makna harkitnas untuk pemuda

Upload: nur-kholiq

Post on 21-Jul-2015

191 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Makna Harkitnas Untuk Pemuda

Setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Peringatan itu bukan sekadar rutinitas melainkan untuk kembali mengingatkan bangkitnya nasionalisme, persatuan dan kesatuan untuk memerdekakan Indonesia, yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Untuk memaknai peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei pemerintah memaknai dengan bekarya. Ya, hal ini dapat dilakukan oleh para pemuda dalam berbagai hal yaitu dengan berkarya hingga mendunia, berkarya kreatif dan berkarya secara mandiri. Tiga hal tersebut sesuai tema kebangkitan Nasional ke 104 tahun 'berupa semangat kebangkitan nasional, kita tingkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berkarakter, damai dan berdaya saing menuju masyarakat sejahtera'. "Karya atau prestasi pemuda Indonesia harus diukir, tekad harus diwujudkan, impian perlu diraih dengan gagasan mandiri dan mendunia," ujar Menpora Andi Mallarangeng, di Kemenpora Jakarta. Anak-anak muda kata dia, yang tidak mau menganggur, itulah kebangkitan nasional yang mandiri. Anak-anak muda yang menjadi seniman, budayawan, sineas, penyanyi, pencipta lagu yang dikenal hingga ke mancanegara. Namun demikian, tidak dipungkiri ada tantangan anak muda yang menjadi persoalan bagi pemerintah dan seluruh masyarakat. "Radikalisme yang dapat mengoyak-ngoyak pilar kebangsaan, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ada tantangan narkoba yang menghancurkan potensi orang muda untuk bangkit, ini parasit. Ada juga tantangan kekerasan," ujarnya. Ada pula tantangan saat seseorang hendak menuju pentas internasional, ini bayak dialami oleh mereka yang pemula atau masih dalam proses, misalnya upaya hak paten di tingkat dunia. "Sewaktu peringatan Hak Cipta beberapa waktu lalu disampaikan bahwa Indonesia adalah pendaftar hak paten paling sedikit dibandingkan negara G-20 lainnya. Untuk itu, semua elemen masyarakat harus membantu mendorong potensi anak muda," kata Menpora. Yang menjadi tugas pokok kita selanjutnya, kata dia, memfasilitasi anak muda sekaligus mencegah munculnya potensi yang dapat menghalangi mereka bangkit. "Tapi pemerintah tidak sendiri, masyarakat hendaknya membantu," ujar Menpora. Saat ini Indonesia bersama ILO, World Bank, dan Universitas Gajah Mada dan sejumlah badan penting lainnya sedang menggodok ketentuan bagaimana membantu pemuda dalam hal bidang permodalan. Ekonomi rakyat menjadi ujung tombak menuju kemerdekaan dan kemandirian ekonomi. Istilah ekonomi rakyat kali pertama dikemukakan Bung Hatta dalam tulisannya tahun 1931 pada Majalah Daulat Ra'jat. Pada 104 tahun kebangkitan Nasional kali ini bertemakan dengan semangat kebangkitan nasional, kita tingkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berkarakter, damai dan berdaya saing menuju masyarakat sejahtera. (ard/int) Pendidikan Nasional Sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hadir dalam puncak Hari Pendidikan Nasional(Hardiknas) yang digabung dengan Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2011 di Hall D Jakarta International Expo, PRJ Kemayoran, Jumat malam, 20 Mei 2011. Dalam laporannya, Menteri Pendidikan Nasional(Mendiknas), M. Nuh mengatakan, Ada 2 makna tersembunyi dari penggabungan acara ini, yaitu yang pertama, bahwa pendidikan dan kebangkitan nasional itu merupakan 2 unsur yang menyatu secara kimiawi bukan fisikawi, ibaratnya air, menyatunya oksigen dengan hydrogen (H2O), dari air itulah asal sumber segala kehidupan dan air itulah yang menjaga kelangsungan kehidupan, itulah makna pendidikan dan kebangkitan nasional dalam kehidupan kita sebagai bangsa. Makna yang kedua adalah, lanjut Mendiknas, Acara ini merupakan bentuk sinergitas 2 kementerian yaitu Kementerian Pendidikan Nasional untuk Hardiknas dan Kementerian

