makna dan tata cara bhakti-puja dalam ajaran …

79
MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN BUDDHA MAITREYA (Studi kasus di Vihara Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta Barat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) Oleh Yoyoh Masruroh NIM:102032126604 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H./2008 M.

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN

BUDDHA MAITREYA

(Studi kasus di Vihara Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

untuk memenuhi persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Yoyoh Masruroh

NIM:102032126604

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H./2008 M.

Page 2: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN

BUDDHA MAITREYA

(Studi kasus di Vihara Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

untuk memenuhi persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Yoyoh Masruroh

NIM:102032126604

Pembimbing

Hj. Siti Nadroh, M.Ag

NIP: 150282310

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H./2008 M.

Page 3: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Al-hamdulillah segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT. Tidak ada kekuatan apapun dalam diri ini selain karena kekuatan-Nya. Karena

anugrah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“TATACARA BAKTIPUJA DALAM AJARAN BUDDHA MAITREYA (studi

kasus di Vihara Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta Barat).” Shalawat dan

salam semoga Allah SWT selalu curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Dalam penulisan skripsi, Penulis menyadari tidak sedikit tentunya kendala,

hambatan dan kesulitan yang Penulis hadapi baik yang menyangkut pengaturan waktu

pengumpulan bahan-bahan ataupun kondisi objektif di lapangan dan sebagainya. Namun

dengan pertolongan Allah SWT serta berkat kesungguhan hati dan kerja keras penulis

dapat melewati kesulitan yang dihadapi dan semua ini tidak lepas dari dukungan,

bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak yang selalu menyertai penulis. Untuk ini

penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bpk. DR. M. Amin Nurdin, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

2. Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA dan Bpk. Maulana, MA, selaku ketua dan sekretaris Jurusan

Perbandingan Agama yang telah memberikan banyak pengarahan.

3. Ibu Hj. Siti Nadroh, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada

penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.

Page 4: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

4. Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Filasafat, khususnya pengajar

Jurusan Perbandingan Agama yang dengan ikhlas mentranfor ilmu pengetahuan yang

tiada ternilai harganya.

5. Pimpinan dan staf perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dan perpustakaan PUSDIKLAT Maitreyawira Jakarta

yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

6. Ayahanda H. Mahdi Saykhan dan Ibunda Hj. Siti Qomariyah atas pengorbanan dan cinta

kasihnya baik berupa moril maupun materil serta doa yang tak pernah putus untuk

keberhasilan studiku.

7. Pdt. Citra Surya, Pdt. Nirwan, Pdt. Halim dengan toleransi keterbukaan yang sangat

tinggi memberikan informasi dan data yang diperlukan dan juga mengijinkan penulis

untuk mengadakan penelitian dan wawancara guna menyelesaikan skripsi ini.

8. Bpk. We Han dan Bpk. Kim Boen, Bpk. Aji yang telah meluangkan waktunya

memberikan informasi hingga penulis dapat bertemu dengan pandita yang ingin

diwawancara.

9. Keluarga besar, adik-adikku tercinta; Aa ajul, Dede Dadal, Dede Cacah dan Dede Babad

yang selalu memberikan doa dan motivasinya kepada kakak pertama.

10. Semua teman-temanku di Jurusan Perbandingan Agama “Angkatan 2002” Dadan terima

kasih atas masukannya untuk menyusun skripsi ini, juga Uni Pe’i, Neng Desi, Mhia, Tati,

Nunu, Dini, Oland, Ajat, Syamsuddin, Abew, Mba Eni, Uqoh, Endah, Eha, Acun,

Hamdan, Sahal.

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan

bantuannya kepada Penulis, hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 5: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga berkenan menerima

segala kebaikan dan ketulusan mereka serta memberikan sebaik-baiknya balasan atas

amal baik mereka. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah

khazanah keilmuan kita.

Jakarta, 03 Maret 2008

Yoyoh Masruroh

Page 6: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ...................................... 5

C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 6

D. Tekhnik dan Metode Penulisan ............................................... 7

E. Sistematika Pembahasan.......................................................... 9

BAB II : VIHARA MAITREYAWIRA ANGKE JELAMBAR

A. Pengertian Vihara, Fungsi dan Maknanya .............................. 11

B. Sejarah Kelahiran Buddha Maitreya dan Ajaran-Nya............. 14

C. Letak dan Sejarah Singkat Vihara Maitreyawira Jakarta ........ 29

D. Kegiatan-kegiatan di Vihara Maitreyawira ............................ 31

BAB III : SEJARAH BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN BUDDHA

MAITREYA

A. Pengertian dan Sejarah Bhakti-puja ........................................ 34

B. Tujuan Dilaksanakannya Bhakti-puja ..................................... 37

C. Tatacara Bhakti-puja................................................................ 39

BAB IV : TATA CARA BHAKTI - PUJA DI VIHARA MAITREYAWIRA

Page 7: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

A. Pelaksanaan Bhakti-puja.......................................................... 51

B. Makna Waktu Pelaksanaan Bhakti-puja.................................. 52

C. Makna Simbol-simbol di Ruang Pelaksanaan Bhakti-puja ..... 55

D. Makna Dari Prosesi Bhakti-puja.............................................. 59

E. Analisis .................................................................................... 66

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 75

Page 8: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasrkan penelitian sosio kultural, masyarakat Indonesia adalah masyarakat

religius. Hal ini tergambar dalam kehidupan masyarakatnya yang tidak dapat dilepaskan dari

kehadiran dan perkembangan agama-agama besar, termasuk munculnya aliran-aliran agama

tersebut.

Majlis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (MAPANBUMI) merupakan sebuah

organisasi besar Agama Buddha yang terhimpun dalam wadah WALUBI, yang lebih terkenal

dengan sebutan aliran Buddha Maitreya. Dikatakan aliran Maitreya; karena dalam altar

pemujaan di setiap vihara, selain menghormati Hyang Buddha Sakyamuni selaku guru

pendiri Agama Buddha, Buddha Maitreya sangat dijunjung tinggi bahkan menjadi sentral

sraddha (keyakinan), sila (disiplin diri) dan samadhi (meditasi) dalam segenap perjuangan

pembinaan diri para pengikutnya.1

Aliran Buddha Maitreya Indonesia dipelopori oleh Maha Sesepuh Maitreyawira

(Alm), seiring dengan didirikannya Vihara Buddha Maiterya perdana di kota Malang (Jawa

Timur) tahun 1950. Saat itu vihara yang dirintis hanya sebuah kamar kecil dan hanya

memiliki enam alas sujud saja, tetapi tahun demi tahun didirikan cabang vihara di Pasuruan,

Semarang, Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar lainnya. Kini MAPANBUMI dipimpin oleh

M.S.Gautama Hardjono.2 Setelah kurang lebih 50 tahun berkiprah, MAPANBUMI

mengalami perkembangan dan pertumbuhan jumlah vihara sebanyak 300-an unit dan hampir

1 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” Cahaya Maitri, no. 26 (Jakarta: September,

2001): h. 10 2 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 10

Page 9: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

mencapai sejuta umat. Kemajuan tersebut tentu menggembirakan semua pihak; baik

pemerintah, masyarakat dan tentunya umat Buddha Maitreya sendiri, sehingga pembinaan

spiritual akan langgeng.

Sebagai organisasi keagamaan Buddha, MAPANBUMI memiliki peran dan tanggung

jawab yang amat besar terhadap bangsa dan negara di dalam mewujudkan masyarakat adil,

makmur dan sejahtera. Maka itu MAPANBUMI mengemban kewajiban untuk membina

umatnya agar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Buddha dan Bodhisatva

serta memiliki budi pekerti yang luhur. Selain mengamalkan dharma agama, umat

MAPANBUMI juga senantiasa diarahkan untuk mengamalkan dharma negara dengan

memberikan dedikasi dan pengabdian yang setulus-tulusnya kepada bangsa dan negara tanpa

membedakan agama, ras, dan suku.

Di atas bumi kita ini akan dibangun sebuah tatanan baru yang damai sentosa, rukun,

tentram bahagia, makmur sejahtera; serba cukup, tiada duka, tiada gelisah dan sebagainya.

Figur yang diharapkan merealisasikan cita-cita agung ini adalah Maitreya. Di China,

Maitreya dikenal sebagai Buddha Tertawa.

Dalam sutra Buddhis tercatat bahwa Maitreya adalah Manushi-Budddha berikutnya

yang akan datang ke dunia kita setelah 5.670.000.000 tahun parinibbananya Buddha

Gautama. Kini Maitreya sedang mengamalkan Bodhisatva Dharma di Tusita. Beliau adalah

seorang Bodhisatva yang menolak memasuki Nirwana (keadaan transendental bebas dari

semua penderitaan).3 Pemujaan Maitreya sebenarnya sudah mulai berkembang sejak abad ke-

2 dan pratima Maitreya yang terlihat dewasa inipun ada berbagai versi; ada yang duduk

bersila (sedang membabarkan Dharma di Tusita), ada yang berkontemplasi (sedang

merenungi keadaan umat manusia), ada yang versi Tathagata (mencapai penerangan

3 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 30

Page 10: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

sempurna di bawah pohon puspa naga). Pratima-pratima yang dibuat dalam berbagai macam

gaya menunjukkan pemujaan yang luas terhadap Maitreya.

Rupa Maitreya yang dikenal secara populer adalah yang berperut gendut dan tertawa

lebar.4 Sedangkan Maitreya itu sendiri berasal dari bahasa Sanskrit yang berarti cinta kasih,

welas asih. Ia juga dimuliakan dengan sebutan Pengasih Agung. Dengan kasih dan

kebahagiaan Ia datang menyelamatkan umat manusia, terutama mereka yang belum

mencapai keberhasilan dan pembinaan masa lalu. Guru spiritual agung ini datang untuk

seluruh umat manusia, Maitreya akan datang di saat dunia mencapai puncak perkembangan

material dan spiritual.5 Ia adalah figur yang akan meneruskan kebenaran universal6 serta

mendatangkan aspirasi bagi semua makhluk untuk mencapai pencerahan.

Maitreya memiliki sumpah yaitu mengubah dunia yang lama ini menjadi dunia baru,

menata dunia menjadi surga. Tempat hidup kita selama ini dipenuhi kejahatan, pertikaian,

kebencian, ketidakadilan dan seterusnya.

Dalam kebesaran kasih-Nya kepada umat manusia Buddha Maitreya senantiasa hidup

di antara umat manusia. Kekuatan janji dan ikrar agung-Nya selalu bekerja di dalam hati

manusia yang berbhakti-puja kepada-Nya. Hal ini terbukti dari kedatangan-Nya berkali-kali

ke dunia ini. Kedatangan Beliau dan wafatnya Sang Buddha atas permohonan Yang Arya

Asanga.

Demikianlah perjuangan suci Buddha Maitreya menuju kesempurnaan. Dalam Sutra

Ikrar Sang Buddha bersabda pada Yang Arya Ananda bahwa Bodhisatva Maitreya telah

membina diri dengan metode yang praktis, mudah dan membahagiakan. Beliau berjuang

4 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 31 5 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 33 6 Kebenaran universal adalah bahwa Maitreya menerima semua manusia, karena semua manusia pasti akan

datang kepada Maitreya dan kedatangan Maitreya juga untuk menyatukan semua umat manusia tanpa membedakan suku, bangsa dan agama, (Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan, Jakarta, 20 Januari 2008)

Page 11: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

siang dan malam dalam tiga waktu dengan sepenuh hati mendisiplinkan badan, dan dengan

jubah yang rapi berlutut berbhakti-puja menghadap ke sepuluh alam sambil berikrar suci

sebagaimana yang tersebut di atas. Inti dari perjuangan Buddha Maitreya untuk mencapai

kebuddhaan adalah;

1. Penyesalan dan bertobat

2. Menghormati dan memuliakan semua makhluk

3. Mengasihi semua makhluk

Inilah semangat perjuangan dan kasih Buddha Maitreya yang tiada tara. Penyesalan

dan pertobatan semata lahir dari dasar jiwa yang penuh panggilan kasih dan tanggung jawab.

Karena kasih-Nya yang besar Beliau senantiasa merasa bersalah dan berdosa. Amat berbeda

dengan seorang awam yang kendati penuh kejahatan namun tetap merasa suci dan mulia.

Inilah yang menjadi dasar pembinaan bagi umat yang memuja Buddha Maitreya.

Samadhi dan pembacaan Parrita diganti dengan bhakti-puja pertobatan sehari tiga kali sama

seperti yang dilakukan oleh Buddha Maitreya. Jiwa yang sadar bertobat tak akan ada lagi

benci maupun dendam, juga keakuan dan keegoisan. Segala kemelakatan dan noda batin

dilenyapkan dengan tobat nurani.

Untuk membahas masalah tersebut, Penulis mencoba memaparkannya dalam bentuk skripsi

yang berjudul “MAKNA DAN TATACARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN BUDDHA

MAITREYA” (studi kasus di

Vihara Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta Barat)

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Page 12: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Melihat pada latar belakang masalah di atas, permasalahan yang ingin dibahas dalam

skripsi ini, Penulis merumuskannya sebagai berikut :

1. Apa pengertian bhakti-puja?

2. Apa Tujuan dari pelaksanaan bhakti-puja?

3. Bagaimana tatacara bhakti-puja dan apa maknanya bagi umat di Vihara Maitreyawira?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pembahasan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui tatacara pelaksanaan bhakti-puja dalam ajaran Buddha Maitreya.

2. Untuk mengetahui makna dari bhakti-puja bagi umat Buddha Maitreya khususnya di

Vihara Maitreyawira.

3. Untuk menumbuhkan pengertian dan keharmonisan serta toleransi antar umat beragama.

Tujuan penulisan skripsi ini juga sebagai kontribusi kepada Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat dan memenuhi tugas akhir perkuliahan untuk meraih gelar kesarjanaan strata 1

(S1) di jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

D. Tekhnik dan Metode Penulisan

Untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan

maka dalam proses pengumpulan data Penulis menggunakan metode sebagai berikut:

Page 13: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

1. Study kepustakaan (Library Research), Penulis berusaha mengumpulkan beberapa

referensi yang berkaitan dengan penelitian antara lain: buku, majalah, internet, dan

artikel.

2. Penelitian lapangan (Field Research). Dalam penelitian ini Penulis menggunakan

observasi langsung melalui interview atau wawancara dengan pengurus dan umat Buddha

Maitreya yang berlokasi di Angke Jelambar. Dengan tekhnik ini, Penulis berusaha

memahami bagaimana tatacara baktipuja dalam Buddha Maitreya khususnya di Vihara

Maitreyawira Jakarta.

Adapaun metode yang Penulis pergunakan dalam membahas skripsi ini adalah

pendekatan Fenomenologis.

Istilah Fenomenologis berasal dari bahasa Yunani pahainomenon yang secara harfiah

berarti “gejala” atau “apa yang manampakkan diri” sehingga nyata bagi kita. Metode

fenomenologi dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1938) dengan semboyan: Zuruck zu den

sachen selbst (kembali kepada hal-hal itu sendiri).7 Maksudnya, kalau kita ingin memahami

sebuah fenomena jangan hanya puas mempelajari pendapat orang tentang hal itu atau

memahaminya berdasarkan teori-teori, tetapi kembalikan kepada subjek yang melakukannya

secara langsung. Dalam memahami sesuatu, fenomenologi menghendaki keaslian (dasariah),

bukan kesemuan dan kepalsuan.

