managemen kinerja lingkungan dengan pendekatan lca dan … · pt lotus indah textile industries ....
TRANSCRIPT
1
Abstrak— PT Lotus Indah Textile Industries
merupakan perusahaan yang bergerak di Industri
Tekstil, yang memproduksi produk tekstil berupa
benang pintal, kain sulaman, dan kain tanpa tenun.
Dalam penelitian ini dibatasi pada produk kain
sulaman. Meningkatnya isu lingkungan dan green
product menuntut setiap perusahaan menghasilkan
produk yang ramah lingkungan. Selain itu hasil
produk dari PT Lotus Indah Textile Industries
sebagian besar diekspor sehingga turut meningkat
nilai ekspor tekstil nasional khususnya Jawa Timur.
Pada penelitian ini akan diidentifikasi apakah
produk kain sulaman memiliki kriteria ramah
lingkungan dilihat dari sisi life cycle produk
dengan menggunakan pendekatan Life Cycle
Assessment (LCA). Dari hasil Life Cycle
Assessment (LCA) tersebut kemudian diusulkan
dua alternatif utama untuk mengurangi dampak
lingkungan pada proses embroidery dan pewarnaan
dengan menggunakan metode Analytical Network
Process (ANP). Metode ANP diterapkan pada
penelitian ini, karena data-data yang ada memiliki
hubungan keterkaitan antara satu elemen kriteria
dengan elemen kriteria lainnya dan hubungan
keterkaitan antara kriteria dengan subkriterianya.
Dalam pemilihan alernatif terdapat tiga kriteria dan
sub kriteria yang diperhitungkan untuk proses
pengambilan keputusan alternatif terbaik. Kriteria
–kriterianya adalah kriteria biaya, SDM dan bahan
baku produk. Sedangkan sub kriteria yang telah
ditentukan mencakup biaya material, bahan
pendukung pewarnaan dan kemampuan SDM.
Kata Kunci: Kain Sulaman, Life Cycle Assessment
(LCA), Analytical Network Process
(ANP)
I. PENDAHULUAN
Industri tekstil (tekstil dan produk tekstil)
merupakan salah satu dari tujuh komoditas prospek
ekspor terbesar di Indonesia pada tahun 2011.
Menurut data yang diperoleh dari kementrian
perindustrian, tekstil memiliki nilai ekspor sebesar
US$9,79 miliar pada tahun 2007 dan rata-rata
bertumbuh sebesar 7,31% setiap tahunnya sampai
tahun 2011. Data yang diperoleh oleh Asosiasi
Pertekstilan Indonesia (API) menunjukkan nilai
ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun
2011 mencapai US$13,4 miliar. Namun menurut
Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan
Indonesia (API), pihak Asosiasi Pertekstilan
Indonesia (API) telah memperkirakan pada tahun
2012 ekspor tekstil akan mengalami penurunan
menjadi US$11,92 miliar atau turun sebesar 11%
dari tahun 2011. Berdasarkan data tersebut, tekstil
dan produk tekstil (TPT) tidak memiliki kepastian
mengalami kenaikan jumlah ekspor setiap
tahunnya walaupun dalam 5 tahun terakhir (tahun
2007 sampai tahun 2011), ekspor tekstil memiliki
rata-rata kenaikan 7,31% karena itu sektor ini
harus diperhatikan pengembangannya [1].
Munculnya isu lingkungan yang saat ini
semakin sering dikampanyekan di seluruh dunia
sebagai akibat terjadinya pemanasan global dan
perubahan iklim menyebabkan semakin
bertambahnya kepedulian masyarakat terhadap
lingkungan, yang terlihat dari munculnya green
consumer. Kemunculan green consumer
menjadikan produk-produk yang melalui clean
production lebih diminati di pasar. Permintaan
pasar akan clean production menjadikan setiap
perusahaan dituntut untuk mengurangi dampak
lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi
yang dilakukannya. Hal-hal inilah yang mendukung
pertumbuhan green industry secara pesat. Dengan
Managemen Kinerja Lingkungan dengan
Pendekatan LCA dan ANP
pada Departemen Processing
di PT Lotus Indah Textile Industries
Andi Darwin F.Purba., Udisubakti Ciptomulyono.
