makalah silase.docx

16
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan pakan hijauan yang cukup dengan nutrisi yang baik dan berkesinambungan sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan produksi ternak ruminansia merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan pengembangan ternak ruminansia. Hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia tersedia secara melimpah pada musim hujan namun demikian akan menurun produksinya pada musim kemarau. Pemenuhan kebutuhan hijauan merupakan hal yang selalu menjadi masalah terutama di wilayah Nusa Tenggara Barat, hal ini disebabkan karena lahan peternakan yang sudah mulai sempit serta faktor iklim dimana produksi hijauannya pada musim hujan tinggi dan melimpah namun akan terjadi penurunan produksi pada musim kemarau sehingga keadaan ini menyulitkan peternak untuk memenuhi kebutuhan ternak mereka. Melihat kondisi dan masalah di atas maka perlu dilakukan sebuah terobosan yaitu dengan cara teknologi konservasi (pengawetan). Teknologi ini bertujuan untuk mengawetkan kelebihan hijauan pada musim hujan sehingga 1

Upload: indriiindrii

Post on 29-Sep-2015

78 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangKetersediaan pakan hijauan yang cukup dengan nutrisi yang baik dan berkesinambungan sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan produksi ternak ruminansia merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan pengembangan ternak ruminansia. Hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia tersedia secara melimpah pada musim hujan namun demikian akan menurun produksinya pada musim kemarau.Pemenuhan kebutuhan hijauan merupakan hal yang selalu menjadi masalah terutama di wilayah Nusa Tenggara Barat, hal ini disebabkan karena lahan peternakan yang sudah mulai sempit serta faktor iklim dimana produksi hijauannya pada musim hujan tinggi dan melimpah namun akan terjadi penurunan produksi pada musim kemarau sehingga keadaan ini menyulitkan peternak untuk memenuhi kebutuhan ternak mereka.Melihat kondisi dan masalah di atas maka perlu dilakukan sebuah terobosan yaitu dengan cara teknologi konservasi (pengawetan). Teknologi ini bertujuan untuk mengawetkan kelebihan hijauan pada musim hujan sehingga kebutuhan ternak ruminansia dapat terpenuhi pada musim kemarau.Salah satu konservasi yang sudah dikenal yaitu teknologisilase dimana teknologi ini bertujuan untuk mengawetkan hijauan serta mencegah kehilangan nutrisi hijauan melalui proses fermentasi mikroba secara anaerob. Pengawetan ini memiliki banyak kelebihandibandingkan dengan teknologi konservasi yang lain. kelebihan silase diantaranya yaituhijauan tidak mudah rusak oleh hujan pada waktu dipanen,tidak banyak daun yang terbuang,silase umumnya lebih mudah dicerna dibandingkan hay dan karoten dalam hijauan lebih terjaga dengan dibuat silase dibanding hay.1.2. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan silase. Bagaimana cara membuat silase.

1.3. Maksud dan Tujuan Untuk mengetahui apa yng dimaksud dengan silase. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan silase.

IIPEMBAHASAN

2.1. Pengertian SilaseSilase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan pakan dengan kandungan air yang tinggi. Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, yang biasa disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu.Tujuan pembuatan silase adalah 1). Memanfaatkan hijauan pada kondisi pertumbuhan yang tertinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas, 2). Menyediakan hijauan pakan yang berkualitas tinggi bagi ternak ruminansia dan 3). Mempertahankan atau meningkatkan produksi.Tempaeratur yang baik untuk silase berkisar 270C hingga 350C. pada temperature tersebut, kualitas silase yang dihasilkan sangat baik. Kualitas tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yaitu: mempunyai tekstur segar, berwarna kehijau-hijauan, tidak berbau busuk, disukai ternak, tidak berjamur, tidak menggumpal.

2.2. Prinsip dasar fermentasi silase2.2.1. RespirasiSebelum sel-sel di dalam tumbuhan mati atau tidak mendapatkan oksigen, maka mereka melakukan respirasi untuk membentuk energi yang di butuhkan dalam aktivitas normalnya. Respirasi ini merupakan konversi karbohidrat menjadi energi.Respirasi ini di bermanfaat untuk menghabiskan oksigen yang terkandung, beberapa saat setelah bahan di masukan dalam silo. Namun respirasi ini mengkonsumsi karbohidrat dan menimbulkan panas, sehingga waktunya harus sangat di batasi, seperti reaksi dibawah ini :C2H12O6+ 6O2 6CO2+ 6H2O +panas.Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku silase, dapat mengurangi kadar karbohidrat, yang pada ahirnya bisa menggagalkan proses fermentasi. Pengurangan kadar oksigen yang berada di dalam bahan baku silase, saat berada pada ruang yang kedap udara yg disebut dengan Silo, adalah cara terbaik meminimumkan masa respirasi ini.

