manajemen konstruksi.docx
DESCRIPTION
ewrewrTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen proyek merupakan suatu tata cara untuk mengelolah sumber penghasilan
yang penting untuk menyelesaikan proyek dari awal sampai selesainya proyek tersebut.
Manajemen proyek dapat diterapkan pada jenis proyek apapun, dan dipakai secara luas untuk
dalam menyelesaikan proyek yang besar dan kompleks. Fokus utama manajemen proyek
adalah pencapaian semua tujuan akhir proyek dengan segala batasan yang ada, waktu dan
dana yang tersedia.
Seiring berkembangnya teknologi informasi, manusia mulai menggunakan komputer
dalam melakukan manajemen proyek, untuk membantu perhitungan. Peralihan manajemen
proyek dengan menggunakan komputer membuat manajemen proyek menjadi lebih cepat,
efektif dan efisien. Perkembangan perangkat lunak yang pesat juga mendorong transformasi
manajemen proyek yang tradisional menjadi sebuah perangkat lunak manajemen proyek.
Perangkat lunak manajemen proyek (project management)adalah suatu kumpulan
perangkat lunak yangmendukungperancangan dan pelaksanaan suatu proyek dengan
menggunakanmedia komputer. Perangkat lunak manajemen proyek ini membantu kepala
proyek dalam perancanaan,pengorganisasian,dan manajemen sumber daya dalam proses
penyelesaian suatu proyek. Perangkat lunak manajemen proyek ini bertujuan untuk
membantu mencapai tujuan dan hasil akhir proyek, dengan batasanbatasan yang ada. Tujuan
ini dapat dicapai dengan cara mengoptimisasi alokasi sumberdaya yang ada, dengan batasan
waktu, dan biaya yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.l Manajemen Proyek
Kemajuan dan perkembangan dalam perindustrian telah mendorong untuk melakukan
beberapa aspek pengelolaan dan manajemen yang dituntut memiliki kinerja, kecermatan,
ekonomis, kecepatan, ketepatan, ketelitian serta keamanan yang tinggi dalam mengelola
harapan . Manajemen suatu kegiatan baik investasi kecil maupun besar dalam skala proyek
memerlukan suatu metode yang sudah teruji, sumber daya yang berkualitas dan penerapan
ilmu pengetahuan yang tepat.
Proyek merupakan gabungan seperti sumber daya manusia, material, machine dan
modal/biaya dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai tujuan dalam sasaran
dan tujuan. Sifat dari suatu proyek adalah bersifat sementara dan dalam kurun waktu yang
dibatasi. Suatu proyek biasanya terjadi karena suatu keperluan yang mendesak karena
tuntutan pengembangan dari suatu lokasi tertentu.
Jenis proyek dalam buku ini dikelompokkan berdasarkan komponen kegiatan utama dan hasil
akhirnya, yaitu :
1. Proyek konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung, jalan raya, dan lain-
lain
2. Proyek Industri Manufaktur. Kegiatannya mulai dari merancang hingga terciptanya suatu
produk baru.
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan. Melakukan penelitian dan pengembangan hingga
tercuptanya sebuah produk tertentu dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
suatu produk, pelayanan atau suatu metode tertentu.
4. Proyek Padat modal. Suatu proyek yang memerlukan modal yang besar. Misalnya
pembebasan tanah, pembelian dan pengadaan suatu barang, pembangunan suatu fasilitas
produksi dan lain-lain
5. Proyek Pengembangan Produk Baru. Merupakan gabungan dari proyek penelitian dan
pengembangan dengan proyek padat modal.
6. Proyek Pelayanan Manajemen. Berhubungan dengan fasilitas nonfisik atau jasa dari
perusahaan. Misalnya pengembangan sistem informasi perusahaan, Peningkatan
produktivitas dari karyawan, dan lain-lain
7. Proyek Infrastruktur. Penyediaan kebutuhan masyarakat luas dalam hal prasarana
transportasi, Waduk, pembangkit listrik, instalasi telekomunikasi dan penyediaan sumber
air minum.
Definisi dari manajemen proyek yaitu penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan
ketrampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja, waktu,
mutu dan keselamatan kerja. Dalam manajemen proyek, perlunya pengelolaan yang baik dan
terarah karena suatu proyek memiliki keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu proyek
bisa tercapai. Yang perlu dikelola dalam area manajemen proyek yaitu biaya, mutu, waktu,
kesehatan dan keselamatan kerja, sumberdaya, lingkungan, resiko dan sistem informasi.