Untuk menemukan keaslian (kebenaran dasariah) fenomenologi menyarankan dua

langkah atau reduction (penjabaran). Pertama, fenomena diselidiki hanya sejauh disadari

secara langsung dan spontan sebagai berlainan dengan kesadaran diri. Kedua, fenomena

7 Dister Ofm, Nico Syukur, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 25

Page 14: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

diselidiki hanya sejauh merupakan bagian dari dunia yang dihayati sebagai keseluruhan (live

world), tanpa dijadikan objek ilmu yang terbatas.8

Dalam bekerja, fenomenologi menerapkan metodologi ilmiah dalam meneliti fakta

religius yang bersifat subjektif seperti pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, ide-ide, emosi-

emosi, maksud-maksud, dan sebagainya dari seseorang yang diungkapkan dalam tindakan

luar (perkataan dan perbuatan).

Perlu diingat bahwa dalam perspektif fenomenologi, masalah objektivitas berarti

membiarkan fakta-fakta bicara untuk dirinya sendiri. Untuk mengungkap fakta yang bersifat

subjektif menjadi fenomena objektif, Dhavamony menyarankan dua hal: epoche9 dan

eiditik10, atau etik dan emik menurut Pike.

Berkaitan dengan tekhnik penulisan, Penulis merujuk pada buku yang dijadikan

pedoman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu judul “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,

dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta; CeQDA UIN, 2007).”

E. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab dan sub bab dengan perincian

sebagai berikut :

8 Dister Ofm, Nico Syukur, Pengalaman dan Motivasi Beragama, h. 26. 9 Epoche adalah penilaian yang dikonsepkan sebelumnya harus ditunda sebelum fenomena itu bicara untuk

dirinya. Seorang fenomenolog harus mempertanyakan hakikat yang sebenarnya, tanpa harus terlibat untuk merumuskan baik-buruknya.

10 Eiditik adalah pemahaman makna religius yang diperoleh hanya lewat pemahaman ungkapan-ungkapan. Ungkapan-ungkapan ini meliputi kata-kata dan tanda-tanda, apa pun jenisnya. Hanya melalui ekspresilah kita menangkap pikiran-pikiran religius orang lain, dan dengan memikirkan serta mengalaminya kembali, dengan empati atau wawasan imajinatif, kita memasuki pikiran mereka. Pemahaman yang empati berarti memperlihatkan pemahaman terhadap tingkah laku orang lain yang meliputi pengalaman, pikiran, emosi, ide-ide orang lain berdasarkan pengalaman dan tingkah lakunya sendiri. Itulah sebabnya penelitian fenomenologi sangat mengandalkan metode partisipatif agar peneliti dapat memahami tindakan religius dari dalam. (Lihat Dhavamony, Mariasusai, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: kanisius, 1995), h. 34-35

Page 15: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Bab pertama Penulis akan membahas seputar uraian tentang materi signifikansinya,

yang terdapat dalam latar belakang masalah, kemudian secara berurutan akan dibicarakan

perumusan masalah, tujuan pembahasan, metode penelitian, tekhnik penulisan, dan

sistematika pembahasan, yang semuanya tercakup dalam Bab Pendahuluan.

Bab kedua ini Penulis menjelaskan sekilas tentang Vihara Miatreyawira dan Buddha

Maitreya karena pelaksanaan bhakti-puja adalah sembahyang yang rutin dilakukan oleh umat

Buddha Maitreya dan bhakti-puja merupakan salah satu perjuangan dari Buddha Maitreya

yaitu berupa pertobatan dan penyesalan. Dalam pembahasannya, Penulis menguraikan

Vihara Maitreyawira yang meliputi pengertian, fungsi, makna, sejarah vihara dan kegiatan

Vihara Maitreyawira. Dalam pembahasan berikutnya tentang sejarah dan ajaran-ajaran

Buddha Maitreya.

Bab ketiga merupakan inti dari pembahasan, di mana Penulis akan menguraikan

tentang tatacara pelaksanaan bhakti-puja. Tetapi, sebelumnya Penulis membahas terlebih

dahulu pengertian, sejarah, dan tujuan dilaksanakan bhakti-puja.

Bab keempat setelah menjelaskan pelaksanaan dari bhakti-puja Penulis manguraikan

makna tatacara bhakti-puja di Vihara Maitreyawira. Yang meliputi makna dari simbol-simbol

dan makna prosesi bhakti-puja.

Bab kelima Merupakan Bab Penutup, yang berisi kesimpulan.

Page 16: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

BAB II

VIHARA MAITREYAWIRA TAMAN DUTA MAS

ANGKE CILEMBER

A. Pengertian Vihara, Fungsi dan Maknanya

Vihara atau arama pertama dalam sejarah Buddha terletak di atas tanah yang

dinamakan Isipatana Migadaya (taman rusa Isipatana), dekat kota Banarasi. Tempat yang

sangat indah ini mengandung makna sejarah yang sangat penting bagi umat Buddha yang

tidak mungkin dapat dilupakan.11

Pada awalnya pengertian vihara sangat sederhana yaitu pondok atau tempat tinggal

atau tempat penginapan para bhikku dan bhikkuni, samanera, samaneri. Namun kini

pengertian vihara mulai berkembang, yaitu: vihara adalah tempat melakukan segala macam

bentuk upacara keagamaan menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi agama Buddha,

serta tempat umat awam melakukan ibadah atau sembahyang menurut keyakinan,

kepercayaan, dan tradisi masing-masing baik secara perorangan maupun berkelompok. Di

dalam vihara terdapat satu atau lebih ruangan untuk penempatan altar.12

Dulu sebelum dikenal vihara, tempat tinggal para bhikku adalah goa-goa, di bawah

pohon, di kuburan, di atas bukit, di tumpukan jerami, dan di tempat penduduk yang

menyediakan tempat untuk menginap. Setelah banyak orang yang mendengarkan ajaran Sang

Buddha dan berlindung kepada Sang Tri Ratna mereka bermaksud untuk menyediakan

tempat tinggal bagi para bhikku yang layak. Sang Buddha kemudian memperbolehkan umat

berdana di vihara.

11 Bhikku Subalaratano dan Samanera Utamo, Bhakti (puja), (Jakarta: Sangha Theravada Indonesia, tt), h.

16 12 Suwarno T, Buddha Dharma Mahayana, Majelis Agama Buddha Indonesia, 1999-2538 B.E., h. 908

Page 17: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Pada mulanya umat Buddha belum mempunyai vihara secara khusus. Gagasan untuk

membangun sebuah vihara pertama kali dilakukan oleh Raja Bimbisara dari kerajaan

Rajagaha. Suatu ketika Raja Bimbisara mendengarkan ajaran Sang Buddha dan mencapai

sottapati (tingkat kesucian pertama) maka beliau memberikan persembahan kepada Sang

Buddha dan para bhikku. Atas pemberian tersebut, Sang Buddha memberikan persyaratan

sebagai berikut:

• Tempat tersebut tidak jauh, dekat dan ada jalan lewat.

• Tidak terlalu banyak suara di siang hari maupun malam hari.

• Tempat tersebut tidak banyak gangguan serangga, angin, terik matahari dan pohon

menjalar.

• Orang yang tinggal di situ mudah mendapat jubah, makanan, tempat tinggal, obat-obatan

sebagai pengobatan bagi orang sakit.

• Di tempat tersebut ada bhikku yang lebih tua (senior) yang mempunyai pengetahuan

tentang kitab suci (Dhamma-Vinaya)

Sejak saat itu pengurusnya menerima Dana Vihara. Dengan semakin banyak

penganut ajaran Sang Buddha, maka vihara bukan hanya sebagai tempat singgah para bhikku

tetapi juga digunakan oleh para upasaka dan upasika untuk belajar dhamma.

Pada saat ini umat Buddha terutama di Indonesia datang ke vihara untuk melakukan

puja bhakti bersama-sama pada hari yang telah mereka tentukan. Selain puja bakti umat juga

mengadakan berbagai kegiatan lain yang sesuai dengan dhamma dan vihara.

Jadi vihara adalah sebagai tempat singgah atau tempat tinggal bagi para bhikku dan

sebagai sarana ibadah umat Buddha. Sedangkan jika dilihat dari fungsi vihara, adalah sebagai

berikut:

Page 18: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

a. Tempat tinggal para bhikku dan samanera. b. Tempat pendidikan putera-puteri bangsa, agar menjadi warga masyarakat yang berguna. c. Tempat yang memberikan rasa aman bagi semua umat Buddha. d. Tempat pendidikan moral, sopan santun dan kebudayaan. e. Tempat untuk berbuat kebajikan dan kebaikan. f. Tempat menyebarkan dhamma. g. Tempat yang menunjukkan jalan kebebasan. h. Tempat latihan meditasi dalam usaha merealisasi cita-cita kehidupan suci. i. Tempat kegiatan-kegiatan social yang bersifat keagamaan.13

Adapun makna vihara yang keberadaannya sangat dikuduskan adalah sebagai berikut:

1. Vihara adalah tempat memuliakan Tuhan dan para Buddha-Bodhisatva. 2. Vihara adalah tempat diturunkannya Inisiasi Suci pembebas samsara. 3. Vihara adalah tempat berlindung dari bencana dan malapetaka. 4. Vihara adalah tempat kita mendekatkan diri kepada Tuhan. 5. Vihara adalah tempat kita bertobat dan memperbaiki diri. 6. Vihara adalah tempat memohon Ilham kearifan dan lindungan. 7. Vihara sebagai tempat beramal pahala melunasi ikrar. 8. Vihara adalah tempat kita mengemban misi suci Tuhan. 9. Vihara sebagai tempat mengasah kearifan dan welas asih. 10. Vihara adalah tempat kita menemukan kemukjizatan Tuhan.14

B. Sejarah Kelahiran Buddha Maitreya dan Ajaran-Nya

Buddha Gautama bukanlah Buddha yang pertama di dalam masa dunia ini (masa

dunia atau kalpa; satu kalpa lamanya kurang lebih 4.320.000.000 tahun). Buddha sebelumnya

adalah Buddha Kakusandha, Buddha Konagamana, Buddha Kassapa dan Buddha yang akan

datang adalah Buddha Mettaya (Maitreya). Dalam Cakkavatti-Sihanada Sutta, Sutta ke-26

dari Digha Nikaya dikatakan bahwa:

“Pada saat itu kota yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota

yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di

Jambudvipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan

pada saat itu orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati

13 Yayasan Vihara Jakarta Dhammacakka jaya, Pembangunan Vihara Jakarta Dhammacakka jaya, h. 30 14 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” Cahaya Maitri, no. 26 (September 2001), h.36-

39

Page 19: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang raja

yang baik, penakluk keempat penjuru. Dan pada saat orang memiliki harapan hidup hingga

84.000 itulah muncul di dunia seorang yang terberkahi, arahat, sammasambuddha bernama

Metteya”

Di dalam Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra disebutkan juga:

“O, Arya Sariputra! Pada saat Buddha baru tersebut dilahirkan di dunia Jambudvipa.

Situasi dan kondisi dunia Jambudvipa ini jauh lebih baik daripada sekarang. Air laut agak

susut dan daratan bertambah. Diameter permukaan laut dari keempat lautan masing-masing

akan menyusut kira-kira 3000 yojana, Bumi Jambudvipa dalam 10.000 yojana persegi, persis

kaca dibuat dari permata lazuardi dan permukaan buminya demikian rata dan bersih”.15

Secara historis, Buddhisme Maitreya adalah bagian dari Buddha Mahayana sebab

Buddha Maitreya merupakan sebuah perkembangan lanjutan dari Buddhisme Zen. Dalam

perkembangan hingga terbentuknya yang sekarang, Buddha Maitreya memiliki doktrin dan

garis kepatriatan yang langsung dari Buddhisme Zen sedangkan Buddhisme Zen merupakan

salah satu mazhab Buddhisme Mahayana yang amat terkenal dan Buddhisme Zen inilah yang

kemudian menjadi cikal bakal timbulnya Buddha Maitreya.16 Dengan demikian untuk

memahami sejarah Buddha Maitreya perlu diawali pembahasan singkat tentang sejarah

Buddhisme Mahayana terutama Buddhisme Zen.

Didasari oleh personalitas yang khas inilah maka Buddhisme terus tumbuh dan

berkembang hingga terbentuknya berbagai sekte dan aliran. Menurut beberapa catatan

sejarah dikatakan telah terdapat 18 aliran di dalam agama Buddha setelah parinibbananya

Sang Buddha.

15 Buddha Maitreya, “Ikuanisme,” artikel diakses tanggal 11 November 2007 dari www.Maitreyawira.org 16 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” (Jakarta: 26 Juni

1994) h. 8-9.

Page 20: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Dalam perkembangannya hingga ke Tiongkok, agama Buddha Mahayana dapat

dibagi menjadi 8 mazhab sebagai berikut:

1. Yogacara (Vijnanavada) 2. Tri-sastra (Madhyamika) 3. Avatamsaka 4. Tien Thai 5. Tantra 6. Chan (Zen) 7. Sukhavati 8. Vinaya17

Buddhisme adalah kesempurnaan pribadi Sang Buddha itu sendiri, karena semua

yang diajarkan Sang Buddha adalah pengalaman langsung diri Beliau.

Akan tetapi tidak semua kebenaran dapat disampaikan melalui khotbah, karena segala

macam khotbah dan bimbingan mendatangkan pemahaman, namun pemahaman tidak sama

dengan pengalaman langsung. Pengalaman langsung akan kebenaran yang hidup dan

kebenaran yang hidup itu bukan segala macam doktrin tentang sesuatu kebenaran. Kebenaran

yang hidup ada di dalam diri, di depan mata dan dalam waktu itu juga.18

Oleh sebab itu dikisahkan bahwa suatu ketika Sang Buddha sedang berkumpul

dengan murid-muridnya di Gunung Gradhrakuta, datanglah seorang Brahmin yang

memberikan sekuntum bunga Khumbala kepada Sang Buddha untuk memohon agar Beliau

berwelas memberikan dharma. Pada saat itu Sang Buddha hanya menggerak-gerakkan bunga

itu dengan pelan tanpa menyampaikan sepatah kata pun.19 Dan semua muridnya merasa

bingung karena tidak seorang pun yang dapat menangkap makna yang disampaikan oleh

Sang Buddha, kecuali Maha Kasyapa yang tersenyun karena Beliau mampu menangkap

sesuatu yang hidup yang ada di balik pribadi Sang Buddha. Dalam hati mereka penuh dengan

17 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 11 18 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 14 19 Peristiwa ini tercatat dalam Sutra tentang dialog antara Sang Buddha dengan Mahapitaka Brahmaraja.

Page 21: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

kata dharma akan tetapi dharma hanyalah konsep bukan sesuatu yang hidup. Maha Kasyapa

mengerti karena Beliau telah melihat Sesutu yang sama yang ada di dalam pribadinya.

Sesuatu yang hidup ini begitu luar biasa dan dalam Buddhisme Maitreya Sesuatu yang hidup

ini disebut Dharma Hati atau Hakekat Rohani.20

Peristiwa di atas dalam sastra-sastra Zen sering disebut: “Menggoyang Bunga

menyampaikan makna (Nien hwe she cung)”21. Dan Buddhisme Maitreya memandang

peristiwa tersebut sebagai awal peristiwa transmisi sejati dari Sang Buddha kepada seorang

Patriat, yang kemudian diteruskan dari seorang Patriat kepada Patriat penerusnya.

Demikianlah garis kepatriatan itu terbentuk dari Sang Buddha sampai pada kedua Guru Suci

yang dalam Buddhisme Maitreya dihormati sebagai Bapak Guru Agung dan Ibu Guru Suci.

