makna loro blonyo dan deforestasi dalam penciptaan karya seni … · 2020. 3. 14. · 148 seminar...

9
148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan seni rupa di Indonesia saat ini secara historis tidak dapat dipisahkan dari berbagai pengaruh global yang mengarah pada tren dalam mengadopsi, menghargai, dan mensintesis pemikiran- pemikiran baru yang disampaikan melalui pendidikan, sastra, media massa, teknologi, hubungan internasi- onal yang semuanya mengarah pada wacana, ideologi, pasar, dan praktik seni visual. Hal ini menimbulkan paradoks identitas seni Indonesia dalam konfigurasi seni internasional. Untuk menyikapi konsepsi seni yang berakar di Indonesia, perlu dicari konsep alternatif untuk pengembangan seni. Sebuah idiom budaya yang berakar pada tradisi etnis yang sudah menjadi kekayaan bangsa harus dimanfaatkan. Tradisi seni MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI INTERMEDIA Satriana Didiek Isnanta Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta, Jl. K.H. Dewantara 19 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 1 email: i [email protected] 1 Much. Sofwan Zarkasi Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta, Jl. K.H. Dewantara 19 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 2 email: [email protected] 2 Asmoro Nurhadi Panindias Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta, Jl. K.H. Dewantara 19 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 3 email: [email protected] 3 ABSTRACT This research was designed as an experimental study of intermedia art creation based research by reinterpret- ing the loro blonyo statue as a source of ideas for creating works. Loro Blonyo is a pair of wooden sculptures consisting of a female statue and accompanied by a man wearing a Javanese traditional wedding dress in a sitting position. Broadly, the meaning of the Loro Blonyo statue for the Javanese people is the unity of the couple as a reflection of the harmony of the Javanese mind and harmony. The meaning of the loro blonyo statue is then analyzed, elaborated and reinterpreted. This research is an artistic study with a focus on the study of the creation of intermedia art creation using various media based on conceptual thinking with an interdisciplinary approach. The purpose of this creation is to create a multi-media installation art that uses visual, motion and sound elements. This artistic research method uses Dharsono’s Creative Creation (2016): research with are ethic and emic approach, exploration, experimentation and formation approach. The results of the research were concluded and became the basis for the concept of space-based intermedia artwork, namely multi-media installation art with a visual form of local culture as a strengthening of national identity. Keywords: intermedia art, interdiscipline, experimentation, loro blonyo, national identity. mampu memberikan kegembiraan kreativitas seni; sebagai sumber ide dan media ekspresi. Sikap progresif yang sangat membutuhkan kreativitas menghasilkan produk budaya yang berdiri di masa kini yang menghasilkan bentuk-bentuk alternatif yang eksperimental. Untuk mewujudkan alternatif bentuk produk budaya yang bersifat eksperimental, tentu dibutuhkan kekuatan kreatif. Dapat dikatakan bahwa kreativitas adalah kata kunci dalam proses eksperimentasi karya pada khususnya dan perkembangan seni pada umumnya. dengan pemikiran kreatif, adalah mungkin untuk menemukan hal-hal baru dalam praktik seni dengan mengeksplorasi nilai-nilai lokal. Seperti studi tentang penciptaan karya seni intermedia yang bertujuan menciptakan karya kepribadian nasional dengan ide dasar membaca makna patung loro blonyo.

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI … · 2020. 3. 14. · 148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan

148

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

I. PENDAHULUAN

Perkembangan seni rupa di Indonesia saat inisecara historis tidak dapat dipisahkan dari berbagaipengaruh global yang mengarah pada tren dalammengadopsi, menghargai, dan mensintesis pemikiran-pemikiran baru yang disampaikan melalui pendidikan,sastra, media massa, teknologi, hubungan internasi-onal yang semuanya mengarah pada wacana, ideologi,pasar, dan praktik seni visual. Hal ini menimbulkanparadoks identitas seni Indonesia dalam konfigurasiseni internasional.

Untuk menyikapi konsepsi seni yang berakardi Indonesia, perlu dicari konsep alternatif untukpengembangan seni. Sebuah idiom budaya yangberakar pada tradisi etnis yang sudah menjadikekayaan bangsa harus dimanfaatkan. Tradisi seni

MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASIDALAM PENCIPTAAN KARYA SENI INTERMEDIA

Satriana Didiek IsnantaFakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta,

Jl. K.H. Dewantara 19 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia1

email: [email protected]

Much. Sofwan ZarkasiFakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta,

Jl. K.H. Dewantara 19 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia2

email: [email protected]

Asmoro Nurhadi PanindiasFakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta,

Jl. K.H. Dewantara 19 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia3

email: [email protected]