Komunikasi dan Informasi untuk harkitnas sebagai upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas. Dan kedua makna tersebut merupakan implementasi dari pesan yang disampaikan Presiden dalam berbagai kesempatan, yang intinya jika bangsa ini ingin maju, ingin bangkit, maka kualitas sumberdaya manusianya menjadi kata kunci. Puncak Peringatan yang dimulai pukul 19.00 WIB itu bertemakan Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Nasional dengan sub tema Raih Prestasi dan Menjunjung Tinggi Budi Pekerti. Pendidikan berbasis karakter memang menjadi tema sentral dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di tahun 2011 ini. Mendiknas menyampaikan, Pendidikan karakter penting karena tidak hanya bertujuan membangun karakter berbasis kemuliaan diri,tapi juga bertujuan membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa yang cinta kepada Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan, Mendiknas menambahkan , Agar tema peringatan Hari Pendidikan Nasional 2011 menjadi kegiatan nyata, maka mulai tahun ajaran 2011/2012 pendidikan berbasis karakter akan dijadikan gerakan nasional. Gerakan nasional itu diberlakukan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai perguruan tinggi termasuk pendidikan non formal dan informal. Acara dihadiri kurang lebih ratusan orang yang terdiri dari pengajar, siswa, dan juga mahasiswa dari seluruh Indonesia dan diisi dengan berbagai hiburan seni yang telah dipersiapkan oleh panitia acara seperti paduan suara, seni tari, dan juga penampilan dari penyanyi muda Putri Ayu, Andien, serta pembacaan narasi oleh Dewi Yull. Presiden, yang dalam acara ini juga memberikan sambutannya, hadir didampingi Ibu negara Ani Yudhoyono serta Wakil Presiden Boediono dan istrinya, Herawati Boediono. Sejumlah menteri juga turut mendampingi. antara lain Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhamad, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara EE Mangindaan, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam dan Gubernur DKI Fauzi Bowo. (ram)

MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL DALAM DUNIA TI & PENDIDIKAN Kemal Prihatman Asisten Deputi Pengembangan dan Pemanfaatan TI Kementerian Negara Ristek Bagi sebagian masyarakat Indonesia, makna Kebangkitan Nasional adalah kemerdekaan dalam menentukan sendiri teknologi yang digunakannya. Tidak terkecuali dalam pemilihan piranti lunak. Bagi masyarakat Indonesia, 100 tahun Kebangkitan Nasional memiliki makna yang dalam. Semangat Kebangkitan Nasional yang ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, merupakan masa bangkitnya Semangat kesadaran persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semangat ini sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. Bagi sebagian masyarakat, peristiwa 100 tahun yang lalu tersebut dapat juga menandakan kemerdekaan untuk menentukan keinginan sendiri sesuai kebutuhannya yang tidak terjajah lagi oleh kepentingan negara maupun pihak lain termasuk dalam pemilihan teknologi yang akan kita gunakan. Hal ini merupakan memontum yang tepat bagaimana kita menyikapi peristiwa ini dengan adanya penawaran yang "menggiurkan" dari pihak Microsoft, yaitu bantuan piranti lunak gratis "free" untuk digunakan siswa di sekolah-sekolah di Indonesia. Tawaran baik dari pihak Microsoft perlu ditelaah dari manfaat apa yang diambil serta dampak untuk masa depan generasi muda Bangsa Indonesia. Saat ini, komputer untuk dunia pendidikan khususnya di sekolah-sekolah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar serta