makalah semester 5_shi (fatwa mui)

52
UPAYA PENEGAKKAN ,PENERAPAN DAN FATWA MUI BERKAITAN DENGAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Makalah Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Studi Hukum Islam Disusun Oleh : M. DWI FIDIQSA D31208034 NIDA’ IRYANIKA D31208048 NURUL AFIYANI D31208055 NURUL HASANAH D31208064 SITI ROHMAWATI D31208066 Dosen Pembimbing

Upload: mohamad-dwi-fidiqsa

Post on 26-Jun-2015

1.420 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

UPAYA PENEGAKKAN ,PENERAPAN DAN

FATWA MUI BERKAITAN DENGAN HUKUM

ISLAM DI INDONESIA

Makalah

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah

Studi Hukum Islam

Disusun Oleh :

M. DWI FIDIQSA D31208034

NIDA’ IRYANIKA D31208048

NURUL AFIYANI D31208055

NURUL HASANAH D31208064

SITI ROHMAWATI D31208066

Dosen Pembimbing

CHOIRUL MAHFUDZ , MFil.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

F A K U L T A S T A R B I Y A H S U R A B A Y A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

2010

Page 2: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah,kami panjatkan rasa puja dan puji syukur kehadirat Allah

SWT yang telah memberkahi kami, sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat

waktu. Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan kepada junjungan Nabi besar kita

MuhammadSAW yang telah memberi jalan yang terang dan mengentas kita dari

kebodohan.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen yang setia

membimbing kami selama masa perkuliahan serta proses penyelesaian laporan ini. Tak

lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kita dalam

penyelasian laporan ini, terutama kepada orang tua kami yang selalu mendoakan kami

dimana pun berada.

Dan tak lupa kami ucapkan maaf atas segala khilaf atas penulisan makalah

ini.Karena kami jua hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Semoga apa

yang kami sajikan ini berguna bagi kita semua dan dapat membantu dalam segala hal.

Surabaya , 20 November 2010

Penulis

1

Page 3: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangIslam adalah agama yang akan membawa rahmat bagi pemeluknya tidak

terkecuali siapappun itu. Islam jua adalah suatu lembaga dan wadah di dalalm

menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan segi kehidupan

umatnya. Seperti, dalam bidang ibadah makhdoh kita mengenal di situ ada

beberapa hal seperti salat, puasa, dan ibadah lainnya yang telah diatur di dalam

Al-Qur’an dan Hadis . Namun adakalanya permasalahan yang kotemporer saat-

saat ini yang sangat rumit memeng tidak dapat dibantah kembali dalm penerimaan

kehujjahan kita butuh bantuan Ijtihad dari kaum ulama’ yang berkompeten dalam

bidang yang bermasalah ,yang berupa produk ijma’ dan qiyas.

Itu semua adalah sumber hukum Islam yang telah dapat dipercaya dan

masih banyak yang lainnya seperti Ihtisan, Urf dll. Itu semuanya akan dibahas

secara lengkap pada pokok pembahasan Usul Fiqh. Namun pada kenyataan masih

banyak hal yang perlu dijadikan patokan agar tercapinya hukum yang baik dan

benar secara syariat dan aturan yang berlaku di suatu wilayah.

Dengan ketentuan di atas , maka di Indonesia dibentuklah sebuah lembga

perkumpulan sekumpulan ulama yang akan membantu di dalam penyelesaian

masalah kontemporer yang sedang melanda negeri ini lebih-lebih berhubungan

dengan akidah dan syari’at. Lembaga tersebut adalah Majelis Ulama Indonesia

(MUI). Tugas yang mereka emban adalah menyampaikan fatwa atau himbauan

yang berhubungn dengan masalah tersebut. Inilah yang akan kami bahas

bagaimnakah keterkaitannya MUI yang sebagai subjek Hukum Islam di Indonesia

dengan upaya pegakan dan penerapan Hukum Islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah upaya-upaya agar hukum islam dapt ditegakkan di

Indonesia ?

2. Berikan contoh Fatwa MUI pada bidang akidah dan syariat !

3. Bagimana korelasi Fatwa MUI dengan Hukum Islam dan Hukum Positif

di Indonesia ?

2

Page 4: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

BAB II

PEMBAHASAN

A. UPAYA MENEGAKAN DAN PENERAPAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA

Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling

mayoritas. Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat

disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas

teritorial kenegaraan.

Salah satu masalah yang dihadapi bangsa ini adalah tidak adanya kepastian

hukum. Belum terciptanya law enforcement di negeri ini terpotret secara nyata dalam

lembaga peradilan. Media masa bercerita banyak tentang hal ini, mulai dari mafia

peradilan, suap ke hakim, pengacara tidak bermoral sampai hukum yang berpihak pada

kalangan tertentu.

Hingga kini proses penegakan hukum masih buram. Menurut Munarman hal ini

terjadi akibat proses panjang sistem politik masa lalu yang menempatkan hukum sebagai

subordinasi politik. Sistem peradilan yang tidak independen dan memihak dengan dalih

dan banyaknya kepentingan. Reformasi hukum yang dilakukan hingga kini belum

menghasilkan keadilan bagi seluruh masyarakat. Keadilan masih dibayangi oleh

kepentingan dan unsur kolusi para aparat penegak keadilan dinegeri yang ber-keadilan

sosial bagi seluruh bangsa Indonesia ini.

Intervensi terhadap hukum masih belum dapat dihindari. Hal ini mempengaruhi

mentalitas penegak hukum. Padahal mentalitas yang bermoral adalah kekuatan penegak

hukum sebagai dasar dari profesionalismenya. Moral dan keberanian dalam menegakan

supremasi hukum masih minim dimiliki oleh penegak hukum di Indonesia. Sehingga

banyak kasus-kasus hukum diselesaikan tetapi tidak memuaskan pelbagai pihak atau pun

merugikan dilain pihak. Timbul pertanyaan apakah keadilan hanya milik ‘penguasa’ ?

Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang

terjabarkan dalam kaidah-kaidah, pandangan-pandangan yang mantap dan

mengejawantahkannya dalam sikap, tindak sebagai serangakaian penjabaran nilai tahap

akhir untuk menciptakan kedamaian pergaulan hidup (Soejono Soekamto, 1989)1. 1 Soejono Soekamto, Tata Negara dan Hukum Konstitusi, (Jakarta: Media Press,1989),33

3

Page 5: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Kepastian hukum hanya dibuat untuk dalih meraih keuntungan sepihak. Yang dikatakan

”demi kepastian hukum” sering hanya retorika untuk membela kepentingan pihak

tertentu. Akhirnya, proses hukum di luar dan di dalam pengadilan menjadi eksklusif milik

orang tertentu yang berkecimpung dalam profesi hukum. Proses hukum menjadi ajang

beradu teknik dan keterampilan. Siapa yang lebih pandai menggunakan hukum akan

keluar sebagai pemenang dalam berperkara. Bahkan, advokat dapat membangun

konstruksi hukum yang dituangkan dalam kontrak sedemikian canggihnya sehingga

kliennya meraih kemenangan tanpa melalui pengadilan.

Berbicara masalah menegakan hukum, tentu tidak terlepas dari peran berbagai

pihak termasuk aparatur dan institusi yang bergerak di bidang hukum. Peran yang jelas

tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan dan keterlibatan pihak lain terutama aparatur

pemerintah yang bergerak diluar bidang hukum dan masyarakat secara umum. Peran ini

tentu saja tidak hanya terletak pada bagaimana sistem hukum yang ada bisa dibenahi, tapi

juga bagaimana sistem hukum yang diformulasikan dalam bentuk aturan-aturan hukum

baik materiil maupun formal itu ditegakkan secara konsekuen. Dalam situasi dimana

institusi formal yang bertanggung jawab melakukan reformasi di bidang hukum belum

memberikan perubahan yang berarti, kehadiran state auxiliary agencies seperti KPK,

Komnas HAM, KON dan KHN tentu diharapkan mampu memainkan peran yang

signifikan dalam upaya pembaharuan hukum. (Sudi Prayitno, S.H., LL.M, dalam

artikelnya Peran Beberapa State Auxiliary Agencies Dalam Mendukung Reformasi

Hukum Di Indonesia)2.

Sistem hukum yang baik harus dimulai dari moral penegak hukum yang baik. Ada

adagium yang melekat dalam proses hukum kita, yaitu kalau berurusan dengan hukum,

ketika kehilangan kambing maka akan kehilangan sapi. Karena baik oknum polisi, jaksa,

hakim, maupun pengacara terlibat dalam suatu mafia peradilan. Mereka melakukan

proses jual beli, berdagang hukum diantara pelaku hukum tersebut. Itulah tantangan besar

bagi masyarakat untuk memperjuangkan hukum yang bersih, independen, dan bebas dari

kepentingan politik ataupun kepentingan lainnya. Itu agenda yang teramat penting dan

seharusnya dipelopori oleh institusi penegak hukum.

