makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

14
Gratis makalah atrikel pendidikan da contoh-contoh pidato dari  www.niamwebs.com dan www.niamblog.co.cc makalah tentang cara mengatasi kemiskinan  ABSTRAK Kemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang perlu diatasi dengan melibatkan peran serta banyak pihak, termasuk kalangan perguruan tinggi. Dari sekian banyak strategi mengentaskan kemiskinan, pendekatan social enterpreneurship yang bertumpu pada semangat kewirausahaan untuk tujuan-tujuan perubahan sosial, kini semakin banyak digunakan karena dianggap mampu memberikan hasil yang optimal. Konsep atau pendekatan ini layak diujicobakan dalam lingkup perguruan tinggi karena gagasan dasarnya sebenarnya sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya aspek pengabdian masyarakat. Caranya adalah dengan menerjemahkan konsep social enterpreneurship pada empat level: kelembagaan, regulasi, aksi, dan audit/monitoring evaluasi. I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan sesungguhnya telah menjadi masalah dunia sejak berabad-abad lalu. Namun, realitasnya, hingga kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat dan paling krusial di dunia ini. Teknologi boleh semakin maju, negara-negara merdeka semakin banyak, dan negara-negara kaya boleh saja kian bertambah (pun semakin kaya!). Tetapi, jumlah orang miskin di dunia tak kunjung berkurang. Kemiskinan bahkan telah bertransformasi menjadi wajah teror yang menghantui dunia. Bagaimana gambaran kemiskinan yang melingkupi kita saat ini? Data World Bank 2006 menunjukkan, setidaknya terdapat 1,1 milyar penduduk miskin di dunia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia (yang dikategorikan supermiskin[1] oleh World Bank) pada tahun 2007 mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Untuk wilayah Jawa Barat, yang  punya cita-cita meningkatkan poin IPM menjadi 80 pada 2008, jumlah penduduk miskin mencapai 5,46 juta orang, atau sekitar 13,55 persen dari total penduduk miskin di Indonesia [2]. Memprihatinkan, karena data ini memperlihatkan adanya peningkatan penduduk miskin di Jawa Barat sebanyak 317.000 orang ![3] Ini berarti, program-program pengentasan kemiskinan yang digagas pemerintah pusat maupun daerah telah gagal mengentaskan penduduk Jawa Barat dari cengkeraman kemiskinan. Seiring berkembangnya pemikiran bahwa kemiskinan adalah masalah struktural, maka upaya untuk mengatasi kemiskinan pun kini dikaitkan dengan perbaikan sistem dan struktur, tidak semata-mata bertumpu pada aksi sesaat berupa crash program. Sebuah upaya yang kini populer adalah mengembangkan konsep social enterpreneurship (selanjutnya disingkat SE    pen.), atau kewirausahaan sosial, yang bermaksud menggandengkan kekuatan kapitalisme dengan komitmen sosial bagi komunitas di sekitarnya. Makalah ini tidak bermaksud membahas metode dan operasionalisasi Grameen Bank. Sesuai dengan tema karya tulis yang difokuskan pada upaya perguruan tinggi dalam mengentaskan kemiskinan, makalah ini menggagas alternatif-alternatif yang bisa dilakukan ole h kalangan  perguruan tinggi untuk berperan-aktif mengatasi persoalan kemiskinan, disemangati oleh spirit SE.

Upload: azwam-moehammad

Post on 04-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 1/14

Gratis makalah atrikel pendidikan da contoh-contoh pidato dari www.niamwebs.com danwww.niamblog.co.cc 

makalah tentang cara mengatasi kemiskinan 

ABSTRAKKemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang perlu diatasi dengan melibatkan peranserta banyak pihak, termasuk kalangan perguruan tinggi. Dari sekian banyak strategimengentaskan kemiskinan, pendekatan social enterpreneurship yang bertumpu pada semangatkewirausahaan untuk tujuan-tujuan perubahan sosial, kini semakin banyak digunakan karenadianggap mampu memberikan hasil yang optimal. Konsep atau pendekatan ini layakdiujicobakan dalam lingkup perguruan tinggi karena gagasan dasarnya sebenarnya sesuai denganTri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya aspek pengabdian masyarakat. Caranya adalah denganmenerjemahkan konsep social enterpreneurship pada empat level: kelembagaan, regulasi, aksi,dan audit/monitoring evaluasi.

I. Pendahuluan1.1 Latar Belakang MasalahKemiskinan sesungguhnya telah menjadi masalah dunia sejak berabad-abad lalu. Namun,realitasnya, hingga kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat dan palingkrusial di dunia ini. Teknologi boleh semakin maju, negara-negara merdeka semakin banyak, dannegara-negara kaya boleh saja kian bertambah (pun semakin kaya!). Tetapi, jumlah orang miskindi dunia tak kunjung berkurang. Kemiskinan bahkan telah bertransformasi menjadi wajah teroryang menghantui dunia.Bagaimana gambaran kemiskinan yang melingkupi kita saat ini? Data World Bank 2006menunjukkan, setidaknya terdapat 1,1 milyar penduduk miskin di dunia. Jumlah penduduk

miskin di Indonesia (yang dikategorikan supermiskin[1] oleh World Bank) pada tahun 2007mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Untuk wilayah Jawa Barat, yang punya cita-cita meningkatkan poin IPM menjadi 80 pada 2008, jumlah penduduk miskinmencapai 5,46 juta orang, atau sekitar 13,55 persen dari total penduduk miskin di Indonesia[2]. Memprihatinkan, karena data ini memperlihatkan adanya peningkatan penduduk miskin di JawaBarat sebanyak 317.000 orang![3] Ini berarti, program-program pengentasan kemiskinan yangdigagas pemerintah pusat maupun daerah telah gagal mengentaskan penduduk Jawa Barat daricengkeraman kemiskinan.Seiring berkembangnya pemikiran bahwa kemiskinan adalah masalah struktural, maka upayauntuk mengatasi kemiskinan pun kini dikaitkan dengan perbaikan sistem dan struktur, tidaksemata-mata bertumpu pada aksi sesaat berupa crash program. Sebuah upaya yang kini populeradalah mengembangkan konsep social enterpreneurship (selanjutnya disingkat SE —  pen.), ataukewirausahaan sosial, yang bermaksud menggandengkan kekuatan kapitalisme dengankomitmen sosial bagi komunitas di sekitarnya.Makalah ini tidak bermaksud membahas metode dan operasionalisasi Grameen Bank. Sesuaidengan tema karya tulis yang difokuskan pada upaya perguruan tinggi dalam mengentaskankemiskinan, makalah ini menggagas alternatif-alternatif yang bisa dilakukan oleh kalangan perguruan tinggi untuk berperan-aktif mengatasi persoalan kemiskinan, disemangati oleh spiritSE.