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail : [email protected]; [email protected]
2
adanya green industry, maka perlu ditetapkan
standar baku yang berkaitan dengan lingkungan
yaitu sertifikasi ISO 14000 dan ISO 14001[2] yang
salah satunya berisi tentang kepedulian terhadap
lingkungan hidup. Namun green product tidak
hanya mencakup pada produk jadi saja, namun
juga pada penggunaan resources, energi, dan emisi
pada proses produksinya, transportasi, distributor,
konsumen, sampai pada akhir masa hidup produk
(Otman, 2005)[3].
Berdasarkan keterangan di atas, maka penelitian
tugas akhir di PT Lotus Indah Textile Industries
terkait pengukuran kinerja lingkungan akan
diidentifkasi dengan menggunakan metode Life
Cycle Assessment (LCA)[4]. Life Cycle Assessment
(LCA) merupakan metode pendekatan keseluruhan
daur hidup mulai dari awal proses produksi, bahan
mentah, sampai pada produk menjadi sampah
(akhir masa hidup produk) (Fava, 1991)[5].
Namun untuk penelitian tugas akhir ini hanya akan
dibatasi pada processing departement di PT Lotus
Indah Textile Industries. Analisis dengan
menggunakan metode LCA pada departemen ini
akan menghasilkan bagian dari processing yang
memiliki dampak lingkungan terbesar. Selanjutnya
dari hasil tersebut akan dirancang usulan-usulan
untuk mengurangi dampak lingkungan yang dapat
diimplementasikan di PT Lotus Indah Textile
Industries dengan menggunakan metode Analytical
Network Process (ANP). Metode ini dipilih karena
data-data yang dihasilkan dan juga usulan-usulan
yang akan diterapkan memiliki kriteria yang saling
berkaitan[6]. Selanjutnya untuk memilih alternatif
solusi terbaik yang akan diterapkan akan dilakukan
pembobotan berdasarkan pendapat para ahli.
II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahap awal dalam
melakukan penelitian. Tahap pendahuluan terdiri
dari identifikasi masalah, studi literatur, studi
lapangan, dan penentuan tujuan penelitian.
B. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data
yang diperlukan dalam penelitian serta mendukung
untuk mencapai tujuan penelitian. Data yang
dibutuhkan meliputi mesin yang digunakan selama
proses daur hidup yang dialami kain sulaman, zat-
zat bahan kimia yang dipakai selama proses yang
dilalui oleh produk serta data hasil kuesioner
mengenai tingkat kepentingan alternatif perbaikan
yang dilakukan. Data-data selama proses ruang
lingkup produk dimasukkan ke dalam database
software Simapro 7.1. Sedangkan untuk data hasil
wawancara dan kuisioner dikumpulkan pihak yang
terlibat langsung dan yang memiliki kompetensi.
C. Tahap Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, metode yang akan
digunakan adalah Life Cycle Assessment (LCA)
dan Analitycal Network Process (ANP). Dari hasil
pengolahan data menggunakan metode LCA
dengan menggunakan software Simapro 7.1
diketahui dampak lingkungan terbesar yang
dihasilkan selama proses yang dialami kain
sulaman berasal dari proses pewarnaan dan
embroidery. Dari hasil dampak lingkungan terbesar
tersebut, kemudian dilakukan usulan alternatif
perbaikan untuk mengurangi dampak lingkungan
terbesar yang terjadi. Selanjutnya usulan alternatif
perbaikan tersebut diolah dengan metode ANP
dengan menggunakan software Super Decision.
Dari hasil analisis ANP dengan menggunakan
software Super Decision ditemukan alternatif
terbaik.
D. Tahap Analisis dan Kesimpulan
Tahap analisis dan kesimpulan merupakan tahap
akhir dari rangkaian tahap dalam penelitian ini.
