makalah sosiologi (isi)

11

Click here to load reader

Upload: ariev-oneheart

Post on 26-Jul-2015

191 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sosiologi (Isi)

KATA PENGANTAR

Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah hampir punah. Pada umumnya masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih mempertahankan dan menggunakan budaya lokal atau budaya daerah. Kebanyakan masyarakat memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya modern daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerah atau budaya lokallah yang sangat sesuai dengan kepribadian bangsanya. Mereka lebih memilih dan berpindah ke budaya asing yang belum tetntu sesuai dengan keperibadian bangsa bahkan masyarakat lebih merasa bangga terhadap budaya asing daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri.. Tanpa mereka sadari bahwa budaya daerah merupakan faktor utama terbentuknya kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah yang mereka miliki merupakan sebuah kekayaan bangsa yang sangat bernilai tinggi dan perlu dijaga kelestarian dan keberadaanya oleh setiap individu di masyarakat. Pada umumnya mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya kebudayaan merupakan jati diri bangsa yang mencerminkan segala aspek kehidupan yang berada didalalmnya. Besar harapan saya, semoga dengan dibuatnya makalah yang berjudul Budaya Suku Sunda yang didalamnya membahas tentang kebudayaan yang berasal dari daerah Jawa Barat ini menjadi salah satu sarana agar masyarakat menyadari betapa berharganya sebuah kebudayaan bagi suatu bangsa, yang ahirnya akan membuat masyarakat menjadi merasa bangga terhadap budaya daerahnya sendiri.

DAFRAT ISI :

Page 2: Makalah Sosiologi (Isi)

I. Kata Pengantar ……………………………………………………i II. Daftar Isi …………………………...……………………………..ii III. Asal Usul Daerah Ngulling……………………………………….iii IV. Pembahasan ……………………………………………………...1 1. Adat Itiadat……………………………………………………….1 V. Kebudayaan Desa Nguling ………………………………………..3 1. Jaran Kencak ……………….………………………………….…3 2. Petik Laut………………………………………………………....5 VI. Penutup ………………………….……………………………..…7 1. Kesimpulan ………………………..………………………..…….7

Asal Usul Daerah Nguling

Dahulu kala hiduplah seekor ular besar yang mempunyai kumis panjang dan sisik belang. Ular tersebut hidup di sebuah lubang tanah yang sangat besar tepatnya di jagalan sapi. Yang paling mengensankan ular tersebut

Page 3: Makalah Sosiologi (Isi)

mempunyai mustika. Ular itu tidak jahat dan tidak pernah mengganggu kehidupan orang-orang desa. Orang-orang desa juga tidak pernah mengganggu kedatangan ular tersebut. Tetapi aneh nya, apabila orang desa ingin melihat ular tersebut, ular itu tidak muncul, munculnya pada malam hari saja.

Suatu ketika orang desa bingung ingin menyebut ular itu apa. Dan pada waktu itu ada seorang kakek renta yang tahu nama ular tersebut. Kata kakek itu ular tersebut adalah ular OLENG. Para warga desa setuju dengan nama ular tersebut. Mereka bahagia mekipun ada seekor ular besar yang hidup ditengah-tengah kehidupan mereka.

Saat para warga ingin membuat nama desa, kebetulan mereka mengingat ular misterius itu. Kemudian ada salah satu warga berfikir untuk menamakan desa nya sebagai desa NGULING. Warga lainnya setuju dengan nama tersebut. Akhirnya banyak yang memanggil desa tersebut dengan sebutan NGULING. Tetapi ada juga yang memanggil dengan sebutan OLENG karena banyak yang tahu asal usul kejadian terbentuknya desa tersebut.

Seiring waktu berlalu, ular itu tiba-tiba hilang dengan sendirinya, tidak ada yang tahu kemana ular itu pergi. Masyarakat NGULING juga merasa kehilangan ular tersebut. Warga berharap ular tersebut hidup dengan aman dan dilindungi Tuhan Yang Maha Esa. Warga juga menganggap ular tersebut sebagai ular keramat. Karena berkat ular tersebut mereka mempunyai nama desa yang di akui oleh banyak orang dan tidak menjadi desa lagi, tapi menjadi sebuah Kecamatan NGULING hingga sekarang.