Berawal dari peristiwa inilah lahir sebuah mazhab baru dalam Buddhisme Mahayana

yang diberi nama Buddhisme Zen, yang kelak menjadi cikal bakal lahirnya Buddha Maitreya.

Sama seperti Buddhisme Zen, Buddha Maitreya meyakini sepenuhnya ajaran

esoteris22 dalam Buddhisme sejak Sang Buddha di India.23

Adapun garis kepatriatan atau lebih sering disebut sebagai 27 Patriat Langit Barat

(India) sebagai berikut:

1. Patriat ke-1 Yang Arya Maha Kasyapa

2. Patriat ke-2 Yang Arya Ananda

3. Patriat ke-3 Yang Arya Sanavasa

4. Patriat ke-4 Yang Arya Upagutpa

20 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 14 21 Menggoyang bunga menyampaikan makna disebut sebagai ajaran dari hati ke hati; berkontak dari jiwa

ke jiwa. 22 Esoteris adalah Transmisi Dharma dari hati ke hati antara satu patriat dengan patriat penerusnya. Yang

menjadi tradisi warisan dari peristiwa di Gunung Gradhrakuta. 23 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 16

Page 22: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

5. Patriat ke-5 Yang Arya Dhritaka

6. Patriat ke-6 Yang Arya Micchaka

7. Patriat ke 7 Yang Arya Vasumitra

8. Patriat ke-8 Yang Arya Buddhanandi

9. Patriat ke-9 Yang Arya Buddhamitra

10. Patriat ke-10 Yang arya Parsva

11. Patriat ke-11 Yang Arya Punyayasas

12. Patriat ke-12 Yang Arya Asvaghosa

13. Patriat ke-13 Yang Arya Kapimala

14. Patriat ke-14 Yang Arya Nagarjuna

15. Patriat ke-15 Yang Arya Kanadeva

16. Patriat ke-16 Yang Arya Rahulata

17. Patriat ke-17 Yang Arya Sanghanandi

18. Patriat ke-18 Yang Arya Gayasata

19. Patriat ke-19 Yang Arya Kumarata

20. Patriat ke-20 Yang Arya Jayata

21. Patriat ke-21 Yang Arya Vasubhandu

22. Patriat ke-22 Yang Arya Manorhita

23. Patriat ke-23 Yang Arya Haklena

24. Patriat ke-24 Yang Arya Simha

25. Patriat ke-25 Yang Arya Basiasita

26. Patriat ke-26 Yang Arya Punyamitra

27. Patriat ke-27 Yang Arya Prajnatara

Page 23: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Patriat yang ke-28 yaitu Yang Arya Bodhidharma, Beliaulah yang membawa ajaran

esoteris ke Tiongkok dan Beliau juga dihormati sebagai Patriat pertama Bumi Timur.

Kehadiran Beliau dipandang sebagai awal penyebaran Buddhisme Zen India di Tiongkok

yaitu pada zaman dinasti Liang (502-522 M) di daerah Nanking.24

Saat Yang Arya Bodhidharma berdiam di gunung Sung San di Shau Lim Fu selama 9

tahun kemudian datang seorang Cendikiawan muda yang bernama Hui Khe untuk berguru.

Beliau adalah murid pertama dari Yang Arya Bodhidharma dengan sebutan Patriat ke-2.

Kemudian berlanjut ke Patriat berikutnya Yaitu:

1. Patriat 1. Bodhidharma

2. Patriat 2. Hui Khe

3. Patriat 3. Sheng Chan

4. Patriat 4. Tao Sin

5. Patriat 5. Hong Ren

6. Patriat 6. Hui Neng

Dalam sejarah, Buddhisme Zen benar-benar menunjukkan karakteristiknya pada masa

Patriat ke-6 Hui Neng. Beliau sangat menekankan realitas jiwa (Hsing) yaitu Hsing yang

menunjuk pada sebuah realitas hidup yang bebas khayalan dan tiada keakuan. Disamping itu

Beliau juga amat menekankan metode pertobatan dan penyesalan akan dosa dan karma diri.

Metode pertobatan ini amat penting dalam Buddhisme Maitreya. Pada masa Hui Neng

praktek Dhyana-samadhi diganti dengan kebangkitan Prajna (Kebijaksanaan Luhur) yang

sifatnya aktif. Dalam sutra Beliau “Sutra Altar Mustika Dharma” Dhayana sejati itu ada pada

gerak-aktif (samadhi dalam prilaku). Bagi Buddhisme Maitreya Dhayana sejati ada dalam

kehidupan sehari-hari, baik dalam pikiran, ucapan dan perbuatan adalah satu kesatuan.

24 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 17

Page 24: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Semua bentuk pikiran luhur dan ucapan bijaksana harus diikuti dengan perbuatan nyata

(prilaku amal). Dalam Buddhisme Maitreya kerja nyata adalah segala-galanya.25

Jadi Patriat Hui Neng adalah pendiri kerangka bangunan agama Buddha Maitreya,

dan Patriat Hui Neng juga disebut sebagai Bapak Buddhisme Maitreya. Setelah Patriat Hui

Neng meninggalkan gurunya di Huang Mei ada dua periode dalam perjalanan hidup beliau.

Periode pertama yaitu periode tertutup atau persembunyian yang berlangsung selama 15

tahun dihitung sejak Hui Neng meninggalkan Huang Mei sampai kemunculannya di Vihara

Pao Lin. periode kedua yaitu periode terbuka atau penampakkan diri yang dihitung dari

kemunculan beliau di Vihara Pao Lin hingga beliau wafat. Selama periode terbuka inilah Hui

Neng mengembangkan Buddhisme Zen (Dhyana-samadhi) sehingga muncul master-master

Zen yang gemilang.

Sejarah diatas merupakan peristiwa penting bagi Buddhisme Maitreya. Karena

perjuangan beliau selama 15 tahun adalah awal garis kepatrian Buddhisme Maitreya. Dan

pada masa tertutup ini beliau mengembangkan Buddhisme Dhyana-kebaktian yaitu

perpaduan antara unsur dhyana dan keyakinan akan belas kasih Buddha (kekuatan diri

sendiri dan kekuatan dari belas kasih Buddha Maitreya).

Dalam sebuah kitab tentang Garis Nadi Kepatriatan Buddhisme Maitreya, dijelaskan

bahwa patriat ke-7 yaitu dua pemuda yang bertemu beliau ketika beliau meninggalkan Huang

Mei. Kedua pemuda itu bernama Pai Ie Can dan Ma Tuan Yang. Dengan Patriat ke-7 inilah

Beliau menguraikan dharmanya dan menurunkan ajaran Esoteris Transmisi dari hati ke hati.

Sama seperti yang dipesankan oleh gurunya, Patriat pun berpesan kepada dua muridnya ini

agar terus menyembunyikan diri, karena misi mereka adalah menjaga Firman Tuhan yang

25 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 19

Page 25: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

telah dipercayakan oleh Patriat kepada mereka dan terus diturunkan kepada Patriat

penerusnya.26

Mulai dari Patriat ke-7 ini sistem kehidupan kebhiksuan telah ditinggalkan,

digantikan dengan sistem kehidupan ke-Anagarikaan. Sebuah bentuk kehidupan yang penuh

sila seperti kehidupan seorang bhiksu namun tidak menggundulkan kepala dan mengenakan

jubah kuning.

Dengan demikian setelah Patriat ke-6 garis kepatriatan terus dilanjutkan oleh Patriat

ke-7 walupun tanpa pewaris jubah dan patra. Kedua guru inilah yang mulai meletakkan

sistem pengamalan Buddhisme, di samping mempraktekkan dhyana27 dalam kondisi aktif

yaitu saat berfikir, berbicara dan bekerja (inilah aspek pembinaan dhyana), dan mereka

berdua juga melaksanakan praktek pertobatan, bhakti-puja dan penyerahan diri kepada

Maitri-karuna Buddha Maitreya (inilah aspek pembinaan kebaktian). Gabungan kedua aspek

ini yang disebut Dhyana-kebaktian.

Patriat ke-7 lalu menurunkan ajaran esoteris ini kepada Patriat ke-8 Lo Wei Chin.

Patriat ke-8 ini banyak mengembangkan aspek kebaktian (ajaran moral kebajikan dan cinta

kasih), pengalaman agama bukan pada samadhi tetapi hendaklah diikuti dengan

pengembangan moral kebajikan yang luhur.

Patriat ke-8 menurunkan ajaran ini kepada Patriat ke-9 Huang Te Hwi dan Patriat ke-

9 inilah yang banyak mengembangkan tekhnik pembinaan diri dan pengamalan Ketuhanan

melalui aspek kebaktian dalam Buddhisme Maitreya.

Dan ajaran terbesar beliau adalah ajaran tentang konsep Tuhan sebagai Maha

Penguasa alam semesta, Tuhan dijelaskan secara langsung dengan sebutan Ming Ming Shang

26 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 22-23. 27 Dhyana adalah penginsyafan ke dalam bodhi watak diri sendiri.

Page 26: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Ti (Tuhan Maha Kuasa). Bila sebelumnya Tuhan hanya diajarkan sebagai pribadi pasif

artinya Tuhan telah menggariskan hukum kesunyataan, maka hukum kesunyataan itulah yang

bekerja, tidak ada kuasa Tuhan. Namun ajaran Patriat ke-9 dalam Buddhisme Dhyana-

kebaktian, Tuhan itu Maha Kuasa, Kuasa Tuhan ada di atas semua hukum kesunyataanNya.

Dan Beliau mengajarkan bahwa Kuasa Tuhan adalah unsur mutlak untuk mencapai

kesempurnaan diri. Oleh Patriat ke-9 inilah lahir etika bhakti-puja pengagungan langsung

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang bertahan hingga sekarang sebagai ciri khas

Buddhisme Maitreya.28 Beliaulah yang mengungkap rahasia transmisi yang biasa disebut

ajaran esoteris yang sesungguhnya yaitu ajaran Dharma Hati dan Kuasa Firman Tuhan.

Ajaran Dharma Hati menunjuk pada aspek dhyana sedangkan ajaran tentang Kuasa Firman

Tuhan menunjuk pada aspek kebaktian.

Adapun perkembangan Buddha Maitreya dibagi menjadi tiga zaman yaitu; Maitreya

di zaman pra-Buddha Sakyamuni, Maitreya di zaman Buddha Sakyamuni dan Maitreya di

zaman Buddha Sakyamuni.29

1. Maitreya di Zaman Pra-Buddha Sakyamuni

Sejak berkalpa-kalpa tahun yang lalu, Buddha Maitreya telah menjalin jodoh

Ilahi, jodoh Buddha, jodoh Ketuhanan dengan segenap umat manusia. Di zaman pra-

Buddha Sakyamuni sebagai Sarvajna Prabha Manusya Deva dan dalam Sutra Buddhis

beliau berpantang daging. Beliau mengajarkan maîtri (kasih), karuna (belas kasih, kasih

sayang), mudita (simpati) dan upekkha (keseimbangan batin) sebagai catur paramita

untuk membimbing umat manusia. Karena panggilan cinta kasih terhadap segenap umat

28 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 25-26 29 DPP MAPANBUMI SUMUT, “Buddha Maitreya,” (Medan: Maha Vihara Maitreya, 2001), h. 14-24

Page 27: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

manusia, beliau akhirnya meninggalkan keluarga dan membina di dalam hutan dan

orang-orang menyebutnya Manusia Dewa.

Suatu waktu saat Sarvajna Prabha Manusya Deva membina di tengah hutan,

terjadi bencana banjir yang menyebabkan penduduk gagal panen dan Manusia Dewa

tidak mendapatkan sedekah makanan selama 7 hari. Saat itu di atas gunung, tinggalah

500 ekor kelinci. Ketika melihat keadaan pertapa yang memprihatinkan, ratu kelinci

akhirnya bertekad mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan pertapa itu dan saat

daging kelinci telah siap dihidangkan pertapa itu tidak mau memakan hidangan tersebut

dan Beliau berkata bahwa Beliau rela hidup dalam penderitaan asalkan tidak menyakiti

makhluk lain.30

2. Maiterya di Zaman Buddha Sakyamuni

Pada zamannya Buddha Sakyamuni, Boddhisattva Maitreya merupakan salah satu

murid dari Sang Buddha. Beliau tidak membina dengan penegasan cara duduk

bermeditasi dan tidak melepaskan kilesa namun mendapat afirmasi dari Buddha

Sakyamuni bahwa ia akan mencapai Kebuddhaan. Bodhisatva Maitreya adalah manusia

Buddha setelah Buddha Sakyamuni, sehingga disebut Buddha yang akan datang. Masa

lalu Buddha Maitreya adalah Bodhisatva Maitreya. Dan pada masa itu Bodhisatva

Maitreya menegakkan Ikrar Agung, bertekad merubah dunia yang penuh kekacauan

menjadi dunia yang damai.

Sabda Sang Buddha dalam Sutra Maha Ratna Kuta (Ta Pao Ci Kung) Bab 88

(Pertemuan Maha Kasyapa), Suatu ketika Junjungan Dunia menjalarkan tangan-Nya yang

membiaskan cahaya kemilauan, hasil paduan kesucian laksa asamkheya kalpa. Dengan

30 DPP MAPANBUMI SUMUT, “Buddha Maitreya,” h. 14

Page 28: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

jari dan telapak tangan-Nya yang bersinar bagaikan bunga teratai, beliau mengusap ubun-

ubun Bodhisatva Maitreya sambil bersabda, “Wahai Maitreya! Demikianlah kupesankan

kepadamu nanti masa lima ratus tahun kelima, saat lenyapnya Dharma sejati, engkau

harus melindungin Tri Mustika Buddha, Dharma dan Sangha. Jangan sampai lenyap dan

terputus”. Seketika itu juga Trisahasra Maha Sahasra lokya dhatu (alam semesta)

dipenuhi cahaya terang dan diikuti enam bentuk suara gemuruh yang dahsyat. Semua

makhluk suci dan deva serentak menghormati Bodhisatva Maitreya dengan sikap anjali.

Saat itu Bodhisatva Maitreya segera berdiri sambil menampakkan bahu kanannya dan

berlutut menghormati Sang Buddha dengan sikap anjali: “Junjungan Dunia, demi

keselamatan semua makhluk aku telah menerima penderitaan laksaan kalpa yang tak

terhitung, apalagi kini Tathagata telah menyampaikan pesan Dharma sejati, bagaimana

mungkin tidak diterima? Wahai Junjungan Dunia! Kini aku berjanji pada masa yang akan

datang akan kubabarkan Dharma Anuttara Samma Sambodhi yang telah Tathagata capai

dalam perjuangan berlaksa-laksa asam-kheya kalpa yang tak terhitung”.

3. Maitreya di Zaman Pasca Buddha Sakyamuni

a. Sebagai Bhiksu Berkantong

Buddha Maitreya pernah terlahir sebagai Bhiksu Berkantong31, lahir di

kabupaten Feng Hua daerah Zhi Jiang Ming Zhou (China), asal-usul keluarganya

kurang diketahui.

31 Pada masa dinasti Tang akhir (907-1060) ada seorang bhiksu bernama Qici. Perawakan-Nya tinggi,

gendut dan Ia memikul sebuah kantong kain besar dengan tongkat kayu sambil berkelana. Jika ada yang mendermakan barang untuk-Nya ia memasukkannya ke dalam kantong sembari tertawa lebar. Dan orang memanggil-Nya Bhiksu Budai. (Cahaya Maitri, Seri No. 26 Edisi September-Oktober 2001), h.32.

Page 29: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Pada masa akhir pemerintahan Liang Bhiksu berkantong menetap di kuil Yue

Lin. Saat detik-detik menghembuskan nafas terakhir. Beliau berkata, “Maitreya oh

Maitreya, telah menjelma banyak kali tak terhingga, bertujuan membimbing umat

manusia namun umat manusia tidak mengenalnya”.

