maksud bahasa nonverbal jenis kinesik …repository.usd.ac.id/31635/2/141224013_full.pdfkinesik yang...
TRANSCRIPT
i
MAKSUD BAHASA NONVERBAL JENIS KINESIK PADA MASYARAKAT
ETNIS JAWA DALAM UPACARA ADAT PERNIKAHAN
DI WONOSARI 30 NOVEMBER 2017–08 MARET 2018:
SUATU KAJIAN PRAGMATIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Raden Gregorius Agung Aristrimurti Widyadmaka
141224013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
MAKSUD BAHASA NONVERBAL JENIS KINESIK PADA MASYARAKAT
ETNIS JAWA DALAM UPACARA ADAT PERNIKAHAN
DI WONOSARI 30 NOVEMBER 2017–08 MARET 2018 :
SUATU KAJIAN PRAGMATIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Raden Gregorius Agung Aristrimurti Widyadmaka
141224013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
MAKSUD BAHASA NONVERBAL JENIS KINESIK PADA
MASYARAKAT ETNIS JAWA DALAM UPACARA ADAT PERNIKAHAN
DI WONOSARI 30 NOVEMBER 2017–08 MARET 2018 :
SUATU KAJIAN PRAGMATIK
Oleh :
Raden Gregorius Agung Aristrimurti Widyadmaka
141224013
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. Tanggal: 30 Juni 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
MAKSUD BAHASA NONVERBAL JENIS KINESIK PADA MASYARAKAT
ETNIS JAWA DALAM UPACARA ADAT PERNIKAHAN
DI WONOSARI 30 NOVEMBER 2017-08 MARET 2018:
SUATU KAJIAN PRAGMATIK
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Raden Gregorius Agung Aristrimurti Widyadmaka
NIM : 141224013
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 28 Agustus 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji :
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum. ........................
Sekretaris : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ........................
Anggota 1 : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ........................
Anggota 2 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ........................
Anggota 3 : Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. ........................
Yogyakarta, 28 Agustus 2018
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ Skripsi ini saya persembahkan kepada ayahanda di surga, kepada ibuku
yang selalu menanti saya lulus, dan kepada kakak saya yang membiayai
perkuliahan saya. Akhirnya saya lulus Pak, Bu, Mas.”
“ Kepada orang yang selalu bertanya kapan saya lulus?. Kepada seluruh
orang yang membuat saya tergesa-gesa dalam zona waktu saya sendiri.
Kepada segala keindahan dan ketakutan pertautan sebab-akibat. Kepada
semesta yang selalu mendukung saya dalam setiap pergunjingan kehidupan.
Saya ucapkan terima kasih”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya....”
(Q.S. Al-Baqarah:286)
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,
demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah
tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu”
(Yesaya 55:8-9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Widyadmaka, Raden Gregorius Agung Aristrimurti. 2018. Maksud Bahasa Nonverbal
Jenis Kinesik pada Masyarakat Etnis Jawa dalam upacara Adat Pernikahan
di Wonosari 30 November 2017-08 Maret 2018: Suatu Kajian Pragmatik.
Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini membahas fenomena bahasa nonverbal kinesik dalam upacara adat
masyarakat etnis Jawa. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bahasa nonverbal
kinesik dalam upacara adat pernikahan masyarakat etnis Jawa di Wonosari. Penelitian ini
termasuk dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif karena berisi deskripsi tentang
bahasa nonverbal kinesik yang terjadi dalam upacara adat pernikahan. Data diambil pada
empat agenda upacara adat pernikahan yang dilakukan pada 20 November 2017 sampai
dengan 08 Maret 2018. Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan observasi
partisipasi yang disertai dengan menyimak, melakukan wawancara tak berstruktur, dan
melakukan dokumentasi dengan kamera.
Penelitian ini menemukan berbagai wujud bahasa nonverbal kinesik dan maksud
yang disertai fungsi yang terjadi dalam upacara adat pernikahan. Wujud bahasa nonverbal
kinesik yang ditemukan meliputi, ijab-qobul, balangan, wiji dadi, sinduran, kacar kucur,
dahar kembul, dan sungkeman. Maksud dan fungsi bahasa nonverbal kinesik ditemukan
berdasarkan tujuh temuan data wujud bahasa nonverbal kinesik yaitu: 1) memperoleh hak
resmi secara hukum dan agama, 2) kesetiaan dan tidak bercerai, 3) melayani suami dan
harapan memperoleh keturunan, 4) keiklhasan orang tua melepas anak perempuan
menikah, 5) kewajiban suami menafkahi, 6) kemauan hidup bersama, dan 7) meminta
doa,restu, dan izin pada orang tua.
Dengan demikian, wujud dan maksud yang disertai fungsi pada bahasa nonverbal
kinesik upacara adat pernikahan etnis jawa cukup bervariasi. Bahasa nonverbal kinesik
yang dominan adalah gerak tubuh karena dalam merespon sesuatu gerakan tubuh yang
paling sering digunakan. Maksud bahasa nonverbal jenis kinesik secara keseluruhan
dituangkan dalam bentuk simbol dan tersirat. Fungsi bahasa nonverbal kinesik yang
terdapat dalam upacara adat pernikahan adalah sebagai komplemen.
Kata Kunci: bahasa nonverbal, kinesik, upacara adat masyarakat etnis Jawa, maksud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Widyadmaka, Raden Gregorius Agung Aristrimurti. 2018. The Aim of Kinesics
Nonverbal Language Java Ethnic People’s on Traditional Marriage Ceremony
in Wonosari 30 November 2017- 08 March 2018: A Pragmatic Analysis.
Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study
Program, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.
The research discusses about phenomenon of kinesics nonverbal language on
Java ethnic people in tradtional ceremony. This research describes the aim of kinesics
nonverbal languange in traditional marriage ceremony on Java ethnic people’s in
Wonosari. This research uses qualitative-descriptive approach and contains many
descriptions of how kinesics nonverbal languange were work during traditional
marriage ceremony. The data were taken in 4 (four) schedules of traditional marriage
ceremony events from 20 November 2017 until 08 March 2018. The researcher used
observed the participants by listening people, unstructured interview, and
documentation with camera.
The research find many form kinesics nonverbal languange and its purpose
include the function happening during the traditional marriage ceremony. The form of
kinesics nonverbal languange are gesture ijab-qobul, balangan, wiji dadi, sinduran,
kacar kucur, dahar kembul, and sungkeman. The aims and the function find based on the
form of kinesics nonverbal languange are 1) get the official from the law and the religion,
2) still together and never divorced, 3) wife must be serve the husband and get the
descent, 4) parent in law must be acquisce the girl married, 5) husband must be give
necessities of life for the wife, 6) promise to never divorce, and 7) ask pray, blessing and
promise with parent in law to keep the heart and never make hurt.
As the result, the form and the aims include function were found very various. The
dominant kinesics nonverbal language is gesture because gesture always used when
people interacting and response to other information. The purpose kinesics nonverbal
languange are fill to the symbol and the implicit aim. The dominant function kinesics
nonverbal language are complement.
Keywords: kinesics nonverbal language, traditional marriage ceremony Java ethnic
people, the aims.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus dan segala zat yang
berpengaruh dalam sebab-akibat kejadian di dunia ini. Karena atas limpahan berkat dan
rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Maksud Bahasa
Nonverbal Jenis Kinesik pada Masyarakat Etnis Jawa dalam Upacara Adat Pernikahan
Di Wonosari 08 November 2017–08 Maret 2018: Suatu Kajian Pragmatik”. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah berperan membantu serta memberikan motivasi
dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan, peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1) Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2) Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
3) Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
saran, kritik, dorongan, semangat motivasi, waktu, tenaga, dan pikiran untuk
membimbing peneliti menyelesaikan skripsi.
4) Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk menjadi triangulator sehingga skripsi ini dapat selesai.
5) Seluruh Dosen PBSI Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu
bekal pendidikan selama peneliti menimba ilmu dan bimbingan di
perkuliahan.
6) Karyawan Sekretariat Prodi PBSI yang telah memberikan pelayanan
administratif.
7) Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku
sumber teori hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.
8) Kepada ayah di surga Raden Matheus Purwoko Hartono dan Ibu Sudilah
yang selalu menanyakan kapan saya lulus, memberikan motivasi, mendoakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
anaknya, memberikan fasilitas belajar, dan kasih sayang sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsinya.
9) Kepada kedua kakakku Raden Antonius Pinta jalu dan Raden Bekti Daru
Sunarno yang telah memberikan semangat, fasilitas, dan kesabaran sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsinya.
10) Kepada Rianti, S.Pd., teman sekaligus sahabat dalam susah dan senang yang
selalu memberi perhatian untuk mengerjakan skripsi walau ternyata sudah
lulus duluan.
11) Sahabat-sahabatku PBSI 2014 tercinta Agustinus Poga, Martinus Dwi Antoro,
Indra Bakti, Feeling Wulandhini Bakri, Rizki Agus Heryanto, Enlelia
Gismiyati, Dewi Arta, Robertus Erik D.W, Inosensia Marlin, Erna Kolifhah
yang selalu memberikan dukungan untuk melempar topi toga bersama saat
wisuda nanti.
12) Ibu Melyda Rahman,S.Pd.,M.Pd., dan ibu Fransisca Dewi ,S.Pd., yang selalu
memberikan bantuan, semangat, dan motivasi untuk mengerjakan skripsi.
13) Teman-teman kontrakan Hijau Daun, Pring Wulung, Babadan Crew, Perak
TB yang selalu menghambat saya untuk mengerjakan skripsi karena selalu
mengajak saya bermain dan lupa mengerjakan skripsi.
14) Major Photograph dan Ubhe Ardilah Weeding Operation yang telah
membantu peneliti mengambil data sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi.
15) Kepada seluruh pihak-pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu
yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi hingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Namun, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 30 Agustus 2018
Peneliti,
R. Gregorius Agung Aristrimurti Widyadmaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................... vii
ABSTRAK ................. ................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
1.5 Batasan Istilah ........................................................................................... 10
1.6 Sistematika Penyajian ............................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 12
2.1 Pragmatik .................................................................................................... 12
2.2 Pengertian Bahasa Nonverbal .................................................................... 13
2.3 Fungsi dan Pentingnya Bahasa Nonverbal .................................................. 16
2.4 Klasifikasi Bahasa Nonverbal Kinesik ...................................................... 17
2.4.1 Pesan Kinesik ........................................................................................ 18
2.4.1.1 Kontak Mata ....................................................................................... 19
2.4.2.2 Ekspresi Wajah ..................................................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.4.2.3 Gerak Tubuh ........................................................................................ 21
2.4.2.4 Sikap Tubuh ........................................................................................ 23
2.5 Konteks Pragmatik dalam Kajian Bahasa Nonverbal ................................ 24
2.5.1 Pengertian Konteks .................................................................................. 24
2.5.2 Macam-Macam Konteks ......................................................................... 25
2.5.2.1 Konteks Situasi .................................................................................... 25
2.5.2.2 Konteks Budaya .................................................................................. 27
2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 29
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 29
3.2 Sumber Data dan Data ................................................................................ 29
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 30
3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................... 33
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 33
3.6 Triangulasi .................................................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 35
4.1 Deskripsi Data ............................................................................................ 35
4.2 Hasil Analisis Data ..................................................................................... 36
4.2.1 Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik Masyarakat Etnis Jawa ................... 36
4.2.1.1 Wujud Gerak Ijab-Qobul .................................................................... 37
4.2.1.2 Wujud Gerak Balangan ...................................................................... 38
4.2.1.3 Wujud Gerak Wiji Dadi ...................................................................... 39
4.2.1.4 Wujud Gerak Sinduran ....................................................................... 40
4.2.1.5 Wujud Gerak Kacar Kucur ................................................................. 41
4.2.1.6 Wujud Gerak Dahar Kembul .............................................................. 42
4.2.1.7 Wujud Gerak Sungkeman ................................................................... 43
4.2.2 Maksud dan Fungsi Bahasa Nonverbal ................................................... 44
4.2.2.1 Maksud dan Fungsi Gerak Tubuh Ijab-Qobul ..................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.2.2.2 Maksud dan Fungsi Gerak Tubuh Balangan ....................................... 46
4.2.2.3 Maksud dan Fungsi Gerak Tubuh Wiji Dadi ....................................... 47
4.2.2.4 Maksud dan Fungsi Gerak Tubuh Sinduran ........................................ 49
4.2.2.5 Maksud dan Fungsi Gerak Tubuh Kacar Kucur .................................. 50
4.2.2.6 Maksud dan Fungsi Gerak Tubuh Dahar Kembul ............................... 51
4.2.2.7 Maksud dan Fungsi Gerak Tubuh Sungkeman .................................... 52
4.3 Pembahasan ................................................................................................ . 53
4.3.1 Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik ........................................................... 54
4.3.2 Fungsi Bahasa Nonverbal Kinesik ........................................................... 60
4.3.3 Maksud Bahasa Nonverbal Kinesik ......................................................... 61
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 65
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 65
5.2 Implikasi ..................................................................................................... 67
5.3 Saran .......................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68
LAMPIRAN ..................................................................................................... 70
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sarana untuk menyampaikan maksud atau pesan kepada
pendengar. Selama ini, kebanyakan orang memahami bahasa hanya terdiri atas
bahasa verbal (tuturan dan tulisan) sehingga terkesan mengesampingkan bahasa
nonverbal. Bahasa sejatinya terdiri atas dua komponen, yaitu bahasa verbal dan
bahasa non-verbal. Wang (2009) mengatakan “interpersonal communication is
fulfilled through two forms: one is verbal behaviors, the other one is nonverbal
behaviours”. Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa pada saat
berkomunikasi, komunikasi tersebut selalu terdiri atas dua susunan yaitu: yang
pertama adalah komunikasi verbal (tulisan & lisan) dan yang kedua adalah bahasa
nonverbal (dalam bahasa lisan).