2 Sudi Prayitno, Peran Beberapa State Auxiliary Agencies Dalam Mendukung Reformasi Hukum Di Indonesia.(Jakarta: Kompas,2004),22. Artikel ini tertulis pada Koran Kompas pada edisi Selasa, 23 November 2004 pada kolom Politik halaman 22.

4

Page 6: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Proses demokratisasi yang melanda Indonesia di tahun 1997-an, telah memaksa

Rezim Orde Baru lengser dan digantikan era Reformasi. Lantas, diskursus tentang

penerapan hukum Islam di Indonesia, menjadi signifikan adanya di era reformasi.

Abdurrahman Wahid dan Amien Rais merupakan segelintir tokoh, di antara tokoh-tokoh

lainnnya, yang merespons gagasan penerapan hukum Islam di Indonesia. Meskipun

keduanya bukanlah teoritisi dan praktisi hukum, namun keduanya secara langsung atau

tidak, juga terlibat dalam diskursus mengenai penerapan hukum Islam dalam bingkai

kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.

Hal ini tentu saja memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menyingkap

pemikiran Abdurrahman Wahid dan Amien Rais tentang gagasan penerapan hukum Islam

di Indonesia, di mana antara kedua tokoh tersebut memiliki latar belakang pemikiran,

karakteristik pemikiran serta pengaruh pemikiran keduanya terhadap khalayak. Karena

penelitian ini merupakan kajian sejarah pemikiran, maka pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan sosio-historis, yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui

latar belakang sosio-kultural seorang tokoh. Selain itu, pendekatan geneologi dan

paradigma, juga mewarnai penelitian ini.

Teori geneologi diperlukan untuk melacak aspek-aspek “sejarah-nya sejarah”.

Paradigma digunakan untuk mengetahui cara pandang seorang tokoh dalam memaknai

sebuah gagasan. Abdurrahman Wahid, sebagai pemikir keIslaman di Indonesia yang

termasuk ke dalam kategori neo-modernisme, cenderung mendialektikakan antara

“tradisi” Islam dengan realitas dan konteks kekinian, dalam hal ini modernitas secara

indegenist. Ia percaya bahwa Islam itu universal, namun dalam prakteknya. Islam tidak

dapat dilepaskan dari konteks budaya setempat.

Gagasan ini, secara diametral bertentangan dengan gagasan penerapan hukum

Islam (formalisasi ajaran Islam) di Indonesia. Sebab, demokratisasi senantiasa meliputi

aspek pluralisme dan toleransi. Penekanan terhadap keduanya akan berbenturan dengan

gerakan yang lebih mengutamakan formalisasi ajaran Islam, di mana penerapan hukum

Islam menjadi salah satu gagasan yang diusung tersebut. Jadi, secara eksplisit, Gus Dur

menolak penerapan hukum Islam di Indonesia.

Sementara itu, Amien Rais yang termasuk kategori universalisme, cenderung

beranggapan bahwa; Islam dan seluruh perangkat nilainya dapat dijadikan alternatif dari

5

Page 7: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

kemerosotan nilai-nilai Barat. Kelompok pemikiran ini percaya bahwa al-Qur’an dan

Hadits yang dibawa Nabi Muhammad saw, sudah sangat sempurna dan dapat diterapkan

langsung pada masyarakat apapun. Karena itu, sebagai seorang yang cenderung pada

pemikiran Islam yang universalisme”, Amien memiliki tanggung jawab moral untuk

mengejawantahkan keinginan sebagian kalangan umat Islam guna menerapkan hukum

Islam di Indonesia. Jadi, secara implisit sebenarnya Amien Rais mendukung penerapan

hukum Islam di Indonesia.

Sebagian masyarakat muslim Indonesia menginginkan pemberlakuan hukum

Islam di Indonesia. Namun menerapkan hukum Islam atau menjadikan Indonesia sebagai

Negara Islam seperti Pakistan, Mesir dan lain lain tidaklah semudah membalikkan

telapak tangan. Indonesia merupakan Negara kesatuan. Negara yang berpenduduk

beraneka ragam warna kulit, agama, suku dan pendirian seseorang, maka dalam konteks

Negara Islam, mereka yang beragama lain tidak ingin diperlakukan secara diskriminatif.

Kalau mengutip pernyataan M. Imdadun Rahmat 3penerapan syariat Islam bagi

kalangan mainstream umat tidak mesti berwujud pemberlakuan fiqh Islam sebagai

hukum  positif Negara. Tapi penerapan fiqh itu bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-

hari tanpa harus menjadi hukum Negara. Lebih lanjut, M. Imdadun Rahmat menulis,

bentuk Negara ‘nation state’ dengan system demokrasinya cukup menyediakan peluang

bagi terwujudnya Negara yang Islami. Artinya Negara yang mampu melindungi

kemaslahatan rakyatnya sehingga hak-hak mereka sebagai warga Negara terpenuhi,

termasuk hak untuk mengekspresikan agamanya secara leluasa4.

Sebagai Negara kesatuan, Indonesia tidak bisa mendirikan Negara Islam. Karena

kalau kita mendirikan negara Islam -meminjam istilah Supomo- berarti kita bukan negara

kesatuan, sebab negara itu menghubungkan dengan golongan terbesar yaitu golongan

Islam. Akan timbul persoalan ‘minderheden’, persoalan agama yang kecil-kecil,

walaupun sudah ditegaskan bahwa suatu Negara Islam akan menjamin kepentingan

golongan lain sebaik-baiknya. Menurut Supomo  cita-cita negara Islam tidak sesuai

dengan cita-cita negara kesatuan yang kita idam-idamkan. Supomo menganjurkan

pembentukan Negara nasional yang bersatu, yang mengatasi segala golongan dan akan

mengindahkan dan menghormati keistimewaan segala golongan, baik golongan yang

3 M Imdadun Rahmat, Islam dan Indonesia. (Bandung : Rosdakarya ,2000),354 Ibid.,

6

Page 8: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

besar maupun golongan yang kecil. Dalam negara nasional yang bersatu itu, urusan

agama akan diserahkan kepada golongan agama yang bersangkutan. Setiap orang atau

golongan akan merdeka memeluk agama yang disukainya. Baik golongan agama yang

besar  maupun yang kecil akan merasa bersatu dalam negara.

Mengutip pendapat Hatta5 yang menegaskan bahwa dalam negara kesatuan seperti

Indonesia, masalah kenegaraan harus dipisahkan dari masalah agama. Selanjutnya

Supomo6 mengatakan adanya dua pendapat mengenai hal tersebut. Pertama, dari para ahli

agama menyatakan bahwa Indonesia haruslah menjadi Negara Islam, dan pendapat kedua

yang disarankan Hatta, suatu Negara kesatuan nasional yang memisahkan masalah

kenegaraan dari masalah keagamaan, dengan lain kata bukan Negara Islam. Menurut

Supomo perkataan Negara Islam lain artinya dengan perkataan ‘negara berdasar atas cita-

cita luhur dari agama Islam’.

Supomo juga mengingatkan agar jangan meniru negara lain di Timur Tengah

yang dianggap sebagai Negara Islam sebab berbagai kondisi dan latar belakangnya

berbeda. Di negara-negara Islam sendiri-mengutip pernyataan Supomo-juga terjadi

perbedaan, khususnya mengenai bagaimana syariah Islam harus disesuaikan dengan

kebutuhan internasional, dengan persyaratan masa kini, dengan pikiran modern. Jadi

kalau kita mendirikan Negara Islam, pertentangan pendirian  itu akan terjadi juga. Dalam

pandangan Muhammad ‘Abduh, syariah Islam bisa diubah melalui ijma’ asal tidak

bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Bahkan yang lebih radikal menurut ‘Ali

‘Abd al-Raziq mengatakan bahwa agama terpisah dari hukum yang mengenai

kepentingan Negara.

Dan salah satu kelemahan besar umat Islam di Indonesia ialah tidak adanya

pemimpin Islam yang diterima oleh semua golongan. Islam Indonesia bukan ‘ummatan

wahidan’ –seperti yang disebut dalam Al-Qur’an- tetapi umat yang “kamu kira mereka

itu bersatu sedang hati mereka berpecah-belah”.

Bagaimana mungkin Pancasila dirubah kepada hukum Islam sementara umat

Islam sendiri dalam keadaan berpecah-belah. Kalau kita baca sejarah, perpecahan-

perpecahan yang terjadi justru sangat erat hubungannya  dengan umat Islam Indonesia.

5 Ibid.,406 Ibid.,

7

Page 9: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Terutama sejak institusi besar seperti partai, sampai himpunan terkecil seperti Dewan

Keluarga Masjid.

