makalah sistem politik fix

44
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Trias Politica menyatakan adanya pembagian kekuasaan menjadi 3 bagian, yakni lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga lembaga ini bekerja secara sinergis untuk menjalankan roda pemerintahan suatu negara, sehingga ketiga lembaga ini terlibat dalam suatu sistem politik yang terdapat di negara tersebut. Pada garis besarnya, lembaga eksekutif bergerak dalam menjalankan pemerintahan, lembaga legislatif bergerak dalam bidang pembuatan undang-undang, melakukan fungsi pengawasan, dan juga melakukan fungsi pembuatan anggaran (RAPBN), sedangkan lembaga yudikatif bergerak dalam bidang peradilan. Kekuasaan eksekutif dalam suatu negara ialah merupakan kekuasaan dimana dijalankannya segala kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan badan legislatif dan menyelenggarakan undang-undang yang telah diciptakan oleh badan legislatif. Akan tetapi, 1

Upload: riskiarsanti91

Post on 27-Jun-2015

5.062 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sistem Politik Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam Trias Politica menyatakan adanya pembagian kekuasaan

menjadi 3 bagian, yakni lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga

lembaga ini bekerja secara sinergis untuk menjalankan roda pemerintahan

suatu negara, sehingga ketiga lembaga ini terlibat dalam suatu sistem politik

yang terdapat di negara tersebut. Pada garis besarnya, lembaga eksekutif

bergerak dalam menjalankan pemerintahan, lembaga legislatif bergerak

dalam bidang pembuatan undang-undang, melakukan fungsi pengawasan,

dan juga melakukan fungsi pembuatan anggaran (RAPBN), sedangkan

lembaga yudikatif bergerak dalam bidang peradilan.

Kekuasaan eksekutif dalam suatu negara ialah merupakan kekuasaan

dimana dijalankannya segala kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan

badan legislatif dan menyelenggarakan undang-undang yang telah diciptakan

oleh badan legislatif. Akan tetapi, dalam perkembangannya pada masa negara

modern seperti saat ini kekuasaan badan eksekutif jauh lebih luas karena

kekuasaannya dapat pula mengajukan rancangan undang-undang pada

lembaga legislatif. Ini menunjukkan bahwa peran lembaga eksekutif pada

masa negara modern sudah mengalami peningkatan didalam menjalankan

kekuasaan.

Dalam sejarahnya, Indonesia telah mengalami rotasi pergantian

kekuasaan. Ini ditandai dengan adanya masa kekuasaan yang dikenal dengan

3 masa, yaitu masa Orde Lama, masa Orde Baru, dan masa Orde Reformasi.

Disetiap masa memiliki ciri khas kekuasaan yang berbeda-beda. Dari

1

Page 2: Makalah Sistem Politik Fix

perbedaan setiap masa, dapat dilihat cara dalam menerapkan kekuasaannya

terhadap lembaga-lembaga yang terdapat pada masa itu.

Apabila kita membahas tentang eksekutif, kita dapat juga melihat

bagaimana pemimpin tersebut dalam memimpin lembaga eksekutifnya.

Disetiap masa yang berbeda, Indonesia mengalami beberapa kali pergantian

pemimpin. Dimulai dari Orde Lama yaitu pada saat di bawah pimpinan

Presiden Soekarno, di mana masa Orde Lama itu sendiri terbagi atas 2 masa,

yaitu masa Demokrasi Parlementer dan masa Demokrasi Terpimpin, yang

dilanjutkan dengan masa Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden

Soeharto selama 32 tahun, dan masa Reformasi yang telah mengalami

beberapa kali pergantian Presiden hingga sekarang ini.

Oleh karena itu, penulis mencoba menyajikan suatu makalah yang

memiliki konten seperti yang telah disebutkan di atas, dengan judul makalah

“Fungsi Lembaga Eksekutif dalam Sistem Politik Indonesia dari Masa Orde

Baru hingga Masa Reformasi.”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengambil

suatu rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah fungsi lembaga Eksekutif

dalam menjalankan sistem politik Indonesia dari masa Orde Lama hingga

Masa Pasca Reformasi?”.

2

Page 3: Makalah Sistem Politik Fix

BAB IILANDASAN KONSEPTUAL

A. TEORI SISTEM POLITIK

a. Analisis Sistem Politik Menurut David Easton

Pendekatan sistem politik pada mulanya terbentuk dengan mengacu pada

pendekatan yang terdapat dalam ilmu eksakta. Adapun untuk membedakan sistem

politik dengan sistem yang lain maka dapat dilihat dari definisi politik itu sendiri.

Sebagai suatu sistem, sistem politik memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:

a. Ciri-ciri identifikasi, yaitu dengan menggambarkan unit-unit dasar dan

membuat garis batas yang memisahkan unit-unit tersebut dengan lingkunga

luarnya.

1. Unit-unit sistem politik, yaitu unsur-unsur yang mmbentuk sistem

2. Perbatasan (garis batas).

Yang termasuk sistem politik kurang lebih yang berkaitan dengan

pembuatan keputusan-keputusan yang mengikat masyarakat.

b. Input dan Output

Agar supaya sistem bekerja dengan baik, dibutuhkan input-input yang

mengalir secara konstan. Input akan membuat suatu sistem itu dapat

berfungsi; dan dengan output kita dapat mengidentifikasi pekerjaan yang

dikerjakan oleh sistem itu.

3

Page 4: Makalah Sistem Politik Fix

Apa yang terjadi di dalam suatu sistem merupakan akibat dari upaya

angggota-anggota sistem yang menanggapi lingkungan yang selalu berubah-

ubah.

c. Diferensiasi dalam suatu sistem.

Anggota-anggota dari suatu sistem paling tidak mengenal pembagian

kerja minimal yang memberikan suatu struktur tempat berlangusungnya

kegiatan-kegiatan itu.

d. Integrasi dalam suatu sistem sosial.

Suatu sistem harus memiliki mekanisme yang bisa mengintegrasi atau

memaksa anggota-anggotanya untuk bekerjasama walaupun dalam keadaan

minimal sehingga mereka dapat membuat keputusan-keputusan yang

otoritatif.

Perbedaan pendapat mulai muncul ketika harus menentukan batas antara sistem

politik dengan sistem lain yang terdapat dalam lingkungan sistem politik. Namun

demikian, batas akan dapat dilihat apabila kita dapat memahami tindakan politik

sebagai sebuah tindakan yang ingin berkaitan dengan pembuatan keputusan yang

menyangkut publik.

