makalah studi islam ii · pdf fileberdiri di indonesia ... sukses yang sama-sama kelahiran...

31
Makalah Studi Islam II “Islam dan Organisasi Sosial Keagamaan” Disusun oleh: Kelompok 11 1. Dila Taruli 11151020000005 2. Agung Nugraha 11151020000024 3. Alifa Nurulhusna 11151020000039 4. Aisyah Karimah 11151020000048 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: buidan

Post on 23-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Makalah

Studi Islam II

“Islam dan Organisasi Sosial Keagamaan”

Disusun oleh:

Kelompok 11

1. Dila Taruli 11151020000005

2. Agung Nugraha 11151020000024

3. Alifa Nurulhusna 11151020000039

4. Aisyah Karimah 11151020000048

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami sebagai tim penulis dan

penyusun dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Makalah ini bertujuan

untuk memenuhi persyaratan guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam II

pada Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini tim penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak tim penulis tidak akan bisa menyelesaikan tugas

ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-

besarnya kepada :

1. Allah SWT karena tanpa ridho, rahmat, serta karunianya tim penulis

tentu tidak akan bisa menyelesaikan tugas ini.

2. Ibu Siti Nadroh, M.Ag. Selaku dosen Studi Islam II dan pembimbing

dalam tugas ini yang telah meluangkan waktu dan fikirannya yang telah

membimbing kami dalam menyelaikan tugas ini.

3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

materil agar kami dapat menyelesaikan tugas ini sebaik-baiknya.

Jakarta, 18 Maret 2016

Kelompok 11

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................................... 1

D. Manfaat Makalah ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. PENGARUH AJARAN ISLAM BAGI LAHIRNYA ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN.3

A.1 Muhammadiyah ...................................................................................................................... 3

A.2 Nahdlatul Ulama ..................................................................................................................... 4

A.3 Persatuan Islam ....................................................................................................................... 6

B. SUMBANGAN AJARAN ISLAM DALAM PEMBENTUKAN DAN KEUTUHAN NKRI

DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ........................................................................................ 7

B.1 Muhammadiyah ........................................................................................................................ 7

B.2 Nahdatul Ulama (NU) .............................................................................................................. 9

B.3 Persatuan Islam (PERSIS) ...................................................................................................... 11

C. LAHIRNYA PARTAI POLITIK ISLAM DAN STRATEGI PEMERINTAHAN ..................... 13

C.1 Partai Islam Pra Kemerdekaan Indonesia ............................................................................... 13

C.2 Partai Islam Era Orde Baru .................................................................................................... 17

C.3. Partai Islam di Era Reformasi ............................................................................................... 22

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 26

A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 26

B. Saran ......................................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 27

iii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama rahmatan lilalamin yang memiliki banyak peran

dan pengaruh bagi kehidupan sekitar. Salah satu peran dan pengaruh ajaran islam

yaitu banyak melahirkan organisasi sosial keagamaan.

Namun dewasa ini banyak terjadi permasalahan dan kesalahpahaman yang

terjadi di kalangan masyarakat akibat perbedaaan paham antar golongan atau

organisasi. Padahal fungsi utama dibentuknya organisasi adalah sebagai wadah

untuk menampung aspirasi sekaligus menjawab masalah yang sedang dihadapi

oleh masyarakat. Namun fungsi utama organisasi tersebut berubah menjadi

pembatas antara masyarkat yang memiliki paham yang berbeda. Misalnya

perselisihan yang terjadi antara Muhammadiah, Nahdlotul Ulama dan Persis,

walaupun pada dasarnya tujuan dari masing-masing organisasi tersebut baik

namun, hanya berbeda pemahaman dalam mengkaji sunnah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh ajaran Islam bagi lahirnya organisasi sosial

keagamaan?

2. Bagaimana peran ajaran Islam bagi pembetukan dan keutuhan NKRI?

3. Bagaimana lahirnya partai politik Islam serta strategi dalam pemerintahan?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengaruh ajaran Islam bagi lahirnya organisasi social

keagamaan

2

2. Untuk mengetahui sumbangan ajaran Islam bagi pembetukan dan

keutuhan NKRI dalam menghadapi serangan dari dalam dan luar

3. Untuk menciptakan rasa nasionalisme, patriotisme dan dalam

menghasilkan kebijakan Nasional

D. Manfaat Makalah

1. Mengetahui bagaimana sejarah dari organisasi-organisasi islam yang

berdiri di Indonesia sebagai bahan referensi untuk menambah

pengetahuan.

2. Lebih mengharagai perjuangan organisasi-organisasi islam di

Indonesia.

3. Agar kita lebih mengerti dan tahu tujuan masing-masing organisasi

sehingga kesalahpahaman yang terjadi di masyarakat dapat di

minimalisir

4. Islam dan Organisasi Sosial Keagamaan

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGARUH AJARAN ISLAM BAGI LAHIRNYA ORGANISASI

SOSIAL KEAGAMAAN.

Seperti kita tahu bahwa islam merupakan agama rahmatan lilalamin yang

mempunyai banyak peran dan pengaruh dalam kehidupan sekitar. Salah satu

peran dan pengaruh ajaran islam yaitu melahirkan banyak organisasi sosial

keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, Persis yang paling banyak terdengar di

media massa dan menjadi pengaruh bagi masyarakat Indonesia.

A.1 Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal

8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad

Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan.1

Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang

Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu

dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat

mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran

Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau

memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai

Khatib dan para pedagang.

KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun

1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan.

Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim

yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.Rapat Tahunan itu

1 Abu Mujhid, Sejarah Muhammadiyah : Gerakan “Tajdid” di Indoneisa

4

sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di

kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini

Menjadi Muktamar 5 tahunan.

Muhammadiah berdiri bersamaan dengan kebangkitan masyarakat Islam

Indonesia pada dekade pertama yang sampai hari ini bertahan dan membesar yang

sulit dicari persepadanannya. Jika dilihat dari amal usaha dan dan gerakan

Muhammadiyah di bidang sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang

pendidikan dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah merupakan organisasi sosial

keagamaan yang terbesar di Indonesia, bahkan banyak kalangan menyebutkan

sebagai terbesar di seluruh dunia. Nahdlotul Ulama yang pembentukannya

berawal semangat menegakkan dan mempertahankan Agama Allah di Nusantara,

meneruskan perjuangan Wali Songo.

Berdirinya Muhammadiyah didorong oleh paham agama. Dengan

menghayati agama, mengamalkan agama, memperjuangkan agama, lalu terbentuk

identitas Muhammadiyah.2 Muhammadiyah adalah gerakn Islam, Da’wah Amar

Ma’ruf Nahi MUnkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Muhammadiyah beraskan pada agama Islam. Muhammadiyh berkeyakinan bahwa

Islam adalah agama Allah yang di wahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam

AS, Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan seterusnya

sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat

kepada umat manusia sepanjang masa dan menjmin kesejahteraan hidup materiil

dan spiritual, dunia dan akhirat.