Seperti Syarikat Islam berkembang dengan memobilisasikan berbagai kekuatan

Islam dan mencapai puncaknya dalam pertikaian internal. Masyumi dimulai dengan

mempersatukan umat Islam dan berakhir dengan perpecahan. Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) berusaha mengumpulkan berbagai partai Islam dalam satu wadah

dan mengisi kegiatannya dengan perpecahan dan kehancuran (sehingga ada yang

menyebut PPP bukan partai, bukan persatuan, dan bukan pembangunan) .  Pada tataran

intelektual, kita melihat pertentangan antara pemikir kelompok yang memandang Islam

sebagai alternatif dengan kelompok pemikir yang melihat Islam hanya sebagai suplemen

saja; antara kaum tradisionalis, modernis, dan “fundamentalis”; antara orang yang ingin

“mengindonesiakan” Islam dengan orang yang ingin “mengislamkan” Indonesia7.

B. FATWA – FATWA MUI BERKENAAN DENGAN HUKUM ISLAM di

INDONESIA

Fatwa MUI Tentang Merokok8

Akhir-akhir ini merak keluar desakan untuk MUI mengeluarkan Fatwa Merokok itu

HARAM.Mengapa merokok haram? selama ini merokok hukumnya adalah makruh lebih

condong ke haram, tetapi tidak haram.Selasa 12 Agustus 2008 dari dewan syariah MUI

menyampaikan fatwa terbarunya tentang merokok, yaitu :

“Merokok Hukumnya adalah HARAM bagi anak-anak dibawah usia 17 Tahun”

Ada beberapa alasan yang melatar belakanginya, antara lain :

1. Selama ini hukum merokok makruh cenderung atau lebih dekat ke haram

2. Larangan pemerintah melalui PP/Perda yang sudah ada dan berlaku sampai

sekarang tidak banyak yang mengindahkannya atau banyak di langgar. Misalnya

7 Ibid.,8 http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/08/15/fatwa-haram-majlis-ulama-indonesia-mui-tentang-rokok/

8

Page 10: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

larangan merokok di taman atau di ruang tertentu yang dikeluarkan pemda, masih

juga ada yang merokok di ruang tersebut. (di UII masih adakah merokok di

tempat umum?)

3. Perokok khususnya anak-anak tidak ada manfaatnya sedikitpun, dll

Dari fatwa ini menurut pendapat saya akan membawa dampak yang luas, kenapa?

1. Barang yang sedikitnya haram berarti banyaknya juga haram hukumnya, hati-

hatilah orang tua yang merokok, janganlah anda merokok, apalagi diketahui oleh

anak-anak, mereka mencontoh anda!

2. Perokok anak-anak di lingkungan industri rokok, mereka itu usia 2 atau 5 tahun

merokok merupakan hal yang biasa.

3. Pekerjaan terkait yang haram, maka hukumnya menjadi haram. Para pekerja

industri rokok, penjual rokok, dll … berhati-hatilah. Rejeki anda dari rokok

menentukan nasih hidup anda di dunia dan akhirat. Anda konsumsi makanan

haram dalam tubuh, maka barang tersebut akan berada dalam tubuh anda selama

40 hari dan ibadah anda selama itu tidak diterima oleh Allah. Subhanallah.

4. Ayo’ hidup sehat, karena merokok dapat menyebabkan kanker, stroke dan

gangguan janin dan kehamilan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan mengeluarkan fatwa tentang rokok pada Forum

Ijtima Ulama Komisi Fatwa yang akan diselenggarakan pada Januari 2009. Demikian

disampaikan Ketua MUI KH Ma’ruf Amin dalam seminar "Fatwa MUI versus wacana

antirokok" di Jakarta, Senin (24/11), yang diselenggarakan oleh PWI Koordinatoriat

Departemen Agama dan MUI Pusat.

"Fatwa apakah hukum merokok bisa haram, makruh (tidak baik),  mubah

(diperbolehkan), mukhtalaf (diperselisihkan) dan tawaquf (ditunda)," kata KH Ma’ruf

Amin.

9

Page 11: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Forum Ijtima Ulama itu, katanya, akan diselenggarakan pada pertengahan Januari

2009, tetapi lokasinya belum ditentukan, apakah di Sumatra Barat atau di Pulau Jawa.

Menurut dia, masalah rokok merupakan masalah berat, karena itu harus ada "hujjah"

(alasan) yang kuat, sehingga bagaimana masalah selesai tanpa mengundang masalah lain.

"Masih ada pro dan kontra," ujarnya.

Sejumlah pihak, katanya, telah meminta MUI mengeluarkan fatwa tentang rokok, di

antaranya LSM Anti Rokok dan Departemen Kesehatan. Ia menjelaskan, secara

substansial rokok bisa masuk dalam kategori hukum haram, makruh, atau ikhtilaf

(diperselisihkan). "Kalau orang berpendapat rokok itu makruh karena ada kejelekan

apabila mengonsumsinya," terangnya.

Karena berbagai perbedaan sudut pandang itu, serta penafsiran terhadap bahaya

merokok, katanya, para ulama belum sepakat untuk mengharamkan rokok. "Baru sebatas

memakruhkan saja," ujarnya.

Sementara itu, dr Muchtar Ikhsan, pakar kesehatan yang berbicara pada seminar itu

mengatakan, racun yang terdapat pada rokok merupakan ancaman bagi kehidupan umat

manusia. "Satu batang rokok dapat memotong kehidupan kita selama 5 menit," katanya.

 Meski demikian, lanjutnya, Indonesia ternyata tergolong sebagai "surga" bagi para

perokok.Ketua Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) Ismanu

Soemizan meminta MUI mempertimbangkan fatwa tentang rokok. Pasalnya, 95 persen

dari 6,2 juta pekerja di pabrik rokok adalah umat Islam.

Fatwa MUI Tentang Facebook9

FACEBOOK, diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004 oleh Mark

Zuckerberg sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard.

Dalam waktu dua minggu setelah diluncurkan, separuh dari semua mahasiswa

Harvard telah mendaftar dan memiliki account di facebook. Tak hanya itu, beberapa

9 http://www.cybermq.com/berita/detail/Teknologi/708/fatwa-mui-facebook-haram-

10

Page 12: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

kampus lain di sekitar Harvard pun meminta untuk dimasukkan dalam jaringan facebook.

Zuckerberg pun akhirnya meminta bantuan dua temannya untuk membantu

mengembangkan facebook dan memenuhi permintaan kampus-kampus lain untuk

bergabung dalam jaringannya. Dalam waktu 4 bulan semenjak diluncurkan,facebook

telah memiliki 30 kampus dalam jaringannya.Dengan kesuksesannya tersebut,

Zuckerberg beserta dua orang temannya memutuskan untuk pindah ke Palo Alto dan

menyewa apartemen di sana.

Facebook merupakan sebuah website social networking yang sedang ramai

dibicarakan dan di gemari oleh semua kalangan masyarakat pada saat ini, dan mulai

menjadi perhatian pengguna internet di Indonesia.Facebook cukup mengejutkan dengan

tingkat pemakai yang cukup besar termasuk Indonesia, akan tetapi,kehadiran facebook di

ibaratkan akan dua mata uang" ada yang negatif dan ada yang negatif". facebook dapat

dijadikan sebagai sarana menyambung komunikasi antara seseorang denga orang lain

yang bisa saja selama ini mereka sudah jarang atau tidak pernah bertemu lagi, karena di

pisahkan oleh waktu maupun jarak.

MUI menyatakan bahwa FaceBook bisa menjadi haram dan tidak haram. Menurut

mereka, FaceBook haram tergantung dari cara pemakaian. Kalau tujuan baik dan benar,

maka tak ada larangan menggunakannya, tapi sebaliknya, bila untuk tujuan negatif maka

haram.

Jadi itu semua juga kembali kepada kita sebagai pengguna dari facebook, jika kita

mempunyai keinginan untuk menggunakan facebook untuk melakukan aktifitas yang

negatif mungkin saja kita dapat mengatakan bahwa facebook itu haram, dan jika kita

menggunakan facebook dengan menjalin tali silaturahmi antar sesama maka facebook

mungkin belum dapat dikatakan haram

Pada tanggal 20-21 Mei 2009 telah dilakukan pertemuan di Ponpes Lirboyo Kediri

yang dihadiri oleh perwakilan dari 50 pondok pesantren di Jawa Timur dalam rangka

pertemuan para anggota bahtsul masail yang membahas salah satu hukum penggunaan

internet. Salah satu keputusan dari pertemuan tersebut adalah memberi putusan bahwa

11

Page 13: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

facebook (situs jejaring sosial) yang sangat populer hukumnya haram. Tapi dengan

catatan jika digunakan sebagai media untuk mendapat pacar atau mencari calon istri.

Selain itu juga apabila digunakan untuk sesuatu yang bersifat porno alias bokep juga

haram. Tidak hanya facebook tapi semuanya diinternet yang digunakan untuk hal negatif

hukumnya haram. Bahkan para kiyai Jawa Timur telah konon tengah menyusun team

untuk membahas khusus penggunaan internet dan menghukuminya dalam kacamata fiqih.