untuk pengelolaan administrasi sekolah. Siswa dapat belajar bagaimana menggunakan perangkat lunak untuk membuat dan mengetik suatu dokumen, database, bahan presentasi sampai dengan mendisain gambar. Di sisi lain, siswa juga dapat menggunakannya untuk mendukung kegiatan mata pelajaran lain dengan mencari informasi tambahan di dunia nyata dengan menggunakan aplikasi web browser. Penggunaan komputer perlu dikuasai oleh para siswa/siswi dalam mengakses bahan-bahan pelajaran yang diinisiasi oleh Program Pengadaan Buku Teks Pelajaran Murah yang baru-baru ini diluncurkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Untuk sekolah tingkatan SMA/SMK, penguasaan ilmu komputer bukan hanya diperuntukan sebagai pengguna saja akan tetapi pemanfaatannya digunakan untuk membuat atau mengembangkan perangkat lunak tertentu. Pada saat ini, pengelolaan administrasi sekolah perlu dilakukan dengan cepat, aman dan tepat. Pengelolaan administrasi sekolah tersebut meliputi data organisasi guru dan siswa, manajemen keuangan, pengelolaan program mata pelajaran, pengelolaan absensi dan nilai akademik, sarana dan

prasarana dan lain-lain. Untuk mengoperasikan komputer tersebut dibutuhkan perangkat lunak berupa sistem operasi dan aplikasi yang "berjalan" di atasnya. Sistem operasi sebagai "otak" komputer berfungsi untuk mengatur berbagai perintah dasar menjalankan bermacam peralatan pendukung, seperti layar, papan ketik, mouse dan sebagainya, termasuk menjalankan satu atau beberapa perangkat lunak lainnya seperti pengolah kata, membuat tabel, program untuk menggambar, mengirim e-mail; browser web, dan lainlain. Untuk mendukung pengoperasian komputer tersebut terdapat dua jenis perangkat lunak yang dikenal, yaitu perangkat lunak proprietary dan perangkat lunak open source. Perangkat lunak proprietary yang disebut juga perangkat lunak sumber tertutup, atau perangkat lunak berbayar, atau perangkat lunak berpemilik yang merupakan perangkat lunak dengan pembatasan terhadap penggunaan, penyalinan, dan modifikasi yang diterapkan oleh pemilik atau pemegang hak. Sedangkan perangkat lunak open source adalah jenis perangkat lunak yang kode sumbernya terbuka sehingga dapat dipelajari, diubah, ditingkatkan dan disebarluaskan. Dengan adanya piranti lunak gratis tersebut, tentunya akan meringankan pihak pemerintah, terutama pihak sekolah dalam pengadaan perangkat lunak legal. Hal ini sejalan dengan program pemerintah melalui program DeTIKNas dalam legalisasi perangkat lunak yang terus digalakkan saat ini. Siswa dapat menggunakan perangkat lunak legal untuk kegiatan menimba ilmu pengetahuan di sekolah dengan tenang tanpa harus was-was di "sweping" oleh pihak berwajib, dan yang paling penting adalah menanamkan kesadaran perlunya menghormati hak kekayaan intelektual. Tawaran "free" dari pihak proprietary (dalam hal ini Microsoft) tidak sama seperti yang ditawarkan oleh kelompok perangkat lunak open source. Perangkat lunak proprietary untuk sementara ini menawarkan "free" yang lebih mengarah kepada pengertian gratis (tanpa bayar), yang lebih banyak melihat dari sisi bisnis (uang) semata, yang tidak diperkenankan untuk memodifikasi dan mengembangkan produk perangkat lunak tersebut. Sedangkan tawaran "free"dari kelompok open source software lebih mengarah kepada arti "freedom" atau kebebasan. Perangkat lunak open source dengan sumber kode terbuka lebih memberikan kebebasan untuk digunakan, dipelajari, didistribusikan, dan dikembangkan, dimana kebebasan yang diberikan tersebut tidak dimiliki oleh perangkat lunak proprietary. Bukan hanya itu saja, perangkat lunak open source yang dikembangkan telah memenuhi kebutuhan kegiatan belajar siswa maupun kegiatan pengelolaan sekolah dengan berbagai aplikasi