makalah trakheostomi
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena penulis telah dapat
menyelesaikan makalah ini, dengan tidak ada hambatan yang berarti. Makalah ini penulis
buat dari tanggal 29 mei 2010 sampai dengan selesai.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat dosen
pembimbing dan rekan-rekan dikelas keperawatan IV/D yang telah banyak membantu
dalam memberi dorongan dalam menyelesaikan makalah ini.
Hasil makalah ini tentunya belum sempurna, namun bagi penulis hasil ini
sangatlah berarti terutama dapat memberikan dorongan dan sekaligus tantangan untuk
berkarya sebagai pengisi kegiatan dari aktivitas remaja yang dituntut untuk terus berkarya
dan berkreasi mengisi masa depan yang penuh tantangan. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mohon saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.
Bengkulu, 31 juni 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trakheostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding
depan/anterior trakea untuk bernapas. Menurut letak stoma, trakeostomi
dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah
cincin trakea ketiga. Sedangkan menurut waktu dilakukan tindakan maka
trakeostomi dibagi dalam: 1. trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan
persiapan sarana sangat kurang), 2. trakeostomi berencana (persiapan sarana
cukup) dan dapat dilakukan secara baik.
Trakheostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk
membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang
dipergunakan dalam membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas
dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam
ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan, bukan
hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat menyembuh dalam waktu satu
minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan),
lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari
trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat
diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi;
alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar
(circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk
semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai
sinonim dari trakeotomi.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada pasien trakheostomi.
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis trakeotomi dan
trakheostomi
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien
trakheostomi, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan
intervensi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien trakheostomi,
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan
keperawatan pada klien trakheostomi.
2. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien trakheostsmi
3. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa praktikum dalam penatalaksanaan
trakheostomi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Teori Trakheostomi
2.1.1 Pengertian
Trakheotomi adalah suatu prosedur pengirisan trakea.(irman sumantri,
2008)
Tracheotomy berarti untuk membagi(memotong), trakea (betang
tenggorok). Lubang dibuat disebut trakeastomi.
Trakeostomi diturunkan dari bahasa yunani dengan mengambil kata
trachea arteria (menembus arteri) dan tome (memeotong).
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan/
anterior trakhea untuk benafas dengan membuka dinding depan/ anterior trakea
untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
memintas jalan nafas bagian atas (Adams,1997).
Trakeastomi adalah operasi pembuatan suatu lubang di trakea (irman
sumantri, 2008)
2.1.2 Faktor Pencetus
Masalah pada jalan napas adalah sumbatan. Sumbatan dapat terjadi
baik total maupun parsial. Sumbatan total terjadi karena benda asing yang
menutup jalan napas secara tiba-tiba. Sedangkan sumbatan parsial dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu:
a. Sumbatan Karena Cairan
Setiap pasien trauma beresiko mengalami sumbatan jalan nafas
karena cairan yang disebabkan oleh darah, secret dan lain-lain. Sumbatan
karena cairan dapat mengakibatkan aspirasi yaitu masuknya cairan asing
kedalam paru-paru penderita. Upaya penanganan sumbatan jalan nafas
karena cairan adalah dengan melakukan penghisapan atau suctioning
sesegera mungkin.
b. Sumbatan Karena Pangkal Lidah
Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran, maka
mungkin pangkal lidah akan jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring.
Hal ini karena ototo-otot penyanggah lidah lemas atau mengalami
kelumpuhan. Cara mengatasi sumbatan jalan nafas karena sumbatan
pangkal lidah pada prinsinya adalah mengangkat pangkal lidah agar tidak
menyumbat jalan nafas.
c. Sumbatan Anatomis
Sumbatan anatomis disebabkan oleh penyakit saluran nafas atau
karena adanya trauma yang mengakibatkan pembekakan/ udema pada
jalan nafas (ex. Trauma inhalasi pada kebakaran). Penanganan sumbatan
karena antomis seringkali membutuhkan penanganan secara surgical
dengan membuat jalan nafas alternatif tanpa melalui mulut atau hidung
penderita.
2.1.3 Indikasi
Indikasi dari trakeostomi antara lain:
1. Mengatasi obstruksi laring
2. Mengurangi ruang rugi (dead air spase) di saluran nafas bagian
atas
seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya
stoma maka seluruh oksigen yang hirupnya akan masuk ke dalam paru
tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada
penderita dengan kerusakan paru yang kapasitas vitalnya berkurang.
3. Mempermudah penghisapan sekret dari bronkus dari penderita yang
tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik misalnya pada
penderita dalam keadaan koma.
4. Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan)
5. Untuk mengambil benda asing dari subgiotik apabila tidak
mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi
2.1.4 Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi, tetapi pada obstruksi saluran pernapasan
yang berat lebih cepat bila dilakukan krikotirotomi.
2.1.5 Fungsi Trakheostomi
Fungsi dari trakheostomi antaralain:
1. Mengurangi jumlah ruang hampa dalam traktus trakheobronkial 70
sampai 100 ml. Penurunan ruang hampa dapat berubah ubah dari 10
sampai 50% tergantung pada ruang hampa fisiologik tiap individu
2. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya
mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara
sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi
alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar
(paling sedikit pipa 7)
3. Proteksi terhadap aspirasi
4. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat
penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
5. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
6. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus.
7. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke
perifer oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase
inspirasi batuk yang normal
2.1.6. Jenis Tindakan Trakheostomi
a. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam
ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga
sepanjang 4-5 cm.
b. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat
darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan
dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka
penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
c. Mini Tracheostomi
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan
trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Alat Yang Diperlukan
1. Pisau
2. Pinset anatomi
3. Gunting panjang tumpul
4. Sepasang pengait tumpul
5. Klem arteri
6. Gunting kecil yang tajam
7. Kanul trakea dengan ukuran sesuai
8. Spuit untuk anastesi obat anestesi
9. Kain kassa
10. Tali pengikat kanul trachea
11. Antiseptic serta kain steril
2. Tehnik Trakheostomi
a. Pasien ditidurkan terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga
memudahkan kepala untuk diekstensikan.
b. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan
ditutup dengan kain steril.
c. Disuntikkan obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan
fossa suprasternal secara infiltrasi.
d. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid
sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan
pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal
atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan
terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.
e. Jaringan subkutis dibuka dengan gunting panjang yang dibuka (dengan
bagian belakang gunting) lapis demi lapis sehingga fasia pretrakea juga
terpotong. Pada tiap lapis, perawat mengikuti dengan menahan jaringan
retractor.
f. Setelah pretrakea terpotong akan tampak trakea. Tanda trakea ialah adanya
cincin tulang rawan yang berwarna keputihan.
g. Untuk membuktikan fasia trakea ialah dengan spuit yang berisi sedikit
cairan. Bila ditusuk trakea akan timbul gelembung
h. Dengan pisau tajam, tulang rawan trakea ke tiga diinsisi, kemudian tulang
rawan dipegang dengan klem arteri dan dibuat lubang bulat dengan
bantuan gunting pendek yang tajam. Lubang dibuat sesuai dengan kanul
yang digunakan.
i. Pendarahan dirawat
j. Dimaskkan kanul trakea kedalam lubang yang dibuat, kemudian diikat
disekitar leher
k. Dibawah kanul diletakkan kain kassa untuk menampung secret yang
dibatukkan dari secret.
2.1.8 Perawatan Paska Trakeastomi
Setelah trakeastomi dilakukan :
1. Rontgen dada untuk menilai posisi tube dan melihat timbul atau
tidaknya komplikasi.
2. Antibiotic untuk menurunkan resiko timbulnya infeksi
3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa
trakeastomi.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi dini yang sering terjadi:
1. Perdarahan
2. Pneumothoraks terutama pada anak-anak
3. Aspirasi
4. Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi
5. Paralisis saraf rekuren
Komplikasi lanjut :
1. Perdarahan lanjutan pada arteri inominata
2. Infeksi
3. fistula trakeoesofagus
4. Stenosis trakea
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Trakheostomi
2.2.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
tanggal dan jam masuk RS, nomor registrasi dan diagnosis medis.
2. Keluhan Umum
Sering menjadi alasan klien untuk minta pertolongan dengan keluhan tidak
bisa bernapas.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Sebagian besar penderita yang bermasalah pada gangguan jalan napas sering
menimbulkan gejala. Gejala yang dimaksud seperti sesak napas, tidak bisa
bernapas dan napas tersumbat.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada riwayat gangguan jalan napas/sumbatan sebelumnya, kondisi
yang mempengaruhi pernapasan paru-paru dapat memicu terjadinya
gangguan jalan napas seperti sumbatan pada jalan napas.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat kesehatan anggota keluarga yang menderita gagal
napas.
6. Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Dispnea dengan istirahat ataupun aktivitas
b. Sirkulasi
Tanda: Takikardia, frekuensi tak teratur, nadi apical berpindah oleh
adanya penyimpangan medaistinal. TD hiper/hipotensi
c. Makanan/cairan
Gejala: anorexia (mungkin karena bau sputum
Tanda : pemasangan IV line.
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri area luka trakeostomi, nyeri dada unilateral
meningkat karena batuk atau bernafas
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah
e. Pernafasan
Gejala : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada),
riwayat trauma dada.
Tanda : peningkatan frekuensi nafas, kulit cyanosis, penggunaan
ventilasi mekanik (trakeostomi), secret pada selang
trakeostomi
f. Hygiene
Tanda : kemerahan area luka trakeostomi
g. Interaksi social
Tanda : ketidakmampuan mempertahankan suara karena distress
pernafasan, keterbatasan mobilitas fisik.
h. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi paru: menentukan kemampuan paru untuk
pertukaran gas karbondioksida.
2. GDA: mengkaji status oksigenasi dan ventilasi dan keseimbangan
asam basa.
3. Kapasitas vital kuat (FVC): menurun pada kondisi restriktif(diukur
dengan spirometri).
4. Sinar x dada: mengawasi perbaikan/kemajuan kondisi atau
komplikasi
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
A. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan
sementara atau permanen pernafasan leher (pemasangan trakheastomi)
B. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik
C. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah pemasangan trakheastomi
D. Perubahan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan pembedahan / struktur, trakheastomi
E. Kerusakan Integritas kulit / jaringan berhubungan dengan bedah
pengangkatan (trakheastomi)
F. Perubahan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara perubahan
anatomi wajah
G. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya infomasi
2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan (Nursing Care Planning/ NCP)
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan
sementara atau permanen pernafasan leher (pemasangan trakheastomi)
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan nafas klien
kembali efektif.
Kriteria hasil:
Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas
bersih
Mengeluarkan / membersihkan secret dan bebas aspirasi
Menunjukan prilaku untuk memperbaiki / mempertahankan
jalan nafas bersih dalam tingkat kemampuan
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri:
- Awasi frekuensi/ kedalaman
pernafasan. Cacat kemudahan
bernafas. Auskultasi bunyi nafas.
Selidiki kegelisahan, dipeneu,
sianosis
- Hisap selang trakeastomi, oral
dan rongga nasal. Cacat jumlah,
warna dan konsentrasi
- Tunjukkan dan dorong pasien
untuk melakukan penghisapan
sendiri.
- Pertahankan posisi yang tepat
diselang trakeatomi. Yakinkan
ikatan sesuai indikasi.
- Perubahan pada pernafasan.
Penggunaa otot aksesori
pernafasan. Dan ada/ tidak ronki/
mengi diduga ada retensi secret.
- Mencegah sekresi jalan nafas,
khususnya bila kemampuan
menelan terganggu dan pasien
tak dapay meniup lewat hidung.
- Membantu pasien untuk melatih
beberapa control perawatan
pasca operasi dan mencegah
komplikasi
- Seiring dengan menurunnya
edema, selang bisa
berpindah dan
mempengaruhi jalan nafas.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien dapat berkomunikasi kembali
Kriteria hasil:
Menyatakan kebutuhan dengan cara yang efektif
Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang
tepat setelah sembuh
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri:
- Kaji intruksi praoprasi mengapa
komunikasi dan pernapasan
terganggu, gunakan model untuk
membantu penjelasan
- Tentukan apakah pasien apakah
pasien mempunyai komunikasi
lain.
- Berikan cara cepat dan countinou
untuk memanggil perawat dan
biarkan pasien mengetahui,
panggilan akan dijawab dengan
cepat.
- Atur sebelumnya tanda-tanda untuk
mendapatkan bantuan cepat.
- Menguatkan pendidikan pada waktu
takut terhadap pembedahan sudah
berlalu.
- Adanya masalah lain akan
mempengaruhi rencana untuk
pilihan komunikasi
- Pasien memerlukan keyakinan
bahwa perawat waspada dan akan
berespon terhadappanggilan.
- Dapat menurunkan ansietas pasien
tentang ketidaknyamanan untuk
bicara.
c. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah pemasangan trakheastomi
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, nyeri teratasi
Kritera hasil:
Melaporkan / menunjukan nyeri hilang atau terkontrol
Menunjukkan nyeri hilang / ketidak nyamanan denag menurunnya
tegangan dan rileks tidur / istirahat dengan tepat
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri:
- Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan faktor pemberat/penghilang.
- Anjurkan pasien untuk
melaporkan nyeri segera
saat mulai
- Pantau tanda-tanda vital.
- Berikan tindakan
kenyamanan pada saat
pembebatan insisi selama
proses bedah.
- Nyeri insisi bermakna pada pasca
operasi awal, diperberat oleh
pergerakan, batuk, distensi
abdomen, mual.
- Intervensi diri pada kontrol nyeri
memudahkan pemulihan
otot/jaringan dengan menurunkan
tegangan otot dan memperbaiki
sirkulasi.
- Respon autonemik meliputi
perubahan pada TD, nadi dan
pernapasan yang berhubungan
dengan keluhan/penghilang nyeri.
Abnormalitas tanda vital terus
menerus memerlukan evaluasi
lanjut.
- Memberikan dukungan relaksasi,
memfokuskan ulang perhatian,
meningkatkan rasa kontrol dan
kemampuan koping
BAB III
TINJAUN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien:
Nama : Tn. A
Umur : 30 Th
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Hibrida 10
Tanggal masuk RS : 29 Mei 2010
Tanggal pengkajian : 30 Mei 2010
2. Riwayat kesehatan/ keperawatan
1. Keluhan Utama/ alasan masuk RS :
Tn A (30 th) masuk RS M.Yunus BKL via IGD pada tanggal 29 mei 2010
jam 11.20 WIB dengan keluhan sesak nafas, batuk, stridor ekspansi dan
kesulitan menelan.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Faktor pencetus : Klien mengatakan sesak nafas di
dahului oleh stridor ekspansi seminggu sebelum masuk
RS
- Sifat keluhan : Klien mengatakan sesak
nafas timbul perlahan, sesak nafas terus menerus dan
bertambah saat beraktivitas.
- Berat ringannya keluhan : Klien
mengatakan sesak nafas cenderung
bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS
- Lamanya keluhan : Klien
mengatakan 2 hari sebelum masuk RS saat
merasakan keluhan
- Upaya yang telah di lakukan : Klien
mengatakan untuk mengatasi keluhan, klien
istirahat
- Keluhan saat pengkajian : Klien
juga mengatakan kesulitan bernafas,
kesulitan menelan sulit untuk
berkomunikasi.
3. Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
- Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll
- Klien mengatan sebelumnya tidak pernah menderita sesak nafas seperti
ini.
4. Riwayat kesehatan keluarga (RKK)
- Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan
5. Pola fungsi kesehatan :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit :
pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Alergi (makanan, debu, dll) : pasien tidak ada alergi.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien mengatakan ia merasakan mual sehingga tidak nafsu makan,
dia hanya mampu menghabiskan ¼ porsi setiap kali makan (pagi,
sing, malam).
3. Pola eliminasi
Buang air besar (BAB)
- freuensi : 1x sehari waktu : pagi
- warna : kuning konsistensi : lembek
- kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : tidak ada
Buang air kecil (BAK)
- frekuensi : 2-5x sehari
- kesulitan (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal) :
tidak ada.
4. Pola aktifitas dan latihan
Alat Bantu : pispot
Kemampuan ROM : tidak ada keterbatasan rentang gerak
5. Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 7 jam/ malam
Waktu : 21.00 wib
Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruka) :
insomnia
6. Pola kognitif dan persepsi
Status mental (sadar/ tidak sadar, orientasi baik/ tidak) :
sadar
Bicara : normal ( ), tidak jelas ( ), gagap ( ), aphasia
ekpresif (√)
Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak (√)
Kemampuan memahami : ya (√), tidak ( )
Pendengaran : DBN (√), tuli ( ), kanan/ kiri ( ), tinnitus ( ),
alat Bantu dengar ( )
Penglihatan : DBN
Fertigo : tidak ada
Penatalaksanaan nyeri : pasien beristirahat untuk
mengurangi nyeri
7. Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : pasien
merasa penyakitnya sulit untuk disembuhkan
6. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Klien tampak kesulitan bernafas, menelan klien
tampak lemah.
TTV :
TD : 120/80 mmHg
ND : 110x/i
RR : 32x/i
S : 37,5 ◦c
Sistem integument (kulit) : elastis
Kuku : kuku pucat dan sedikit sianosis
Hidung : pernapasan cuping hidung
Mulut : mukosa bibir kering dan pucat
Thorak/ paru
- Inspeksi : Penggunaan otot Bantu
pernapasan (+)
- Palpasi : Fremitus menurun
pada kedua paru
- Perkusi : Tidak ada resonan
pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Bunyi napas stridor
(+)
Vaskular perifer
Capillary refille : pengisian kapiler lambat
Clubbing : Clubbing ada
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fungsi paru : menentukan kemampuan paru untuk pertukaran
gas karbondioksida
GDA : mengkaji status oksigenasi dan ventilasi dan keseimbangan asam
basah
Kapasitas vital kuat (FVC) : menurun pada kondisi restriktif (diukur
denfan spirometri)
Sinar x dada : mengawasi perbaikan / kemajuan kondisi atau komplikasi
3.2 Analisa Data
Nama klien : Tuan A
Ruang rawat : Ruang IGD RSUD M. Yunus bengkulu
Diagnosa medis : Trakheostomi
No Data Etiologi Masalah
1. DS:
-klien mengatakan sesak
napas dan batuk
-klien mengatakan nyeri
pada daerah tenggorokan
-klien mengatakan susah
mengeluarkan secret
-Klien mengatakan
badannya terasa lemah
Pembentukan edema
(manipulasi dari operasi
dan akumulasi system
limpatik)
Bersihan jalan napas tidak
efektif
DO:
klien tampak
lemah, klien
tampak kesulitan
bernapas dan
klien tampak
gelisah
TTV:
TD : 130/90 mmHg
ND : 120x/i
S : 37,5
Sianosis
Dispnea
Ronchi
Pernapasan cuping
hidung
pernapasan dangkal
adanya pembesaran
jaringan , edema
laring
Penurunan
kontinu
oksigenasi (Pa
O2), peningkatan
karbondioksida
arteri (PaCO2),
dan asidosis
persisten
(penurunan Ph)
2. DS: Penurunan produksi Perubahan membran mukosa
-Klien mengatakan
badannya terasa lemah
-Klien mengatakan
lidahnya pahit
-Klien mengatakan ingin
minum terus
-Klien mengatakan
kesulitan menelan
-Klien mengatakan
hanya mampu
menghabiskan ¼ porsi
makannya
DO:
Mukosa bibir
kering
Berat badan pasien
turun 3 kg dari 60 kg
menjadi 57 kg
Pasien tampak lemah
Pembengkakan pada
laring
saliva terhadap prosedur
bedah
oral
3. DS:
klien mengatakan rasa
nyeri pada tenggorok
klien mengatakan
adanya kesulitan
menelan
klien mengatakan
kesulitan berbicara
DO:
Agen secara spesifik
(tracheostomytube)
Kerusakan komunikasi
verbal
adanya edema pada
laring
adanya pembesaran
jaringan pada daerah
laring
adanya kesulitan
berbicara yang sulit
dipahami
Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan
sementara atau permanen pernafasan leher (pemasangan trakheastomi)
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik
3. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah pemasangan trakheastomi
4. Perubahan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan pembedahan / struktur, trakheastomi
5. Kerusakan Integritas kulit / jaringan berhubungan dengan bedah
pengangkatan (trakheastomi)
6. Perubahan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara perubahan
anatomi wajah
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya infomasi
Rencana Asuhan Keperawatan( Nursing Care Planning/ NCP)
NO Diagnosa Tujuan K.Hasil Intervensi Rasional
1 Bersihan
jalan napas
tidak efektif
berhubunga
n dengan
pemasangan
kanul
trakeostomi.
Setelah
dilakukan
intervensi
selama 3x24
jam ,diharapk
an nafas klien
kembali
efektif.
-Mempertahankan
kepatenan jalan
nafas dengan
bunyi nafas bersih
-Mengeluarkan
atau
membersihkan
secret dan bebas
aspirasi
-Menunjukan
prilaku untuk
memperbaiki atau
mempertahankan
jaan nafas bersih
dalam tingkat
kemampuan
Mandiri:
-Hisap selang
trakeastomi, oral
dan rongga nasal.
Cacat jumlah,
warna dan
konsentrasi
-Tunjukkan dan
dorong pasien
untuk melakukan
penghisapan
sendiri
-Pertahankan
posisi yang tepat
diselang
trakeatomi.
Yakinkan ikatan
sesuai indikasi.
- Mencegah
sekresi jalan
nafas,
khususnya bila
kemampuan
menelan
terganggu dan
pasien tak
dapay meniup
lewat hidung.
-Membantu
pasien untuk
melatih
beberapa
control
perawatan
pasca operasi
dan mencegah
komplikasi
- Seiring
dengan
menurunnya
edema, selang
-Ganti kanul
dalam sesuai
indikasi.
Intruksikan
pasien dalam
prosedur
pembersaiahan
Kolaborasi
-berikan
humidifikasi
tambahan.ex :
tekanan O2
penahan leher
berupa
humidifier
ruangan,
peningkatan
masukan cairan
bisa berpindah
dan
mempengaruhi
jalan nafas
-mencegah
akumulasi
secret dan
pelengketan
mukosa tebal
dari obstruksi
jalan nafas.
-fisiologi
normal(hidung
/jalan hidung)
berarti
menyaring/me
lembabkan
udarayang
lewat.
Tambahan
kelembapan
menurunkan
pengerasan
mukosa dan
memudahkan
batuk/penghis
apan sekret
melalui stoma.
2 Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubunga
n dengan
hambatan
fisik
Setelah
dilakukan
intervensi
selama 3x24
jam
diharapkan
komunikasi
kebutuhan
dapat teratasi
- Menyatakan
kebutuhan sesuai
dengan cara yang
efektif
-
Mengidentifikasi/
merencanakan
pilihan metode
berbicara yang
tepat setelah
sembuh.
Mandiri:
- Kaji Intruksi
Praoprasi
Mengapa
Komunikasi Dan
Pernapasan
Terganggu,
Gunakan Model
Untuk Membantu
Penjelasan
-Tentukan
Apakah Pasien
Mempunyai
Komunikasi
Lain.
- Berikan Cara
Cepat Dan
Countinou Untuk
Memanggil
Perawat Dan
Biarkan Pasien
Mengetahui,
Panggilan Akan
Dijawab Dengan
Cepat.
-Atur
- Menguatkan
pendidikan
pada waktu
takut terhadap
pembedahan
sudah berlalu.
- Adanya
masalah lain
akan
mempengaruhi
rencana untuk
pilihan
komunikasi
-Pasien
memerlukan
keyakinan
bahwa
perawat
waspada dan
akan berespon
terhadap
panggilan.
-Dapat
menurunkan
ansietas pasien
tentang
ketidaknyama
Sebelumnya
Tanda-Tanda
Untuk
Mendapatkan
Bantuan Cepat.
-Ingatkan
Pasien Untuk
Tidak Besuara
Sampai Dokter
Memberi Izin
-Berikan
Komunikasi
Non Verbal,
Ex : Sentuhan
Dan Gerakfisik,
Antisipasi
Kebutuhan
nan untuk
bicara
-meningkatkan
penyembuhan
pita suara dan
membatasi
potensial
disfungsi pita
permanent
-
mengkomunik
asikan
masalah dan
memenuhi
kebutuhan
kontak dengan
orang lain.
Sentuhan
diyakini untuk
memberikan
pristiwa
kompleks
biokimia
dengan
kemungkinan
pengeluaran
endofrin yang
menurunkan
ansietas
Kolaborasi
-konsul dengan
anggota tim
kesehatan yang
tepat/terapis/age
n
rehabilitasi(ex:
patologis
wicara,
pelayanan
social,
kelompok
trakeatomi)
selama
rehabilitasi
dasar di rumah
sakit sesuai
sumber
-kemampuan
untuk
menggunakan
pilihan suara
dan metode
bicara
komunikasi(bila
ada)
3 Nyeri akut
berhubunga
n dengan
insisi bedah
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan,
selama 3x24
jam nyeri
teratasi
Menunjukkan
hilangnya rasa
nyeri
-menunjukkan
nyeri
hilang/ketidaknya
manan dengan
menurunnya
tegangan dan
rileks,
tidur/istirahat
Mandiri:
-Selidiki
Keluhan Nyeri,
Perhatikan
Lokasi,
Intensitas
(Skala 0 – 10)
Dan Faktor
Pemberat/Pengh
ilang.
-Anjurkan
Pasien Untuk
Melaporkan
Nyeri Segera
Saat Mulai.
- Pantau Tanda-
Tanda Vital.
- Nyeri insisi
bermakna
pada pasca
operasi awal,
diperberat
oleh
pergerakan,
batuk, distensi
abdomen,
mual.
- Intervensi
diri pada
kontrol nyeri
memudahkan
pemulihan
otot/jaringan
dengan
menurunkan
tegangan otot
dan
memperbaiki
sirkulasi.
- Respon
autonemik
meliputi
perubahan
-Berikan
Tindakan
Kenyamanan
Pada Saat
Pembebatan
Insisi Selama
Proses Bedah.
Kolaborasi
-berikan irigasi
pada TD, nadi
dan
pernapasan
yang
berhubungan
dengan
keluhan/pengh
ilang nyeri.
Abnormalitas
tanda vital
terus menerus
memerlukan
evaluasi
lanjut.
Memberikan
dukungan
relaksasi,
memfokuskan
ulang
perhatian,
meningkatkan
rasa kontrol
dan
kemampuan
koping
Memperbaiki
kenyamanan.
oral, anastesi
sprei, dan
kumur-kumur.
Anjurkan
pasien
melakukan
irigasi sendiri
Meningkatka
n
penyembuha
n dan
menurunkan
bau mulut.
Catatan Perkembangan
NO Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan
pemasangan kanul trakeostomi
Jam: 09.00
Mandiri
Menghisap selang
trakeastomi, dan mencatat
jumlah dan warna sekret
-mengajarkan pasien
prosedur penghisapan
sendiri sesegera mungkin
-memastikan posisi/ikatan
sesuai indikasi
-mengganti selang/kanul
sesuai indikasi
Jam 14.00
S:-klien mengatakan
tidak ada dahak lg
di tenggorokan
-klien mengatakan
nafas tidak sesak
lagi
O: -klien tampak
tidak mengeluarkan
sputum lagi
-klien tampak
Kolaborasi
-memberikan
humidifikasi tambahan,ex
:tekanan o2 penahan leher
berupa humidifier
ruang,peningkatan
masukan cairan.
rileks/tdk sesak lagi
A: -Masalah teratasi
P:-Intervensi
dihentikan
2 Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan hambatan
fisik
Jam 09.00
mengajak pasien
berdiskusi dan
menjelaskan pra operasi,
mengapa bicara dan nafas
terganggu
memeriksa apakah klien
mempunyai masalah
komunikasi yang lain
-memberikan pilihan cara
komunikasi yang tepat
bagi kebutuhan pasien
Memberikan cara
komunikasi nonverbal
Kolaborasi
-mengkonsultasikan
dengan anggota tim
Jam 14.00
S -klien mengatakan
tidak kesulitan lg
berkomunikasi
O: klien tampak
sudah dapat
berkomunikasi
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
kesehatan yang tepat
3 Nyeri akut berhubungan
dengan insisi bedah
Jam 09.00
-menyokong kepala dan
leher pasien dengan
bantal dan menunjukan
pasien bagaimana
menyokong leher selama
aktifitas
-memberikan tindakan
nyaman (contoh pijatan
punggung perubahan
posisi ) dan aktivitas
hiburan (contoh melihat
televisi,dudk,membaca)
-mendorong pasien untuk
mengeluarkan saliva atau
mulut dengan hati-hati
bila tak mampu menelan.
-menyelidiki perubahan
karakteristik nyeri.
Periksa mulut,jahitan
tenggorokan untuk trauma
bau.
Kolaborasi
-memberikan irigasi
oral,anestesi sperei .dan
kumur-kumur. Anjurkan
Jam : 14.00
S:-klien mengatakan
masih kesulitan
menelan
-klien mengatakan
kesulitan berbicara
O:-klien tampak
kesulitan menelan
-klien tampak
kesulitan berbicara
A:-masalah belum
teratasi
P: intervensi di
lanjutkan
paseien melakukan irigasi
sendiri.
BABH IV
PENUTUP
Kesimpulan
Tracheotomy berarti untuk membagi(memotong), trakea (betang
tenggorok). Lubang dibuat disebut trakeastomi.
Trakeostomi diturunkan dari bahasa yunani dengan mengambil
kata trachea arteria (menembus arteri) dan tome (memeotong).
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding
depan/ anterior trakhea untuk benafas dengan membuka dinding depan/
anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat
masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas
(Adams,1997).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
pemasangan kanul trakeostomi.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
hambatan fisik
3. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah
Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan adalah pelajari dengan
baik tahap-tahap dalam tindakan trakeastomi demi meningkatkan
keterampilan keperwatan anda.
DAFTAR PUSTAKA
http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2010/04/trakeostomi.html
http://tikagemini.blogspot.com/2009/06/trakeostomihttp://klikharry.wordpress.com/2007/07/11/trakeostomi-tracheostomy/
IKBI, System Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Secara Terpadu Edisi 2, 1997