Dalam tahap ini akan dilakukan analisis terhadap
hasil-hasil pengolahan data yang telah didapatkan.
Dari hasil analisis tersebut kemudian dapat ditarik
suatu kesimpulan dari penelitian ini.
III. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
A. RUANG LINGKUP PRODUK
Produk yang diteliti dalam penelitian ini adalah
kain sulaman. Kain sulaman melalui beberapa
proses tahapan yang menggunakan mesin-mesin
selama ruang lingkupnya. Berikut ini data mesin
yang digunakan selama proses produksi kain
sulaman beserta dengan besaran energi yang
digunakan setiap mesin selama setahun.
Tabel 1: Mesin dan energi yang digunakan
No Nama AlatJumlah
Alat
Energi yang
dibutuhkan
(Watt)
Jam
Kerja
per Hari
Hari Kerja
per Minggu
Minggu
Kerja per
Tahun
Jumlah Energi
per Tahun
(KWH)
1 Saurer Tritectwister Mira 2 15000 16 6 50 144.000
2 Saurer Tritectwister Sam Jhin 2 15000 16 6 50 144.000
3 Saurer Hammel TN 766 856 2 16000 16 6 50 153.600
4 Cassati Carlo Sigma 3 630 16 6 50 9.072
5 Saurer Tipe Unika 3 16000 16 6 50 230.400
6 Saurer Hirauka EG 2 16500 16 6 50 158.400
7 Dyeing Machine (Krshna 200) 1 12000 16 6 50 57.600
8 Dyeing Machine (Krshna 100) 1 12000 16 6 50 57.600
9 Dyeing Machine (Krshna 50) 1 9500 16 6 50 45.600
10 Jet Dyeing 2 38450 16 6 50 369.120
11 Heat Dyeing (sample) 2 7500 16 6 50 72.000
12 Stenter 1 27000 16 6 50 129.600
1.570.992 Total
3
Selain mesin-mesin yang digunakan dalam proses
produksi, juga terdapat bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses pewarnaan kain sulaman.
Data yang diperoleh merupakan akumulasi bahan
yang digunakan selama setahun. Tabel 2. Bahan Kimia dalam proses pewarnaan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November DesemberJumlah (Kg)
Coustic soda 525 0 0 0 0 25 0 625 0 0 525 525 2225
Apresol 200 0 0 0 0 0 320 0 0 0 0 0 520
Atlacron blue efbl 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 10 25 45
Atlacron Blue SBG 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 10
Atlacron Navy Blue S2EL 0 0 10 0 10 0 0 0 10 0 0 25 55
Atlacron red F3BSN 100 75 50 25 50 0 25 25 25 25 35 200 635
Atlacron Red FBB 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 75 85
Atlacron Scarlet ES 0 10 0 0 0 0 10 0 0 0 0 25 45
Atlacron Scarlet GS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 20 25
Atlacron Violet S3R 0 10 0 0 0 0 0 0 0 10 0 10 30
Atlacron yellow brown S2nfl 50 75 50 0 50 0 25 25 25 25 25 125 475
Bim soft 200 0 0 200 0 0 0 0 0 0 200 0 600
Bimfoam 0 0 0 50 0 0 50 0 0 50 0 0 150
Bimlase 0 0 0 120 120 0 0 0 120 120 0 0 480
Bimsoft NE 90 0 0 0 0 0 0 200 0 0 0 0 0 200
Blankophor ER 330 0 0 0 0 0 0 0 0 30 0 30 30 90
Coloursol 360 0 0 360 0 0 0 0 0 180 0 180 1080
Coloursol ACE 0 0 360 0 0 0 0 180 0 0 0 0 540
Coustic 0 0 0 525 0 0 0 0 0 0 0 0 525
Dianix Black CCR 0 50 100 50 50 125 25 0 0 50 25 100 575
Dianix blue cc 25 0 0 25 50 0 0 0 25 50 0 0 175
Dianix Blue ER 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 50
Dianix Lum Yellow 10G 0 25 25 25 0 0 0 0 0 25 0 0 100
Dianix Luminous Red G 0 15 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 65
Dianix Navy CC 0 0 0 0 0 25 25 0 0 0 0 0 50
Dianix navy S26 25 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 50
Dianix red cc 25 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 50