A.2 Nahdlatul Ulama

Berdirinya komite HIJAZ dan Lahirnya Nahdlatul ‘Ulama Sebelum tahun

1924, raja yang berkuasa di Mekkah dan Madinah ialah Syarif Husen, yang

bernaung di bawah Kesultanan Turki. Akan tetapi pada tahun 1926 Syarif Husen

digulingkan oleh Ibnu Suud. Ibnu Suud ialah seorang pemimpin suku yang taat

2 Merujuk kepada perkataan M. djindar Tamimy yang dikutip oleh Asep Purnama

Bachtiar, Ketua MPK PP MUhammadiyah pada saat menjelaskan mengenai paham agama dalam Muhammadiyah

5

kepada seorang pengajar agama bernama Abdul Wahhab dari Nejed yang ajaran-

ajaranya sangat konservatif. Misalnya berdoa di depan makam nabi dihukumi

syirik.

Penguasa hijaz yang baru ini mengundang pemimpin-pemimpin islam

seluruh dunia untuk menghadiri Muktamar Islam di Mekkah pada bulan Juni

1926. Di Indonesia kebetulan waktu itu sudah terbentuk CCC (Centra Comite

Chilafat) disebut Komite Hilafat, dan duduk di dalamnya berbagai wakil

Organisasi Islam, termasuk K.H. Wahab Hasbullah. Berhubungan dengan itu,

maka K.H. Wahab Hasbullah bersama-sama para ulama’ Taswirul Afkar dan

Nahdlatul Wathan dengan restu K.H. Hasyim Asy’ari memutuskan untuk

mengirimkan delegasi sendiri kemukatamar pada juni 1926 dengan membentuk

komite sendiri yaitu komite hijaz.

Pada tanggal 31 Januari 1926 komite mengadakan rapat di Surabaya

dengan mengundang para ‘ulama terkemuka di Surabaya dan dihadiri K.H.

Hasyim Asy’ari dan K.H. Asnawi Kudus. rapat memutuskan K.H. Asnawi Kudus

sebagai delegasi Komite Hijaz menghadiri muktamar dunia Islam di Mekkah.

Mulai dari sinilah NU berdiri.3

NU menganut paham Ahlussunah Wal jama’ah (ASWAJA), menurut NU

ASWAJA memiliki karakteristik khusus yang berporos pada tiga ajaran pokok

dalam islam yang meliputi bidang Aqidah, Fiqih, dan Tasawuf. Pada bidang

Aqidah model yng diikuti adalah pemikiran dari Abu Hasan al-‘Asy’ary dan Abu

Mansur al-Maturidi. Pada bidang Fiqih mengikuti model istinbat perkembangan

pemikiran dari empat imam mazhab (aimmat al-madzahib al-arba’ah) yaitu

mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali. Pada bidang Tasawwuf mengikuti

model pemikiran yang dikembangankan oleh Abu Hamid al-Ghazalidan al-

Juwaini al-Baghdadi.4

3 Gustiana Isya Marjani, Wajah Toleransi NU : Sikap NU Terhadap Kebijakan Pemerintah atas Umat Islam. (Jakarta Selatan : RMBOOKS, 2012) 4 Lihat acuan pada www.nu.or.id dan buku Abdul Halim Aswaja Politisi Nahdlatul Ulama (Jakarta : Pustaka LP3ES, 2014)

6

Pengaruh ajaran Islam di tubuh Nahdatul Ulama (NU) adalah Pemahaman,

pengamalan, dan penerapan Islam dalam segmen fiqih mu’amalah sebagai hasil

dialektika antara nash, syari’at, dan ‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara,

sehingga dasar inilah yang dipakai para anggota dari NU dalam berhubungan baik

dengan Allah, Sesama manusia, maupun dengan lingkungan sekitar.

A.3 Persatuan Islam

PERSIS Berdiri pada awal 1920-an, tepatnya hari Rabu, 1 Shafar 1342 H

(12 September 1923 M) di Bandung oleh sekelompok orang yang berminat dalam

study dan aktifitas keagamaan yang dipimpin oleh Haji Zamzam, seorang

Alumnus Dar-Ulum Mekkah dan haji Muhammad Yunus, seorang pedagang

sukses yang sama-sama kelahiran Palembang.5

Nama Persatuan Islam itu diberikan untuk mengarahkan jihad dan ijtihad

serta upaya segenap potensi, tenaga, usaha dan pikiran guna mencapai harapan

dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak organisasi. Pada awal PERSIS berdiri,

orang-orang yang tergabung dalam Jam’iyyah itu melihat realitas empiric bahwa

masyarakat muslim Indonesia, khususnya di bandung yang menjadi tempat

lahirnya organisasi ini, banyak melakukan praktek penyimpangan dalam praktek

keagamaannya, baik akidah maupun ibadah. Persis memiliki cirri khas tersendiri,

yakni kegiatannya dititik beratkan pada paham keagaman. Persis menitik beratkan

perjuangannya pada penyebaran dan penyiaran paham aliran Al-Qur’an Sunnah

kepada masyarakat kaum muslimin, buka untuk memperbesar atau memperluas

jumlah anggota dalam organisasi.

Jadi, secara umum pengaruh islam pada lahirnya organisasi-organisasi

islam adalah dengan ikutnya organisasi-organisasi ini bertindak sesuai dengan

amalan-amalan islam, menyangkut segala amal usaha dan konseptualisasi nilai-

nilai ajaran islam secara kontekstual. Pengaruh ajaran Islam di tubuh Nahdatul

Ulama (NU) adalah lebih kepada Pemahaman, pengamalan, dan penerapan Islam

dalam segmen fiqih mu’amalah sebagai hasil dialektika antara nash, syari’at, dan

5 Sayyid Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri Persatuan Islam (Jakarta : Lentera, 1997)

7

‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara, sehingga dasar inilah yang dipakai

para anggota dari NU dalam berhubungan baik dengan Allah, Sesama manusia,

maupun dengan lingkungan sekitar.

B. SUMBANGAN AJARAN ISLAM DALAM PEMBENTUKAN DAN

KEUTUHAN NKRI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN

Hukum dan ajaran islam berkembang sejalan dengan perkembangan dan

perluasan wilayah islam serta hubungannya dengan budaya umat islam. Mayoritas

masyarakat bangsa Indonesia beragama islam. Keadaan itu mendorong kepada

cita-cita pembentukan hukum nasional yang sesuai dengan cita-cita moral yang

terbentuk oleh cita-cita batin dan kesadaran hukum rakyat Indonesia. Islam

banyak mempengaruhi pemikiran dan semangat kemerdekaan bangsa Indonesia

dan terbentuknya negara Republik Indonesia. Pada subbab pertama, beberapa

organisasi-organisasi islam yang berpengaruh dalam pembentukan serta keutuhan

NKRI dalam menghadapi tantangan yaitu Muhammadiyah, NU, Persis.

