makalah thasia

24
Referat Trichotillomania Pembimbing : Dr.Dan Hidayat, Sp. KJ (K) Disusun Oleh : Anathasia Christine Kurniawaty 11.2012.047 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa

Upload: anathasiachristine

Post on 24-Oct-2015

85 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

rambutt

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Thasia

Referat

Trichotillomania

Pembimbing :

Dr.Dan Hidayat, Sp. KJ (K)

Disusun Oleh :

Anathasia Christine Kurniawaty

11.2012.047

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa

Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana

Periode 11 November 2013 – 14 desember 2013

Page 2: Makalah Thasia

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur di panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat

dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun referat berjudul Trichotillomania ini tepat

pada waktunya. Setinggi-tinggi terima kasih di atas bimbingan Dr.Dan Hidayat, Sp. KJ (K)

sepanjang penulis menjalani kepaniteraan ini.

Referat ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang diambil dari sumber yang

dipercayai. Materi – materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dokter

muda dalam mempelajari secara lebih mendalam.

Dalam penulisan referat ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu

kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan

referat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.

Akhir kata, semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Jakarta, November 2013

Penulis

Page 3: Makalah Thasia

BAB I

PENDAHULUAN

Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai dengan

kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak, pubis) yang didahului

dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puasa atau lega setelahnya. Kegiatan ini

ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang mencolok dan tidak disebabkan oleh kelainan

kulit kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotipi yang lain.1,2

Trikotilomania telah dikenal sejak hamper dua abad yang lalu dan istilah trikotilomania

itu pertama kali oleh ahli kulitasal Prancis François Henri Hallopeau.3,4 Penyakit ini dapat

dikategorikan berdasarkan onset menjadi: pra-sekolah, pra-remaja, dewasa muda, dewasa.5

Dari klasifikasi tersebut didapatkan perbedaan gejala dan respon terapi dimana pada

pasien pra-sekolah dan dewasa muda memiliki kebiasaan menarik rambut otomatis dan tanpa

disadari serta memiliki respon yang baik terhadap pengobatan konservatif. Pada pasien dewasa

biasanya memiliki kecenderungan menarik rambut sebagai bentuk dari focus penderita terhadap

kebiasaan tersebut, sebagai bagian rutinitas yang disadari termasuk dalam memilah jenis rambut

tertentu untuk dicabuti misalnya yang memiliki ujung bulat dan pipih, yang kasar ataupun karena

letaknya yang salah.4,5

Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif masih sedikit

yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok dengan kriteria trikotilomania

ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei. Penelitian lain menunjukkan perbedaan

Page 4: Makalah Thasia

tingkat trikotilomania dalam pengobatan ditemukan 4.4% pada pasien psikiatri yang rawat inap

dan 4.6% pada pasien gangguan obsesif-kompulsif.3

Page 5: Makalah Thasia

BAB II

ISI

1. DEFINISI

Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai dengan

kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak, pubis) yang

didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puasa atau lega setelahnya.

Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang mencolok dan tidak

disebabkan oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotipi yang lain.1,2

2. ETIOLOGI

Meskipun dianggap ditentukan oleh banyak hal, onsetnya dihubungkan pada situasi

yang penuh stress. Gangguan hubungan ibu dan anak, rasa takut ditinggal sendirian dan

kehilangan objek yang belum lama seringkali dinyatakan sebagai factor penting yang

berperan dalam gangguan ini. Penyalahgunaan zat mungkin mendorong perkembangan

gangguan.4

Dinamik depresif sering dinyatakan sebagai factor predisposisi tetapi tidak ada cirri

atau gangguan kepribadian tertentu atau yang khas pada pasien trikotillomania. Beberapa ahli

melihat stimulasi terhadap diri sendiri merupakan tujuan utama perilaku mencabut rambut.

Trikotilomania semakin sering dipandang memiliki substrat yang ditentukan secara

biologis yang dapat mencerminkan aktivitas motorik yang dikeluarkan dengan tidak tepat.

Teori biologi juga mengacu pada perbedaan metabolic dalam sistem serotonin dan opioid.

Page 6: Makalah Thasia

Anggota keluarga pasien dengan trikotilomania sering memiliki riwayat “tic, gangguan

pengendalian impuls, dan gangguan obsesif kompulsif, yang lebih menyokong lagi

kemungkinan predisposisi genetik.

3. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset trikotilomania ini

berkisar antara usia 12-13 tahun.7 Pada anak-anak tidak ada perbandingan yang berarti antara

populasi laki-laki atau pun perempuan yang terkena trikotilomania. Pada orang dewasa

ditemukan adanya prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan kecenderungan lebih banyak pada

perempuan dibandingkan laki-laki. Namun data ini masih dikacaukan dengan tipikal

pencarian pertolongan yang cenderung dimiliki perempuan dibandingkan laki-laki.6

Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif masih

sedikit yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok dengan kriteria

trikotilomania ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei. Penelitian lain

menunjukkan perbedaan tingkat trikotilomania dalam pengobatan ditemukan 4.4% pada

pasien psikiatri yang rawat inap dan 4.6% pada pasien gangguan obsesif-kompulsif.3

Prevalensi trichotillomania berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia rata-rata 10

sampai 13 tahun. Penyakit ini tujuh kali lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan

orang dewasa dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada anak laki-laki.4

Tidak ada informasi mengenai familial, tetapi satu studi melaporkan bahwa 5 dari 19

orang anak memiliki riwayat keluarga yang mengalami beberapa bentuk alopesia. Gangguan

yang berhubungan adalah obsesif kompulsif, kepribadian ambang dan gangguan depresif.

Page 7: Makalah Thasia

4. PATOFISIOLOGI

Hingga saat ini penyebab trikotilomania itu sendiri masih belum jelas. Menurut teori

neuro-kognitif gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan pada basal ganglia pasien

sebagaimana diketahui bahwa basal ganglia memiliki peran dalam membentuk kebiasaan.

Kegagalan lobus frontal dalam menghambat kebiasaan tertentu juga diperkirakan bagian dari

pathofisiologi gangguan ini.7

Sebuah studi pencitraan menggunaan Magnetic Resonance Image (MRI) juga

menyatakan bahwa substansi grasia (gray matter) pasien dengan trikotilomania lebih

meningkat kapasitasnya dibandingkan yang tidak memiliki penyakit ini. Peranan genetik

terhadap penyakit ini pun tidak luput dari perhatian peneliti.

Pada suatu penelitian ditemukan adanya mutasi pada gen SLITRK1 sedangkan pada

penelitian lainnya mendapatkan adanya perbedaan pada receptor gen serotonin 2A. Mutasi

gen HOXB8 juga menunjukkan perubahan kebiasaan pada tikus dalam menarik-narik

rambut. Pendekatan ilmiah terhadap gen ini merupakan fenomena baru namun masih belum

dapat ditentukan apakah memang ada hubungan genetic dalam menyebabkan penyakit ini.4,7

Gambar 4.1 Geometric patch pada incomplete alopecia pada remaja laki-laki.

Page 8: Makalah Thasia

Gambar 4.2 Bizarre-patterned lesion yang tertutupi dengan rambut pendek pada anak

perempuan berusia 11 tahun.

Page 9: Makalah Thasia

Gambar 4.3 Typical geometric shape trichotillomania pada anak laki-laki berusia 7 tahun.

Tipe alopesia ini jarang terjadi pada usia ini.

Gambar 4.4 Pada gangguan trikotilomania yang terkena dibagian alis mata.

Gambar 4.5 Wanita dengan lesi kebotakan pada trikotilomania kronis

Page 10: Makalah Thasia

5. MANIFESTASI KLINIS

Menurut The American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), trichotillomania termasuk dalam kategori

gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait. Gangguan ini ditandai dengan suatu

tindakan khusus berupa kebiasaan menarik rambut. Kebiasaan ini terjadi baik dalam keadaan

santai maupun keadaan yang penuh tekanan.

Kriteria diagnosis menurut DSM V, antara lain:

Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan yang jelas.

Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau jika berusaha

untuk menahan perilaku tersebut.

Rasa senang, puas atau reda jika mencabut rambut.

Gangguan tidur tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain dan

bukan karena kondisi medis umum (misalnya, kondisi dermatologis).

Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan

dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Diagnosis jangan dibuat apabila sebelumnya ada inflamasi kulit atau

apabila pencabutan rambut dilakukan akibat suatu waham atau halusinasi. Periode transien

menarik rambut pada anak usia dini dapat dianggap suatu "kebiasaan" ringan dengan jangka

waktu terbatas.

Individu yang hadir dengan trikotilomania kronis di masa dewasa sering melaporkan

onset masa remaja awal. Beberapa individu memiliki gejala terus menerus selama beberapa

Page 11: Makalah Thasia

dekade. Bagi yang lain, gangguan tersebut dapat datang dan pergi untuk minggu, bulan,

tahunan. Tempat-tempat menarik rambut dapat bervariasi dari waktu ke waktu.2

Banyak individu dengan trikotilomania mencabut rambut dari kepala mereka, bulu

mata, alis, kaki, lengan, wajah, dan region kemaluan. Mereka menarik helai rambut dengan

jumlah yang yang cukup banyak, menjadikan kerontokan rambut menjadi terlihat. Hal ini

menyebabkan ketidaknyamanan banyak, terutama dalam situasi sosial, di mana mereka akan

dapat diamati. Akibatnya, individu dengan masalah ini berusaha keras untuk

menyembunyikan kehilangan rambut ini dengan memakai topi, wig, kemeja lengan panjang,

atau dengan menutup area kebotakan dengan make up.

Individu trikotilomania bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka menarik

rambut mereka dan kebanyakannya mengatakan bahwa mereka merasa bosan atau gugup

sebelum mencabut rambut mereka, tapi setelah menariknya keluar, mereka merasa bersalah,

sedih, atau marah. Ada juga melaporkan bahwa mereka mencabut rambut mereka ketika

sedang menonton televisi, membaca, berbicara di telepon, atau memandu kendaraan.7

Page 12: Makalah Thasia

Gambar 5.1 biasanya pada trichotilomania menunjukan kombinasi rambut yang baru tumbuh, rambut

yang rusak, black dots, area yang kosong, dan panjang rambut yang tidak sama.

Gambar 5.2 Menggunakan Contrast card examination yang membantu menunjukkan kebotakan

natural.

6. COMORBIDITAS

Individu dengan trikotilomania mempunyai prevalensi gangguan mood yang

meningkat (gangguan depresi mayor, gangguan dysthymic) dan gejala anxietas ( gangguan

obsesif kompulsif, gangguan anxietas menyeluruh, dan fobia social), gangguan penggunaan

zat, gangguan makan, gangguan kepribadian ( gangguan ambang dan obsesif-kompulsif),

serta retardasi mental. 3

7. PENATALAKSANAAN

Page 13: Makalah Thasia

Penelitian tentang pengobatan untuk gangguan kebiasaan dan impuls sebagian besar

berfokus pada penggunaan terapi perilaku kognitif dan obat-obatan. Terapi perilaku kognitif

(CBT) menggabungkan unsur-unsur dari kedua terapi kognitif dan terapi perilaku. Terapi

kognitif meneliti cara pikiran orang tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia

mempengaruhi kesehatan mental mereka. Terapi perilaku menyelidiki cara tindakan

masyarakat mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan interaksi mereka dengan orang

lain. Dengan menggabungkan kedua, CBT meneliti cara orang dapat mengubah pikiran

mereka dan perilaku dalam rangka meningkatkan kehidupan mereka. Terapi perilaku kognitif

dapat membantu seseorang belajar untuk rileks, mengatasi stres, memerangi pikiran negatif,

dan mencegah perilaku merusak. Dalam penelitian kecil, jenis pengobatan ini telah terbukti

efektif untuk kleptomania, judi patologis, trikotilomania, dan isu-isu seksualitas kompulsif.7

Terapi perilaku yang berhasil, seperti biofeedback, pengawasan diri sendiri,

desensitisasi sendiri, dan pembalikan kebiasaan telah dilaporkan; tetapi sebagian besar

laporan adalah kasus individual atau sejumlah kecil penelitian dengan periode follow up yang

relative singkat.

