makalah teknologi pembuatan manisan buah salak
TRANSCRIPT
TEKNOLOGI PROSES PEMBUATAN MANISAN BUAH SALAK
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang penting
karena mengandung vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh
manusia. Namun buah-buahan bersifat mudah rusak sehingga sering
mengakibatkan kerugian bagi petani atau pedagang buah-buahan. Untuk itu
usaha diversifikasi produk olahan buah-buahan perlu dikembangkan terus,
terutama produk yang mempunyai daya saing di luar negeri, dalam rangka
meningkatkan pendapatan petani, perolehan devisa, dan sebagainya.
Provinsi Sulawesi Utara merupakan daerah penghasil buah-buahan yang
cukup potensial. Salah satu buah jenis buah yang hampir sepanjang tahun
tersedia dipasaran ialah buah salak. Produksi buah salak Sulawesi Utara tahun
2005 ialah sebesar 6.126 ton, sedangkan tahun 2006 sebesar 4.850 ton dengan
luas panen 559,149 Ha (Sulut dalam Angka, 2007). Buah salak umumnya setelah
dipanen dapat dinikmati 6-8 hari dalam kondisi segar, dan seperti buah-buahan
lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan ditandai
dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-
coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa
proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan perombakan
fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik). Karena buah salak
tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukan penanganan
pascapanen. Pembuatan manisan salak merupakan salah satu alternatif
pengolahan yang dapat memberi solusi dari permasalahan tersebut diatas karena
tetap memberikan nilai ekonomi untuk salak. Kualitas manisan buah salak
berhubungan erat dengan bahan tambahan yang digunakan, cara pengolahan, dan
lama penyimpanan.
Sebagai salah satu usaha diversifikasi/penganekaragaman produk dari buah
salak, juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan pendapatan dari masyarakat, maka dilaksanakan pelatihan
teknologi proses pembuatan manisan buah salak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Salak
Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan
mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Daerah asalnya tidak jelas, tetapi
diduga dari Thailand, Malaysia dan Indonesia. Ada pula yang mengatakan bahwa
tanaman salak (Salacca edulis) berasal dari Pulau Jawa. Pada masa penjajahan
biji-biji salak dibawa oleh para saudagar hingga menyebar ke seluruh Indonesia,
bahkan sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Muangthai.
Salak termasuk famili: Palmae (palem-paleman), monokotil, daun-daunnya
panjang dengan urat utama kuat seperti pada kelapa yang disebut lidi. Seluruh
bagian daunnya berduri tajam, batangnya pendek, lama-kelamaan meninggi
sampai 3 m atau lebih, akhirnya roboh tidak mampu membawa beban mahkota
daun terlalu berat (tidak sebanding dengan batangnya yang kecil). Banyak
varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesia, ada yang masih muda sudah terasa
manis (Anonim, 2008).
B. Gula
Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk-produk
makanan. Gula dapat ditambahkan ke dalam makanan dalam bentuk kering, atau
dalam bentuk sirup dengan derajat konsentrasi yang berbeda (Weiser et al, 1978).
Sukrosa merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam golongan karbohidrat,
memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat anhydrous dan kelarutannya dalam
air mencapai 67,7% (w/w) pada suhu 20°C. Sukrosa adalah disakarida yang
apabila dihidrolisis berubah menjadi dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan
fruktosa. (Faridah dkk, 2008).
Menurut Buckle et al (1987), gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme
pada suatu produk makanan jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup (di atas
70% padatan terlarut biasanya dibutuhkan). Apabila gula ditambahkan ke dalam
bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi ( paling sedikit 40% padatan
terlarut), sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan
mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari bahan pangan berkurang. Minimum
Aw untuk larutan-larutan jenuh seperti sukrosa ; batas kelarutan 67 % (b/b),
minimum Aw 0,86, glukosa batas kelarutan 47 %(b/b), minimum Aw 0,92, gula
invert batas kelarutan 63 %(b/b), minimum Aw 0,82. Walaupun demikian,
pengaruh konsentrasi gula pada Aw bukan merupakan faktor satu-satunya yang
mengendalikan pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar
yang mengandung komponen yang berbeda-beda tetapi dengan Aw yang sama
dapat menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan karena
mikroorganisme. Selanjutnya dikatakan, produk-produk pangan berkadar gula
tinggi cenderung rusak oleh khamir dan kapang, yaitu kelompok mikroorganisme
yang relatif mudah dirusak oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) atau dihambat
oleh hal-hal lain.