untuk SD sampai SMA dengan materi pelajaran tentang komputer, matematika, kimia, dan fisika. Beberapa perangkat lunak open source karya Bangsa Indonesia telah menawarkan kelebihan tersebut untuk kebutuhan pendidikan, sebut saja perangkat lunak BlankOn Ver 3 atau IGOS Nusantara yang dikembangkan secara terbuka dan bersama-sama yang sangat kental dengan khas Indonesia. Untuk perangkat pengaturan jaringan (gateway dan bandwidth monitoring and management) telah dikembangkan perangkat lunak Depdiknux yang dikembangkan oleh Depdiknas dan telah digunakan untuk keperluan Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Saat ini, penggunaan komputer dengan perangkat lunak sudah menjadi kebutuhan dalam kegiatan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sebanya-banyaknya. Pembekalan pengetahuan dan ketrampilan bagi para siswa dalam pengoperasian komputer seyogyanya menganut kepada prinsip keterbukaan bukan mengarah ke satu sistem tertentu. Siswa harus diberikan kesempatan untuk menimba ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang lengkap dan seimbang dalam penggunaan komputer baik dengan menggunakan open source maupun proprietary. Jangan sampai kita hanya memberikan pengetahuan kepada siswa dari satu sisi teknologi saja atau dengan cara menyajikan "menu yang tersedia" belaka yang akan membatasi pola pikir dan kreasi anak. Ketergantungan akan sistem perangkat lunak ini dapat membentuk mindset terhadap satu perangkat lunak tertentu akan terus dibawa setelah siswa lulus dan terus digunakan untuk bekerja dan yang menjadikan kita kecanduan dan akan tetap terbelenggu oleh satu teknologi saja. Dengan pemikiran tersebut di atas, marilah kita memiliki kemerdekaan untuk menentukan masa depan bagi keperluan siswa/siswi kita. Berikanlah semua pengetahuan kepada para penerus bangsa tanpa ada pembatasan-pembatasan tertentu. Jangan hanya memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa dengan cara "menggunakan kacamata kuda". Inilah makna dari kemerdekaan yang mungkin harus kita pilih. Jangan sampai hilang harapan dari arti 100 tahun Kebangkitan Nasional ini. (BISKOM, Juli 2008/ humasristek) SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI

SELAKU KETUA UMUM PERINGATAN HARKITNAS TAHUN 2012 Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat Pagi, dan Salam Sejahtera bagi kita semua. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air; Pertama-tama, sebagai insan yang beriman, saya mengajak kita semua untuk bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas perkenan dan ridhoNya pula, pada pagi hari ini seluruh Bangsa Indonesia, Insya Allah tetap diberikan kesehatan dan limpahan karunia untuk secara bersama menyelenggarakan Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke 104 tahun 2012. Saudara-saudara peserta upacara yang saya cintai; Jika dihitung dari titik awal kebangkitan nasional tahun 1908, maka pada tahun 2012 ini, kita sudah lebih seratus tahun berproses dalam kesadaran maupun kehidupan kita untuk menjadi bangsa yang berdaulat, menjadi bangsa yang memiliki identitas dan jatidiri dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan ber-negara. Wajah dan corak ke-Indonesia-an kita pun tentunya telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perjalanan waktu. Demikian halnya, nilai-nilai kebangsaan selama 104 tahun tersebut tentunya telah mengalami pasang surutnya, seiring dengan perubahan jaman dan tuntutan masyarakat itu sendiri. Perubahan dan tuntutan ini mau tidak mau, suka atau tidak suka, pasti akan berada dan menyatu dalam proses perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Kita telah sama-sama meng-alami dan merasakan betapa perjalanan bangsa Indonesia yang telah berkali-kali