Ada tiga garis besar yang dibahas dalam buku ini untuk menciptakan berlangsungnya
sebuah proyek, yaitu :
1. Perencanaan
Untuk mencapai tujuan, sebuah proyek perlu suatu perencanaan yang matang. Yaitu
dengan meletakkan dasar tujuan dan sasaran dari suatu proyek sekaligus menyiapkan
segala program teknis dan administrasi agar dapat diimplementasikan.Tujuannya agar
memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu, mutu, biaya dan
keselamatan kerja. Perencanaan proyek dilakukan dengan cara studi kelayakan, rekayasa
nilai, perencanaan area manajemen proyek (biaya, mutu, waktu, kesehatan dan
keselamatan kerja, sumberdaya, lingkungan, resiko dan sistem informasi.
2. Penjadwalan
Merupakan implementasi dari perencanaan yang dapat memberikan informasi tentang
jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber daya (biaya, tenaga kerja,
peralatan, material), durasi dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek. Penjadwalan
proyek mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses
monitoring dan updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang realistis
agar sesuai dengan tujuan proyek. Ada beberapa metode untuk mengelola penjadwalan
proyek, yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart, Penjadwalan Linear (diagram
Vektor), Network Planning dan waktu dan durasi kegiatan. Bila terjadi penyimpangan
terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi agar proyek tetap
berada dijalur yang diinginkan.
3. Pengendalian Proyek
Pengendalian mempengaruhi hasil akhir suatu proyek. Tujuan utama dari utamanya yaitu
meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi selama berlangsungnya proyek.
Tujuan dari pengendalian proyek yaitu optimasi kinerja biaya, waktu , mutu dan
keselamatan kerja harus memiliki kriteria sebagai tolak ukur. Kegiatan yang dilakukan
dalam proses pengendalian yaitu berupa pengawasan, pemeriksaan, koreksi yang
dilakukan selama proses implementasi.
Inisiasi adalah sebuah disiplin keilmuan dalam hal perencanaan, pengorganisasian,
pengelolaan (menjalankan serta pengendalian), untuk dapat mencapai tujuan-tujuan
proyek. Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal
pekerjaannya dan waktu selesainya (dan biasanya selalu dibatasi oleh waktu, dan seringkali
juga dibatasi oleh sumber pendanaan), untuk mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan
unik, dan pada umumnya untuk menghasilkan sebuah perubahan yang bermanfaat atau yang
mempunyai nilai tambah. Proyek selalu bersifat sementara atau temporer dan sangat kontras
dengan bisnis pada umumnya (Operasi-Produksi), dimana Operasi-Produksi mempunyai sifat
perulangan (repetitif), dan aktifitasnya biasanya bersifat permanen atau mungkin semi
permanen untuk menghasilkan produk atau layanan (jasa/servis). Pada prakteknya,
tipe manajemen pada kedua sistem ini sering berbeda, dengan kemampuan teknis dan
keputusan manajemen strategis yang spesifik.
Tantangan utama sebuah proyek adalah mencapai sasaran-sasaran dan tujuan proyek
dengan menyadari adanya batasan-batasan yang telah dipahami sebelumnya.Pada umumnya
batasan-batasan itu adalah ruang lingkup pekerjaan, waktu pekerjaan dan anggaran pekerjaan.
Dan hal ini biasanya disebut dengan "triple constrains" atau "tiga batasan". Dengan semakin
meningkatnya kesadaran akan harkat dan martabat individu dalam menjalankan proyek, maka
batasan ini kemudian berkembang dengan ditambahkan dengan batasan keempat yaitu
faktor keselamatan. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengoptimasikan dan
pengalokasian semua sumber daya dan mengintegrasikannya untuk mencapai tujuan proyek
yang telah ditentukan.
2.2 Sejarah Manajemen Industri
Tidak ditemukan sumber yang pasti mengenai bagaimana sejarah manajemen proyek
yang sebenarnya. Namun, bukti terhadap diimplementasikannya ilmu manajemen proyek
sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya piramid
raksasa di kota Mesir. Piramida yang secara umum merupakan sebuah bangunan yang
berfungsi sebagai makam raja-raja dan juga sebagai sarana tempat peribadahan, merupakan
bukti yang paling menakjubkan dari penerapan ilmu manajemen proyek pada masa lalu.
Pembangunan piramid yang tidak dilakukan sembarangan membuktikan bahwa desain dari
setiap sudut bangunan diperhitungkan dengan sangat teliti. Hampir setiap piramid dibangun
dengan memperhitungkan jarak piramid dengan matahari, karena matahari merupakan
elemen terpenting bagi kehidupan masyarakat kuno. Pembangunan piramid ini tidak mungkin
dapat terlaksana jika tidak ada orang yang melakukan perencanaan, pengorganisasian dan
menggerakkan para pekerja serta melakukan pengontrolan dalam pembangunannya. Dan
sejarah pun mencatat bahwa bangsa Indonesia juga mempunyai catatan gemilang dalam
Manajemen Proyek, salah satunya adalah Borobudur yang dibangun pada kurun waktu antara
Tahun 760 dan 830 pada masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah.