B.1 Muhammadiyah

Sebagai organisasi yang memiliki pengaruh untuk NKRI, Muhammadiyah

ikut andil dalam memajukan kebudayaan dan peradaban pada bangsa ini melalui

gerakan pencerdasan, peningkatan kualitas kesehatan dan kehidupan sosial,

pemberdayaan tarap kehidupan ekonomi masyarakat.

a. Pencerdasan Kehidupan Bangsa

Seperti yang kita ketahui, Muhammadiyah sangat berkembang pesat di

Indonesia. Hingga tahun 2010 tercatat ormas islam Muhammadiyah telah

memiliki 3979 Taman Kanak-kanak, 33 Taman Pendidikan Al-Qur’an, 6 Sekolah

Luar Biasa, 1176 Sekolah Dasar, 1428 Madrasah Ibtidaiyah, 1188 Sekolah

Menengah Pertama, 534 Madrasah Tsanawiyah (MTs), 515 Sekolah Menengah

Atas, 278 SMK, 172 MA, dan 64 Pondok Pesantren. Dalam bidang pendidikan

8

tinggi, hingga tahun 2010 Muhammadiyah memiliki 40 Universitas, 88 Sekolah

Tinggi, 54 Akademi, dan 4 Politeknik.6

b. Peningkatan kualitas kesehatan dan kehidupan sosial

Dalam hal ini tercatat hingga tahun 2008 Muhammadiyah telah memiliki

228 panti asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 balai kesehatan sosial, 161 santunan

keluarga, 5 panti wreda/manula, 13 santunan wreda/manula, panti cacat netra, 38

santunan kematian, serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan

Muhammadiyah).

c. Pemberdayaan taraf kehidupan ekonomi masyarakat

Dalam bidang ini Muhammadiyah mendukung kebijakan pemerintah yang

bertekad mewujudkan kesejahteraan dan keadilan ekonomi bagi rakyat.

Khususnya yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Dengan upaya

menciptakan lapangan kerja yang didirikan Muhammadiyah berupa rumah sakit,

sekolah, universitas dan lain-lain telah membantu taraf kehidupan ekonomi

masyarakat.

Tokoh sekaligus pendiri Muhammadiyah yaitu K.H. Ahmad Dahlan telah

berperan besar dalam sumbangan ajaran agama Islam. beliau lahir pada tahun

1868 dengan nama Mohammad Darwis di kampung Kauman, Yogyakarta. Ia

belajar kaidah-kaidah agama dari ayahnya, K.H. Abubakar, penghulu Masjid

Agung Yogyakarta. Ia hanya mendapatkan pendidikan formal lewat pesantren.

Pada tahun 1883 saat Ahmad Dahlan berusia limabelas tahun, ia pergi ke Mekkah

guna menunaikan ibadah haji dan sekaligus menimba ilmu. Lima tahun berada di

Mekkah, ia rajin mempelajari pandangan dan sikap tokoh-tokoh pembaharuan

islam.

Pada 1902, untuk kedua kalinya ia berangkat ke Mekkah. Pada

kesempatan ini ia bertemu dengan tokoh yang dikaguminya, yaitu Rasjid Ridla.

6 Data diperoleh dari: Tim Penyusun dan Penerbitan Profil Muhammadiyah 2010, LPPI PP Muhammadiyah, Profil 1 Abad Muhammadiyah

9

Pada pertemuan itu mereka banyak mendiskusikan berbagai masalah

pembaharuan Islam di dunia. Dahlan semakin yakin bahwa pengajaran Islam di

Indonesia sudah jauh ketinggalan zaman dan harus diganti dengan cara yang lebih

modern.

Keinginan mengajarkan pendidikan agama Islam yang modern mulai

dirintis pada 1911 di Yogyakarta. Ia mendirikan sekolah agama bernama

“Muhammadiyah”. Selain ilmu agama, para siswa juga diberikan ilmu umum,

seperti ilmu berhitung dan membaca huruf latin. Proses pengajarannya dilakukan

di kelas-kelas yang mirip sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial

Belanda waktu itu.7

Gerakan sosial Kiai Ahmad Dahlan bisa disebut sebagai suatu gerakan

atau aksi melawan “takdir” sosial, yang menyebabkan seseorang atau sekelompok

orang menderita kebodohan, miskin, dan tertindas. Ketika publik meyakini bahwa

realitas kepenyakitan, tidak berpendidikan atau kemiskinan sebagai nasib yang

harus diterima, Kiai Ahmad Dahlan menggerakan masyarakat untuk berobat ke

lembaga kesehatan (rumah sakit) dengan mendirikan lembaga itu serta panti

asuhan.8

B.2 Nahdatul Ulama (NU)

NU atau Nahdatul Ulama merupakan organisasi keagamaan umat islam di

Indonesia yang senantiasa memegang teguh prinsip persaudaraan, toleransi, dan

kebersamaan warga negara baik umat muslim atau yang lainnya dalam

mewujudkan cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti hal nya

Muhammadiyah dan Persis, Nahdatul Ulama juga memberikan kontribusi untuk

keutuhan masyarakat Indonesia melalui pesantren-pesantren yang di dirikan

sebagai lembaga untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Lembaga

Pendidikan Ma’arif (LP Ma’arif) merupakan sebuah organisasi islam yang

dibentuk oleh Nahdatul Ulama.

7 Flori Berta Aning S, 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia (Yogyakarta: Narasi, 2006), h. 31-33 8 Abdul Munir Mulkhan, Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan (Jakarta: Buku Kompas, 2010), h. 187

10

Salah satu tokoh NU yang memberikan sumbangan ajaran agama islam

untuk NKRI adalah Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan nama Gus

Dur merupakan mantan Presiden RI, politisi, tokoh agama dan tokoh masyarakat

yang memberikan nuansa baru, bukan saja dari sudut pandang Islam, tetapi juga

demokrasi. Beliau lahir di Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 4

Agustus 1940. Beliau merupakan cucu dari pendiri NU yaitu K.H. Hasyim

Asy’ari.9

Abdurrahman Wahid adalah salah satu tokoh yang dikenal sangat getol

membuka cakrawala pesantren. Hal itulah yang mengantarkannya memperoleh

anugerah doktor kehormatan dari Akademika Institute Teknologi Asia (AIT),

Bangkok, Thailand, karena jasa-jasanya dalam mengembangkan demokrasi dan

sistem pendidikan di Indonesia, terutama di pesantren-pesantren. Salah satu

kiprah Gus Dur terhadap tradisi pengembangan pesantren yaitu pesantren menjadi

lembaga pendidikan yang memiliki potensi plus.10

Pesantren yang tak hanya mengajarkan pendidikan keagamaan, melainkan

pula berbagai disiplin ilmu yang selama ini hanya diajarkan di lembaga-lembaga

pendidikan umum. Hal itulah yang kemudian menjadikan pesantren sebagai

lembaga pendidikan yang setara dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Bahkan, kini pesantren telah menjadi ikon pendidikan yang kreatif, dinamis, dan

mandiri, serta professional baik dalam manajemen kelembagaan maupun

kurikulumnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya pendidikan karakter di pesantren

berupa akhlak, perilaku, norma, dan sopan santun.11

9 Lihat Flori Berta Aning S, 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia (Yogyakarta: Narasi, 2006), h. 11 10 Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam, h. 105-106. Lihat juga Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, h. 121-135 11 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi; Esay-esay Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2010), h. 51-53

11

B.3 Persatuan Islam (PERSIS)

Persatuan Indonesia atau PERSIS merupakan suatu organisasi dalam

bidang pendidikan dan dakwah yang saat ini memiliki sekitar 215 pondok

pesantren, 400 masjid, serta beberapa jumlah lembaga pendidikan mulai dari

tingkat dasar hingga perguruan tinggi yang tersebar di Indonesia. Berbeda dengan

Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang social dan pendidikan dalam

pembentukan dan keutuhan Negara Indonesia, Persatuan Indonesia cenderung

membentuk paham keagaman islam melalui pendidikan dan da’wah.