mendapatkan gangguan, tantangan, hambatan dan bahkan ancaman, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Oleh karena itulah, dalam rangka tetap menjaga konsistensi dan kesinambungan nilai-nilai kebangsaan yang telah dirintis oleh para pendahulu kita, tentunya sebagai generasi pe-nerus perjuangan bangsa, kita tidak boleh lengah dan lupa akan makna hakiki nilai-nilai ke-bangsaan tersebut, secara khusus hal ini sangat penting dalam menyikapi dan menghadapi era perubahan dan kemajuan yang terjadi dewasa ini, dan yang akan terus menerus terjadi di masa-masa mendatang. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air; Kalau kita sejenak menengok kebelakang terhadap proses terwujudnya kebangkitan nasio-nal, perjuangan para pemuda pada masa itu telah dihadapkan pada berbagai situasi yang sangat kompleks. Suatu situasi dimana antara ketidak-adilan, pengingkaran hak-hak asasi manusia, diskriminasi, ketidaksamaan (inequality), jurang perbedaan antara privileged dan underprivileged, serta kontradiksi perikehidupan dan konflik di masyarakat terus saja terjadi. Inilah yang men-dorong motivasi dan tekad para pemuda untuk berjuang membangun bangsa yang berdaulat, melepaskan diri dari ketidakadilan dan tindasan semenamena, serta cita-cita luhur kemerdekaan bangsa. Menyikapi situasi yang demikian itu, maka lahirlah Budi Utomo yang dalam proses perja-lanannya mampu memicu munculnya organisasi-organisasi pergerakan kaum muda, baik yang bersifat kedaerahan, politik, serikat pekerja, keagamaan, kewanitaan, dan kepemudaan. Organisasi-organisasi yang berdiri atas dasar kedaerahan, kita mengenal, misalnya : per-kumpulan orang-orang Ambon, Ambonsch Studiefonds (1909), perkumpulan golongan Mina-hasa melalui Rukun Minahasa (1912), Persatuan Minahasa (1927), Paguyuban Pasundan (1913), Sarikat Sumatera (1918). Kemudian, lahir orga-nisasi politik seperti Sarekat Islam (1911) dan De Indische Partij (1912); muncul pula pergerakan serikat pekerja seperti Vereniging van Spoor en Tramwegpersoneel (1908) dan Perserikatan Pe-gawai Pegadaian Bumiputera (1916); pergerakan keagamaan seperti Muhammadiyah (1912), Persatuan Islam (1923) dan Nahdlatul Ulama (1926); pergerakan wanita seperti Putri Mardika (1912) dan Kautamaan Istri (1913), serta pergerakan pemuda seperti Jong Java dengan munculnya Tri Koro Darmo (1915), Jong Sumateranen Bond (1917), Jong Minahasa (1918), dan munculnya organisasi kepanduan Javaansche Padvinders Organisatie pada tahun 1916. Munculnya berbagai organisasi itu, me-warnai bangkitnya nilai-nilai nasionalisme dan berlanjut pada tahun 1928 dengan bersatunya berbagai kelompok organisasi khususnya orga-nisasi kepemudaan mewujudkan suatu gerakan nasionalis sejati melalui sumpah pemuda; satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Angkatan 1908 dan 1928 adalah contoh gerakan heroik, bagaimana segolongan cendikia-wan muda dapat mendinamiskan kehidupan politik dan diterima oleh kaum dewasa. Isu-isu yang diusungnya seperti kolonialisme dan im-perialisme telah membangkitkan semangat nasio-nalisme mereka. Generasi itu memang istimewa; berani menentang kolonialisme, dan menyodor-kan suatu gagasan yang cerdas dan brilian, yang pada gilirannya memberi kanal menuju cita-cita Indonesia Merdeka. Gerakan 1908 dan 1928 yang dipelopori oleh kaum terpelajar yang bercita-cita Indonesia merdeka, menjadi pemicu dan pemacu dalam membangun nasionalisme melalui pikiran dan cita-cita yang digerakkan dalam organisasi pemuda. Kristalisasi pemikiran-pemikiran cerdas kaum muda tersebut, membangkitkan semangat dan energi besar bagi kaum muda, untuk terus berjuang bagi terbangunnya fondasi nasionalisme melalui tetesan darah melawan kaum penjajah dalam revolusi kemerdekaan.