Dianix Red SE 0 0 0 0 0 0 25 0 0 0 25 0 50
Dianix rubine cc 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25
Dianix Rubine CC 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 25
Dianix Rubine S26 25 0 0 0 0 0 0 0 25 0 0 0 50
Dianix turq cc 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 75 100
Dianix turquise sbg 25 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 50
Dianix Yellow Brown S2B 0 0 25 0 50 0 0 0 0 25 0 0 100
Dianix Yellow cc 0 25 25 0 0 0 0 0 0 0 25 0 75
Dianix Yellow SUG 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25
Dispersing 7000 200 0 200 200 200 0 200 0 200 200 200 0 1600
Ecoplex 200 0 200 200 200 200 200 200 200 200 0 200 2000
Ecoplex HEL 0 0 0 200 0 0 0 0 0 0 0 0 200
Ecostabil 400 0 200 0 0 0 200 200 0 200 0 200 1400
Genebright drn 50 25 25 0 0 0 24 0 25 0 0 0 149
H2O2 0 630 630 0 630 0 805 630 630 0 630 630 5215
Hydrosolvan 0 200 0 0 200 0 0 0 200 0 0 0 600
Moderzol black ECR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 25
My Wett NA70 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 200 0 200
Nett 55 0 200 400 400 800 200 400 200 200 400 400 600 4200
Pan Oil 200 0 200 200 400 0 0 0 0 200 0 0 1200
Panclean 25 400 600 800 0 400 0 200 200 400 400 400 3825
Sebosan 0 0 0 0 200 0 0 0 0 0 0 0 200
Soaping 200 200 400 800 800 0 600 600 400 400 400 800 5600
Soda Ash 50 150 50 0 0 0 0 50 50 200 200 0 750
Sodium Hydrosulphite 0 0 0 200 100 0 200 0 200 200 200 100 1200
Sodium sulphate 200 300 200 0 0 0 0 100 100 600 400 0 1900
Streper 200 0 0 200 200 0 0 0 200 0 200 200 1200
Sunsolt 200 0 0 200 0 200 0 0 0 0 0 0 600
Supra White A300 0 0 25 0 25 0 25 25 0 0 25 25 150
Supra White CBS 0 0 0 0 50 0 0 50 0 0 50 0 150
Supra White ETBNH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 10
Zenix black eco 0 25 0 25 25 0 0 0 50 0 25 50 200
QuantityItem
Bahan-bahan kimia tersebut digunakan dalam
proses pewarnaan yang diakumulasikan selama
setahun. Selain zat-zat kimia dan mesin-mesin
tersebut, kain sulaman juga melalui proses
distribusi dengan menggunakan alat-alat
transportasi seperti pada tabel berikut.
Tabel 3. Alat distribusi produk
Selanjutnya data tersebut dimasukkan ke dalam
software Simapro 7.1 untuk dihitung dampak
lingkungan yang terjadi.
Gambar 1 Input data proses produksi pada
Simapro
Gambar 2 Input proses distribusi.
4
Gambar 3 Input data proses penggunaan
Setelah dilakukan input data, maka ketiga ruang
lingkup kain sulaman tersebut dihitung dampak
negatif terhadap lingkungannya.
Gambar 4 Perhitungan Dampak Lingkungan pada
Simapro 7.1
Hasil dari perhitungan tersebut akan menunjukkan
dampak lingkungan terbesar yang dihasilkan oleh
setiap proses berikut ini hasil impact assessment.
Gambar 5 Characterization Impact Assessment
Gambar 6. Single Score Impact Assessment
Analisa impact assessment disini terbagi
menjadi dua bagian yaitu analisa characterization
impact assessment dan juga analisa single score
assessment. Hasil characterization impact
assessment dapat dilihat pada Gambar 4.9. Pada
gambar tersebut terdapat berbagai macam jenis
impact yang dihasilkan dari ruang lingkup
penelitian life cycle assessment seperti carsinogen
, ozone layer, respiratory organic, respiratory
inorganic, climate change, ecotoxicity dan lain-
lain.