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 2/14

1.2 Perumusan MasalahBertitiktolak dari latar belakang permasalahan, maka masalah dalam makalah ini dapatdirumuskan sbb. “Bagaimana melembagakan konsep SE di lingkungan perguruan tinggi untukmembantu mengatasi masalah kemiskinan?” Permasalahan yang general ini kemudian dibagi

menjadi beberapa identifikasi permasalahan, sbb.

Bagaimana konsep SE diterjemahkan sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi?Bagaimana rumusan skema langkah-langkah dalam melembagakan SE di lingkungan perguruanTinggi?

1.3 Tujuan dan Manfaat PenulisanTujuan utama penulisan adalah menggambarkan bagaimana kemiskinan dapat coba diatasimelalui peran perguruan tinggi lewat strategi pelembagaan SE. Tujuan ini secara spesifik terbagimenjadi:Penerjemahan konsep SE sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.Perumusan skema langkah-langkah dalam melembagakan SE di lingkungan Perguruan Tinggi.Manfaat yang bisa diperoleh dari karya tulis ini adalah sbb.

Pada level praktis, penelitian ini memperlihatkan sebuah skema yang applicable untukmelembagakan konsep SE di lingkungan Perguruan Tinggi.Pada level sosial, melalui skema SE Unisba dapat turut serta menyumbangkan alternatif solusimengatasi persoalan-persoalan kemiskinan, terutama di lingkungannya.

2. Kerangka PemikiranRagangan, atau kerangka pemikiran, berisi uraian logis mengenai konsep-konsep yang terkaitdengan permasalahan. Dalam membincangkan kemiskinan, sebagai penghantar menuju pada pembahasan, setidaknya ada tiga hal yang perlu dijadikan landasan diskusi. Hal pertama berkenaan dengan pembahasan mengenai konsep-konsep kemiskinan dalam upaya memahamikompleksitas permasalahan kemiskinan. Kedua, gambaran mengenai kemiskinan di Jawa Baratsebagai upaya mengaitkan pembahasan makalah dengan konteks permasalahan yang dihadapi dilapangan. Ketiga, uraian konsep SE yang dijadikan pendekatan utama dalam makalah ini untukmemberikan solusi sesuai dengan tema penelitian.

2.1. Mendefinisikan KemiskinanThe poor will always be with us. Inilah idiom populer tentang kemiskinan yang dikutip olehsosiolog kemiskinan paling populer saat ini, Zygmunt Baumant (1998:1). Idiom tersebutmemberi makna bahwa kemiskinan — dan orang-orang miskin — adalah kondisi inheren dalammasyarakat manapun, dulu dan sekarang, kemungkinan di masa depan jika dunia tak berubah.Poverty, atau kemiskinan pada dasarnya adalah kondisi kekurangan. Ada banyak cara memaknai„kekurangan‟, karena itu, Wikipedia merinci setidaknya terdapat 3 pendekatan dalammendefinisikan kemiskinan.a) Kemiskinan yang dideskripsikan sebagai kekurangan material need. Kemiskinan, dalam halini, didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang atau sebuah komunitas kekurangan esensialuntuk memenuhi standar kehidupan minimum yang terdiri dari sandang, pangan, papan(sumberdaya material). b) Kemiskinan yang dideskripsikan dari aspek hubungan dan kebutuhan sosial, seperti socialexclusion (pengucilan sosial), ketergantungan, dan kemampuan untuk berpartisipasi dalammasyarakat, termasuk pendidikan dan informasi.

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 3/14

c) Kemiskinan yang dideskripsikan sebagai kurangnya pendapatan dan kemakmuran — yangditetapkan berdasarkan indikator-indikator tertentu. Dari sinilah munculnya pemilahankemiskinan secara global berdasarkan pendapatan harian keluarga, yaitu kurang dari $1 atau $2sehari.Konkretnya, survei data riset World Bank “Voices of the Poor”, terhadap 20.000 penduduk

miskin di 23 negara (termasuk Indonesia!), faktor-faktor kemiskinan dapat diidentifikasi sebagaikehidupan yang sulit, lokasi yang terpencil, keterbatasan fisik, hubungan timpang gender, problem dalam hubungan sosial, kurangnya keamanan, penyalahgunaan kekuasaan, lembagayang tidak memberdayakan, terbatasnya kapabilitas, dan lemahnya organisasi komunitas(Wikipedia, 2007).Jelas, permasalahan kemiskinan bukan terletak pada ketidakmampuan memenuhi standar-standarekonomi yang didasarkan pada ukuran material resources. Adapula kondisi kekurangan socialresources yang menyebabkan kemiskinan. Itu sebabnya kemiskinan begitu kompleks, mencakup berbagai bidang, hingga kemiskinan acap pula disebut sebagai plural poverty — kemiskinan plural. Guna mengatasi kemiskinan, Wikipedia merinci sejumlah strategi sbb.Strategi pertumbuhan ekonomi.

Penciptaan pasar bebas.Bantuan langsung.Perubahan lingkungan sosial dan kapabilitas warga miskin.Millenium Development Goals.Pendekatan berbasis kultural.Di Indonesia, pada tahun 1970-an, pendekatan yang digunakan untuk mengatasi kemiskinanadalah pemenuhan kebutuhan dasar [4]. Ini meliputi pemenuhan kebutuhan pangan senilai 2100kalori per orang/hari, adanya fasilitas kesehatan dasar, air bersih, sanitasi, tempat tinggal, danakses pendidikan. Memasuki dekade 1990-an, upaya pengentasan kemiskinan difokuskan pada pemberdayaan masyarakat, dengan cara meningkatkan kapabilitas SDM. Ini ditempuh lewat pembangunan infrastruktur pedesaan, distribusi aset ekonomi dan modal usaha, serta penguatankelembagaan masyarakat melalui program berskala nasional meliputi IDT (Inpres DesaTertinggal), P3DT (Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal), hingga KDP(Kecamatan Development Program). Kini, yang coba diterapkan dalam pembangunan nasionaladalah pendekatan berbasis hak (rights based approach). Wujudnya adalah Strategi NasionalPenanggulangan Kemiskinan (SNPK), yang secara pelahan diupayakan melalui pemenuhansepuluh hak-hak dasar, yaitu hak atas pangan, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah, lingkungan hidup dan sumber daya alam, rasa aman, dan hak untuk berpartisipasi. Dalam rumusannya, SNPK memperlihatkan adanya pergeseran paradigmakemiskinan — yang kini tidak lagi terbatas pada upaya mencukupi kebutuhan material, tetapi jugameliputi pemenuhan kebutuhan sosial.