Page 4: Makalah Sosiologi (Isi)

Pembahasan

Adat istiadat:

Ber-oberen. Tradisi ini hanya di lakukan setiap satu tahun sekali, Ber-oberen artinya bakar-bakaran (Obong-obongan) maksudnya masyarakat bersyukur kepada Sang pencipta telah melimpahkan rizki kepada mereka dan sekaligus meminta hujan kepada-Nya. Dengan menyiapkan berbagai makanan apapun yang penting ikhlas, di sajikan di tengah-tengah jalan.Setelah di do’akan, masyarakat boleh mengambil makanan tersebut dengan berebutan. Tapi tidak boleh mengambil barangnya sendiri

Selamatan Desa. Dengan cara berkumpul satu desa dengan mengadakan

selamatan, dan dengan membuat beberapa sesajaen.

Memperingati hari-hari penting seperti : Sofar Rojab Romadhon Dengan cara berkumpul bersama-sama, membaca ayat-ayat suci

Al-Qur’an.

Menikahi seseorang harus dilakukan. Mempertemukan Pendekatan (Rasa suka) Proses menjalin hubungan kasih Memberi cincin Melamar : Mengenal kedua belah pihak kelarga masing-masing Meminang atau bertunangan Menikah :

- Mempelai pria di karak ke rumah mempelai wanita- Sadro’an- Akad nikah-Syah mejadi suami istri

Setiap malam jum’at selalu memberikan sandingan. Ziarah ke makam setiap kamis sore. Melakukan ruwatan pada anak pertama dan ganjil.

Setiap ibu mengandung diadakan: Neloni ( 3 bulan) Tingkepan atau Mitoni ( 7 bulan )

Setiap bayi lahir diadakan: Cuplakan Selapan Aqiqah

Page 5: Makalah Sosiologi (Isi)

Kebudayaan Desa Nguling

1. Jaran kencak

Jaran kencak merupakan salah satu jenis kesenian yang digemari oleh masyarakat nguling. Tampilannya menarik dan menghibur. Kuda-kuda yang dilatih menari dirias dengan berbagai pernak-pernik serta diberi semacam baju dari kain dan perhiasan dari monel. Di kaki mereka yang menghentak - hentak di pasang semacam gelang kaki yang dipasangi lonceng-lonceng agar terdengar suara gemerincing saat mereka menari. Jaran kencak yang ada di Nguling banyak terdapat di Kapur, Sudimulyo, dan Randuati.

Gending-gending jawa kuno ditabuh dari Gamelan pada suatu siang yang terik. Dua ekor kuda hitam, lengkap dengan kostum berwarna mencolok tiba-tiba masuk ke area pentas.

Mengikuti aba-aba sang pelatih, kuda jenis sandel memperagakan aksinya, ditengah kerumunan penonton yang sudah memadati tempat mentas sejak pagi hari. Dua kuda itu mengangguk-angguk sembari mengepak-ngepakkan kakinya mengikuti tabuhan gamelan. Selain menari, dua kuda itu juga menunjukkan aksinya, duduk dan berdiri dengan dua kaki.Setelah gending pertama dan kedua selesai dibawakan, para pesinden mulai bernyanyi gending-gending Tari Gandrung asal Banyuwangi. Tak lama kemudian, seorang gadis berkostum Gandrung masuk ke area pentas. Sang Gandrung menari-nari, sesekali mengibaskan selendang merahnya ke arah kuda. Seperti layaknya manusia, dua ekor kuda itu terlihat kompak menari bersama Gandrung mengikuti tabuhan gamelan hingga selesai. Ilustrasi diatas adalah diskripsi singkat bagaimana jalannya Kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung, saat ditampilkan oleh Masyarakat Randuati, Sudimulyo, dan Kapur, Kecamatan Nguling. Sesuai namanya, kesenian ini mengkolaborasikan kesenian Jaran Kencak dengan Tari Gandrung Nguling.Sekilas penampilan kesenian rakyat ini cukup memukau, karena memperagakan kelincahan kuda-kuda Sandel dan Tarian Gandrung yang cukup populer bagi masyarakat Nguling. Bukan hanya di Nguling, setiap kali ada pentas kesenian ini memang tidak pernah sepi penonton.