Pada single score assessment, dapat dilihat
pada Gambar 6 digambarkan dengan
pengkategorian setiap proses yang dilalui oleh
produk. Sama seperti pada di impact
characterization assessment, pada grafik yang
dihasilkan pada single score characterization
hanya terlihat dampak dari pewarnaan dan
embroidery karena dampak yang dihasilkan pada
proses lainnya bernilai sangat kecil sekali. Impact
terbesar yang dihasilkan dari proses dari
pewarnaan dan embroidery terdapat pada
respiratory inorganics, climate change dan
respiratory organics. Impact terbesar pada proses
pewarnaan dan embriodery bernilai 1,33Gpt yaitu
pada dampak respiratory inorganics. Sedangkan
untuk global warming berada pada dampak
terbesar kedua dengan nilai 0,982 Gpt dan diikuti
respiratory organics bernilai 0,74 Gpt. Jika
dijumlahkan secara keseluruhan single score
impact assessment pada proses produksi sebesar
5
3,4 Gpt. Hal ini dikarenakan zat-zat kimia pada
proses pewarnaan dan embroidery menyebabkan
gangguan pada respiratory yang lebih besar baik
kepada organik maupun kepada inorganik. Karena
besarnya dampak yang dihasilkan oleh proses
pewarnaan dan embroidery, maka apabila
dibandingkan dengan proses distribusi dan
penggunaan produk, nilai pada proses penggunaan
dan distribusi produk seperti bernilai nol karena
bernilai sangat kecil sekali.
B ALTERNATIF PERBAIKAN DENGAN
METODE ANP
Setelah melakukan pengolahan data dengan
menggunakan software SimaPro 7.1, maka
diketahui bagian proses yang memiliki impact
paling tinggi atau berdampak signifikan terhadap
lingkungan adalah bagian proses produksi
embroidery dan pewarnaan. Maka dari itu, dengan
metode ANP akan ditentukan alternatif-alternatif
pengurangan dampak lingkungan khususnya pada
proses produksi embroidery dan pewarnaan kain
sulaman. Dalam menentukan alternatif
pengurangan dampak harus dipertimbangkan pula
kriteria-kriteria yang memiliki kaitan erat dengan
alternatif tersebut. Identifikasi kriteria untuk
menentukan alternatif tersebut didapatkan dari
studi literatur serta diskusi dengan pihak
pengambil keputusan di perusahaan (expert
judgement) yang sangat mengerti dengan kondisi
perusahaan khususnya pada bagian proses
produksi. Berikut ini adalah kriteria dan sub
kriteria yang digunakan dalam proses pemilihan
alternatif perbaikan.
Tabel 4 Kriteria dan Sub Kriteria No Kriteria Sub Kriteria Penjelasan
1Bahan Baku
ProdukSpesifikasi Material
Kriteria ini menjelaskan tentang alternatif
penggantian bahan baku zat kimia yang digunakan
proses pewarnaan untuk mengurangi dampak
lingkungan yang dihasilkan pada proses pewarnaan
2 Biaya Biaya Material
Kriteria ini menjelaskan tentang jumlah biaya yang
akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menjalankan alternatif pengurangan dampak
lingkungan dari proses pewarnaan dan embroidery
3 SDM Keterampilan SDM
Kriteria ini menjelaskan tentang kebutuhan tenaga
kerja yang sesuai dengan penerapan pengurangan
dampak lingkungan pada proses pewarnaan dan
embroidery
Dari kriteria-kriteria tersebut kemudian ditentukan
alternatif perbaikan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak lingkungan. Alternatif-
alternatif ini dpilih berdasarkan inventory LCA
pada software Simapro 7.1. Berikut ini gambar
inventory hasil pengolahan LCA.