Bahasa verbal adalah bahasa yang terdiri atas lisan dan tulisan sedangkan,
bahasa non-verbal bisa dikatakan bahasa selain lisan dan tulisan. Bahasa
nonverbal terdiri atas gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah, pakaian yang
digunakan, penggunaan nada vokal pada saat berbicara, dan beberapa hal lain
yang mampu memberikan pesan atau maksud kepada orang lain bahkan, jarak
kedekatan seseorang dengan pasangannya juga mampu memberikan pesan
tersendiri bagi orang lain yang melihatnya. Orang-orang kebanyakan
menganggap bahasa verbal yang paling sering digunakan. Padahal, dalam
kenyataanya bahasa nonverbal juga sering kita gunakan dalam berkomunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tanpa kita sadari. Misalnya, ketika seseorang menanyakan letak barang orang
yang ditanya tersebut berbicara kemudian diikuti dengan tindakan menunjuk
(menggunakan jari telunjuk menunjuk letak benda yang dicari). Kadang kita
tidak menyadari bahwa kita sudah menggunakan bahasa nonverbal berupa
gerakan telunjuk untuk menunjukan letak barang yang dimaksud.
Bahasa nonverbal juga mengambil peran yang penting dalam proses
komunikasi. Hal ini, dapat dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan
Mehrabian (1971) dalam Mulyana (2000) yang mengatakan, 93% dari semua
makna sosial dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat
nonverbal. Kehadiran bahasa nonverbal menjadi sesuatu yang penting.
Mehrabian memberikan fakta bahwa 93 % dari komunikasi langsung adalah
isyarat nonverbal, dalam pembagiannya 7 % pesan verbal, 38% pesan suara, dan
55% dari pesan facial atau mimik wajah.
Posisi bahasa non-verbal dapat menjadi pendukung penyampaian pesan
bahasa verbal dan juga bisa berdiri sendiri tanpa hadirnya bahasa verbal.
Misalnya, ketika seseorang sedang marah orang tersebut cukup menggunakan
ekspresi wajah marah (mata melotot, tatapan mata yang tajam, bibir mbesengut).
Hal tersebut, sudah bisa memberikan pesan bahwa orang tersebut sedang marah
atau sedang dalam kondisi psikologi yang kurang baik tanpa perlu menggunakan
bahasa verbal. Ini adalah bukti bahwa bahasa nonverbal dapat berdiri sendiri.
Sedangkan, dalam beberapa keadaan lain bahasa nonverbal bisa berdiri
berdampingan (berfungsi mendukung penyampaian pesan/ memperkuat pesan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bahasa verbal, misalnya: pada saat rapat DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) ada
satu orang marah karena tidak setuju dengan hasil rapat kemudian,
mengucapkan kata-kata bernada tinggi/kasar dan tangannya menggebrak meja
lalu keluar ruangan. Dari contoh tersebut bahasa verbal telah mendapat
penekanan masud oleh bahasa nonverbal. Bahasa verbal adalah mengucapkan
kata-kata kasar dan bahasa nonverbal adalah tindakan menggebrak meja sambil
mengucapkannya dengan bernada tinggi. Tentu saja, tindakan tersebut dapat
menunjukan ekspresi kemarahan yang lebih dan meyakinkan jika orang tersebut
sedang marah.
Pembagian Jenis-jenis bahasa bahasa nonverbal memang belum menemui
kepastian dari para ahli. Namun, ada beberapa ahli yang dapat merangkum secara
keseluruhan jenis-jenis bahasa nonverbal. Salah satunya adalah John Condon
dalam Wang (2009) yang mengatakan “... summarizes twenty-four types of
nonverbal behaviors, which already drew scholars attention: including : gestures,
facial expressions, posture, costume, and hair style, walking posture, proxemics,
touching behavior, eye gaze, and contact, architectural design and home
decoration, signs and symbols, body odor, paralanguage, color make-up,
conception about time, silence, etc”. Dari uraian di atas dapat diketahui ada dua
puluh empat jenis bahasa nonverbal yang belum diklasifikan menjadi tiga sub-
bagian jenis bahasa nonverbal. Secara umum bahasa nonverbal terbagi menjadi
tiga sub-bagian, yaitu: komunikasi nonverbal kinesik, komunikasi nonverbal
proksemik, dan komunikasi nonverbal artifaktual. Sesuai dengan perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
waktu muncul paralangue yaitu, penggunaan tinggi rendahnya nada, cepat
lambatnya pengucapan, dan aksentuasi sebagi pengganti titik dan koma pada saat
berkomunikasi menurut Leathers (2010).
Bahasa nonverbal kinesik adalah suatu gerak tubuh yang menggunakan otot-
otot sehingga menimbulkan gerakan-gerakan yang memuat pesan atau maksud.
Gerakan kinesik dapat terdiri atas anggota tubuh dari kepala sampai kaki.
Gerakan kinesik yang biasa digunakan dalam berkomunikasi adalah bersalaman,
mencium pipi/kening, melambaikan tangan, dan lain sebagainya.
Bahasa nonverbal Proksemik adalah sebuah pengaturan jarak pada saat
berkomunikasi. Jarak pada saat berkomunikasi dapat menunjukan hubungan
keintiman. Misalnya, dengan pasangan (pacar) tidak ada jarak ketika
berkomunikasi bisa bersentuhan menunjukan kemesraan. Berbeda dengan bos dan
bawahan terdapat jarak yang menunjukan hubungan rasa menghormati.
Bahasa nonverbal artifaktual biasa disebut sebagai benda-benda mati yang
mampu memberikan pesan kepada orang lain misalnya, seorang perempuan
mengenakan cincin di jari tengah pertanda sudah menikah, atau hal lain bisa
seperti harta benda mobil, berlian, perhiasan, dan barang-barang lain yang mampu
memberikan pesan. Dalam budaya Jawa artifak dapat teraplikasi dalam busana
Jawa misalnya, keris sebagai senjata, hiasan ronce melati, blangkon. Muncul
sebuah anggapan bahwa pria Jawa yang sempurna harus memiliki lima hal, yaitu:
1) wisma atau rumah, 2) wanito yang berarti pasangan, 3) turonggo yang berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kendaraan, 4) kukilo mempunyai peliharaan sesuai dengan maksud simboliknya,
dan 5) curigo yang berarti senjata (keris, ilmu pengetahuan, kebatinan).
Bahasa nonverbal juga bisa menjadi kekhasan suatu daerah tertentu. Variasi-
variasi bahasa nonverbal dapat ditemukan terutama di Indonesia yang merupakan
Negara yang terdiri atas banyak suku dan budaya. Misalnya saja bahasa nonverbal
di NTT (Nusa Tenggara Timur) berbeda dengan bahasa nonverbal di Jawa. Di
NTT terdapat bahasa nonverbal menggesekan hidung kepada kerabat atau
saudara sebagai tanda keakraban. Berbeda dengan bahasa nonverbal yang ada di
Yogyakarta tradisi “nderek langkung” memiliki arti permisi/numpang lewat.
Pengucapan nderek langkung sendiri didukung dengan bahasa nonverbal
menundukan kepala kepada orang yang disapa (biasa orang yang lebih tua atau
orang yang memiliki rumah).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti difokuskan pada bahasa nonverbal
kinesik masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan karena, peneliti
memiliki latar belakang Budaya Jawa dan untuk menunjukan kekhasan bahasa
nonverbal suatu etnis maka dipilihlah upacara adat pernikahan. Tradisi
pernikahan masyarakat Jawa memiliki tata cara yang khas seperti sungkeman, wiji
dadi, sinduran, balangan dan lain sebagainya.
Bahasa nonverbal dalam upacara adat pernikahan etnis Jawa bersifat unik
karena, pada upacara adat pernikahan etnis Jawa maksud gerakan tidak bisa
ditelaah secara mentah-mentah begitu saja namun dituangkan dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
simbol. Dalam prosesi pernikahan adat Jawa terdapat tradisi yang sakral yaitu
sungkeman. Sungkeman dalam pernikahan yang berarti tanda berbakti,
menghormati, dan mengucap janji untuk saling berjanji menjaga hati masing-
masing pasangan kepada orang tua. Sebelum dimulainya prosesi sungkeman harus
dimulai dulu prosesi dahar kembul, dilanjutkan dengan melepas keris, dan
kemudian baru dilakukan prosesi sungkeman.
Dahar kembul adalah proses saling suap-menyuap pasangan yang berarti
ketulusan dan keiklhasan menemani suami dalam keadaan apapun dan kondisi
apapun tetap mau hidup berdua. Pelepasan keris adalah prosesi sebelum
dilakukan sungkeman pelepasan keris dimaksudkan sebagai tanda hormat dan
sopan santun ketika menghadap orang tua tidak membawa senjata. Selain itu,
supaya saat sungkem tidak mengganjal punggung karena letak keris yang
diselipkan di belakang punggung.
Gerakan-gerakan nonverbal kinesik itulah yang ditelaah maknanya. Gerakan
tersebut diekspresikan dengan gerakan-gerakan simbol yang memiliki maksud
filosofi yang dalam maka pemahaman maksud bahasa nonverbal tersebut
berdasarkan konteks situasi yang ada disekitar dan juga konteks budaya. Bahasa
nonverbal dalam upacara adat pernikahan etnis Jawa dapat dikaji melalui bidang
ilmu pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang membahas penggunaan bahasa
(languange use). Yule melalui Rahardi (2003:12) menyatakan bahwa pragmatik
sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang
bahasa yang ada di sekelilingnya.
Bahasa nonverbal dapat memiliki arti yang lain dari yang ditunjukkan atau
dapat diartikan “maksud berbeda dengan arti”. Seperti halnya bahasa verbal
kadang apa yang diutarakan bukanlah yang dimaksud. Bahasa nonverbal juga
seperti itu. Misalnya: pada saat pranata adicara (orang yang memandu jalannya
pernikahan) ketika berpidato menggunakan pose ngapurancang (berdiri
kemudian menyilangkan tangan di depan menutupi kemaluan, tangan kiri
menopang tangan kanan, dan kaki sedikit direnggangkan). Pose tersebut bisa
memiliki pesan yang lain dari yang ditampakkan yaitu rasa menghormati di depan
orang banyak. Pemahaman bahasa nonverbal membutuhkan kepekaan dalam
menangkap pesan-pesan dari bahasa tersebut karena tidak diutarakan secara
langsung sehingga dibutuhkan knowledge of culture dan juga common sense yang
cakap mengenai budaya etnis Jawa terutama dalam upacara adat pernikahan.
Bahasa nonverbal yang menjadi objek penelitian ini karena belum banyak
dikaji dari sudut pandang pragmatik. Kebanyakan bahasa nonverbal dikaji dalam
ilmu komunikasi dan ilmu psikologi karena bahasa nonverbal berupa gerak
isyarat, misalnya tanda orang berbohong bahasa nonverbalnya adalah menggaruk-
garuk kepala bagian belakang, mata tidak berani bertatap pada lawan tutur dan
sebagainya. Hal ini, juga dapat dibuktikan dari minimnya buku yang membahas
secara khusus mengenai bahasa nonverbal. Kebanyakan buku-buku yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
membahas bahasa nonverbal hanya disisipkan pada bagian subbab tertentu yang
isinya sangat minim untuk dijadikan sumber teori. Terdapat beberapa buku yang
secara khusus membahas bahasa nonverbal masih dengan Bahasa Inggris dan
belum dialihbahasakan kedalam Bahasa Indonesia. Tahun pembuatan buku itu
juga tergolong sudah lama. Hal ini, seakan menjadi bukti bahwa penelitian
mengenai bahasa nonverbal masih jarang dilakukan.
Pada umumnya penelitian kebahasaan masih berfokus pada bahasa verbal.
Diharapkan penelitian ini menjadi sebuah kebaruan bahwa bahasa nonverbal
terdapat di Indonesia dan juga terimplementasikan dalam etnis Jawa terutama
dalam upacara adat pernikahan. Negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu
pulau dan berjuta-juta penduduk memiliki keberagaman budaya yang memiliki
bahasa nonverbal berbeda sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing. Bahasa
nonverbal begitu penting untuk dibahas. Bahasa nonverbal merupakan faktor
penting tercapainya pesan karena bahasa nonverbal dan verbal merupakan sebuah
kesatuan yang saling melengkapi walaupun ada saatnya bahasa verbal maupun
nonverbal dapat berdiri sendiri tanpa perlu bantuan dari satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Wujud bahasa nonverbal jenis kinesik apa sajakah yang sering digunakan oleh
masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan pada saat berkomunikasi?
2. Maksud dan fungsi apa sajakah yang ingin disampaikan melalui bahasa
nonverbal jenis kinesik masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian tentu saja selaras dengan rumusan masalah. Oleh karena
itu, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menggambarkan bahasa nonverbal jenis kinesik apa saja yang ada
didalam masyarakat etnis Jawa pada acara adat pernikahan
2. Untuk mendeskripsikan maksud dan fungsi apa saja yang ditunjukkan melalui
bahasa nonverbal jenis kinesik pada masyarakat etnis Jawa pada upacara adat
pernikahan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoretis maupun
praktis. Adapun manfaat secara teoretis dan praktis adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini untuk menambah khasanah pengetahuan dan memperluas
kajian mengenai bahasa nonverbal kinesik dalam budaya Jawa terutama maksud dan
fungsi yang terkandung pada saat upacara adat pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Manfaat Praktis
Selain manfaat teoretis, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
manfaat praktis. Berikut ini merupakan manfaat praktis yang diperoleh dari hasil
penelitian ini. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber
referensi dalam penelitian bahasa nonverbal kinesik dalam bidang kajian pragmatik
1.5 Batasan Istilah
Agar mempunyai konsep yang sama dalam berbagai istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan istilah. Adapun batasan istilah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bahasa nonverbal
Bahasa nonverbal adalah bahasa selain lisan & tulisan bisa berupa gerakan-
gerakan anggota badan, paralangue, artifactual, dan proksemik.