Revolusi mem-bangun nasionalisme tanpa pandang bulu, revo-lusi telah menjadi motor penggerak mobilitas sosial yang dahsyat bagi seluruh komponen bangsa. Revolusi perjuangan 1945 1949 demi sebuah kemerdekaan dan kedaulatan bagi bangsa yang selama 300 tahun lebih terkungkung dalam cengkeraman tangan-tangan kotor im-peralisme penjajahan. Nilai-nilai perjuangan yang telah dirintis oleh generasi 1908- 1928 1945, menjadi titisan semangat bagi generasi selanjut-nya untuk terus bergerak maju, menggapai per-wujudan cita-cita kebangsaan seiring perubahan dan perkembangan jamannya. Nasionalisme sesungguhnya merupakan tahap penting dalam sejarah peradaban. Feno-mena nasionalisme itu terjadi didorong oleh faktor sejarah yang secara ideologis merupakan kris-talisasi kesadaran berbangsa dan bernegara. Pada awalnya, nasionalisme tumbuh dan ber-kembang ketika ada peluang pembuka jalan bagi pembentukan sebuah negara dan bangsa. Nasionalisme inilah yang sesungguhnya secara langsung dan efektif mentransformasikan komu-nitas tradisional menjadi sebuah komunitas moderen berbentuk negara-bangsa. Kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan (nation state). Dalam perjalanan sejarah nasional Indo-nesia, menunjukkan bahwa nasionalisme pada zaman penjajahan pada hakikatnya baru pada taraf ingin mempunyai negara yang bebas merdeka; nasionalismenya meliputi perjuangan untuk melepaskan kesatuan bangsa yang masih terikat oleh kesatuan wilayah di bawah kolonial Belanda. Setelah merdeka, nasionalisme adalah manifestasi kesadaran bernegara yang tumbuh di negara merdeka diawali dengan revolusi melalui perjuangan bersenjata, dan pembinaan wawasan nusantara. Sesungguhnya, justru di negara merdeka itulah seyogianya nasionalisme dapat berkembang secara leluasa menurut kemampuan dan kemauan para warganegara sendiri tanpa mengalami tekanan dari pihak lain. Sampai berapa jauh nasionalisme bebas itu berkembang, bergantung pada bagaimana penerapan cara berpikir nasional dan bersikap terhadap ke-sadaran bernegara para warganya. Menapaki perjalanan sejarah kebangkitan nasional Indonesia, maka cara berfikir nasionalis dalam membangun Indonesia baru di masa depan adalah bagaimana mengutamakan ke-pentingan kehidupan nasional. Dalam hal ini, seyogianya cara berpikir nasionalis adalah antitesis dari cara berpikir individual atau per-orangan, antitesis dari cara berpikir kedaerahan, antitesis dari cara berpikir kepartaian atau golongan, dan mutlak antitesis dari cara berpikir kolonial. Karena itu, dalam memaknai kebangkit-an nasional dan wacana Indonesia ke depan yang lebih baik, mandiri, sejahtera dan lebih bermartabat, diperlukan adanya korelasi antara kesadaran sejarah, fakta sosial, dan semangat nasionalisme keIndonesia-an kita ke depan. Nasionalisme ke-Indonesia-an yang memiliki bangunan karakter kesejatian Indonesia. Peringatan Harkitnas yang ke 104 tahun 2012 ini menjadi penting, apabila nilai-nilai kebangsaan, nilainilai persatuan dan kesatuan, nilai-nilai kejujuran, dan nilai-nilai kebersamaan yang menjadi ciri keIndonesia-an kita, yang telah dipelopori oleh para pendahulu kita melalui gerakan Boedi Oetomo tersebut, dapat dijadikan suatu enerji bagi langkah-langkah kita kedepan. Juga sekaligus menjadi renungan dan evaluasi, sejauhmana semangat nasionalisme tersebut terimplementasi dalam setiap potensi, profesi, tugas dan tanggung jawab perilaku masing-masing individu warganegara Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan semangat dan jiwa kebangkitan nasional yang telah dirintis oleh para pendahulu kita, maka tidak berlebihan, jika bangsa Indonesia dewasa ini menjadi pusat dan pusaran serta proses kebangkitan bangsa-bangsa regional se-ASEAN, bangsa-bangsa Asia-Pasifik, dan bahkan bangsa-bangsa dunia. Masalah-masalah perkembangan sosial budaya, pertumbuhan ekonomi, serta masalah pertahanan dan keamanan, menjadi fokus bahasan, dimana