Pada awal abad 1950-an David Easton mengembangkan kerangka kerja untuk

menjelaskan kehidupan politik dan bagaimana penerapan secara universal. Kerangka

kerja ini disebut sebagai pendekatan sistem politik. Menurut David Easton,

kehidupan politik dilihat sebagai sebuah sistem. Kita harus memahami fungsi secara

keseluruhan tidak hanya satu bagian fungsi saja. Ini merupakan jantung dari analisis

kehidupan politik dari David Easton. Pendekatan sistem politik ini tidak hanya untuk

4

Page 5: Makalah Sistem Politik Fix

telaah perbandingan politik tapi juga dapat menjelaskan kehidupan politik suatu

Negara.

Perbedaan sistem politik dengan sistem yang lain, tidak menjadikan jurang

pemisah antara sistem politik dengan sistem yang lain. Telah kita ketahui bahwa

sistem politik merupakan suatu sistem yang terpenting dalam sebuah Negara dan

merupakan pengatur input dan output sebuah sistem dalam sebuah tata Negara.

Sebuah sistem politik dapat menjadi input bagi sistem yang lainnya.

Dalam sistem politik terdapat pembagian kerja antar anggotanya. Pembagian

kerja yang ada tidak akan menghancurkan sistem politik karena ada fungsi integratif

dalam sistem politik.

Input

Input dalam sistem politik dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan dan

dukungan. Input yang berupa kebutuhan muncul sebagai konsekuensi dari

kelangkaan atas berbagai sumber-sumber yang langka dalam masyarakat.

Input tidak akan sampai (masuk) secara baik dalam sistem politik jika tidak

terorganisir secara baik. Oleh sebab itu komunikasi politik menjadi bagian

penting dalam hal ini. Terdapat perbedaan tipe komunikasi politik di negara

yang demokratis dengan negara yang nondemokratis. Tipe komunikasi politik

ini pula yang nantinya akan membedakan besarnya peranan dari organisasi

politik.

Ada dua jenis pokok input, yang memberikan enerji dan bahan informasi

yang akan diproses oleh sistem tersebut dalam suatu sistem politik, yaitu:

1. Tuntutan. Tuntutan-tuntutan (bersal dari orang-orang atau kelompok-

kelompok dalam masyarakat) disalurkan dengan suatu usaha yang

5

Page 6: Makalah Sistem Politik Fix

diorganisasikan secara khusus dalam masyarakat yang kemudian menjadi

input dalam sistem politik. Tuntutan ini terbagi dua, yaitu tuntutan eksternal

(luar sistem) dan tuntutan internal (dalam sistem)

2. Dukungan. Input dukungan (support) menjadi enerji untuk menjaga

keberlangusungan fungsi sistem politik itu sendiri, yaitu berupa bentuk

tindakan atau pandangan  yang memajukan dan merintangi suatu sistem

politik, tuntutan-tuntutan di dalamnya, dan keputusan-keputusan yang

dihasilkannya.

a. Wilayah dukungan, yaitu mengarah pada tiga sasaran: komunitas, rejim,

dan pemerintah.

b. Kuantitas dan Ruang-lingkup Dukungan. Jumlah dukungan tidak mesti

seimbang dengan luas ruang lingkupnya.

Output

Output merupakan keputusan otoritatif (yang mengikat) dalam

menjawab dan memenuhi input yang masuk. Output sering dimanfaatkan

sebagai mekanisme dukungan dalam rangka memenuhi tuntutan-tuntutan

yang muncul.

Output (keputusan) dari suatu sistem politik merupakan pendorong

khas bagi anggota-anggota dari suatu sistem untuk mendukung sistem itu.

Dorongan dapat bersifat positif maupun negatif. Dalam hal ini, pemerintah

memiliki tanggung jawab tertinggi untuk menyesuaikan atau

menyeimbangkan output berupa keputusan dengan input berupa tuntutan.

6

Page 7: Makalah Sistem Politik Fix

Politisiasi sebagai Mekanisme Dukungan

Cadangan-cadangan yang telah diakumulasikan sebagai akibat dari

keputusan-keputusan yang lalu bisa ditingkatkan dengan suatu metode rumit

untuk menghasilkan dukungan secara tetap melalui proses yang disebut

politisiasi. Politisiasi sendiri memiliki pengertian sebagai cara-cara yang

ditempuh anggota masyarakat dalam mempelajari pola-pola politik.

Lingkungan

Lingkungan mempunyai peranan penting berupa input, baik

kebutuhan ataupun dukungan. Kemampuan anggota sistem politik dalam

mengelola dan menanggapi desakan ataupun pengaruh lingkungan

bergantung pada pengenalannya pada lingkungan itu sendiri. Lingkungan

merupakan semua sistem lain yang tidak termasuk dalam sistem politik.

Secara garis besar, lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan dalam

(intra societal) dan lingkungan luar (extra societal).

Setidaknya ada dua kritik yang dilontarkan atas gagasan Easton, yaitu

adanya anggapan bahwa pemikiran Easton terlalu teoretis sehingga sulit

untuk diaplikasikan secara nyata. Selain terlalu teoretis, pemikiran Easton

dianggap tidak netral karena hanya mengedepankan nilai-nilai liberal Barat

dengan tanpa memperhatikan kondisi pada masyarakat yang sedang

berkembang.

b. Pendekatan Struktural Fungsional Gabriel Almond

Pendekatan struktural fungsional merupakan alat analisis dalam

mempelajari sistem politik, pada awalnya adalah pengembangan dari teori

7

Page 8: Makalah Sistem Politik Fix

struktural fungsional dalam sosiologi. Dalam pendekatan ini, sistem politik

merupakan kumpulan dari peranan-peranan yang saling berinteraksi. Menurut

Almond, sistem politik adalah sistem interaksi yang terdapat dalam semua

masyarakat yang bebas dan merdeka yang melaksanakan fungsi-fungsi

integrasi dan adaptasi (baik dalam masyarakat ataupun berhadap-hadapan

dengan masyarakat lainnya). Semua sistem politik memiliki persamaan

karena sifat universalitas dari struktur dan fungsi politik. Mengenai fungsi

politik ini, Almond membaginya dalam dua jenis, fungsi input dan output.