Sebagai sebuah dispilin keilmuan, Manajemen Proyek dikembangkan dari beberapa bidang
aplikasi termasuk didalamnya konstruksi sipil, teknik rekayasa, dan juga aktivitas di bidang
HANKAM (pertahanan-keamanan). Manajemen Proyek telah diterapkan dari awal perabadan
manusia. Di antaranya misalnya Vitruvius (1 abad SM), Christopher Wren (1632-1723),
Thomas Telford (1757-1834) dan Isambard Kingdom Brunel (1806-1859).
Kemudian baru pada tahun 1900 an Manajemen Proyek dengan proses sistematiknya
diterapkan pada proyek rekayasa yang kompleks. Dua tokoh yang fenomenal dari manajemen
proyek. Adalah Henry Gantt, disebut ayah dari teknik perencanaan dan kontrol , yang
terkenal dengan penggunaan tentang Gantt chart sebagai alat manajemen proyek;. dan
kemudian Henri Fayol untuk ciptaan-Nya dari 5 fungsi manajemen yang membentuk dasar
dari tubuh pengetahuan yang terkait dengan proyek dan manajemen program . Gantt dan
Fayol, keduanya adalah mahasiswa Frederick Winslow Taylor untuk memperdalam teori
manajemen ilmiah. Karyanya adalah pelopor alat manajemen proyek modern termasuk
rincian struktur kerja (WBS - Work Breakdown Structure) dan alokasi sumber daya.
Tahun 1950 menandai awal era Manajemen Proyek modern datang bersama-sama dengan
bidang Rekayasa Teknis (Enjinering) sebagai satu kesatuan. Manajemen proyek menjadi
dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang berbeda yang timbul dari disiplin ilmu manajemen
dengan model rekayasa Di Amerika Serikat [9]. Sebelum tahun 1950-an secara garis besar,
proyek dikelola dengan menggunakan Grafik Gantt, sebagai suatu alat dan teknik informal.
Pada saat itu, dua model penjadwalan proyek dengan model matematis sedang
dikembangkan. Yang pertama adalah Metode Jalur Kritis (CPM - Critical Path Method) yang
dikembangkan pada suatu proyek sebagai usaha patungan antara DuPont Corporation dan
Remington Rand Corporation untuk mengelola proyek-proyek pemeliharaan tanaman. Dan
yang kedua adalah "Evaluasi Program dan Tinjauan Teknik" (atau PERT - Program
Evaluation and Review Technique), dikembangkan oleh Booz Allen Hamilton sebagai bagian
dari Angkatan Laut Amerika Serikat (dalam hubungannya dengan Lockheed Corporation)
dalam pengembangan Program rudal kapal selam Polaris; Perhitungan teknik matematis ini
kemudian cepat menyebar ke perusahaan-perusahaan swasta untuk diterapkan. Dalam waktu
yang sama, model penjadwalan-proyek juga sedang dikembangkan, teknik menghitung biaya
proyek, manajemen biaya, dan ekonomi teknik terus berkembang, dengan kepeloporannya
oleh Hans Lang dan lain-lain.
Pada tahun 1956, American Association of Cost Engineers (AACE), yang sekarang
disebut AACE Internasional; Asosiasi Internasional untuk ahli Teknik Biaya yang pada
awalnya dibentuk oleh praktisi manajemen proyek dan spesialisasi terkait dengan
perencanaan dan penjadwalan, perkiraan biaya , dan pengenadalian jadwal proyek
(Pengendali Proyek - Project Control). AACE terus bekerja sebagai perintis dan pada tahun
2006 pertama kali merilis proses yang terintegrasi untuk manajemen portofolio, program dan
proyek (Total Cost Management Framework). AACE meneawarkan beberapa sertifikasi
seperti CCE, PSP dan lain sebagainya.Pada tahun 1967, International Project Management
Association (IPMA) didirikan di Eropa, sebagai sebuah federasi dari beberapa asosiasi
manajemen proyek nasional. IPMA memelihara struktur federal hari ini dan sekarang
termasuk asosiasi anggota pada setiap benua kecuali Antartika. IPMA menawarkan
Sertifikasi Tingkat Empat program yang berdasarkan Baseline IPMA Kompetensi (ICB). ICB
ini mencakup kompetensi teknis, kompetensi kontekstual, dan kompetensi perilaku.
Pada tahun 1969, Project Management Institute (PMI) dibentuk di Amerika Serikat.PMI
menerbitkan buku Panduan yang sering disebut dengan PMBOK Guide (Project Management
Body of Knowledge Guide), yang menggambarkan praktek manajemen proyek yang umum
untuk "hampir semua proyek dan hampir semua waktu". PMI juga menawarkan beberapa
sertifikasi seperti PMP, CAMP dan lain sebagainya.