Menurut Faridah dkk (2008), sukrosa (gula pasir) memiliki peranan penting
dalam teknologi pangan karena fungsinya yang beraneka ragam, yaitu sebagai
pemanis, pembentuk tekstur, pengawet, pembentuk citarasa, sebagai substrat bagi
mikroba dalam proses fermentasi, bahan pengisi dan pelarut.
C. Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan yang dapat mencegah terjadinya proses
fermentasi, pembusukan, pengasaman serta berbagai dekomposisi lainnya
(Woodroof dan Luh, 1975).
Pada proses pengeringan sulfuring dilakukan untuk mempertahankan warna
dan citarasa, mempertahankan asam askorbat dan karoten, sebagai bahan
pengawet kimia untuk menghindarkan kerusakan oleh mikroorganisme dan untuk
mempertahankan stabilitas bahan selama penyimpanan.
Senyaw-senyawa kimia yang dapat digunakan pada proses sulfuring adalah
sulfur dioksida, senyawa-senyawa sulfit, bisulfit dan metabisulfit (Muchtadi,
1979).
Natrium metabisulfit merupakan bahan pengawet yang banyak digunakan
untuk pengawetan makanan dan minuman, terutama untuk produk buah-buahan
yang dikeringkan. Sulfit berfungsi mencegah pencoklatan dan mempunyai sifat
antiseptik, memutihkan atau mempertahankan warna, bersifat racun dalam kadar
yang tinggi. Batas maksimum sulfit dalam bahan makanan adalah 2000 ppm.
D. Manisan Buah
Manisan buah adalah buah yang diawetkan dengan gula. Tujuan pemberian
gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, selain untuk memberikan rasa
manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme (Anonim, 2007).
Manisan buah pada umumnya dibedakan atas manisan buah basah dan manisan
buah kering. Yang membedakan kedua macam manisan tersebut adalah cara
pembuatan, daya awet dan penampakannya (Anonim, 2008).
Menurut Hidayat (2009), meskipun jenis manisan buah yang umum
dipasarkan ada bermacam-macam bentuk dan rasanya, namun sebenarnya dapat
dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu:
1. Golongan pertama adalah manisan basah dengan larutan gula encer (buah
dilarutkan dalam larutan gula), misalnya: jambu, mangga, salak dan
kedondong.
2. Golongan kedua adalah manisan larutan gula kental menempel pada buah.
Manisan jenis ini adalah pala, lobi-lobi dan ceremai.
3. Golongan ketiga adalah manisan kering dengan gula utuh (sebagian gula tidak
larut dan menempel pada buah). Buah yang sering digunakan adalah buah
mangga, kedondong, sirsak dan pala.
4. Golongan keempat adalah manisan kering asin karena unsur dominan dalam
bahan adalah garam. Jenis buah yang dibuat adalah jaambu biji, buah,
mangga, belimbing dan buah pala.
Selanjutnya dikatakan, Proses perendaman dalam larutan gula ada 2 cara,
yaitu cara lambat dan cepat. Pada cara lambat, perlakuan perendaman dalam
larutan gula memerlukan waktu lama. Konsentrasi gula awalnya 30% dan buah
direndam selama 24 jam konsentrasi gula ditingkatkan menjadi 40% dan buah
direndam lagi selama 24 jam. Demikian seterusnya hingga konsentrasi gula
mencapai 70%. Pada konsentrasi gula tinggi buah direndam selama 3 minggu dan
kemudian buah di keringkan. Pada perendaman dalam larutan gula dengan cara
cepat, pelaksanaanya dapat disingkat menjadi beberapa jam saja dengan
mempertahankan larutan gula pada suhu 140-1500F (60-650C). Kenaikan
konsentrasi gula dilakukan setiap 3-4 jam sekali sampai mencapai konsentrasi
kira-kira 68%. Konsentrasi yang cukup tinggi (70%) sudah dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, akan tetapi pada umumnya gula dipergunakan dengan
salah satu tekhnik pengawetan lainnya misalnya dikombinasikan dengan
keasaman yang rendah, pasteurisasi, penyimpanan pada suhu rendah,
pengeringan, pembekuan dan penambahan bahan kimia seperti SO2 , asam
benzoat dan lain-lain. Bahan pangan yang mempunyai kadar gula yang tinggi
berarti mempunyai Aw rendah.
III. PROSES PEMBUATAN MANISAN SALAK
A. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah salak, gula
pasir, garam, cuka, dan bahan-bahan untuk analisis laboratorium.
Peralatan yang digunakan adalah Loyang plastik, panci stainless steel,
saringan, pisau stainless steel, timbangan, hand refraktometre, kotak-kotak plastik,
dan alat-alat untyuk analisis laboratorium.