Almond menggunakan pendekatan perbandingan dalam menganalisa

jenis sistem politik, yang mana harus melalui tiga tahap, yaitu:

Tahap mencari informasi tentang sobjek. Ahli ilmu politik memiliki

perhatian yang fokus kepada sistem politik secara keseluruhan,

termasuk bagian-bagian (unit-unit), seperti badan legislatif, birokrasi,

partai, dan lembaga-lembaga politik lain.

Memilah-milah informasi yang didapat pada tahap satu berdasarkan

klasifikasi tertentu. Dengan begitu dapat diketahui perbedaan suatu

sistem politik yang satu dengan sistem politik yang lain.

Dengan menganalisa hasil pengklasifikasian itu dapat dilihat

keteraturan (regularities) dan ubungan-hubungan di antara berbagai

variabel dalam masing-masing sistem politik.

Terkait dengan hubungannya dengan lingkungan, perspektif yang

digunakan adalah ekologis. Keuntungan dari perspektif ekologis ini adalah

dapat mengarahkan perhatian kita pada isu politik yang lebih luas. Agar dapat

membuat penilaian yang objektif maka kita harus menempatkan sistem

politik dalam lingkungannya. Hal ini dilakukan guna mengetahui bagaimana

lingkungan-lingkungan membatasi atau membantu dilakukannya sebuah

8

Page 9: Makalah Sistem Politik Fix

pilihan politik. Sifat saling bergantung bukan hanya dalam hubungan antara

kebijaksanaan dengan sarana-sarana institusional saja, namun lembaga-

lembaga atau bagian dari sistem politik tersebut juga saling bergantung.

Untuk dapat mengatasi pengaruh lingkungan, Almond menyebutkan enam

kategori kapabilitas sistem politik, yaitu kapabilitas ekstraktif, kapabilitas

regulatif, kapabilitas distributif, kapabilitas simbolik, kapabilitas responsif,

kapabilitas domestik dan internasional.

Ciri sistem politik menurut Gabriel A. Almond:

Semua sistem politik mempunyai sturukut politik

Semua sistem politik, baik yang modern maupun primitif, menjalankan

fungsi yang sama walaupun frekuensinya berbeda yang disebabkan oleh

perbedaan struktur. Kemudian sistem politik ini strukturnya dapat

diperbandingkan, bagaimana fungsi-fungsi dari sistem-sistem politik itu

dijalankan dan bagaimana pula cara/gaya melaksanakannya.

Semua struktur politik mempunyai sifat multi-fungsional, betapapun

terspesialisasinya sistem itu.

Semua sistem politik adalah merupakan sistem campuran apabila

dipandang dari pengertian kebudayaan.

c. Analisis Struktural Fungsional dalam Sistem Politik

Menurut Gabriel Almond, dalam setiap sistem politik terdapat enam

struktur atau lembaga politik, yaitu kelompok kepentingan, partai politik,

badan legislatif, badan eksekutif, birokrasi, dan badan peradilan. Dengan

melihat keenam struktur dalam setiap sistem politik, kita dapat

membandingkan suatu sistem politik dengan sistem politik yang lain. Hanya

saja, perbandingan keenam struktur tersebut tidak terlalu membantu kita

9

Page 10: Makalah Sistem Politik Fix

apabila tidak disertai dengan penelusuran dan pemahaman yang lebih jauh

dari bekerjanya sistem politik tersebut.

Suatu analisis struktur menunjukkan jumlah partai politik, dewan

yang terdapat dalam parlemen, sistem pemerintahan terpusat atau federal,

bagaimana eksekutif, legislatif, dan yudikatif diorganisir dan secara formal

dihubungkan satu dengan yang lain. Adapun analisis fungsional

menunjukkan bagaimana lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi tersebut

berinteraksi untuk menghasilkan dan melaksanakan suatu kebijakan.

Input yang masuk dalam sistem politik disalurkan oleh lembaga

politik, kemudian akan menghasilkan output, berupa keputusan yang sah dan

mengikat yang sebelumnya melalui proses konversi. Dalam konversi terjadi

interaksi antara faktor-faktor politik, baik yang bersifat individu, kelompok

ataupun organisasi. Fungsi input, meliputi sosialisasi politik dan rekruitmen

politik, artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, dan komunikasi politik.

Sedangkan fungsi output, antara lain pembuatan kebijakan, penerapan

kebijakan, dan penghakiman kebijakan.

Keunggulan dari kedua ragam pendekatan yang dikembangkan oleh

Easton dan Almond antara lain adalah:

Dalam membuat analisis politik, Easton dan Almond selalu peka akan

kompleksitas antara sistem politik dengan sistem sosial yang lebih

besar, yang mana sistem politik adalah sub-sistemnya.

Kesederhanaan pendekatan. Konsep ini dapat dipakai untuk

menganalisis berbagai macam sistem politik, demokratis atau otoriter,

tradisional atau modern, dan sebagainya. Konsep Easton dan Almon

berasumsi bahwa semua sitem memproses komponen-komponen yang

10

Page 11: Makalah Sistem Politik Fix

sama sehingga kedua pendekatan itu bermanfaat dalam upaya mencari

metode analisis dan pembandingan sistem politik yang seragam.

Konsep yang diajukan oleh Almond memberi arahan untuk mencari

data baru yang dapat meluaskan cakrawala perhatian ke masyarakat

non-Barat dan non-”modern”.

Kelemahan dari konsep atau pendekatan yang dikembangkan oleh

Easton dan Almond:

Analisis yang dikemukakan (baik sistem maupun struktural-fungsional)

tidak memberikan rumusan yang terbukti secara empirik (tidak

menghasilkan teori).

Tidak menjelaskan hubungan sebab-akibat. Kedua pendekatan itu lebih

mentitikberatkan pada penjelasan analisis.

Analisis struktural-fungsional Almond memiliki masalah ketidakjelasan

konsep tentang fungsi. Almond tidak menjelaskan garis-garis yang

membatasi fungsi-fungsi dalam masyarakat politik.

Kedua pendekatan itu dikritik karena sangat dipengaruhi oleh ideologi

demokrasi-liberal Barat. Terlihat jelas pada asumsi Almond yang

mengatakan bahwa fungsi-fungsi yang ada di sistem politik di Barat

pasti juga ada di sistem non-Barat.

Kedua pendekatan itu juga dikritik kecenderungan ideologisnya karena

cara memandang masyarakat yang terlalu organismik. Easton dan

Almond menyamakan masyarakat dengan organisme, yang selalu

terlibat dalam proses diferensiasi dan koordinasi. Selain itu mereka juga

memandang masyarakat sebagai makhluk biologis yang selalu mencari

keseimbangan dan keselarasan.