2.2.2. FermentasiSetelah kadar oksigen habis , maka proses fermentasi di mulai. Fermentasi adalah menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase sampai dengan kadar pH dimana tidak ada lagi organisme yang dapat hidup dan berfungsi di dalam silo. Penurunan kadar pH ini dilakukan olehlactic acid(asam laktat ) yang di hasilkan oleh bakteri Lactobacillus. Lactobasillus itu sendiri sudah berada didalam bahan baku silase, dan dia akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sampai bahan baku terfermentasi. Bakteri ini akan mengkonsumsi karbohidrat untuk kebutuhan energinya dan mengeluarkan asam laktat.Bakteri ini akan terus memproduksi asam laktat dan menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase sampai pada tahap kadar pH yang rendah, dimana tidak lagi memungkinkan bakteri ini beraktivitas, sehingga silo berada pada keadaan stagnant, atau tidak ada lagi perubahan yang terjadi, dan bahan baku silase berada pada keadaan yang tetap. Keadaan inilah yang di sebut keadaan terfermentasi, dimana bahan baku berada dalam keadaan tetap , yang disebut dengan menjadi awet. Pada keadaan ini maka silase dapat di simpan bertahun-tahun selama tidak ada oksigen yang menyentuhnya.

2.3. Tahap atau fase fermentasi silase

Fase IFase IIFase IIIFase IVFase VFase VI

Respirasi sel, produksi CO2, panas dan airProduksi asam asetat, asam laktat dan etanolPembentukan asam laktatPembentukan asam laktatPenyimpanan materialDekomposisi aerob saat silo dibuka

Perubahan suhu 20,60C32,20C28,90C28,90C

Perubahan pH 6,0 6,55,04,07,0

Bakteri asam asetat asam laktatBakteri asam laktatBakteri asam laktatAktivitas ragi dan jamur

Umur silase 1 hari2 hari4 hari21 hari

2.4. Faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan silase2.4.1. Tingkat kematangan dan kelembaban bahanTingkat kematangan tanaman yang tepat memastikan tercukupinya jumah gula fermentasi (fermentable sugar) untuk proses pertumbuhan bakteri silase dan memberikan nutrisi maksimum untuk ternak. Tingkat kematangan juga memiliki pengaruh yang besar pada kelembaban hijauan pakan ternak, tercukupinya kelembaban untuk fermentasi bakteri sangat penting dan membantu dalam proes pembungkusan untuk mengeluarkan oksigen dari silase.

2.4.2. Panjang pemotonganPanjang pemotongan yang paling bagus adalah antara -1/2 inci, tergantung pada jenis tanaman, struktur penyimpanan dan jumlah silase. Potongan material tanaman dengan panjang tersebut akan menghasilkan silase degan kepadatan yang ideal dan memudahkan pada saat proses pemanenan. Mengatur mesin pemotong dengan hasil potongan yang terlalu halus dapat memberikan dampaknegatif terhadap produksi lemak susudan timbulnyadislokasi abomasumspada sapiperahkarena faktorawalyang tidak memadai.Memotong hijauan pakan ternak terlalu panjang juga dapat mengakibatkan silase sulit untuk memadat, serta udara akan terperangkap di dalam silase yang pada akhirnya mengakibatkan pemanasan dan penurunan kualitas. Pemotongan secara berulang secara umum tidak disarankan, kecuali jika kondisi bahan silase terlalu kering.2.4.3. Pengisian, pembungkusan, dan penutupanProses pemanenan dan pengisian silo harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan pengisian akan berakibat pada terjadinya proses respirasi yang berlebih dan meningkatkanlosshasil silase. Pembungkusan dilakukan sesegera mungkin pada saat akan menyimpan silase di bunker silo. Setelah diisi, silo harus ditutup rapat dengan bungkus kedap udara untuk menghindari penetrasi udara dan air hujan ke dalam silase. Plastik berkualitas baik yang dibebani menggunakan ban umumnya akan menghasilkan penutupan yang memadai.