Jasa pembuatan web hanya Rp.55.000 GRATIS DOMAIN(com,net,org,info),HOSTING

300MB,CMS,EMAIL,MAINTANCE ( COCOK UNTUK TOKO ONLINE),

Fatwa MUI Tentang Arah Kiblat10

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terkait arah kiblat sebagai

konsekuensi dari pergeseran lempeng bumi. Dalam konferensi pers di Jakarta, Senin

(22/3), MUI menegaskan pergeseran tersebut tak mempengaruhi arah kiblat. Untuk itu,

MUI mengingatkan umat Islam agar tak perlu bingung dengan arah kiblat. Terlebih,

dengan mengubah bahkan membongkar masjid atau musala agar mengarah ke kiblat.

Konferensi pers tersebut disampaikan oleh Ketua MUI Drs. H. Nazri Adlani,

didampingi Sekretaris MUI Dr. H Amrullah Ahmad, Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI

Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub, MA, dan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Drs. H.

Aminudin Yakub, MA.

Diktum Fatwa

Tentang diktum dari fatwa MUI No. 03 Tahun 2010 tentang Kiblat disebutkan,

pertama, tentang ketentuan hukum. Dalam kententuan hukum tersebut disebutkan bahwa:

(1) Kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat ka’bah adalah menghadap ke bangunan

Ka’bah (ainul ka’bah). (2) Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka’bah

adalah arah Ka’bah (jihat al-Ka’bah). (3). Letak georafis Indonesia yang berada di bagian

10 http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=147:fatwa-tentang-arah-kiblat&catid=1:berita-singkat&Itemid=50

12

Page 14: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

timur Ka’bah/Mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah

barat.

Kedua, rekomendasi. MUI merekomendasikan agar bangunan masjid/mushalla di

Indonesia sepanjang kiblatnya menghadap ke arah barat, tidak perlu diubah, dibongkar,

dan sebagainya.

Fatwa MUI Tentang Suntik Anti Haid Saat Sedang Melakukan Ibadah Haji11

Mengkonsumsi Obat Anti Haid

• Tinjauan Medis

Menstruasi atau haid bagi sebagian perempuan merupakan peristiwa yang

ditunggu-tunggu setiap bulannya, tetapi ada sebagian yang ingin menundanya.

Contohnya, pasangan pengantin baru yang akan berbulan madu dan perempuan yang

akan menjalankan ibadah haji. Larangan perempuan sedang haid menjalankan ibadah haji

membuat banyak pihak mencari upaya untuk menunda kedatangan “tamu bulanan”

tersebut.

“Di masa lalu, penundaan haid dilakukan dengan mengkonsumsi makanan

tertentu seperti daun pepaya. Namun, upaya itu tidak terlalu efektif, karena haid bisa saja

datang tiba-tiba. Biasanya, perempuan yang siap berhaji akan merasa menyesal yang luar

biasa. Karena haji kan dilaksanakan satu tahun sekali, selain itu biayanya juga mahal,”

kata Prof Dr Ali Baziad Sp OG (K), Kepala Divisi Imunoendokrinologi, Departemen

Obgin, FKUI/RSCM. Namun, Prof Ali menambahkan, teknologi kedokteran yang

berkembang pesat memungkinkan penundaan haid melalui terapi hormonal. Haid bisa

diatur sesuai dengan keinginan, yaitu bisa dimajukan atau dimundurkan. Kebanyakan

pasien meminta untuk dimundurkan.

11 http://www.mui.or.id/index.php?option=com_docman&Itemid=84

13

Page 15: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Menurut Prof Ali Baziad, SpOG (K), pengaturan siklus haid bisa dilakukan

dengan menggunakan pil hormon. Saat ini ada tiga jenis hormon yang bisa dipilih, yakni

progestin (progesteron saja), kombinasi estrogen dan progesterone (pil KB), serta GnRH

agonis yang berbentuk suntik.“Pil progesteron tersebut dikonsumsi satu bulan sebelum

ibadah haji atau 14 hari sebelum haid”.

Haid merupakan peristiwa terjadinya peluruhan lapisan dalam dinding rahim yang

timbul pada suatu periode tertentu. Pada periode siklus haid dikenal adanya fase-fase

haid, yaitu fase prolifase, yang berlangsung pada hari ke 5-14. Pada fase itu pematangan

folikel di ovarium didominasi hormon estrogen untuk pembentukan lapisan fungsionalis.

Selanjutnya fase transformasi yang berlangsung pada hari ke 14-21 yang mana sel

telur (ovum) siap untuk dibuahi. Fase itu didominasi hormon progesteron. Fase sekresi

berlangsung pada hari ke 21-28. Pada fase itu terjadi penurunan kadar hormon estrogen

dan progesteron bila sel telur tidak dibuahi.“Penurunan kadar hormon progesteron itulah

yang menyebabkan terjadinya peluruhan dinding rahim yang tadinya menebal sebagai

persiapan lokasi implantasi atau berkembangnya janin. Peluruhan itu disebut fase

menstruasi”. Cara kerja pil hormon, haid berhenti karena tubuh memperoleh hormon dari

luar, akibatnya kerja hormon di otak terhambat dan sel telur tidak bisa matang.

Riset yang dilakukan Prof Dr Biran Affandi, SpOG (K) selama 10 tahun terhadap

45 perempuan berusia 25-42 tahun, yang menginginkan penundaan haid untuk ibadah

haji menunjukkan bahwa pil hormon progesterone “norethisterone” efektif menunda haid

hingga 100 persen.

Meski penggunaan pil hormon tergolong aman namun orang yang ingin

mengonsumsinya sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter.

Kendati penelitian telah menunjukkan keberhasilan pil hormon dalam menunda

haid, namun tetap ada efek samping yang perlu diketahui. Pada beberapa orang bisa

muncul vlek atau spotting noda darah. Namun hal itu normal dan bukan darah haid

sehingga ibadah tetap bisa dilanjutkan.

14

Page 16: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

• Tinjauan Syari’ah

Lalu bagaimana hukum mengkonsumsi obat anti haid?

Ada dua kemungkinan seseorang mengkonsumsi obat anti haid, pertama,

menunda haid sedangkan yang kedua adalah sebaliknya, yaitu menyegerakannya.

Namun, sebelum kita menelaah lebih jauh tentang hukum mengkonsumsi obat anti haid

ini, ada beberapa hal yang harus kita ketahui bersama:

1. Pengajuan atau penundaan haid akan berdampak pada masa iddah bagi seorang

wanita.

2. masalah ini juga akan berkaitan dengan masalah hubungan suami-istri bagi para

suami yang biasa mengadakan safar panjang.

3. akan berkaitan erat juga dengan puasa, shalat, membaca al-quran, haji dan yang

lainnya.

4. Seorang muslim tidak dibebani untuk mencari sebab-sebab yang mewajibkannya

melakukan suatu ibadah. Contoh sederhana, seorang tidak diwajibkan untuk

mengumpulkan harta agar dia dapat mengeluarkan zakat.

Jika seorang wanita mengkonsumsi obat anti haid sebelum datang atau sebelum habis

masa kebiaannya apakah dia menjadi suci? Sehingga hukum-hukum yang berlaku bagi

wanita haid tidak lagi harus diindahkannya?

Atau sebaliknya, jika seorang wanita mengkonsumi obat untuk meyegerakan

datangnya haid, apakah dia dihukumi sebagai wanita haid? Sehingga diberlaukan

padanya hukum-hukum yang berlaku bagi wanita haid secara normal?.

Tidak ada ulama dari kalangan salaf yang membahas masalah ini secara detail

selain ulama Malikiah.

Mari kita lihat jawaban dari dua pertanyaan di atas satu demi satu.

Jawaban untuk pertanyaan pertama, para ulama Malikiah berbeda pendapat dalam hal ini,

15

Page 17: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

pendapat pertama, melihat bolehnya melakukan hal ini, namun hukumnya makruh karena

berpotensi mendatangkan efeksamping negatif.

Imam Ash Shawi mengatakan, “Wanita yang mengkonsumsi obat anti haid agar

darahnya tidak keluar pada waktu kebiasaannya, dan usahanya itu berhasil, maka dia

dihukumi sebagai wanita suci”. Perkataan ini beliau nukil dari Ibn Qasim.

Sementara Ibnu Kinanah mengutarakan, “Wanita yang memiliki kebiasaan haid

delapan hari misalnya, lalu dia mengkonsumsi obat anti haid pada hari keempat untuk

mencegah keluarnya darah pada lima hari sisanya, maka wanita itu dihukumi suci.

Maka berdasarkan pendapat ini, wanita tesebut dihukumi suci dari haid, maka

wajib baginya menjalankan seluruh ibadah yang diwajibkan kepada wanita suci.

Pendapat kedua, melarang mengkonsumsi obat anti haid. Dan wanita yang

mengkonsumsinya tetap dianggap sebagai wanita haid. Pendapat ini adalah pendapat

tunggal dari kalangan ulama malikiah, yaitu pendapat Ibnu Firhaun.