Sekolah-sekolah yang di kembangkan oleh PERSIS cukup berjalan dengan

baik dan prospektif. Pendidikan yang dimulai dengan dibentuknya pesantren

persis pada tanggal 4 Maret 1936 kemudian berkembang membentuk berbagai

lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanan hingga perguruan tinggi.

PERSIS juga menerbitkan berbagai buku dan majalah. Selain pendidikan dan

penerbitan persis juga menyelenggarakan pengajian dan diskusi sebagai bentuk

perwujudannya dalam bidang berdakwah.

Salah satu tokoh dari PERSIS ini adalah Mohammad Natsir. Ia adalah

negarawan dan mantan Perdana Menteri RI. Rakyat Indonesia mengenal Natsir

sebagai poros pemikir yang penting di kalangan partai-partai Islam. Terutama di

masa Orde Lama di saat kehidupan politik Indonesia didominasi tiga kekuatan

penting: Islam, nasionalis, dan komunis.

Natsir, yang bergelar Datuk Sinarjo Panjang, lahir di Alahanpanjang,

Sumatera Barat, pada 17 Juli 1908. Natsir pernah menjadi ketua umum partai

berlambang bulan bintang pada 1949-1958. Ia juga pernah menduduki sejumlah

jabatan penting: Perdana Menteri RI pada tahun 1950-1951, Menteri Penerangan

pada tahun 1946-1949, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah dan Wakil Presiden

Muktamar Alam Islami yang bermarkas di Karachi.

Ia juga memainkan peranan penting tatkala Indonesia menjadi negara

kesatuan pada 1950. Meski menginginkan pemberlakuan syariat Islam dalam

kehidupan bernegara, ia tetap menginginkan Indonesia yang satu. Itulah sebabnya

12

pada sidang parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS), 3 April 1950, Natsir

melontarkan sebuah mosi yang lantas dikenal sebagai Mosi Integral Natsir.

Karena mosi inilah, Republik Indonesia yang sebelumnya pecah menjadi 17

negara bagian bias disatukan kembali.12

Organisasi Islam di Indonesia memiliki peran yang cukup besar dalam

keutuhan serta pembentukan NKRI. Organisasi Islam ini juga memiliki

pendukung yang banyak karena mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam,

walupun begitu ulama dan organisasi-organisasi Islam tidak menerapkan sistem

negara Islam di Indonesia dan tetap mempertahankan negara Indonesia seperti ini.

Seperti hal nya NU menerima Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD

1945 adalah sebagai strategi untuk menjalankan ajaran Islam secara merdeka bagi

umat Islam di Indonesia, tanpa ada disintegrasi bangsa, tanpa perang, tanpa

kekerasan dan lainnya sebagaimana Rasulullah menerima perjanjian damai

Hudaibiyah.

Kontribusi dan kiprah tokoh serta organisasinya dalam menyumbangkan

ajaran agama islam menaruh andil yang cukup besar pada pembentukan dan

keutuhan NKRI. Dengan adanya konstribusi yang dilakukan oleh organisasi

islam, negara ini dapat meminimalisir tantangan sekaligus dapat menjaga

keutuhan dan pembentukan Negara Indonesia sehingga masyarakatnya memiliki

pendidikan, taraf kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial yang yang sesuai

dengan ajaran Islam.

12 Lihat Flori Berta Aning S, 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia (Yogyakarta: Narasi, 2006), h. 138-139

13

C. LAHIRNYA PARTAI POLITIK ISLAM DAN STRATEGI

PEMERINTAHAN

C.1 Partai Islam Pra Kemerdekaan Indonesia

C.1.1 Sarekat Islam (1911-1942)

Partai Islam pertama yang didirikan di Indonesia pada tanggal 11

November 1912 di Solo. Partai ini lahir dari sebuah organisasi dagang yang

bernama SDI yang dicetuskan pada tahun 1905 di Surakarta oleh Haji Samanhudi,

seorang pedagang batik sukses. Kelahiran SI disebabkan oleh beberapa hal,

keinginan melindungi diri dari persaingan yang makin keras di bidang

perdagangan batik terutama dalam menghadapi kelompok Cina, serta sikap

superioritas mereka terhadap orang Indonesia karena keberhasilan Cina pada

tahun 1911. Yang kedua membentengi masyarakat Indonesia yang ada di Solo

dari tekanan kaum bangsawan mereka sendiri dan kelompok Cina. Ketiga, sebagai

instrument umat Islam untuk membendung politik pengkristenan pemerintah

Belanda dan kegiatan misi misionaris. Tiga hal diatas pula yang pada akhirnya

memberikan posisi kuat SI di hadapan para pedagang Cina maupun pemerintahan

kolonial Belanda pada saat itu.

Di bidang pendidikan, SI menuntut diskriminasi penerimaan murid di

sekolah-sekolah, menuntut wajib belajar hingga berumur 15 tahun, memperbaiki

dan memperbanyak lembaga pendidikan sekolah serta dibuatlah univeristas-

universitas serta beasiswa kepada pemuda-pemuda Indonesia untuk belajar ke luar

negeri. Di bidang agama, SI menuntut penghapusan peraturan yang menghambat

tersebarnya ajaran Islam, meminta adanya gaji bagi kyai dan penghulu (karena

pendeta mendapatkan gaji) serta subsidi untuk lembaga-lembaga Islam dan juga

pengakuan hari-hari besar Islam. Di bidang pemerintahan, menuntutpemisahan

antara kekuasaaan yudikatif dan eksekutif serta adanya keadilan hak-hak diantara

semua penduduk yang ada di negeri ini. Selain itu, SI menuntut kemudahan bagi

warga miskin untuk memperoleh perlindungan hukum.

14

Di bidang pertanian, menuntut penghapusan hak milik tanah dan perlunya

nasionalisasi industri-industri untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Di bidang

keuangan dan perpajakan, SI menuntut pajak-pajak yang proporsional di antara

semua pihak serta perlu adanya bantuan untuk koerasi. Di luar itu semua, SI

menuntut pemerintahan Belanda, harus memerangi minuman keras, perjudian,

prostitusi, penggunaan anak-anak sebagai tenaga kerja, serta meminta untuk

mengeluarkan peraturan perburuhan yang menjaga kepentingan para pekerja serta

menambah poliklinik gratis.Inilah potret perjuangan SI yang sangat dinamis dan

penuh konflik. Meskipun banyak yang mengatakan bahwa SI merupakan

organisasi keagamaan. Tapi, Moes meyakinkan bahwa SI merupakan gerakan

nasionalis Islam yang bertujuan untuk melakukan politik perlawanan terhadap

penjajah yang berupaya melakukan kristenisasi di berbagai bidang kehidupan.13

C.1.2 Partai Muslimin Indonesia (1930-1936)

Merupakan partai politik yang didirikan pada tahun 1930 dan berpusat di

Minangkabau, Sumatera Barat. Ruang gerak partai ini ada di bidang pendidikan.