Di Indonesia sendiri Manajemen Proyek berkembang pada era tahun 1970-1990 an
diawali dengan semakin banyaknya berkembang proyek-proyek infrastruktur yang banyak
memerlukan profesional di bidang Manajemen Proyek. Salah satunya yang berdiri pertama
kali adalah Project Management Institut Chapter Jakarta (yan sekarang disebut PMI -
Indonesia). PMI Indonesia didirikan pada tahun 1996 dan merupakan organisasi yang
didedikasikan untuk meningkatkan, konsolidasi dan penyaluran manajemen proyek Indonesia
dan bekerja untuk pengembangan pengetahuan dan keahlian untuk kepentingan
semua stakeholder. Organisasi ini adalah salah satu cabang dari Project Management Institute
(PMI), sebuah organisasi, nirlaba profesional di seluruh dunia terkemuka.Dan pada tanggal
16 Juli 1999 didirikanlah Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI) yang
merupakan asosiasi dari para Ahli Manajemen Proyek Indonesia dan didirikan di Jakarta,
sebagai salah satu asosiasi profesi anggota LPKJ. Lembaga IAMPI ini juga menawarakan
sertifikasi yang betaraf nasional di Indonesia.Dan terakhir adalah lembaga ITAPPI (Ikatan
Tenaga Ahli Pengendali Proyek Indonesia) yang didirikan pada tahun 2008 dan merupakan
organisasi profesional dengan bidang pengendali proyek (Project Control).
2.3 Proses Manajemen
Pendekatan mengenai tahapan proyek secara umum adalah mengidentifikasi urutan
langkah yang harus diselesaikan. Dalam "pendekatan tradisional" ini, lima komponen
perkembangan proyek dapat dibedakan (empat tahap ditambah kontrol) dan ditambah lagi
tahapan penyelesaian proyek, yang dapat juga dapat disebut "Siklus Kehidupan Proyek"
(Project Life Cycle). Secara umum, siklus hidup proyek merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah proyek direncanakan, dikontrol, dan
diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai.
Terdapat lima tahap kegiatan utama yang dilakukan dalam siklus hidup proyek yaitu :
1. Inisiasi
Tahap inisiasi proyek merupakan tahap awal kegiatan proyek sejak sebuah proyek
disepakati untuk dikerjakan. Pada tahap ini, permasalahan yang ingin diselesaikan akan
diidentifiasi. Beberapa pilihan solusi untuk menyelesaikan permasalahan juga
didefinisikan. Sebuah studi kelayakan dapat dilakukan untuk memilih sebuah solusi yang
memiliki kemungkinan terbesar untuk direkomendasikan sebagai solusi terbaik dalam
menyelesaikan permasalahan. Ketika sebuah solusi telah ditetapkan, maka seorang
manajer proyek akan ditunjuk sehingga tim proyek dapat dibentuk.
2. Perencanaan dan desain
Ketika ruang lingkup proyek telah ditetapkan dan tim proyek terbentuk, maka aktivitas
proyek mulai memasuki tahap perencanaan. Pada tahap ini, dokumen perencanaan akan
disusun secara terperinci sebagai panduan bagi tim proyek selama kegiatan proyek
berlangsung. Adapun aktivitas yang akan dilakukan pada tahap ini adalah membuat
dokumentasi project plan, resource plan, financial plan, risk plan, acceptance plan,
communication plan, procurement plan, contract supplier dan perform phare review.
3. Pelaksanaan dan konstruksi
Tahap Eksekusi (Pelaksanaan proyek dan/atau Konstruksi) Dengan definisi proyek yang
jelas dan terperinci, maka aktivitas proyek siap untuk memasuki tahap eksekusi atau
pelaksanaan proyek. Pada tahap ini, deliverables atau tujuan proyek secara fisik akan
dibangun. Seluruh aktivitas yang terdapat dalam dokumentasi project plan akan
dieksekusi.
4. Pemantauan dan sistem pengendalian
Sementara kegiatan pengembangan berlangsung, beberapa proses manajemen perlu
dilakukan guna memantau dan mengontrol penyelesaian deliverables sebagai hasil akhir
proyek.