2. Bahasa Nonverbal Kinesik
Bahasa nonverbal kinesik adalah gerakan yang timbul akibat adanya gerakan-
gerakan otot dalam tubuh manusia dari kepala sampai kaki yang mampu
memberikan pesan. Solihin (2010) menyatakan dalam komunikasi nonverbal,
kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh,
dan sikap tubuh.
3. Pragmatik
Pragmatik adalah ilmu mengenai penggunaan bahasa (language use). Ilmu
tersebut berusaha mengungkapkan tafsir maksud. Rahardi (2003:6) mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang mengkaji maksud penutur di dalam
situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu.
1.6 Sistematika Penyajian
Penyajian hasil penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan bab
pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan bab landasan
teori yang berisi penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori. Bab III
merupakan bab metodologi penelitian. Bab ini berisi mengenai jenis penelitian,
sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknis
analisis data, dan triangulasi data. Bab IV adalah bab hasil penelitian dan
pembahasan. Bab ini berisi hasil analisis data dan pembahasan. Bab V merupakan
bab penutup. Pada bab V ini berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pragmatik
Pragmatik merupakan ilmu yang membahas penggunaan bahasa (Language use).
Penggunaan bahasa tersebut tidak akan terlepas dari aspek eksternal berupa situasi
atau keadaan. Pranowo (2014:64) menyatakan bahwa kajian bahasa secara pragmatik
merupakan bagian dari kajian linguistik. keduanya mengkaji bahasa, linguistik
mengkaji secara internal tanpa memerhatikan aspek eksternal, sedangkan pragmatik
memerhatikan aspek eksternal, tetapi tidak dapat melepaskan diri dari aspek internal
bahasa. Definisi di atas sejalan dengan Wijana (2009:4) yang menjelaskan bahwa
pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
eksternal, yaitu bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi
secara eksternal bila dilihat dari penggunaannya.
Rahardi (2003:6) mengatakan bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang
mengkaji maksud penutur di dalam situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu.
Secara rinci, pragmatik memfokuskan kajiannya terhadap interpretasi maksud tuturan
oleh mitra tutur melalui tuturan yang disampaikan penutur. Proses interpretasi
maksud tersebut terkait dengan hal eksternal atau hal-hal yang berada di luar bahasa
yang konkret, yaitu situasi dan ligkungan sosial budaya atau pranata sosial dan
budaya mitra tutur.
Levinson dalam Nadar (2009:5) menjelaskan bahwa pragmatik merupakan suatu
istilah yang mengesankan bahwa sesuatu yang sangat khusus dan teknis sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menjadi objek pembicaraan, padahal istilah tersebut tidak mempunyai arti yang jelas.
Levinson memberi penegasan bahwa pragmatik adalah kajian tentang penggunaan
bahasa. Hal terpenting dalam kajian pragmatik menurut Levinson adalah konteks
yang berupa lingkungan fisik, sosial, serta latar belakang pengetahuan yang sama
antara penutur dan mitra tutur dalam menafsirkan makna tuturan.
Berdasarkan paparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik
adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa melalui aspek eksternal berupa
konteks situasi dan lingkunan sosial budaya dalam proses interpretasi maksud.
Sehingga dapat dipahami bahwa pragmatik selalu terikat dengan konteks.
2.2 Pengertian Bahasa Nonverbal
Untuk membantu penyusunan landasan teori pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua penelitian terdahulu yang relevan. Kedua penelitian ini berupa
jurnal penelitian, jurnal yang pertama berjudul “Nonverbal Communication and the
effect on Interpersonal Communication” yang ditulis oleh Wang (2009) salah satu
dosen dari universitas Qingdao di China. Kemudian jurnal yang kedua berjudul
“Makna Komunikasi Nonverbal dalam Tradisi Sarungan di Pondok Pesantren
Tradisional di Kota Bandung” ditulis oleh Solihin (2010) salah satu dosen dari
Universitas Komputer Indonesia di Bandung.
Solihin (2010) dalam jurnalnya menunjukan pengaruh bahasa nonverbal pada
budaya, yaitu budaya memakai sarung bagi santri pesantren. Secara umum jurnal
tersebut memfokuskan pembahasan terhadap makna budaya sarungan bagi para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
santri-santri yang ada di Pesantren. Budaya memakai sarung menjadi sebuah
keharusan dan wajib menjadi pakaian santri untuk menunjukan identitas sebagai
seorang santri bagi laki-laki. Memakai sarung dalam budaya pesantren untuk
mencerminkan bentuk adab atau sopan santun sehingga menjadi sunnah (meniru
perilaku rasul) dalam menjalankan syariat agama. Dari segi makna ruang dan waktu
berpakaian sarung adalah pakaian wajib dalam keagamaan.
Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi. Lewat perilaku
nonverbal kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang
bahagia, bingung atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan
perilaku nonverbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh
(Mulyana, 2000:308). Definisi harafiah komunikasi nonverbal, yaitu komunikasi
tanpa kata pandangan ini tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya benar. Hal
ini, merupakan suatu penyederhanaan berlebihan (oversimplification), karena kata
yang berbentuk tulisan tetap dianggap “verbal” meskipun tidak memiliki unsur suara.
Padahal, vokalik juga termasuk bahasa nonverbal. Vokalik adalah naik turunya nada,
aksentuasi, dan tempo kecepatan dalam berbicara. Pendapat tersebut memberikan
pandangan bahwa bahasa non verbal adalah bahasa selain tulisan dan lisan. Hal ini,
sejalan dengan pendapat dari Wang (2009) yang menyatakan “The way people
transmit messages by the other methods (except language and characters) were
called nonverbal communication”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Solihin (2010) menyatakan bahwa bahasa nonverbal disampaikan bukan dengan
kata-kata tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan
istilah bahasa isyarat atau body language. Selain itu, penggunaan bahasa nonverbal
dapat melalui kontak mata, pakaian, potongan rambut, dan lain sebagainya.
Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi yang bukan berupa kata-
kata. Tidak hanya gerakan dan bahasa tubuh, tetapi juga bagaimana kita
mengungkapkan kata-kata: perubahan nada suara, berhenti, warna suara, volume
dan aksen. Aspek nonverbal ini akan mempengaruhi makna dari kata-kata yang
diucapkan. Aspek lingkungan yang mempengaruhi interaksi juga termasuk dalam
komunikasi. Benda pribadi seperti perhiasan dan pakaian, dan penampakan fisikpun
juga mampu memberikan pesan pada saat kita berkomunikasi Wood (2013).
2.3 Fungsi Bahasa Nonverbal
Fungsi bahasa nonverbal menurut Knapp (1972) menyebutkan lima fungsi pesan
nonverbal dalam hubungannya dengan bahasa, yaitu: (1) repetisi, yaitu mengulang
kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal, (2) subsitusi, yaitu
menggantikan lambang-lambang verbal, (3) kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal
atau memberikan makna lain terhadap pesan verbal, (4) komplemen, yaitu
melengkapi dan memperkaya makna pesan verbal, dan (5) aksentuasi, yaitu
menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya.
Liliweri (1994) mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal acapkali
dipergunakan untuk menggambarkan perasaan atau emosi. Jika pesan yang diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
melalui sistem verbal tidak menunjukkan kekuatan pesan maka penerima tanda-
tanda nonverbal lainnya sebagai pendukung. Mehrabian (1967) dalam Mulyana
(2000) mengungkapkan bahwa andil wajah bagi pengaruh pesan adalah 55%,
sementara vokal 30% dan verbal hanya 7%. Selain itu, terdapat enam alasan penting
bahwa bahasa non verbal sangat penting. Leathers (1976) menyebutkan enam alasan
bahwa bahasa nonverbal sangat penting, yaitu: (1) faktor-faktor nonverbal sangat
menentukan dalam komunikasi interpersonal, (2) perasaan dan emosi lebih cermat
disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal, (3) pesan nonverbal
menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, ditorsi dan
kerancuan, (4) pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang
sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang sangat berkualitas tinggi, (5)
pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan
dengan pesan verbal, dan (6) pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling
tepat.
2.4 Klasifikasi Bahasa Nonverbal
Menurut Wang (2009), pembagian bahasa nonverbal berakar dari Ruesch dan
kees (1961) yang membagi tiga dasar bahasa nonverbal , yaitu (1) sign language
(sinyal bahasa), (2) action language (gerakan tubuh), dan (3) object language
(kategori benda lainnya). Barata (2003) dalam Solihin (2010) mengungkapkan
penggunaan bahasa nonverbal sehari-hari tercermin dari ketiga dasar tersebut,
misalnya: (1) menganggukan kepala yang berarti setuju atau menggelengkan kepala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
yang berarti tidak setuju (action Language), (2) melambaikan tangan kepada orang
lain, yang berarti seseorang tersebut memanggilnya untuk datang menghampiri
(object language), dan (3) Gambar pria dan wanita di toilet, berarti seseorang boleh
masuk sesuai dengan jenis kelaminnya (sign language).
Belum ada kesepakatan para ahli komunikasi nonverbal tentang pembagian
pesan nonverbal (Rakhmat, 2005:289). Tema pembagian komunikasi nonverbal
memang terdapat perbedaan dari setiap ahli bahasa/pakar komunikasi. Namun,
demikian perbedaan tersebut hanya nampak dalam pengelompokan tetapi tidak dalam
isinya. Wang (2009) memberikan berbagai klasifikasi mengenai bahasa nonverbal,
yaitu body behavior (sikap tubuh), general appearance and dress (asesoris umum dan
pakaian), body movement (gerak tubuh), posture (postur), space and distance (jarak
dan spasial), silence (kesunyian), signs and symbols (tanda dan simbol).
Rahkmat (2000) mengungkapkan bahasa non-verbal terbagi menjadi enam jenis
diantaranya (1) kinesik, (2) paralinguistik atau suara, (3) proksemik atau penggunaan
ruangan personal dan sosial, (4) olfaksi atau penciuman, (5) sensitivitas kulit, dan (6)
faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik. Namun, dalam penelitian ini peneliti
hanya membatasi pada bahasa nonverbal jenis kinesik yang terdiri atas ekspresi
wajah yang meliputi kontak mata, gerakan tubuh, dan postur sesuai dengan
kebutuhan peneliti. Solihin (2010) menyebut bahwa kinesik terbagi menjadi kontak
mata, ekspresi wajah, gerak isyarat, dan sikap badan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.4.1 Bahasa Nonverbal Kinesik
Pesan Kinesik adalah pesan yang menggunakan gerakan-gerakan
anggota tubuh. Kinesics merupakan istilah teknis studi mengenai gerakan tubuh
yang digunakan dalam beromunikasi. Gerakan-gerakan tersebut menggunakan
gerak otot pada tubuh manusia sehingga lebih aktif gerakannya. Komunikasi
terjadi melalui gerakan tubuh seseorang atau pada bagian-bagian tubuh. Solihin
(2010) menyatakan dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh
meliputi kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh, dan sikap tubuh. Gerakan
tersebut akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini,
2.4.1.1 Kontak Mata
Kontak mata atau yang biasa juga disebut dengan gaze. Kontak mata
mengacu sebagai pandangan atau tatapan. Hal ini, terkait dengan bagaimana
cara menatap seseorang pada saat berbicara dengan mitra tutur dan dengan siapa
kita berbicara. Kontak mata menyampaikan banyak makna. Kontak mata bisa
memberi informasi orang itu menaruh perhatian dengan orang yang berbicara
atau tidak. Cara menatap seseorang dapat menyampaikan serangkaian emosi
seperti marah, takut, atau rasa sayang. Pendapat ini adalah alasan kenapa kontak
mata tidak termasuk dalam ekspresi wajah Pearson (1995) dalam Rahkmat
(2005).
Kontak mata sering kali mengisyaratkan status dan agresi. Melalui
tatapan yang terlalu lama, atau membelalak pada seseorang, cenderung untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ditafsirkan sebagai isyarat untuk mengajak berkelahi atau ber-kontak fisik.
Bahkan, tidak menatap sama sekali ditafsirkan sebagai tanda bahwa seseorang
tersebut memiliki sifat acuh/sombong. Tidak menatap mata atau melihat wajah
orang yang berbicara juga berarti suatu tanda orang tersebut memiliki
kekuasaan. Memalingkan muka (tatapan) kebanyakan dilakukan oleh atasan
kepada bawahan yang akan menjaga rasa hormat dan kesopanan (Budyatna,
2011:126).
2.4.1.2 Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Liliweri
(1994:144) mengungkapkan bahwa wajah ibarat cermin dari pikiran, dan
perasaan. Melalui wajah orang juga bisa membaca makna suatu pesan. Ekspresi
wajah merupakan pengaturan dari otot-otot muka untuk berkomunikasi dalam
keadaan emosional atau reaksi terhadap pesan-pesan. Tiga kumpulan otot yang
digerakan untuk membentuk ekspresi adalah kening dan dahi, mata, kelopak mata,
pangkal hidung, pipi, mulut, dan bagian lain dari hidung dan dagu. Ekspresi wajah
sangat penting dalam menyampaikan keenam dasar emosi: kegembiraan,
kesedihan, kejutan, ketakutan, kemarahan, dan kemuakan (Budyatna & Ganiem,
2011:127).
Hal ini, sedikit berbeda dengan pandangan Leathers (1978) yang menyatakan
“They conclude that the face capable of commicating eight basic types of
meaning: happiness, surprise, fear, anger, sadness, disgust, contempt, and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
interest” peneliti lebih setuju dengan pendapat dari Leathers dikarenakan ekspresi
jijik dan terkejut juga dapat diungkapkan melalui ekspresi wajah, misalnya: untuk
menunjukan rasa tertarik bisa menggunakan ekspresi menggigit bibir bawah, atau
mengusap bibir dengan lidah, untuk mengungkapkan rasa jijik dengan
menggernyitkan hidung atau mengehembuskan nafas lewat hidung berulang kali.
Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Leathers
(1978) menyatakan bahwa terdapat tiga puluh bentuk ekspresi wajah diantaranya
sebagai berikut: keengganan (sesuatu yang tidak disukai), keheranan, kemarahan,
kebingungan, kengerian, penghinaan, tertawa, kecewa, perhatian, bandel,
kejijikan, sangat keheranan, benci, ragu-ragu, kegelisahan, kesombongan, cinta,
menderita, was-was, tegas, rasa tidak suka, heran (akibat tingkah laku),
kejengkelan, ketotolollan, keprihatinan, rasa unggul, terhibur, termenung,
kehebohan, dan bergunjing (Leathers, 1978:31).
2.4.1.3 Gesture (gerak tubuh )
Pada umumnya gesture merupakan bentuk perilaku nonverbal pada gerak-
gerak tangan, bahu, dan jari-jari. Kita sering menggunakan gerakan-gerakan
anggota tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan.
Ketika anda berkata: pohon itu tinggi, atau rumahnya dekat, maka anda pasti
menggerakan tangan untuk menggambarkan deskripsi verbal. Pada saat anda
mengatakan: letakan barang itu!. Lihat pada saya!. Maka yang bergerak adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
gerakan jari-jari telunjuk yang menunjukan arah. Manusia mempunyai banyak
cara dan bervariasi dalam menggerakan tubuh dan anggota tubuhnya ketika
mereka sedang berbicara (Liliweri, 1994:147).
Penggunaan bahasa tubuh mempunyai fungsi tertentu. Ekman dan Friesen
(1969) dalam Liliweri (1994) mengkategorikan fungsi tertentu tersebut sebagai
emblem, Ilustrator, adaptor.
1. Emblem
Merupakan terjemahan pesan nonverbal yang melukiskan suatu makna
bagi suatu kelompok sosial. Tanda “V” menunjukan suatu tanda kekuatan dan
kemenangan yang biasanya dalam kampanye presiden di Amerika Serikat.
Tanda jari membentuk “V” dengan telunjuk dan jari manis sering digunakan
masyarakat Indonesia pada saat berpose foto.
2. Ilustrator
Merupakan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini
merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukan contoh
sesuatu. Seorang ibu melukiskan bahwa santi, putrinya yang sekolah di SMA
Negeri di Jalan Belitung, Bandung mempunyai tinggi badan tertentu. Sang ibu
menaikturunkan tangannya dari permukaan tanah.
3. Adaptor
Merupakan gerakan anggota tubuh yang bersifat spesifik. Pada mulanya
gerakan ini berfungsi untuk menyebarkan atau membagi ketegangan anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tubuh, misalnya meliuk-liukkan tubuh “ngolet”, mengggaruk kepala
(menghilangkan rasa gatal), dan loncatan kaki (saat kesemutan).
2.4.1.4 Sikap Badan
Sikap badan atau posture merupakan posisi dan gerakan tubuh. Istilah lainnya
untuk sikap badan dalam bahasa Indonesia adalah postur. Sering kali postur
berfungsi sebagai penyampai informasi mengenai perhatian, rasa hormat, dan
kekuasaan (Rahkmat, 2005:288). Orientasi tubuh atau body orientation mengacu
kepada postur anda dalam hubungan dengan orang lain. Menghadapi orang lain
secara jujur dinamakan orientasi tubuh secara langsung atau direct body
orientation. Apabila postur dua orang ada sudut pandang yang tidak berhadapan,
ini yang dinamakan orientasi tubuh yang tidak langsung atau indirect body
orientation menunjukan tidak adanya perhatian dan sikap tidak sopan atau hormat
pada mitra tutur.
Wang (2009) mengungkapkan bahwa pada dasarnya postur atau sikap badan
tergantung pada jenis budaya daerah. Di Asia membungkuk adalah tindakan
menghormati kepada yang lebih tua, ketimbang posisi tegap lurus. Dalam budaya
jawa lewat dengan menggunakan postur membukuk ditambahkan bahasa verbal
“nderek langkung” akan memberikan pesan menghormati orang yang lebih tua.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. Postur ABRI ketika
berdiri tegak berbeda dengan postur murid di hadapan gurunya (Rahkmat,
2005:290).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.5 Konteks Pragmatik Dalam Kajian Bahasa Nonverbal
2.5.1 Pengertian Konteks
Bahasa nonverbal tidak bisa lepas dari konteks (situasi, ruang, dan waktu)
karena dalam menafsirkan maksud harus diikuti konteksnya misalnya menangis pada
saat ada anggota keluarga yang meninggal itu berarti ekspresi kesedihan. Kemudian,
menangis karena mendapatkan rumah gratis dari pemerintah merupakan ekspresi
kebahagiaan yang tak terbendung sehingga menangis. Kedua contoh bahasa
nonverbal tersebut sama-sama menangis tetapi berbeda maksud yang ingin di
sampaikan. Jadi, peran konteks dalam bahasa nonverbal sangat penting dalam
pengartian maksud.
Sejatinya tuturan baik verbal maupun nonverbal pasti mempunyai maksud dan
tujuan tertentu Wijana dan Rohmadi (2009). Maksud tersebut di temukan melalui
konteks yang melekat pada gerakan nonverbal. (Putrayasa, 2014:24) menjelaskan
untuk memahami maksud pemakaian bahasa dari seseorang maka seseorang harus
dituntut pula untuk memahami konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut.
Konteks adalah pengetahuan yang dimiliki pembicara yang mempengaruhi
komunikasi, yaitu pengetahuan tentang dunia fiksi dan dunia sosial, faktor-faktor
sosial-psikologis, dan pengetahuan tentang waktu dan tempat yang terdapat dalam
perkataan yang mereka tuturkan Joan dalam Praptomo (2015). Dalam hal ini, konteks
tidak diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial
sebuah tuturan. Konteks dimengerti sebagai “ suatu latar belakang yang sama-sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dimiliki oleh penyapa dan pesapa dan yang membantu pesapa menafsirkan makna
tuturan” Leech dalam Praptomo (2015). Widdowson (2000) melalui Song (2010)
mengungkapkan “context as those aspect of the circumstance of actual language use
which are taken as relevant to meaning” dari ungkapan tersebut dapat diketahui
bahwa konteks adalah segala hal yang berada disekitaran dan sesuai atau mendekati
dengan maksud dari suatu percakapan.
2.5.2 Macam-Macam Konteks
Konteks dalam pragmatik selalu berupa pemakaian bahasa (ekstralingual) yang
terdapat Penutur dan Mitra tutur dan bukan di dalam teks (intralingual). Song (2010)
“I would like to divide context into linguistic context, situational context, and cultural
context”. Song memberikan definisi bahwa konteks terbagi menjadi tiga jenis,
diantaranya: (1) konteks linguistik adalah konteks yang berada dalam lingkup
intralingual berupa kata, frase, kalimat, dan paragraft, (2) konteks situasional adalah
konteks yang mengacu pada lingkungan, waktu, dan tempat, dan (3) konteks budaya
adalah latar belakang budaya yang bisa mempengaruhi berupa status sosial, jenis
kelamin, usia, pemahaman kebudayaan, dan lain sebagainya. Peneliti hanya
menggunakan konteks situasi dan konteks budaya karena, kedua konteks itu yang
relevan dengan penelitian.
2.5.2.1 Konteks situasi
Song (2010) berpendapat “situation context, or context of situation, refers to
the environment, time and place, etc”. Konteks situasional adalah aspek-aspek diluar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kebahasaan yang meliputi waktu, tempat, lingkungan, dan lain sebagainya. Konteks
situasi menurut Song (2010) terdiri dari tiga komponen yaitu tempat (field), maksud
(tenor), dan lingkungan (mode). Field (lapangan) adalah yang mengacu pada aktivitas
tuturan terjadi atau lebih tepatnya apa yang ingin dibicarakan atau dimaksudkan dari
penutur ke mitratutur disebut lapangan (field). Tenor adalah kaitan (hubungan
keakraban) penutur dan mitra tutur dalam hubungan sosialnya dan tenor juga bisa
dimaksudkan sebagai peran dan hubungan antara mitra tutur dan penutur keakraban,
usia, mengenal, dan lain sebagainya. Mode (lingkungan keadaan) adalah kondisi atau
situasi ini dikomunikasikan kondisi formal atau tidak formal dalam situasi marah,
sedih, bahagia.
2.5.2.2 Konteks Budaya
Konteks budaya mengisyaratkan bahwa setiap pemakai bahasa dalam
mengadakan interaksi atau komunikasi selalu terpola dengan kebudayaan yang
dimilikinya (Zamzani, 2007:25). Budaya selalu menjadi identitas penting dalam
komunikasi terlebih jika penutur dan mitra tutur memiliki kesamaan budaya akan
memudahkan dalam proses komunikasi.
Song (2010) “Cultural context refers to the culture, customs and background of
epoch in language communities in which the speaker participate. Languange is a
social phenomenon, andit is closely tied up with social structure and value system of
society. Therefore, language can not avoid being influenced by all these factors like
social role, social status, sex and age, etc”. Dalam konteks budaya tersebut diketahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
bahwa adat-istiadat, peran status sosial, perbedaan jenis-kelamin, dan umur menjadi
faktor yang berpengaruh dalam komunikasi. Persamaan budaya penutur dan
mitratutur akan sangat berpengaruh dalam pemahaman maksud terlebih lagi dalam
budaya Jawa pada upacara adat pernikahan yang kebanyakan diekspresikan dalam
bentuk simbol.
Pranowo (2015) mengemukakan bahwa agar komunikasi dapat dipahami secara
baik dan lancar diperlukan pemahaman yang sama mengenai topik yang dibicarakan
(common ground), pemahaman yang sama mengenai pengetahuan dunia (knowledge
of the world), dan dipelukan latar belakang pengetahuan budaya yang sama (culture
knowledge background).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.6 Kerangka Berpikir Penelitian
Wujud Bahasa
Nonverbal Kinesik
gerak
padamasyarakat
etnis Jawa dalam
upacara adat
pernikahan
Bahasa Nonverbal
etnis Jawa
Maksud dan fungsi
Bahasa Nonverbal
Kinesik gerak
pada masyarakat
etnis Jawa dalam
upacara adat
pernikahan
Kajian Pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut
(Arikunto, 2010:3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain
yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan. Hal ini, dimaksud agar peneliti
mendeskripsikan bentuk-bentuk bahasa nonverbal berserta maksud bahasa
nonverbal kinesik terdapat pada masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat
pernikahan.
3.2 Sumber Data dan Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,
2010:172). Sumber data penelitian ini adalah upacara adat masyarakat etnis jawa
yang sedang menggunakan tuturan-tuturan yang diikuti gerakan bahasa nonverbal
kinesik.
(Noor, 2011:137) data adalah informasi suatu kenyataan atau fenomena
empiris. Data pada penelitian adalah tuturan lisan yang disertai bahasa nonverbal
kinesik masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan. Walaupun tidak
semua data diikuti dengan tuturan dan hanya berupa gambar saja. Wujud data
pada penelitian ini berupa gambar yang merupakan cerminan atau keadaan nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu hal yang sangat penting. (Noor, 2011:138)
teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan wawancara
yang dilanjutkan dengan dokumentasi.
A. Teknik observasi
Observasi yang dilakukan oleh peneliti tergolong dalam observasi pastisipan
dengan melakukan hal tersebut peneliti dapat memahami lebih dalam tentang
fenomena (perilaku atau peristiwa).
1. Peneliti terjun langsung kelapangan kemudian mengamati objek (observasi).
2. Observasi berada di tempat-tempat yang menurut peneliti terdapat data yang
dicari dalam upacara adat pernikahan.
B. Teknik wawancara
Peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur. wawancara tidak menyusun
terlebih dahulu draft pertanyaan namun, percakapan antara pewawancara dan
narasumber yang diwawancarai berlangsung santai dan langsung menuju informasi
yang diinginkan. Wawancara terkait maksud dari bahasa nonverbal yang dipakai
pada saat upacara adat pernikahan. Wawancara juga dilakukan untuk menggali
informasi mengenai hal yang sedang dilakukan mencari konteks yang sedang
dibicarakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
1. Peneliti mendatangi nara sumber.
2. Peneliti menanyakan pertanyaan secara spontan. Pertanyaan menanyakan
maksud gerakan dan proses tatacara pernikahan.
3. Peneliti mencatat hasil wawancara yang digunakan untuk keperluan analisis
data.
C. Teknik dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan gambar dengan kamera. Pengambilan
gambar dilakukan pada saat terjadi gerakan nonverbal dalam upacara adat
pernikahan. Kebetulan peneliti adalah salah satu karyawan divisi dokumentasi
dalam Major Photograph yang sering diundang untuk membantu dokumentasi
pernikahan. Pengambilan gambar tersebut berfungsi sebagai cerminan wujud nyata
dari gerakan kinesik yang digunakan dalam upacara adat masyarakat etnis Jawa.
1. Mempersiapkan kamera lengkap dengan pengaturan yang baik.
2. Melakukan pengambilan foto secara acak.
3. Memindahkan gambar dari kamera ke dalam laptop.
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai berikut.
1. Peneliti turun langsung ke lapangan (upacara adat pernikahan).
2. Peneliti mengamati apakah terdapat bahasa-bahasa nonverbal yang dipakai.
3. Peneliti mengambil gambar kejadian dengan bantuan piranti Kamera atau
Gawai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
4. Peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber jika tidak mengerti
maksud yang ingin disampaikan melalui bahasa nonverbal kinesik dalam
upacara pernikahan.
5. Peneliti mengidentifikasi apa saja gaya bahasa nonverbal kinesik yang
terdapat pada data tersebut.
6. Peneliti mengkaji maksud bahasa nonverbal Kinesik pada upacara adat
pernikahan masyarakat etnis Jawa.
3.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2012:222). Peneliti sebagai “human
instrument” peneliti sendirilah yang menjadi instrumen berbekal ilmu pragmatik,
pengetahuan mengenai budaya etnis Jawa, dan berbekal pengetahuan bahasa
nonverbal kinesik.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif.