ABSTRACT

This research was designed as an experimental study of intermedia art creation based research by reinterpret-ing the loro blonyo statue as a source of ideas for creating works. Loro Blonyo is a pair of wooden sculpturesconsisting of a female statue and accompanied by a man wearing a Javanese traditional wedding dress in asitting position. Broadly, the meaning of the Loro Blonyo statue for the Javanese people is the unity of thecouple as a reflection of the harmony of the Javanese mind and harmony. The meaning of the loro blonyostatue is then analyzed, elaborated and reinterpreted. This research is an artistic study with a focus on thestudy of the creation of intermedia art creation using various media based on conceptual thinking with aninterdisciplinary approach. The purpose of this creation is to create a multi-media installation art that usesvisual, motion and sound elements. This artistic research method uses Dharsono’s Creative Creation (2016):research with are ethic and emic approach, exploration, experimentation and formation approach. The resultsof the research were concluded and became the basis for the concept of space-based intermedia artwork,namely multi-media installation art with a visual form of local culture as a strengthening of national identity.

Keywords: intermedia art, interdiscipline, experimentation, loro blonyo, national identity.

mampu memberikan kegembiraan kreativitas seni;sebagai sumber ide dan media ekspresi. Sikapprogresif yang sangat membutuhkan kreativitasmenghasilkan produk budaya yang berdiri di masa kiniyang menghasilkan bentuk-bentuk alternatif yangeksperimental. Untuk mewujudkan alternatif bentukproduk budaya yang bersifat eksperimental, tentudibutuhkan kekuatan kreatif.

Dapat dikatakan bahwa kreativitas adalah katakunci dalam proses eksperimentasi karya padakhususnya dan perkembangan seni pada umumnya.dengan pemikiran kreatif, adalah mungkin untukmenemukan hal-hal baru dalam praktik seni denganmengeksplorasi nilai-nilai lokal. Seperti studi tentangpenciptaan karya seni intermedia yang bertujuanmenciptakan karya kepribadian nasional dengan idedasar membaca makna patung loro blonyo.

Page 2: MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI … · 2020. 3. 14. · 148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan

149

Makna Loro Blonyo dan Deforestasi dalam Penciptaan Karya Seni Intermedia - Satriana Didiek Isnanta,dkk.

Volume 2 Tahun 2019

Gambar 01.Patung Loro Blonyo di Museum Kraton Surakarta

sumber: Isnanta, 2019.

Penelitian ini penting karena ada masalahkonseptual yang serius yang masih membelenggukerangka pendidikan seni kita, dengan perguruan tinggiseni berkelanjutan menempatkan kosakata di fakultasseni rupa berdasarkan kategori seni rupa (lukisan danpatung) dan seni berbasis terapan (kayu, logam, dankerajinan logam dari keramik) pada garis diametrik.Tentu saja ini akan memiliki konsekuensi sebagaipenghalang munculnya seni baru dalam ruangakademik.

Institusi pendidikan seni, dalam arti palingumum sebenarnya adalah tempat atau institusi for-mal untuk mendidik kelahiran seniman profesional.Tuntutan untuk profesionalisme ini diukur dalambanyak cara, salah satunya adalah penguasaan dalampola pikir dan pola pikir. Dari sana berbagai temuandalam eksperimen (pemikiran dan praktik), studikasus, dan munculnya kebiasaan dalam membuatkomodifikasi estetika atau tren di masyarakat dapatterus diaktifkan.

Artinya, perguruan tinggi seni tidak hanyamelayani sebagai penjaga budaya dan tradisi yangada, tetapi tuntutan profesionalisme dan eksperimensama pentingnya untuk diwujudkan. Meskipun dasarminat utamanya dibatasi oleh konvensi, tradisi, atauaturan yang disepakati, eksplorasi konvensi masihdapat dipelajari terus menerus.

Oleh karena itu, perlu untuk terus memberitekanan pada upaya untuk bereksperimen dengankarya-karya, karena dari proses eksperimen ini akanditemukan kemungkinan - kemungkinan untukkebaruan dalam teori, praktik dan wacana yang secaratidak langsung dapat mengembangkan teori, praktikdan wacana seni yang ada.

Selain itu, seni intermedia adalah karya seniyang tidak konvensional dan interdisipliner, yangmeruntuhkan batasan konvensi seni visual dan jugamenggunakan media yang tidak konvensional juga,seperti mengintegrasikan seni dengan disiplin ilmulain, terutama teknologi (sains). Seni Intermediamembuka kemungkinan tidak hanya menampilkanaspek visual tetapi juga suara dan gerak (kinetik).