Lahirnya partai politik ini Haji Ilyas Yakub dan Haji Muchtar Luthfi yang berasal

dari tanah Minangkabau dan pernah belajar di Mesir. Menurut kedua oang tokoh

ini, pertikaian antara SI dan PNI menjadi pelajaran berharga bahwa sebeneranya

idelogi Islam dan Nasionalisme dapat menjadi satu dalam praktek kehidupan

seseorang. Karena itulah, PMI memiliki cita-cita Islam mulia dan Indonesia

sentosa via Indonesia Merdeka. Sependapat dengan SI, PMI pun meyakini bahwa

penderitaan yang dialami Indonesia akibat kapitalisme dan imperialisme yang

dilakukan oleh Barat.

Di bidang pendidikan, PMI mendirikan Islamic College pada tanggal 1

Mei 1931 di Padang sebuah sekolah tingkat menengah. Di bidang ekonomi,

dengan gerakan swadeshi yang merupakan semboyan cinta terhadap hasil-hasil

dalam negeri. Dalam kongres PMI pada tahun 1931 di Padang partai ini

13 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 46-50

15

menyarankan kepada semua anggotanya untuk memakai pakaian-pakaian dan

barang barang lain yang dibuat oleh teman sejawat tanah air.

PMI dipandang menjadi partai yang menyalurkan aspirasi politik orang-

orang Islam di Sumatera terutama setelah gerakan SI mengalami kemunduran

karena itulah, PMI mendirikan cabang-cabang di Sumatera Tengah, Bengkulu,

Tapanuli, Sumatera Timur, dan Aceh. Gerakan-gerakan PMI tidak lantas jauh dari

rintangan. Pidato-pidato pemimpin PMI dianggap sangat radikal dan meresahkan

pihak Belanda. Bahkan gerakan kepanduannya dianggap sebagai langkah

permulaan untuk latihan-latihan militer. Beberapa tokoh perempuan PMI

ditangkap Belanda disebabkan pidato-pidatonya yang meresahkan seperti Fatimah

Hatta dan Ratnasari yang ditahan selama 10 hari.

Rintangan yang dihadapi tak hanya itu saja, sekitar 8 orang guru Thawalib

Padang Panjang yang berada di bawah pengawasan PMI dilarang mengajar. Pda

tahun yang sama 1933 beberapa pentolan PMIdibuang oleh Belanda ke Boven

Digoel , Irian Jaya. JIka ditotalkan berjumlah 45 orang. Dilakukan pengawasan

ketat dari Belanda terus dilakukan kepada PMI termasuk larangan-larangan untuk

mengadakan rapat, dan akhirnya pada tahun 1936 pemerintah Belanda

memberikan berbagai pilihan kepada PMI, akhirnya PMI memutuskan untuk

membubarkan diri, karena itu pada tahun 1936 tahun pembubaran PMI.14

C.1.3 Partai Islam Indonesia(1938-1941)

Partai Islam Indonesia berdiri atas dasar kekecewaan sejumlah kader SI

yang diskors pada tahun 1933. Akhirnya, kelompok tersebut mendirikan partai

bekerjasama dengan PSII Merdeka di Yogyakarta. PSII merdeka adalah nama

fraksi yang memutuskan hubungan dengan SI Pusat. Usaha ini disambut awalnya

tidak direspons baik oleh sejumlah cabang SI, tetapi pada tahun berikutnya,

keinginan ini disambut dengan positif oleh sejumlah cabang SI, tetapi pada tahun

berikutnya keinginan disambut postif oleh beberapa cabang SI lokal di Jawa

seperti, Cirebon, Teluk Betung, Pare, Solo, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, dan

14 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 50-51

16

Pekalongan. Dari sinilah nama PII resmi didirikan pada tanggal 4 Desember 1938.

Ketua pertama PII adalah Raden Wiwoho, mantan ketua umum Jong Islamieten

Bon dan juga anggota Wolksraad. Pemilihan Wiwoho menjadi ketua partai ini

didasarkan atas pertimbangan bahwa namanya masih bersih dan tidak terlibat

dalam sejarah buruk masa lalu sosoknya masih muda menjadi kekuatan sendiri

bagi PII. Sedangkan anggota lainnya Sukiman(Wakil Ketua), Ahmad Kasmat, dan

Wali Al-Fatah sebagai sekretaris, Dr. Sukardi dan HA Hamid sebagai bendahara

serta beberapa komisaris seperti KH Mas Mansyur, H. Hadikusumo, A.Kahar

Muzakkir, Rasjidi, dan H. Farid Ma’ruf.15

PII menginginkan Negara kesatuan yang dilengkapi oleh pemerintahan

yang demokratis dengan adanya parlemen dan lembaga perwakilan lainnya serta

berdasarkan pemilu yang umum dan langsung. Selain itu, PII menginginkan

adanya perluasan hak-hak politik serta kebebasan berpikir dan kemerdekaan pers.

Di bidang agama, PII menuntut penghapusan aturan yang menghambat perluasan

Islam dan penghapusan subsidi untuk semua agama. Di bidang ekonomi, PII

menuntut penyerahan perusahaan-perusahaan penting kepada negara, dihapusnya

imigrasi, penghapusan segala bentuk pajak yang memberatkan rakyat, serta

perlindungan-perlindungan perusahaan tanah air dar tekanan perusahaan asing.

Satu hal lagi yang dipatut dicatat bahwa PII menolak terhadap paksaan di tenga-

tengah tidak adanya kemakmuran dan kurangnya hak-hak politik rakyat.

PII mengemukakan kesediannya untuk bergabung dalam dewan-dewan

perwakilan yang ada dan mendukung tuntutan GAPI untuk Indonesia berpalemen.

Dengan bergabungnya, PII berharap bahwa gerakan model ini merupakan strategi

yang paling sehat untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia meskipun pada

kenyataannya tidak sesuai dengan harapan.

Dari tiga partai Islam yang pernah lahir dan berkembang dengan

tantangannya masing-masing, dapat diambil kesimpulan, bersama bahwa

semangat perjuangan partai-partai tersebut adalah spirit nasionalisme dan

15 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 51-53

17

perjuangan kemerdkaan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan sejuumlah bentuk

perlawanan mereka terhadap pemerintah Belanda bahkan mereka berani

menyatakan tuntutsn-tuntutan hak-hak kaum pribumi meskipun mereka harus

merelakan diri untuk dipenjara dan diasingkan di daerah terpencil. Nilai islam dan

nasionalisme menjadi satu kekuatan baik yang ada di SI, PMI, maupun PII.