2.2. Gambaran Kemiskinan di Jawa BaratSebelum menyoal wajah kemiskinan di Jawa Barat, mari sejenak kita cermati data-data„kekayaan‟ propinsi yang strategis ini. Pertama, Jawa Barat adalah propinsi terkaya di Indonesiadalam kategori populasi penduduk (39 juta jiwa, yang artinya sekitar 17.80% dari total populasiIndonesia), mengalahkan Jawa Tengah (32 juta jiwa) dan Jawa Timur (36 juta jiwa). Jawa Baratadalah propinsi kedua terpadat setelah DKI Jakarta (1126 jiwa/km2). Nilai APBD Jawa Barat pada tahun anggaran 2007 sebesar Rp 5,2 trilyun rupiah. Namun, sumber pemasukansesungguhnya tidak cuma berasal dari pos APBD propinsi. Digabungkan dengan DIPA, Dana

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 4/14

Dekon, dan APBD-APBD Daerah Tingkat II, angka keseluruhannya bisa mencapai Rp. 45-47milyar! Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan bahkan berani mengasumsikan, bila dibagikanmaka seorang warga Jawa Barat kebagian setidaknya Rp. 1 juta per tahun.[5] Dari segi sosial budaya, masyarakat Jawa Barat dikenal sebagai masyarakat agamis — dominanIslam. Toleransi umat beragama boleh dibanggakan, dan potensi konflik tergolong rendah. Jawa

Barat juga dikenal sebagai gudangnya warga yang kreatif, sehingga keunggulan wisatanya,misalnya, tidak perlu mengandalkan sumberdaya alam. Wisata belanja dan lifestyle menjadiunggulan Bandung. Bahkan, awal tahun ini, masyarakat industri kreatif Bandungmemproklamirkan Jawa Barat dan Bandung sebagai ikon industri kreatif. Sesungguhnya, inimodal sosial yang penting. Tanpa penanganan serius dari pemerintah lokal saja, industri kreatifJawa Barat sudah mampu unjuk gigi. Apalagi kalau ditangani pemerintah secara serius. Namun, Jawa Barat juga memiliki segudang permasalahan, di antaranya kebijakan birokrasiyang tidak kondusif bagi pertumbuhan industri maupun pengentasan kemiskinan, penangananmasalah sosial yang masih bersifat sporadis dan reaksioner, kerusakan lingkungan dan penataanwilayah yang parah, serta kegagalan pemerintah propinsi merumuskan target dan rencana pembangunan yang visioner dan realistis. Ambisi pemerintah propinsi yang menetapkan

 peningkatan poin IPM menjadi 80 pada tahun 2008, misalnya, tidak dibarengi langkah nyata perbaikan infrastruktur maupun kebijakan, sehingga tahun ini IPM hanya meningkat tak lebihdari 0.71.[6] Bagaimana wajah kemiskinan di Jawa Barat? Bulan Agustus 2007, BPS melansir data yangmengejutkan. Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat bertambah 317.000 jiwa. Totalnya, 5,45 juta jiwa atau 13.5% dari total penduduk Jawa Barat. Proporsi antara warga miskin perkotaandan pedesaan relatif berimbang — sebanyak 51% warga miskin bermukim di pedesaan, jumlahnya mencapai 2,8 juta jiwa. Bicara soal lokasi, wilayah Pantura menjadi kantong-kantongkemiskinan di Jawa Barat. Diperkirakan 5 juta penduduk miskin berada di sabuk Pantur a[7]. Profil kemiskinan di Jawa Barat cukup memprihatinkan. Sumbangan terbesar kemiskinan, yaitusebesar 73%, diakibatkan ketidakmampuan mencukupi kebutuhan makanan. Fluktuasi harga beras dan kini, harga minyak, menjadi biang keladinya. Belum lagi transisi konversi energi — yang tentunya punya dampak sosial-ekonomi yang cukup signifikan. Daya beli yang rendah, dantingginya pengangguran juga menjadi persoalan, di samping kenaikan UMR yang tidak memadai bila dibandingkan dengan kebutuhan fisik minimum keluarga[8]. Tahun lalu, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat sebesar 5,14 juta jiwa. Dilihat dari data penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), jumlah keluarga miskin di Jabar 1,06 juta keluarga,kategori sangat miskin 615.875 keluarga, dan hampir miskin mencapai 1,22 juta keluarga.Kenaikan angka penduduk miskin tahun ini menunjukkan kegagalan program-program pengentasan kemiskinan di Jawa Barat.Sama halnya dengan propinsi Indonesia lainnya, pelbagai strategi nasional pengentasankemiskinan pernah menyentuh Jawa Barat. Mulai dari IDT, P2KP, JPS, hingga BLT. Selain itu,masih terdapat pula Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS), Program Beasiswadan Bantuan Operasional Sekolah untuk Sekolah Dasar dan Menengah serta Ibtidaiyah (DB-BOS), JPS Khusus Bidang Sosial, Prakarsa Khusus untuk Penganggur Perempuan (PKPP), PadatKarya Perkotaan (PKP), Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi(PDM-DKE). Mengingat tingginya intensitas kemiskinan di Jawa Barat, nilai proyek yangdiserap propinsi ini senantiasa tergolong tinggi. Sebagai gambaran, untuk P2KP yang tahun inidigabungkan dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di bawah payung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), dana yang digelontorkan untuk

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 5/14

Propinsi Jawa Barat mencapai Rp. 276,020 milyar untuk 220 kecamatan. Sebanyak 123kecamatan di pedesaan menerima dana sebesar Rp. 133,850 milyar. Sisanya, 97 kecamatan di perkotaan menerima Rp. 142,170 milyar [9]. Selain program pengentasan kemiskinan nasional, Propinsi Jawa Barat juga memiliki program penanggulangan tersendiri, berupa:

Program Dakabalarea (Kepgub No. 2/Th. 1999).Gerakan Rereongan Sarupi.Gerakan Jumat Bersih.Gerakan SARASA.Program Raksa Desa.Program Pendanaan Kompetensi IPM (PPK-IPM) (Kepgub No. 34/Th. 2005).Program Dakabalarea yang merupakan program pemberian kredit dengan pola bagi hasil kepada pengusaha mikro & usaha kecil hingga th. 2005 telah menggulirkan dana tak kurang dari Rp.93.657.109.350 dari target Rp. 66.770.000.000 untuk 3.065 kelompok dengan jumlah anggotasebanyak 26.886 orang. Sedangkan dana yang digelontorkan melalui PPK IPM[10]  pada tahun2006 mencapai Rp. 190 milyar, diperuntukkan bagi 9 kabupaten/kota yang proposalnya

terpilih[11]. Untuk tahun 2007, 6 kabupaten/kota terpilih berhak mendapatkan dana senilai Rp.315 milyar. Khusus untuk kota Bandung, dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM) yangdikucurkan tahun 2007 mencapai Rp. 8.8 milyar [12]. Upaya pemerintah melalui inisiatif pendanaan dan penyusunan program seperti ini sesungguhnyamencerminkan kehendak serius mengentaskan kemiskinan. Namun, dalam pelaksanaannyaternyata masih mengandung kelemahan. Seperti diungkapkan oleh Gubernur Jawa Barat DannySetiawan, upaya selama bertahun-tahun menghabiskan dana milyaran rupiah mudah sekalidigoncangkan oleh kenaikan BBM atau fluktuasi harga sembako[13]. Sejumlah pengamatmenilai, kegagalan tersebut dikarenakan antara lain faktor pertumbuhan jumlah angkatan kerjayang relatif tinggi, akibat jumlah penduduk usia sekolah yang putus sekolah dan terpaksa masuk pasar kerja, serta jumlah migran yang masuk untuk tujuan bekerja. Padahal, di sisi lain, jumlahkesempatan kerja relatif stagnan, karena pertumbuhan ekonomi belum cukup tinggi, lajuinvestasi asing belum optimal, dan iklim usaha belum kondusif .[14] Berhubung kemiskinan adalah masalah yang kompleks, tentu penanganannya tidak bisadistrukturkan secara tersentralisir. Penanganan kemiskinan juga menuntut kepekaansosiokultural. Kucuran dana dan modal saja tidak cukup, pembukaan kesempatan kerja juga belum tentu memberdayakan, malah bisa menimbulkan ketergantungan. Tetapi, di sisi lain, penanganan kemiskinan secara sporadis, tanpa disain atau skema penanggulangan terpadu yang jelas indikator pencapaiannya, juga dapat menggagalkan upaya mengeluarkan orang darilingkaran kemiskinan. Dalam konteks inilah konsep social enterpreneurship mau pun socialenterpreneurs layak diperkenalkan, karena pendekatan ini berupaya menanggulangi kemiskinanlewat disain atau skema pengentasan kemiskinan yang matang, didukung oleh sosok-sosok yangkompeten.

2.3. Social Enterpreneurship: Sebuah WacanaTri Mumpuni Wiyatno adalah orang yang selalu yakin bahwa desa merupakan sumber kekuatanekonomi yang belum tergarap optimal. Banyak persoalan pembangunan akan terselesaikan, jikadesa menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru yang mandiri. Ia mewujudkan gagasannya denganmenyebarluaskan teknologi mikrohidro untuk membangun pembangkit listrik skala kecil kedesa-desa. Maria Hartiningsih[15], seorang jurnalis cum pejuang feminis di Indonesia

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 6/14

melaporkan, bersama lembaganya Institut Bisnis Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) Tri Mumpuniturun ke desa-desa, memberi pelatihan manajemen air ramah lingkungan kepada penduduksetempat. Rakyat desa juga kemudian dilatih memelihara alat, menghitung energi yangdisalurkan, serta biaya yang diperlukan karena umumnya mikrohidro dikelola secara swadaya.Begitu energi listrik dialirkan dari rumah ke rumah, berbagai kegiatan ekonomi bisa

dikembangkan.Di belahan dunia lain, tepatnya di Palmares do Sul, Brazil Utara, Fabio Rosa bergelut denganmasalah yang sama. 25 juta penduduk Brazil tidak punya akses pada listrik. Akibatnya, standarhidup mereka rendah. Tak ada kulkas, lampu, apalagi komputer. Biaya penyediaan listrik untukmencahayai sebuah desa pada awal tahun 1980an, membubung tinggi pada angka 7.000 dollar.Ini sama artinya dengan 5 kali lipat income seorang petani miskin selama sepuluh tahun! FabioRosa menjadikan Palmares sebagai model eksperimen listrik pedesaannya yang pertama. Pada1992, ia memutuskan mendirikan perusahaan profit — Sistemas de Tecnologia AdequadaAgroelectro (STA Agroelectro) — dan mulai menyebarkan teknologinya ke desa-desa. Lewatskema pembiayaan yang ekonomis, ditambah dengan pola ekonomi produktif yangdiperkenalkannya, STA berhasil melistriki tak kurang dari 800.000 rumah tangga.

John Wood adalah seorang eksekutif Microsoft bergaji milyaran. Titik balik kehidupan Wooddatang dalam sebuah liburan ke Nepal. Ia bertemu dengan seorang guru, yang mengajaknyamemanjat pegunungan selama 3 jam untuk melihat sekolahnya. Sebuah sekolah yang hanya punya satu kelebihan: murid yang banyak. Lain-lainnya persis seperti di Indonesia: kurang guru,kurang sarana dan prasarana, termasuk perpustakaan. John Wood tersentuh, dan tahun berikutnyaia datang membawa 3500 buku untuk sekolah itu, dan sekolah-sekolah lain. Ia memutuskanmeninggalkan Microsoft, mendirikan organisasi Room to Read, dan saat ini telah mendirikan takkurang dari 3600 perpustakaan di Asia. John Wood bersama organisasinya juga melibatkan diridalam penyusunan program-program alternative pendidikan dasar di Asia dan Afrika.Sebuah frase yang menyatukan Tri Mumpuni, Fabio Rosa, dan John Wood adalah restless people(Bornstein, 2004: 1). Orang-orang yang gelisah. Inilah orang-orang yang mencoba memecahkanmasalah dalam skala besar. Mereka sadar bahwa lilitan kemiskinan baru bisa dilepaskan jikaseseorang itu berdaya: berdaya ekonominya, berdaya mentalnya, berdaya lingkungan sosial- politiknya. Mereka adalah social innovator, atau social entrepreneurs. Mereka punya gagasan-gagasan kuat untuk memperbaiki kehidupan orang lain, meningkatkan kualitas masyarakat.Mereka menyusun kerangka besar perubahan tersebut, dan berjuang mempraktikkannya di pelbagai pelosok dunia.Lantas, apa yang dimaksud dengan SE? Pertama-tama perlu dibahas definisi kewirausahaan atauenterpreneurship. Kewirausahaan didefinisikan sebagai individu (kelompok) yang dapatmengidentifikasi kesempatan berdasarkan kemampuan, keinginan, dan kepercayaan yangdimilikinya, serta membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan upayamenyelaraskan sumber daya dalam pencapaian keuntungan personal (Otuteye & Sharma, 2004dalam Palestine, 2007)[16]. Pada intinya, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menangkap peluang dan dengan cara yang inovatif menciptakan nilai tambah pada sesuatu yang tidak adamenjadi ada[17]. Di mana pun, model enterpreneurship atau kewirausahaan mengandung dua prinsip: otonomi dan penentuan nasib sendiri (self-determination). Prinsip otonomi diterjemahkan sebagai advokasimasyarakat, sedangkan prinsip penentuan nasib sendiri (self-determination) diterjemahkansebagai prinsip kewirausahaan (Palestin, 2007). Selama ini, kewirausahaan senantiasa dikaitkandengan upaya memberdayakan diri/lembaga dalam konteks ekonomi untuk menunjang

