    David S. Perdanakusuma, 2006, Penanganan Luka Bakar, Airlangga University Press.

    Surabaya.

    Gallagher RM. 1999. Primary care and pain medicine: A community solu- tion to the public

    health problem of chronic pain. Med Clin North Am

    Grunwald TB, Garner WL. 2008.Acute Burns. Plast Reconstr Surg;121:311e-9e.

    Mehta NM, Compher C. A.S.P.E.N. 2009. Clinical guidelines: Nutrition support of the

    critically ill child. Journal of parenteral and enteral nutrition; 33(3):260-76.

    Moenadjat, 2003. Luka Bakar, Pengetahuan Klinis Praktis,Edisi Kedua, Cetakan

    Kedua.Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta.

    Pasero C, Paice JA, McCaffery M. 1999.Basic mechanisms underlying the causes and effects

    of pain.In: McCaffery M, Pasero C, eds. Pain. St. Louis: Mosby.

    R Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran

    EGC. Jakarta.

    Sjaifudin Noer. 2006.Penanganan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya.

    Sullivan, M.M, et al. 2001.Respirology; 6:43-50.

    Yurt RW, Howell JD. 2008. Greenwald BM. Burns, electrical injuries, and smoke inhalation.

    Dalam: Nichols DG, penyunting. Roger's textbook of pediatric intensive care. Edisi ke- 4.

    Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins. hlm. 414-25.