II. KAJIAN LITERATUR DAN PEGEMBANGANHIPOTESIS

Dewasa ini batasan akan medium karya senisudah bersifat amat luas, karya seni tidak lagi hanyadibatasi pada media tradisional yang sebelumnyadigunakan oleh para maestro seni yang hidup di masaseni modern. Hal ini juga berlaku bagi media baru yangtersedia bagi para seniman kontemporer masa kinidimana tipologi medium seni rupa, sebagai jabaranspesifikasi dan karakteristik media yang digunakandalam seni rupa, saat ini telah menyediakan pilihanyang jauh lebih luas baik bagi para pelaku seni rupayang langsung terhubung dengan medan sosial senimaupun publik secara umum. Dalam tipologi mediumseni tersebut, dijabarkan bahwa media seni rupa terdiriatas lima medium, yakni media tradisional, seni me-dia baru, dematerialisasi seni, silang disiplin seni(intermedia art), dan post-media (Kusmara, 2011: 81).

Seni intermedia mempraktikkan kerja senisebagai proses interdisipliner yang tidak lagi mengacupada konsep-konsep konvensional tentang mediumseni rupa, khususnya dalam paradigma fine art (senilukis, seni grafis, seni patung). Hal ini seperti pendapatKusmara (2011: 81) yang menjelaskan bahwa mediakonvensional terdiri atas tiga jenis media yang terdiriatas drawing, lukis, dan patung. Seni media baru terdiriatas tiga media yaitu fotografi, video, dan seni digital,sementara silang disiplin seni (intermedia) mencakupdua jenis media yang berupa seni instalasi dan seniperformans.

Seni instalasi merupakan karya rupa yangterdiri atas gabungan berbagai media sehinggamembentuk kesatuan baru dan menawarkan maknabaru. Karya seni instalasi menjadi wujud nyatapembebasan seni rupa dari penggolongan seni lukis,seni grafis, seni patung, seni reklame, dan cabang-cabang seni rupa lainnya, serta penghapusanpandangan orang orang awam atas seni rupa menjadiseni murni-seni terap, seni tinggi-seni rendah, atauseni bebas-seni terikat (Ramadhani, 2017: 140).

Seni instalasi menurut Mark Rosenthal (2002)dalam bukunya yang bertajuk “Understanding Instal-

Page 3: MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI … · 2020. 3. 14. · 148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan

150

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

lation Art” membagi seni instalasi menjadi 2 kategori,yaitu “Filled-Space Installation” dan “Site- SpecificInstallation”. Filled-space, dimana karya instalasitersebut hanya sebagai pengisi ruang (ruang dalambangunan arsitektur maupun ruang imajiner (ruang dialam terbuka) dan ketika dia dipindahkan ke ruangyang lain bentuk karya tetap sama seperti sebelumnya.Sedangkan Site-specific… dimana karya selalu adaptifpada site (ruang) bahkan sampai mengeksplorasiruang/site pada karya. Pada jenis ini karya tersebutsangat kontekstual pada ruang dan merupakan dia-log antara seniman dengan ruang dan lingkungannya,baik ruang riil (ruang dalam bangunan arsitekturmaupun ruang imajiner (ruang di alam terbuka).

Seni performans adalah suatu pertunjukanyang disuguhkan pada penontonnya, biasanya cabangseni ini bersifat interdisipliner atau melibatkan 2 ataulebih disiplin seni, akademik, maupun ilmiah. Seniperformans dapat terjadi dimanapun selama apapun,tidak luput publik dapat menjadi bagian dari suatukarya (Merriam-Webster Dictionary, 2008: 873). Seniperformans merupakan penggabungan seni rupadengan seni pertunjukan persilangan antara pameranseni rupa dengan pertunjukan teatrikal. Dalam hal iniditampilkan unsur rupa, musik, dan gerak, namunmenghindari adanya alur cerita secara tradisional(Ramadhani, 2017: 140).

Melihat dua definisi tentang seni intalasi danseni performans yang masuk pada seni intermedia,dapat dibagi menjadi dua bagian, pertama adalahkarya seni berbasis ruang (seni instalasi) dan seniberbasis waktu (seni performans). Hal ini sepertipendapat Mia Maria (2015:29).

Karya berbasis ruang menggunakan ruangsebagai salah satu unsur pembentuknya, contoh: seniinstalasi. Karya berbasis waktu adalah karya yangmemiliki rentang waktu dalam proses presentasinya,misalnya seni performans (performance art), seni video(video art), dan seni interaktif (interactive art).

Setelah seni performans bersinggungandengan teknologi, akhirnya bermetamorfosis menjadimulti media performans. Dalam perkembanganperformans ini, tidak hanya tubuh yang menjadimedianya (meskipun tubuh tetap menjadi mediautama), tetapi juga dikolaborasikan dengan teknologimedia sebagai penguat pesan seniman/ perupa yangingin disampaikan. Biasanya mengeksplorasi ruangdan cahaya dengan bantuan komputer/ media playeryang output visualnya menggunakan LCD projector(Isnanta, 2010: 5).