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 7/14

kehidupan. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah apa bedanya model kewirausahaan ekonomikonvensional dengan definisi kewirausahaan sosial.Menurut Dave Roberts dan Christine Woods (2007), “social entrepreneurship is a construct that bridges an important gap between business and benevolence; it is the application ofentrepreneurship in the social sphere”.[18] Sederhananya begini: social entrepreneurship adalah

 penerapan prinsip kewirausahaan dalam lingkup sosial, yang ditujukan untuk mencapai perubahan sosial tertentu.Kewirausahaan sosial bisa dijalankan atas nama perseorangan, bisa juga secara kelembagaan. Namun, karena skala perubahan yang diharapkan sangat besar, maka lazimnya kewirausahaansosial dijalankan oleh badan-badan khusus untuk itu. Bagan berikut ini memperlihatkan rentang bentuk kelembagaan di antara dua kutub: perusahaan bisnis tradisional di sebelah kiri, dan LSMtradisional di sebelah kanan.Sumber: http://www.csef.ca/what_is_a_social_entrepreneur.php 

Gerakan-gerakan yang murni SE berada dalam simpul hybrid social enterprise, berupa badanyang didirikan dengan tujuan melakukan aksi sosial, sehingga segala upaya pendanaan, kegiatan,

mau pun fundraising dibingkai dalam kerangka tersebut.Bagaimana gerakan SE menjadi bagian dari upaya pengentasan kemiskinan? Contoh palinggamblang diberikan oleh Professor M. Yunus lewat Grameen Bank di Bangladesh. Didirikansebagai bagian dari action research Universitas Chittagong (1976), Grameen Bank memberikankredit mikro bagi komunitas miskin di Bangladesh. Jumlahnya hanya $27, digulirkan pada 42keluarga. Namun, uang setara dengan Rp. 243.000,- itu mampu melepaskan keluarga-keluargatersebut dari jeratan rentenir.Kini, lebih dari 2100 cabang Grameen Bank didirikan di seluruh Bangladesh. Menurut catatanWall Street Journal, seperlima kreditnya sudah setahun ini macet. Tapi, jurnal yang sama jugamencatat, tingkat pengembalian kredit mencatat rekor 98% untuk nasabah-nasabah perempuan.Setengah dari peminjamnya (mendekati 50 juta nasabah), juga dinyatakan berhasil melepaskandiri dari kemiskinan absolut. Ini terlihat dari standar yang diukur melalui indikator anak-anakyang bersekolah sesuai tingkat umurnya, kemampuan memberi makan keluarga tiga kali sehari,toilet dan air minum yang bersih, rumah beratap, dan kemampuan pengembalian pinjamansebesar 300 taka (atau senilai 4 dollar) per minggu.Grameen Bank merupakan contoh organisasi SE yang berhasil. Agar bisa mencapai kesuksesanyang sama, organisasi SE mesti memenuhi prinsip-prinsip inovasi dalam praktik sbb.:Institutionalize Listening. Komitmen kuat untuk menyimak, mendengar suara-suara di lapangan.Pay attention to the exceptional. Yang dimaksud adalah kepekaan mengenali informasi yang takdiduga, khususnya keberhasilan-keberhasilan tak terduga.Design real solutions for real people. Kelebihan social enterpreneur adalah mereka sangat pekadan realistis dengan perilaku manusia.Focus on human qualities.(Bronstein, 2004: 200-211)Adalah tantangan yang luarbiasa berat untuk bisa menemukan orang-orang seperti ini.Pendekatan SE kini coba dipromosikan dalam makalah ini sebagai landasan bagi perguruantinggi untuk berkontribusi dalam upaya pengentasan kemiskinan. Bagaimana konkretnya, dapatdilihat pada pembahasan berikut.3. Pembahasan: Melembagakan SE di Lingkungan Perguruan Tinggi sebagai UpayaMengentaskan Kemiskinan

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 8/14

SE, kendati bukan konsep yang relatif baru, perlu dipromosikan sebagai alternatif untukmengatasi permasalahan kemiskinan, yang didalamnya terkandung persoalan struktur, sosial politik, kebudayaan. Pendekatan ini punya kelebihan: membumi, melibatkan setiap stakeholdersecara aktif, dan bertumpu pada inisiatif serta pemecahan solusi yang berasal dari masyarakat.Bagaimana perguruan tinggi dapat berperan di sini?

Pertama-tama, mari kita ingat bahwa institusi pendidikan tinggi di Indonesia dibingkai oleh pilarTri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi mengandung tiga dharma, yaitu:(1) Pendidikan dan Pengajaran; (2) Penulisan Karya Ilmiah; dan (3) Pengabdian padaMasyarakat. Sangat eksplisit terlihat bahwa pendekatan SE sebenarnya adalah wujud dari aspekketiga, yaitu pengabdian masyarakat. Jadi, bicara soal tempat, SE punya tempat dan posisi yang jelas dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.Dengan segala keterbatasannya, sesungguhnya PT punya potensi besar untuk mengatasi persoalan bangsa, utamanya mengentaskan kemiskinan, bertitiktolak dari pendekatan SE.Caranya adalah dengan melembagakan konsep SE di lingkungan PT. Hal ini dapat dicapaimelalui dua langkah besar: (1) menerjemahkan konsep SE dengan pilar Tri Dharma PerguruanTinggi maupun visi-misi spesifik PT (dalam kasus Unisba, menerjemahkan konsep SE pada