11

Page 12: Makalah Sistem Politik Fix

Obsesi Almond tentang ekuilibrum dan kestabilan telah

membuatnya keliru tentang manfaat yang mungkin terdapat dalam dis-

ekuilibrum, seperti revolusi atau perang kemerdekaan. Dis-ekuilibrum bisa

dipakai untuk mencniptakan keadilan sosial, ketika cara-cara konvensional

tidak mungkin dilakukan. Contohnya perang kemerdekaan melawan

penjajah atau pemberontakan melawan kediktatoran.

B. LEMBAGA EKSEKUTIF

Lembaga Eksekutif adalah Lembaga Penyelenggara Kekuasaan

Negara yang berfungsi menjalankan undang-undang. Di negara-negara

demokratis, secara sempit lembaga eksekutif diartikan sebagai kekuasaan

yang dipegang oleh raja atau presiden, beserta menteri-menterinya

(kabinetnya). Dalam arti luas, lembaga eksekutif juga mencakup para

pegawai negeri sipil dan militer. Oleh karenanya sebutan mudah bagi

lembaga eksekutif adalah pemerintah. Lembaga eksekutif dijalankan oleh

Presiden dan dibantu oleh para menteri. Jumlah anggota eksekutif jauh lebih

sedikit dibandingkan dengan jumlah anggota legislatif, hal ini bisa dimaknai

karena eksekutif berfungsi hanya menjalankan undang-undang yang dibuat

oleh legislatif. Pelaksanaan undang-undang ini tetap masih diawasi oleh

legislatif.

Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh badan eksekutif. Di

negara-negara demokratis badan eksekutif biasanya terdiri atas kepala negara

seperti raja atau presiden, beserta menteri-menterinya. Badan eksekutif dalam

arti luas juga mencakup para pegawai negeri sipil dan militer.

Jumlah anggota badan eksekutif jauh lebih kecil daripada jumlah

anggota badan legislatif, biasanya 20 atau 30 orang. Sedangkan badan

12

Page 13: Makalah Sistem Politik Fix

legislatif ada yang anggotanya sampai 1.000 oranglebih. Badan eksekutif

yang kecil dapat bertindak cepat dan memberi pimpinan yang tepat serta

efektif, dalam hal ini ia berbeda dengan badan legislatif yang biasanya terlalu

besar untuk mengambil keputusan dengan cepat.(Miriam,295:2008)

Badan Eksekutif Indonesia terletak pada Presiden yang mempunyai

2 kedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

Tugas-tugas lembaga eksekutif :

Administratif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan

perundangan lainnya dan menyelenggarakan administrasi negara.

Legislatif, yaitu membuat rancangan undang-undang dan membimbingnya

dalam badan perwakilan rakyat sampai menjadi undang-undang.

Keamanan, artinya kekuasaan untuk mengatur polisi dan angkatan

bersenjata, menyelenggarakan perang, pertahanan negara, serta keamanan

dalam negeri.

Yudikatif, yaitu memberi grasi, amnesti dan sebagainya.

Diplomatik, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan hubungan

diplomatik dengan negara-negara lain. (Miriam, 2008:296)

13

Page 14: Makalah Sistem Politik Fix

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Perkembangan Sistem Politik Indonesia dari Masa Orde Lama hingga pasca Masa Reformasi

a. Sistem Politik pada Masa Orde Lama

Pada zaman orde lama di bawah kepemimpinan Bung Karno, saat itu

Indonesia baru menunjukkan eksistensinya sebagai negara yang merdeka,

negara yang berdaulat, dan negara yang baru saja merasakan nikmatnya

sebuah kebebasan. Dengan semangat kemerdekaan itulah Indonesia setapak

demi setapak namun pasti menuju ke arah kemajuan.

Pada masa Orde Lama terdapat 2 sistem pemerintahan, yaitu:

1. Masa Demokrasi Parlementer

Pada massa Demokarasi Parlementer, Presiden hanya sebagai Kepala

Negara, sedangkan Kepala Pemerintahannya dipegang oleh Perdana

Menteri. Parlemen bertanggung jawab kepada Parlemen dan dapat

menjatuhkan kabinet dengan mosi tidak percaya. Hal ini terjadi karena

keanggotaannya di dominasi anggota partai sehingga sering tetrjadi

pergantian kabinet. Dan hal itu sering terjadi pada masa demokrasi

parlementer yang mengakibatkan jatuh bangunnya kabinet yang dipimpin

oleh Perdana Menteri. Akibatnya, pemerintahan tidak stabil dan program-

program pemerintahan yang dilaksanakan lembaga eksekutif tidak bisa

terealisasi, begitu juga dengan rancangan undang-undang yang dibuat oleh

lembaga legislatif yang sering disebut dengan Dewan Konstituante tidak

bisa diselesaikan. Sebagai akhir dari masa demokrasi Parlementer adalah

dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli tahun 1959.

14

Page 15: Makalah Sistem Politik Fix

2. Masa Demokrasi Terpimpin

Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk

melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib

parpol ditentukan oleh presiden (10 parpol yang diakui). Pada masa ini

presiden merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Tidak

ada kebebasan mengeluarkan pendapat karena sistem kepemimpinan

dalam pemerintahan dibawah komando presiden dan komunikasi satu arah.

Semua lembaga yang pernah ada dibubarkan oleh presiden dan diganti

dengan orang-orang pilihan presiden sendiri. Presiden pula yang

menetapkan seluruh anggota parlemen dan anggota lembaga eksekutif

yang membantu presiden dalam menjalankan kekuasaan. Presiden

Soekarno mendeklarasikan diri sebagai presiden seumur hidup,

berkembangnya ideologi partai-partai yang beraliran NASAKOM

(Nasionalis, Agama dan Komunis), dan Indonesia keluar dari organisasi

dunia yaitu PBB. Sebagai akhir dari masa demokrasi terpimpin adalah

dengan adanya pemberontakan PKI pada tahun 1965.

b. Sistem Politik pada Masa Orde Baru

Sistem politik pada masa ini juga menganut sistem pemerintahan

Presidensiil, di mana Presiden merupakan center of power. Dengan demikian

Orde Baru telah menjadi kekuatan kontrol Pemerintah yang terlegitimasi

(secara formal-yuridis) dan tidak merefleksikan konsep keadilan, asas-asas

moral dan wawasan kearifan yang tidak hidup dalam masyarakat awam, hal

ini terlihat gerakan-gerakan dari bawah untuk menuntut hak-hak asasi, yang

justru lebih kuat dan terjadi dimasa kejayaannya ide hukum revolusi diawal

tahun 1960-an.