Di sisi yang lain, seni yang berhubungandengan teknologi dan mengandung unsur visual, gerak

dan suara biasa disebut seni multi media. “Istilahmultimedia berakar mula teater, bukan komputer.Pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu me-dium di panggung sering kali disebut pertunjukan “multi-media”. Pertunjukan multi-media mencakup monitorvideo, synthesized band, dan karya seni manusiasebagai bagian dari show!” (Daemon, 1996:17)

Dari uraian di atas, maka karya seni intermediayang akan diciptakan nanti akan bersinggungandengan teknologi media, pada tahun pertama karyaseni intermedia berbasis ruang (seni instalasi multimedia) dan pada tahun kedua, seni intermedia berbasiswaktu (seni performans multi media).

Berbeda perkembangannya dengan negara-negara yang menciptakan dan menghasilkan teknologimedia tinggi dan menjadi negara penguasa teknologimedia, Indonesia yang dikenal sebagai negarapengguna teknologi, pada dasarnya memiliki cara dankarakteristik tersendiri dalam mengelola teknologimedia, termasuk pada seni intermedia yanginterdisipliner.

Karakteristik yang cenderung lebihmengutamakan fungsi nyata sebagai unsur pokokdalam pendayagunaan teknologi media telahmendorong lahirnya teknologi tepat guna, tepatsasaran, dan bahasa estetika yang sesuai dengankultur sosial masyarakat setempat. Contohnya, patungLoro Blonyo.

Istilah Loro Blonyo berasal dari kata loroberarti dua, dan blonyo berarti gambaran atau warna,maksudnya sepasang yang terdiri dari laki-laki danperempuan diperindah dengan aneka warna. Sebutanlain ada yang menghubungkan dengan sebutan raraatau wanita, dan juga blonyoh yang maksudnya lulur.Pengertian terakhir konotasinya adalah hubunganpercintaan antara laki-laki dan perempuan, yangdikaitkan dengan peristiwa perkawinan. Dalam maknaluas kedua patung dalam kesatuan pasangandianalogikan sebagai refleksi pikiran Jawa yangharmoni dan manunggal (Prasetyo, 2012: 5).

Kekayaan keanekaragaman kultur Nusantaratelah menjadi sumber daya penting yang diyakinimemiliki kemampuan untuk melahirkan bahasaestetika seni intermedia yang khas, unik, sertamemiliki fungsi sosial yang dapat diterapkan dimasyarakat dan dibagikan kepada negara-negara yanglain. Seperti studi penciptaan karya seni intermediaini yang akan mengangkat kearifan lokal denganmenafsir makna patung Loro Blonyo sebagai dasarpenciptaan karya seni intermedia berkepribadiannasional.

Page 4: MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI … · 2020. 3. 14. · 148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan

151

Makna Loro Blonyo dan Deforestasi dalam Penciptaan Karya Seni Intermedia - Satriana Didiek Isnanta,dkk.

Volume 2 Tahun 2019

III. METODE PENELITIAN

Dalam penciptaan karya, diperlukan suatumetode untuk menjelaskan jalannya tahapan-tahapanproses penciptaan. Metode yang digunakan dalamproses penciptaan karya seni rupa ini secara garisbesar melakukan beberapa tahapan seperti tahapandalam Kreasi Artisik Dharsono (2016), yaitu : Pertama,riset dengan pendekatan etik dan riset denganpendekatan emik sebagai dasar penciptaan karya, dankedua, tahapan penciptaan karya berisi:eksperimentasi, perenungan dan pembentukan. Untukdetailnya seperti tahapan di bawah ini.

Riset dengan pedekatan etik yang dilakukandalam penelitian ini adalah studi pustaka yangberkaitan dengan seni intermedia, teknis penciptaankarya dan sejarah, makna Loro Blonyo bagi masyrakatJawa. Riset dengan pedekatan emik yang dilakukandalam studi penciptaan karya ini adalah melakukanwawancara mendalam terhadap beberapa narasumberyang menguasai seni intermedia dan tema studipenciptaan ini. Wawancara dilakukan kepadabeberapa narasumber yang kompeten sepertiakademisi seni rupa dan praktisi seni rupa (berkaitandengan seni intermedia) dan kepada budayawan diSurakarta (berkaitan dengan patung Loro Blonyo).

Selain itu juga dilakukan Focus Group Dis-cussion (FGD) berkaitan dengan karya yang akandiciptakan. FGD ini dilakukan sebanyak dua kali.Pertama pada tahap pengupulan data awal sebagaidasar penciptaan karya dan yang kedua pada saat ujiprototype karya secara terbatas.