3M); dan (2) Menerjemahkan pendekatan SE dalam level aksi.3.1. Menerjemahkan Konsep SE dalam Konteks Perguruan Tinggi.Menimbang literatur-literatur SE dalam tinjauan pustaka, maka SE dalam lingkup perguruantinggi harus diterjemahkan menjadi aktivitas yang realistis, kreatif, mengikat, berkesinambungan, melibatkan seluruh civitas academica, dan melembaga.Realistis, maksudnya program-program SE disesuaikan dengan kebutuhan lapangan danketersediaan resources yang dimiliki perguruan tinggi maupun komunitas.Kreatif, maksudnya aktivitas SE mesti didesain secara kreatif guna menemukan solusi terbaik.Mengikat, maksudnya ada satu desain besar dan timeframe yang jelas, serta indikator-indikatorguna mengukur tingkat keberhasilan program.Berkesinambungan, maksudnya program SE didesain bukan untuk memberikan hasil sesaat,tetapi lebih mementingkan upaya-upaya kecil namun berkelanjutan sehingga dampaknya lebihlama terasa.Melibatkan seluruh civitas academica, maksudnya tidak menjadikan SE sebagai proyeknya salahsatu stakeholder universitas saja, misalnya dosen. Pihak lain seperti mahasiswa atau tenaga-tenaga lain perlu diberi kesempatan dan pengalaman untuk berkiprah. Sehingga, gerakan SEmenjadi gerakan bersama.Melembaga, maksudnya diinstitusionalisasikan secara resmi sehingga bisa mengikat komitmendan memberikan jaminan keorganisasian yang jelas.Demikianlah prinsip-prinsip yang harus terkandung dalam setiap aksi SE. Apabila sudah jelas prinsip-prinsip, tujuan, mau pun visi-misinya, apabila PT memang benar-benar sudahmemutuskan akan serius berkiprah dalam SE, maka langkah selanjutnya adalah bagaimanamengoperasionalkan rencana besar ini dalam langkah-langkah konkret.3.2. Mengoperasionalkan SE di Lingkungan Perguruan TinggiLangkah-langkah untuk mengoperasionalkan SE di lingkungan PT dapat dirumuskan denganmengacu pada level kelembagaan, level regulasi, level aksi, dan level audit. Ketika level-leveloperasional ini disilangkan dengan prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka hasilnya adalahmatriks, sbb.

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 9/14

Matriks Operasionalisasi Social Enterpreneurship Untuk Perguruan Tinggi No.PelembagaanSETridharma Perguruan Tinggi

Pendidikan dan PengajaranPenelitian dan Karya IlmiahPengabdian Masyarakat1Level KelembagaanMendirikan SE Center di tingkat universitasMelakukan konsolidasi kelembagaanMelakukan pemetaan resourcesMenjalin relasi dan melakukan lobi-lobi internal maupun eksternal, apakah itu dengan pemerintah, lembaga legislatif, sesama perguruan tinggi, maupun kontak dengan perusahaan- perusahaan yang memiliki program corporate social responsibility.

Fundraising: langkah dan aksi fundraising yang tidak norak dan mengandalkan pihak luarsemata, tapi elegan dan sesuai dengan semangat SE.Mempublikasikan jurnal-jurnal program SE.Merencanakan award-award (internal): SE Award Unisba, misalnya, untuk mahasiswa, dosen,dan pusat kajian yang terpilih.Berkompetisi mengikuti award-award dari dalam dan luar negeri (eksternal): dari Pemerintah,Kementerian, organisasi funding seperti Skoll Enterprise, Schwab Foundation, AshokaInternational, dll.Menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek.Merumuskan affirmative actions untuk melembagakan SE, mis. merencanakan program-program pelatihan berbasis SE.2Level RegulasiMemberlakukan kurikulum wajib SE di tingkat fakultasMemberlakukan ketentuan penyisihan porsi penelitian dan karya ilmiah berwajah SEMemberlakukan ketentuan pengabdian masyarakat berbasis SE3Level AksiMendata mata kuliah yang berpotensi dijadikan bagian kurikulum wajib SE.Menyusun dan melaksanakan program-program penelitian berbasis SE.Menyusun dan melaksanakan PKM berbasis SEMenyusun atau mendampingi penyusunan silabi berbasis SE.Melatih dosen agar berwawasan SE.Melakukan pelatihan bagi penelitian berbasis SE.Melakukan pelatihan bagi PKM berbasis SE.4Level Audit/Monev:Mengembangkan panduan audit monev berbasis SE. Apa saja indikator-indikatornya?Mengembangkan indikator-indikator audit monev program pendidikan dan pengajaran berbasisSE.

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 10/14

Mengembangkan indikator-indikator audit monev program penelitian dan karya ilmiah berbasisSE.

Mengembangkan indikator-indikator audit monev PKM berbasis SE.

Menyusun program-program audit monev secara teratur di bidang pendidikan pengajaran denganindikator berbasis SE.Menyusun program-program audit monev secara teratur di bidang penelitian dan karya ilmiahdengan indikator berbasis SE.Menyusun program-program audit monev secara teratur untuk PKM dengan indikator berbasisSE.Melakukan audit monev dalam program pendidikan dan pengajaran berdasarkan indikator-indikator berbasis SE.Melakukan audit monev dalam program penelitian dan karya ilmiah berdasarkan indikator-indikator berbasis SE.Melakukan audit monev dalam program PKM berdasarkan indikator-indikator berbasis SE.

Ketr. SE = Social Enterpreneurship.

Matriks yang disajikan di sini hanya sekadar stimulan untuk merumuskan langkah-langkahkonkret yang bisa dilakukan PT untuk mengentaskan kemiskinan dengan pendekatan socialenterpreneurship. Walau demikian, stimulan ini dapat dijadikan pijakan awal apabila PTmemang serius ingin berkontribusi mengentaskan kemiskinan, sesuai dengan kapasitas dankapabilitas yang dimiliki.

3.3. Melembagakan SE di Unisba: Studi Kasus SE di Kelas Filsafat KomunikasiSesungguhnya, Unisba memiliki potensi luarbiasa untuk memberi kontribusi bagi pengentasankemiskinan. Unisba mempunyai modal sosial dari segi kelembagaan, sumberdaya manusia,

 potensi jejaring dan relasi, power, serta potensi keuangan dan fasilitas. Modalitas brainware,hardware, software-nya jelas sudah ada. Unisba juga bukan universitas yang terpisah darilingkungan sosialnya secara geografis. Terletak di Tamansari dan Ciburial, warga Unisba punyakesempatan untuk berinteraksi secara intens dengan persoalan sosial, sehingga tidak perlukerepotan mencari target sasaran. Apalagi, Kelurahan Tamansari maupun kawasan Ciburialadalah wilayah urban yang memerlukan penataan dan pembinaan serius.Dalam lingkup kelas, penulis mencoba bereksperimen menerapkan pendekatan SE untuk matakuliah Filsafat Komunikasi. Kepada mahasiswa, diberikan tugas kelompok melakukan kerjavolunteer di wilayah Bandung. Lewat tugas ini, diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman bersentuhan langsung dengan permasalahan sosial, sehingga dapat menjadi stimulan untukmenerapkan SE di masa mendatang. Tujuan lain yang diharapkan adalah adanya kesempatanuntuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan, sambil memperbaiki kualitas kepribadian.Laporan-laporan yang dikumpulkan mau pun dipresentasikan hasilnya di luar dugaan. Terbentuksepuluh kelompok beranggotakan 2-5 orang, dengan kiprah meliputi:Volunteer Food-Not-Bombs, sebuah organisasi yang menampung sayuran reject darisupermarket maupun pasar sayur petani Lembang, namun masih layak-olah. Sayuran dimasakuntuk anak-anak jalanan di Taman Lansia, Cilaki.Reader di Panti Wyata Guna. Membacakan dan mencarikan buku-buku yang diperlukan pelajar penghuni Wyata Guna.