Namun perlu dicatat juga bahwa sejak pra kemerdekaan perpecahan di

internal partai merupakan warisan abadi yang kemudian menjadi tradisi sejak

pasca kemerdekaan hingga tiga reim sesudahnya. Selain itu, di zaman ini belum

pernah diadakan pemilu baik oleh pemerintah Belanda maupun tuntutan dari

partai-partai pribumi karena konsentrasi partai-partai pribumi adalah pengusiran

penjajajh dan semangat kemerdekaan.

C.2 Partai Islam Era Orde Baru

C.2.1 Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)

Partai Masyumi resmi didirikan menjadi partai politik dengan asas Islam

pada tanggal 7 November 1945 melalui sebuah kongres umat Islam di

Yogyakarta. Tujuan didirikannya partai ini adalah menjadi satu-satunya partai

politik umat Islam pasca kemerdekaan serta terwujudnya ajaran dan hukum Islam

di dalam kehidupan masyarakat dan Negara menuju keridhaan Ilahi. Pada awal

berdirinya Masyumi hanya memiliki empat anggota istimewa dari

Muhammadiyah, NU, Perikatan Umat Islam, dan Persatuan Islam. Dalam

perkembangan selanjutnya hampir semua organisasi Islam di Indonesia bergabung

menjadi anggota Masyumi kecuali perti yang sudah menjadi partai independen

sejak awal.

Partai Masyumi tidak bertahan lama, karena ditinggalkan oleh para

pendukungnya. Yang pertama kali meninggalkan Masyumi adalah PSII. Setelah

itu, NU meninggalkan partai ini dan mendirikan partai sendiri. Dengan keluarnya

NU, hal ini sangat mengguncang internal partai. NU keluar karena yang

seharusnya jatah Menteri Agama diberikan kepada pos NU, malah diberikan pada

Faqih Usman dari Muhammadiyah atau tidak sekedar peran dari Majekis Syuro

18

yang hanya menjadi badan penasehat hal ini yang sanagt mendasar atas keluarnya

NU dari Masyumi adalah perbedaan kultur politik diantara keduanya dimana NU

cenderung konserfatif. Sedangkan Masyumi lebih modernis yang dekat dengan

Muhammadiyah pada akhirnya pada pemilu 1955 suara MAsyumi dan NU tidak

jauh berbeda. Menjelang akhir 1960, Masyumi menghadapi peristiwa yang sangat

genting. Presden Soekarno membubarkan Masyumi pada akhir 1960 karena

tuduhan, bahwa tokoh-tokoh Masyumi dicurigain dalam pemberontakan di daerah

Sumatera Barat yang dikenal dengan Permesta atau PRII. Kemudiaan pada era

pemerintahan Soeharto, sebagian elit Masyumi ingin merehabilitasi partai tersebut

namun ditolak. Sebagai jalan tengahnya adalah pendirian partai baru.16

C.2.2 Partai Nahdhatul ‘Ulama (NU)

Partai NU lahir atas kekecewaan terhadap partai Masyumi disebabkan

terjadinya perubahan sikap Masyumi yang awalnya menghormati terus dan

memberikan arti penting pada Ulama, berubah menjadi tidak menghormati ulama

lagi. Nu yang awalnya merupakan organisasi sosial keaagamaan dengan basis

massa di kalangan muslim pedesaan berubah menjadi partai politik pada tahun

1952. Partai ini berasas Islam dengan tujuan menegakkan syariat Islam dengan

berhaluan salah satu empat madzhab dalam Islam serta melaksanakan berlakunya

hukum-hukum Islam dalam masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai

asas Negara.17

NU mulai mendominasi di Kementrian Agama. Namun, NU tidak berhasil

menghimpun pengikut dengan jumlah yang besar, termasuk tidak berhasil

menarik para pengikut Masyumi ke dalam partainya. Pada pemilu 1955, NU

menjadi salah satu partai yang mendapatkan suara tiga besar dan diperhitungkan

dalam percaturan politik di Indonesia. Pada awal rrezim orde baru, Partai NU

bersama partai Islam lainnya yang difusikan menjadi PPP pada tahun 1973.

16 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 55-56 17 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 56-57

19

C.2.3 Partai Sarekat Islam Indonesia

Partai ini merupakan metamorfosa dari organsisasi bisnis bernama SDI

tahun 1905 oleh KH. Samanhoedi yang berubah menjadi SI pada tahun 1912. PSII

pernah bergabung dan melebur menjadi bagian elemen Islam dan mendukung

terlibat dalam partai MAsyumi. Namun, dua tahun setelah itu, PSII menyatakan

keluar dari Maysumi peristiwa itu disebabkan karena kekecewaan sebagian

politisinya di MAsyumi yang tidak mendapatkan peran dan kedudukan strategis

seperti Undoamiseno dan Arutji Kartawinata selain itu, kemunduran sebagian elit

Masyumi disebabkan karena Masyumi begitu lunak menghadapi Belanda dalam

berbagai hal.

Tujuan PSII adalah membangun persatuan yang tersusun rapat di kalangan

umat Islam yang teratur dengan aturan mencukupi perintah-perintah Allah dan

Rasulullah SAW dalam segala bidang kehidupan, pencaharian dan pergaulan.

Sejalan dengan itu, PSII membangun kekuatan untuk mendapatkan hak menguasai

segenap dan tumpah darah negeri sehingga menjadi semakin kuat dalam persatuan

umat Islam di Dunia. Selain itu, berdirinya partai ini bertujuan untuk menjaga

hubungan antar umat Islam di berbagai bangsa dan Negara yang membawa mafaat

untuk membawa kebersaamaan. PSII terlibat menjadi kekuatan politik tersendiri

pada pemilu 1955 dan 1971. Pasca pemilu 1971 PSII tidak bisa lagi mengikuti

pemilu pada era rezim oerde baru. Akibat kebijakan difusi partai Islam.18

C.2.4 Partai Persatuan Tarbiyah Islam (Perti)

Partai yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1930. Partai ini berjuang di

kancah politik nasional dengan bergabung ke dalam GAPI dalam aksi Indonesia

berpalemen, serta turut memebrikan konsepsi kenegaraan kepada komisi fisman.

Asas partai ini adalah agama Islam dengan tujuan menegakkan kalimat Allah

dalam arti yang seluas-luasnya.

Pada pemilu 1955, partai ini mendapatkan empat kursi di DPR RI dan 7

kursi di Majelis Konstituante. Namun setelah, Majelis Konstituante dan DPR

18 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 57-58

20

dibubarkan oleh Presiden Soekarno, partai ini mendapatkan dua kursi di DPR

Gotong Royong. Pada pemerintahan orde baru, partai ini bersama partai Islam

lainnya difusikan menjadi PPP.