Hubungan dan kedudukan antara eksekutif (Presiden) dan legislatif

(DPR) dalam sistem UUD 1945 sebenarnya telah diatur. Dimana kedudukan

15

Page 16: Makalah Sistem Politik Fix

dua lembaga ini (Presiden dan DPR) adalah sama karena kedua lembaga ini

adalah merupakan lembaga tinggi negara (Tap MPR No.III/MPR/1978).

Namun dalam praktik ketatanegaraan dan proses jalannya pemerintahan pada

masa rezim Orde Baru, kekuasaan eksekutif begitu dominan terhadap semua

aspek kehidupan kepemerintahan dalam negara kita, terhadap kekuasaan

legislatif maupun terhadap kekuasaan yudikatif.

Keadaan ini tidak dapat sepenuhnya disalahkan, karena pengaturan

yang terdapat di dalam UUD 1945 memungkinkan terjadinya hal ini. Oleh

sebab itu, tidak salah pula apabila terdapat pandangan yang menyatakan

bahwa UUD 1945 menganut supremasi eksekutif.

Selama Orde Baru tak bisa dilepaskan dari doktrin dwifungsi ABRI.

Sebagai salah satu kekuatan yang tersisa setelah Partai Komunis Indonesia

hancur, ABRI mau tidak mau menambah perannya tidak sekedar kekuatan

pertahanan dan keamanan tetapi juga kekuatan sosial dan politik. Hal ini

didasarkan pada konsep bahwa stabilitas politik bisa tercipta kalau ada

campur tangan ABRI dalam politik. Untuk itu ABRI mencari pembenaran

campur tangan dalam politik.

Walaupun demikian, sebenarnya pada masa Orde Baru, kalau dilihat

dari segi fisik, Indonesia sangat berkembang dan maju. Di berbagai tempat -

terutama di kota-kota besar- bangunan-bangunan besar dan mewah didirikan.

Tapi kalau ditinjau dari segi politik, semakin menurun. Karena ‘trias politika’

sebagai lembaga-lembaga tertinggi negara, yang berfungsi hanya lembaga

eksekutif saja, sementara dua lembaga lainnya, baik itu lembaga legistatif dan

yudikatif kurang atau bahkan tidak berfungsi sama sekali. Kedua lembaga ini

tunduk di bawah lembaga eksekutif. Keduanya tak lebih hanyalah sebagai

‘robot’ yang gerak-geriknya diatur oleh lembaga eksekutif. Demikian juga

dari segi ekonomi, selama orde baru berkuasa, kurang berkembang, bahkan

mengalami krisis yang berkepanjangan.

16

Page 17: Makalah Sistem Politik Fix

Orde Baru yang telah ditinggalkan bangsa Indonesia telah

meninggalkan banyak warisan. Di bidang politik, dominasi eksekutif yang

berakhir dengan dominasi lembaga kepresidenan telah menyebabkan banyak

kerancuan. Presiden menjadi sangat berkuasa tidak hanya dalam konteks

kelembagaan bahkan jabatan presiden telah berubah jadi personifikasi

Soeharto.

Jatuhnya kekuasaan pada masa Orde Baru diawali dengan

serangkaian unjuk rasa mahasiswa terhadap pemerintahan. Mahasiswa

menganggap pada masa itu pemerintah tidak berhasil dalam mengendalikan

stabilitas politik dan ekonomi. Akhirnya presiden Soeharto lengser karena

dianggap semua yang terjadi adalah karena tanggungjawabnya yang

memberikan persetujuan akan kebijakan yang merugikan rakyat.

c. Sistem Politik Masa Pasca Reformasi

Setelah rezim Orde Baru jatuh dan presiden Suharto lengser, maka

presiden Suharto memberikan mandat kepada wakil presiden Habibie.

Pemerintahan yang dipegang oleh Habibie hanya beberapa bulan saja. Ini

dikarenakan adanya tekanan untuk mengadakan pemilu yang demokratis.

Hingga pada tahun 1999 dilaksanakanlah agenda pemilu yang pertama kali di

Indonesia.

Indonesia memulai kehidupan barunya dengan melaksanakan pemilu

secara jurdil dan demokratis. Masa ini cukup dikenal sebagai "orde

reformasi". Sebuah orde di mana saat itu dilakukan reformasi secara total

dengan agenda-agenda yang sejak lama direncanakan dan terjadi perombakan

dalam segala bidang secara bertahap diawali dengan pergantian presiden dan

kabinet di dalam pemerintahan

Pada masa ini, system pemerintahan Indonesia mulai menggunakan

sistem pemerintahan presidensiil. Ini ditandai dengan berjalannya kekuasaan

17

Page 18: Makalah Sistem Politik Fix

penuh oleh presiden sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan dengan

tetap diawasi oleh badan legislatif. Presiden bertanggung jawab penuh atas

jalannya pemerintahan kepada MPR. Kemudian adanya UUD 1945 yang

menetapkan fungsi sistem pemisahan kekuasaan sebagai adanya mekanisme

kontrol antara Presiden dan MPR

Kemudian adanya pengakuan HAM (Hak Azasi Manusia) dan

kebebasan pers pada masa reformasi. Setelah sekian lama pada masa Orde

Baru terdapat banyak pelanggaran HAM, maka pada masa ini masyarakat

Indonesia mendesak agar pemerintah membuat suatu kebijakan dengan

memberikan suatu pengakuan terhadap adanya HAM. Lalu dibuatlah suatu

Undang-Undang tentang HAM dan dibentuk suatu lembaga yang bernama

KOMNAS HAM. Kebebasan pers yang pada saat Orde Baru sangat diatur

dan dikendalikan oleh pemerintah, kini mulai bebas dalam memberikan

informasi kepada seluruh masyarakat.

Era pemerintahan orde reformasi yang ketika dibawah kepemimpinan

Gus Dur berusaha mencoba menampilkan strategi demokratisasi yang khas

yang dikenal sebagai “demokrasi bawah”, yaitu suatu demokrasi dan upaya

demokratisasi Negara yang memprioritaskan upaya pemberdayaan dan

keberdayaan masyarakat. Menurut Gus Dur upaya menciptakan demokrasi

hampir identik dengan upaya pembangunan civil society, melalui saluran

komunikasi yang dimilikinya, ia mencoba memberikan satu kerangka kerja

bagi petani, buruh, pedagang kecil, bahkan pegawai pemerintah untuk

menyalurkan dan menata diri mereka masing-masing.