Indonesia telah mampu dan berhasil menjadi tuan rumah bagi kemaslahatan bangsa-bangsa ka-wasan regional ASEAN dan Asia-Pasifik, yang diharapkan dapat diwujudkan pada tahun 2015 mendatang. Mudah-mudahan semangat kebangkitan nasional yang telah dirintis oleh para pendahulu kita, yang kita peringati pada tahun 2012 ini, tetap dan terus menjadi obor penerang dan pencerah bagi langkah anak bangsa menjaga dan me-ngembangkan konstruksi nasionalisme yang bercirikan ke-Indonesia-an sejati. Konstruksi nasionalisme yang berkarakter sebagai bangsa yang bermoral (relegius), karakter sebagai bangsa yang beradab, karakter sebagai bangsa yang bersatu, bangsa yang berdaya, dan karakter bangsa yang berpartisipasi, bagi kejayaan bangsa dan negara Indonesia. Demikian, hal-hal yang dapat saya sampai-kan dalam kesempatan memperingati Hari Kebangkitan Nasional tahun 2012 yang berharga ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Memahami Arti Kebangkitan NasionalSudah 102 kali kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Selama ini pulalah kita selalu mempertanyakan apakah benar negeri ini telah bangkit dari segala keterpurukan. Menurut hasil penyelidikan blog Kerja Keras bahwa banyak yang menganggap bahwa negeri ini telah jauh berubah namun tak sedikit pula yang menyatakan bahwa kita lebih banyak berjalan di tempat. Bahkan, ada

yang berani mengatakan bahwa Indonesia, semenjak berdirinya Boedi Oetomo hingga detik ini justru mengalami degradasi dalam setiap aspek. Apa yang dicita-citakan para pendiri bangsa pada tahun 1928 itu, sepertinya belum bisa kita laksanakan dengan baik. Indonesia dihadapkan pada banyak masalah semenjak diperingatinya Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 1928. Hingga detik ini, menurut hemat saya, ada tiga permasalahan pokok yang selalu membuat kita terpuruk. Kemiskinan, kebodohan, dan tingginya tingkat pengangguran masih membuat negeri ini belum bisa bangkit. Kondisi ini tentunya tidak bisa kita biarkan terus terjadi. Sebelum menyelesaikan ketiga masalah pokok di atas, kita harus memahami terlebih dahulu makna dari Kebangkitan Nasional. Karena, ada arti yang sangat mendalam dan esensial dari kata dan kondisi ini. Kebangkitan Nasional, bagi para pemuda, hendaknya dimaknai sebagai momen untuk berusaha menunjukkan eksistensi negeri ini. Sebagai pemuda harapan bangsa kita tidak bisa tinggal diam. Harus ada gerakan yang intelek dan masif dari seluruh pemuda Indonesia. Tidak sekedar beretorika dan berteriak dijalan. Tetapi, hendaknya bisa memberikan sebuah kontribusi yang konkret demi semakin membaiknya kondisi negeri ini. Inilah saatnya bagi kita para pemuda untuk bisa menunjukkan bahwa kita bisa lebih baik dari sekadar melakukan demonstrasi. Kita bisa lebih intelek daripada sekadar membuat jalanan macet. Kita juga bisa lebih konkret ketimbang terkungkung pada euforia retorika belaka. Menurut blog Kerja Keras harapannya adalah setiap tahunnya kita tidak hanya memperingati Hari Kebangkitan Nasional lalu melupakannya begitu saja. Jangan Kebangkitan Nasional jadi sekadar upacara seremonial.Kita tidak ingin terus terpuruk dan dianggap remeh oleh para tetangga. Jangan sampai juga Kebangkitan Nasional hanya menjadi sejarah masa lampau yang cuma bisa diingat sebagai sebuah sejarah tanpa pernah bisa dimaknai sebagai sebuah pengingat dan penabuh semangat bagi pemuda bangsa ini. Kita belum terlambat untuk berbuat lebih bagi negeri ini. Kita masih mempunyai waktu yang cukup untuk membuat suatu hal yang berarti bagi negeriini. Menurut blog Kerja Keras jangan sampai kita hanya bisa membebani negeri ini seperti orang-orang yang sempat menjadi pemuda harapan bangsa dan sekarang diberikan amanah untuk membuat suatu hal yang berarti bagi negeri ini. Kita hanya mempunyai dua pilihan, menjadi pesakitan seperti mereka, atau menjadi generasi yang diingat karena pengabdian kita bagi negara.