Selama era Orde Baru, terdapat lima partai Islam yang pernah lahir dan

terlibat menjadi peserta pemilu. Empat diantaranya yaitu NU, Parmusi, PSII, dan

Perti pernah hidup diawal kepemimpinan Soeharto sejak 1968 hingga menjadi

peserta pemilu 1971. Namun, akibat kebijakan penguasa saat itu, empat partai

Islam tersebut difusikan pada tahun 1973 menjadi satu partai yang kemudian

diberi nama PPP. Mengenai platform kelima partai Islam tersebut, tiga diantarnya

merupakan partai peninggalan rezim Orde Lama, yaitu partai NU, PSII, dan Perti.

Tidak ada perbedaan platform ketiga partai tersebut baik di era Orde Lama

ataupun di era Orde Baru.

Karena itu, penjelasan terhadap tiga partai ini tidak akan diuraikan lagi

kerena telah dipaparkan psebelumnya. Sedangkan selanjutnya hanya akan

menguraikan dua partai lainnya, yaitu parmusi dan PPP, yang memang lahir di era

Orde Baru.19

C.2.5. Partai Muslimin Indonesia (Parmusi)

Lahirnya Parmusi merupakan hasil kesepakatan antara mantan petinggi

Masyumi yang gagal merehabilitasi partainya dengan rezim yang berkuasa saat

itu. Soeharto mengizinkan berdirinya partai baru tersebut dengan catatan eks

Masyumi tidak boleh masuk dalam jajaran pimpinan Parmusi. Setelah melalui

pedebatan dan perjuangan yang panjang, Parmusi dapat didirikan secara resmi

pada tanggal 20 Februari 1968 dengan ketua umum Djarnawi Hadikusumo dan

Sekretaris Jendral Lukman Harun, yang keduanya adalah aktivis Muhammadiyah.

Pramusi tidak berumur panjang. Tak lama setelah konflik di internal

Parmusi, muncul keputusan rezim Orde Baru yang mengharuskan partai-partai

digabungkan menjadi dua, yaitu partai nasionalis dengan lahirnya PDI dan partai

19 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 58

21

islam yang melahirkan PPP. Di luar itu, ada satu golongan netral yaitu Golkar

yang menjadi kekuatan tunggal rezim Orde Baru.20

C.2.6. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Partai ini didirikan pada tangggal 5 Januari 1973 dengan asas Islam. Partai

ini merupakan hasil fusi empat partai Islam sebelumnya yaitu partai NU, Parmusi,

PSII, dan Perti. Tujuan dari penggabungan partai-partai tersebut adalah agar

terjadi penyederhanaan sistem kepartaian di Indonesia dalam menghadapi pemilu

selanjutnya pada masa Orde Baru. Setelah dideklarasikan, ketua pertama partai

PPP adalah HM Syafaat Mintardja SH.21

Dalam menjalankan khidmah politiknya, sepak terjang PPP didasarkan

pada prinsip-prinsip perjuangan yang sekaligus berfungsi sebagai kerangka nilai

yang ingin ditegakkan. Prinsip-prinsip tersebut adalah ibadah, kebenaran

kejujuran dan keadilan, musyawarah persamaan persatuan dan kebersamaan,

istiqomah dan Amar makruf nahi Munkar.

Terdapat dua fase dalam perjalanan PPP selama orde Baru, yaitu fase

ideologis yang berlangsung 1973-1985 dan fase korporatis antara tahun 1985-

1998. Pada fase Ideologis, PPP benar-benar memerankan sebagai partai

penyambung generasi partai Islam sebelumnya. Sikap ideologisnya terinspirasi

dari Piagam Jakarta yang masih kuat mewarnai perjuanagan Islam saat itu. Bagi

PPP, Islam memiliki ajaran yang holistic dan mencakup semua aspek kehidupan

termasuk politik, atas dasar itu PPP bertekad untuk tetap konsisten

memperjuangkan syariat Islam dalam membangun bangsa Indonesia. Realitas

mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam merupakan factor

penguat makna ideologis perjuangan PPP.

Oleh sebab itu, PPP selalu bekerja keras untuk memperjuangkan

kepentingan politik Islam dalam rangka menjamin tegaknya pelaksanaan syariat

20 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 77 21 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 77-79

22

Islam di Indonesia. Itu artinya, PPP berkepentingan untuk memasukkan syariat

Islam ke dalam perundang-undangan negara. Banyak peran politik yang

dimainkan PPP dalam rangka menegakkan syariat islam, seperti menentang RUU

perkawinan yang disinyalir mengandung maksud kristenisasi, menolak rencana

dihapuskannya pelajaran agama dari draft GBHN 1973 serta menolak sejumlah

kebijakan di DPR yang dinilai merugikan umat Islam serta persoalan-persoalan

lainnya. Pada fase korporatis terjadi setelah adanya kebijakan dari pengusaha

terhadap pemberlakuan asas tunggal Pancasila. UU ini merupakan puncak strategi

Orde Baru untuk menyeragamkan seluruh makna dan potensi poitik yang ada

dalam masyarakat. Kecenderungan watak politik Orde Baru inilah yang kemudian

melahirkan kekuasaan otoritarian. Heterogenisasi masyarakat, terutama yang

berbasis agama, dipandang hanya sebagai potensi konflik berbahaya, sehingga

harus diamankan melalui penyeragaman ideologi yaitu Pancasila.

C.3. Partai Islam di Era Reformasi

Jika ditotalkan secara keseluruhan, selama era Reformasi (pemilu 1999,

2004, 2009) jumlah partai politik Islam ada 24. Namun, disini kami hanya akan

menjelaskan beberapa partai politik Islam saja.

C.3.1. Partai Amanat Nasional (PAN)

PAN merupakan partai berasa pancasila yang didirikan oleh Amien Rais

(mantan ketua PP Muhammadiyah). Di tengah hingar-bingar peristiwaa

menjelang turunnya Soeharto, kita tidak bisa melupakan peran sang reformis

bernama Amien Rais. Kedudukannya sebagai ketua Muhammadiyah semakin

membuat kritkan-kritikannya didengarkan oleh pengusaha. Seiring turunnya

Soeharto, di internal warga Muhammadiyah muncul keinginan untuk mendirikan

partai baru. Hal itu mencuat ketika Tanwir Muhammmadiyah, 5-7 Juli 1998 di

Semarang. Di akhir sidang, forum tersebut memberikan amanat kepada PP

Muhammadiyah untuk melaksanakan ijtihad politik dalam rangka mencapai

maslahat umat dengan berlandaskan semangat dakwah amar makruf nahi munkar.

Sinyal itu ditangkap positif oleh Amien, bahwa ada kerinduan warga

Muhammadiyah untuk mempunyai partai yang dapat menyalurkan aspirasi

23

mereka. Pada akhirnya, ijtihad politik tersebut diungkapkan pada pembentukan

sebuah partai.

Visi kepartaian adalah terwujudnya PAN sebagai partai politik terdepan

dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil dan maksmur, pemerintahan

yang baik dan bersih di dalam negara Indonnesia yang demokratis dan berdaulat,

serta diridhoi allah SWT. Prinsip dasar PAN adalah partai politik yang

memperjuangkan kedaulatan rakyat, demokrasi, kemajuan dan keadilan sodial.