Semua data kemudian dianalisismenggunakan metode triangulasi data, setelah semuadata telah siap kemudian disusun dalam bentukdeskripsi yang nantinya akan menjadi konsep besarkarya yang akan diciptakan.

Setelah tahapan riset dengan pendekatan etikdan emik, maka hasil dari riset tersebut akan menjadidasar tahapan studi penciptaan ini, yang akan terbagimenjadi tiga tahapan, yaitu: tahap Eksperimentasi,Tahap Perenungan dan Tahap Pembentukan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setiap objek adalah simbol dengan maknatertentu. Patung sepasang Loro Blonyo tidakterkecuali. Loro berarti sepasang Blonyo berarti diurapidengan air bunga. Loro Blonyo berarti pengantindengan bunga wangi. Patung pengantin wanitamelambangkan Dewi Sri dan Manusia melambangkanRaden Sadana (Sulistyo, 2009: 3). Iman Jawa pada

Dewi Sri tidak terlepas dari kehidupan agraris mereka.Dewi Sri adalah dewi kesuburan yang memainkanperan penting dalam menentukan kesejahteraanmasyarakat agraris (petani). Agar dapat mencobadengan lancar, perlu untuk menyediakan tempatkhusus di rumahnya untuk menghormati Petani.Mangunwijaya (1992: 108) menjelaskan apa yangdimaksud oleh Sang Tani bukanlah orang yang adalahpetani yang memiliki rumah, tetapi para dewa, atausecara khusus Dewi Sri.

Dengan begitu, Loro Blonyo juga dikaitkandengan mitos Dewi Sri, yang menurut orang Jawasebagai dewi padi/ kesuburan. Dengan dasar sepertiitu, penulis meyakini bahwa patung Loro Blonyosangat dekat dengan kehidupan masyarakat Jawa danmemiliki kedudukan khusus dalam budaya agrarisJawa (Widayat, 2009: 8). Dewi Sri dihormati oleh parapetani Jawa sebagai dewi padi, dewi kebahagiaan, dewikesuburan dan dewi rumah tangga. Begitu dekatkadang-kadang disebut mbok Sri (Wibowo et al., 1987:101). Mbok adalah kata lain dari ibu yang banyakdigunakan di pedesaan Jawa untuk menyapa anak-anak kepada ibu mereka.

Mitos adalah prosa orang yang dianggapbenar-benar terjadi, dan dianggap suci oleh pemilikcerita. Mitos atau legenda selalu memiliki sosok dewaatau dewi. Peristiwa terjadi di dunia lain, di dunia yangtidak kita kenal sekarang, dan terjadi di masa lalu.Mitos pada umumnya menceritakan terjadinya alamsemesta, dunia, manusia pertama, terjadinyakematian, bentuk-bentuk khas binatang, bentuktopografi, fenomena alam, dan sebagainya. Mitos jugamenceritakan petualangan para dewa, kisah romansamereka, kekerabatan mereka, kisah perang mereka,dan sebagainya (Danandjaja, 1997; 50).

Mitos juga diartikan sebagai cerita rakyattentang peristiwa semi sejarah yang menjelaskanmasalah awal dan akhir kehidupan manusia (Haviland,1993: 98). Mitos pada dasarnya bersifat religius,karena memberikan rasio keyakinan dan praktikkeagamaan. Masalah-masalah yang dibahas dalammitos adalah masalah utama kehidupan manusia,seperti: dari mana kita berasal dan segala sesuatu didunia ini, mengapa kita ada di sini, dan ke mana kitapergi.

Begitupun dengan mitos Dewi Sri yang sangatakrab dengan masyarakat agraris Jawa. Bagi mereka,Dewi Sri adalah ikon sekaligus tokoh penting yangsangat berperan dalam menentukan hasil nanti. Makatidak aneh jika di rumah pribadi mereka, ada tempatkhusus yang digunakan sebagai tempat pemujaanDewi Sri.

Page 5: MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI … · 2020. 3. 14. · 148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan

152

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Mitologi Dewi Sri memang cukup terkenal diIndonesia. Dewi Sri dianggap sebagai ‘roh’ yangmenghadirkan kegembiraan, kebahagiaan dankemakmuran. Sosok Dewi Sri selalu digambarkansebagai cantik, bisa terbang dan selalu memilikisenyum elegan, tidak hanya digambarkan sebagaidewi makanan, tetapi juga sebagai simbol wanitacantik, cantik, simbol keindahan bumi (F. Widayanto,2003: 10).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwamakna patung Loro Blonyo bagi masyarakat Jawaadalah kesuburan, kebahagiaan, harapan dan simbolkeindahan alam semesta. Loro Blonyo adalahcerminan pemikiran Jawa dalam harmoni danpersatuan. Karena itu, makna patung loro blonyomasih sangat relevan. Mengingat banyaknya masalahlingkungan di sekitar kita. Salah satunya adalaheksploitasi hutan untuk perkebunan kelapa sawit,industri kayu lapis, furniture dan kertas.