Jawaban untuk pertanyaan kedua, yaitu hukum mengkonsumsi obat untuk

mempercepat turunnya darah haid sebelum datang waktu kebiasaannya. Hukumnya

adalah makruh, darah yang keluar pun tidak dianggap darah haid pada kaitannya dengan

hukum iddah dan istibra`, karena darah tersebut tidak keluar secara alami. Adapun

kaitannya dengan ibadah, Abdullah al Manufi tidak memberikan pendapat, karena tidak

adanya dalil yang secara jelas dari al-quran atau pun hadits. Namun muridnya

berpendapat, bahwa wanita tersebut tetap dikategorikan sebagai wanita suci. Hanya saja

pendapat tersebut diselisihi oleh Al Ajhuri yang mengatakan bahwa wanita tersebut harus

menginggalkan shalat dan puasa pada saat darahnya keluar, sebab ada kemungkinan

darah tersebut memang benar-benar darah haid, sebagaimana wanita tersebut juga harus

mengqada ibadahnya, sebab darah tersebut juga berpotensi bukan darah haid.

Imam As Shawi mengatakan, “Jika darah haid keluar karena pengaruh obat pada saat

waktu haid (kebiasaan) atau setelahnya, maka itu dikategorikan darah haid”.

16

Page 18: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Mengkonsumsi Obat Anti Haid di Bulan Ramadhan,

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah pernah ditanya :

Sebagian wanita sengaja mengkonsumsi pil anti haid pada bulan Ramadhan, agar

bisa puasa penuh sehingga tidak perlu mengqadha’ pada waktu yang lain. Apakah ini

boleh dilakukan ? Apakah ada persyaratan yang bisa dilakukan oleh kaum wanita ?

Beliau menjawab: Menurut saya, dalam masalah seperti ini sebaiknya seorang wanita

tidak melakukannya dan membiarkan dirinya sebagaimana yang telah ditakdirkan oleh

Allah Ta’ala dan menjalani apa yang telah tetapkan buat kaum Hawa. Allah Ta’ala

menakdirkan kejadian bulanan ini pasti untuk suatu hikmah. Dan hikmah ini sesuai

dengan tabi’at kaum wanita. Jika ini kemudian dihalangi, maka tidak diragukan lagi akan

menimbulkan reaksi negatif bagi tubuh, padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi

Wassallam bersabda :

“Tidak boleh memudharatkan diri dan tidak boleh memudharatkan orang lain.”

Ini tanpa memandang bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pil-pil ini bagi rahim,

sebagaimana dijelaskan oleh para dokter. Jadi menurut saya, sebaiknya kaum wanita

tidak menggunakan pil-pil ini. Dan alhamdulillah atas takdir dan hikmah-Nya, jika tiba

masa haid bagi kaum wanita yang berpuasa, maka dia tidak boleh puasa dan shalat. Kalau

sudah selesai, baru memulai puasa dan shalat. Kalau bulan Ramadhan sudah usai, maka

dia bisa mengqadha’ puasa yang terlewatkan.

Namun demikian, para ulama melihat hal ini menjadi rukhsah bagi para wanita pada

saat pelaksanaan ibadah haji. Penggunaan terapi hormonal diperbolehkan. Bahkan

Majelis Ulama Indonesia secara tegas telah mengeluarkan fatwa dengan tanggal 12

Januari 1979 yang menyebutkan, bahwa penggunaan obat anti haid untuk kesempurnaan

ibadah haji hukumnya adalah mubah.

Fatwa MUI Tentang Aliran Ahmadiyah12

12 http://media-islam.or.id/2007/09/26/fatwa-mui-ahmadiyah-qadiyan-sesat/

17

Page 19: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Nomor : 11/MUNAS VII/MUI/15/2005

TentangALIRAN AHMADIYAH

Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawaran Nasional MUI VII, pada 19-22

Jumadil Akhir 1426H./ 26-29 Juli 2005 M.

Setelah MENIMBANG :

o Bahwa sampai saat ini aliran Ahmadiyah terus berupaya untuk

mengembangkan pahamnya di Indonesia, walaupun sudah ada fatwa MUI dan

telah dilarang keberadaannya;

o Bahwa upaya pengembangan paham Ahmadiyah tersebut telah menimbulkan

keresahaan masyarakat;

o Bahwa sebagian masyarakat meminta penegasan kembali fatwa MUI tentang

faham Ahmadiyah sehubungan dengan timbulnya berbagai pendapat dan

berbagai reaksi di kalangan masyarakat;

o Bahwa untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan menjaga kemurnian aqidah

Islam, MUI memandang perlu menegaskan kembali fatwa tentang aliran

Ahmadiyah.

MENGINGAT:

Firman Allah SWT.,Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-

laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi; dan adalah

Allah Maha mengetahui segala sesuatu (QS. Al-Ahzab [33]: 40)Dan bahwa (yang

kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah

kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan itu menceraiberaikan kamu dari

jalan-Nya. Yang demikian itu di perintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa

(QS. Al- An’am [6]: 153) Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu. Tiadalah

orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat

petunjuk….(QS. Al-Ma’idah [5]: 105)

18

Page 20: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Hadist Nabi S.A.W.; A.l.:Rasulullah bersabda: Tiadak ada Nabi sesudahku (HR.

al-Bukhari).Rasulullah bersabda: “Kerasulan dan kenabian telah terputus; karena itu,

tidak ada Rasul maupun Nabi sesudahku (HR Tirmidzi)

MEMPERHATIKAN :

Keputusan Majma al-Fiqh al-Islami Organisasi Konferensi Islam (OKI) Nomor 4

(4/2) dalam Muktamar II di Jeddah, Arab Saudi, pada tanggal 10-16 Rabi’ al-Tsani

1406H./22-28 Desember 1985M tentang Aliran Qodiyaniyah, yang antara lain

menyatakan; bahwa aliran Ahmadiyah yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad

sebagai Nabi sesudah Nabi Muhammad dan menerima wahyu adalah murtad dan

keluar dari Islam karena mengingkari ajaran Islam yang qath’i dan di sepakati oleh

seluruh Ulama Islam bahwa Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir.

Keputusan Majma’ al-Fiqh Rabitha’ Alam Islami.Keputusan Majma’ al-

Buhuts.keputusan Fatwa MUNAS II MUI pada tahun1980 tentang Ahmadiyah

Qodiyaniyah.Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT

M E M U T U S K A N

MENETAPKAN : FATWA TENTANG ALIRAN AHMADIYAH

Menegaskan kembali keputusan fatwa MUI dalam Munas II Tahun 1980 yang

menetapkan bahwa Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan

menyesatkan, serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad (keluar dari

Islam)’

Bagi mereka yang terlanjur mengikuti Aliran ahmadiyah supaya segera

kembali kepada ajaran Islam yang haq (al-ruju’ ila al-haqq), yang sejalan dengan al-

Qur’an dan al-Hadis.

Pemerintah berkewajiban untuk melarang penyebaran faham Ahmadiyah di

seluruh Indonesia dan membekukan organisasi serta menutup semua tempat

kegiatannya.

Ditetapkan di : Jakarta

19

Page 21: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Pada tanggal : 22 Jumadil Akhir 1426 H29

Juli 2005 M

MUSYAWARAH NASIONAL VII

MAJELIS ULAMA INDONESIA,

Pimpinan Sidang Komisi C

Bidang FatwaKetua ,

ketua

K.H. MA’RUF AMIN

sekretaris

HASANUDIN

C. MENCERMATI FATWA MUI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah lembaga yang mewadahi ulama dan para

cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum

muslimin di seluruh Indonesia. Berdiri tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil

dari pertemuan musyawarah para ulama, cendikiawan yang datang dari berbagai

penjuru tanah air. Ada lima fungsi dan peran utama MUI, yaitu13: (1) sebagai pewaris

tugas-tugas para Nabi; (2) sebagai pemberi fatwa; (3) sebagai pembimbing dan

pelayan umat; (4) sebagai gerakan islah wa tajdid; (5) sebagai penegak amar ma`ruf

nahi munkar7.

Fatwa MUI ini merupakan bentuk dari fatwa kolektif (al-fatwa alijma`). Adalah

fatwa yang dihasilkan oleh ijtihad sekelompok orang, tim, atau panitia yang sengaja

dibentuk. Pada dasarnya fatwa kolektif ini dihasilkan melalui suatu diskusi dalam

lembaga ilmiah yang terdiri atas para personal yang memiliki kemampuan tinggi

dalam bidang fikih pemahaman problema keagamaan dan berbagai ilmu lainnya

sebgai penunjang dalam arti syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yang

akan berijtihad. Fatwa yang dihasilkan melalui lembaga ilmiah ini harus mampu

13http://www.mui.or.id/index.php? option=com_content&view=article&id=147: mencermati-fatwa-mui &catid=1:berita- singkat&Itemid=50

20

Page 22: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

menetapkan hukum dengan berani dan bebas dari pengaruh dan tekanan politik,

sosial, dan budaya yang dianut bangsa.