Peneliti memaparkan secara jelas data dan hasil analisis data dalam bentuk kalimat.
Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan oleh peneliti ialah sebagai
berikut.
1. Mengidentifikasi wujud bahasa nonverbal yang terdapat pada upacara adat
pernikahan masyarakat etnis Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2. Mengklasifikasi jenis-jenis bahasa nonverbal sesuai dengan klasifikasi bahasa
nonverbal kinesik.
3. Melakukan interpretasi atau menelaah maksud dan fungsi yang tampak dari
bahasa nonverbal yang digunakan.
4. Mendeskripsikan secara jelas bentuk dan maksud bahasa nonverbal yang
terdapat pada masyarakat.
3.6 Triangulasi
Menurut (Moleong, 2006:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memafaatkan sesuatu yang lain. Selain itu, Moleong
menambahkan bahwa triangulasi data dilakukan untuk me-recheck temuan dengan
jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Penelitian ini
memerlukan triangulasi agar dapat dipertanggungjawabkan keilmiahan dan
keabsahan hasil analisis data.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi penyidik.
Menurut (Moleong, 2006:331), triangulasi penyidik ialah triangulasi yang dilakukan
dengan cara memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Peneliti meminta kesediaan Bapak Dr.
R. Kunjana Rahardi, M.Hum., dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, untuk menjadi triangulator. Peneliti mempercayai triangulator karena
alasan pengalaman dan kompetensinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses triangulasi hasil analisis
data penelitian. Pertama, peneliti menyerahkan hasil analisis data kepada
triangulator. Kedua, triangulator memeriksa hasil analisis data peneliti. Ketiga,
peneliti melakukan perbaikan apabila ditemukan kesalahan pada hasil analisis data
sesuai petunjuk triangulator. Keempat, peneliti menyerahkan hasil perbaikan kepada
triangulator. Kelima, setelah triangulator menyatakan keabsahan hasil analisis data,
hasilnya akan digunakan sebagai acuan untuk menyusun pembahasan pada bab IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini adalah tuturan verbal yang diikuti dengan gerakan-gerakan
nonverbal kinesik pada upacara adat pernikahan masyarakat etnis Jawa di Wonosari
tahun 2017/2018. Alasan peneliti memilih upacara adat pernikahan adalah untuk
menunjukan kekhasan budaya masyarakat etnis Jawa.
Pengambilan data dilakukan pada empat tempat berbeda yang masih berada di
daerah Wonosari. Berikut tempat dan tanggal pengambilan data yang dilakukan oleh
peneliti. 20 November 2017 di desa Pulutan pada pernikahan Eka dan Aris, 03 Juli
2017 di desa Piyaman pada pernikahan Shinta dan Iswanto, 04 Februari 2018 di desa
Karangtengah pada pernikahan Sigit dan Nina, dan 08 Maret 2018 di desa Gari pada
pernikahan Eli dan Shinta.
Data penelitian ini diperoleh dengan cara observasi partisipan dimana peneliti
memahami fenomena lebih dalam dengan turun langsung ke lapangan. Peneliti adalah
salah satu pekerja dalam divisi weeding operation dokumentasi pernikahan. Peneliti
turun kedalam acara pernikahan untuk melakukan pengamatan. Peneliti melakukan
pengambilan data dilakukan dengan kamera secara acak dan sebisa mungkin
menyeluruh pada setiap pernikahan. Kemudian data foto di sunting berdasarkan
kualitas foto.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Wawancara tidak bersetruktur dilakukan kepada nara sumber. Nara sumber
adalah orang yang dianggap memiliki kapasitas informasi sesuai kebutuhan peneliti.
Dalam prosesi pernikahan terdapat beberapa kejadian yang di ekspresikan dalam
bentuk simbol yaitu, ijab, balangan, wiji dadi, sinduran, kacar kucur, dahar kembul,
dan sungkeman. Untuk menelaah maksud dari kegitatan tersebut peneliti melakukan
wawancara dengan pranata adicara atau dalang manten dalam upacara pernikahan
tersebut. Wawancara dilakukan tanpa menyusun draft pertanyaan dan bersifat
langsung pada saat upacara pernikahan berlangsung. Keseluruhan data berjumlah
tujuh data yang terdiri atas gambar gerakan nonverbal jenis kinesik masyarakat etnis
Jawa dalam upacara adat pernikahan.
4.2 Hasil Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud bahasa nonverbal apa
saja yang digunakan masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan berserta,
maksud dan fungsi apa saja yang terdapat dalam bahasa nonverbal kinesik pada
masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan. Data berupa gambar gerakan
nonverbal kinesik tersebut dianalisis berdasarkan konteks yang berperan saat berada
di lokasi kejadian.
4.2.1 Wujud Bahasa Nonverbal Jenis Kinesik Masyarakat Etnis Jawa
Pembahasan mengenai wujud akan mengikuti tata cara pernikahan adat dalam
budaya Jawa. Berikut wujud temuan data bahasa nonverbal kinesik pada masyarakat
etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan. Data pada gerakan ini berjenis gerakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
tubuh yang aktif. Pada umumnya gerakan aktif atau gesture merupakan bentuk
perilaku nonverbal pada gerak-gerak tangan, bahu, dan jari-jari. Manusia mempunyai
banyak cara dan bervariasi dalam menggerakan tubuh dan anggota tubuhnya ketika
mereka sedang berbicara. (Liliweri, 1994:147). Data yang ditemui pada bahasa
nonverbal jenis kinesik gerak berikut analisis wujud bahasa nonverbal kinesik yang
ditemui dalam upacara adat pernikahan masyarakat etnis Jawa.
1. Ijab-qobul
Konteks : pengantin pria
bersalaman dengan
penghulu pada saat akad
nikah yang berarti deal atau
setuju dengan sungguh-
sungguh.
5.
Bahasa nonverbal di atas adalah berjabat tangan antara penghulu dengan
mempelai laki-laki pada saat ijab kabul di KUA (Kantor Urusan Agama). Pada saat
ijab-qobul pengantin laki-laki dan perempuan akan mendatangi KUA atau bisa pada
saat akan resepsi. Prosesi ijab-qobul dilaksanakan agar sah secara hukum ataupun
secara agama. Pada saat ijab-qobul pengantin laki-laki dengan wali nikah akan
berjabat tangan sebagai penentu kesungguhan atau persetujuan. Kata-kata yang
diucapkan berupa kalimat perjanjian dan sumpah sebagai seorang suami-istri. Setelah
selesai dengan ijab-qobul secara agama dilanjutkan, dengan tanda tangan pada akta
nikah/surat nikah sebagai tanda/bukti sudah sah secara hukum sebagai pasangan
suami-istri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Gerakan tubuh saling berjabat tangan sesuai dengan konteks memiliki fungsi
khusus yaitu ilustrator. Ilustrator menurut Ekman dan Friesen (1969) dalam Liliweri
(1994) adalah menjelaskan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini
merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukan sesuatu.
Dengan berjabat tangan menunjukan kesungguhan hati dan persetujuan dengan apa
yang di ucapkan pada saat ijab kabul tersebut.
2. Balangan (saling melempar daun sirih)
Konteks: pengantin laki-laki dan pengantin perempuan melakukan
prosesi balangan .
Balangan adalah salah satu prosesi dari pernikahan adat Jawa. Berdasarkan
informasi yang diperoleh peneliti bahwa istilah balangan adalah bahasa Jawa yang
terdiri dari dua suku kata yaitu,”balang” dan “ngan”. Kata “balang” yang berarti
lempar imbuhan “ngan” dalam kata tersebut adalah tindakan yang dilakukan secara
berulang. Balangan adalah saling melemparkan daun sirih yang telah diikat dengan
benang putih. Prosesi ini dilakukan pada saat pengantin telah selesai melakukan ijab-
qobul kemudian bertemu di resepsi pernikahan. Balangan dilakukan secara
bergantian oleh pengantin dimulai dari pengantin laki-laki kemudian dilanjutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pengantin perempuan. Balangan dilakukan sebelum akan menjalani prosesi
selanjutnya. Gerakan tubuh saling balangan sesuai dengan konteks memiliki fungsi
khusus yaitu ilustrator. Ilustrator menurut Ekman dan Friesen (1969) dalam Liliweri
(1994) menjelaskan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Gerakan balangan
tersebut ingin menjelaskan bahwa balangan adalah wujud cinta kasih dari daun sirih
yang dilemparkan.
3. Wiji dadi (membasuh kaki pengantin dan menempelkan telur di dahi)
Konteks: pengantin melaksanakan prosesi wiji dadi. Pengantin perempuan
membasuh kaki pengantin laki-laki dengan bunga tujuh rupa.
Dalam upacara pernikahan masyarakat adat Jawa setelah selesai melakukan
balangan selanjutnya dilakuan upacara wiji dadi. Ada beberapa istilah yang berbeda
dalam beberapa daerah terkait wiji dadi, ada yang menyebutnya sebagai nincak endog
atau midak endog. Namun, semua itu hanya sebutan saja yang berbeda tidak pada
tindakan yang dilakukan. Wiji dadi adalah prosesi pernikahan adat Jawa yang
mengaharuskan pengantin perempuan mencuci kaki laki-laki dengan bunga tujuh
rupa atau kembang setaman. Setelah selesai mencuci kaki pengantin laki-laki
kemudian telur ayam Jawa ditempelkan di dahi masing-masing pengantin, kemudian
dipecahkan telur tersebut. Secara simbolik membasuh kaki pengantin laki-laki yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dilakukan oleh pengantin perempuan adalah tanda berbaktinya seorang istri pada
suami. Fungsi bahasa nonverbal gerakan wiji dadi adalah ilustrator. Ilustrator
menurut Ekman dan Friesen (1969) dalam Liliweri (1994) adalah menjelaskan tanda-
tanda nonverbal dalam komunikasi. Tindakan wiji dadi menjelaskan adanya rasa
berbakti dan melayani istri pada suami dan telur memberikan maksud kehidupan baru
bagi masing-masing pasangan.
4. Sinduran (membalut kain merah dan putih di pundak pengantin)
Konteks: sepasang pengantin yang akan memasuki kursi pengantin di balut
dengan kain merah dituntun oleh orang tua dari pengantin perempuan.
Bahasa nonverbal pada gambar di atas adalah salah satu prosesi dalam
pernikahan adat Jawa yang disebut dengan “sinduran”. Sinduran adalah prosesi yang
dilakukan oleh pengantin setelah selesai melakukan wiji dadi. Prosesi
sinduran/sindur binayung diawali dengan kedua pengantin berjalan bersama menuju
kursi pengantin. Kemudian, orang tua dari pengantin perempuan akan membalutkan
kain merah dan putih di pundak pengantin dimulai dari bahu kiri pengantin
perempuan dilanjutkan sampai bahu kanan pengantin. Pada gerakan tersebut tersirat
maksud yang cukup dalam. Selayaknya suami istri yang telah sah menjadi satu harus
saling mengayomi dan harus utuh menjadi satu bagian. Sinduran akan dipimpin oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
orang tua pengantin perempuan menuju kursi pengantin sebagai simbol keiklhasan
melepas anak perempuannya telah menyatu dengan orang lain. Gerakan tubuh
nonverbal diatas memliki fungsi yaitu, sebagai ilustrator. Ilustrator menurut Ekman
dan Friesen (1969) dalam Liliweri (1994) adalah menjelaskan tanda-tanda nonverbal
dalam komunikasi. Gerakan di atas mencoba menjelaskan bahwa kain yang
digunakan untuk menutupi bahu adalah sebagai simbol menjadi satu pasangan suami
istri warna pada kain yang berwarna merah dan putih sebagai tanda keberanian dan
kesucian dalam berumah tangga.
5. Kacar kucur
Konteks: pengantin laki-laki mengucurkan beras kepada pengantin perempuan
dengan tempat kain yang disiapkan.
Bahasa nonverbal di atas adalah kacar kucur yaitu gerakan nonverbal
menuangkan beras yang ada dalam kantong ke dalam tempat yang dibawa oleh
pengantin perempuan. Gerakan tersebut memiliki maksud yang tersirat secara
simbolik beras yang dituangkan adalah simbol kesanggupan atau kewajiban sebagai
tanggung jawab seorang suami kepada istri dalam menafkahi. Beras dipilih karena
beras adalah makanan keseharian masyarakat etnis Jawa setelah di olah menjadi nasi.
Sehingga jika tidak bisa memberi beras maka sama saja tidak bisa menghidupi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
keluarga. Bahasa nonverbal kacar kucur di atas memiliki fungsi khusus gerakan
tubuh yaitu sebagai ilustrator. Ilustrator menurut Ekman dan Friesen (1969) dalam
Liliweri (1994) adalah menjelaskan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi.
6. Dahar kembul/dulangan
Konteks : pengantin laki-laki menyuapi pengantin perempuan sebagai
ungkapan romantis dan mesra dan merupakan prosesi sebelum dilakukannya
sungkeman.
Bahasa nonverbal di atas adalah dahar kembul. Dahar kembul merupakan prosesi
makan bersama dengan nasi lengkap dengan sayur dan lauk dalam satu piring yang
dimakan bersama-sama pengantin perempuan dan pengantin laki-laki. Bahasa
nonverbal tersebut memiliki fungsi khusus yaitu, ilustrator. Ilustrator menurut
Ekman dan Friesen (1969) dalam Liliweri (1994) adalah tanda-tanda nonverbal
dalam komunikasi. Tanda ini merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan
atau menunjukan sesuatu. Gerakan dahar kembul atau saling menyuapi antar
pengantin selain ingin menunjukan kesan romantis juga menunjukan kemauan untuk
hidup dalam satu rumah dalam kondisi dan keadaan apapun tetap mau menemani satu
sama lain dan saling melengkapi ketika menjalin hubungan keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
7. Sungkeman (duduk berjongkok dan bersandar pada lutut orang tua)
Konteks : bersujud di pangkuan kedua orang tua masing-masing
secara bergantian.Pada saat sungkem memohon restu dan ijin kepada
orang tua masing-masing ketika menikah.