Cita-citanya berakar pada moral agama, kemanusiaan dan kemajemukan. PAN

mencita-citakan suatu masyarakat Indonesia yang demokratis , berkeadilan sosial,

otonom dan mandiri.22

C.3.2. Partai Bulan Bintang (PBB)

Partai Bulan Bintang adalah partai politik yang berasaskan Islam dan

menganggap dirinya sebagai partai penerus Masyumi. PBB didirikan pada 17 Juli

1998. Partai ini telah ikut pemilu selama tiga kali (1999,2004,2009). Pada tahun

1999 PBB mendapat 13 kursi DPR RI, pada pemilu 2004 mendapat 11 kursi

namun pada tahun 2009 PBB tidak mendapatkan kursi ditingkat Nasional.

Namun, partai yang memperjuangkan syari’at Islam ini masih memilikinsekitar

400 anggota DPRD baik ditingkat kabupaten/kota maupun provinsi di seluruh

Indonesia. Ketua PBB pertama adalah Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang

memelopori amandemen konstitusi pasca reformasi.23

C.3.3. Partai Keadilan Sosial (PKS)

Secara resmi PKS dikukuhkan melalui akta notaries pada tanggal 18 Maret

2003. PKS berasas kan Islam. Visi Indonesia yang dicita-citakan oleh PKS adalah

terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat.

Untuk mencapai visinya tersebut, PKS melakukan usaha-usaha berikut ini:

22 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 96-97 23 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 98

24

1) Membebaskan bangsa Indonesia dari segala bentuk kedzholiman

2) Membina masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang Islami

3) Mempersiapkan bangsa Indonesia agar mampu menjawab berbagai

problema dan tuntutan masa depan

4) Membangun sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang sesuai

dengan nilai-nilai Islam

5) Membangun negara Indonesia baru yang adil, sejahtera, dan berwibawa.24

C.3.4. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Secara historis partai ini lahir dari dalam organisasi NU. Pada 3 Juni 1998

PB NU membentuk Tim Lima yang bertugas mempersiapkan berdirinya partai

untuk warga NU, setelah melalui proses yang panjang, maka tanggal 23 Juli 1998

resmi dideklarasikan berdirinya PKB di kediaman Gus Dur, Ciganjur, Jakarta

Selatan.

Secara ideologis, PKB menetapkan Pancasila sebagai asa partainya.

Prinsip peerjuangan partai adalah pengabdian kepada Allah SWT, menjunjung

tinggi kebenaran dan kejujuran, menegakkan keadilan, menjaga persatuan,

menumbuhkan persaudaraan dan kebersamaan sesuai dengan nilai-nilai Islam

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Partai ini bersifat demokratis, kebangsaaan dan

terbuka. Partai ini memiliki lima fungsi utama: 1) Sebagai wadah berhimpun bagi

setiap warga negara Indonesia dengan tanpa membedakan asal usul, keturunan,

suku, golongan, agama dan profesi; 2) Sebagai salah satu wadah untuk

meningkatkan pendidikan, hak sipil, dan partisipasi politik; 3) Sebagai saluran

aspirasi politik rakyat bagi terwujudnya hak-hak sipil dan politik rakyat; 4)

Sebagai sarana artikulasi dan agregasi kepentingan-kepentingan rakyat di dalam

lembaga-lembaga dan proses-proses politik; 5) Sebagai sarana mempersiapkan,

memunculkan dan melahirkan pemimpin politik, bangsa dan negara. Sedangkan

tujuannya ada tiga yaitu, 1) Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik

Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945; 2)

24 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 100

25

Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara lahir dan batin, material

dan spiritual; 3) Mewujudkan tatanan politik nasional yang demokratis, terbuka,

bersih dan berakhlakul karimah.25

C.3.5. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

PPP merupakan partai berasas Islam peninggalan Orde Baru yang sudah

terlibat dalam pemilu sejak 1977 hingga saat ini. Partai ini dipimpin oleh Hamzah

Haz. Landasan ideology partai ini adalah nilai amar makruf nahi munkar, nilai-

nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, dan keikhlasan akan terwujud dengan

memantapkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan nilai-nilai

tersebut, terwujud pula manusia dan masyarakat yang saling menghargai dan

menyayangi tanpa membedakan suku, ras, agama, kasta, warna kulit dan

sebagainya.

Sekalipun berasas Islam, PPP mengajak semua kalangan untuk

berpandangan nasionalis dan menjalankan Pancasila secara konsisten dan

konsekuen, karena Pancasila dapat mengayomi seluruh rakyat Indonesia dan

mengajak melaksanakan Pancasila secara konsisten.26

25 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal.100-101 26 Lihat Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 105

26

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu peran dan pengaruh ajaran islam di Indonesia yaitu melahirkan

banyak organisasi sosial keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, Persis yang

paling banyak terdengar di media massa dan menjadi pengaruh bagi masyarakat

Indonesia. Organisasi ini juga berkontribusi dan berkiprah dalam bidang

Kenegaraan dan Kebangsaan pada pembentukan dan keutuhan NKRI. Dengan

adanya organisasi-organisasi social keagmaan, negara ini dapat meminimalisir

tantangan sekaligus dapat menjaga keutuhan dan pembentukan Negara Indonesia

sehingga masyarakatnya memiliki pendidikan, taraf kehidupan ekonomi dan

kehidupan social yang yang sesuai dengan ajaran islam. Selain munculnya

organisasi-organisasi Islam, di Indonesia juga muncul dan terdapat nayak sekali

partai-partai Islam yang ikut menopang keutuhan Negara menjadi duatu NKRI.

B. Saran

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Studi Islam II dengan topik

Islam dan organisasi social keagamaan. Penulis berharap dengan penulisan

makalah ini dapat membantu pemahaman mengenai organissi-organisasi islam

dan partai politik islam serta kontribusinya terhadap pertahanan dan keutuhan

NKRI. Semoga makalah ini dapat membantu menumbuhkan rasa nasionalisme

dengan berlandaskan nilai-nilai islam.

27

DAFTAR PUSTAKA

Marjani, Gustiana Isya.2012.”Wajah Toleransi NU : Sikap NU Terhadap Kebijakan Pemerintah atas

Umat Islam”.Jakarta Selatan:RMBOOKS.

Halim, Abdul.2014. “Aswaja Politisi Nahdlatul Ulama”.Jakarta: Pustaka LP3ES

Al-Syathiri, Sayyid Muhammad bin Ahmad. 1997. “Persatuan Islam”. Jakarta : Lentera.

Al-Hamdi, Ridho. 2013. “Partai Politik Islam: Teori dan praktik di Indonesia”. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

S, Floriberta Aning. 2006. “100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia”. Yogyakarta :

Narasi.

Mulkhan, Abdul Munir. 2010. “Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan

Kemanusiaan”. Jakarta : Buku Kompas

Nurcholish, Ahmad. 2015. “Peace Education & Pendidikan Perdamaian Gus Dur”.

Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Rosyid, Wahyu. PERAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN

PEMBAHARUAN DALAM MENCERAHKAN INDONESIA.

Khozin, Muhammad Ma’ruf. Mengapa Ulama Indonesia Tidak Menerapkan Sistem

Negara Islam.