B. Prosedur Penelitian
Pilih buah salak yang matang, kemudian dikupas dan dikeluarkan bijinya.
Buah salak dicuci bersih, dipotong-potong, dan direndam dalam larutan garam
2,5% selama 1 jam.
Daging buah salak kemudian ditiriskan, dan diblanching selama 10 menit.
Kemudian daging buah direndam dalam larutan natrium bisulfit 0,1%. Angkat
dan tiriskan.
Dilakukan pemberian gula dengan cara penaburan gula kedalam daging buah
salak secara bertahap (tiga kali) selama 3 hari, dengan perbandingan daging
buah salak dan gula 1 kg/0,7 kg.
Dilakukan juga perendaman daging buah salak ke dalam larutan gula selama
tiga hari, dengan konsentrasi larutan gula 50%.
Angkat dan tiriskan manisan buah salak yang telah jadi.
Manisan buah salak dikemas, diberi label, dan siap dianalisis.
Gambar 1. Digram Alir Prosedur Pembuatan Manisan Buah Salak.
Pemilihan Buah salak
Pengupasan, pengeluaran biji
Pencucian, perendaman dalam larutan garam 2,5%
Blanching 10 menit
Pemberian gula
Penaburan gula secara bertahap, dengan perbandingan antara gula dan daging buah salak (kg/kg , 0,7/1)
Perendaman dalam larutan gula dengan konsentrasi 50%;
Penirisan
Manisan salak
Pengemasan
Penambahan Na metabisulfit
Tabel 1. Komposisi Manisan Buah Salak dengan Penaburan Gula Secara Bertahap.
PengamatanGula : Daging Buah Salak (kg/kg)
0,6 : 1 0,7 :1 0,8 :1Air (%) 53,11 47,08 39,61Total gula (%) 46,16 52,65 60,12Vit. C (mg/100 gr) 10,03 5,18 10,59ALT (koloni/gr) 5.101 3.101 2.101
Jamur 2,6.102 0 0Rasa Rusak hari ke-6 Agak
asam-asam/tidak suka
Manis keasaman/cukup suka
Tekstur Agak kenyal/cukup suka Kenyal/sukaPenampakan Coklat/tidak suka Coklat/tidak suka
Tabel 2. Komposisi Manisan Buah Salak dengan Perendaman dalam Larutan Gula.
PengamatanKonsentrasi Gula (%)
30 50 70Air (%) 74,53 63,11 51,28Total gula (%) 22,71 27,03 42,29Vit. C (mg/100 gr) 4,88 6,57 8,09ALT (koloni/gr) 3.101 2.101 1.101
Jamur 0 0 0
RasaManis keasaman
dan sedikit alkohol/cukup suka
Manis sedikit asam/suka
Manis/cukup suka
Tekstur Sedikit kenyal/cukup suka
Kenyal/suka Kenyal/suka
Penampakan Krem (kekuning-kuningan)/suka
Krem (kekuning-
kuningan)/suka
Krem kecoklatan/tidak
suka
Tabel 3. Hasil Pengujian Manisan Buah Salak dengan Perendaman dalam Larutan Gula Secara Bertahap (30-70%).
PengamatanPerendaman dalam Larutan Gula Secara
BertahapAir (%) 66,64
Total gula (%) 48,32Vit. C (mg/100 gr) 6,55
ALT (koloni/gr) 1.101
Jamur 0Rasa Manis
Tekstur Tore/kenyalPenampakan Mulai coklat >3 hari
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Sulawesi Utara dalam Angka. BPS Propinsi Sulawesi Utara.
Anonim. 2008a. Tanaman Salak. http://pakkatnews.wordpress.com/2008/04/19/tanaman-salak/
Anonim. 2008b. Manisan Buah. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan/buah%20dan%20sayursayuran/manisanbuah.pdf
Buckle, K. A., R. A. Edwards., G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Uninersitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. (Penerjemah ; H. Purnomo dan Adiono)
Hidayat, N. 2007. Manisan Buah. Publikasi Materi Kuliah. http://ptp2007.wordpress.com/2007/12/09/manisan-buah/
Weiser, H. H., G.J. Mountney, and W. A. Gould. 1978. Food Microbiology and Technology (Second Ed.). The AVI Publishing Company, Inc. Wesport, Connecticut, USA.
TEKNOLOGI PEMBUATAN MANISAN BUAH SALAK
OLEHJUDITH H. MANDEI
BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRIMANADO
2011