Trikotilomania kronis yang berhasil diterapi adalah dengan psikoterapi berorientasi

pada tilikan. Hipnoterapi dan terapi perilaku telah dinyatakan berpotensi efektif dalam terapi

gangguan dermatologis dengan keterlibatan factor psikologis karena kulit telah terbukti

rentan terhadap saran hipnotik

Berdasarkan saran Trichotillomania Impact Project, penggunaan farmakoterapi

dengan SSRI merupakan terapi yang paling sering digunakan bahkan lebih dianjurkan

penggunaannya dibandingkan Clomiperamine.8 Namun bila pasien dengan respon buruk

Page 14: Makalah Thasia

dengan SSRI dapat membaik dengan tambahan pimozide (Orap), suatu antagonis reseptor

dopamine.

Selain itu psikofarmakologi yang telah digunakan adalah steroid topical dan

hydroxinehydrochloride, suatu ansiolitik dengan sifat antihistamin; antidepresan; obat

serotonergik dan antipsikotik.4

Bila terdapat depresi, agen anti depresan dapat memberikan perbaikan dermatologis.

Antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox), sertraline (Zoloft), dan

venlafaxine (Effexor), sering digunakan untuk mengobati trikotilomania, kleptomania, dan

judi patologis. Obat antipsikotik olanzapine, (Zyprexa) juga telah menunjukkan efektivitas

dalam mengobati trikotilomania.7

8. PERJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS

Trichotillomania merupakan penyakit kronik. Terapi farmakologi maupun

pendekatan psikoterapi sampai saat ini belum menunjukkan bukti yang nyata, meskipun

beberapa diantaranya menunjukkan perbaikan.3

Onset rata-rata munculnya trikotillomania adalah pada masa remaja awal, dan sering

ditemukan pada usia sebelum 17 tahun namun onset terjadi pada usia lebih lanjut pun ada

terjadi. Perjalanan gangguan tidak diketahui dengan baik; bentuk kronis maupun remiten

sama-sama dapat terjadi.

Pada onset dini ( kurang dari usia 6 tahun) cenderung lebih mudah sembuh, dan lebih

berespons pada saran, dukungan, dan strategi perilaku. Onset lanjut ( setelah usia 13 tahun)

dikaitkan dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya kekronisan dan prognosis yang

lebih buruk daripada onset dini.

Page 15: Makalah Thasia

Kurang lebih sepertiga orang yang datang untuk terapi melaporkan durasi selama 1

tahun atau kurang, sedangkan pada beberapa kasus gangguan ini berlangsung selama lebih

dari dua decade.

Page 16: Makalah Thasia

DAFTAR PUSTAKA

1. Chayavichitsilp P, Barrio V, Johnson B. Interdisciplinary Insight Management of

Trichotillomania. Practical Dermaology for Paediatric. 2010; 24-26.

2. Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku Diagnosis

Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta : PT. Nuh Jaya

3. Nejatisafa AA, Sharifi V. Cognitive Behavior Therapy for Trichotillomania: Report of

Case Resistant to Pharmacological Treatment. Iran J Psychiatry. 2006; 1: 42-44.

4. Sadock, James Benjamin, Sadock, Alcott Virgina. Kaplan & Sadock’s Synopsis Of

Pcyshiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry. Tenth edition. Lippincott Williams &

Wilkins.

5. First, Michael B. . Tasman, Allan. Clinical Guide To The Diagnosis And Treatment of

Mental Disorders. John Wiley & Sons, Inc.

6. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, Text Revision (DSM V-TR) Fifth

Edition.

7. Ebert, H. Michael. Loosen, T. Peter. Nurcombe, Barry. Current Diagnosis & Treatment

in Psychology. Lange Medical Books / McGraw-Hill.

8. Flessner CA, Penzel F, Keuthen NJ. Current Treatment Practice for Children and Adults

With Trichotillomania: Consensus Among Experts. Cognitive and Behavioral Practice.

2010; 17: 290-300.

9. Chamberlain SR, Menzies LA, Fineberg NA, del Campo N, Suckling John, Craig K, et

al. Grey Matter Abnormalities in Trichotillomania: Morphometric Magnetic Resonance

Imaging Study. The British Journal of Psychiatry. 2008; 193: 216-221.

Page 17: Makalah Thasia

10. Bloch MH, Lenderos-Weisenberger L, Dombrowski, Kemeldi B, Wegner R, Nudel J, et

al. Systematic Review: Pharmacological and Behavioral Treatment in Trichotillomania.

Biol Psychiatry. 2007; 1-8.