2.5. Bahan yang digunakan2.5.1. Hijauan Makanan Ternak Hijauan makanan ternak yang digunakan adalah hijauan makanan ternak yang disukai oleh ternak itu sendiri. Berdaun lebar. Berbatang tebal.2.5.2. Starter Pada proses pembuatan silase ada bermacam-macam starter yang dapat digunakan, seperti dedak jagung, dedak padi, molases, gula pasir dan gula merah. Starteryang berbeda dapat menghasilkan kualitas kimiawi silase yang berbeda. Masing-masing karbohidratfermentablemempunyai kelebihan dan kekurangan pada komposisi gizinya sehingga kualitas yang dihasilkan berbeda diantaranya kadar air,pH dan kualitas silase.Penggunaan starter dedak padi dan molasses memberikan bau asam dan lebih baik dibandingkan dengan jenis lain hal ini disebabkan karena molasses mengandung karbohidrat (sukrosa) yang merupakan golongan disakarida. Mikroba akan menghasilkan asam laktat yang menyebabkan pH rendah dan bau asam yang dihasilkan berasal dari bakteri asam laktat tersebut.Silase dengan penambahan dedak padi, gula merah dan gula pasir menghasilkan bau yang tidak asam. Hal ini disebabkan Karena dedak padi mengandung SK 11,6% dan BETN 48,3% yang menyebabkan karbohidrat yang diurai oleh bakteri asam laktat untuk memproduksi asam laktat agak lambat sehingga menyebabkan pH tinggi dan bau tidak asam berasal dari kurangnya pasokan Bakteri Asam Laktat (BAL) untuk meningkatkan pH.Penambahan starter seperti dedak jagung, dedak padi, gula merah, molasses dan gula pasir menghasilkan warna coklat muda dan coklat tua. Penambahan stater ini bertujuan untuk mempercepat proses anaerob sehingga bakteri penghahasil asam laktat memanfaatkan karbohidrat mudah larut ini untuk menurunkan pH silase sehingga menjadikan warna silase rumput Raja menjadi warna coklat muda dan coklat tua. Laconi (1997) menyatakan bahwa Kriteria silase yang baik yaitu warna seragam kecoklatan atau hijau layu.Penambahan starter dedak jagung, gula merah dan molasses tidak menghasilkan jamur namun pada dedak padi dan gula pasir menghasilkan sedikit jamur. McDonald (1981) menyatakan bahwa salah satu tujuan penambahan akselerator dalam proses ensilase adalah untuk menghambat pertumbuhan jamur tertentu.2.6. Metode Pembuatan Silase HMT ternak yang telah dipanen dilayukan 1 hari untuk menurunkan kadar air sekitar 80% menjadi 60%-70%. HTM tersebut lalu dipotong dengan cowper ukuran 3-5 cm. Setelah pemotongan, masukan dalam silo sambil di padatkan dengan cara menginjak atau menggunakan alat lain. Pemberian starter dilakukan secara bertahap secara berlapis, setiap ketebalan 20 cm lalu ditaburkan atau disiramkan secara merata. Total bahan starter tidak lebih dari 3% berat hijauan. Usahakan pengisian silo sampai penuh dan dilakukan dengan cepat, semakin cepat pengisian silo kualitas silase akan semakin baik. Setelah penuh silo ditutup dengan plastik lalu diberi beban diatasnya berupa ban bekas atau karung berisi pasir.2.7. Cara pemberian SilaseCara pemberian silase harus mengikuti ketentuan untuk menghindari dampak negatif bagi ternak, yaitu: Silase yang baru diambil dari silo tidak boleh langsung diberikan kepada ternak. Sebelum diberikan, silase sebaiknya diangin-anginkan terlebih dahulu. Umumnya silase yang diambil pagi hari, diberikan sore hari atau hari berikutnya. Sebelum diberikan silase sebaiknya diberikan rumput kering terlebih dahulu guna mencegah kembung. Pemberian silase dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit, agar sapi dapat beradaptasi dengan makanan yang baru. Pemberian silase disesuaikan dengan bobot badan ternak, umumnya 10 sampai 20 kg per ekor/ hari dan jangan melebihi 60% dari jumlah hijauan yang diberikan.

2.8. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum lBL-2 dalam Pembuatan Silase Rumput GajahPenggunaan aditif dedak padi pada pembuatan silase dengan berbagai level dedak dengan penambahan Lactobacillus plantarum I BL-2 106 cfir/g hijauan memberikan pengaruh terhadap beberapa parameter kualitas silase. Leveldedak padi memberikan pengaruh yang nyata (P