Membaca sejarah kertas bagaikan membacasejarah peradaban manusia. Ledakan reproduksicetak diawali abad 15 dengan diciptakannya alat cetakoleh Johannes Gutenberg dan berkembang pesatseiring dengan perkembangan industri cetak dan me-dia massa. Di era informasi, media massa menjadikekuatan besar untuk penyebaran berita, ilmupengetahuan dan sekaligus menjadi salah satu pilardemokrasi. Ketika kesadaran masyarakat duniaterhadap isu lingkungan menguat, penggunaan me-dia kertas menjadi sorotan, tak terkecuali di Indone-sia. Satu batang pohon, ketika diolah menjadi pulpdan kertas hanya menjadi16 rim.

Sekitar 70% daratan di Indonesia berupakawasan hutan Negara. Hutan Indonesia berfungsisebagai paru-paru dunia dan dianggap signifikanmempengaruhi iklim dunia. Selain sebagai sumberkeragaman hayati dunia, hutan Indonesia telah menjadiperhatian untuk dipertahankan keberadaannya. Seiringberjalannya waktu hutan Indonesia semakin hilang,hutan yang dahulu kaya kini semakin tiada. Menurutlaporan Forest Watch Indonesia tahun 2018, padatahun 2013 Indonesia kehilangan ±1,1 juta hektarehutan alam, ini berarti setiap menit hutan seluas tigakali lapangan sepak bola hilang. Indonesia mengalamideforestasi besar-besaran. Dalam kurun 2005-2015,Indonesia kehilangan 7 persen hutan (atau total 1,4juta hektare).

Berdasarkan data Sistem PemantauanHutan Nasional (SIMONTANA) yang dirilis pada awal2019, terungkap bahwa deforestasi pada 2014-2015adalah seluas 1,09 juta ha. Angka ini kemudian turunmenjadi 0,63 juta ha pada periode 2015-2016, dan

kembali turun menjadi 0,48 juta ha pada periode2016-20171.

Dalam perspektif ilmu kehutanan deforestasidimaknai sebagai situasi hilangnya tutupan hutanbeserta atribut-atributnya yang berimplikasi padahilangnya struktur dan fungsi hutan itu sendiri.Pemaknaan ini diperkuat oleh defnisi deforestasi yangdituangkan dalam Peraturan Menteri KehutananRepublik Indonesia No. P.30/MenhutII/2009 tentangTata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi DanDegradasi Hutan (REDD) yang dengan tegasmenyebutkan bahwa deforestasi adalah perubahansecara permanen dari areal berhutan menjadi tidakberhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.

Untuk menanggulangi deforestasi, makapemerintah melalui Permen Lingkungan Hidup danKehutanan Nomor: P. 12/Menlhk-II/2015 tentangPembangunan Hutan Tanaman Industri. HutanTanaman Industri (HTI) adalah hutan yangmemproduksi tanaman dengan menerapkan budidayakehutanan untuk memenuhi bahan baku industri.

HTI merupakan perkebunan kayu monokulturskala besar yang ditanam dan dipanen untuk produksibubur dan bubur kertas. Pohon-pohon seperti Euca-lyptus dan Akasia ditanam melebihi batas produktivitasalami, dengan kecepatan tumbuh dan toleransi tinggiterhadap lahan terdegradasi. Kayu yang dihasilkan dariperkebunan ini digunakan secara luas sebagai bahanbakar dan konstruksi serta produksi kertas dan kainseperti rayon.

Sayangnya, HTI justru menjadi salah satupenyebab utama deforestasi di mana hutan hujantropis primer diganti dengan hutan monokultur Euca-lyptus dan Akasia. Perubahan besar dalampenggunaan lahan tersebut berdampak pada kondisilingkungan dan sosial. Perkembangan perkebunanskala besar dapat berdampak pada meningkatnyaemisi gas rumah kaca, hilangnya keanekaragamanhayati serta konsekuensi negatif terhadap kondisiekonomi lokal, mata pencaharian dan budayamasyarakat yang tergantung pada hutan.

1 “Laju Deforestasi Indonesia Turun, tapi Masih KeduaTerpesat di Dunia”, https://sains.kompas.com/read/2019/07/10/180600223/laju-deforestasi-indonesia-turun-tapi-masih-kedua-terpesat-di-dunia. Diunduh Isnanta, Minggu 2 November 2019pukul: 15.00 WIB.

Page 6: MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI … · 2020. 3. 14. · 148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan

153

Makna Loro Blonyo dan Deforestasi dalam Penciptaan Karya Seni Intermedia - Satriana Didiek Isnanta,dkk.