Ide terbentuknya suatu organisasi MUI tidak lain adalah dimaksudkan agar

organisasi ini mampu melakukan ijtihad untuk mengeluarkan fatwa-fatwa hukum

Islam dari sumber hukum asalnya, terutama dalam menghadapi persoalan-persoalan

yang timbul di alam Indonesia. Organisasi ini seharusnya berusaha semaksimal

mungkin menangani, meyelesaikan, dan mengeluarkan fatwa keagamaan hukum

Islam dengan model dan ala Indonesia yang tentunya tidak bertentangan dengan

sumber-sumber hukum Islam, yakni al-Qur`an dan al-Hadits.

Dalam majelis ini berkumpul para pakar atau ahli, sehingga persoalan yang timbul

dapat dipecahkan dengan belbagai displin ilmu (interdsipliner) yang diarahkan agar

hukum Islam dapat diterapkan dan diaplikasikan secara proporsional.

Kedudukan Fatwa MUI dalam Perspektif Hukum Islam

Fatwa dalam kedudukannya dalam hukum Islam dapat dikaji dari pengertian

fatwa itu sendiri, sehingga bila berbicara mengenai fatwa itu sendiri, maka tidak akan

lepas dari aspek siapa atau organisasi apa yang memuat fatwa tersebut. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa berbicara tentang fatwa, maka tidak terlepas pembicaraan tersebut

terhadap konsep ijtihad. Fatwa dikeluarkan oleh para ulama atau ahli fikih Islam yang

mampu mengangkat permasalahan akibat kebutuhan siapa yang butuh dasar jawaban

sebagai landasan hukum suatu perbuatan atau kegiatan yang sifatnya bisa keagamaan

atau non-keagamaan.

Adanya korelasi yang erat antara fatwa dan ijtihad menunjukkan bahwa secara

otomatis memperkokoh posisi ijtihad. Fatwa itu sendiri merupakan hasil ijtihad para ahli

atau pakar yang mampu menggali syari`at Islam secara canggih, kemudian dari hasil

ijtihad tersebut dituangkan dalam bentuk keagamaan, baik yang bersifat lisan ataupun

tidak.

Dengan adanya fatwa dan ijtihad maka secara konkret ajaran-ajaran Islam akan

berkembang dengan pesat ke seluruh penjuru dunia, sekaligus Islam akan kokoh dan

memasyarakat di alam ini. Oleh karena itu sangat tepat apabila dikatakan bahwa maju

mundurnya masyarakat Islam dalam menggali ajarannya tergantung dari fatwa dan

21

Page 23: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

ijtihad. Tanpa adanya fatwa dan ijtihad, ajaran-ajaran Islam kurang berkembang bahkan

nyaris statis. Sebab kita mengetahui bahwa inspirasi yang murni dalam menggali ajaran-

ajaran Islam itu idealnya melalui proses ijtihad yang kemudian dituangkan dalam bentuk

fatwa keagamaan yang mantap dan dapat dipertanggungjawabkan.

Fatwa dan ijtihad terjadi hubungan saling interdependensi, sebab hasil ijtihad para

ahli itu akan lahir dalam bentuk fatwa-fatwa yang berharga untuk kepentingan

masyarakat Islam. Dapat dibuktikan bahwa hasil fatwa atau ijtihad hukum Islam dapat

hidup dan berkembang sesuai dengan ruang dan waktu dimana saja penganutnya hidup.

Hakikatnya hukum-hukum yang dikembangkan itu selaras dengan masyarakat itu

sendiri yang senantiasa disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Dalam arti iijtihad dan

fatwa akan selalu mengikuti perkembangan pemikiran masyarakat pada umumnya.

Dalam hukum Islam, dalam proses istinbath pengambilan hukum diatur dalam

suatu kajian keilmuan tersendiri. Dalam ilmu hukum Islam disebut ilmu Ushul Fiqh.

Secara umum pengertiannya adalah pengertian tentang kaidah-kaidah yang dijadikan

sarana (alat) untuk menggali hokum-hukum fiqh, atau dengan kata lain adalah kaidah-

kaidah yang menjelaskan tentang cara (metode) pengambilan (penggalian) hukum-hukum

yang berkaitan dengan perbuatan manusia dari dalil-dalil syar`i14.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa objek pembahasan ushul fiqh adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan metodologi yang dipergunakan oleh ahli fiqh di

dalam menggali hukum syara` sehingga ia tidak keluar dari jalur yang benar. Jadi objek

pembahasan ushul fiqh meliputi klasifikasi dalil, orang-orang yang dibebani hukum

syara` sesuai dengan aplikasi dalil-dalil tersebut, orang-orang yang berhak (ahli) untuk

hukum syara`, serta orang-orang yang tidak berhak, kaidah-kaidah bahasa yang dijadikan

petunjuk oleh ahli fiqh untuk menetapkan hukum syara` dari nash, kaidah-kaidah dalam

menggunakan qiyas dan menetapkan titik persamaan (`illat jami`ah) yang diqiyaskan,

kemaslahatan yang diperhatikan oleh syara`, kaidah-kaidah umum yang dijadikan

landasan oleh qiyas, atau menjadikan qiyas sebagai hukum asal lantaran tidak ada nash

yang khusus mengqiyaskan hukum-hukum cabang15.

Juga meliputi pembahasan tentang maslahat yang bertentangan dengan qiyas yang

secara global disebut ihtihsan. Juga pemabahasannya menjelaskan tentang hukum-hukum

14 Prof Rahmat,Ushul Fiqh.(Bandung: Pustaka Setia,2007),1715 Ibid.,23

22

Page 24: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

syara` beserta tujuannya, pembagiannya, rukhsah, `azimah dan lain-lain sebagainya

sebagai kategori metodologi yang dipergunakan oleh ahli fiqh untuk menggali hukum

syara`.

Ilmu ushul fiqh selalu mengembalikan dalil-dalil hukum syara` kepada Allah

SWT. Karena pada dasarnya yang berhak menetapkan hukum-hukum syara` hanyalah

Allah SWT. Sedangkan dalil-dalil yang ada hanyalah berfungsi sebagai sarana untuk

mengetahui hukum-hukum Allah. Al-Qur`an-lah yang menyatakan hukum-hukum Allah

terhadap manusia, sementara Hadits berfungsi sebagai penjelas yang merinci al- Qur`an,

karena Rasulullah SAW tidak mengucapkan sesuatu menurut kemauan hawa nafsunya.

Sedangkan dalil yang lain adalah merupakan cabang (bagian) yang mengikut pada kedua

sumber tersebut.

Dalam kaedah landasan hukum yang dipakai dalam ilmu ushul fiqh secara urut

adalah sebagai berikut; al-Qur`an, al-Hadits, Ijma`, Qiyas, Istihsan, `Urf, Maslahah

Mursalah, al-Dzari`ah, Istihsab, dan syari`at umat terdahulu.16

Seorang mufti dapat mengeluarkan suatu fatwa apabila terpenuhi dua syarat

mutlak, yakni (1) orang tersebut harus dan memahami bahasa arab dengan sempurna dari

segala seginya; (2) orang tersebut mengetahui ilmu al-Qur`an dengan sempurna dari

segala seginya, yakni berkaitan dengan hukum-hukum yang dibawa oleh al-Qur`an dan

mengetahui secara persis cara-cara pengambilan hukum (istinbath al-hukmi) dari ayat-

ayat tersebut.

Fatwa merupakan hasil ijtihad para ahli (mujtahid dan mufti) yang dapat

dilahirkan dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Bentuk tulisan inilah yang dikenal dengan

fatwa-fatwa yang berharga untuk kepentingan umat manusia. Oleh karena itu, kaitan

antara ijtihad dengan fatwa sangat erat sekali, sebab ijtihad itu merupakan suatu usaha

yang masksimal pada ahli untuk mengambil atau meng-istinbath-kan hukum-hukum

tertentu, sedangkan fatwa itu hasil dari ijtihad itu sendiri. Kita tahu bahwa hukum Islam

yang berlandaskan al-Qur`an dan al-Hadits sebagian besar bentuknya ditentukan

berdasarkan hasil ijtihad para mujtahid yang dituangkan dalam bentuk fatwa keagamaan

oleh para mufti. Apabila tidak ada ijtihad maka tidak ada fatwa.

16 Ibid.,49

23

Page 25: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Kedudukan Fatwa MUI dalam Perspektif Hukum Positif

Secara hierarkhi dalam pengaturan perundangan dalam UU No. 10 Tahun 2004

adalah (1) Undang-Undang Dasar 1945; (2) Undang-Undang/ Perpu; (3) Peraturan

Pemerintah; (4) Peraturan Presiden; (5) Peraturan Daerah. Kalau dilihat secara hierarkhi,

maka posisi Fatwa tidak ada. Akan tetapi dalam sumber hukum kita dengan Pancasila

sebagai groundnorm bangsa secara falsafi demi kepastian hukum dengan mewujudkan

negara hukum.