5. Penyelesaian.
Tahap ini merupakan akhir dari aktivitas proyek. Pada tahap ini, hasil akhir proyek
(deliverables project) beserta dokumentasinya diserahkan kepada pelanggan, kontak
dengan supplier diakhiri, tim proyek dibubarkan dan memberikan laporan kepada semua
stakeholder yang menyatakan bahwa kegiatan proyek telah selesai dilaksanakan. Langkah
akhir yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan post implementation review
untuk mengetahui tingkat keberhasilan proyek dan mencatat setiap pelajaran yang
diperoleh selama kegiatan proyek berlangsung sebagai pelajaran untuk proyek-proyek
dimasa yang akan dating. Organisasi Proyek Tahapan ini merupakan tahapan sebuah
proyek sebelum kemudian ditutup (penyelesaian). Namun tidak semua proyek akan
melalui setiap tahap, artinya proyek dapat dihentikan sebelum mereka mencapai
penyelesaian.
Manajemen Konstruksi pada umumnya akan meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan
waktu. manajemen material serta manjemen tenaga kerja. Pada prinsipnya, dalam manajemen
konstruksi, manajemen tenaga kerja merupakan salah satu hal yang akan lebih ditekankan.
Hal ini disebabkan manajemen perencanaan hanya berperan sekitar 20% dari rencana kerja
proyek. Sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu
proyek. Adapun fungsi dari manajemen konstruksi yaitu :
1. Sebagai Quality Control sehingga dapat menjaga kesesuaian antara perencanaan dan
pelaksanaan
2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan yang tidak pasti serta mengatasi
kendala terjadinya keterbatasan waktu pelaksanaan
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai. Hal itu dilakukan dengan
opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan dalam pengambilan keputusan terhadap masalah-
masalah yang terjadi di lapangan
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang baik yang
dapat digunakan untuk menganalisis performa dilapangan
2.4 Manajemen Waktu Proyek
Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang manajer proyek. Manajemen waktu proyek dibutuhkan manajer proyek untuk
memantau dan mengendalikan waktu yang dihabiskan dalam menyelesaikan sebuah proyek.
Dengan menerapkan manajemen waktu proyek, seorang manajer proyek dapat mengontrol
jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim proyek untuk membangun deliverables proyek
sehingga memperbesar kemungkinan sebuah proyek dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan. Terdapat beberapa proses yang perlu dilakukankan seorang manajer
proyek dalam mengendalikan waktu proyek yaitu : 1. Mendefinisikan aktivitas proyek.
Merupakan sebuah proses untuk mendefinisikan setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan proyek. 2. Urutan aktivitas proyek. Proses ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mendokumentasikan hubungan antara tiap-tiap aktivitas proyek. 3.
Estimasi aktivitas sumber daya proyek. Estimasi aktivitas sumber daya proyek bertujuan
untuk melakukan estimasi terhadap penggunaan sumber daya proyek. 4. Estimasi durasi
kegiatan proyek. Proses ini diperlukan untuk menentukan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan proyek. 5. Membuat jadwal proyek. Setelah seluruh
aktivitas, waktu dan sumber daya proyek terdefinisi dengan jelas, maka seorang manager
proyek akan membuat jadwal proyek. Jadwal proyek ini nantinya dapat digunakan untu
menggambarkan secara rinci mengenai seluruh aktivitas proyek dari awal pengerjaan proyek
hingga proyek diselesaikan. 6. Mengontrol dan mengendalikan jadwal proyek. Saat kegiatan
proyek mulai berjalan, maka pengendalian dan pengontrolan jadwal proyek perlu dilakukan.
Hal ini diperlukan untuk memastikan apakah kegiatan proyek berjalan sesuai dengan yang
telah direncanakan atau tidak. Setiap proses di atas setidaknya terjadi sekali dalam setiap
proyek dan dalam satu atau lebih tahapan proyek.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer proyek handal adalah
kemampuan dalam melakukan manajemen ruang lingkup proyek. Dalam hal ini, seorang
manajer proyek harus mampu memastikan bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan dalam
proyek adalah aktivitas yang berhubungan dengan proyek dan aktivitas tersebut telah
memenuhi kebutuhan proyek. Dengan kata lain, manajemen ruang lingkup proyek memiliki
fungsi untuk mendefinisikan serta mengendalikan aktivitas-aktivitas apa yang bisa dilakukan
dan aktivitas-aktivitas apa saja yang tidak boleh dilakukan dalam menyelesaikan suatu
proyek. Terdapat beberapa proses yang perlu dilakukan seorang manajer proyek dalam
melakukan manajemen ruang lingkup proyek, yaitu : 1.Perencanaan ruang lingkup proyek.
Pada tahap ini, manajer proyek akan mendokumentasikan bagaimana ruang lingkup proyek
akan didefinisikan, diverifikasi, dikontrol dan menentukan bagaimana WBS akan dibuat serta
merencanakan bagaimana mengendalikan perubahan akan ruang lingkup proyek. 2.