18

Page 19: Makalah Sistem Politik Fix

B. Perkembangan Lembaga Eksekutif dari Masa Orde Lama hingga Masa

Pasca Reformasi

a. Masa Orde Lama

Demokrasi Parlementer

Kedudukan lembaga eksekutif sangat dipengaruhi oleh lembaga

legislatif. Hal ini terjadi karena lembaga eksekutif bertanggung jawab

kepada lembaga legislatif. Dengan demikian, lembaga legislatif memiliki

kedudukan yang kuat dalam mengontrol dan mengawasi fungsi dan

peranan lembaga eksekutif. Dalam pertanggungjawaban yang diberikan

lembaga eksekutif maka para anggota parlemen dapat mengajukan mosi

tidak percaya kepada eksekutif jika tidak melaksanakan kebijakan dengan

baik. Apabila mosi tidak percaya diterima parlemen maka lembaga

eksekutif harus menyerahkan mandat kepada Presiden.

Demokrasi Terpimpin

Peranan lembaga eksekutif jauh lebih kuat bila dibandingkan

dengan peranannya di masa sebelumnya. Peranan dominan lembaga

eksekutif tersentralisasi di tangan Presiden Soekarno. Lembaga eksekutif

mendominasi sistem politik, dalam arti mendominasi lembaga-lembaga

tinggi negara lainnya maupun melakukan pembatasan atas kehidupan

politik. Eksekutif bisa membuat undang-undang dan seolah-olah semua

terpusat pada lembaga ini. Dalam eksekutif terjadi kesenjangan dimana

antara presiden dan jajarannya yang seharusnya memiliki kedudukan

yang sejajar, tetapi seolah presiden yang paling memegang kendali. Ex:

pengangkatan presiden seumur hidup.

Eksekutif juga mengontrol lembaga peradilan, yang dibuktikan

dengan peraturan yang intinya berbunyi bahwa ketika hakim sudah tidak

19

Page 20: Makalah Sistem Politik Fix

mampu lagi untuk memutuskan suatu perkara maka kewenangan itu di

ambil alih oleh presiden.

b. Masa Orde Baru

Kedudukan lembaga eksekutif tetap dominan. Dominasi kedudukan

eksekutif ini pada awalnya ditujukan untuk kelancaran proses pembangunan

ekonomi. Untuk berhasilnya program pem-bangunan tersebut diperlukan

stabilitas politik. Eksekutif memiliki kedudukan yang lebih kuat

dibandingkan dengan kedudukan lembaga legislatif maupun yudikatif.

Pembatasan jumlah partai politik maupun partisipasi masyarakat ditujukan

untuk menopang stabilitas politik untuk pembangunan dan kuatnya

kedudukan lembaga eksekutif di bawah Presiden Soeharto.

Kontrol eksekutif tampak lebih menonjol manakala memperhatikan

keleluasaan eksekutif dalam hal membuat regulatory laws sekalipun hanya

bertaraf peraturan pelaksanaan, alasan kedua adalah dimana perkembangan

politik pada era Orde Baru, kekuatan politik yang berkuasa di jajaran

eksekutif ternyata mampu bermanouver dan mendominasi DPR dan MPR,

dengan kompromi politik sebagai hasil trade-offs antara berbagai kekuatan

polotik. Terlihat dari Pemilihan Umum tahun 1973, dimana 100 dari 360

anggota Dewan adalah anggota yang diangkat dan ditunjuk oleh eksekutif

yaitu fraksi ABRI ditunjuk dan diangkat sebagai konsesi tidak ikutnya

anggota ABRI dalam menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum.

Konstelasi dan kontruksi tersebut dalam abad ke 20 secara sempurna menjadi

Government Social Control dan fungsi sebagai Tool of Social Engineering.

Adanya pendayagunaan wewenang konstitusional badan eksekutif

yang melibatkan diri dalam pernacangan dan pembuatan undang-undang,

karena dikusainya sumber daya yang ratif berlebihan akan menyebabkan

20

Page 21: Makalah Sistem Politik Fix

eksekutif mampu lebih banyak berprakasa, yang seharusnya alih ide dan

kebijakan diperakasai oleh lembaga perwakilan akan tetapi pada

kenyataannya justru ide dan prakasa eksekutif yang lebih banyak merintis

dan mengontrol perkembangan.

Presiden juga memiliki kewenangan untuk menentukan keanggotaan

MPR (pasal 1 ayat 4 huruf c UU No.16 Tahun 1969 jo UU No.2 Tahun

1985). Suatu hal yang sangat tidak pantas dan tidak pas dengan logika

demokrasi. Sistem kepartaian yang menguntungkan Golkar, eksistensi ABRI

yang lebih sebagai alat penguasa daripada alat negara, DPR dan pemerintah

yang dikuasai partai mayoritas menyebabkan DPR menjadi tersubordinasi

terhadap pemerintah. Hal ini pula yang menyebabkan fungsi pengawasan

terhadap pemerintah (Eksekutif) yang seharusnya dilaksanakan oleh

DPR/MPR (legislatif) menjadi tidak efektif.

c. Masa Reformasi

Di masa Reformasi yang dimulai dari tumbangnya rezim autoritarian

yang dipimpin oleh Soeharto, kedudukan lembaga eksekutif setara dengan

lembaga pemerintahan yang lain, yaitu lembaga legislatif dan lembaga

yudikatif. Dalam perkembangannya, lembaga eksekutif yang dipimpin oleh

presiden tidak menjadi lembaga paling kuat dalam pemerintahan, karena

lembaga eksekutif diawasi oleh lembaga legislatif, masyarakat (terutama

mahasiswa, ormas, LSM, dan media massa) dalam menjalankan

pemerintahan, serta akan ditindaklanjuti oleh lembaga yudikatif jika terjadi

pelanggaran, sesuai dengan Undang-Undang. Justru pada masa Reformasi

hingga detik ini, lembaga eksekutif selalu bertindak hati-hati dalam

menjalankan pemerintahan, jika tidak hati-hati dalam mengambil dan

melaksanakan kebijakan, maka lembaga eksekutif akan mendapatkan tekanan

dari segala kalangan, baik itu dari lembaga pemerintahan lain maupun

21

Page 22: Makalah Sistem Politik Fix

kelompok-kelompok kepentingan (NGO), dan terutama dari mahasiswa yang

semakin menyadari perannya sebagai agent of control. Rekruitmen anggota

lembaga eksekutif ditetapkan berdasarkan hasil pemilu, perjanjian dengan

partai koalisi maupun dengan ditunjuk oleh Presiden.