Merenungi Hari Kebangkitan NasionalSetiap tanggal 20 Mei, kita bangsa Indonesia selalu merayakan Hari Kebangkitan Nasional. Hari yang layak ditandai bahwa bangsa Indonesia harus bangkit dari ketertinggalan di semua bidang. Tanpa harus malu, kita memang seharusnya sadar, dibandingkan dengan banyak negara lain, banyak ketertinggalan yang harus digerakkan hingga tidak lagi tertinggal. Memperingati Hari Kebangkitan Nasional, sejatinya momentum refleksi terhadap kualitas pendidikan kita. Dalam mengukur Indeks Mutu Manusia, pendidikan adalah salah satunya. Dan posisi kita memang masih jauh dari bermutu karena berada di bawah negara-negara yang baru merdeka. Dunia pendidikan kita juga amat jauh dari disebut sebagai baik. Perguruan Tinggi besar di negeri ini yang masuk ke dalam jajaran dunia, paling banyak 5 saja, itu pun perguruan tinggi yang itu-itu juga. Hampir tidak ada perubahan dibandingkan dengan yang lain. Soal akses, kualitas pendidikan kita memang sudah mulai baik, tetapi belum yang terbaik. Dari sudut pandang inilah kita melihat bahwa pendidikan nasional belum dipandang sebagai alat ungkit bagi kebangkitan nasional. Makna kebangkitan nasional memang masih jauh dari yang diimpikan. Persoalannya adalah kita tidak pernah menempatkan makna kebangkitan nasional itu dalam bentuk yang paling sederhana. Karena itu, mari kita sederhanakan saja dengan menyatakan bahwa indikator kebangkitan nasional adalah masuknya kita dalam jajaran terbaik dunia, katakanlah 10 besar. Artinya 10 besar dalam hal apapun, entah itu industri, olahraga, pendidikan, kesehatan, dan yang lainnya. Apalagi kalau kita menyusun tujuan untuk menjadi yang terbaik dalam bidang-bidang tersebut tadi, maka satu-satunya cara untuk bisa masuk ke dalam posisi tersebut adalah mempersiapkan sumber daya manusia. Dan itulah pendidikan.

Tanpa sumber daya manusia kelas atas pula, maka tujuan tadi sangat mustahil tercapai. Hanya manusia terdidik yang bisa membawa Indonesia maju dalam bidang industri. Hanya manusia terdidik yang bisa memikirkan arah ekonomi terbaik di Indonesia. Hanya manusia terdidik yang bisa menaikkan kelas kita ke arah budaya dan hukum yang terbaik. Hanya manusia yang terdidik yang bisa membawa Indonesia memiliki prestasi sekaligus prestise dalam bidang apapun. Sayangnya, dunia pendidikan kita tidak memiliki roadmap yang jelas. Kita sering terpaku di dalam penyelenggaraan pendidikan yang asal saja dan asal sudah. Pemerintah memang memberikan perhatian dan dana yang memadai. Tetapi perhatian dan dana yang memadai saja tidak cukup. Untuk itulah kalau negeri ini ingin bangkit, maka tidak ada jalan lain selain meningkatkan kualitas pendidikan kita. Kualitas pendidikan memerlukan pembenahan yang luar biasa mendasar. Di sana kita akan membicarakan soal peningkatan mutu tenaga pendidik. Di sana kita berbicara soal kesetaraan dan keadilan di dalam mengakses pendidikan yang bermutu. Di sana kita berbicara soal banyak hal soal pendidikan yang layak. Ya, ada begitu banyak hal yang harus kita bicarakan untuk menjadikan pendidikan kita menjadi pendorong dan penghela bangsa ini. Kita harus berjuang keras dengan arah yang jelas. Tetapi yang tidak bisa dilupakan adalah tanpa pendidikan yang sungguh-sungguh, maka Kebangkitan Nasional hanya ilusi semata. *