Mendefinisikan ruang lingkup proyek. Pada tahap ini, ruang lingkup proyek akan
didefinisikan secara terperinci sebagai landasan untuk pengambilan keputusan proyek dimasa
depan. 3. Membuat Work Breakdown Structure. WBS merupakan pembagian deliverables
proyek berdasarkan kelompok kerja. WBS dibutuhkan karena pada umumnya dalam sebuah
proyek biasanya melibatkan banyak orang dan deliverables, sehingga sangat penting untuk
mengorganisasikan pekerjaan-pekerjaan tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih terperinci
lagi. 4. Melakukan verifikasi ruang lingkup proyek. Tahap ini merupakan tahap dimana final
project scope statement diserahkan kepada stakeholder untuk diverifikasi. 5. Melakukan
kontrol terhadap ruang lingkup proyek. Dalam pelaksanaan proyek, tidak jarang ruang
lingkup proyek mengalami perubahan. Untuk itu, perlu dilakukannya kontrol terhadap
perubahan ruang lingkup proyek. Perubahan yang tidak terkendali, akan mengakibatkan
meluasnya ruang lingkup proyek.
2.5 Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Manajer Proyek
Seorang manager proyek merupakan seorang professional dalam bidang manajemen
proyek. Manajer proyek memiliki tanggung jawab untuk melakukan perencanaan,
pelaksanaan dan penutupan sebuah proyek yang biasanya berkaitan dengan bidang industri
kontruksi, arsitektur, telekomunikasi dan informasi teknologi. Untuk menghasilkan kinerja
yang baik, sebuah proyek harus dimanage dengan baik oleh manajer proyek yang berkualitas
baik serta memiliki kompetensi yang disyaratkan. Lalu apa saja kompetensi yang dimaksud?
Seorang manajer proyek yang baik harus memiliki kompetensi yang mencakup unsur ilmu
pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan sikap (attitude). Ketiga unsur ini
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan proyek. Sebuah proyek
akan dinyatakan berhasil apabila proyek dapat diselesaikan sesuai dengan waktu, ruang
lingkup dan biaya yang telah direncanakan. Manajer proyek merupakan individu yang paling
menentukan keberhasilan / kegalan proyek. Karena dalam hal ini manajer proyek adalah
orang yang memegang peranan penting dalam mengintegrasikan, mengkoordinasikan semua
sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas kenberhasilan dalam
pencapaian sasaran proyek. Untuk menjadi manajer proyek yang baik, terdapat 9 ilmu yang
harus dikuasai. Adapun ke sembilan ilmu yang dimaksud antara lain :
1. Manajemen Ruang Lingkup;
2. Manajemen Waktu;
3. Manajemen Biaya;
4. Manajemen Kualitas;
5. Manajemen Sumber Daya Manusia;
6. Manajemen Pengadaan;
7. Manajemen Komunikasi;
8. Manajemen Resiko;
9. Manajemen Integrasi.
Seorang manajer proyek yang baik juga harus mempersiapkan dan melengkapi kemampuan
diri sendiri yang bisa diperoleh melalui kursus manajemen proyek. Adapun panduan referensi
standart internasional yang kerap dipergunakan dalam bidang manajemen proyek adalam
PMBOK (Project Management Body Of Knowledge). Setelah seorang manajer proyek dirasa
cukup menguasai bidang pekerjaan yang sedang dijalani, maka disarankan untuk dapat
mengambil sertifikasi manajemen proyek. Mereka yang berhasil mendapatkan sertifikasi ini
akan memperoleh gelar PMP (Project Management Professional) dibelakang namanya
sebagai bukti dimilikinya kemampuan terkait.
2.6 Tipe Organisasi didalam Proyek
Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki
keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta memiliki spesifikasi tersendiri
atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam
mengerjakan suatu proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk
mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron
sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan
bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan
kualitas yang diharapkan. Secara umum, terdapat 4 jenis organisasi proyek yang biasa
digunakan dalam menyelesaikan suatu proyek. Adapun jenis-jenis organisasi proyek yang
dimaksud antara lain :
1. Organisasi Proyek Fungsional
Dalam organisasi proyek fungsional, susunan organisasi proyek dibentuk dari fungsi-
fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi. Organisasi ini biasanya digunakan ketika
suatu bagian fungsional memiliki kepentingan yang lebih dominan dalam
penyelesaian suatu proyek. Top manajer yang berada dalam fungsi tersebut akan
diberikan wewenang untuk mengkoordinir proyek. Adapun beberapa kelebihan yang
terdapat dalam organisasi proyek ini antara lain proyek dapat diselesaikan dengan
struktur dasar fungsional organisasi induk, memiliki fleksibilitas maksimum dalam
penggunaan staf, adanya pembauran berbagai jenis keahlian bagi tiap-tiap fungsi serta
peningkatan terhadap profesionalisme pada sebuah divisi fungsional. Sedangkan
beberapa kelemahan yang ditemui dalam organisasi proyek fungsional antara lain
proyek biasanya kurang fokus, terdapat kemungkinan terjadinya kesulitan integrasi
antar tiap-tiap fungsi, biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama serta motivasi
orang-orang yang terdapat dalam organisasi menjadi lemah.