C. Tabel Perbandingan Sistem Politik di Indonesia dari Masa Orde Lama

sampai Masa Pasca Reformasi

JENIS PERBANDINGAN

ORDE LAMAORDE BARU

PASCA REFORMASIDEMOKRASI

PARLEMENTERDEMOKRASI TERPIMPIN

SISTEM POLITIK

Menggunakan sistem pemerintahan parlementer.

Presiden hanyalah sebagai kepala Negara.

Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri.

Perdana menteri bertanggung jawab kepada Parlemen.

Parlemen bisa menjatuhkan kabinet dengan mosi tidak percaya.

Sering terjadi pergantian kabinet yang dikarenakan pergeseran koalisi antar partai.

Pemerintahan tidak stabil.

Program-program pemerintahan yang dilaksanakan lembaga eksekutif tidak bisa

Menggunakan sistem pemerintahan Presidensiil

Presiden merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan

Kepemimpinan berada di bawah komando Presiden secara langsung

Peran lembaga-lembaga pemerintahan saat itu lumpuh

Presiden Soekarno mendeklarasikan diri sebagai presiden seumur hidup

Meluasnya peranan militer sebagai unsur sosial politik.

Partai politik dibatasi dengan hanya memberi peluang berkembangnya partai-partai berideologi NASAKOM.

Akhir dari masa demokrasi terpimpin adalah dengan adanya pemberontakan PKI

Sistem politik pada masa ini menganut sistem pemerintahan Presidensiil

Presiden merupakan center of power

Lembaga eksekutif saat itu merupakan lembaga yang paling kuat dibandingkan lembaga-lembaga lain

kinerja lembaga legislatif berada di bawah tekanan Presiden

Lembaga yudikatif yang tidak bisa menegakkan supremasi hukum yang

disebabkan karena lembaga yudikatif merupakan lembaga yang berada di bawah naungan Menteri

Menggunakan sistem pemerintahan presidensiil

Terjadi perombakan dalam segala bidang secara bertahap diawali dengan pergantian presiden dan kabinet di dalam pemerintahan

Pengadaan pengakuan HAM dan kebebasan pers

Sistem presidensiil bercampur baur denganelemen-elemen sistem parlementer

Pertanggung jawaban Presiden kepada MPR

UUD 1945 menetapkan adanya fungsi sistem pemisahan kekuasaan sebagai

22

Page 23: Makalah Sistem Politik Fix

terealisasi. Akhir dari masa

demokrasi Parlementer adalah dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli tahun 1959.

pada tahun 1965. Kehakiman yang notabene merupakan pejabat eksekutif

Tidak ada pengawasan atau check and balance terhadap kinerja lembaga eksekutif

Tidak ada yang berani menentang Presiden

Presiden mengontrol rekruitmen lembaga tinggi Negara.

adanya mekanisme kontrol antara Presiden dan MPR

Lebih mengarah kepada proses demokratisasi.

PERAN LEMBAGA EKSEKUTIF DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA(GABRIEL ALMOND)

Rekruitmen politik: penetapan anggota lembaga legislatif dan perdana menteri dilakukan oleh parlemen.

Sosialisasi politik: karena jatuh bangunnya parlemen menyebabkan proses sosialisasi politik yang berupa sosialisasi dan penerapan program pemerintah terhambat.

Komunikasi politik: banyak didominasi oleh parlemen karena lembaga eksekutif berada di bawah pengaruh parlemen.

Hubungan dengan eksekutif: karena pada masa demokrasi perlementer

Rekruitmen politik: pemilihan anggota lembaga legislatif dilakukan oleh Presiden secara langsung.

Sosialisasi politik: dilakukan oleh Presiden, di mana program pemerintahan disosialisasikan secara paksa (harus dilaksanakan oleh birokrasi dan jajarannya serta oleh rakyat).

Komunikasi politik: didominasi oleh Presiden, karena sistem pemerintahannya terpimpin.

Eksekutif bisa membuat undang-undang dan seolah-olah semua terpusat pada lembaga ini.

Dalam eksekutif terjadi kesenjangan dimana antara presiden dan

Rekruitmen politik: pemilihan anggota eksekutif ditentukan oleh Presiden dengan menempatkan orang-orang kepercayaannya, kerabat, dan ABRI, sehingga Presiden mempunyai kekuasaan penuh untuk mengontrol lembaga-lembaga pemerintahan tersebut. rekruitmen politik juga berdasarkan hasil Pemilu yang dilakukan saat itu.

Sosialisasi politik: dipaksakan (harus dilaksanakan) tanpa protes, jika ada yang melawan akan berhadapan dengan pemerintah,

Rekruitmen politik: penetapan anggota eksekutif berdasarkan hasil Pemilu (Presiden dan Wakil Presiden), sedangkan jajaran kabinet ditetapkan berdasarkan hasil Pemilu, kesepakatan dengan partai koalisi, dan ditunjuk oleh Presiden.

Sosialisasi politik: diapksakan (harus dilaksanakan), namun diawasi oleh rakyat, sehingga jika ada program pemerintah yang dianggap menyimpang atau merugikan rakyat akan

23

Page 24: Makalah Sistem Politik Fix

kabinet sering bergonta-ganti mengakibatkan peran eksekutif manjadi mandul yang dikarenakan program kerja dari tiap-tiap kabinet yang berbeda-beda serta terlalu banyak padahal masa baktinya sangat pendek.

Keadaan birokrasi pada masa itu sangat politis sekali karena pada jabatan menteri seringnya dikuasai oleh partai politik sehingga mengakibatkan semua bawahan dari para mentri itu kebanyakan didominasi dari pihak partai politik dan bisa dipastikan mereka juga membawa kepentingan golongan maupun partai politik tersebut.

Keadaan birokrasi berikutnya: dikarenakan terlalu tingginya semangat kepentingan dari kelompok-kelompok/partai politik mengakibatkan terjadi kerjasama yang tidak sehat antara eksekutif dengan para pengusaha untuk memperlancar usaha mereka.

jajarannya yang seharusnya memiliki kedudukan yang sejajar, tetapi seolah presiden yang paling memegang kendali. Ex: pengangkatan presiden seumur hidup.