Volume 2 Tahun 2019

Hutan asl i berperan penting dalammelestarikan populasi adat, seluruh mata pencahariantergantung pada mereka. Hutan merupakan sumbermakanan, bahan bangunan, obat-obatan sertatanaman yang bermakna religius, dan hal tersebutadalah inti dari ekonomi dan budaya adat. Menggantihutan hujan tropis dengan perkebunan dapatmengancam kelangsungan hidup masyarakat yangtergantung pada hutan .

Oleh karena itu, perlu mencari kearifan lokalterkait dengan keselarasan alam, yang mengajarkankeharmonisan hubungan manusia dengan alam. Salahsatunya adalah Loro Blonyo.

Proses Penciptaan Karya.Sesuai dengan tahapan kreasi artistik

Dharsono, maka hasil riset dengan pendekatan etikdan emik tersebut di atas digunakan sebagai dasarpenyusunan konsep karya.

Pada tahap eksperimentasi, meng-eksplorasibeberapa metafor dan bentuk-bentuk alternatif yangnanti akan digunakan sebagai elemen estetik karya.Selain mengeksplorasi ide gagasan berkaitan denganmetafor yang akan ditransfer ke dalam skets, padatahap ini juga akan mengeksplorasi skets/ gambarkerja karyanya secara keseluruhan, dan bagaimanakarya tersebut dirangkai menjadi karya seni instalasimultimedia. Setelah beberapa bentuk alternatif tersebutjadi, akan dipilih satu yang kemudian akan dieksekusimenjadi elemen estetik karya.

Karya yang diciptakan adalah jenis seniintermedia berbasis ruang, yaitu seni instalasi multimedia, maka studi ruang dan eksplorasi ruang dancahaya harus juga dilakukan, serta studi tentang teknispenggabungan unsur rupa, gerak dan suara menjadisatu kesatuan karya.

Gambar 02:Sket alternatif pengembangan

bentuk dari Loro BlonyoSumber: Scan oleh Isnanta, 2019

Oleh karena itu dicari bentuk yangdimungkinkan untuk digerakkan dengan mekanik.Akhirnya dipilih desain yang atas. Loro Blonyo sedangnaik naga. Dalam kebudayaan Jawa dikenal SangHyang Antaboga, dewa bumi yang berbentuk naga.

Pada tahap ini juga dilakukan eksperimentasimaterial, alat dan teknik yang akan digunakan. Pilihanmaterial awalnya adalah logam/gembreng, mesinkinetik, dan rotan. Ketiga material utama tersebut akandiuji coba untuk mengetahui sejauh mana materialtersebut mampu mencapai ide gagasan bentukkaryanya. Kerumitan teknis pembuatannya jugamenjadi pertimbangan yang lain.

Pada tahap perenungan adalah usaha untukmenyambungkan antara konsep dan bentuk karyayang dipilih dari sket alternatif. Selain itu juga memilihmedium yang paling mungkin untuk dibentuk sepertiyang diinginkan. Terutama pada pematangankonsepnya. Akhirnya karya ini disebri judul: Kertasitu…?”. Hal tersebut untuk mempertanyakan industrikertas, perusakan hutan dan HTI yang masih banyakmeninggalkan persoalan. Terutama kehidupanmasyarakat di sekitar hutan.

Page 7: MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI … · 2020. 3. 14. · 148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan

154

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Material utama, akhirnya dipilih rotan denganpertimbangan lebih mudah dibentuk dan menggunakanmekanik kinetik sederhana yang terinspirasi darimekanik odong-odong.

Selanjutnya adalah tahap pembentukan. Padatahapan ini, proses pembuatan loro blonyomenggunakan material rotan dengan teknik ikat bebasagar terlepas dari kesan kerajinan. Bentuk yang dibuatadalah figure utamanya dahulu, seperti naga danpengantin laki-laki/ perempuan, terus digabungmenjadi satu.

Gambar 03:Proses pembentukan Loro Blonyo

yang masih kasar. Sumber: Isnanta, 2019

Selanjutnya baru dilakukan detil karya, sepertimemberi kuluk/ topi pengantin laki-laki dan kondeuntuk pengantin perempuan. Sedangkan naganya jugadidetilkan untuk gigie dan tanduknya.

Gambar 04:Proses detil karya. Sumber: Zarkasi, 2019

Setelah patungya jadi, maka prosesselanjutnya adalah merangkai patung tersebut denganmekanik kinetik untuk diuji coba geraknya serta untukmengetahui teknik pemasangannya sudah sempurnaatau belum.