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 11/14

Konselor bagi siswa-siswi SMU XX yang menghadapi permasalahan keluarga dan problematika belajar.Volunteer di Panti Wredha dan Panti Asuhan. Kegiatannya antara lain merayakan 17 Agustusandi Panti Asuhan dan Panti Wredha sambil menyelenggarakan bursa amal.Volunteer di Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah.

Trainer musik untuk anak-anak jalanan. Menyelenggarakan konser anak jalanan, yang kini larisditanggap di pelbagai event.Mengorganisasikan tim kebersihan di lingkungan kos-kosan. Kini tidak terbatas pada kos-kosannya sendiri tapi juga meluas ke kosan lain di wilayahnya.Kakak asuh bagi anak-anak SD dari keluarga tidak mampu. Kelompok ini bukan saja secarateratur menyisihkan uang untuk membiayai SPP (Rp 25.000 s.d. Rp 75.000), tetapi jugamengupayakan buku-buku bekas (pelajaran maupun bacaan yang sehat) dan menjadi mentor belajar. Sasaran mereka adalah anak-anak yatim/piatu yang orangtuanya single parent, bekerjasebagai buruh atau pembantu.Volunteer bagi TK di wilayah ekonomi kelas bawah. Kegiatan selain di dalam kelas adalahmenyelenggarakan lomba 17 Agustusan dan jalan-jalan ke Kebun Binatang.

Volunteer untuk Harm Reduction, sebuah organisasi penanggulangan narkoba.Dalam presentasi, anggota kelompok ini saling sharing, merefleksikan pengalaman masing-masing. Hal yang menarik adalah mereka sama-sama tergerak untuk meneruskanketerlibatannya. Mereka juga jadi lebih memahami realitas di lapangan, permasalahan sosial diBandung, serta terpicu semangatnya untuk memberi kontribusi bagi sesamanya. Dalam konteksini, pendekatan SE berhasil memberikan pencerahan dan pengalaman. Pengelolaan kelas sangatlow cost, karena dengan prinsip otonomi, partisipasi, serta self-determination, mahasiswa bisa berbuat banyak dan menemukan solusi-solusi kreatif.Pendekatan ini layak diujicobakan sebagai bagian penciptaan kurikulum berwajah SE. Padahal,ini baru level aksi institusional, sebatas menyentuh salah satu kemungkinan aspek SE dilingkungan perguruan tinggi, seperti tergambar dalam matriks tadi.

4. PenutupKemiskinan bagaikan benang kusut. Mengurai kompleksitasnya butuh waktu, motivasi,komitmen, dan upaya setiap pihak. Konsep SE yang dipromosikan sebagai pendekatan membuka peluang bagi perguruan tinggi untuk memanfaatkan potensinya bagi upaya penanggulangankemiskinan. Berikut adalah kesimpulan karya tulis ini.1. Dari segi konsep, pendekatan SE sesungguhnya merupakan wujud prinsip Tri DharmaPerguruan Tinggi, yaitu pengabdian masyarakat. Namun, agar lebih applicable, SE perludilakukan lewat aktivitas yang realistis, kreatif, mengikat, berkesinambungan, melibatkanseluruh civitas academica, dan melembaga.2. Guna menerjemahkan pendekatan SE pada level yang operasional, PT dapat mengikuti skemaatau langkah-langkah yang telah diidentifikasi dalam matriks, meliputi level kelembagaan,regulasi, aksi, dan audit/monitoring-evaluasi.Terkait dengan kesimpulan dan tujuan penulisan makalah ini, maka saran-saran yang dapatdiberikan mencakup beberapa hal:1. Untuk lingkup eksternal, PT perlu meningkatkan intensitas komunikasi dan interaksi dengan pihak-pihak terkait seperti Pemda, sesama PT, pihak swasta, atau para pebisnis yang punyaconcern terhadap perubahan sosial lewat program-program CSR.2. Pada lingkup internal kelembagaan, PT perlu sesegera mungkin melakukan initial assesment

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 12/14

dan mengonsolidasikan resources-nya sebagai persiapan awal untuk berkiprah dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Termasuk menyiapkan SDM yang bermutu lewat pelatihan danupgrading.Menutup tulisan ini, penulis ingin mengutipkan sebuah hikmah dari kehidupan RasulullahMuhammad SAW. Terlepas dari gaya hidup sederhana (zuhud) yang diterapkannya, Rasulullah

ternyata menaruh perhatian pada masalah kemiskinan. Rasulullah acap menyatakan bahwakemiskinan membawa kekufuran (HR. Abu Nua‟im yang diriwayatkan oleh Anas). Oleh karenaitu, mencegah mengurangi kemiskinan merupakan salah satu tindakan sosial nan mulia. Karena,dapat mengurangi peluang kejahatan dan penyimpangan akidah. Itu sebabnya, dalam beberapariwayat dikisahkan betapa bijaknya Rasulullah menyikapi kejahatan yang diakibatkan olehkemiskinan. Rasulullah juga mengajarkan sikap hidup dan doa-doa untuk menghindarkanmanusia terjebak dalam kemiskinan.Riwayat Rasulullah memperlihatkan pentingnya mengupayakan penanggulangan kemiskinan.Perguruan tinggi, dalam kasus ini, jelas mengemban tanggungjawab sosial untuk berkiprah disini. Sudah saatnya perguruan tinggi mendobrak status dan fungsi ekonomi yang lebih dominan, berhenti didominasi dan diposisikan sebagai sekrup industri, dan mulai secara serius memikirkan

 bagaimana mengatasi permasalahan bangsa, tanpa tergiring lagi-lagi dalam pemikiran berparadigma „proyek cari duit‟ dan „cari nama‟.*** 

Daftar Pustaka

Buku.Bauman, Zygmunt. 1998. Works, Consumerism, and the New Poor. Philadelphia: OpenUniversity Press.Bornstein, David. 2004. How to Change the World: Social Enterpreneurs and the Power of NewIdeas. Oxford: Oxford University Press.Wood, John. 2006. Leaving Microsoft to Change The World (diterjemahkan oleh Widi Nugrohomenjadi “Kisah Menakjubkan Seorang Pendiri 3600 Perpustakaan di Asia). Jokja: Bentang. 