Dalam sejarah, Kesenian Jaran Kencak sebenarnya adalah kesenian asli Madura yang dipakai untuk bersenang-senang. Seiring penyebaran masyarakat Madura yang begitu besar di pulau Jawa, menjadikan kesenian Jaran Kencak juga mulai dikenal dan berkembang di Jawa Timur, termasuk di Nguling.Selain kemahiran menari, daya tarik kesenian Jaran Kencak adalah kostum kuda yang berwarna mencolok. Seperti kemul (selimut/pelana) berwarna kuning keemasan, mahkota atau Jamang bercorak bunga warna warni, kalung dada, dan lengkap dengan ulur di sepanjang punggung kuda.Jaran Kencak berarti kuda-kuda yang lincah menari mengikuti lagu.“Yang dinamakan kencak itu kan cara memainkan kaki bergantian. Jadi kakinya harus tepat mengikuti gendang. Bila gong besar berbunyi tanda lagu selesai maka kuda akan berhenti dengan sendirinya” . Untuk mendapatkan kuda-kuda yang pandai menari memang membutuhkan latihan khusus. Satu kuda membutuhkan waktu sekitar 1 bulan untuk bisa lincah menari dari musik yang diperdengarkan dari tape. Kuda yang dipakai untuk kesenian ini berjenis Sandel yang biasa diperoleh dari Sumbawa. Jenis Sandel ini dipilih karena memiliki bentuk fisik lebih tinggi dibanding kuda-kuda biasa. Setidaknya ada 15 orang Nguling yang memiliki Kuda Sandel. Mereka membentuk komunitas dengan menggelar arisan. Bagi yang memperoleh arisan tersebut, maka diwajibkan menggelar

Page 6: Makalah Sosiologi (Isi)

Kesenian Tari Kencak. Dalam perkembangan selanjutnya. Kesenian ini marak ditanggap untuk acara sunatan.“Tadinya Jaran Kencak ini untuk ngarak sunatan. Jadi anak yang sunat dinaikkan ke punggung kuda lalu diarak keliling kampung”Namun lambat laun, semakin sedikit orang yang mau menanggap Jaran Kencak. Karena tidak begitu menjanjikan lagi, sebagian dari pemilik Jaran Kencak ada yang menjual kudanya dan beralih ke profesi lain. Dari sepinya peminat inilah, muncullah ide untuk mengkolaborasikan Jaran Kencak dengan Tarian Gandrung asal Banyuwangi.Nama keseniannya pun dirubah menjadi Kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung. Lagu-lagu yang dimainkan, akhirnya juga memakai lagu gandrung. Yakni: Seblang Lukinto, Podho Nonton, Pacu Gandrung, Seblang Sebuh, Sekar Jenang, Kembang Pepe, Suntring-suntring, dan Kembang Dirmo. Sejak dirintis pertama kalinya hingga sekarang, perpaduan Jaran Kencak dengan Tari Gandrung mendapat respon yang besar dari masyarakat.Idenya menggabungkan dua kesenian ini adalah untuk menyemarakkan Kesenian Jaran Kencak supaya lebih diminati masyarakat Kecamatan Nguling. Apalagi saat itu, Tari Gandrung masih cukup digemari dan sering ditanggap.” Saya berharap, dengan memadukan Gandrung, Jaran Kencak lebih banyak ditonton orang,” Meskipun saat ini tanggapan mulai menurun drastis. Sebagian pihak memang menilai Kesenian ini adalah hasil akulturasi Kesenian Jaran Kencak dengan Gandrung. Namun, baik buruknya kesenian ini tetap ia serahkan kepada masyarakat. Tugas para penikmat Budayalah yang harus berperan untuk memberikan pemahaman tentang keberadaan Jaran Kencak.

Dengan melihat besarnya peran kesenian ini, dapat disimpulkan bahwa kesenian jaran kencak ini sudah tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat nguling. Masyarakat nguling biasanya mngadakan jaran kencak apabila ada hajatan. Warga pun sangat antusias apabila ada jaran kencak.

1. Petik LautRatusan nelayan pesisir pantai di Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan menggelar larung sesaji sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala limpahan karunianya. Sekaligus juga memohon keselamatan selama bekerja menangkap ikan tanpa ada bencana atau rintangan apapun. Bagi komunitas nelayan, syukuran ini dikenal dengan ritual "Petik Laut" dan "Larung Saji".