Gambar 7 Inventory Hasil Pengolahan LCA
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian
ditentukan dua alternatif perbaikan, yaitu:
1. penggantian zat soaping dengan alkil
benzene sulfonat dan zat pendispersi
dengan sodium perborat
2. Mengganti bahan katun menjadi poliester.
Kemudian dibuat hubungan antara kriteria, sub
kriteria dan alternatif seperti pada gambar berikut.
6
Gambar 8 Hierarki Manual ANP
1. Bahan baku produk – biaya
Jumlah unit bahan baku dan jenis bahan
baku, mempengaruhi biaya yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin
besar jumlah bahan baku yang dipesan
dan semakin banyak jenis bahan baku,
maka semakin besar biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya
raw material, begitu juga sebaliknya.
2. SDM – bahan pendukung pewarnaan
Bahan pendukung pewarnaan juga
mempengaruhi SDM yang dimiliki oleh
perusahaan. Penggantian bahan
pendukung pewarnaan harus memenuhi
sesuai dengan kemampuan SDM yang
dimiliki perusahaan, begitu juga
sebaliknya. Hal ini berpengaruh terhadap
kemampuan karyawan peerusahaan
terhadap penggunaan zat pendukung
pewarnaan yang baru.
3. Bahan baku – biaya material
Spesifikasi atau jenis material yang
digunakan mempengaruhi biaya material.
Seperti contoh, penggunaan kayu sebagai
bahan baku utama sangat mempengaruhi
biaya material perusahaan yang
dikeluarkan. Alternatif pengganti bahan
baku kayu dengan material lain yang
dapat didaur ulang dapat mnekan biaya
material yang dikelurakan perusahaan.
4. Keterampilan SDM – spesifikasi material
Spesifikasi material yang digunakan
memengaruhi keterampilan SDM dalam
mengolah material dalam proses
produksinya. Seperti contoh, mengolah
material kayu membutuhkan
keterampilan yang khusus dari para SDM
dibandingkan mengolah material lain
sebagai material penyususun produk
Dari kriteria, sub kriteria dan alternatif tersebut
kemudian matriks perbandingan tingkat
kepentingannya yang diperoleh dari hasil
kuisioner.
Tabel 5 Matriks penilaian perbandingan tingkat
kepentingan antar kriteria
Kriteria BiayaBahan Baku
Produk
Sumber Daya
Manusia
Biaya 1 2 3
Bahan Baku 1 2
Sumber Daya
Manusia1
Data tersebut kemudian diolah dengan metode
ANP menggunakan software Super Decision[7].
Gambar 9 Model Hierarki pada software Super
Decision
Terdapat empat level hierarki. Tingkat level yang
pertama yang berupa goal atau tujuan yang
ingin dicapai dalam pembuatan alternatif
perbaikan. Level yang kedua merupakan level
kriteria. Level kriteria bersifat umum terhadap
pemilihan kriteria-kriteria dalam mencapai tujuan.
Level yang ketiga adalah sub kriteria yang
merupakan penjabaran dari kriteria yang bersifat
lebih detail. Level yang terakhir yaitu level
alternatif perbaikan, yaitu pilihan strategi untuk
melakukan proses perbaikan dalam mencapai
tujuan atau goal yang sudah ditentukan
sebelumnya. Pada tiap node di tiap level akan
dimasukkan nilai untuk mendapatkan goal yang
diinginkan
7
Gambar 10 Pembobotan keseluruhan level hierarki
ANP
III ANALISA DAN INTERPRETASI
A. Analisa LCA
Dari hasil pengolahan data dan penghitungan
dengan menggunakan software Simapro 7.1, maka
diperoleh penggunaan material dari bahan benang
katun memiliki dampak lingkungan terbesar.
Alternatif pertama yaitu, mengganti bahan baku
katun menjadi bahan poliester. Untuk alternatif
yang kedua adalah mengganti zat kimia soaping
dengan alkil benzene sulfonat dan zat pendispersi
dengan sodium perborat.