2. Organisasi Proyek Tim Khusus
Dalam organisasi proyek tim khusus, organisasi akan membentuk tim yang bersifat
independen. Tim ini bisa direkrut dari dalam dan luar organisasi yang akan bekerja
sebagai suatu unit yang terpisah dari organisasi induk. Seorang manajer proyek full
time akan ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk memimpin tenaga-tenaga ahli
yang terdapat dalam tim. Adapun beberapa kelebihan yang terdapat dalam organisasi
proyek tim khusus yakni tim akan terbentuk dengan bagian-bagian yang lengkap dan
memiliki susunan komando tunggal sehingga tim proyek memiliki wewenang penuh
atas sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran proyek, sangat dimungkinkan
ditanggapinya perubahan serta dapat diambil sebuah keputusan dengan tepat dan
cepat karena keputusan tersebut dibuat oleh tim dan tidak menunda hierarki, status
tim yang mandiri akan menumbuhkan identitas dan komitmen anggotanya untuk
menyelesaikan proyek dengan baik, jalur komunikasi dan arus kegiatan menjadi lebih
singkat, mempermudah koordinasi maupun integrasi personel serta orientasi tim akan
lebih kuat kepada kepentingan penyelesaian proyek. Sedangkan beberapa kelemahan
yang ditemukan dalam organisasi proyek ini adalah biaya proyek menjadi besar
karena kurang efisien dalam membagi dan memecahkan masalah dalam penggunaan
sumber daya, terdapat kecendrungan terjadinya perpecahan antara tim proyek dengan
organisasi induk serta proses transisi anggota tim proyek untuk kembali ke fungsi
semula jika proyek telah selesai akan terasa sulit karena telah meninggalkan
departemen fungsionalnya dalam waktu yang lama.
3. Organisasi Proyek Matriks
Organisasi proyek matriks merupakan suatu organisasi proyek yang melekat pada
divisi fungsional suatu organisasi induk. Pada dasarnya organisasi ini merupakan
penggabungan kelebihan yang terdapat dalam organisasi fungsional dan organisasi
proyek khusus. Beberapa kelebihan yang terdapat dalam bentuk organisasi ini yaitu
manajer proyek bertanggung jawab penuh kepada proyek, permasalahan yang terjadi
dapat segera ditindaklanjuti, lebih efisien karena menggunakan sumber daya maupun
tenaga ahli yang dimiliki pada beberapa proyek sekaligus serta para personel dapat
kembali ke organisasi induk semula apabila proyek telah selesai. Adapun beberapa
kekurangan yang terdapat dalam bentuk organisasi proyek ini antara lain manajer
proyek tidak dapat mengambil keputusan mengenai pelaksanaan pekerjaan dan
kebutuhan personel karena keputusan tersebut merupakan wewenang dari pada
departemen lain, terdapat tingkat ketergantungan yang tinggi antara proyek dan
organisasi lain pendukung proyek serta terdapat dua jalur pelaporan bagi personel
proyek karena personel proyek berada dibahwah komando pimpinan proyek dan
departemen fungsional. 4. Organisasi Proyek Virtual Organisasi proyek virtual adalah
suatu bentuk organisasi proyek yang merupakan aliansi dari beberapa organisasi
dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Struktur kolaborasi ini
terdiri dari beberapa organisasi lain yang saling bekerjasama dan berada disekelilin
perusahaan inti. Adapun beberapa kelebihan yang terdapat dalam susunan organisasi
proyek virtual ini antara lain terjadi pengurangan biaya yang signifikan, cepat
beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi serta adanya peningkatan
terhadap fleksibilitas usaha. Sedangkan beberapa kekurangan yang terdapat dalam
organisasi ini yakni proses koordinasi keprofesionalan dari berbagai organisasi yang
berbeda dapat menjadi hambatan, terdapat potensi terjadinya kehilangan kontrol pada
proyek serta terdapat potensi terjadinya konflik interpersonal.
2.7 Jenis-Jenis Proyek
Proyek merupakan aktivitas yang bersifat temporer. Dalam pengerjaannya, selalu ada
batasan (time, scope dan budget) yang mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan proyek.