Gambar 05:Hasil penyambungan patung rotan

dengan mekanik kinetik.Sumber: Zarkasi, 2019

Untuk menguatkan konsep dan metaphor agarsampai ke apresian, maka karya tersebut ditambahelemen estetik lainnya yaitu audiovisual yang berisitentang perusakan hutan dan mesin cetak koran yangmerujuk pada industri dengan medium kertas.

Page 8: MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI … · 2020. 3. 14. · 148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan

155

Makna Loro Blonyo dan Deforestasi dalam Penciptaan Karya Seni Intermedia - Satriana Didiek Isnanta,dkk.

Volume 2 Tahun 2019

Gambar 06:Audiovisual yang berisi perusakan hutan dan

industri media cetak .Sumber: chapter oleh Isnanta, 2019

Setelah seluruh elemen estetik tersebut jadi,maka tahap terakhir adalah merangkainya menjadisatu kesatuan karya seni instalasi multimedia.

Gambar 07: Karya “Kertas itu…?”posisi terdisplay.

Sumber: chapter oleh Isnanta, 2019

V. SIMPULAN

Seni intermedia adalah seni yangmenggunakan medium unkonvensional, yaitumenggunakan medium yang umumnya tidakdigunakan oleh seni lukis, grafis maupun patung. SeniIntermedia lintas medium sekaligus interdisipliner.

Medium yang digunakan dalam studipenciptaan karya seni intermedia dalam bentuk seniinstalasi multi media menggunakan unsur gerak, suaradan rupa.

Banyak persoalan yang dihadapi terutamakonsep mengangkat kerusakan hutan yangdihubungkan dengan insdustri media cetak. Banyakdata yang harus dikumpulkan terkait deforestasi danaturan hukum Hutan Tanaman Industri sertadampaknya bagi kehidupan. Serta harusbersinggungan dengan ilmu teknik mesin terkaitdengan mekanik kinetik yang diciptakan.

DAFTAR PUSTAKA

Daemon, Dean A. (1996), Multimedia di Internet,Elekmedia Komputindo, Jakarta.

Dharsono, Sony Kartika, (2016) Kreasi Artistik, LPKBNCitra Sains: Surakarta.

Isnanta, Satriana Didiek, (2010) “Fusi Seni DanTeknologi Mendorong Metamorfosis BentukKarya Seni Rupa (Studi penciptaan karyaVideo Performance),” dalam Jurnal BrikolaseVol. 2 No. 2 Desember 2010.

Kusmara, Andryanto Rikrik, (2011) “Medium Seni dalamMedan Sosial Seni Rupa Kontemporer In-donesia”, dalam Disertasi Program StudiIlmu Seni Rupa dan Desain, Fakultas SeniRupa dan Desain, Insti tut TeknologiBandung.

Maria, Mia, (2015) Berbagi Pengetahuan Tentang SeniRupa Indonesia, Yayasan Jakarta Bienale:Jakarta.

Mangunwijaya, Y.B, (1992). Wastu Citra, Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Prasetyo, Ersnathan Budi, (2012). “PerkembanganBentuk Dan Fungsi Patung Loro BlonyoDalam Masyarakat Di Surakarta,” dalamjurnal Dewaruci Vol. 8 No. 1, Desember2012.

Ramadhani, Cadensi Citra, (2017). “PenyadaranBerekspresi dalam Estetika Seni RupaKontemporer,” dalam Seminar Nasional Senidan Desain: “Membangun Tradisi Inovasi (

Page 9: MAKNA LORO BLONYO DAN DEFORESTASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI … · 2020. 3. 14. · 148 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Perkembangan

156

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Melalui Riset Berbasis Praktik Seni danDesain)” FBS Unesa, 28 Oktober 2017.

Rosenthal, Mark, (2002). Understanding InstallationArt: From Duchamp to Holzer, Prestel:Munich.

Sulistyo, Edy Try dan Jamal Wiwoho, “StudiSimbolisme Dan Identifikasi Seni PatungLoro Blonyo Berbasis “Haki “ Sebagai UpayaMelestarikan Konsep KeseimbanganLingkungan Sosial Budaya MasyarakatJawa”, dalam artikel Hasil Penelitian, Uni-versitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.

Wibowo, HJ. dkk., (1987) Arsitektur Tradisional DaerahIstimewa Yogyakarta, Yogyakarta:Depdikbud Proyek Inventarisasi danDokumentasi kebudayaan Daerah.

Widyantoro, Bambang, (1989). Pandangan MasyarakatJawa Kuno Terhadap Lumbung DanPemujaan Kepada Dewi Kesuburan,Yogyakarta; Bentang.

Widayat, Rahmanu, (2004). “Krobongan Ruang SakralRumah Tradisi Jawa”, dalam Jurnal DimensiInterior, Vol.2 No. 1 Juni 2004: 1-24. JurusanDesain Interior, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra.