makalah tipikor tinjauan konsepsi.doc

23
MATERI TINDAK PIDANA KORUPSI TINJAUAN KONSEPSI & IMPLEMENTASINYA Oleh DR. ISMU GUNADI W. SH, MHum A LATAR BELAKANG MASALAH . Bahwa Korupsi merupakan perilaku yang menyimpang oleh sebagian warga masyarakat yang berlindung di balik kewenangan atau kekuasaannya dan atau tindakan masyarakat tertentu yang melakukan perbuatan melawan hukum baik yang dapat merugikan keuangan Negara / perekonomian negara maupun yang termasuk perbuatan korupsi lainnya yang masih tergolong korupsi hal ini wajib di berantas secara tegas dan konsisten serta terstruktur. Sedangkan pengertian Korupsi bahasa latin Coruptio dalam bahasa Perancis ” Corruption dan dalam bahasa Belanda ” Korruptie ” serta dalam bahasa Indonesia di sebut “Korupsi” yang secara harfiah dapat di artikan sebagai Perbuatan jahat atau busuk . Bahwa tindakan korupsi dalam bentuk lain dalam bahasa Inggris disebut “Corruption ” yang berarti the offering and accepting of Bribes jika di terjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti penawaran atau pemberian dan penerimaan hadiah yang berupa suap ( Gratifikasi ) menurut UU no. 31 th 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi di samping dapat di artikan “Decay” yaitu “kebusukan atau kerusakan”, bahwa yang busuk atau rusak adalah moralnya atau ahlak manusia yang berbuat korupsi 1 . Belum ada cara yang mudah dalam memberantas korupsi namun pemerintah tetap optimis bahwa korupsi dapat di berantas, walaupun 1 Syaiful Ahmad Dinar KPK & Korupsi Baharudin Lopa, masalah korupsi dan pemecahannya Jakarta Kipas putih aksara 1977. 1 1

Upload: frankie-herdinnanto

Post on 28-Jan-2016

239 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

MATERITINDAK PIDANA KORUPSI

TINJAUAN KONSEPSI & IMPLEMENTASINYAOleh

DR. ISMU GUNADI W. SH, MHum

A LATAR BELAKANG MASALAH.

Bahwa Korupsi merupakan perilaku yang menyimpang oleh sebagian warga

masyarakat yang berlindung di balik kewenangan atau kekuasaannya dan atau tindakan

masyarakat tertentu yang melakukan perbuatan melawan hukum baik yang dapat

merugikan keuangan Negara / perekonomian negara maupun yang termasuk perbuatan

korupsi lainnya yang masih tergolong korupsi hal ini wajib di berantas secara tegas dan

konsisten serta terstruktur.

Sedangkan pengertian Korupsi bahasa latin Coruptio dalam bahasa Perancis ” Corruption”

dan dalam bahasa Belanda ” Korruptie” serta dalam bahasa Indonesia di sebut “Korupsi”

yang secara harfiah dapat di artikan sebagai Perbuatan jahat atau busuk.

Bahwa tindakan korupsi dalam bentuk lain dalam bahasa Inggris disebut “Corruption” yang

berarti the offering and accepting of Bribes jika di terjemahkan dalam bahasa Indonesia

berarti penawaran atau pemberian dan penerimaan hadiah yang berupa suap ( Gratifikasi )

menurut UU no. 31 th 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi di samping dapat

di artikan “Decay” yaitu “kebusukan atau kerusakan”, bahwa yang busuk atau rusak adalah

moralnya atau ahlak manusia yang berbuat korupsi 1.

Belum ada cara yang mudah dalam memberantas korupsi namun pemerintah tetap optimis

bahwa korupsi dapat di berantas, walaupun sampai saat ini perbuatan korupsi masih ada

dan terjadi di semua lini birokrasi baik Eksekutif, Legeslatif maupun Yudikatif, BUMN/D

maupun sektor Swasta yang menggunakan fasilitas Negara.

Bahwa hasil survey IPK ( index persepsi korupsi ) transparency International terpusat di

Berlin Jerman Barat bahwa Indonesia termasuk salah satu Negara terkorup nomor 126 dari

180 negara dan kita berharap th 2013 dan seterusnya makin membaik serta kemudian tidak

ada korupsi lagi, oleh karena itu dalam pemberantasan korupsi kebijakan pemerintah di

samping melakukan penegakan hukum perlu langkah Preventif guna mencegah

perbuatan-perbuatan yang koruptif sedini mungkin 2.1 Syaiful Ahmad Dinar KPK & Korupsi Baharudin Lopa, masalah korupsi dan pemecahannya Jakarta Kipas putih aksara 1977. 2

2 Di sampaikan dalam seminar sehari bertajuk Pemberantasan korupsi dengan mewujudkan

1

1

Page 2: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

Dengan latar belakang dan uraian seperti tersebut diatas maka Pejabat negara dan

masyarakat perlu memahami terhadap modus , karakteristik dan perbuatan melawan

hukum tindak pidana korupsi serta bagaimana metode yang tepat dalam pengembalian

kekayaan negara dalam segala bentuk, untuk itu bahwa terhadap makalah ini akan di

sampaikan hal-hal sebagai berikut :

B HAL-HAL YANG PERLU DIPAHAMI DI DALAM PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA KORUPSI.

Bahwa tindak pidana korupsi sebagai perilaku menyimpang dengan berbagai modus

baik untuk memperkaya diri sendiri , keluarga, orang lain maupun korporasi secara

melanggar hukum atau melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal tersebut mencakup tindakan seperti suap ( gratifikasi ) atau memberi hadiah dengan

cara menyalah gunakan kekuasaan atau kewenangannya pada jabatan dalam dinasnya,

Nepotisme ( kedudukan sanak saudaranya ) khususnya dalam pemberian jabatan atau

dalam bentuk perlindungan lain dengan alasan asal usul atau penyalah gunaan

wewenang / kekuasaan karena jabatan atau kedudukan dengan cara menggunakan

sumber penghasilan Negara untuk kepentingan pribadinya, orang lain atau korporasi

maupun dalam bentuk tindakan koruptif lainnya 3 .

Oleh karena itu di dalam penanganan kasus korupsi tersebut yang perlu di pahami yakni

modus, karakteristik dan perbuatan melawan hukum tindak pidana korupsi sebagaimana

tersirat didalam UU no. 31 th 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, di

samping peraturan perundang-undangan lainnya perlunya untuk di pahami karena tindak

pidana korupsi dapat terjadi di semua lini birokrasi yang memiliki aturan-aturan hukum

masing-masing di dalam institusinya oleh karena itu pertama yang perlu di bahas yakni

Modus dari tindak pidana korupsi seperi tersebut di bawah ini ;.

1. Bahwa modus atau bentuk-bentuk penyimpangan dalam Tipikor sebagai berikut :

1) Kebijakan , perintah , disposisi Pejabat bertentangan dengan aturan yang

berlaku.

2) Merubah , menginterprestasikan aturan yang ada atau mengatur sendiri.

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN th 2007 di Hotel Jayakarta Jakarta. 3 Sarworini kajian Sosiologis dalam memerangi tindak pidana korupsi terstruktur, Surabaya Darma- Wangsa Press 1908 hal 72. Bahwa rumusan pengertian tindak pidana korupsi, dapat memberikan Sumbangsih terhadap rumusan hukum positif yang menggambarkan bahwa korupsi menyangkut segi moral, sifat dan keadaan yang jelek, penyalah gunaan Jabatan dalam instansi aparatur peme- rintah , penyelewengan kekuasaan karena faktor ekonomi dan politik serta pemenpatan keluarga orang atau kelompok ke dalam dinas dibawah kekuasaan. Syaiful Dinar KPK & Korupsi hal-8.

2

2

Page 3: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

3) Merubah ( mark up ) spesifikasi atau merubah harga.

4) Mengurangi volume ( isi ) barang.

5) Merubah , membuat dokuman / data-data fiktif ( palsu ) berupa catatan

keuangan, buku-buku dan bon-bon dsb.

6) Transaksi fiktif.

7) Pemotongan anggaran yang tak semestinya.

8) Membebankan kebutuhan pribadi ke dalam dinas.

9) Pengadaan barang & jasa tidak prosedural ( fiktif ).

2. Kemudian yang dimaksud Karakteristik didalam tindak pidana korupsi adalah sebagai

berikut :

1) Perbuatannya di dahului pelanggaran pidana umum.

2) Menyalah gunakan wewenang / jabatan ( A Buse Of Power ).

3) Merugikan keuangan Negara / perekonomian negara.

4) Sistimatik dan terorganisir ( Organized crime ) tidak perorangan ( stand a lone ).

5) Memiliki otoritas di bidang keuangan.

6) Dikemas dengan bukti-bukti dan peraturan-peraturan yang seakan-akan sudah

prosedur dan benar sesuai aturan.

7) Kasus tipikor cenderung terkait dengan peraturan perundang-undangan lain /

lihat modusnya.

8) Terkadang keterkaitan dengan Bank , lembaga keuangan lain.

9) Pelaku korupsi dominan oleh orang-orang intelektual .

10) Terdiri dari berbagai jenis tindak pidana korupsi seperti tipikor yang merugikan

keuangan negara , tipikor dengan cara menyuap ( gratifikasi) , tipikor dengan

cara pemerasan dan korupsi dalam bentuk lainnya ( hambat penyidikan ,

penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan serta tidak memberikan keterangan

dengan benar hartanya dan harta kekayaan suami / istri dan anaknya. 4.

11) Bahwa Tindak pidana korupsi merupakan delik formil artinya adanya tindak

pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang

dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.

3. Disamping itu tidak kalah pentingnya adalah apa yang di maksud dengan perbuatan

melawan hukum oleh pejabat ( PNS, Penyelenggara Negara ) dalam tindak pidana korupsi

tersebut dan menurut Wiryono Projodikoro dalam bukunya Pokok-pokok Hukum Pidana

Indonesia menerangkan bahwa perbuatan melawan hukum dapat di bedakan menjadi 2

4 Di sampaikan dalam seminar sehari di Pusdik Serse Mega Mendung Bogor tahun 2011.

3

3

Page 4: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

bagian yakni dalam arti sempit artinya bahwa perbuatan melawan hukum tertulis ( formal )

dan perbuatan melawan hukum dalam arti luas artinya bahwa perbuatan melawan hukum

dimaksud baik tertulis maupun tidak tertulis khusus perbuatan melawan hukum yang tidak

tertulis bahwa perbuatannya menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kehidupan

dalam masyarakat, kemudian perbuatan melawan hukum di dalam pasal 2 ayat 1 UU no.

31 th 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi mencakup perbuatan melawan

hukum dalam arti Formil maupun Materiil yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur

dalam peraturan perundang-undangan namun perbuatan tersebut dianggap tercela dan

tidak sesuai rasa keadilan dalam masyarakat maka perbuatan tersebut dapat di pidana.

Bahwa unsur-unsur ( Elemen of crime ) yang di rumuskan dalam ketentuan UU tindak

pidana korupsi tentang perbuatan melawan hukum yakni manusia atau korporasi,

Menurut Baharudin Lopa terdapat sebelas penyebab terjadinya Tipikor yaitu :

1. Kerusakan Moral.

2. Kerusakan Sistim.

3. Rawan Sosial Ekonomi.

4. Ketidak tegasan dalam penegakan Hukum ( Law Enforcement ).

5. Seringnya pejabat minta sumbangan kepada Pengusaha.

6. Pungli.

7. Ketidak mengertian tentang Tipikor.

8. Penyelenggaraan Pemerintah dan pembangunan yang serba tertutup

9. Masih perlunya peningkatan mekanisme kontrol oleh DPR.

10.Masih lemahnya perundang-undangan.

11.Gabungan dari sejumlah faktor penyebab (aspek individu aspek organisasi dan

aspek peraturan perundangan lainnya).

ASPEK INDIVIDU.

1. Sifat tamak ( serakah )

2. Mental.

3. Penghasilan yang selalu kurang.

4. Gaya hidup konsumtif.

5. Mengesampingkan ketentuan-2 / ajaran agama.

6. Di lingkungan yang sering terjadi tindakan koruptif.

7. Kekeliruan mengartikan Budaya dengan korupsi.

4

4

Page 5: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

ASPEK ORGANISASI.

1. Lemahnya sistem Wasdal.

2. Pejabat cenderung menutupi tindakan korupsi.

3. Sistem akuntabilitas tidak transparan.

4. Job Discription tidak berjalan semestinya ( amburadul )

ASPEK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

1. Monolistik peraturan perundang-undangan atau tumpang tindih yang mengatur

masalah tertentu.

2. Normanya kabur / tidak jelas / ganda.

3. Tidak paham perbuatan melawan hukum oleh sebagian Pejabat ( PNS dan

Penyelenggara Negara ).

Bahwa kasus korupsi yang sekarang sedang mencuat seperti Kasus Suap Import

daging, suap oleh Advokat , kasus suap SKK Migas , kasus Hambalang dan kasus

pengadaan Simulator SIM maupun kasus korupsi besar lainnya.

Sementara ini kasus korupsi di Indonesia seperti tersebut diatas sudah dapat di golongkan

sebagai kejahatan luar biasa ( Extra Ordinary Crime) sehingga ketersediaan dan

keberadaan perangkat hukum yang canggih seperti alat-alat penyadap dan alat—alat

lainnya, institusi penegak hukum yang sangat kuat dan bersih perlu di prioritaskan dan yang

salah satunya adalah Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) yang perlu kita

dukung keberadaannya dan berdasarkan UU no. 30 th 2002 tentang KPK oleh karena itu ,

lembaga anti rasuah ini di berikan kewenangan yang lebih luas di dalam penegakan hukum

tindak pidana korupsi sehingga mampu menyelesaikan kasus-kasus besar korupsi dan

selalu mengungkap perbuatan korupsi oknum pejabat yang terjadi di Negara kita tercinta

ini..

Bahwa rakyat Indonesia sepakat bahwa korupsi harus di berantas dan di cegah secepat

mungkin karena korupsi sudah terbukti menyengsarakan rakyat dan bahkan sudah

merupakan pelanggaran hak-hak ekonomi dan sosial rakyat Indonesia 5.

5 Baharudin Lopa , masalah korupsi dan pemecahannya . Jakarta Kipas putih aksara 1977, hal 171-172, Syauful Achmad Dinar, KPK dan Korupsi hal 9, bahwa korupsi merupakan kejahatan kerah putih yang di lakukan secara systematis, tersembunyi dan berlindung di balik peraturan formal. Tipikor bukan hanya merugikan keuangan Negara tetapi telah melanggar hak sosial ekonomi masyarakat.

5

5

Page 6: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

4 Bagaimanakah bentuk penyimpangan kasus korupsi

Menurut penelitian Direktorat III & WCC Bareskrim Polri tahun 2008 disampaikan

pada diskusi panel di Pusdik Serse Mega Mendung Bogor bahwa Modus operandi kasus

korupsi di lakukan dengan cara diantaranya terhadap kebijakan-2 pejabat / penyelenggara

negara bertentangan dengan ketentuan yang ada ( dalam bentuk segala kebijakan) dan

untuk kasus korupsi lainya seperti dalam hal pembanguan terjadi pembuatan dokumen fiktif

/ palsu dalam administrasi / keuangan, melakukan penggelapan uang potongan dalam

bentuk rabat serta keuntungan yang merupakan hak negara sebagaimana UU no. 1 th 2004

tentang Perbendaharaan Negara , contoh diantara kasus-kasus tipikor yang telah

terungkap seperti pemotongan prosentase dana dari hasil penjualan / lelang barang-barang

bekas milik negara ( BUMN / D ) penggunaan dana DAU di Depag RI, penggunaan uang

Jamsostek, penggunaan fasilitas BUMN maupun kasus-kasus besar korupsi yang terjadi di

negara Indonesia yang terungkap dan pelakunya di vonis sesuai hukum yang berlaku dan

telah di sita harta hasil korupsinya untuk di kembalikan kepada Negara 6

5 Untuk jenis perbuatan yang merupakan TIPIKOR.

Dalam tindak pidana Korupsi menurut UU no. 31 th 1999 jo UU no. 20 th 2001 tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi bahwa perbuatan korupsi di bagi beberapa katagori

yaitu korupsi yang dapat merugikan keuangan negara (kekayaan negara dalam segala

bentuk) / perekonomian negara , korupsi yang tidak merugikan keuangan negara seperti

penyuapan (gratifikasi ), menerima hadiah, pemerasan dan menjanjikan sesuatu kepada

pejabat / PNS dan penyelenggara negara maupun tindakan korupsi dalam bentuk lainnya,

seperti mencegah / merintangi , mengagalkan penyidikan, penuntutan mau-pun

pemeriksaan di pengadilan dan tindakan tidak memberikan keterangan dengan benar

tentang harta-hartanya, termasuk harta suami / istri dan anaknya.

Penegak hukum kasus korupsi ( kpk. Jaksa , polri ) perlu tegas dan konsisten dan tidak

tebang pilih

C. Bahwa di dalam penegakan hukum ( Law Enforcement ) Tipikor di gunakan metode ”

Analisis Yuridis Komprehensif ” sebagai pemecahan permasalahan kasus-kasus Korupsi

yaitu dengan pendekatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dengan melihat

modus operandinya dari pada kasus tipikor itu sendiri.

Misalnya :

6 Di sampaikan dalam diskusi panel tahun 2008, di Pusdik Serse Mega Mendung Bogor.

6

6

Page 7: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

1. Kasus Tipikor Dana Abadi Umat ( DAU ) haji Deppag RI , maka peraturan

perundang-undangan, adalah UU no. 31 / 1999 Jo UU no. 20/2001 ttg

pemberantasan Korupsi, UU no. 17 / 2003 ttg keuangan Negara RI. UU no.

9/2005 ttg pelaksanaan haji, maupun peraturan-peraturan lainnya.

2. Kasus Tipikor Jamsostek, di samping UU Tipikor juga UU no. 13/2003 ttg

Tenaga kerja, UU no. 17/2003 ttg BUMN, UU no. 40/2007 ttg PT dan peraturan-

peraturan lainnya.

3. Sedang terhadap kasus-kasus Tipikor jenis suap ( gratifikasi , peras dan tipikor

lainnya di samping UU tipikor ), juga UU yang menjadi dasar hukumnya dimana

pejabat / PNS dan penyelenggara negara / PNS ybs berdinas hal ini sebagai

pertanggung jawaban dan bukti adanya perbuatan melawan hukum bagi yang

bersangkutan.

4. Dengan berlakunya UU no. 8 th 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana pencucian uang maka dalam menangani kasus-kasus tindak

pidana korupsi ( Tipikor ) perlu mencantumkan ketentuan-ketentuan / pasal-pasal

di dalam UU no. 8 th 2010 guna mempermudah dan mempercepat menyita

barang hasil korupsinya yang di sembunyikan atau menghilangkan asal usul

barang hasil korupsinya dan oleh karena itu pertanyaannya dari manakah kasus

korupsi tersebut diketahui dan ditangani penyidik.

Bahwa penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus Tipikor pada masing-masing

penyidik ( Jaksa, Polri dan KPK ) dengan cara antara lain :

a. Melalui laporan / pengaduan dari satuan pengawas internal ( SPI ) , pada

instansi yang bersangkutan.

b. Melalui pengawas eksternal ( BPK ) dengan pelaksanaan audit keuangan

negara.

c. Melalui lembaga PPATK .

d. Masyarakat yang mengetahui adanya tindakan korupsi.

e. Aparat penegak hukum y ang mengetahui dan ada bukti bukti bahwa telah

terjadi korupsi / terangkap tangan [ vide bukti petunjuk pasal 26 A UU no. 20

th 2001 tentang Perubahan UU no 31 th 1999 tentang Pemberantasan

Tipikor ].

Bahwa di luar kasus Tipikor seperti ( peras, suap / gratifikasi ) dan tertangkap

tangan maka penyidik / penyelidik melakukan upaya penyelidikan yang tajam

dalam artian pengumpulan barang bukti dan keterangan yang cukup ( pul baket

7

7

Page 8: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

vide pasal 5 ayat 1 huruf a angka 2 KUHAP ) sehingga mempermudah dalam

proses penyidikan kasus tipikor selanjutnya dan kemudian di gelarkan kasus

tersebut jika cukup bukti dan menemukan unsur pidananya maka ditindak lanjuti

penyidikannya hingga tuntas dan kemudian diteruskan dengan pelimpahan

tersangka dan barang buktinya kepada Jaksa Penuntut Umum ( JPU ) guna di

sidangkan di pengadilan.

Untuk penegakan hukum perlu adanya peran serta dari seluruh elemen

masyarakat / LSM secara bersama-sama ikut mengawasi jalannya penegakan

hukum dari proses penyidikan hingga pemeriksaan di pengadilan serta tidak

kalah pentingnya peran serta mass media cetak ataupun elektronik guna

memblow up secara terus menerus supaya dapat terungkap dengan tuntas

seluruh pelaku Tipikornya dan menyita seluruh barang bukti hasil korupsinya

dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembuktian pada sistim peradilan pidana

Indonesia 7.

D Bahwa di dalam Penegakan hukum kasus korupsi , yang bertindak sebagai penyelidik

dan penyidiknya di samping dari Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) sebagaimana

di maksud di dalam UU no. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK )

juga dari unsur penyidik Kejaksaan maupun penyidik Kepolisian hal ini sesuai dengan pasal

17 PP 27 tahun 1983 tentang Peraturan pelaksanaan KUHAP bahwa penyidik di dalam

tindak pidana tertentu adalah Jaksa. Polisi dan Pejabat lain yang di tentukan oleh UU. Jika

penyidik Polri yang menangani Tipikor maka sangat tergantung dengan jaksa penuntut

umum ( J PU ) dari Kejaksaan untuk sempurnanya dari hasil penyidikan terhadap kasus

korupsi tersebut dan Jaksa dalam kasus Tipikor juga diberikan kewenangan melakukan

penyidikan tindak pidana korupsi , untuk penyidik dari kejaksaan maka agak lebih mudah

untuk melimpahkan berkas perkara , tersangka dan barang buktinya ke pengadilan karena

baik penyidik Kejaksaan maupun Penuntut Umumnya adalah satu instansi yaitu Kejaksaan

Negara RI dan berbeda lagi jika penyidik yang menangai kasus tipikor tersebut dari Komisi

pemberantasan korupsi ( KPK) akan lebih mudah untuk di limpahkan berkas perkara ,

tersangka dan barang buktinya ke pengadilan tipikor karena undang-undang no. 30 th

2002 tentang Komisi Pembarantasan Korupsi memberikan kewenangan yang lebih besar

7 Soebakti , hukum pembuktian , hal – 48 , Hakim dalam menjatuhkan putusannya minimal dua alat Bukti yang syah ditambah keyakinan Hakim. Alat-alat bukti yang syah yakni keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.

8

8

Page 9: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

di bandingkan kewenangan yang di berikan kepada penyidik Polri dan Kejaksaan , oleh

sebab itu penyidik KPK lah yang banyak mengungkap kasus-kasus korupsi besar seperti

tersebut di atas.

E Terhadap pelaku tindak pidana korupsi & keuangan negara / Perekonomian Negara.

Bahwa yang dapat di jadikan sebagai pelaku tindak pidana korupsi berbeda dengan

tindak pidana umum sebagaimana yang di atur di dalam KUHP dan KUHAP , di dalam

tindak pidana korupsi bahwa pelaku di samping orang perorang atau kelompok orang maka

Korporasi tidak tertutup kemungkinan juga sebagai pelaku tindak pidana korupsi hal ini

dapat di lihat dari unsur-unsur perbuatan pidananya ( Element of crime ) seperti dapat di

lihat tersebut dalam pasal 2 ayat ( 1 ) UU no. 31 th 1999 tentang Pemberantasan tindak

pidana korupsi yaitu Setiap orang yang secara melawan hukum, melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan

keuangan negara, atau perekonomian negara di pidana dengan pidana penjara seumur

hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda

paling sedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1 milyar rupiah, bahwa dengan melihat

unsur yang terdapat di pasal 2 tersebut di atas maka pelakunya adalah setiap orang tidak

harus PNS atau Penyelenggara Negara , tetapi orang yang berstatus swasta dapat di

kenakan pasal 2 ini, sedangkan pengertian korporasi adalah kumpulan orang atau

kekayaan yang terorganisasi baik yang merupakan badan hukum maupun bukan badan

hukum , dengan demikian Badan Hukum maupun non badan hukumpun dapat sebagai

subyek hukum dalam tindak pidana korupsi 8.

Sedangkan di dalam pasal 3 UU no. 31 th 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana

korupsi yang berbunyi setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau

orang lain atau suatu korporasi , menyalah gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

yang ada padanya karena Jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara di pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara

paling singkat 1 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit 200 juta rupiah

dan atau denda paling sedikit 50 juta rupiah dan paling banyak 1 milyar rupiah , menyimak

di dalam pasal 3 tersebut bahwa subyek delik ( pelaku tindak pidana korupsi ) adalah

harus Pejabat negara ( baik PNS atau penyelenggara negara ), dan terhadap pejabat

negara ini dapat di lihat di dalam UU no. 28 th 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

8 Pasal 1 butir 1 UU no. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasab tindak pidana korupsi.

9

9

Page 10: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

bersih bebas dari korupsi , kolosi dan nepotisme ( KKN ) dan di dalam pasal 2

menyebutkan penyelenggara negara antara lain :

1. Pejabat pada Lembaga tertinggi negara.

2. Pejabat pada lembaga tinggi negara.

3. Menteri.

4. Gubernur.

5. Perwakilan Negara di luar negeri / Duta besar.

6. Wakil Gubernur, Bupati / Walikota.

7. Pejabat lain yang mempunyai fungsi strategis yang berhubungan dengan

penyelenggaraan negara :

a. Direksi, Komisaris, Pejabat struktural BUMN/D.

b. Pimpinan Bank Indonesia dan pimpinan BPPN.

c. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri.

d. Pejabat eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan Sipil , Militer dan

Polri.

e. Jaksa.

f. Penyidik

g. Panitera.9.

Sedang Pegawai Negeri ( PNS ) menurut pasal 1 angka 1 UU no. 43 th 1999 tentang

Pokok kepegawaian adalah :

Setiap warga negara RI.

Telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

Diangkat oleh Pejabat yang berwenang.

Di serahi tugas dalam suatu jabatan negara.

Di gaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Menurut pasal 1 butir 2 UU no. 31 th 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana

korupsi bahwa yang masih tergolong Pegawai Negeri meliputi :

a Pegawai Negeri sebagaimana tentang UU Kepegawaian

b Pegawai Negeri di maksud dalam KUHP.

c Orang yang terima upah atau gaji dari Keuangan Negara atau daerah.

d Orang yang terima upah atau gaji dari korporasi yang terima bantuan Keuangan

Negara atau daerah.

9 Pasal 2 UU no. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN

10

10

Page 11: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

e. Orang yang terima upah atau gaji dari korporasi lain yang pergunakan modal

atau fasilitas dari Negara dan masyarakat.

Karena salah satu unsur yang ada di ketentuan UU no. 31 th 1999 Jo UU no. 20 th

2001 tentang Perubahan pemberantasan Tipikor adalah penyelenggara negara dan

pegawai negeri ( PNS )

F Keuangan Negara & Perekonomian Negara.

Di dalam tindak pidana korupsi di kenal dengan sebutan korupsi yang menimbulkan

kerugian keuangan negara / perekonomian negara [ vide pasal 2 dan 3 UU no. 31 th 1999 ]

dan di penjelasan umum dalam UU no. 31 th 1999 telah diuraikan bahwa ” Keuangan

negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang di pisahkan atau tidak

dipisahkan , termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan

kewajiban yang timbul karena :

a. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban pejabat lembaga

negara baik di tingkat pusat maupun daerah.

b. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggung jawaban BUMN/D,

Yayasan , Badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga

berdasarkan perjanjian dengan negara.

Sedang Perekonomian Negara adalah kehidupan perekonomian negara yang di susun

sebagai usaha bersama berdasarkan Azas Kekeluargaan atau usaha masyarakat secara

mandiri berdasar kebijakan pemerintah baik di pusat maupun daerah yang bertujuan

memberikan manfaat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat 10.

Menurut pasal 1 butir 1 UU no. 17 th 2003 tentang Keuangan negara menyebutkan bahwa

keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat di nilai dengan

uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat di jadikan

milik negara berhubunh dengan hak dan kewajiban tersebut 11.

Bahwa unsur-unsur keuangan negara / perekonomian negara tersebut telah di atur di

dalam pasal 2 dan pasal 3 UU no. 31 th 1999 tentang pemberantasan tindak pidana

korupsi.

G Pembuktian terbalik.

10 Penjelasan Umum UU no. 31 th 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.11 Pasal 1 butir 1 UU no. 17 th 2003 tentang Keuangan Negara.

11

11

Page 12: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

Bahwa pembuktian terbalik oleh Tsk atau Tdw sebenarnya dalam KUHAP telah diatur

disamping dalam UU no. 31 th 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi .

Pada saat pemeriksaan dihadapan Penyidik

A. Pasal 116 ayat (3) KUHAP bahwa tersangka wajib di beri kesempatan ajukan saksi

yang meringankan [ dalam bentuk keterangan saksi dan bukti].

B. Pasal 28 UU no.31 th 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi bahwa

tersangka wajib berikan keterangan hartanya dan harta istri / suami dan anak-

anaknya, harta setiap orang atau korporasi yang ada hubungannya dengan tindak

pidana korupsi yang di lakukan tersangka.

Pada saat pemeriksaan sidang Pengadilan .

A. Pasal 37 A , UU no. 20 th 2001, bahwa terdakwa wajib memberikan keterangan

hartanya dan harta istri atau suami dan anaknya, harta setiap orang atau korporasi

yang ada hubungan dengan tindak pidana yang di lakukan oleh terdakwa.

B. Pasal 38 B , UU no. 20 th 2001, bahwa terdakwa wajib buktikan sebaliknya terhadap

harta miliknya yang belum di dakwakan yang di duga berasal dari tidak pidana.

Pembuktian terbalik ini memberikan kesempatan kepada tersangka / terdakwa bahwa ybs

tidak melakukan korupsi ataupun bahwa barang yang didapat bukan merupakan hasil

perbuatan korupsi yang disangkakan / di dakwakan kepadanya.

Untuk alat-alat bukti yang syah berupa petunjuk sebagaimana di atur di dalam pasal 26 A

UU no. 20 th 2001 tentang Perubahan pemberantasan tindak pidana korupsi , bahwa alat

bukti yang syah berupa petunjuk khusus terhadap tindak pidana korupsi juga dapat di

peroleh :

a. Alat bukti lain berupa informasi yang di ucapkan , di kirim , di terima atau di

simpan secara elektronik , dengan alat optik.

b. Dokumen yang berupa rangkuman data atau informasi yang dapat di lihat, di

baca , di dengar atau tertuang di atas kertas maupun rekaman secara elektronik ,

berupa tulisan suara, gambar , foto , peta , huruf , tanda , angka atau perforasi

yang memiliki makna.

Bahwa bukti-bukti tersebut diatas sangat membantu didalam penegakan hukum Tipikor

yang di kenal sulit pengungkapannya.

H Pengembalian kekayaan Negara.

12

12

Page 13: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

Strategi di dalam penegakan hukum ( Law Enforcement ) tindak pidana korupsi

tidaklah cukup dengan hanya mengandalkan ketentuan-ketentuan UU no. 31 th 1999 Jo UU

no. 20 th 2001 tentang perubahan pemberantasan tindak pidana korupsi, oleh sebab itu

dalam rangka pengembalian uang negara dalam segala bentuk yang telah di jarah dan

disembunyikan oleh para pelaku korupsi maka strategi di dalam penegakan hukum

khususnya di dalam penyidikan ( KPK , Jaksa , Polri ) perlu menempatkan ketentuan-

ketentuan atau pasal-pasal di dalam UU no. 8 th 2010 tentang pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana pencucian uang baik terhadap pelaku pencucian Aktif , Pasif

maupun bagi mereka yang menikmati dari hasil tindak pidana pencucian uang tersebut ,

sehingga harta-harta / barang hasil korupsi yang di simpan / di titipkan di segala tempat

dapat terjangkau untuk di sita guna kepentingan penyidikan,penuntutan maupun

pemeriksaan di sidang pengadilan.

Sebagai contoh di dalam persidangan kasus tindak pidana korupsi pengadaan alat

simulator SIM a/n Tdw JKS dan kasus tindak pidana Impor daging a/n Ftnh maka penyidik

KPK menerapkan di samping pasal 2, 3 UU no. 31 th 1999 Jo UU no. 20 th 2001 juga

menerapkan pasal 2, pasal 3, pasal 4 UU no. 8 th 2010 tentang pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana pencucian uang sehingga uang / kekayaan negara yang di

sembunyikan di segala tempat dan dalam segala bentuk mudah untuk dapat di sita untuk di

jadikan bukti di pengadilan dengan harapan setelah dinputus pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap ( Inkracht ) pelakunya di hukum berat dan harta yang di

sita di kembalikan kepada negara.

I Peran PPATK.

PPATK sebagai Financial Intelligence Unit , tidak memandang pelaku sebagai

birokrat , tehnokrat , legeslatif, eksekutif maupun yudikatif.

Di dalam pasal 3 UU no. 8 th 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

pencucian uang menyebutkan “ Setiap orang yang menempatkan , mentrasfer ,

mengalihkan , membelanjakan , membayarkan , menghibahkan , ubah bentuk , menukar

dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain yang diketahui atau patut di

duga merupakan tindak pidana , dengan tujuan menyembunyikan dan menyamarkan asal

usul harta kekayaan di pidana karena pidana pencucian uang atau dapat di sebut tindak

pidana pencucian uang AKTIF dan yang di sebut sebagai tindak pidana pencucian uang

PASIF adalah setiap orang yang terima ,kuasai penempatan,pentransferan,pembayaran,

hibah termasuk mereka yang menikmati hasil dari tindak pidana pencucian uang seperti

13

13

Page 14: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

tersebut dalam pasal 4 UU no 8 tahun 2010 tentang pencegahan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang.

Kemudian wewenang PPATK ( Pusat Pelayanan dan Analisis Transaksi Keuangan ) adalah

mengumpulkan , menyimpan , menghimpun , menganalisis , mengevaluasi informasi yang

di peroleh dari penyedia jasa keuangan selanjutnya PPATK menyampaikan kepada

penyidik ( KPK; JAKSA, POLRI ) untuk di kembangkan dengan mencari bukti – bukti lain

terhadap kasus tipikor tersebut 12.

J Peran Bank.

Bank adalah salah satu tempat yang rawan sebagai praktek berbagai tindak pidana

kejahatan diantaranya perbuatan korupsi dan pencucian uang serta tindakan-tindakan lain

yang dilakukan adalah melalui berbagai bentuk transaksi

Bahwa data-data Nasabah Bank, pada umumnya tidak ada aturan yang baku sehingga

uang yang disimpan ke dalam bank tentunya tidak tertutup kemungkinan yang diperoleh

dari hasil kejahatan yang di tindak lanjuti dengan upaya pencucian uang supaya uang yang

di peroleh dari kejahatan tersebut uangnya menjadi uang yang syah ( halal ).

Oleh sebab itu dalam rangka pencegahan peran Bank Indonesia selaku Bank Central /

Bank Pengawas haruslah di optimalkan dengan cara koordinasi dengan Lembaga terkait

seperti Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan ( PPATK ) , Badan Pengawas

Pusat Pasar Modal dan Lembaga Keuangan lainnya ( BAPEPAM ) .

Terhadap Industri Non Bank yang dapat pula di pergunakan sebagai sarana alat melakukan

kejahatan ( Korupsi , pencucian uang dsb ) tetap di perlukan pengawasan yang ketat

seperti di lakukan oleh Bank-bank dengan cara membuat keseragaman sistem administrasi

kependudukan melalui program E-KTP ( KTP Nasional ) hal ini dapat mempermudah

mencegah terhadap kegiatan nasabah yang berniat melakukan tindak kejahatan 13, dengan

cara melakukan transaksi – transaksi fiktif guna menyembunyikan uang hasil

kejahatannya / korupsi dsb.

K e s i m p u l a n.

Bahwa dari uraian dan pembahasan tsb di atas dapat di simpulkan;

1. Bahwa dengan memahami materi tentang tindak pidana korupsi seperti khususnya

Modus , Karakteristik dan perbuatan melawan hukum tindak pidana korupsi maka 12 Ibid hal 8713 http/www.anneakira.com /pencucianuang.htm ( di akses pada 5 Juli 2012) Philip Darwin, money laundring hal 98.

14

14

Page 15: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

minimal sebagai bekal bagi seseorang untuk tidak berbuat korupsi ataupun sebagai

sarana pengawasan terhadap orang lain supaya tidak melakukan korupsi.

2. Dalam penanganan TIPIKOR perlu penerapan ketentuan-ketentuan UU no. 8 th 2010

tentang Pencegahan dan pemberantasan TPPU dalam hal ini mempermudah melacak

dan menyita harta kekayaan negara yang telah di jarah dan di korupsi para pelaku

Tipikor.

S a r a n .

Bahwa dari kesimpulan tsb di atas dapat di sarankan ;

1. Para Pejabat / PNS / Penyelenggara Negara perlu mendalami tentang materi hal-hal

yang berkait dengan tipikor khususnya tentang modus , kerakteristik dan perbuatan

melawan hukum Tipikor dengan pendalaman materi ini sebagai sarana untuk

mencegah dan pemberantasan jika terjadi tindakan korupsi .

2. Perlu penerapan ketentuan terhadap UU no. 8 th 2010 tentang pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana pencucian uang oleh aparat Gakkum, Tipikor dan,

supaya tidak ragu-ragu dalam melakukan penegakan hukum tipikor khususnya

terhadap tindakan penyitaan harta kekayaan hasil korupsi dalam segala bentuk yang

di simpan dimanapun keberadaanya.

P e n u t u p.

Demikian materi Pemberantasan Korupsi ini di sampaikan sebagai bahan masukan

bagi peserta seminar guna menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya hukum

pidana korupsi.

DAFTAR - PUSTAKA

Indriyanto Seno Adji , Korupsi kebijakan Aparatur Negara dan Hukum pidana, Jakarta, CV

Dirdit Media , 2007.

H. Setyono , kejahatan korporasi , analisis viktimologi dan pertanggung jawaban korporasi

dalam hukum pidana Indonesia , Malang , Penerbit Bayu Media Publishing , 2003

15

15

Page 16: MAKALAH TIPIKOR TINJAUAN KONSEPSI.doc

Syaiful Achmad Dinar, KPK & korupsi dalam studi kasus, Jakarta , Penerbit Cintya Press

2012.

Teguh Sulistya & Aria Zumetti, Hukum Pidana , Jakarta, Penerbit Rajawali Press 2011.

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum dalam Perspektif Hukum progresif, Jakarta, Penerbit Sinar

Grafika 2010.

Satjipto Raharjo, Penegak Hukum Progresif, Jakarta, Penerbit Kompas 2010.

Piter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Penerbit Kencana Prenada Media

Group, 2009.

Marwan Efendi, Sistem Peradilan Pidana, Penerbit Ciputat Jakarta , 2012

Fokus Media, Pemberantasan tindak pidana korupsi, Penertbit Bandung, 2005.

Philips Darwin, Money laundering, cara memahami dengan tepat dan benar pencucian

uang, Penerbit Sinar Ilmu, Jakarta 2012.

16

16