Pada hakikatnya sumber hukum dapat dibedakan atas dua macam, yaitu; sumber

hukum materiil dan formil17. Sumber hukum materiil adalah beberapa faktor yang dapat

menentukan isi hukum. Diantara beberapa faktor yang dapat menentukan isi hukum,

yaitu faktor idiil dan riil. Faktor idiil adalah beberapa patokan yang tetap tentang keadilan

yang harus ditaati oleh pada pembentuk undang-undang maupun para pembentuk hukum

lainnya dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan faktor riil adalah hal-hal yang benar-

benar hidup dalam masyarakat dan merupakan petunjuk hidup bagi masyarakat yang

bersangkutan. Yang termasuk faktor riil ini adalah (1) struktur ekonomi dan kebutuhan

masyarakat; (2) adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang dan menjadi

pola tingkah laku yang tetap; (3) keyakinan tentang agama dan kesusilaan; (4) berbagai

gejala dalam masyarakat.

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber hukum formal adalah sumber hukum

ditinjau dari segi pembentukannya, yaitu perasaan hukum atau keyakinan hukum individu

dan pendapat umum yang menjadi faktor penentu dari isi hukum, sedangkan sumber-

sumber hukum formal, yaitu yang menjadi determinan formal membentuk hukum,

menentukan berlakunya hukum18.

Adapun sumber umum sumber hukum formal dapat dibedakan menjadi lima,

yaitu (1) undang-undang (statue); (2) kebiasaan dan adat (custom); traktat (treaty); (4)

yurisprudensi (case law, judge made law); (5) pendapat ahli hukum terkenal (doctrine).

Dalam keadaan yang sangat terbuka sebagai konsekuensi era reformasi dan dalam waktu

bersamaan dalam kondisi yang krisis seperti sekarang ini, hukum Islam atau fiqh

17 Dudu Duswar Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum; Sebuah Sketsa, PT. Refika Adhitama;Bandung, 2003, hal. 77-10218 Ibid.,

24

Page 26: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

mempunyai peran besar sebagai sumber hukum nasional. Arti sumber di sini akan

mengalami perkembangan yang sangat signifikan, bukan saja dalam sistem peradilan

yang sudah tegas dalam lingkungan peradilan agama, seperti selama ini. Namun juga

dalam sistem peradilan (meliputi materi hukum dan sistem kerja peradilan dalam rangka

supremasi hukum) yang lebih luas. Termasuk dalam konteks menempatkan fiqh sebagai

salah satu bentuk ilmu hukum dalam dunia hukum, yang dapat memberi arti bahwa fiqh

atau hukum Islam menjadi sumber kajian sekaligus sumber hukum matriil.19

Bukan pula hanya sekadar mentransfer fiqh yang merupakan produk beberapa

abad yang lalu. Tapi juga tidak berarti harus membuang begitu saja hasil pemikiran

fuqaha` masa yang silam. Pemikiran atau karya fuqaha` masa lalu merupakan living

knowledge yang sangat berarti bagi pemikir masa kini. Bahkan juga tidak mustahil kalau

juga menjadi sumber pemikiran sekarang, sebagai proses historical continuity dalam

tradisi akademik.20

Kalau menempatkan fiqh atau hukum Islam dalam jajaran sumber ilmu hukum

secara umum, maka dalam takaran oprasional atau hukum materiil, fiqh dapat dijadikan

sumber melalui beberapa jalur atau alur, antara lain adalah21; pertama adalah dalam

peraturan perundang-undangan.

Ini mencakup Undang-Undang Dasar, Undang- Undang/Peaturan Pengganti

Undang-Undang (perpu), Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan daerah;

bahkan peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga eksekutif, namun mempunyai kekuatan

legislasi. Di sini fiqh dapat berperan baik sebagai hukum materiil (esensi hukum) ataupun

fiqh dalam konteks etika atau moralitas hukum. Perlu kita sadari bahwa al-ahkam al-

khamsah itu pada dasarnya konsep etika atau moral, yang sangat mudah untuk berkiprah

dalam dunia ilmu hukum atau filsafat hukum. Dengan kata lain, kitab-kitab yang

membahas fiqh dapat diposisikan sebagai rechboek, di satu sisi; dan isinya yang

merupakan pendapat ahli hukum Islam dapat diposisikan sebagai doktrin atau pendapat

ahli hukum. Baik sebagai rechboek maupun sebagai doktrin, fiqh atau hukum Islam

dengan jelas dapat menjadi sumber pembuatan perundang-undangan.

19Qodry Azizy, Eklektisisme Hukum Nasional; Kompetensi Antara Hukum Islam dan Hukum Umum, Gama Media; Yogyakarta, 2004, hal. 247-52.20 Ibid.,21 Ibid.,

25

Page 27: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Kedua adalah sumber kebijakan pelaksanaan pemerintahan yang tidak secara

langsung dalam pengertian legislasi sebagaimana Peraturan Pemerintah; namun dalam

konteks kedisiplinan secara administratif, meskipun pada akhirnya berkaitan dengan nilai

legislasi pula. Bahkan dapat masuk dalam pengertian ini, yang dasarnya hanya Instruksi

Presiden.

Ketiga adalah yurisprudensi. Ini jelas sekali dengan sistem hukum yang dianut di

Indonesia bahwa setiap hakim dapat menjadi sumber hukum itu sendiri, terutama sekali

ketika hukum tertulis itu diwujudkan. Ungkapan bahwa hakim tidak boleh menolak untuk

memutuskan perkara dengan asalan hukum belum ada adalah kesempatan emas untuk

menjadikan fiqh disebut dengan ijtihad. Suatu Hadits yang sering dikutip dalam

pembahasan mengenai ilmu hukum Islam. Hakim dapat melakukan analogi dan

interpretasi hukum, sebagaimana biasa sekali dibahas dalam ilmu ushul fiqh dan ilmu

fiqh. Fiqh secara legal formal dapat dijadikan landasan dan pertimbangan hakim untuk

memberi putusan hukum.22

Keempat adalah sumber bagi penegak hukum, polisi, jaksa, dan pengacara. Kalau

kita amati perjalanan hukum di Indonesia tampak akan menuju pada kedudukan arbitrase.

Artinya, seorang Hakim akan mengeluarkan putusan hukum tidak lepas sama sekali dari

proses yang dilakukan oleh mereka yang berperkara, yang dalam hal ini melibatkan

secara langsung pengacara, jaksa, saksi, dan lainnya.

Kelima adalah sumber ilmu hukum atau filsafat hukum (jurisprudence atau

philosophy of law). Dengan arah kebijakan pembangunan hukum nasional yang kita

miliki, sebagaimana uraian cukup panjang diatas, sudah waktunya untuk meletakkan pada

posisi yang proporsional bahwa secara umum hukum Islam mempunyai kedudukan yang

sama dengan hukum barat. Akan tetapi, untuk masyarakat Indonesia dengan mayoritas

beragama Islam, seharusnya mempunyai kedudukan yang lebih besar juga, oleh karena

dapat ditempatkan pada posisi kesadaran umat Islam untuk mempraktekkannya.

Keenam adalah sumber hukum nilai-nilai budaya masyarakat dan sekaligus

sebagai sumber kebiasaan (customary law atau living law). Ini yang biasanya disebut

dengan pembudayaan nilai-nilai Islam atau Islam kultural. Dalam pembahasan ushul fiqh

22 Ibid.,

26

Page 28: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

dikenal istilah `urf (kebiasaan) dan `adah (adat), sehingga ada kaidah al`adah

muhakkamah (adat dapat dijadikan landasan penetapan hukum).

BAB III

PENUTUP

A. Upaya Penerapan dan Penegakan Hukum Islam di Indonesia

27

Page 29: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Proses demokratisasi yang melanda Indonesia di tahun 1997-an, telah memaksa

Rezim Orde Baru lengser dan digantikan era Reformasi. Lantas, diskursus tentang

penerapan hukum Islam di Indonesia, menjadi signifikan adanya di era reformasi.

Abdurrahman Wahid dan Amien Rais merupakan segelintir tokoh, di antara tokoh-tokoh

lainnnya, yang merespons gagasan penerapan hukum Islam di Indonesia. Meskipun

keduanya bukanlah teoritisi dan praktisi hukum, namun keduanya secara langsung atau

tidak, juga terlibat dalam diskursus mengenai penerapan hukum Islam dalam bingkai

kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.

Sebagian masyarakat muslim Indonesia menginginkan pemberlakuan hukum

Islam di Indonesia. Namun menerapkan hukum Islam atau menjadikan Indonesia sebagai

Negara Islam seperti Pakistan, Mesir dan lain lain tidaklah semudah membalikkan

telapak tangan. Indonesia merupakan Negara kesatuan. Negara yang berpenduduk

beraneka ragam warna kulit, agama, suku dan pendirian seseorang, maka dalam konteks

Negara Islam, mereka yang beragama lain tidak ingin diperlakukan secara diskriminatif.