Eksekutif juga mengontrol lembaga peradilan, yang dibuktikan dengan peraturan yang intinya berbunyi bahwa ketika hakim sudah tidak mampu lagi untuk memutuskan suatu perkara maka kewenangan itu di ambil alih oleh presiden.

sehingga tidak ada yang berani menentang Presiden dan kroni-kroninya, mewujudkan budaya “yes man person” di kalangan rakyat.

Komunikasi politik: berjalan satu arah, hanya dari pihak pemerintah, rakyat dibungkam aspirasinya. Jika yang dibicarakan rakyat bukanlah hal-hal yang baik tentang pemerintahan, rakyat tidak boleh bicara selain hal itu.

mendapatkan perlawanan rakyat.

Komunikasi politik: komunikasi 2 arah antara pemerintah dengan rakyat (adanya proses timbal balik dalam komunikasi politik)

24

Page 25: Makalah Sistem Politik Fix

BAB IV

ANALISIS

1. Orde Lama

a. Demokrasi Parlementer

Parlemen bisa menjatuhkan kabinet dengan mosi tidak percaya karena

lebih berperannya lembaga legislatife daripada eksekutif. Perdana menteri

bertanggung jawab kepada Parlemen

Presiden hanyalah sebagai kepala Negara kepala pemerintahan

dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Semua yang diprogramkan oleh

lembaga eksekutif tidak terealisasikan karena sering terjadi pergantian

kabinet

b. Demokrasi Terpimpin

Pada masa Demokrasi Terpimpin pemerintahan berpusat kepada

presiden. Sehingga semua berada dibawah kendali presiden. Sehingga terjadi

banyak penyimpangan yang terjadi pada masa ini. Pemerintahan ini

cenderung otoriter kerena Presiden mendeklarasikan diri sebagai Presiden

seumur hidup. Menggunakan politik berdikari yang menolak semua investor

asing menanamkan modal di Indonesia sehingga kehidupan ekonomi rakyat

Indonesia semakin terpuruk.

2. Orde Baru

Pada masa orde baru menggunakan sistem Presidensiil. Awal masa ini

presiden membentuk kabinet pembangunan dan sistem desentralisasi tetapi

realitasnya semua itu hanya janji – janji yang tidak pernah diwujudkan.

Pemerintahan ini cenderung otoriter karena semua semua kebijakan

harus dengan persetujuan Presiden. pada masa ini banyak terjadi

25

Page 26: Makalah Sistem Politik Fix

penyimpangan – penyimpangan. Banyak investor yang menanamkan

modalnya di Indonesia dengan persetujuan presiden tetapi semua diluar

dugaan. Para investor malah melarikan uang rakyat sehingga negara harus

menanggung kerugian. Menurut rakyat semua ini kesalahan presiden sehingga

menimbulkan KKN.

3. Masa Pasca Reformasi

Setelah masa orde baru tumbang maka munculah masa reformasi. Pada

masa ini menggunakan sistem presidensiil. Presiden bertanggung jawab pada

MPR. Pada masa ini terjadi perombakan disegala bidang dawali dengan

pergantian presiden dan kabinet. Penegakan sangat diakui dan dihargai oleh

semua lapisan masyarakat. Pres sangat di bebas dalam mengemukakan

pendapat. Pada masa reformasi lebih mengarah pada masa demokrasi. UUD

1945 menetapkan adanya fungsi sistem pemisahan kekuasaan sebagai adanya

mekanisme kontrol antara Presiden dan MPR. Sistem presidensiil bercampur

baur dengan elemen-elemen sistem parlementer

Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak

memberikan ruang gerak pada parpol maupun DPR untuk mengawasi

pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk unjuk rasa.

Pada masa ini kedudukan lembaga eksekutif sejajar dengan lembaga

legislatif dan yudikatif. Sehingga peran ketiga tersebut saling melengkapi satu

sama lain. Peran eksekutif menjalankan fungsinya sesuai dengan undang –

undang.

26

Page 27: Makalah Sistem Politik Fix

BAB V

KESIMPULAN

Sistem politik pada masa orde lama dibagi menjadi dua yaitu:

a. Demokrasi Parlementer

Pada masa ini peran lembaga eksekutif tidak efektif karena lebih

mendominasinya peran legislative. Perdana Mentri pertanggung jawab pada

parlemen. Presiden hanya sebagai kepala Negara dan hanya merupakan

symbol pemerintahan. Program dari lembaga eksekutif tidak direalisasikan.

b. Demokrasi Terpimpin

Pada masa ini peran lembaga eksekutif cenderung otoriter dikarenakan

peran presiden sangat mendominasi. Eksekutif dapat membuat undang –

undang dan Presiden Soekarno saat itu mendeklarasikan dirinya sebagai

Presiden seumur hidup. Semua lembaga dikontrol oleh eksekutif. Dalam

eksekutif terjadi kesenjangn dimana antara president dan jajaranya yang

seharusnya memiliki kedudukan yang sejajar, tetapi seolah presiden yang

paling memegang kendali.

Sistem Politik pada masa Orde baru

Peran lembaga eksekutif pada masa inipun mengarah pada sistem yang

otoriter. Semua kebijakan yang diajukan harus mendapatkan persetujuan

presiden. Lembaga – lembaga yang lain serasa lumpuh karena semua

berpusat pada presiden sebagai lembaga eksekutif.

27

Page 28: Makalah Sistem Politik Fix

Sistem Politik pada masa Pasca Reformasi

Terjadi perombakan dalam segala bidang secara bertahap diawali dengan

pergantian presiden dan kabinet di dalam pemerintahan karena adanya keinginan

rakyat memilik pemerintahan yang bersih tanpa adanya lembaga – lembaga yang

lebih mendominasi. Pada masa ini peran eksekutif sejajar dengan lembaga yang

lainnya. Lembaga eksekutif menjalankan fungsinya sebagai mana mestinya.

28

Page 29: Makalah Sistem Politik Fix

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo,Miriam.2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta : Gramedia.

http://manshurzikri.wordpress.com/2010/02/09/review-konsep-sistem-politik/untitled2/

www.google.com

http://izzahluvgreen.wordpress.com/2008/06/08/hubungan-kerja-lembaga-eksekutif-dan-yudikatif/

http://www.legalitas.org/?q=Konfigurasi+Politik+pada+Era+Orde+Lama+dan+Orde+Baru%3A+Suatu+Telaahan+dalam+Partai+Politik

29