Bahasa nonverbal sungkeman (duduk berjongkok dan bersandar pada lutut
orang tua). Sungkeman adalah salah satu proses yang harus dilalui dalam pernikahan
adat Jawa. Sungkeman memiliki fungsi khusus dalam bahasa nonverbal gerak tubuh
yaitu ilustrator. Ilustrator menurut Ekman dan Friesen (1969) dalam Liliweri (1994)
adalah tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini merupakan gerakan
anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukan sesuatu. Sungkeman ingin
menunjukan rasa berbakti dan memohon doa restu kepada orang tua mempelai baik
dari perempuan dan laki-laki. Sebelum di awali sungkeman harus terlebih dahulu
melepas keris yang dipakai dibelakang punggung (bagi yang memakai adat busana
Jawa) tujuan dilepaskan keris tersebut sebagai wujud menghormati orang tua karena,
menghadap orang tua tidak boleh membawa senjata selain itu agar tidak mengganjal
punggung pada saat jongkok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
4.2.2 Maksud dan Fungsi Bahasa Nonverbal
Selain wujud bahasa nonverbal kinesik masyarakat etnis Jawa dalam upacara
adat pernikahan juga akan dibahas maksud dan fungsi gerakan nonverbal tersebut.
Sejatinya tuturan baik verbal maupun nonverbal pasti maksud dan tujuan tertentu
Wijana dan Rohmadi (2009). Maksud tersebut ditemukan melalui konteks yang
melekat pada gerakan nonverbal. (Putrayasa, 2014:24) menjelaskan untuk memahami
maksud pemakaian bahasa dari seseorang maka seseorang harus dituntut pula untuk
memahami konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Maksud gerakan
nonverbal kinesik pada upacara adat pernikahan masyarakat etnis Jawa memiliki
beragam konteks sehingga memiliki beragam maksud.
Selain mengkaji maksud bahasa nonverbal juga dikaji fungsi yang khas dari
bahasa nonverbal. (Knapp, 1972:9-12) menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal
dalam hubungannya dengan bahasa, yaitu: (1) repetisi, (2) subsitusi, (3) kontradiksi,
(4) komplemen, dan (5) aksentuasi. Keseluruhan data masing-masing memiliki
fungsinya tersendiri, tergantung dari fungsi apa yang berperan dalam gerakan
tersebut. Berikut maksud dan fungsi yang ditemukan dalam bahasa nonverbal jenis
kinesik masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan. Berikut analisis
maksud bahasa nonverbal kinesik yang di temukan oleh peneliti dalam upacara adat
pernikahan pada masyarakt etnis Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
1. Ijab-qobul
Konteks : pengantin pria bersalaman dengan penghulu pada saat akad nikah
yang berarti deal atau setuju dengan sungguh-sungguh.
Pada data di atas adalah seorang laki-laki pengantin pria yang baru saja tiba
dan bersalaman dengan salah satu anggota keluarga pengantin perempuan sebelum di
adakannya resepsi pernikahan. Data di atas memperlihatkan seorang pengantin laki-
laki dan seorang penghulu yang sama-sama berjabat tangan pada saat dilangsukannya
akad nikah. Maksud dari gerakan ini adalah kesungguhan dan iklhas melakukan akad
nikah jadi harus sungguh-sungguh salah satu cara menunjukan kesungguhan itu
adalah dengan berjabat tangan dengan penghulu. Ijab-qobul dalam pernikahan adalah
syarat menjadi sepasang suami-istri. Ijab-qobul bertujuan untuk menjadikan pasangan
pengantin sah secara hukum dan secara agama. Gerakan nonverbal berjabat tangan
adalah bukti kemauan dan kesanggupan secara iklhas dan tulus hati menjalani
pernikahan tanpa ada paksaan dari siapapun.
Fungsi bahasa nonverbal data di atas adalah komplemen. Komplemen
menurut Knapp (1972) adalah melengkapi dan memperkaya makna pesan verbal.
Makna gerakan itu tidak hanya berarti tuturan verbal “saya terima nikahnya...” namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
juga berarti kesungguhan dan keiklhasan menikahi mempelai perempuan dengan
disaksikan oleh penghulu dan saksi yang ada di KUA.
2. Balangan (saling melempar daun sirih)
Konteks: pengantin laki-laki dan pengantin perempuan melakukan
prosesi balangan
Balangan adalah prosesi yang dilalui dalam adat pernikahan Jawa. Balangan
berupa kegiatan saling melempar daun sirih yang diikat dengan benang putih pada
keadaan tempat yang lain biasanya daun suruh tersebut akan diisi dengan beras ketan.
Pemilihan daun sirih adalah bentuk daun yang menyerupai hati selain itu, jika
dibolak-balik daun sirih tidak akan berubah bentuk akan tetap sama. Hal ini,
diharapkan oleh kedua pengantin untuk saling mencintai dengan jujur tidak berbeda
seperti halnya daun sirih yang berbentuk hati dan bentuknya tetap sama walaupun
dibalik. Kain putih sebagai pengikat adalah maksud dari kesucian dan beras ketan
yang sudah diolah menjadi wajik (makanan khas Jawa) kemudian dimasukan sedikit
ke dalam daun sirih tersebut adalah sebuah harapan untuk meniru sifat wajik yang
lengket dan tidak bisa dipisahkan. Hal ini, juga diharapkan pada pasangan pengantin
untuk tetap lengket atau tidak bercerai di kemudian hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Balangan dilakukan secara bergantian sebanyak tiga kali masing-masing ke
arah anggota badan yaitu dahi, tengah badan, dan bahu. Letak pelemparan tersebut
memiliki maksud tersendiri dahi untuk kejernihan berpikir, tengah badan sebagai
kesehatan raga, dan bahu adalah gerakan untuk saling bergerak/bertindak secara baik.
Bahasa nonverbal balangan di atas memiliki fungsi sebagai komplemen.
Komplemen menurut Knapp (1972) adalah memperkaya pesan verbal atau
melengkapinya. Pada saat prosesi balangan dilaksanakan ada dalang manten yang
sudah memberikan arahan dan petunjuk bagaiamana tata cara melakukannya.
Balangan mampu menjadi komplemen karena memberikan maksud yang tersirat
yaitu, sebagai keutuhan cinta yang suci dan tidak akan berpisah.
3. Wiji dadi (membasuh kaki pengantin dan menempelkan telur di dahi)
Konteks: pengantin melaksanakan prosesi wiji dadi. Pengantin perempuan
membasuh kaki pengantin laki-laki dengan bunga tujuh rupa.
Bahasa nonverbal dalam upacara adat di atas adalah wiji dadi dalam beberapa
daerah yang berbeda menyebutnya sebagai nincak endog/midhak endog. Setelah
melakukan prosesi balangan maka pengantin akan menjalani proses selanjutnya
yaitu, prosesi wiji dadi. Wiji dadi berasal dari dua kata “wiji” yang berarti satu dan
“dadi” berarti jadi. Wiji dadi adalah prosesi yang berarti bersatunya dua insan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menjadi satu keluarga. Prosesi ini diawali dengan membasuh kaki pengantin laki-laki
dengan bunga dan uba rampi yang sudah di siapkan yang dilakukan oleh pengantin
perempuan. Pembasuhan ini berarti memberikan pesan sebuah kewajiban istri untuk
tunduk dan berbakti kepada suami selain itu, istri juga harus mau melayani suami
secara lahiriah dan batiniah.
Setelah pengantin perempuan membasuh kaki pengantin laki-laki dilanjutkan
dengan menempelkan telur ke dahi masing-masing pengantin kemudian telur itu
dipecahkan. Pada upacara adat pernikahan yang lain telur putih tersebut di injak oleh
pengantin laki-laki kemudian dibasuh dengan air bunga. Walaupun sedikit berbeda
dari perlakuan namun, maksud yang ingin ditunjukkan tidak berbeda dengan telur
yang ditempelkan di dahi kemudian dipecahkan. Maksud simbolik yang ingin
ditunjukan dari telur adalah simbol dari kehidupan seperti yang dimaksudkan
pernikahan adalah melanjutkan keturunan. Selain itu, telur yang dipecahkan
memberikan pesan bahwa suami istri telah menjadi pasangan yang baru dan
menjalani kehidupan baru setelah menikah. Fungsi bahasa nonverbal gerakan wiji
dadi adalah komplemen. Komplemen menurut Knapp (1972) adalah melengkapi
lambang-lambang verbal. Pada saat prosesi wiji dadi sudah terdapat ucapan verbal
dari dalang manten yang bertugas memberikan arahan tindakan. Maksud yang
tersirat diungkapkan oleh pembasuhan kaki yang berarti bentuk ketaaran, berbakti,
dan mau melayani suami. Telur yang ditempelkan di dahi pengantin sebagai simbol
pikiran jernih, kehidupan baru, dan harapan lekas memperoleh keturunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4. Sinduran (membalut pundak pengantin dengan kain merah dan putih)
Konteks: sepasang pengantin yang akan memasuki kursi pengantin di balut
dengan kain merah dituntun oleh orang tua dari pengantin perempuan.
Bahasa nonverbal gerakan diatas adalah sinduran. Sinduran adalah prosesi
yang dilakukan setelah selesai melakukan prosesi wiji dadi. Proses sinduran di awali
dengan pengantin bersalaman dengan jari kelingking kemudian ibu dari pengantin
perempuan membalutkan kain merah dan putih dari pundak kiri pengantin perempuan
sampai pundak kanan pengan laki-laki kemudian dituntun oleh bapak dari pengantin
perempuan menuju kursi pengantin. Maksud tersirat yang ingin ditunjukkan adalah
tuntunan bagaimana menjadi keluarga dan bentuk keiklhasan orang tua pengantin
perempuan melepas anak perempuannya menikah dengan orang pilihannya.
Dipilihnya kain merah dan putih adalah simbol dari gula merah yang dapat berguna
bagi orang banyak kain putih melambangkan garam yang juga diharapkan setelah
menjadi pasangan suami istri dapat bermanfaat bagi orang banyak dan bisa memberi
rasa baru dalam menjalani kehidupan. Maksud lain dipilihnya kain warna merah dan
putih adalah simbol dari keberanian dan kesucian dari masing-masing pengantin.
Berani untuk menghadapi setiap masalah dan rintangan dan suci dalam berpikir pada
saat menghadapi setiap masalah. Fungsi bahasa nonverbal yang muncul dari gerakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
nonverbal sinduran adalah komplemen. Komplemen menurut Knapp (1972) adalah
melengkapi/memperkaya lambang-lambang verbal. Maksud yang ingin ditunjukkan
cukup banyak dimulai dari kerelaan dan memberikan contoh oleh orang tua pengantin
perempuan juga menunjukkan maksud harapan agar berguna dan bermanfaat bagi
setiap orang serta mampu menghadapi setiap masalah dengan berani dan jernih
pikirannya.
5. Kacar kucur (menuangkan beras dalam kantong)
Konteks: pengantin laki-laki mengucurkan beras kepada pengantin
perempuan dengan tempat kain yang disiapkan.
Prosesi selanjutnya adalah kacar kucur gerakan dimulai dengan menuangkan
beras didalam kantong ke dalam tempat yang dipegang oleh pengantin perempuan.
Peran pengantin lelaki adalah menuangkan beras kemudian peran perempuan adalah
menjaga agar tidak tumpah sampai habis. Prosesi ini memiliki maksud yang tersirat
atau tidak ditunjukkan secara terang-terangan. Maksud pertama, pengantin lelaki
menuangkan beras adalah sebuah keharusan seorang suami untuk menafkahi istri dari
segi materi. Beras dipilih sebagai simbol tersebut karena beras adalah makanan pokok
sehari-hari masyarakat Jawa sehingga dapat diibaratkan tanpa beras manusia tidak
bias hidup. Kedua, tugas seorang istri adalah menjaga pemberian suami terlihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
beras yang dituang kemudian pengantin perempuan menyiapkan tempat untuk
menampung tuangan beras tadi maksud yang ingin diungkapkan adalah seorang istri
harus bisa menjaga dan mengatur pemberian suami dengan baik dan benar. Seorang
perempuran diharapkan bisa mengatur keuangan/nafkah yang diberikan suami.
Maksud bahasa nonverbal di atas mempunyai fungsi sebagai Komplemen.
Komplemen menurut Knapp (1972) adalah melengkapi atau memperkaya lambang-
lambang verbal. Maksud yang ingin ditunjukan adalah keharusan seorang suami
untuk memberi nafkah istri dan kewajiban seorang istri harus bisa menjaga dan
mengolah nafkah yang diberikan suami sebaik-baiknya.
6. Dahar kembul/dulangan (saling bersuapan)
Konteks : pengantin laki-laki menyuapi pengantin perempuan sebagai
ungkapan romantis dan mesra dan merupakan prosesi sebelum dilakukannya
sungkeman.
Maksud bahasa nonverbal dahar kembul atau bersuapan ada dua maksud yang
ingin disampaikan yang pertama maksud bersuapan adalah mesra dan ungkapan
romantis terhadap pasangan. Namun, juga dalam bersuapan tersebut adalah salah
satu prosesi adat dalam pernikahan Jawa. Dahar kembul adalah prosesi sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dilakukannya sungkeman. Dahar kembul menggunakan satu piring dan saling
bersuapan adalah kemauan hidup menyatu dalam rumah tangga apapun dan
bagaimanapun kondisinya tetap satu rumah. Karena, ketika sudah menikah semua
kehidupan telah menyatu baik dari sisi suami dan istri akan diketahui perilaku
kesehariannya.
Fungsi bahasa nonverbal bersuapan atau dahar kembul adalah komplemen.
Komplemen menurut Knapp (1972) adalah memperkaya atau melengkapi pesan
verbal. Tidak ada tuturan verbal dari kedua pengantin namun maksud yang ingin
ditunjukkan sangat berbeda. Maksud untuk mesra atau romantis dan maksud untuk
mau hidup berdampingan dan hidup bersama bagaimanapun kondisi dan keadaanya.