Perubahan terhadap salah satu faktor akan mempengaruhi faktor yang lain. Seluruh aktivitas
yang terdapat pada proyek merupakan sebuah mata rantai yang dimulai sejak dituangkannya
ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai
dengan perencanaannya semula. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat berbagai jenis
kegiatan proyek. Jenis-jenis kegiatan proyek tersebut secara garis besar terkait dengan
pengkajian aspek ekonomi, keuangan, permasalahan lingkungan, desain engineering,
marketing, manufaktur, dan lain-lain. Namun, pada kenyataannya, kita tidak dapat membagi-
bagi proyek pada satu jenis tertentu saja, kerena pada umumnya kegiatan proyek merupakan
kombinasi dari beberapa jenis kegiatan sekaligus. Akan tetapi, jika ditinjau dari aktivitas
yang paling dominan yang dilakukan pada sebuah proyek, maka kita dapat mengkategorikan
proyek sebagai berikut :
1. Proyek Engineering Kontruksi Dalam kegiatannya, aktivitas yang paling dominan yang
dilakukan dalam proyek ini adalah pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan
konstruksi.
2. Proyek engineering Manufacture Secara garis besar, kegitan proyek ini meliputi seluruh
kegitan yang bersifat untuk menghasilkan produk baru.
3. Proyek Pelayanan Manajemen Dalam pengerjaannya, aktivitas utama dalam proyek ini
adalah merancang system informasi manajemen, merancang program efisiensi dan
penghematan, diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan, memberikan bantuan
emergency untuk daerah yang terkena musibag, merancang strategi untuk mengurangi
kriminalitas dan penggunaan obat-obat terlarang dan lain-lain.
4. Proyek Penelitian dan Pengembangan. Adapun aktivitas utama yang dilakukan dalam
pelaksanaan proyek ini meliputi melakukan penelitian dan pengembangan suatu produk
tertentu.
5. Proyek Kapital Secara umum, kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini biasanya
digunakan oleh sebuah badan usaha atau pemerintah, misalnya pembebasan tanah, penyiapan
lahan dan pembelian material. Berdasarkan penjelasan di atas dapat juga ditarik suatu
kesimpulan yaitu bahwa dalam suatu jenis proyek yang memiliki beberapa aktivitas
sekaligus, maka pembagiannya merupakan kombinasi. Proyek pembuatan sumur minyak dan
gas, jika ditinjau dari segi pembangunannya dapat dikategorikan sebagai proyek engineering
konstruksi. Namun, dari seluruh tahapan dan biaya yang dibutuhkan pada pelaksanaannya
dapat dikategorikan sebagai proyek capital.
Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya dengan
memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan lingkup
kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar merupakan
kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek.
Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat batasan mengenai tugas,
wewenang, dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek baik langsung
maupun tidak langsung, sehingga tidak akan terjadi adanya tugas dan tangung jawab yang
dilakukan secara bersamaan (overlapping).
Apabila fungsi-fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan
terstruktur, maka tujuan akhir dari sebuah proyek akan mudah terwujud, yaitu:
1. Tepat Waktu
2. Tepat Kuantitas
3. Tepat Kualitas
4. Tepat Biaya sesuai dengan biaya rencana
5. Tidak adanya gejolak sosial dengan masyarakat sekitar
6. Tercapainya K3 dengan baik
Pelaksanaan proyek memerlukan koordinasi dan kerjasama antar organisasi secara solid dan
terstruktur. Dan hal inilah yang menjadi kunci pokok agar tujuan akhir proyek dapat selesai
sesuai dengan schedule yang telah direncanakan.
Pada Proyek ‘tempat penulis kerja praktek’, terdiri dari beberapa unsur organisasi yang
masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:
1. Pemilik proyek (owner)/investor yang juga merupakan konsultan manajemen konstruksi
2. Konsultan perencana arsitektur, landscape, dan quantity surveyor
3. Kontraktor pelaksana utama yang membawahi:
Konsultan perencana struktur dan mekanikal & elektrikal
Sub kontraktor spesialis
4. Kontraktor pondasi
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, ke-4 pihak tersebut harus mempunyai hubungan
kerja yang jelas, dan dapat bersifat ikatan kontrak, perintah, maupun garis koordinasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Disimpulkan bahwa permasalahan menejemen proyek adalah usaha yang berkaitan
dengan memelihara kerja sama sekelompok orang dalam suatu kesatuan serta usaha
memenfaatkan sumber daya lain untuk mencapai tujuan tertentu yang telah di tetapkan
sebelumnya. Sehingga setiap orang yang ikut untuk pencapaian tujuan tersebut harus
berusaha memelihara kerja sama tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wibisono. 2010. Manajemen Proyek. http://aguswibisono.com/2010/manajemen-
proyek/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013.
Manajemen Proyek. http://www.ilmusipil.com/manajemen-proyek. Diakses pada tanggal 19
Oktober 2013.
Manajemen Proyek. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_proyek. Diakses pada tanggal
19 Oktober 2013.