Mengutip pendapat Hatta23 yang menegaskan bahwa dalam negara kesatuan

seperti Indonesia, masalah kenegaraan harus dipisahkan dari masalah agama. Selanjutnya

Supomo24 mengatakan adanya dua pendapat mengenai hal tersebut. Pertama, dari para

ahli agama menyatakan bahwa Indonesia haruslah menjadi Negara Islam, dan pendapat

kedua yang disarankan Hatta, suatu Negara kesatuan nasional yang memisahkan masalah

kenegaraan dari masalah keagamaan, dengan lain kata bukan Negara Islam. Menurut

Supomo perkataan Negara Islam lain artinya dengan perkataan ‘negara berdasar atas cita-

cita luhur dari agama Islam’.

Supomo juga mengingatkan agar jangan meniru negara lain di Timur Tengah

yang dianggap sebagai Negara Islam sebab berbagai kondisi dan latar belakangnya

berbeda. Di negara-negara Islam sendiri-mengutip pernyataan Supomo-juga terjadi

perbedaan, khususnya mengenai bagaimana syariah Islam harus disesuaikan dengan

kebutuhan internasional, dengan persyaratan masa kini, dengan pikiran modern. Jadi

kalau kita mendirikan Negara Islam, pertentangan pendirian  itu akan terjadi juga. Dalam

pandangan Muhammad ‘Abduh, syariah Islam bisa diubah melalui ijma’ asal tidak

bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Bahkan yang lebih radikal menurut ‘Ali

23M Imdadun Rahmat, Islam dan Indonesia. (Bandung : Rosdakarya ,2000),4024 Ibid.,

28

Page 30: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

‘Abd al-Raziq mengatakan bahwa agama terpisah dari hukum yang mengenai

kepentingan Negara.

Dan salah satu kelemahan besar umat Islam di Indonesia ialah tidak adanya

pemimpin Islam yang diterima oleh semua golongan. Islam Indonesia bukan ‘ummatan

wahidan’ –seperti yang disebut dalam Al-Qur’an- tetapi umat yang “kamu kira mereka

itu bersatu sedang hati mereka berpecah-belah”.

Bagaimana mungkin Pancasila dirubah kepada hukum Islam sementara umat

Islam sendiri dalam keadaan berpecah-belah. Kalau kita baca sejarah, perpecahan-

perpecahan yang terjadi justru sangat erat hubungannya  dengan umat Islam Indonesia.

Terutama sejak institusi besar seperti partai, sampai himpunan terkecil seperti Dewan

Keluarga Masjid.

Seperti Syarikat Islam berkembang dengan memobilisasikan berbagai kekuatan

Islam dan mencapai puncaknya dalam pertikaian internal. Masyumi dimulai dengan

mempersatukan umat Islam dan berakhir dengan perpecahan. Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) berusaha mengumpulkan berbagai partai Islam dalam satu wadah

dan mengisi kegiatannya dengan perpecahan dan kehancuran (sehingga ada yang

menyebut PPP bukan partai, bukan persatuan, dan bukan pembangunan) .  Pada tataran

intelektual, kita melihat pertentangan antara pemikir kelompok yang memandang Islam

sebagai alternatif dengan kelompok pemikir yang melihat Islam hanya sebagai suplemen

saja; antara kaum tradisionalis, modernis, dan “fundamentalis”; antara orang yang ingin

“mengindonesiakan” Islam dengan orang yang ingin “mengislamkan” Indonesia25.

B. Beberapa Fatwa MUI

Fatwa MUI Tentang Merokok

Akhir-akhir ini merak keluar desakan untuk MUI mengeluarkan Fatwa Merokok

itu HARAM.Mengapa merokok haram? selama ini merokok hukumnya adalah

makruh lebih condong ke haram, tetapi tidak haram.Selasa 12 Agustus 2008 dari

dewan syariah MUI menyampaikan fatwa terbarunya tentang merokok, yaitu :

“Merokok Hukumnya adalah HARAM bagi anak-anak dibawah usia 17 Tahun”

25 Ibid.,

29

Page 31: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Ada beberapa alasan yang melatar belakanginya, antara lain :

4. Selama ini hukum merokok makruh cenderung atau lebih dekat ke haram

5. Larangan pemerintah melalui PP/Perda yang sudah ada dan berlaku sampai

sekarang tidak banyak yang mengindahkannya atau banyak di langgar. Misalnya

larangan merokok di taman atau di ruang tertentu yang dikeluarkan pemda, masih

juga ada yang merokok di ruang tersebut. (di UII masih adakah merokok di

tempat umum?)

6. Perokok khususnya anak-anak tidak ada manfaatnya sedikitpun, dll

Fatwa MUI Tentang Facebook

MUI menyatakan bahwa FaceBook bisa menjadi haram dan tidak haram.

Menurut mereka, FaceBook haram tergantung dari cara pemakaian. Kalau tujuan

baik dan benar, maka tak ada larangan menggunakannya, tapi sebaliknya, bila

untuk tujuan negatif maka haram.

Jadi itu semua juga kembali kepada kita sebagai pengguna dari facebook,

jika kita mempunyai keinginan untuk menggunakan facebook untuk melakukan

aktifitas yang negatif mungkin saja kita dapat mengatakan bahwa facebook itu

haram, dan jika kita menggunakan facebook dengan menjalin tali silaturahmi

antar sesama maka facebook mungkin belum dapat dikatakan haram

Fatwa MUI Tentang Perubahan Arah Kiblat

Tentang diktum dari fatwa MUI No. 03 Tahun 2010 tentang Kiblat

disebutkan, pertama, tentang ketentuan hukum. Dalam kententuan hukum tersebut

disebutkan bahwa: (1) Kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat ka’bah adalah

menghadap ke bangunan Ka’bah (ainul ka’bah). (2) Kiblat bagi orang yang shalat dan

tidak dapat melihat Ka’bah adalah arah Ka’bah (jihat al-Ka’bah). (3). Letak georafis

Indonesia yang berada di bagian timur Ka’bah/Mekkah, maka kiblat umat Islam

Indonesia adalah menghadap ke arah barat.

30

Page 32: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

Kedua, rekomendasi. MUI merekomendasikan agar bangunan masjid/mushalla di

Indonesia sepanjang kiblatnya menghadap ke arah barat, tidak perlu diubah, dibongkar,

dan sebagainya.

Fatwa MUI Tentang Obat Anti Haid saat Haji

Para ulama melihat hal ini menjadi rukhsah bagi para wanita pada saat pelaksanaan

ibadah haji. Penggunaan terapi hormonal diperbolehkan. Bahkan Majelis Ulama

Indonesia secara tegas telah mengeluarkan fatwa dengan tanggal 12 Januari 1979 yang

menyebutkan, bahwa penggunaan obat anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji

hukumnya adalah mubah.

Fatwa MUI Tentang Aliran Ahmadiyah

Menegaskan kembali keputusan fatwa MUI dalam Munas II Tahun 1980 yang

menetapkan bahwa Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan,

serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam)’

Bagi mereka yang terlanjur mengikuti Aliran ahmadiyah supaya segera kembali

kepada ajaran Islam yang haq (al-ruju’ ila al-haqq), yang sejalan dengan al-Qur’an dan

al-Hadis.Pemerintah berkewajiban untuk melarang penyebaran faham Ahmadiyah di

seluruh Indonesia dan membekukan organisasi serta menutup semua tempat kegiatannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/08/15/fatwa-haram-majlis-ulama-indonesia-

mui-tentang-rokok/

http://ibuprita.suatuhari.com/makalah/topics/penegakan-hukum-di-indonesia-antara-

hukum-positif-dan-hukum-islam

31

Page 33: Makalah Semester 5_SHI (Fatwa MUI)

http://media-islam.or.id/2007/09/26/fatwa-mui-ahmadiyah-qadiyan-sesat/

http://www.cybermq.com/berita/detail/Teknologi/708/fatwa-mui-facebook-haram-

http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=147:fatwa-

tentang-arah-kiblat&catid=1:berita-singkat&Itemid=50

http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=298:mui-

upayakan-pencegahan-terorisme-&catid=1:berita-singkat&Itemid=50

Rahmat,M Imadadun.2000. Islam dan Indonesia. Bandung : Rosdakarya

Rahmat,Prof.2007.Ushul Fiqh.Bandung: Pustaka Setia

Soejono Soekamto,Soejono.1989. Tata Negara dan Hukum Konstitusi, Jakarta: Media

Press

Sudi Prayitno,Sudi.2004. Peran Beberapa State Auxiliary Agencies Dalam Mendukung

Reformasi Hukum Di Indonesia.Jakarta: Kompas

32