7. Sungkeman
Konteks : bersujud di pangkuan kedua orang tua masing-masing secara
bergantian pada saat sungkem memohon restu dan ijin kepada orang tua
masing-masing ketika menikah.
Maksud bahasa nonverbal sungkeman adalah untuk meminta ijin dan restu
kepada masing-masing orang tua dan nilai filosofi syang sangat dalam menghormati
orang tua. Sungkeman adalah prosesi sakral dalam mantenan sebagai rasa hormat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
minta izin kepada masing-masing orang tua dan berjanji akan menjaga hati dan
perasaan serta mau merawat dengan baik dan hati-hati pada saat menikah.
Fungsi bahasa nonverbal adalah komplemen. Komplemen menurut Knapp
(1972) adalah memperkaya atau melengkapi pesan verbal yang disajikan. Dalam
prosesi sungkeman sudah ada pemandu yang memberikan tuturan verbal dan
dilakukan sungkeman yang berisi ucapan izin, janji, hormat dan mohon restu untuk
menikahi putra atau putri bapak/ibu. Bukan hanya sekedar sungkem atau duduk
dibawah tetapi, banyak makna yang ingin disampaikan lewat sungkeman tersebut.
4.2.3 Pembahasan
Pada sub bab ini, akan dilaporkan pembahasan temuan-temuan data penelitian
tentang maksud bahasa nonverbal kinesik pada masyarakat etnis Jawa dalam upacara
adat pernikahan. pembahasan akan didasarkan pada dua pokok rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini untuk melihat kesesuaian teori yang sudah
dipaparkan di atas dengan hasil temuan data-data hasil penelitian. Kedua rumusan
masalah tersebut meliputi wujud bahasa nonverbal kinesik pada masyarakat etnis
Jawa dalam upacara adat pernikahan dan maksud yang disertai fungsi bahasa
nonverbal kinesik masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan di Wonosari.
Pembahasan kedua rumusan tersebut adalah sebagai berikut.
5.2.3.1 Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik
Wujud bahasa nonverbal dalam upacara adat pernikahan masyarakat etnis
Jawa semua berwujud gerak tubuh. Gerak tubuh pada umumnya disebut gesture
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
adalah gerakan aktif dari anggota badan dari kepala hingga ujung kaki. Liliweri
(1994:147) mengungkapkan manusia mempunyai banyak cara dan bervariasi dalam
menggerakan tubuh dan anggota tubuhnya ketika mereka sedang berbicara. Peneliti
menemukan tujuh wujud temuan data yang berkaitan langsung dalam prosesi
pernikahan sesuai dengan adat Jawa, yaitu: 1) ijab-qobul, 2) balangan, 3) wiji dadi,
4) sinduran, 5) kacar kucur, 6) dahar kembul, dan 7) sungkeman. Wujud bahasa
nonverbal adalah gerak tubuh. Gerak tubuh memiliki fungsi khusus pada setiap
gerakannya.Ekman dan Friesen (1969) dalam Liliweri (1994) mengungkapkan ada
tiga fungsi khusus yang dimiliki oleh gerak tubuh, yaitu: 1) emblem, 2) ilustrator, dan
3) adaptor. Emblem adalah gerakan berbentuk simbol yang memberikan pesan.
Adaptor adalah membagi ketegangan antar bagian tubuh. Ilustrator adalah gerakan
tubuh yang berfungsi menjelaskan sesuatu. Berdasarkan temuan data yang
ditemukan peneliti seluruh data mempunyai fungsi khusus gerakan nonverbal kinesik
sebagai ilustrator. Berikut pembahasan wujud bahasa nonverbal kinesik pada
masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan.
1) Ijab-qobul
Konteks : pengantin pria
bersalaman dengan penghulu
pada saat akad nikah yang
berarti deal atau setuju
dengan sungguh-sungguh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Ijab-qobul adalah peristiwa penting dalam pernikahan karena ijab-qobul
merupakan syarat menjadi pasangan suami-istri dan menjadikan sebuah pernikahan
itu sah secara hukum dan agama. Ijab-qobul dimulai dengan pengantin dan kedua
orang tua datang ke KUA(Kantor Urusan Agama). Kemudian melaksanakan prosesi
ijab-qobul dengan penghulu memberikan pengantar mengenai hakikat pernikahan
selanjutnya wali nikah pengantin perempuan dan pengantin laki-laki melakukan ijab-
qobul dengan mengucapkan kalimat janji disertai jabat tangan penghulu. Apabila
prosesi dianggap lancar dan memenuhi syarat para saksi akan mengucapkan
kata”sah” sebagai tanda bahwa ijab-qobul telah selesai. Setelah itu, kedua pengantin
melakukan tanda tangan dalam buku nikah sebagai tanda berakhirnya prosesi ijab
qobul. Fungsi ilustrator terlihat dari gerakan tangan berjabat tangan antara pengantin
laki-laki dengan wali nikah/penghulu. Gerakan tersebut menjelaskan menjelaskan
bahwa dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Layaknya sebuah pernikahan harus dilakukan dengan iklhas dan tulus hati agar ketika
sudah menikah tidak terjadi perceraian.
2) Balangan (saling melempar daun sirih)
Konteks: pengantin laki-laki dan pengantin perempuan melakukan
prosesi balangan .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Prosesi balangan adalah melempar kan daun sirih kepada masing-masing
pengantin. Setiap pengantin melemparkan daun sirih sebanyak tiga kali tepat di dahi,
bahu, dan badan. Daun sirih tersebut diikat dengan benang putih dan di isi sedikit
dengan adonan beras ketan. Gerakan balangan memiliki fungsi sebagai ilustrator
karena, balangan ingin menjelaskan maksud lain yaitu tanda cinta dan keiklhasan
hati lewat simbol daun sirih. Benang di ikat sebagai bentuk cinta yang tidak bisa
luntur atau hilang karena sudah di ikat. Adonan ketan sebagai simbol agar pasangan
selalu lengket. Letak lemparan berada di dahi mengharapkan kejernihan berpikir,
bahu sebagai simbol untuk selalu bergerak, dan lemparan di raga adalah simbol dari
kesehatan badan.
3) Wiji dadi (membasuh kaki pengantin dan menempelkan telur di dahi)
Konteks: pengantin melaksanakan prosesi wiji dadi. Pengantin perempuan
membasuh kaki pengantin laki-laki dengan bunga tujuh rupa.
Wujud dari wiji dadi berupa pembasuhan kaki pengantin laki-laki yang dilakukan
oleh pengantin perempuan. Pembasuhan dilakukan dengan air yang sudah dicampur
dengan bunga dan uba rampi yang telah di sediakan. Kemudian telur ditempelkan di
dahi masing-masing pengantin lalu dipecahkan. Gerakan ini memiliki fungsi sebagai
ilustrator. Membasuh sebagai simbol ketaatan istri dan mau melayani, menempelkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
telur berarti kesatuan atau sudah menjadi satu dan diharapkan lekas memiliki
keturunan.
4) Sinduran (membalut kain merah dan putih di pundak pengantin)
Konteks: sepasang pengantin yang akan memasuki kursi pengantin di balut
dengan kain merah dituntun oleh orang tua dari pengantin perempuan.
Sinduran adalah prosesi selanjutnya setelah melakukan wiji dadi. Wujud dari
sinduran adalah membalut pundak pengantin dengan kain merah dan putih. Ibu dari
pengantin perempuan membalutkan kain dimulai dari pundak kiri perempuan hingga
pundak kanan laki-laki kemudian dituntun dari ayah pengantin perempuan menuju
kursi pengantin. Gerakan ini memiliki fungsi sebagai ilustrator. Kain merah berarti
berarti berani dan putih berarti suci. Mertua perempuan dalam prosesi tersebut
merelakan anak perempuannya menempuh kehidupan baru dengan laki-laki
pilihannya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
5) Kacar kucur
Konteks: pengantin laki-laki mengucurkan beras kepada pengantin perempuan
dengan tempat kain yang disiapkan.
Kacar kucur merupakan prosesi menuangkan beras yang dilakukan oleh
pengantin pria kemudian pengantin perempuan bertugas menampung beras tersebut
agar tidak tumpah ke tanah. Gerakan di atas memiliki fungsi sebagai ilustrator. Beras
dimaksudkan sebagai nafkah sebagaimana layaknya suami harus bisa menafkahi istri
dan istri harus bisa mengelola dan menjaga nafkah dari suami dengan baik.
6) Dahar kembul/dulangan (saling bersuapan)
Konteks : pengantin laki-laki menyuapi pengantin perempuan sebagai
ungkapan romantis dan mesra dan merupakan prosesi sebelum dilakukannya
sungkeman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Dahar kembul adalah prosesi makan dan saling bersuapan. Setelah selesai
melakukan prosesi sinduran dimulailah prosesi dahar kembul. Prosesi ini diawali
dengan kedua pengantin duduk bersama kemudian menyantap hidangan dengan
saling menyuapi satu sama lain. Gerakan ini termasuk dalam ilustrator. Saling
bersuapan adalah simbol dari hidup yang sudah menjadi satu dan harus saling
melayani dan menerima apapun kondisi masing-masing pasangan.
7) Sungkeman (duduk berjongkok dan bersandar pada lutut orang tua)
Konteks: bersujud di
pangkuan kedua orang tua
masing-masing secara
bergantian.Pada saat sungkem
memohon restu dan ijin
kepada orang tua masing-
masing ketika menikah.
Sungkeman adalah prosesi selanjutnya dan sebagai pertanda berakhirnya
upacara adat yang akan dilanjutkan dengan pesta pernikahan atau makan bersama
dengan para tamu undangan. Sungkeman berwujud gerakan duduk bersimpu dengan
lutut kemudian kepala menunduk seperti pose menyembah. Gerakan ini mempunyai
fungsi sebagai ilustrator. Sungkeman berarti tanda berbakti pada orang tua karena
kelak anak juga akan mengurus orang tua ketika tua nanti. Sungkeman juga
dilengkapi dengan perjanjian untuk saling menjaga satu sama lain kepada orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
5.2.3.2 Fungsi Bahasa Nonverbal Kinesik
Bahasa nonverbal memiliki fungsi yang khas dan setiap gerakan mempunyai
fungsi tersendiri. Knapp (1972) mengungkapkan lima fungsi bahasa nonverbal
diantaranya, (1) repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah
disajikan secara verbal, (2) subsitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal,
(3) kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna lain terhadap
pesan verbal, (4) komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan
verbal, dan (5) aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggaris
bawahinya. Pada penelitian ini keseluruhan data memiliki satu fungsi yang sama
yaitu sebagai komplemen. Berikut analisis fungsi bahasa nonverbal yang ditemukan
peneliti. 1) ijab memiliki fungsi komplemen kesungguhan hati dan keiklhasan dalam
menjalani pernikahan, 2) balangan memiliki fungsi komplemen berupa harapan
kepada pengantin untuk tetap lengket dan tidak pudar cintanya, 3) wiji dadi memliki
fungsi sebagai komplemen sebuah harapan untuk istri mau melayani suami dan lekas
memiliki keturunan, 4) sinduran memiliki fungsi sebagai komplemen untuk kedua
orang tua pengantin perempuan mengiklhaskan putrinya menikah bersam laki-laki
pilihannya, 5) kacar kucur memiliki fungsi komplemen sebagai perwujudan
kewajiban seorang suami menafkahi istri dan istri menjaga serta mengelola nafkah
suami dengan baik, 6) dahar kembul memiliki fungsi sebagai komplemen
perwujudan kemauan untuk hidup bersama dalam kondisi apapun bersama sang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
suami, dan 7) sungkeman memiliki fungsi komplemen sebagai wujud meminta izin,
restu, doa, dan janji untuk saling menjaga satu sama lain.
5.2.3.3 Maksud Bahasa Nonverbal Kinesik
Maksud bahasa nonverbal kinesik dalam upacara adat pernikahan tidak lepas dari
konteks yang melatar belakangi kejadian tuturan yang disertai gerakan nonverbal
tersebut. Sejatinya tuturan baik verbal maupun nonverbal pasti mempunyai maksud
dan tujuan tertentu Wijana dan Rohmadi (2009). Maksud tersebut di temukan melalui
konteks yang melekat pada gerakan nonverbal. Putrayasa (2014:24) menjelaskan
untuk memahami maksud pemakaian bahasa dari seseorang maka seseorang harus
dituntut pula untuk memahami konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut.
Konteks adalah pengetahuan yang dimiliki pembicara yang mempengaruhi
komunikasi, yaitu pengetahuan tentang dunia fiksi dan dunia sosial, faktor-faktor
sosial-psikologis, dan pengetahuan tentang waktu dan tempat yang terdapat dalam
perkataan yang mereka tuturkan Joan dalam Praptomo (2015). Hal ini, sejalan dengan
pendapat Widdowson (2000) melalui Song (2010) mengungkapkan “context as those
aspect of the circumstance of actual language use which are taken as relevant to
meaning” dari ungkapan tersebut dapat diketahui bahwa konteks adalah segala hal
yang berada disekitaran dan sesuai atau mendekati dengan maksud dari suatu
percakapan.
Konteks yang digunakan dalam penelitian ini ada konteks situasi dan konteks
budaya menurut Lichao Song (2010). Song (2010) menyatakan bahwa (1) konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
situasional adalah konteks yang mengacu pada lingkungan, waktu, dan tempat. (2)
konteks budaya adalah latar belakang budaya yang bisa mempengaruhi berupa status
sosial, jenis kelamin, usia, pemahaman kebudayaan, dan lain sebagainya. Pranowo
(2015) mengemukakan bahwa agar komunikasi dapat dipahami secara baik dan
lancar diperlukan pemahaman yang sama mengenai topik yang dibicarakan (common
ground), pemahaman yang sama mengenai pengetahuan dunia (knowledge of the
world), dan dipelukan latar belakang pengetahuan budaya yang sama (culture
knowledge background).