Koran.Bawazier, Fuad. Super Miskin. Artikel Opini dalam HU Republika, 16 April 2007.Hartiningsih, Maria. Energi Tri Mumpuni. Artikel Opini Kompas, 7 Oktober 2005.Kustiman, Erwin. Kemiskinan, Bahaya Laten Jawa Barat. Artikel Opini dalam HU PikiranRakyat, Agustus 2007. Natsir, Irwan. Perencanaan Daerah. Artikel Opini dalam HU Pikiran Rakyat, 10 Januari 2007.Jumlah Penduduk Miskin Jawa Barat Bertambah. Berita HU Pikiran Rakyat, 9 Mei 2007.Diperlukan Strategi Baru Atasi Kemiskinan. Berita HU Pikiran Rakyat, 24 Desember 2005.Gatot Johanes Silalahi. Kesempatan Wirausaha Bagi Mahasiswa. Sinar Harapan, 2003.www.sinarharapan.co.id/ekonomi/usaha/2005/0108/ukm3.htmlPeranan Kewirausahaan dalam Masyarakat. Berita HU Republika, 19 Maret 2003.

Internet.Bondan Palestin. 10 Januari 2007. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas dalamPengembangan Kesehatan Masyarakat. http://bondankomunitas.blogspot.com.Prabowo, Agus dan Didy Wurjanto. Tiga Pilar Pengentasan Kemiskinan. www.kimpraswil.go.id Roberts, Dave dan Christine Woods. Changing the World in a Shoestring: The Concept of SE.

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 13/14

www.businessjournal.com. Tanggal akses terakhir 19 September 2007, pk. 08.55 WIB.Suara Pembaruan Daily dalam http://www.mail-archive.com/cikeas@yahoogroups. Tanggalakses terakhir 19 September 2007, pk. 08.45 WIB.Disinkom, Jumat 31 Agustus 2007. www.bandung.go.id. Tanggal akses terakhir 21 September2007, pk. 19.33 WIB.

www.bandung.go.id. Tanggal akses terakhir 22 September 2007, pk. 01.50 WIB

Sumber lain:Makalah berjudul “Kebijakan Pemerintah Daerah Jawa Barat.” Dalam Seminar Nasional“Meningkatkan Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan Kemiskinan” Bogor, 21 Agustus

2007. Bandung: Pemkot Bandung.[1] Disebut supermiskin karena memiliki penghasilan di bawah 1 dollar sehari, yang berarti tidak bisa memenuhi basic needs. Data BPS memperlihatkan, tingkat pendapatan kelompok ini taklebih dari Rp. 5.095,- (Republika, 16 April 2007).[2] Suara Pembaruan Daily dalam http://www.mail-archive.com/cikeas@yahoogroups. Tanggalakses terakhir 19 September 2007, pk. 08.45 WIB.

[3] Kompas, 2 Agustus 2007.

[4] Agus Prabowo dan Didy Wurjanto, Tiga Pilar Pengentasan Kemiskinan.www.kimpraswil.go.id.[5] Irwan Natsir, Perencanaan Daerah, HU Pikiran Rakyat 10 Januari 2007.[6] Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) menyatakan, pembangunan Jabar pada 2006 masihmenyimpan banyak persoalan yang harus dibenahi. ”Parameter makro berupa IPM hanyameningkat 0,71 poin atau menurun dibandingkan 2005 (0,99). IPM Jabar pada 2006 hanya 70,05dari target 75,60. Ini harus menjadi perhatian karena target IPM 80 pada 2010 tinggalmenyisakan 3 tahun lagi,” ungkap juru bicara FPKS, Tate Qomarudin (HU Pikiran Rakyat, 9Mei 2007)[7] Erwin Kustiman, Kemiskinan Bahaya Laten Jawa Barat (HU Pikiran Rakyat, 2007).[8] Data Litbang Kompas (2007) merinci, terjadi kenaikan rata-rata upah minimum regional diJabar hanya 4,04 persen, dari Rp 899.122 menjadi Rp 935.450 per bulan. Namun, proporsikenaikan ini lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pengeluaran masyarakat per bulan.Pengeluaran per kapita per bulan meningkat 12,79 persen. Apa artinya naik penghasilan 4.04 persen kalau pengeluaran pun bertambah 12.79%?[9] Disinkom, Jumat 31 Agustus 2007. www.bandung.go.id.[10] PPK IPM merupakan inisiatif Pemda Jabar untuk menanggulangi kemiskinan denganmemberi stimulus pada kepada Pemerintah Kab/Kota untuk dapat menggalang potensistakeholders pembangunannya,guna merumuskan langkah dan strategi dalam peningkatan IPM di daerah masing-masing danmenuliskannya dalam sebuah proposal yang diajukan kepada Gubernur. Data Seminar Nasional“Meningkatkan Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan Kemiskinan” Bogor, 21 Agustus2007. Makalah berjudul “Kebijakan Pemerintah Daerah Jawa Barat.” [11] Komposisi penggunaan dana meliputi 30% untuk bidang pendidikan, 25% bidangkesehatan dan 45% untuk bidang ekonomi peningkatan daya beli. Data Seminar Nasional“Meningkatkan Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan Kemiskinan” Bogor, 21 Agustus2007. Makalah berjudul “Kebijakan Pemerintah Daerah Jawa Barat.” [12] www.bandung.go.id. Tanggal akses terakhir 22 September 2007, pk. 01.50 WIB.

8/14/2019 makalah tentang cara mengatasi kemiskinan.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tentang-cara-mengatasi-kemiskinandocx 14/14

[13] “Diperlukan Strategi Baru Atasi Kemiskinan”. Berita HU Pikiran Rakyat, 24 Desember

2005.[14] Erwin Kustiman, Kemiskinan, Ancaman Laten Jawa Barat. HU Pikiran Rakyat, 27 Juni2005.[15] Kompas, 7 Oktober 2005. Energi Tri Mumpuni.

[16] Bondan Palestin. 10 Januari 2007. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas dalamPengembangan Kesehatan Masyarakat. http://bondankomunitas.blogspot.com.[17] Republika, 19 Maret 2003. Peranan Kewirausahaan dalam Masyarakat.[18] Changing The World On A Shoestring: The Concept of Social Enterpreneurship. Journal ofBusiness Review.