Ritual ini yang selalu dinantikan dan rutin dilakukan dikalangan komunitas nelayan, termasuk nelayan petik laut di Desa Mlaten, Kecamatan Nguling. Upacara ritual yang selalu dipadati ribuan warga nelayan tersebut merupakan acara puncak. Ada pemutaran film, pentas seni, pementasan musik gambus, orkes dangdut, dan tari gandrung banyuwangi. Ada juga Pengajian dan berbagai lomba untuk masyarakat nelayan. seperti renang bebas, domino, catur, tari, tarik tambang, dan panjat pinang.

Larung sesaji ini di letakkan disebuah replika perahu yang terbuat dari batang pohon pisang dan dibungkus dengan kertas warna emas yang di dalamnya terdapat sesajen berupa kepala sapi dan kambing, aneka kue dan makanan hingga mainan anak. Selanjutnya semua jenis sesajen ini dibawa ke tengah laut untuk dilarung dengan diiringi sedikitnya 50 perahu nelayan. Untuk sesajennya, semua nelayan diminta iuran dan bisa dicicil dari hasil tangkapan ikan yang

Page 7: Makalah Sosiologi (Isi)

didapatkan. Untuk nilainya relatif, tergantung besar-kecil perahu yang dimiliki nelayan. Rata-rata setiap perahu iurannya sekitar 200.000. Para nelayan di pesisir pantai, berkeyakinan setelah dilangsungkannya larung sesaji yang digelar dalam petik laut, hasil tangkapan mereka bakal berlimpah kembali.

Beberapa bulan ini memang hasil tangkapan sangat jauh berkurang. Namun dengan larung sesaji ini bisasanya sesudah itu, hasil tangkapan melimpah, Kegiatan ini merupakan potensi wisata yang harus dilestarikan. Ini merupakan adat dan tradisi sebagai bentuk rasa syukur dan memohon keselamatan saat bekerja kepada Tuhan. Makanya pemerintah sangat mendukungnya dengan kegiatan potensi wisata ini, Sebagai ritual menolak bala, masyarakat nelayan Desa Mlaten, Kecamatan Nguling, Upacara yang diselenggarakan setiap Rabu terakhir di bulan Sapar tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh para nelayan tiap satu tahun sekali. “ Kegiatan ini merupakan tradisi yang telah dilakukan oleh masyarakat kami secara turun temurun”. Menurut kepercayaan warga setempat, hari Rabu terakhir di bulan Sapar dianggap sebagai hari turunnya wabah penyakit dan bencana, karena itulah warga melangsungkan ritual Rebo Wekasan. “ Warga berharap terhindar dari bencana maupun penyakit terutama saat melaut”.

Ritual Petik Laut Rebo Wekasan dilakukan dengan melarung perahu berisi sesaji yang  terdiri atas berbagai jenis polo pendem (umbi-umbian-red) dan sebuah kepala kambing. “ Sesaji itu sebagai simbol untuk membuang segala macam penyakit dan bencana dari warga nelayan Bulusan”. Perahu sesaji tersebut, dilepas ditengah laut dengan iring-iringan masyarakat yang mengikuti menggunakan perahu penangkap ikan. Sebelum melarung perahu sesaji, masyarakat memanjatkan doa permohonan keselamatan dan kelimpahan rezeki yang dipimpin oleh seorang pemuka agama.Pelaksanaan Petik Laut  Rebo Wekasan berlangsung secara meriah, masyarakat setempat mengikuti prosesi tersebut dengan penuh antusias dan bahagia.

Budaya petik laut di mlaten harus dipertahankan dan dilestarikan. Sehingga mampu menjadi salah satu aset Daerah. Dengan kegiatan ini, semoga akan mampu mempermudah masyarakat nelayan mendapatkan rejeki dan selalu selamat dalam setiap kegiatan di laut.

Page 8: Makalah Sosiologi (Isi)

PENUTUP

1. KesimpulanBudaya yang berada di daerah Nguling merupakan Kebudayaan yang memiliki berbagai kesenian yang luar biasa tuk kita lestarikan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan lain-lain.Semua itu membuktikan bahwa daerah Nguling merupakan kaya akan budaya daerah.Diantara sekian banyak kebudayaan yang dimiliki masyarakat Nguling, ada beberapa kebudayaan yang sangat populer, diantaranya adalah sebagai berikut :1. Jaran Kencak2. Petik Laut Tidak hanya dibidang kesenian, daerah Nugling juga memiliki berbagai macam budaya daerah yang sangat menarik.