makanan sehat.docx

3
Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari keseluruhan aktifitas anak sehari-hari termasuk aktifitas makan. Banyaknya aktifitas di sekolah membuat anak-anak jajan di sekitar lingkungan sekolah. Anak- anak suka sekali jajan jajanan yang dijual di pinggir jalan dan sekolah. Jajanan tersebut harganya sangat murah dan juga rasanya tidak kalah dengan jajanan sehat yang dijual di toko-toko. Tapi selain harganya yang murah, jajanan tersebut mengandung sejuta keburukan untuk tubuh kita. Bahkan jajanan tersebut beresiko kanker ketika mereka sudah dewasa. Penjual jajanan seperti cimol, bakso tusuk, tempura, dan sebagainya biasanya menyediakan saos untuk para pembelinya. Biasanya, saos yang mereka gunakan adalah saos yang merupakan hasil olahan industri rumah tangga yang tidak terdaftar di Depkes. Harganya memang murah karena bahan pembuatannya bukan dari buah cabai asli melainkan sudah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti tomat busuk, cabai busuk, papaya busuk, dan ketela busuk. Bahan-bahan tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Bahan dasar saos yang sudah busuk dapat menyebabkan sakit perut dan diare. Biasanya penjual juga menambah pewarna tekstil seperti rhodamint agar penampilannya menarik konsumen. Rhodamint adalah zatpewarna sintesis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas. Tidak hanya sekadar pusing belaka yang ditakutkan, melainkan juga bahaya jangka panjangnya. Zat seperti rhodamint jika masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan reaksi toksik dan karsinogen dalam tubuh. Konsumsi pewarna tekstil yang berlebihan dapat mengakibatkan iritasi pada pernafasan, gangguan mata, dan sakit perut. Bahan dasar cimol, cireng dan jajanan sejenis seharusnya menggunakan tepung sagu. Tapi yang beredar di masyarakat saat ini adalah jajanan berbahan dasar boraks, benzoate, formalin dan tawas. Penjual menggunakan bahan-bahan berbahaya tersebut supaya awet, kenyal, menarik, dan juga supaya keuntungan yang penjual dapatkan lebih tinggi. Formalin adalah bahan untuk mengawetkan mayat. Penjual menggunakan bahan formalin supaya dagangannya bisa awet berhari-hari jika tidak laku. Selain formalin pembuatan bakso mencampurkan bahan kimiawi boraks juga. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptik kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat di dalamnya. Akibat penggunaan boraks akut antara

Upload: frsiscamkak1

Post on 19-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sehat

TRANSCRIPT

Page 1: makanan sehat.docx

Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari keseluruhan aktifitas anak sehari-hari termasuk aktifitas makan. Banyaknya aktifitas di sekolah membuat anak-anak jajan di sekitar lingkungan sekolah. Anak-anak suka sekali jajan jajanan yang dijual di pinggir jalan dan sekolah. Jajanan tersebut harganya sangat murah dan juga rasanya tidak kalah dengan jajanan sehat yang dijual di toko-toko. Tapi selain harganya yang murah, jajanan tersebut mengandung sejuta keburukan untuk tubuh kita. Bahkan jajanan tersebut beresiko kanker ketika mereka sudah dewasa.

Penjual jajanan seperti cimol, bakso tusuk, tempura, dan sebagainya biasanya menyediakan saos untuk para pembelinya. Biasanya, saos yang mereka gunakan adalah saos yang merupakan hasil olahan industri rumah tangga yang tidak terdaftar di Depkes. Harganya memang murah karena bahan pembuatannya bukan dari buah cabai asli melainkan sudah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti tomat busuk, cabai busuk, papaya busuk, dan ketela busuk. Bahan-bahan tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Bahan dasar saos yang sudah busuk dapat menyebabkan sakit perut dan diare. Biasanya penjual juga menambah pewarna tekstil seperti rhodamint agar penampilannya menarik konsumen. Rhodamint adalah zatpewarna sintesis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas. Tidak hanya sekadar pusing belaka yang ditakutkan, melainkan juga bahaya jangka panjangnya. Zat seperti rhodamint jika masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan reaksi toksik dan karsinogen dalam tubuh. Konsumsi pewarna tekstil yang berlebihan dapat mengakibatkan iritasi pada pernafasan, gangguan mata, dan sakit perut.

Bahan dasar cimol, cireng dan jajanan sejenis seharusnya menggunakan tepung sagu. Tapi yang beredar di masyarakat saat ini adalah jajanan berbahan dasar boraks, benzoate, formalin dan tawas. Penjual menggunakan bahan-bahan berbahaya tersebut supaya awet, kenyal, menarik, dan juga supaya keuntungan yang penjual dapatkan lebih tinggi. Formalin adalah bahan untuk mengawetkan mayat. Penjual menggunakan bahan formalin supaya dagangannya bisa awet berhari-hari jika tidak laku. Selain formalin pembuatan bakso mencampurkan bahan kimiawi boraks juga. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptik kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat di dalamnya. Akibat penggunaan boraks akut antara lain muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi susunan syaraf pusat. Bahkan tingkat stadiumnya sudah kronis penderita biasanya menderita kanker, anemia, rambut rontok, dan gangguan pencernaan.

Bahaya jangka panjang yang lain juga muncul bila jajanan sampai tercemar cacing. Kebanyakan penjual membuat jajanan tersebut dengan proses yang tidak higienis. Proses pembuatan jajanan yang tidak higienis menyebabkan cacing, bakteri dan kuman yang berbahaya bagi tubuh masuk ke jajanan tersebut. Selain karena pembuatan yang tidak higienis, ternyata cacing juga terdapat di toko tempat bahan dasar dijual. Pernah diselidiki kebanyakan sayur mayur mentah di supermarket mengandung telur cacing perut karena sebelum dibawa ke kota, dibersihkan memakai air selokan di gunung. Air selokan umumnya sudah tercemar tinja berpenyakit. Telur cacing juga dapat pula dibawa oleh jemari penjaja makanan (gado-gado, rujak, buah dingin, karedok, ketoprak) bila penjaja makanan (food handle) mengidap penyakit cacing. Beribu-ribu cacing, bakteri, dan kuman yang masuk dalam makanan dapat menyebabkan sakit perut, muntah, diare, dan keracunan. Tidak sedikit kasus keracunan makanan hingga menyebabkan kematian.

Page 2: makanan sehat.docx

Tidak sedikit penjual minuman yang menggunakan air mentah. Para penjual menggunakan air mentah untuk menekan biaya produksi sehingga keuntungannya meningkat. Air mentah mengandung bakteri dan mikroba yang berbahaya bagi tubuh. Tanpa pemasakan air hingga mendidih bakteri dan mikroba tersebut tidak akan mati. Bakteri dan mikroba tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti desentri, muntaber, bahkan kolera.

Untuk menambah kelezatan rasa tidak jarang penjual menambahkan penyedap rasa sintetis seperti vetsin dan MSG. Semakin banyak penggunaan penyedap rasa semakin sedikit biaya produksi yang digunakan. Padahal penggunaan penyedap rasa yang berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, pusing-pusing bahkan alergi bagi yang tidak tahan. Bahaya besar jangka panjangnya apabila dikonsumsi rutin untuk jangka waktu yang lama dapat memperburuk susunan saraf pusat. Bagi mereka yang ingin aman, masakan di rumah sendiri sama sekali bebas penyedap buatan. Rasa gurih sehatnya cukup hanya mengandalkan bahan alami, seperti rasa kaldu ayam, sapi atau ikan belaka. tanpa perlu menambahkan bumbu penyedap buatan.

Banyak penjual gorengan di pinggir jalan menggunakan minyak jelantah atau minyak goreng bekas, minyak oplosan, dan minyak saringan. Penjual menggunakan minyak goreng bekas jelas untuk mengeruk keuntungan semata. Harga minyak goreng mahal dan penjual harus membeli banyak jika ingin memproduksi jajanan dalam jumlah banyak. Penggunaan minyak goreng bekas dapat menyebabkan reaksi karsinogenik dalam tubuh yang memicu kanker, terutama kanker usus besar.

Jajanan yang dijual di pinggir jalan dengan harga yang lebih terjangkau, tak mungkin sepenuhnya menggunakan gula asli seperti gula pasir maupun gula merah, melainkan memilih gula bibit. Gula bibit tidak semuanya aman bagi kesehatan. Sebut saja gula sakarin dan aspartam, yang jauh lebih murah dibanding gula asli. Bisa dipastikan jenis gula bibit murah begini, yang sudah dilarang digunakan, masih saja dipakai oleh rata-rata pembuat makanan dan minuman rumahan. Limun, sirup, saus dan kecap murah, pasti mencampurkan gula bibit, kalau bukan tidak mungkin dijual murah. Pemanis buatan lain tentu ada yang lebih aman, dari daun stevia, misalnya. Namun, karena harganya tidak terjangkau, pedagang memilih gula buatan yang lebih murah. Belakangan pemanis buatan aspartam juga gencar dilarang, lantaran efek buruknya, antara lain diduga terhadap otak. Namun, masih banyak jajanan dan penganan, selain industri makanan yang menggunakan aspartam.

Seharusnya para penjual menggunakan bahan-bahan yang tidak berbahaya supaya kesehatan anak-anak terjamin. Tapi mereka pasti akan mengeluhkan biaya produksi yang akan naik jika menggunakan bahan-bahan dari pabrik yang tingkat kesehatan dan gizinya relatif terjamin. Para penjual akan mengkhawatirkan harga jual yang naik dan makin sedikit konsumen yang akan membeli dagangannya. Jika hal ini terjadi penjual sebaiknya memberi label bahwa dagangannya dibuat dari bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan pada gerobak dagangan mereka. Dengan pemberian label seperti itu maka orangtua akan menyuruh anaknya supaya membeli jajanan tersebut. Lalu jumlah konsumen tidak akan berkurang.