Dan Pratima Buddha Maitreya yang dikenal saat ini sebagai Buddha sukacita

adalah bhiksu berkantong.

b. Sebagai Patriat Cin Kung

Buddha Maitreya terlahir sebagai Patriat Cin Kung atau disebut dengan Sang

Lugu Cin Kung (1853-1925 Masehi), sekaligus sebagai perintis ajaran Maha Tao

Maitreya sekarang ini.

Patriat Cin Kung mentransmisikan silsilah kepatriatan kepada kedua Guru

Agung yaitu Buddha Chang Thien Ran (Bapak Guru Agung) dan Bodhisatva Yue

Hui (Ibu Guru Suci) yang selanjutnya mengemban titah untuk menyelamatkan alam

semesta. Ketiga Buddha ini merupakan nahkoda penuntun bagi umat manusia untuk

menyebrang dari lautan penderitaan menuju pantai bahagia.

Ajaran Buddha Maitreya muncul di Indonesia pada tahun 1949 oleh Maha

Sesepuh Maitreyawira. Atas cinta kasih dari Ibunda Suci melalui sesepuh Phan Hwa

Ling, M.S Maitreyawira menerima Firman Kepanditaan ini. Seiring masa yang

semakin mendesak maka Ibunda Suci mengutus M.S Maitreyawira menuju Pulau

Jawa di Indonesia untuk merintis Wadah Ketuhanan dan menyelamatkan umat

Page 30: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

manusia karena disana banyak umat manusia bajik dan berjodoh Buddha. Dan dalam

perjalanan itu Beliau bertemu sesepuh Fuh Ik Chun (Sesepuh Gautama Harjono).32

Setelah tiba di Indonesia M.S Maitreyawira berjuang keras untuk membangun

vihara dan pada tahun 1950 diresmikanlah vihara pertama Chiao Kuang di kota

Malang, Jawa Timur.

Dengan perjuangan yang terus menerus maka Wadah Ketuhanan pun terus

berkembang. Pada tahun 1954 Sesepuh Yang Chai Khui mendirikan Vihara Sun Ming

di Jakarta. Di vihara ini berhasil dicetak kader-kader yang tulus dan berjodoh

kebuddhaan. Misalnya: Sesepuh Yang Sui Yen yang merintis Wadah Ketuhanan di

Sumatera Utara dan Riau, kemudian Pandita Lin Cung Lan yang mendirikan vihara di

Pontianak – Kaliamantan Barat, Pandita Lin Cin Hong yang mendirikan Vihara Cen

Kuang di Tambora – Jakarta.

Sejak merintis Wadah Ketuhanan di Indonesia, M.S Maitreyawira berjuang

keras ke seluruh penjuru demi menyelamatkan umat manusia hingga terlalu letih dan

jatuh sakit. Dan keadaan beliau ini ketahui oleh Ibunda Suci kemudian Ibunda Suci

mengutus tiga Maha Sesepuh senior untuk membantu M.S Maitreyawira membentuk

Dewan Sesepuh. Kemudian mereka berunding untuk menentukan penerus Wadah

Ketuhanan di Indonesia. Mereka sepakat bahwa Sesepuh Fuh Ik Chun yang menjadi

sesepuh penerus.

Pada tahun 1982 M.S Maitreyawira menulis surat mandat yang mengangkat

Sesepuh Fuh Ik Chun (Sesepuh Gautama Harjono) sebagai Pemimpin Wadah

Ketuhanan di Indonesia menggantikan Beliau.

32 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 56

Page 31: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Pada tahun 1983 M.S Maitreyawira kembali ke sisi Tuhan dalam usia 90

tahun. Selama 30 tahu lebih Beliau berjuang merintis dan mengembangkan Wadah

Ketuhanan di Indonesia, budi kasihnya menerangi semua umat Maitreya di

Indonesia.33

C. Letak dan Sejarah Singkat Vihara Maitreyawira Jakarta

Vihara sekaligus Pusdiklat Buddhis Maitreyawira Jakarta diresmikan oleh Wakil

Ibunda Suci- Yang Arya Maha Sesepuh Ong Pada Tanggal 26 Juni 1994. Vihara ini terletak

di Taman Duta Mas A-8 Jl. Tubagus Angke, Jakarta Barat di atas tanah seluas 5.000 m

persegi.34

Pada mulanya Vihara Maitreyawira ini terletak di Kompleks Sandang, Kemanggisan-

Palmerah Jakarta Barat, namun karena letaknya kurang luas dan kurang setrategis sedangkan

umat semakin bertambah banyak. Atas inisiatif dari atasan kemudian di carilah lokasi yang

lebih besar dan setrategis yaitu di daerah Angke Jelambar yang tepatnya di Taman Duta

Mas.35

Bangunan Vihara Maitreyawira Jakarta terdiri dari:

1. Lantai satu sebagai Skayamuni Graha sekaligus aula serbaguna

• Ada gambar Buddha sakyamuni

• Patung Buddha Maitreya tepatnya di depan gambar Buddha Sakyamuni.

• Di sebelah kanan Buddha Maitreya ada patung Bodhisatva Satyakalama.36

33 DPP MAPANBUMI, “Buku Kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira,” h. 57 34 Pusdiklat Vihara Maitreyawira, Proposal Perluasan Bangunan Vihara. Jakarta, 26 Juni 2001. 35 Wawancara pribadi dengan Pandita Citra Surya. Pada tanggal 20 Februari 2008, pukul 13:00 – 14:00

WIB 36 Bodhisatva Satyakalama adalah Bodhisatva yang tegas dan kesatria dalam membela kebenaran.

Dilukiskan dalam bentuk panglima kuno yang bersenjatakan golok naga laras panjang. Beliau dihormati sebagai

Page 32: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

• Di sebelah kiri Buddha Maitreya ada patung Bodhisatva Kwan Im37

• Tempat sembahyang bagi kalangan umum yang ingin beribadah kapan saja.

• Pintu masuk dijaga 2 patung singa. Di tengah pintu masuk ada patung besar Buddha

Maitreya berkantong yang konon dipercaya membawa mukjizat dan keberuntungan.

2. Lantai dua sebagai Patriat dan Leluhur Graha

• Di tengah ada patung Buddha Maitreya, di sebelah kanan ada patung Bodhisatva

Satyakalama dan di sebelah kiri ada patung Bodhisatva Kwan Im.

• Tempat pemujaan bagi umat Ketuhanan untuk mengenang dan menghormati jasa para

Patriat Ketuhanan dan para leluhur.

• Di balkon depan ditempatkan patung Buddha Maitreya.

3. Lantai tiga sebagai Maitreya Graha

• Tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa, Buddha Maitreya, Buddha Thien Jan dan

Bodhisatva Yek Hui.

• Untuk tempat berbhakti-puja bagi umat Ketuhanan.

D. Kegiatan-kegiatan di Vihara Maitreyawira Jakarta

Kegiatan yang dilaksanakan di Vihara Maitreyawira ini meliputi program diklat

dharma, kegiatan budaya Maireyawira dan program sosial kemasyarakatan.

1. Program Diklat Dharma

• Kelas Dharmaduta

pelindung dharma, penegak keadilan, penakluk kejahatan. Karakter yang satria dan menjadi ciri khas pribadi Bodhisatva Satyakalama.

37 Bodhisatva Kwan Im mulanya dideskripsikan sebagai sosok seorang pria, tetapi sekarang lebih populer dengan figur wanita. Hal ini berhubungan dengan kepedulian Beliau terhadap jeritan dan tangisan dunia. Pada masa sekarang, Bodhisatva Kwan Im berperan sebagai pelindung dunia antara masa transisi sesudah Buddha Sakyamuni dan sebelum kedatangan Buddha Maitreya. (lihat Cahaya Maitri, Keluhuran Sebuah Vihara, Edisi September-Oktober 2001), h.24.

Page 33: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Kelas yang dibentuk khusus untuk membimbing para calon dharnaduta. Di sini

diajarkan tentang dharma-dharma Ketuhanan, teknik-teknik pembabaran dharma yang

baik untuk meningkatkan kualitas diri sebagai seorang dharmaduta

• Kelas Kearifan Intuitif (Miau Ce Sin Te Pan)

Kelas yang ditujukan untuk para aktivis Ketuhanan yang bertujuan untuk membuka

kearifan nurani, sehingga pengalaman intuisi dapat terpancar sebagai modal untuk

menyelamatkan diri sendiri dan umat manusia.

• Kelas Penataran Cahaya Buddha

Diselenggarakan secara periodik dan diikuti oleh seluruh umat Ketuhanan. Penataran

berlangsung dari pagi sampai sore hari dan

diselingi dengan menyanyikan tembang Ketuhanan.

• Kelas Remaja/anak-anak

Di samping penataran Cahaya Buddha yang bersifat umum juga ada kelas dharma

ringan untuk remaja. Sementara anak-anak kecil dididik dalam sekolah Minggu

Buddhis Maitreya.

• Kelas Penataran Pandita Muda/Madya

Penataran khusus untuk menggembleng umat yang telah diangkat menjadi pandita

muda/madya agar menjalankan kewajibannya dengan baik.

• Pertemuan Buddha dan Siswa

Kelas ini semacam reuni antara sesama Buddha-siswa yang pernah menjalani

angkatan yang sama.

Page 34: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

• Kelas KMVI (Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia

Kelas ini diadakan untuk memasyarakatkan pola hidup vegetarian dan kelas ini

berupa seminar yang mendatangkan pembicara dari kalangan dokter, pakar gizi, dan

pandita yang akan membahas tantang vegetarian dari sudut spiritual.

• Kelas Paduan Suara

Dibentuk untuk mempelajari secara mendalam tentang tembang-tembang suci

Maitreya.

• Kelas Etika Ritual

Etika Ritual ibarat penghubung antara manusia dengan Tuhan dan para Buddha.

Inilah awal pembinaan spiritual bagi setiap umat Ketuhanan. Dalam kelas ini, kita

dapat belajar berbagai ritual.

2. Kegiatan Budaya Maitreyawira

• Pagelaran tembang nurani.

• Kegiatan memperingati hari ibu, ayah dan lansia.

• Upacara agung Cheng Beng.38Festival bulan purnama Tiong Chiu

3. Program Sosial Kemasyarakat

Sebagai makhluk sosial yang perlu hidup bersosialisasi dengan manusia lainnya,

maka kegiatan Wadah Ketuhanan juga tidak terlepas dari kegiatan Kemanusiaan seperti

program sosial kemasyarakatan.

Untuk jangka pendek, beberapa program sosial yang telah digerakkan di

antaranya: penyuluhan budi pekerti dan moralitas hidup ke sekolah-sekolah dan penjara,

38 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 15-19.

Page 35: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

gerakan peduli lingkungan hidup, penyuluhan vegetarian dan kesehatan, bantuan korban

bencana alam, donor darah, kunjungan ke panti jompo.

Untuk jangka panjang akan digalakkan poliklinik kesehatan dan sekolah umum.

Page 36: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

BAB III

SEJARAH BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN

BUDDHA MAITREYA

A. Pengertian dan Sejarah Bhakti-puja

Bhakti artinya cinta kasih. Istilah bhakti itu digunakan untuk pernyataan cinta

kepada sesuatu yang lebih dihormati, misalnya ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, kepada

Negara, ataupun pribadi-pribadi yang dihormati.39

Puja sebenarnya adalah menghormati dan menyembah dengan perbuatan, karena

puja merupakan perwujudan dari rasa bhakti dan keyakinan.40

Sedang bhakti-puja sendiri berarti sembah sujud, sembahyang umat Buddha

Maitreya untuk mengingat Tuhan dan memuliakan Buddha Maitreya.41

Bhakti-puja pada Buddha Maitreya bukanlah seuatu yang baru dalam sejarah

Buddhisme. Tradisi tersebut telah lahir dan menyebar luas di India kurang lebih pada abad 2

SM. Kemunculan tradisi ini erat sekali hubungannya dengan kebangkitan gerakan

Buddhisme Mahayana. Sebelumnya dalam kurun waktu kurang lebih 300 tahun setelah

parinirwananya Sang Buddha Sakyamuni, namun setelah kemunculan gerakan Mahayana

dan berdirinya sekte-sekte yang sejalan dengan tuntunan zaman maka lahirlah ide-ide

bhakti-puja pada Buddha dan Bodhisatva selain kepada Buddha Sakyamuni dan pada masa

itu lahirlah tradisi bhakti-puja kepada Buddha Maitreya. Bibit sradha (keyakinan) akan

39 Wawancara pribadi dengan pandita Nirwan, Jakarta, tanggal 25 November 2007. 40 Suwarto, Buddha Dharma Mahayana (Jakarta: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia, 1995), h.

318. 41 Wawancara pribadi dengan pandita Citra Surya, Jakarta, tanggal 20 Februari 2008.

Page 37: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

pemujaan pada Buddha Maitreya sudah ada jauh sebelum ada tradisi bhakti-puja kepada

Buddha Maitreya yaitu pada masa kehidupan Buddha Sakyamuni tepatnya pada saat

selesainya khotbah Sang Buddha yang pertama tentang Buddha Maitreya yang berjudul

“Sutra tentang Bodhisatva Maitreya mencapai Surga Tusita (Mi Lek Song Cin). Dalam

khotbah tersebut Sang Buddha bersabda: “Setelah aku mencapai maha pari-nirwana bila

ada bhiksu-bhiksuni, upasaka-upasika, deva, naga, yaksa dan sebagainya hingga kelompok

rabulata, yang begitu mendengar nama agung Bodhisatva Maitreya terus timbul rasa

gembira maka setelah akhir hidupnya dalam waktu seketika akan mencapai Surga Tusita

dan berkesempatan mendengarkan Maha Dharma Bodhisatva Maitreya”

Sang Buddha melanjutkan: “Bila ada bhiksu-Bhiksuni, upasaka-upasika, deva,

naga bahkan kelompok rabulata bila begitu mendengar nama agung Bodhisatva Maitreya

terus bersikap anjali dan memberi hormat yang tulus, maka terbebaslah orang atau

makhluk ini dari dosa karma samsara 500 kalpa. Dan kepada mereka yang dapat

melaksanakan bhakti-puja menghormati Buddha Maitreya maka orang itu akan terbebas

dari ikatan dosa karma samsara puluhan milyar kalpa, sekalipun tidak berhasil mencapai

Surga Tusita, namun pasti dapat berjumpa dengan Buddha Maitreya pada masa yang akan

datang, mendengar Maha Dharma tak terhingga dan mencapai kesempurnaan”

“Aku bertobat atas semua kesalahanku, dan akan berjuang membimbing umat

manusia ke dalam kebenaran Dharma. Dengan segala ketulusan aku bersumpah sujud ke

hadapan-Mu para Buddha. Semoga dengan ini aku dapat mencapai anuttara prajna

(kebijaksanaan tiada tara)”

Demikianlah perjuangan suci Buddha Maitreya menuju kesempurnaan. Dalam Sutra

Ikrar Semula pertanyaan Bodhisatva Maitreya (Mi Lek Phusak So Wen Pen Yen Cing),

Page 38: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Sang Buddha pada Yang Arya Ananda bahwa Bodhisatva Maitreya telah membina diri

dengan metode yang praktis, mudah dan membahagiakan. Beliau berjuang siang dan malam

dalam tiga waktu dengan sepenuh hati mendisiplinkan badan, dan dengan jubah yang rapi

berlutut berbhakti-puja menghadap ke sepuluh alam sembari berikrar suci sebagaimana yang

tersebut di atas. Inti dari perjuangan Buddha Maitreya untuk mencapai kebuddhaan adalah:

1. Penyesalan dan bertobat

2. Menghormati dan memuliakan semua makhluk

3. Mengasihi semua makhluk.

Inilah semangat perjuangan seorang Bodhisatva yang agung. Dengan panggilan

kasih dan tanggung jawab, Beliau senantiasa penuh penyesalan dan pertobatan yang lahir

dari dasar jiwanya. Dan ini menjadi dasar pembinaan bagi umat Ketuhanan yang memuja

Buddha Maitreya. Samadhi dan pembacaan Parrita diganti dengan bhakti-puja pertobatan

sehari tiga kali sama seperti yang dilakukan Buddha Maitreya. Jiwa yang sadar bertobat tak

akan ada lagi benci maupun dendam, juga keakuan dan keegoisan. Segala kemelakatan dan

noda batin dilenyapkan dengan tobat nurani. Dialah Buddha penerus, Buddha yang akan

datang ke dunia yang penuh dengan kejahatan, kelicikan, kebohongan dan Sang Buddha

pula yang menganjurkan bhakti-puja pada Buddha Maitreya. Inilah sebab-musabab lahirnya

tradisi bhakti-puja pada Buddha Maitreya.42

B. Tujuan Dilaksanakannya Bhakti-puja

Buddha Maitreya mengajarkan bersamadhi dengan cara melaksanakan puja

pertobatan sehari tiga kali (sama seperti yang dilaksanakan oleh Maitreya). Mengapa

Samadhi dengan pertobatan? Karena dalam jiwa yang sadar bertobat takkan lagi ada

42 DPD MAPANBUMI, Buddha Maitreya (Medan: tpn, 2001), h. 40.

Page 39: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

kebencian dan dendam antar sesama. Dan orang yang senantiasa merasa dirinya bersalah

takkan ada lagi ke akuan.

Buddha Maitreya lebih mementingkan semangat cinta-kasih dari sekedar

melaksanakan Samadhi. Kasihnya yang tiada tandingan pada umat manusia sudah

merupakan penaklukkan keakuan dan segala kemelakatan. Beliau tidak perlu melaksanakan

Samadhi untuk menenangkan hati sebab dalam jiwa yang dipenuhi dengan semangat cinta-

kasih takkan ada lagi segala kebencian, ketakutan, kesedihan, dan kebodohan. Jiwa yang

penuh kasih tidak lagi memerlukan segala macam kedamaian. Dan umat maitreya lebih

mangutamakan perilaku amal, siap berkorban bagi orang lain dari pada Samadhi.

Simak ikrar doa pertobatan (Yen Chan Wen) dalam bhakti-puja kita sehari-hari;

Hamba (roh cacat yang tersisa) yang penuh dosa… dengan segala kerendahan

hati belutut di bawah duli Tuhan Yang Maha Esa, menyatakan syukur telah

mendapatkan Transmisi Sejati.

Buddha Maitreya dengan Dharma Agung-Nya yang tak terhingga, melindungi

semua makhluk, dengan ini saya bertobat dan memperbaiki diri untuk ikut berjuang

dalam Wadah Ketuhanan.

Bila terjadi kericuhan di dalam Vihara, sudilah kiranya Yang Maha Suci

Buddha Maitreya mengampuninya. Terpujilah Buddha Maitreya.

Mohon rahmat kasih Tuhan Yang Maha Esa, berkembang jayalah Wadah

Ketuhanan; dengan masa depan yang cemerlang; dan terbebaslah dunia dari bencana

dan marabahaya.

Page 40: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Dengan ikrar dan do’a pertobatan dalam bhakti-puja keseharian kita diajak untuk

berintrospeksi diri, menginsyafkan diri, menyempurnakan diri, menegakkan dan

mengembangkan diri sehingga bisa menyelamatkan Triloka.43

Sementara prinsip perjuangan Maitreya yang memuliakan semua makhluk kita

terapkan dalam bhakti-puja keseharian. Manusia diajarkan untuk memuliakan dan

menghormati Tuhan, semua Buddha, Bodhisatva dan makhluk suci. Dan dengan bhakti-puja

kita juga diajarka untuk rendah hati dan menghilangkan sikap egois.44 Sebab orang yang

dapat melupakan keegoisannya baru dapat memuliakan semua makhluk. Dan orang yang

dapat memuliakan semua makhluk barulah pasti dapat berkorban dan mengasihi semua

bentuk kehidupan. Orang yang dapat melupakan diri sendiri dan memuliakan semua

makhluk takkan lagi ada rasa takut dan sedih, gelisah dan duka derita.45

Kita akan mampu berkorban dan mengasihi semua bentuk kehidupan. Takkan ada

lagi pertikaian. Hatinya senantiasa dipenuhi oleh rasa hormat, tulus dan ikhlas.

C. Tata Cara Bhakti-puja

Dalam pelaksanaan bhakti-puja ada aturan-aturan yang harus diperhatikan dan

dilaksanakan. Pertama-tama yang harus diperhatikan adalah Nama-nama yang disembah,

Waktu dan tempat pelaksanaaannya, dan perlengkapan yang digunakan.

1. Nama-nama Yang Disembah

a. Tuhan Maha Esa

43 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 33. 44 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 33. 45 Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan, Jakarta, tanggal 25 November 2007.

Page 41: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Umat Ketuhanan menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam

semesta; Induk dari semua Buddha dan Bodhisatva; Lao Mu atau Bunda Abadi,

Bunda Ilahi; Pemberi Roh suci kehidupan yang bersemayam di dalam diri kita.

Kasih Tuhan tiada batas, atas restu-Nya kita telah diselamatkan-Nya. Dan kini di

akhir zaman, di bawah kebesaran kuasa Firman-Nya Tuhan mengutus Guru Suci

Dunia untuk menyadarkan hati manusia, bahwa sebenarnya kita semua berasal dari

satu sumber yang sama. Kita semua adalah anak-anak-Nya. Hanya dengan nurani

menyadari semua ini barulah dunia akan damai dan sentosa.

b. Buddha Maitreya

Maitreya artinya cinta kasih, murah hati dan pembawa sukacita. Beliau

adalah Buddha yang akan datang, Guru yang akan membawa manusia menuju dunia

tatanan baru. Ia datang dengan wahyu Ilahi; didampingi para suci, Nabi, Buddha dan

Bodhisatva semesta raya.46

c. Buddha Thien Jan

Terkenal dengan sebutan Bapak Guru Agung, reinkarnasi dari Buddha hidup

Cikung. Beliau dilahirkan pada tahun 1889 di kota Ji Ning, Shan Tong China.47

Momen itu air Sungai Kuning yang berlumpur sepanjang tahun tiba-tiba jadi bening.

Orang-orang tua berkata bila air Huang He (Sungai Kuning) jernih, pertanda ada

orang suci datang ke dunia. Buddha Thien Jan diekspresikan dalam bentuk seorang

ayah berwibawa namun lembut di dalam hati. Bagai cahaya surya menerangi jalan

dan memberikan kehangatan hidup. Beliau menyebarluaskan nilai religius Ilahi

dalam bentuk yang lebih praktis dan kekeluargaan. Sejak menerima wahyu-Nya di

46 Korda IV MAPANBUMI “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 22. 47 Buddha Maitreya, “IKuanisme,” artikel diakses tanggal 11 November 2007 dari www. Maitreyawira.org

Page 42: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

tahun 1930, misi penyelamatan di akhir zaman mulai digelar. Buddha Thien Jan

mencurahkan seluruh perhatian pada misi membangkitkan kesadaran Ilahi dalam diri

setiap manusia. Segala bentuk derita dan hinaan ditanggapi dengan sabar dan

kebajikan Beliau mengayomi serta tahun 1947.

d. Bodhisatva Yek Hui

Juga dikenal sebagai Ibu Guru Suci, Beliau dilahirkan pada tahun 1895 di

kabupaten Shan, Shantung China. Diekspresikan dalam bentuk seorang ibu yang

penuh kasih sayang. Bagai rembulan yang menyejukkan hati. Demi misi

penyelamatan Triloka, Sang Bodhisatva telah banyak mengalami penderitaan dan

hidup nestapa. Dalam rangka pembabaran kebenaran Tuhan di berbagai daerah,

Beliau sering menapaki jalanan bersalju, beristirahat di tempat tidur keras,

menyebrangi sungau demi sungai dan masih banyak lagi penderitaan yang Ia jalani.

Setiap prilaku-Nya mencerminkan kehalusan budi dan kecemerlangan Nurani. Jasa

kebajikan Beliau yang tiada tara adalah menanggung penderitaan umat manusia agar

semakin lancer dalam pembinaan. Bodhisatva Yek Hui wafat pada tahun 1975.48

2. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Adapun waktu pelaksanaan sembahyang sehari tiga kali yaitu pagi sekitar pukul

06.30, kemudian siang hari sekitar pukul 12.00 dan sore hari sekitar jam 18.30. Dalam

pemahaman Maitreya pukul 12.00 itu masa transisi baik dari hawa positif maupun hawa

negatif. Dari pukul 12.00 malam ke pukul 12.00 siang yaitu hawa positif mulai tumbuh

dan puncaknya adalah pukul 12.00 siang, kemudian dari pukul 12.00 siang ke pukul

12.00 malam hawa negatif yang tumbuh.49 Dan tempat untuk sembahyang bisa di vihara

48 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” Cahaya Maitri, no: 26 (September 2001): h. 22. 49 Diambil dari CD ceramah agama yang dibawakan oleh Pandita Nirwan, tanggal 2 November 2007.

Page 43: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

dan bisa di rumah namun akan lebih baik jika dikerjakan di vihara karena kita akan

merasa dapat berkontak langsung dengan Tuhan yaitu melalui sinar lampu suci. Dan hal

lain yang dapat kita rasakan jika sembahyang di vihara misalnya: menjalin hubungan

dengan sesama sehingga kita dapat bersosialisasi dengan baik, kemudian agar kita dapat

menaklukkan sifat malas yang ada dalam diri, dan yang paling penting Vihara adalah

sarana untuk mengundang berbagai kalangan untuk bisa beribadah, berbagi, dan harus

dijaga bersama-sama.50

3. Perlengkapan yang Digunakan dalam Bhakti-puja

Perlengkapan yang harus digunakan dalam pelaksanaan bhakti-puja adalah :

• Ada tiga pelita

• Ada 12 batang dupa

• Ada tiga cangkir yang berisi air Putih, air tea dan cangkir kosong

• Ada Bagan Yang berisi 12 batang dupa

• Kemudian ada buah-buahan.

4. Prosesi Pelaksanaan Bhakti-puja

Adapun prosesi/tata cara pelaksanaan bhakti-puja ada lima urutan atau tahap yang

harus dijalankan. Kelima tahap itu adalah pertama-tama melakukan hormat, kedua

berlutut, ketiga bersujud, keempat Berdiri, dan kelima diakhiri dengan hormat.51 Adapun

penjelasan dari kelima tahap itu, Penulis akan jabarkan satu persatu sebagai berikut :

50 Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan pada tanggal 25 November 2007.

51 Tim Bodhicitta, Panduan Dasar Ritual Kebaktian, h. 3-12

Page 44: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

a. Cou Yi / Hormat

1. Mudra maitri diletakkan di depan dada

2. Bungkukkan badan, arahkan mudra maitri ke depan lutut

3. Berdiri tegak, arahkan mudra maitri di depan

4. Mudra maitri kembali diletakkan di depan dada

Page 45: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

5. Berdiri dengan tegak, kedua tangan lurus di samping

b. Kuei / Berlutut

1. Kaki kiri melangkah kesamping jok

Page 46: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

2. Lutut kanan bersandar di jok

3. Berlutut dan merapatkan kedua kaki, kedua tangan lurus di kedua tangan menarik

jubah bagian belakang

4. Merangkul pertanda suci

Page 47: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

c. Bersujud

1. Angkat mudra maitri dengan jarak satu kepal dari jok dan satu kepal dari mata

2. Hentakkan mudra maitri pada jok sesuai dengan irama protokol

d. Chi / Berdiri.

1. Dalam posisi berlutut, arahkan mudra maitri kedepan mata

Page 48: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

2. Mudra maitri diletakkan di depan dada

3. Luruskan tangan

4. Kaki kiri diletakkan di samping jok, kedua tangan diletakkan di bagian atas lutut,

tangan kiri di atas tangan kanan

5. Kaki kanan kembali ke posisi bediri

Page 49: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

6. Berdiri tegak

e. Cii Kung / Hormat

Dalam pelaksanaan bhakti-puja antara laki-laki dan perempuan berada dalam satu

barisan, di sebelah kanan diisi oleh laki-laki dan sebelah kiri oleh perempuan. Dan dalam

proses pelaksanaannya dipimpin oleh Pandita yang bertugas menancapkan hio di altar

Page 50: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

dan ada 2 protokol yang berada di depan sebelah kanan dan kiri, adapun yang di sebelah

kanan bertugas menyebutkan nama dewa yang bertujuan agar kita dapat berkontak

langsung dengan semua dewa yang sudah kita sebutkan nama-Nya dan di sebelah kiri

bertugas untuk menghitung jumlah sujud selama proses bhakti-puja berlangsung.

Page 51: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

BAB IV

TATACARA BAKTIPUJA

DI VIHARA MAITREYAWIRA

A. Pelaksanaan Bhakti-puja

Baktipuja yang dilaksanakan oleh Umat Maitreya memiliki makna dan hikmah yang

terkandung dari setiap gerakan yang dilakukan, waktu pelaksanaannya, dan perlengkapan

yang disajikan. Adapun makna bhakti-puja bagi umat Maitreya adalah mengingat Tuhan,

mengagung-muliakan dan memuja Buddha Maitreya. Ini merupakan bagian dari iman yang

benar yang harus diimani. Mengagung-muliakan Maitreya bukan hanya mempercayai Budha

Maitreya tetapi bagaimana menghadirkan Buddha Maitreya dalam hidup, bagaimana

mengikuti jejak langkah-Nya, dan bagaimana meneladani pribadi Maitreya dalam hidup dan

dalam berkarya.

Pribadi Maitreya yang berwajah kasih, berprilaku kasih, berhati kasih dan berbahasa

kasih dapat membawakan kedamaian dan ketenangan dalam jiwa, dan ini adalah petunjuk

dalam membangun karya Ilahi, berjuang bersama Maitreya dalam mewujudkan sumpah

agung-Nya yaitu menjadikan bumi yang penuh dengan suka cita. Namun jika tidak dapat

meneladani pribadi Maitreya, adalah hal yang tidak mungkin bisa berjuang dalam misi-Nya,

dan hal yang tidak mungkin untuk bisa memasuki bumi yang telah dijanjikan.

Meneladani pribadi maitreya bukanlah hal yang mudah, tapi dalam kehidupan sehari-

hari di tuntut untuk berjuang agar dapat meneladani pribadi Beliau, misalnya berprilaku kasih

terhadap sesama, mengeluarkan kata-kata kasih yang tidak menyakiti orang lain, belajar

untuk memancarkan wajah penuh kasih yang bisa membawa kedamaian bagi orang lain,

Page 52: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

barhati kasih yang senantiasa memberikan bantuan kepada orang lain dan kesabaran yang

penuh syukur.52 Kemauan belajar untuk meneladani pribadi Maitreya maka dengan bhakti-

puja inilah seseorang dapat mengagung-muliakan Maitreya dalam kehidupannya.

Bhakti-puja dilakukan dalam rangka meneladani perjuangan Buddha Maitreya dalam

hidup, yaitu: penyesalan dan pertobatan, menghormati dan memuliakan semua makhluk, dan

mengasihi semua makhluk.

B. Makna Waktu Pelaksanaan Bhakti-puja

Bhakti-puja dilaksanakan sehari tiga kali sama seperti yang dilakukan oleh Budha

Maitreya. Dalam pandangan umat Maitreya waktu yang 24 jam di bagi dengan 12 masa,

yaitu 2 jam. Dua jam inilah yang dipakai dalam pelaksanaan bhakti-puja sehari tiga kali,

yaitu: pagi hari, siang hari dan sore hari.53

Adapun waktu dalam pelaksanaan bhakti-puja adalah:

1. Pagi hari antara pukul 06.30

2. Siang hari antara pukul 12.00

3. Sore hari antara pukul 18.30

Pagi hari, dalam pandangan umat Maitreya merupakan masa positif di mana pada

masa ini energi positif sangat besar. Pelaksanaan bhakti-puja pada pagi hari mengandung

makna:

a. Menggunakan energi positif ini dengan sebaik-baiknya dengan melakukan bhakti-

puja.

52 Wang Che Kuang, Enam Perbuatan Mulia Sang Pengasih (Jakarta: DPP MAPANBUMI, tt), h. 18-19. 53 Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan, Jakarta, tanggal 25 November 2007.

Page 53: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

b. Pagi hari adalah waktu pertama di mana kita melakukan kegiatan atau berkarya.

Sebelum kita berkarya kita diharuskan untuk menjunjung, berpegang teguh,

berlindung dan bernaung pada firman Tuhan, serta untuk mengagung-muliakan

Buddha Maitreya.

c. Pelaksanaan bhakti-puja di pagi hari dimaksudkan agar dalam melaksanakan tugas

sehari-hari kita selalu meneladani Buddha Maitreya.

Siang hari, dalam pandangan umat Maitreya merupakan masa positif. Pada masa

ini positifnya sangat besar, dikarenakan dari pagi sampai siang hari kita melakukan

kegiatan, dimana dalam kegiatan ini perbuatan, sikap, maupun hati kita sering melakukan

dosa. Oleh sebab itu masa positif ini harus digunakan untuk berbhakti-puja, dimana

tujuannya adalah untuk bertobat dan penyesalan terhadap dosa-dosa yang telah

dilakukan.

Penyesalan dan pertobatan ini mengikuti dan meneladani semangat perjuangan

dari Buddha Maitreya. Penyesalan dan pertobatan semata lahir dari dasar jiwa yang

penuh panggilan kasih dan tanggung jawab. Karena kasih-Nya yang besar beliau

senantiasa merasa bersalah dan berdosa. Amat berbeda dengan orang awam yang kendati

penuh kejahatan namun tetap merasa suci dan mulia.

Dengan penyesalan dan pertobatan diharapkan lahir jiwa yang sadar bertobat dan

tidak akan ada lagi rasa benci dan dendam, juga rasa keakuan dan keegoisan. Segala

kemelakatan dan noda batin dilenyapkan dengan tobat nurani.

Dengan ikrar do’a pertobatan dalam bhakti-puja keseharian kita diajak untuk

berintrospeksi diri, menginsyafkan diri, menyempurnakan diri, menegakkan dan

mengembangkan diri sehingga bisa menyelamatkan Triloka.

Page 54: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Sore hari pukul 17.00-19.00, merupakan masa negatif dan pada masa negatif ini

diharuskan untuk kembali melaksanakan bhakti-puja sebagai tanda rasa syukur kita

kepada Tuhan dan Buddha Maitreya karena sudah memberi kelancaran dalam

mengerjakan tugas hari ini.

Adapun menurut umat Buddha Maitreya hawa positif mulai tumbuh yaitu pada

pukul 12 malam ke jam 12 siang dan puncaknya pada pukul 12 siang oleh karena itu

umat Buddha Maitreya diharuskan sembahyang karena pada waktu inilah masa positif

dan negatif bersatu bersama-sama dan kita dapat menerima hawa positif dan negatif

dengan baik.

C. Makna Simbol-Simbol di Ruang Pelaksanaan Bhakti-puja

1. Ada gambar sebagai symbol nama Tuhan “MU”

2. Ada Patung Maitreya sebagai nabi yang sedang ditunggu kedatangannya.

3. Ada gambar sebagai kesatuan antara alam semesta dan Tuhan. Lingkaran adalah alam

semesta dan titik hitam adalah Tuhan. Jadi antara alam semesta dan Tuhan adalah satu

kesatuan.

4. Ada dua macam meja yaitu: meja yang lebih tinggi melambangkan langit dan meja yang

lebih rendah melambangkan bumi.

5. Ada tiga macam pelita suci yaitu:

Page 55: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

a. Karena meja yang paling tinggi adalah langit maka yang diletakkan adalah pelita Lao

Mu yang berarti kosong dan tiada batas. Pelita Lao Mu juga melambangkan

kebijaksanaan dan cahaya nurani, dan jika seseorang menyalakan pelita maka dapat

menerangi alam semesta, dan menerangi hati kita.

b. Di sebelah kiri disebut Bulan yang melambangkan positif

c. Di sebelah kanan disebut Matahari yang melambangkan negatif.

Adapun inti dari tiga pelita di atas merupakan sebuah ajaran dari Taoisme yang

artinya dari kosong melahirkan ada dan dari ada menjadi banyak.54

Pelita penerangan dipersembahkan dihadapan Buddha agar memperoleh pahala

penerangan dalam kehidupan dan ini dapat mengundang para makhluk pelindung Dharma

lebih banyak lagi, dan juga dapat melindungi kita dari mara bahaya.

Api dalam pengertian sakral akan dapat membakar ke kotoran bathin dan

menerangi perjalanan hidup ini, dan bagi yang mempersembahkan dengan penuh sujud

maka dapat di jauhi dari makhluk jahat.

6. Ada tiga macam cangkir dengan isi yang berbeda yaitu:

a. Cangkir berisi air putih melambangkan langit yang artinya suci, yang bening tidak

tercemar dengan apapun. Adapun teori dari Tiongkok bahwa langit berasal dari hawa

yang ringan kemudian naik ke atas dan terbentuklah langit

b. Cangkir berisi teh melambangkan bumi yang keruh. Dan teori Tiongkok bumi berasal

dari hawa yang berat, keruh dan membeku maka disebut bumi

54 3 Pelita Suci ini merupakan sebuah filosofi idialisme dari ajaran Taoisme sebagai penjelasan bahwa

makhluk hidup yang pertama kali ada di dunia adalah protozoa (sel) yang awalnya hanya satu kemudian berkembang menjadi banyak. (di ambil dari CD ceramah agama yang dipimpin oleh Pandita Nirwan pada tanggal 2 November 2007)

Page 56: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

c. Cangkir kosong yang sediakan untuk Maitreya. Dan air merupakan lambang kehidupan

sekaligus lambang kekuatan berkah dari pensucian dan kebodhian.

7. Ada dua macam bangku yang posisinya di sebelah kanan dan kiri patung Buddha

Maitreya, adapun bangku sebelah kanan disediakan untuk Bapak Guru Agung dan

bangku sebelah kiri disediakan untuk Ibu Guru Suci.

8. Menyediakan dupa 12 batang yaitu: 5 batang pertama disediakan untuk Tuhan (1 batang

di tengah, kemudian di kanan, di atas, di kiri dan terakhir di bawah), 3 batang berikutnya

disediakan untuk para Buddha dan Bodhisatva (1 batang di tengah, lalu di kanan dan

kiri), kemudian 3 batang yang lainnya untuk Maitreya (1 batang di tengah, lalu di kanan

dan kiri) dan 1 batang terakhir untuk Dewa Dapur. 55

Adapun cara menancapkan dupa harus menggunakan tangan kiri karena tangan

kirilah yang paling sedikit melakukan kejahatan dan penancapan dupa dilakukan oleh

umat yang paling tinggi tingkatannya (senior).56

Dupa sebagai pernyataan sikap ketulusan, kesucian, kebesaran Tuhan dan para

Dewa yang dapat membimbing umat ke arah kemajuan, ketentraman, kebijaksanaan dan

dapat mengontak langsung kepada Tuhan, dan para Dewa yang lain yang dapat

menciptakan suasana hikmat dan sakral.

Dupa juga melambangkan jasa dan kebajikan perbuatan baik tanpa pamrih, akan

berubah pahala yang berlimpah-limpah, bagaikan asap dupa dapat menyebar luas

kemana-mana. Dan asap dupa ini bisa masuk ke dalam syaraf sehingga seseorang dapat

menerima hawa positif dan mengusir hawa negatif dan akhirnya bisa tenang.

55 Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan, pada tanggal 25 November pukul 14:00 – 15:30 WIB 56 Di ambil dari www. Geocitis. Com, pada tanggal 02 Februari 2008, pukul 11:30 - 12:00 WIB

Page 57: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

9. Menyediakan buah-buahan segar dan makanan

Buah segar yang tidak berbau dipersembahkan di altar merupakan sikap

pengorbanan tulus terhadap yang dipuja. Dan sebagai tekad mengabdi diri kepada semua

makhluk dan membagi hasil pahala kepada orang lain, juga sebagai amal dari sebagian

hasil yang kita dapatkan.

Ada beberapa dari para makhluk suci (para dewa-dewi) yang hidup dari

persembahan buah-buahan segar dan makhluk-makhluk suci yang telah menerima

persembahan itu akan melindungi kita dari gangguan-gangguan jahat, serta dapat

menimbulkan nilai kesakralan.

Makanan bergizi dipersembahkan di altar yang mana merupakan wujud tekad

yang kuat dari umat untuk mempersembahkan miliknya yang paling berharga untuk

menolong makhluk-makhluk lain.

10. Ada berbagai macam bunga

Bunga ini sebagai tanda kesabaran dan keindahannya dapat menghibur, dapat

memberi kenyamanan saat memandangnya dan kita harus belajar dari bunga agar bisa

memberi kebahagiaan kepada semua orang.

Dan yang paling penting bunga juga sebagai lambang dari ketidak-kekalan hidup

di dunia ini, tumbuh, mekar, layu, dan lenyap. Oleh karena itu selagi kita ada

kesempatan berbadan sehat, kita harus selalu berbuat kebajikan untuk memupuk hidup

yang baik.

Page 58: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

D. Makna dari Prosesi Bhakti-puja

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, prosesi pelaksanaan bhakti-puja

ada beberapa tahap (rukun dalam agama Islam) yang harus dikerjakan, yaitu:

1. Coi Yi/hormat

2. Ku Ei/berlutut

3. Bersujud

4. Chi/berdiri

5. Cii Kung/hormat

Kelima tahap di atas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan oleh yang

melaksanakan bhakti-puja. Pada pembahasan kali ini, Penulis akan menguraikan makna dari

gerakan-gerakan tersebut di atas yang harus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-

hari, karena gerakan-gerakan ini bukan hanya sebagai simbol saja tetapi di dalamnya terdapat

makna-maknanya. Adapun penjelasan dari makna-maknanya penulis menguraikan satu-

persatu.

1. Cuo Yi/hormat

Dalam melakukan bhakti-puja, pertama harus melakukan penghormatan terlebih

dahulu. Hormat ini ada lima gerakan yang harus dijalankan. Kelima gerakan ini

mengandung makna-makna yaitu:

a. Mudra maitri57 diletakkan di depan dada. Ini mengandung makna bahwa kita harus

mempunyai hati yang bersih dan ini di umpamakan seperti hati bayi, karena hati bayi

masih suci dari segala dosa. Selain hati yang suci, kita harus memiliki sifat-sifat

57 Mudra maitri adalah kedua tangan dilipat, tangan kiri di atas karena berarti kebaikan dan tangan kanan di

bawah yang artinya kejahatan. Adapun dalam merangkul tangan, 8 jari tangan dari kanan dan kiri ini mengandung arti 8 budi pekerti(rasa bakti dan rasa malu) dan ke dua jempol mengandung arti langit dan bumi. Oleh karena itu lipatan tangan(pertanda suci) ini menjadi tanda bahwa manusia tidak lepas dari langit dan bumi, artikel diakses tanggal 11 November 2007 dari http//www.Maitreyawira.Org/2007/1205/p01s03-wome. html

Page 59: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

mulia yang ada pada diri bayi yaitu: keikhlasan, kesabaran, tidak serakah, tidak

pendendam, dan selalu pasrah. Dan sifat-sifat seperti bayi ini semuanya ada dalam

diri Buddha Maitreya yaitu: sabar, tabah, lugu, polos, dan jujur, tiada oposisi, tiada

persaingan dan selalu mengalah.58

b. Dalam mengambil hasil yang kita laksanakan, kita harus mengawalinya dengan

menaburkan benih, bercocok tanam, dan memetik hasil. Dan hasil yang kita peroleh

adalah hasil dari apa yang kita usahakan. Jika kita menabur benih kebaikan maka kita

akan memperoleh hasil kebaikan, begitu juka sebaliknya.

c. Gerakan berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping. Ini melambangkan kepasrahan,

siap menjalankan suatu pekerjaan dan mengabdi. Kita harus berserah diri terhadap

ketentuan-ketentuan yang telah digariskan atau ditentukan dengan selalu siap

menjalankannya.59

2. Berlutut (Ku Ei)

Gerakan berlutut ini ada empat gerakan yang harus dijalani sebagaimana yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Adapun makna dari semua gerakan ini adalah:

a. Kekokohan (kuat) dalam beriman

Iman yang di maksud adalah bagaimana kita membawa iman yang benar

dalam kehidupan keseharian kita. Beriman adalah menghadirkan LAO MU, Buddha

Maitreya, dan Dwi Maha Guru Agung dalam jiwa dan prilaku setiap insan Maitreya

58 Wawancara pribadi dengan We Han (Biarawan), Jakarta, tanggal 11 Oktober 2007. 59 Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan, Jakarta, tanggal 25 November 2007.

Page 60: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

dan beriman adalah meyakini LAO MU, Buddha Maitreya dan Dwi Maha Guru

Agung sebagai sandaran kita di dalam membina diri.60

Menurut umat Maitreya, ketulusan berbeda dengan keimanan, dengan

memiliki iman yang benar apapun yang ditemui dalam tugas yang sedang dijalankan

tidak akan merubah hati. Inilah alasannya kenapa iman yang benar sangat penting

untuk dihadirkan, dikembangkan, dan diperjuangkan dalam kehidupan sebagai insan

yang membina diri, karena tanpa adanya keimanan yang benar semua ketulusan

adalah bersifat sementara.

b. Lutut kanan bersandar di jok

Dalam pandangan umat Maitreya kaki kanan adalah simbol laki-laki dan kaki

kiri adalah simbol perempuan. Ini maknanya bahwa seorang laki-laki harus

melindungi dan menjaga kehormatan wanita.

Dalam ajaran Maitreya wanita sangat di junjung tinggi dengan segala

kelebihan dan kekurangannya.61

c. Siap bertobat (berbhakti-puja)

3. Bersujud

Bersujud ini dilakukan sebanyak 600 kali dalam satu waktu sesuai dengan irama

protokol dan rinciannya sebagai berikut: untuk Tuhan YME sebanyak 10 kali, untuk

Buddha Maitreya sebanyak 10 kali, untuk Bodhisatva sebanyak 9 kali dan untuk

60 Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan. 61 Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan

Page 61: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

kedamaian, ketentraman negara bersujud sebanyak 300 kali.62 Adapun makna dari

gerakan bersujud adalah bahwa dalam kehidupan ini ada jarak dan aturan dan hukum

yang harus diperhatikan, dihayati dan dijalankan. Aturan ini yang mengatur jarak antara

manusia dan Tuhan, pria dan wanita, atasan dan bawahan, orang tua dan anak, dan

seterusnya.

Di saat kita sujud alam semesta akan masuk melalui pintu suci oleh karena itu

ketika sedang sembayang atau berbhakti-puja harus khusyu dan konsentrasi agar hawa

suci ini bisa masuk dengan sangat baik ke dalam diri kita.

4. Chi (berdiri)

Tahap keempat dari bhakti-puja adalah chi(berdiri). Gerakan berdiri ini ada 4

tahap yang harus dikerjakan sebagaimana Penulis telah jelaskan.

Adapun makna dari gerakan-gerakan berdiri adalah:

a. Dalam posisi berlutut, mudra maitri diarahkan di depan mata dan makna dari gerakan

ini adalah memberi hormat kepada Tuhan. Sebelum melakukan bhakti-puja

dianjurkan untuk memberi hormat terlebih dahulu kepada Tuhan. Sikap hormat ini

sebagai rasa syukur yang mendalam terhadap segala nikmat yang telah dianugrahkan,

rasa syukur ini dipanjatkan karena dengan percikan Roh Tuhan, manusia bisa hidup,

bisa bekerja, dan mencari nafkah. Tanpa percikan Roh Tuhan, manusia tidak bisa

hidup, tidak bisa bekerja dan tidak bisa mencari nafkah. Tanpa percikan Roh Tuhan,

kita tidak mampu mengamalkan kenyataan nurani untuk mendukung Buddha

Maitreya mewujudkan bumi suci.

b. Mudra maitri diletakkan di depan dada dan maknanya adalah bahwa hati manusia

harus sesuai dengan Tuhan. Ini berarti kita harus menjunjung hati nurani, dan ini

62 Wawancara pribadi dengan Pandita Citra Surya, Jakarta, tanggal 20 Februari 2008.

Page 62: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

merupakan salah satu bagian dari iman yang benar, dan inilah yang harus di imani

dalam setiap kali kita berkarya. Nurani adalah pengendali dalam hidup kita, nurani

adalah hakim dalam hidup manusia. Ketika nurani mulai menghakimi maka dalam

diri tiada lagi kedamaian dan ketenangan. Dalam membina diri yang paling penting

adalah hanya LAO MU yang memahami dan mengetahui dalam bertugas, hanya

Budha Maitreya dan She Chun-She Mu yang memahami dan memaklumi. Inilah dasar

pondasi dalam membina diri.

c. Kaki kiri diletakkan di samping jok, kedua tangan diletakkan di bagian atas lutut,

tangan kiri diatas tangan kanan. Perlu diketahui alasan kenapa tangan kiri di atas dan

tangan kanan di bawah, yaitu karena tangan kiri tidak pernah malakukan kejahatan,

memukul, memotong. Sedangkan tangan kanan dianggap sangat tidak baik karena

tangan kanan sering melakukan kejahatan, memukul, memotong, dan membunuh.

Inilah kenapa tangan kiri dianggap lebih baik dari tangan kanan. Makna yang harus

diamalkan adalah bahwa manusia harus bekerja keras dan bersatu padu. Dan makna

bagi perempuan adalah bahwa kaum perempuan harus setulus hati hormat kepada

langit dan bumi, juga ia harus berbakti dan mengabdi kepada suami dan anak-

anaknya.63

5. Chi Kung (hormat)

Gerakan terakhir dari bhakti-puja adalah kembali hormat. Ini maknanya bahwa

manusia harus memahami dan menghayati bahwa manusia harus mempunyai hati yang

suci seperti bayi dan sikap pasrah dalam menjalankan sesuatu.

Budhisme Maitreya menekankan bahwa di dalam diri setiap manusia memiliki

hati nurani, aku sejati yang abadi, yang paling bajik dan paling indah. Setiap manusia

63 Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan, Jakarta, tanggal 25 November 2007.

Page 63: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

meiliki Buddhata watak diri atau sifat Buddha yang Maha Metta Karuna (cinta kasih),

Maha Prajna (kearifan sejati), serta Maha Suci (penuh kedamaian). Badan jasmani

bukanlah diriku yang sesungguhnya, melainkan Buddha watak diri atau Rohani yang

menempati badan jasmani ini barulah aku yang sesungguhnya.64

Sesungguhnya semua makhluk dengan diriku adalah satu entitas (satu raga). Di

dalam diriku terdapat percikan Roh Tuhan, demikian juga semua isi jagad raya berasal

dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu setelah kita memperoleh Inisiasi Firmani,

harus segera menyadari bahwa aku sejati yang sesungguhnya adalah hati nurani, watak

Buddha. Dengan kesadaran ini kita menjadikan hati nurani, watak Buddha sebagai

pengendali diriku dalam berfikir, bertindak dan berbicara.

Seandainya hati nurani tidak menjadi pengendali diriku, maka semua popularitas,

kekayaan, kemuliaan dan kemakmuran yang dimiliki menjadi tak bermakna, karena

semuanya bersifat semu dan sementara. Hati kita masih tetap penuh dengan kilesa,

kegelisahan, ketidak-puasan, konflik dan tidak pernah bisa merasakan kebahagiaan sejati,

kedamaian dan kepuasan sejati. Sebaliknya jika hati nurani dapat menjadi penguasa

dalam diri maka semua fenomena mulia-hina, kaya-miskin dan lancar-sulit tidak akan

menjatuhkan kita, bahkan dapat dijadikan sebagai unsur pendukung dalam pembinaan

diri maupun menolong orang lain. Kita menjadi pengendali lingkungan, bukan

lingkungan menjadi pengendali jiwaku. Dengan demikian kita akan selalu bahagia dan

tegar dengan keadaan apapun.

Bila dalam kehidupan ini kita dapat merealisasikan Dharma Hati Maitreya dengan

sungguh-sungguh, berupaya terus memberi kepada umat manusia dan membantu misi

penyelamatan Buddha Maitreya dengan sikap tanpa pamrih, pasti bisa merubah karma

64 Tim Kasih Lestari, Sejarah MAPANBUMI (Medan: Maha Vihara Maitreya, 2000), h. 21

Page 64: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

negatif, mencapai pencerahan watak Buddha, memulihkan fungsi hati nurani secara utuh

dan mencapai kesucian Bodhisatva pada kehidupan ini juga.

E. Analisis

Dalam menganalisis, Penulis mencoba untuk menguraikan tentang apa yang Penulis

lihat selama meneliti dan mempeajari tentang Buddha Maitreya dan bhakti-puja di Vihara

Maitreyawira, walaupun sangat terbatas karena ada beberapa hal yang tidak boleh

dipublikasikan dengan banyaknya pertimbangan.

Dalam ajaran Buddha Maitreya bahwa Maitreya sudah datang berkali-kali sebagai

bhiksu baik itu sebelum Buddha Sakyamuni, pada masa Buddha Sakyamuni dan setelah

Buddha Sakyamuni. Dan hal ini yang membedakan dengan Buddha-buddha yang lain, karena

menurut Buddha Mahayana misalnya, Buddha Maitreya ini baru akan turun 5.670.000.000

tahun setelah parinibbananya Buddha Sakyamuni.

Dan ajaran lain, meditasi misalnya. Dalam Buddha-buddha yang lain meditasi artinya

suatu proses untuk menenangkan diri tanpa melakukan apa-apa, tetapi bagi Buddha Maitreya

meditasi adalah berbuat amal kebajikan kepada semua orang, dengan berucap yang santun,

bersikap baik dan berperilaku yang tidak merugikan orang lain. Oleh karena itu umat Buddha

Maitreya selalu menyempatkan berbhakti-puja untuk tetap konsisten dengan hal-hal yang

baik.

Bhakti-puja artinya sembah sujud seorang hamba dengan Tuhan dan ini adalah salah

satu bentuk kerinduan hamba untuk bertemu Tuhan YME dan para Buddha. Sebagaimana

Page 65: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

orang yang sedang jatuh cinta maka setiap saat rasanya dia ingin mengunjungi kekasihnya,

dia rindu untuk bertemu menyampaikan rasa hatinya.65

Dalam agama manapun keinginan untuk bertemu Tuhan itu di wujudkan dengan

sembahyang. Demikianlah orang yang sudah tergetar dengan cinta (Bhakti) kepada Tuhan

akan melaksanakan sembahyang dengan taat, dan setiap datang waktu sembahyang dia akan

merasakan kerinduan yang mendesak. Itulah tandanya orang yang sudah benar-benar merasa

dekat dengan Tuhan.

Sembahyang tanpa dorongan kerinduan walaupun seratus kali dilakukan, jarang untuk

mencapai rasa khusyu dan benar-benar membuat diri kita berserah diri kepada Tuhan.

Kesungguhan dan kemantapan adalah dasar utama untuk dapat merealisasikan Tuhan dalam

fikiran.66

Rasa cinta dan rasa baktilah yang melahirkan suatu keikhlasan untuk berkorban untuk

selalu menyediakan waktu untuk sembahyang atau berbhakti-puja.67

Bhakti-puja dalam ajaran Buddha Maitreya merupakan sembah sujud umat untuk

menjalankan apa yang telah diajarkan oleh Buddha Maitreya dan bhakti-puja dilaksanakan

sebagai nilai ketulusan, ketaqwaan dan nilai tambah seorang hamba dengan junjungannya.68

Bhaktipuja itu sendiri bertujuan agar kita sebagai umat Buddha Maitreya dapat selalu

mengingat dan terus dekat dengan Tuhan YME. Dan yang terpenting adalah dengan bhakti-

puja umat diharapkan untuk melenyapkan rasa benci, marah dan diharapkan untuk menyesali

segala kesalahan, ketidakbaikannya dalam menjalankan kehidupan. Oleh karena itu kita

harus bertobat dan bersujud sebanyak-banyaknya agar dosa kita terhapus.

65 Wawancara pribadi dengan We Han, Jakarta, tanggal 11 Oktober 2007. 66 Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan, Jakarta, tanggal 25 November 2007. 67 Rifa Chairunnisa, “Puja Bhakti dalam Buddha Mahayana: Studi Kasus di Vihara Avalokitesvara,”

(skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negri Jakarta, 2003), h. 26 68 Wawancara pribadi dengan Pandita Citra Surya, Jakarta, tanggal 20 Februari 2008.

Page 66: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Dari berbagai macam upacara yang dilakukan oleh umat Buddha dengan cara dan

corak yang berbeda tetapi bila diteliti semuanya mempunyai makna yang sama.

Dalam ajaran Buddha Maitreya, bhakti-puja bukanlah sesuatu yang dapat

memberikan dosa jika umatnya tidak melaksanakan, hanya saja umat tidak akan merasakan

nilai ketulusan dan nilai tambah untuk bekal di surga.69 Adapun konsep surga dalam konsep

ajaran agama ini yaitu alam para dewa atau tempat lahir kembalinya manusia sesuai dengan

amal perbuatannya. Dan posisi surga berada di bawah nirwana, lalu di bawah surga ada dunia

(tempat tinggal makhluk hidup) dan neraka (tempat roh jahat). Dan bhakti-puja juga salah

satu tanda panggilan sejauh mana kesadaran seseorang terhadap ajaran Buddha Maitreya.70

Dalam ajaran Buddha Maitreya bhakti-puja cara melaksanakanya diawali dengan

hormat, kemudian berlutut, bersujud, berdiri dan diakhiri dengan hormat, dan juga telah

ditentukan waktunya tiga kali sehari.

Setiap gerakan dalam bhakti-puja tentunya mengandung makna yang harus dihayati

dan diamalkan, dan maknanya adalah kepasrahan seorang hamba, menghadirkan Tuhan Yang

Maha Esa dalam hati dan mengagung-muliakan Buddha Maitreya, dalam sujud artinya

manusia merasa tidak berdaya dihadapan Tuhan, sehingga posisi sujud adalah posisi terendah

dan ini menandakan bahwa manusia tidak pantas bersifat sombong dan sepantasnya

mendekatkan diri kepada Tuhan, para Buddha dan Bodhisatva.

Hasil dari wawancara Penulis dengan Pandita dan beberapa orang umat Buddha

Maitryea, Penulis sedikit memahami manfaat dari kegiatan bhakti-puja. Merasakan manfaat

tentunya tidak sama bagi lain orang. Seperti Pak Kimboen setelah berbhakti-puja Beliau

selalu merasa bisa memperbaharui diri dan merasa lebih ringan dalam mengerjakan kegiatan.

69 Wawancara pribadi dengan Pandita Citra Surya, Jakarta, 20 Februari 2008. 70 Wawancara pribadi dengan Aji Dharmaputra (biarawan), Jakarta 12 Maret 2008.

Page 67: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Dan beda lagi manfaat bagi Pak Aji setelah berbhakti-puja Beliau merasa semakin merasa

lebih sabar, lebih bersyukur terhadap kehidupannya.

Adapun dari aspek sosial agar tetap terjaga perdamaian umat Maitreya membiasakan

datang untuk bhakti-puja ke vihara agar umat Maitreya bisa saling mengenal antara yang satu

dengan yang lain dan terjalin hubungan yang baik, bisa saling menghormati, dan saling

memuliakan. Dan dengan kondisi masyarakat dan bangsa yang penuh dengan bencana maka

dengan berbhakti-puja umat Maitreya bersama-sama menggalang kekuatan doa untuk

keselamatan diri sendiri dan masyarakat lainnya. Dan bhakti-puja juga sebagai sarana untuk

membentuk komunitas seiman yang dapat saling memotivasi dalam membina diri.71

Dalam ajaran Buddha Maitreya panduan dasar atau bersumber sama seperti dengan

kitab-kitab aliran Buddha lainnya, yaitu Tripitaka. Secara khususnya yaitu bagian dari

Tripitaka, diantaranya: Sutra Intan, Sutra Hati, Sutra tentang Bodhisatva Maitreya Mencapai

Surga Tusita, Sutra tentang Bodhisatva Maitreya Turun ke Dunia, Sutra tentang Kelahiran

Maitreya Untuk Mencapai Kebuddhaan, Maha Ratna Kuta Sutra. Dan semua Sutra ini adalah

bagian dari Tripitaka itu sendiri.

Dan Konsep Tuhan dalam Buddha Maitreya sama seperti agama pada umumnya,

yaitu bahwa Tuhan adalah Sang Maha Kuasa, Sang Pencipta kehidupan dan Sang Pencipta

yang tidak mengalami lahir dan mati.

Adapun perkembangan Vihara di Jakarta pertama kali didirikan di Palmerah (Vihara

Maitreyawira) yang sekarang berada di Duta Mas Angke Jelambar Jakarta Barat , dan ada

beberapa Vihara lain yang berkembang di Jakarta yaitu: 1. Vihara Sari Putra Maitreya yang

terletak di Kemenangan Jakarta Barat. 2. Vihara Maitreya Jaya yang terletak di Jalan Kramat

Soka, Senen, Jakarta. 3. Maitreya Sakti yang terletak di Pluit Sakti IV Jakarata Utara. 4.

71 Wawancara pribadi dengan Aji Dharmaputra (Biarawan), Jakarta 12 Maret 2008.

Page 68: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Permata Maitreya yang terletak di Taman Permata Indah, Jakarta Utara. 5. Citra Maitreya

yang terletak di Komplek Citra Garden 2, Jakarta Barat. 6. Vihara Maitreya yang terletak di

Komplek Duta Garden, Tanggerang. 7. Jhyhana Maitreya yang terletak di Grogol, Jakarta

Barat. 8. Pahala Maitreya yang terletak di Jelambar Jakarta Barat.

Page 69: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah Penulis berusaha memahami pengertian dari bhakti-puja dan apa tujuan dalam

melaksananya, bagaimana tatacara dan apa makna dari pelaksanaan bhakti-puja dalam ajaran

Buddha Maitreya, Penulis menyimpulkan dalam beberapa poin, sebagai berikut.

Bhakti-puja adalah ritual yang dilakukan oleh umat Maitreya dalam rangka

mengingat Tuhan YME, mengagung-muliakan Buddha Maitreya, dan Bodhisatva dalam

segenap kehidupannya. Bhakti-puja adalah sembahyang yang dilakukan untuk meneladani

nilai luhur Tuhan YME dan meneladani inti dari perjuangan Buddha Maitreya dalam

mencapai kebuddhaan.

Adapun tujuannya yaitu agar umat selalu mementingkan cnta-kasih kepada semua

makhluk, oleh karena itu Buddha Miatreya rela berjuang siang dan malam dalam

melaksanakan bhakti-puja. Bukan hanya itu, tujuan lain dari bhakti-puja umat diajak untuk

selalu bertobat, introspeksi diri, menginsyafkan dan menyempurnakan diri dengan selalu

rendah hati dan menghilangkan sikap egois agar bias berkorban untuk orang lain.

Tatacara pelaksanaan bhakti-puja dilaksanakan sehari tiga kali sama seperti yang

dilakukan Buddha Maitreya, yaitu pagi hari pada pukul 06.30, siang hari pada pukul 12.00

dan sore hari pukul 18.30. Adapun tempat pelaksanaannya bisa dilaksanakan di rumah atau

di vihara baik sendiri atau berjamaah tetapi lebih utama dilaksanakan di vihara secara

berjamaah yang dipandu oleh seorang Pandita dan mengikuti intruksi dari protokol. Dalam

pelaksanaan bhakti-puja ada perlengkapan yang dipakai sebagaimana Penulis telah jabarkan

Page 70: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

dalam Bab Pembahasan. Prosesi pelaksanaan bhakti-puja dilakukan dalam lima tahap yang

dikerjakaan secara berurutan yaitu: pertama melakukan hormat, dilanjutkan berlutut, setelah

itu dilanjutkan dengan bersujud, berdiri, dan dikhiri dengan hormat kembali.

Makna pelaksanaan bhakti-puja dan persujudan bagi umat Maitreya adalah sebagai

tanda bersyukur kepada Tuhan, dewa, nabi-nabi dan leluhur, sebagai kesempatan untuk

bertobat kepada Tuhan, memohon pengampunan dan kekhilafan, sekaligus berupaya untuk

memperbaiki diri dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama atau membuat dosa baru.

Jiwa yang sadar bertobat tidak akan ada lagi benci maupun dendam, juga keegoan dan

keakuan, serta bhakti-puja sebagai sarana pembinaan keimanan hati nurani dalam meneladani

pribadi Buddha Maitreya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap gerakan dalam bhakti-puja

mengandung makna yang harus dihayati dan diamalkan. Inti makna dari keseluruhan bhakti-

puja adalah satu kebulatan, satu iman, dan satu Tuhan.

Demikianlah pembahasan mengenai tatacara dan makna bhakti-puja dalam ajaran

umat Maitreya yang dapat Penulis paparkan. Penulis berharap masukan berupa saran dan

kritik yang membangun. Akhirnya, Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat

khususnya dalam Khazanah ilmu pengetahuan terutama bagi mereka yang memiliki perhatian

terhadap perbandingan agama. Selain itu, semoga tulisan ini bemanfaat dalam rangka

menimbulkan pengertian serta keharmonisan antar umat beragama.

Page 71: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

DAFTAR PUSTAKA

Buddha Maitreya. “Makna Baktipuja” Artikel diakses tanggal 2 Desember 2007 dari

http://www.Inla Indonesia.org/2007/1205/p01s03-wome.html Dhavamony, Mariasusai. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1995. DPP Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (DPP MAPANBUMI). DPP Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (DPP MAPANBUMI). Buku Kenangan

Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira. Jakarta: DPP MAPANBUMI, 1994. DPP Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (DPP MAPANBUMI). Sejarah Vihara di

Indonesia. Medan: Maha Vihara Maitreya, 2000. Dwiyanti. “Fungsi Vihara Bagi Umat Buddha.” Skripsi S1 Sekolah Tinggi Agama Buddha

Nalanda Jakarta, 1997. Hamid Nasuhi dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Jakarta:

CeQda UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Kao San Yii Ren. Tiga Panutan Nurani. Jakarta: DPP MAPANBUMI, September 2001. Pandit J. Kaharudin. Kamus Buddha Dharma. Jakarta: Tri Sattva Buddhis Centre, 1994. Panduan Dasar Ritual Kebaktian. Jakarta: DPP MAPANBUMI, tanpa tahun. Pusdiklat Buddhis Maitreyawira. Proposal Perluasan Bangunan Vihara. Jakarta: PBM, 26 Juni

2001. Syahputra. Dkk. Keluhuran Sebuah Vihara. “Cahaya Maitri” no. 26 Jakarta: DPP

MAPANBUMI, September 2001. Syahputra. Dkk. Kemuliaan Membangun Karya Illahi Dalam Iman Maitreya. “Maitreyawira”

no. 22 Jakarta: DPP MAPANBUMI, Desember 2004. Syahputra. Dkk. Suka Cita Sang Pengasih.” Suara Dharma Maitreya” no. 14 (April 2004). Tim Cahaya Maitri. Buddha Maitreya. Medan: Maha Vihara Maitreya, tanpa tahun. Wang Che Kuang. Enam Perbuatan Mulia Sang Pengasih. Jakarta: DPP MAPANBUMI, 2002. Wang Che Kuang. Maha Dharma Maitreya. Jakarta:DPP MAPANBUMI, Mei 2001.

Page 72: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Wang Che Kuang. Tri Mustika Maitreya. Jakarta: DPP MAPANBUMI, 2001. Wawancara Pribadi dengan Pandita Citra Surya. Jakarta, tanggal 20 Februari 2008. Wawancara Pribadi dengan Pandita Halim Zen Bodhi. Jakarta, tanggal 20 Februari 2008. Wawancara Pribadi dengan Pandita Nirwan. Jakarta, tanggal 25 November 2007.

Page 73: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Lampiran 1

1. Pengertian bhakti-puja menurut Pandita?

Bhakti-puja artinya sembah sujud, kontak batin dengan para Buddha, Bodhisatva, memuja,

menghormati dan berbakti dengan menjalankan ajaran para Buddha. Dan selain menghormati

Tuhan, para Buddha dan Bodhisatva dengan bhakti-puja juga artinya kita menghormati orang

tua.

2. Bagaimana dengan sejarah dari bhakti-puja itu sendiri Pandita?

Adapun sejarah dari bhakti-puja berawal dari seorang Patriat ke-9 yang membawa dharma

dan doktrin dari berbagai aspek agama yang ada di Tiongkok (Konfusius, Tao dan Buddha).

Patriat ke-9 ini tidak mengajarkan dharma dengan membaca Parita dan meditasi. Karena

menurut Beliau manusia tidak perlu melepaskan kiles (kerisauan).

3. Apa tujuan dari bhakti-puja itu Pandita?

Tujuan dari bhakti-puja adalah agar kita selalu bersyukur dan selalu mendekatkan diri dengan

Tuhan YME, para Buddha dan Bodhisatva, karena dengan bhakti-puja kita dapat melatih diri

untuk meneladani peribadi luhur dan penuh kasih dari Buddha Maitreya. Bhakti-puja juga

sebagai tanda bahwa kita manusia beriman, bertaqwa dan sebagai sarana untuk bertobat atas

kesalahan dan dosa yang sudah kita lakukan. Dan bhakti-puja juga bisa dijadikan sebagai

sarana inrtopeksi diri agar manusia bisa mengenal kekurangan diri sendiri yang tujuannya

agar manusia dipenuhi dengan, kasih sayang, cinta kasih dan kedamaian agar tekun dan tidak

malas.

Page 74: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

4. Apa makna dari prosesi bhakti-puja itu pandita?

Adapun makna dari bhakti-puja adalah agar manusia selalu memuliakan Tuhan, para

Buddha dan Bodhisatva. Kemudian agar manusia senantiasa bersyukur dan menjadikan

Buddha sebagai pengendali diri dalam berfikir, berbicara dan bertindak. Danmanusia juga

bisa selalu bertobat dan memohon agar tidak melakukan kesalahan. Karena Hati nurani

dalah milik manusia yang paling penting untuk kontak hati dengan Tuhan.

Bhakti-puja sehari tiga kali dengan hati nurani dan kontak langsung dengan Tuhan agar kita

dapat melepaskan sifat-sifat duniawi, bisa mensucikan sepirit kita untuk mencapai

kecemerlangan dan yang paling penting kita merenungkan isi dan hasil perenungan itu

hendaknya dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Kalau dalam Islam di wajibkan sholat apakah dalam Buddha Maitreya di wajibkan bhakti-

puja?

Bhakti-puja dalam ajaran Buddha Maitreya tidak di wajibkan akan tetapi sangat dianjurkan

bagi umat, karena dengan bhakti-puja ini dapat mengukur nilai ketulusan seseorang sebagai

manusia yang dikasihi oleh Maitreya.

6. Apakah berdosa kalau tidak melaksanakan bhakti-puja?

Kalau manusia tidak melaksanakan bhakti-puja maka dia tidak berdosa akan tetapi hanya

tidak mendapat nilai tambah dari ketulusan untuk kenirwanaan di surga.

7. Kapan pelaksanaan bhakti-puja dan kenapa dilakukan di waktu itu?

Bhakti-puja dilaksanakan sehari tiga kali yaitu pagi hari pada pukul 06:30 WIB, siang hari

pada pukul 12:00 WIB dan sore hari pada pukul 18:30 WIB.

Page 75: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Pagi hari adalah adanya masa positif oleh karena itu kita diperintahkan berbhakti-puja agar

apa yang hendak kita laksanakan hari ini dapat berjalan dengan lancer dan mendapat

kemudahan.

Sinag hari adalah masa transisi antara masa positif dan negatif yang puncaknya sekitar pukul

12:00 oleh karena itu kita dianjurkan berbhakti-puja agar kita benar-benar menerima hawa

positif dan negatif dengan baik.

Sore hari kita dianjurkan berbhakti-puja sebagai tanda rasa syukur karena dalam satu hari ini

kita telah diberi kemudahan dan berkarya dengan baik..

8. Apa yang terpenting dalam ajaran Buddha Maitreya Pandita?

Yang terpenting dalam ajaran Buddha Maitreya adalah memperbaiki moral umat,

mengimpasi dosa karma kita, perbanyak berbuat bajik, tahan derita, berbuat jasa pahala dan

tidak berpaling dari hati nurani. Karena ajaran tertinggi adalah prilakumu.

Lampiran II

1. Pengertian bhakti-puja menurut anda?

Bhakti-puja adalah sembah sujud dan penghormatan yang diajarkan oleh Buddha Maitreya

agar kita mampu mencontoh nilai luhur seperti yang dilakukan oleh Buddha Maitreya.

2. Apakah anda mengetahui sejarah dilaksanakannya bhakti-puja?

Page 76: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Sang Buddha melihat bahwa dunia saat ini sangat dipenuhi dengan kejahatan oleh karena itu

beliau bersumpah untuk lahir di akhir zaman dan rela menderita untuk umat manusia, beliau

lahir untuk menebus kesalahn seluruh umat manusia.

3. Apa tujuan dari bhakti-puja menurut anda?

Tujuan bhakti-puja agar kita semakin dekat dengan Tuhan, para Buddha dan Bodhisatva.

Dengan bhakti-puja orang selalu bisa bercermin terhadap nilai luhur Tuhan, Buddha dan

Bodhisatva sebagai sarana bagi umat untuk bertobat dan intropeksi diri.

4. Apa makna dari kegiatan bhakti-puja menurut anda?

Makna seluruh dari bhakti-puja yaitu bersatunya hati nurani kita dengan Tuhan, hal ini agar

kita sebagai manusia tidak selalu mengutamakan dunia dan kita bisa konsentrasi beribadah

dengan untuk mencapai kemuliaan.

5. Apakah bhakti-puja wajib dilaksanakan?

Bhakti-puja dalam ajaran Buddha Maitreya hanya dianjurkan dan tidak di wajibkan akan

tetapi alangkah baiknya jika dilaksanakan.

6. Apakah berdosa kalau tidak menjalankan bhakti-puja?

Seseorang tidak akan berdosa kalau tidak melaksankannya.

7. Kapan pelaksanaan bhakti-puja dan apa maknanya menurut anda?

Bhakti-puja dilaksanakan tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 06:30, siang hari

pukul 12:00 dan malam hari pukul 18:30.

Dilaksanakan pagi hari agar seseorang dalam melaksanakan tugas sehari-hari selalu

meneladani Buddha Maitreya dan seseorang diberi kemudahan dalam memulai aktifitas.

Page 77: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Dilaksanakan siang hari karena setelah seharian melaksanakn kegiatan yang mungkin telah

melakukan kejahatan tanpa disadari, kita berbhakti-puja untuk bertobat.

Dilaksankan malam hari sebagai intropeksi diri setelah satu hari beraktifitas dan bersyukur

karena telah diberi kemudahaan.

8. Apa ajaran penting dalam Buddha Maitreya?

Ajaran Buddha Maitreya yang paling penting yaitu agar manusia selalu berbuat baik kepada

sesama, selalu intropeksi diri, dan berpegang teguh pada hati nurani.

Page 78: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

lampiran III

1. Pengertian bhakti-puja menurut anda?

Salah satu cara berdoa, bersyukur, memuliakan, bertobat dan memohon kekuatan dan

lindungan.

2. Bagaimana dengan sejarah bhakti-puja menurut anda?

Bhakti-puja sudah ada dari masa leluhur dan ini menjadi turun-temurun untuk saya.

3. Apa tujuan bhakti-puja menurut anda?

Tujuan bhakti-puja yaitu kembali ke nurani, bersatu hati dengan Tuhan, Buddha Maitreya

dan dan bodhisatva, dan untuk mendoakan orang-orang sekitar dan dunia.

4. Apa makna prosesi bhakti-puja menurut anda?

Makna dari prosesi bhakti-puja yaitu memuliakan dan bersyukur, bertobat dan memohon

untuk mengkoreksi diri karena manusia sering melakukan dosa.

5. Kalau dalam Islam di wajibkan sholat apakah dalam ajaran Buddha Maitreya di wajibkan

berbhakti-puja?

Bhakti-puja dalam ajaran Buddha Maitreya tidak di wajibkan akan tetapi sangat dianjurkan.

Karena bhakti-puja menjadi tolak ukur sejauh mana kesadaran diri untuk mengikuti ajaran

Buddha Maitreya.

6. Apakah berdosa kalau tidak melaksanakan bhakti-puja?

Tidak berdosa hanya saja tidak mendapat nilai tambah untuk bekal hidup.

7. Kapan pelaksanaan bhakti-puja dan kenapa dilakukan di waktu itu?

Page 79: MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN …

Bhakti-puja dilaksanakan tiga kali sehari yaitu pagi hari pukul 06.30 WIB, siang hari pukul

12.00 WIB dan sore hari pukul 18.30. adapun maknanya agar seseorang tetap mengingat

Tuhan, para Buddha dan Bodhisatva pada pagi hari, siang hari dan malam hari.

8. Apa yang terpenting dalam ajaran Buddha Maitreya menurut anda?

Yang terpenting dalam ajaran Buddha Maitreya adalah meneladani sifat Maitreya untuk

membuat dunia menjadi satu keluarga.