B. Analisa Uji Perbaikan
Gambar 11 Single Score Assessment Alternatif
Terbaik
Seperti yang terlihat pada gambar 5.1, tidak terjadi
penurunan dampak lingkungan yang dihasilkan
oleh solusi alternatif perbaikan yang pertama,
yakni mengganti bahan katun menjadi bahan
poliester. Dampak lingkungan yang dihasilkan
tetap bernilai 3,34 GPt dan tidak terjadi penurunan
sama sekali. Sedangkan untuk pemilihan alternatif
perbaikan kedua yang dipilih melalui metode ANP,
yakni mengganti zat kimia soaping dengan alkil
benzene sulfonat dan zat pendispersi dengan
sodium perborat terlihat terjadi penurunan dampak
lingkungan yang sangat signifikan sebesar 2,883
GPt. Dimana pada kondisi eksisting dengan
menggunakan soaping dan zat pendispersi
menghasilkan dampak lingkungan sebesar 3,34
GPt. Setelah digunakan alternatif terbaik yaitu
dengan mengganti zat kimia soaping dengan alkil
benzene sulfonat dan zat pendispersi dengan
sodium perborat besar dampak lingkungan yang
dihasilkan menjadi sebesar 0,457 GPt.
IV KESIMPULAN
Dari keseluruhan proses penelitian dan
perhitungan, maka diperoleh kesimpulan:
1. Besarnya dampak lingkungan yang
dihasilkan dari ruang lingkup pengolahan
data Life Cycle Assessment yaitu pada
proses produksi 3,34 GPt, proses
distribusi 15,5 Pt dan proses penggunaan
produk 2,25 KPt, dimana dampak
lingkungan terbesar yang dihasilkan dari
ketiga proses tersebut adalah dampak
respiratory inorganic pada proses
produksi, serta dampak non renewable
energy pada proses distribusi dan
penggunaan produk.
2. Dampak lingkungan terbesar dihasilkan
dari ketiga ruang lingkup Life Cycle
Assessment (LCA) yaitu pada bagian
proses produksi yaitu sebesar 3,34 T Pt
dengan penyusun impact terbesar adalah
jenis 3,34 GPt yang disebabkan oleh
material bahan soaping dan zat
pendispersi.
3. Dari hasil pengolahan data menggunakan
pendekatan ANP, didapatkan bahwa
rekomendasi alternatif pengurangan
dampak lingkungan yang terbaik adalah
mengganti zat kimia soaping dengan
alkil benzene sulfonat dan zat
pendispersi dengan sodium perborat
dengan bobot sebesar 0. 75 yang
didapatkan dari pengolahan hasil
wawancara dengan pihak perusahaan.
4. Dari hasil uji alternatif, terjadi pengurangan
dampak pada proses produksi sebesar
2,883 GPt, dimana pada kondisi
eksisting yang semula sebesar 3,34 GPt
menjadi 0,457 GPt yang diakibatkan
berkurangnya jenis impact respiratory
inorganic secara signifikan dikarenakan
alternatif terbaik yang didapatkan dari
hasil pengolahan ANP yaitu penggantian
zat kimia soaping dengan alkil benzene
sulfonat dan zat pendispersi dengan
sodium perborat yang jauh lebih ramah
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kementrian Perindusrtian dan Perdagangan. 2012.
Pemantauan Ekspor 31 Kelompok Industri <URL:
8
http://www.kemenperin.go.id/statistik/peran.php?ekspor=
1>
[2] Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan
Menerapkan ISO 14001
[3] Ottman, Jacquelyn. 2005. Design –Green. URL :
http//www.green-marketing.com
[4] Curran, M. A., 1996. Environmental Life-Cycle
Assessment, Mc Graw Hill
[5] Fava LRG, 1991. One-Appointment Root Canal
Treatment: Incidence of Postoperative Pain Using a
Modified Double- Flared Technique. Int Endod J 24
[6] Saaty, T. L. 2006. Theory and Applications of The
Analytic Network Process, RWS Publications
[7] Hung, Ying-Hsung.2010.Knowledge management
adoption and assessment for SMEs by a novel MCDM
aproach.Elsevier Science.