Untuk menemukan maksud yang melekat pada gerakan nonverbal pada
masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan. Seseorang harus memiliki
kepekaan dalam mencari maksud yang ingin diungkapkan karena, kebanyakan dari
gerakan-gerakan nonverbal dituangkan dalam bentuk-bentuk simbol dari suatu
barang. Maksud yang disampaikan bersifat tersirat atau tidak disampaikan secara
terang-terangan. Maksud yang ditemukan peneliti dalam setiap gerakan berbeda-beda.
Berikut pembahasan maksud bahasa nonverbal jenis kinesik pada masyarakat etnis
Jawa yang ditemukan peneliti.
1) Ijab adalah prosesi awal masyarakat etnis Jawa yang dimaksudkan untuk
membuat pernikahan tersebut resmi secara hukum dan agama.
2) Balangan adalah prosesi saling melempar daun sirih yang diisi oleh adonan
ketan dan diikat dengan benang putih. Balangan dimaksudkan agar cinta pada
pasangan akan tetap ada dan tidak luntur. Hal ini, dilihat dari daun sirih yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mewakili bentuk hati. Benang putih mewakili kesucian dan ikatan pasangan.
Adonan ketan yang bersifat lengket dimaksudkan agar pasangan akan tetap
lengket tidak bercerai dikemudian hari.
3) Wiji dadi dimaksudkan sebagai proses bersatunya dua insan menjadi satu
keluarga. Pembasuhan kaki oleh pengantin perempuan dimaksudkan sebagai
bentuk tunduk dan mau melayani suami. Telur yang ditempelkan didahi
pengantin lalu dipecahkan bermaksud untuk menyimbolkan kehidupan baru dan
diharapkan segera memiliki keturunan.
4) Sinduran merupakan sebuah bentuk keiklhasan hati orang tua pengantin
perempuan melepas anaknya ke kursi pernikahan. Kain merah dimaksudkan
sebagai simbol gula merah yang diharapkan kedua pengantin berguna pada
sesama dan berani menghadapi tantangan hidup. Warna kain putih
menyimbolkan kesucian hati dan pikiran dalam berpikir memecahkan masalah
dan menyimbolkan garam supaya kedua pasangan dapat berguna bagi sesama.
5) Kacar kucur perwujudan maksud dari kewajiban seorang suami menafkahi istri
dan kewajiban istri untuk bisa menjaga dan mengelola nafkah dari suami
sebaik-baiknya demi keluarga yang harmoni. Dipilihnya beras sebagai simbol
makanan pokok kehidupan masyarakat Jawa.
6) Dahar kembul memberi maksud agar pasangan pengantin mau hidup dan
menyatu dengan pasangannya. Kemauan istri untuk hidup sesuai dengan
kemampuan suami dalam keadaan apapun dan kondisi bagaimanapun akan mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menemani dalam senang maupun susah. Satu piring yang dipakai untuk makan
berdua memberi maksud kehidupan yang telah menjadi satu.
7) Sungkeman merupakan tanda berakhirnya prosesi pernikahan secara adat yang
akan dilanjutkan dengan pesta makan tamu undangan. sungkeman memberikan
maksud meminta doa, restu, dan izin kepada orang tua/mertua masing-masing
pengantin. Dalam sungkeman juga diucapkan janji untuk menjaga anaknya
untuk tidak disakiti secara batin maupun secara fisik.
Proses pencarian maksud tak luput dari pencarian yang panjang. Dimulai dari
identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan dalam bentuk deskripsi.
Memahami maksud gerakan bahasa nonverbal kinesik dalam upacara adat pernikahan
masyarakat etnis Jawa membutuhkan konteks situasi dan kecakapan pengetahuan
budaya. Pencapaian pemahaman maksud dikatakan berhasil apabila orang tersebut
mampu mencerna maksud simbolik tersirat dari setiap gerakan bahasa nonverbal
kinesik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini mengangkat dua rumusan masalah, yaitu: wujud bahasa
nonverbal dan maksud yang disertai fungsi bahasa nonverbal dalam upacara adat
pernikahan masyarakat etnis Jawa. Gerakan nonverbal tersebut diperoleh dari
masyarakat etnis Jawa kecamatan Wonosari di empat tempat daerah wonosari
diantaranya di desa Pulutan, desa Piyaman, desa Karangtengah, dan desa Gari.
Jumlah data dalam penelitian ini berjumlah tujuh dengan wujud data berupa gambar.
5.1.1 Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik
Wujud bahasa nonverbal kinesik kontak mata dalam upacara adat pernikahan
masyarakat etnis Jawa berjumlah tujuh data. Tujuh data tersebut mencerminkan
prosesi atau tata cara yang dilalui masyarakat etnis Jawa dalam menyelenggarakan
pernikahan, diantaranya sebagai berikut: 1) ijab bersalaman, 2) balangan tindakan
saling melempar daun sirih sebanyak ktiga kali, 3) wiji dadi membasuh kaki suami
dan menempelkan telur didahi masing-masing pengantin, 4) sinduran mertua
perempuan membalutkan kain merah dan putih dipundak pengantin dan
mengantarkannya ke kursi pengantin, 5) kacar kucur suami menuangkan beras dan
istri menampung beras yang dituangkan oleh suami , 6) dahar kembul makan
bersama sambil bersuapan satu sama lain, dan 7) sungkeman duduk bersimpu pada
lutut orang tua mirip posisi menyembah secara bergantian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
5.1.2 Maksud dan Fungsi Bahasa Nonverbal Kinesik
Maksud dan fungsi bahasa nonverbal. Maksud ditelaah berdasarkan konteks
yang berperan dari masing-masing data. Berdasarkan konteks situasi dan konteks
budaya maka dapat diketahui maksud dari gerakan nonverbal tersebut. Sedangkan
fungsi yang berperan dalam setiap data adalah sebagai Komplemen. Berikut maksud
yang ditemukan dalam bahasa nonverbal kinesik pada masyarakat etnis Jawa dalam
upacara adat pernikahan, yaitu: 1) ijab prosesi ijab menandakan resminya suatu
pernikahan sah secara hukum dan agama, 2) balangan dimaksudkan untuk hubungan
pernikahan selalu awet dan tidak ada perceraian, 3) wiji dadi sebagai proses
bersatunya dua insan dan kemauan istri untuk melayani suami hingga mendapat
keturunan, 4) sinduran merupakan simbol dari keiklhasan hati orang tua dan
pembalutan kain merah dan putih sebagai wujud harapan semoga pasangan berguna
bagi orang lain, 5) kacar kucur menyimbolkan sebuah kewajiban suami menafkahi
istri dan istri berkewajiban untuk menjaga dan mengelola nafkah pemberian suami
dengan baik, 6) dahar kembul bermaksud kemauan untuk hidup bersama dalam
kondisi apapun, dan 7) sungkeman memberikan maksud meminta izin, doa, restu, dan
janji untuk saling menjaga antar pasangan agar tidak terlukai hatinya atau fisiknya.
5.2 Implikasi
Penelitian ini membuktikan bahwa bahasa nonverbal kinesik juga terdapat
dalam masyarakat etnis Jawa terutama pada upacara adat pernikahan. Penelitian ini
mampu menunjukan wujud disertai maksud dan fungsi bahasa nonverbal kinesik pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan. Penelitian ini dapat
menambah literatur dan cakupan penelitian antar disiplin ilmu dalam kajian bidang
ilmu pragmatik khususnya menelaah tentang maksud bahasa nonverbal. Selain itu,
penelitian ini juga mengungkap fenomena kebahasan nonverbal pada masyarakat
etnis Jawa terutama dalam upacara adat pernikahan di Wonosari.
5.3 Saran
Penelitian ini masih banyak keterbatasan. Peneliti hanya menunjukan wujud
dan maksud yang disertai fungsi bahasa nonverbal kinesik dalam upacara adat
pernikahan masyarakat etnis Jawa. Bahasa nonverbal memiliki beberapa jenis
diantaranya artifaktual (berhubungan dengan benda mati yang dapat memberikan
pesan), vocalik (naik turunnya nada, kecepatan berbicara, keras kecilnya volume,dan
pemberian jeda), dan proksimik (pengaturan jarak). Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan supaya penelitian selanjutnya mengkaji bahasa nonverbal secara
lebih luas dan lebih mendalam lagi khususnya yang terkait langsung dengan
pendidikan Bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baryadi, I Praptomo. 2015. Teori-Teori Linguistik Pascastruktural Memasuki
Abad Ke-21. Yogyakarta: PT Kanisius.
Budyatna, Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Predana
………Media Group.
Knapp, Mark L. 1972. Nonverbal communication in Human Interaction. Texas: the
...........university of Texas Austin.
Leathers, Dale G. 1978. Nonverbal Communication Systems. London: The University
………of Georgia.
Liliweri, Alo. 1994. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Moleong, Lexy J.2007.Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Mulyana, Dedi. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Nadar. 2009.Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group.
Pranowo. 2015. Tergantung pada Konteks. Pranowo, Kunjana Rahardi dan Yuliana
Setyaningsih. Prosiding Seminar Nasional PIBSI XXXVII: Optimalisasai
Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Wahana Pembentukan Mental dan
Karakter Bangsa di Era Globalisasi Menuju Indonesia Emas
2015. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Pragmatik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Rahardi, Kunjana. 2003.Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:
Dioma.
Rakhmat, Jalaluddin, 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Solihin, Olih. 2010.“Makna Komunikasi Non Verbal dalam Tradisi Sarungan di
.Pondok Pesantren Tradisional di Kota Bandung”. Bandung: Program Studi
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Komputer Indonesia (https://repository.unikom.ac.id/30689/1/makna-
komunikasi-non-verbal dalam-tradisi-sarungan-di-pondok-pesantren-
tradisional-di-kota-bandung-olih solihin.pdf) diunduh pada tanggal 3 Februari
2018.
Song, Lichao. 2010.”The Role of Context in Discourse Analysis” Qingdao:
University of Science and Technology Qingdao 266061,
China.(https://www.researchgate.net/publication/47716217_the_Role_of_cont
ext_in_discourse_analysis/amp) diunduh pada tanggal 17 februari 2018 pukul
18.00 wib.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Kebahasaan: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: ……
.Alfabeta.
Wang, Haiyang. 2009. “Nonverbal Communication and the Effect on Interpersonal
Communication”. Qingdao: University of Science and Technology Qingdao
266061,China(http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/view/419)
…… diunduh pada tanggal 16-januari-2018 pada pukul 17.00 WIB.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik :
........ Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Wood Julia, T. 2013. Komunikasi Interpersonal: Interkasi Keseharian Edisi 6.
Jakarta: Salemba Humanika.
Zamzani. 2007. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Cipta Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
TRIANGULASI DATA
MAKSUD BAHASA NONVERBAL JENIS KINESIK PADA MASYARAKAT
ETNIS JAWA DALAM UPACARA ADAT PERNIKAHAN
DI WONOSARI 30 NOVEMBER 2017-08 MARET 2018:
SUATU KAJIAN PRAGMATIK
disusun oleh:
Raden Gregorius Agung Aristrimurti Widyadmaka
141224013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Petunjuk Triangulasi :
1. Triangulator memberikan tanda centang ( ) pada kolom Ya/Tidak yang menggambarkan penelitian yang diperoleh.
2. Triangulator memberikan catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran data yang diperoleh.
3. Triangulator membubuhi tanda tangan pada kolom bagian akhir yang disediakan.
No
Deskripsi Gerakan
Nonverbal
&
tuturan
Gambar
Konteks Bahasa
Nonverbal
Triangulasi
Keterangan
Ya Tidak
1. Gerakan tubuh ijab-
qobul
Seorang pengantin laki-
laki sedang melakukan
ijab-qobul dengan wali
nikah penghulu di
hadapan para saksi
pernikahan. Tujuan dari
ijab-qobul adalah
memperoleh hak resmi
di mata hukum dan
agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2. Gerakan tubuh
balangan
Pengantin laki-laki
melempar pengantin
perempuan dengan daun
sirih yang diisi dengan
adonan ketan dan diikat
dengan benang putih.
Tujuan dari gerakan ini
adalah simbol tidak
terjadinya perceraian di
kemudian hari karena,
sudah diikat dengan
benang putih yang suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3. Gerakan tubuh wiji
dadi
Pengantin perempuan
membasuh kaki laki-laki
dengan bunga tujuh rupa
dan menempelkan telur
di dahi kemudian telur
itu dipecahkan. Tujuan
dari gerakan ini adalah
berbaktinya isri kepada
suami dan telur
memberikan harapan
untuk segera memiliki
keturunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
4. Gerakan tubuh
sinduran
Orang tua pengantin
perempuan
membalutkan kain
merah dan putih ke
pundak pengantin
sebagai simbol
keiklhasan dan ayah dari
pengantin perempuan
menuntun pengantin ke
kursi pengantin dengan
tujuan mertua merestui
dan memberi contoh
yang baik dalam
membina keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
5. Gerakan tubuh kacar
kucur
Pengantin laki-laki
menuangkan beras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
6. Gerakan tubuh dahar
kembul
7. Gerakan tubuh
sungkeman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Catatan:
Menyetujui,
Triangulator
Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BIOGRAFI PENULIS
Raden Gregorius Agung Aristrimurti Widyadmaka lahir
di Gunungkidul pada 04 September 1996. Pada tahun
ajaran 2008/2009 , penulis menyelesaikan pendidikan
dasar di SD Kanisius II Wonosari. Penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada
tahun ajaran 2011/2012 di SMP Kanisius Wonosari.
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di
SMA N 2 Playen pada tahun ajaran 2014/2015.
Kemudian, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan
tinggi pada tahun 2014 di program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penulis selama
menjadi mahasiswa terlibat aktif dalam kegiatan akademis maupun non-akademis.
Pada 2015 menjadi koordinator divisi acara dalam HMPS “ Himpunan Mahasiswa
Program Studi PBSI”. Selain itu, pada tahun 2016 penulis juga terlibat menjadi ketua
panitia dalam acara Malam sastra #1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI