makalah sdc.dock.docx

32
SINDROM CUSHING I.KONSEP TEORI A. Pengertian Definisi sindrom chusing dari beberapa sumber, antara lain : Syndrome Chusing: Gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukotirid plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (Latrogen). (William. F. Ganang, Fisiologis Kedokteran, Hal 364) Syndrome Chusing: Di sebabkan oleh sekresi berlebihan steroid adrenokortial, terutama kortisol. (IPD.Edisi III jilid I, hal 826) Syndrome Chusing: Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan anak, Edisi 15 hal 1979). B. Etiologi Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang

Upload: jorlanda-fanggidae

Post on 31-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah SDC.dock.docx

SINDROM CUSHING

I.KONSEP TEORI

A. Pengertian

Definisi sindrom chusing dari beberapa sumber, antara lain :

Syndrome Chusing: Gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukotirid

plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (Latrogen). (William. F. Ganang,

Fisiologis Kedokteran, Hal 364)

Syndrome Chusing: Di sebabkan oleh sekresi berlebihan steroid adrenokortial,

terutama kortisol. (IPD.Edisi III jilid I, hal 826)

Syndrome Chusing: Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara

abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan anak, Edisi 15 hal

1979).

B. Etiologi

Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang

berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal

berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan

sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang

mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut

penyakit cusing. (buku ajar ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945)

Klasifikasi penyebab sindrom chusing, antara lain:

1. Primary chusing syndrome

Terlampau banyaknya produksi cortison yang diakibatkan oleh adrenal

adenoma atau carsinoma.

2. Secondary chusing syndrome

Terlampau banyaknya produksi cortisol yang diakibatkan oleh adrenal

hyperplasia karena banyak sekali ACTH. Terlalu banyak produksi ACTH

dapat diakibatkan oleh :

Page 2: makalah SDC.dock.docx

a) Pituitary mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan

pituitary atau hypothalamus.

b) Peningkatan produksi ACTH yang berasal dari cetopic non-pituitary

(produksi hormon diluar pituitary), seperti pada bronchogenic

carsinoma, bronchial adenoma, pancreatic carsinoma.

3. Iatrogenic chusing syndrome

Kadar cortisol yang sangat tinggi sebagai akibat dari terapi glucocorticoids

yang berlangsung lama.

C. Patofisiologi

Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cushing adalah peninggian

kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi

klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan

glikokorikoid.

Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormone

Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah

kortisol.

Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah

ini:

1) Metabolisme protein dan karbohidrat.

Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada

protein, menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein

untuk mensistesis protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada

jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang. Secara klinis dapat

ditemukan:Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan

lambat.Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang

pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi dan menjadi

lemah.Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan

penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein

tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan

mudah terjadi fraktur patologis.Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan

Page 3: makalah SDC.dock.docx

merangsang glukoneogenesis dan menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer,

sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang

yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari

glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk

meningkatkan toleransi glukosa.Sebaliknya penderita dengan kemampuan

sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan

tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.

2) Distribusi jaringan adiposa.

Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh

(Obesitas). Wajah bulan (moon face), Memadatnya fossa supraklavikulare dan

tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas

atas dan bawag yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik

perupa penampilan Chusingoid.

3) Elektrolit, efek minimal pada elektrolit serum.

Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan

retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia

dan alkalosis metabolik.

4) Sistem kekebalan

Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah

pembentukan antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat

ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang

diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.Glukokortikoid mengganggu

pembentukan antibody humoral dan menghabatü pusat-pusat germinal limpa

dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.Gangguan respon

imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:

Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag Induksi

dan proleferasi limfosit imunokompeten. Produksi anti bodi,Reaksi

peradangan.Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.

Page 4: makalah SDC.dock.docx

5) Sekresi lambung

Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan . sekresi asam hidroklorida

dan pepsin dapat meningkat.Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh

steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.

6) Fungsi otak

Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini

ditandai dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan

episode depresi singkat.

7) Eritropoesis

Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan

peningkatan eritropoiesis.Namun secara klinis efek farmakologis yang

bermanfaat dari glukokortikoid adalah kemampuannya untuk menekan reaksi

peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid:Dapat menghambat hiperemia,

ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler.Menghambat pelapasan

kiniin yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis.Efeknya pada sel mast;

menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang

berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi.Penekanan

peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang

merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu

melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik.

(Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091).

D. Manifestasi Klinis

1. Rambut kepala menjadi tipis

2.   Wajah bulan (moon face)

3. Perubahan-Perubahan pada kulit

4.  Hirsutisme

5. Buffalo hump

6. Hipertensi

Page 5: makalah SDC.dock.docx

7. Disfungsi Gonad

8. Gangguan Psikologis

9. Kelemahan Otot,Mudah lelah

10. Osteoporosis akibat Katabolisme Protein yang berlebih

11. Haus dan poliuri

12. Gangguan tidur akibat dhiural kortisol

13. Nyeri punggung

E. Komplikasi

Komplikasi Cushing syndrome antara lain:

1. Diabetes

2. Pembesaran tumor hipofisis

3. Patah tulang karena osteoporosis

4. Tekanan darah tinggi

5. Batu ginjal

6. Infeksi berat

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Peningkatan kemih 17-hydroxycorticoids dan 17-ketogenic steroid.

2. Kadar kortisol yang berlebihan plasma.

3. Plasma ACTH meningkat.

4.  Penekanan deksametason tes, mungkin dengan pengukuran ekskresi kortisol urin,

untuk memeriksa:

Unsuppressed tingkat kortisol dalam menyebabkan sindrom Cushing oleh

tumor adrenal.

Ditekan tingkat kortisol pada penyakit Cushing disebabkan oleh tumor

hipofisis.

5. CT scan dan ultrasonografi menemukan tumor.

6. Pemeriksaan elektro kardiografi : untuk menentukan adanya hipertensi

7. Pemeriksaan darah lengkap eosinofil menurun

Page 6: makalah SDC.dock.docx

Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium Yang diperiksa HasilHormon / Metabolit 17 – hidroksikortikoid

(17 – OHCS) (plasma, urin)

17 – ketosteroid (17 – KS) (plasma, urin)

Naik

Naik

Sel darah Eosinofil Neutrofil

TurunNaik

Glukosa Darah Urin

NaikPositif

Pemeriksaan Penunjang

Bila data laboratorium masih meragukan, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis Sindrom Cushing.

Pemeriksaan Penunjang

Hasil

a. Foto rontgen tulang

b. – Pielografi– Laminografi

c. Arteriografi

d. Scanning

e. Ultrasonografi

f. Foto rontgen cranium

-     Osteoporosis terutama pelvis, cranium, costa, vertebra

-     Pembesaran adrenal (karsinoma)-     Lokalisasi tumor adrenal

-     Tumor

-     Hiperplasi

-     Tumor

-     Hiperplasi-     Tumor Hipofisis

G. Penatalaksanaan

Pengobatan syndrome chusing tergantung ACTH tidak seragam,bergantung

apakah sumber ACTH adalah hipofisis /Ektopik

1. Jika dijumpai tumor hipofis ,Sebaiknya diusahakan reseksi tumor transfeonida.

Page 7: makalah SDC.dock.docx

2. Jika terdapat bukti hiperfunggsi hipofisis namun tumor tidak ditemukan maka

sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis

3. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti

pemberian kortisol dosis fisiologis

4. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma adrenal,maka pengangkatan

neoplasa disusul kemoterapi pada penderita dengan karsinoma/terapi pembedahan.

5. Digunakan obat dengan jenis Metropyne,amino gluthemid yang bisa

mensekresikan kortisol. (Patofisiologis edisi 4 hal :1093)

1. Manajemen Kolaboratif

Focus manajemen medis adalah mengidentifikasi penyebab dan menyingkirkan

apa yang menyebabkan kelebihan kortisol. Pada sindrom chusing iatrogenic

(gangguan yang timbul akibat dari pengobatan), fokusnya pada pengendalian tanda

dan gejala apabila terapi dengan kortikosteroid tidak dapat dihentikan.

2. Medikasi

Ada dua kelompok obat yang dapat dipakai, yaitu obat yang bisa mencegah

produksi kortisol (mitotane) dan antagonis serotonin yang bisa mencegah keluarnya

ACTH (cyproheptadine)

3. Tindakan

Prosedur bedah dapat dilaksanakan, misalnya adenektomi hipofisis atau

hipofisektomi, adenektomi adrenal, dan adrenalektomi unilateral atau bilateral. Terapi

radiasi pada hipofisis dapat dilakukan apabila pembedahan tidak berhasil atau

pembedahan tidak dianjurkan.

4. Diet

Kalori, lipid, natrium dan kolesterol harus dibatasi. Modifikasi diet untuk

pasien dengan diabetes mellitus disesuaikan dengan kadar gula dalam darah.

Page 8: makalah SDC.dock.docx

II.KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data Dasar

Pengumpalan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh

dari hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan

korteks adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron.

Riwayat kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan

kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri. Detailnya pengkajian

keperawatan untuk klien dengan sindrom cushing mencakup:

a. Data Subjectif, berikut hal yang harus dikaji:

1) Perubahan proporsi tubuh, berat badab,distribusi bulu tubuh, rambut kepala

rontok atau menipis, pigmentasi kulit, memar, ekimosis, dan luka sulit sembuh

2)   Nyeri tulang, terutama nyeri punggun

3)   Riwayat infeksi pada kulit dan saluran pernapasan

4)   Data neurologis, misalnya tingkah laku, konsentrasi ingatan

5)   Asupan makanan dan cairan selama 24 jam

6) Peningkatan rasa haus dan nafsu makan

7) Perubahan haluaran urine

8) Data seksualitas. Wanita mengalami perubahan menstruasi, cirri-ciri

seksualitas sekunder, dan libido. Pria mengalami perubahan libido dan cirri-ciri

seksualitas sekunder

9) Pengetahuan mengenai proses penyakitnya dan diagnosis pengobatan.

b. Data objektif, berikut hal yang harus dikaji:

1) Adanya moon face, buffalo hump, obesitas trunkus, lengan dan kaki kurus,

hiperpigmentasi, striae, memar, ekimosis, dan luka yang belum sembuh.

2) Neurologis : ketepatan emosi dengan situasi, konsentrasi, dan ingatan.

3)   Kardiovaskuler : tekanan darah, berat badan, nadi, adanya edema, dan

distensi vena jugularis.

Page 9: makalah SDC.dock.docx

4)   Nutrisi : asupan makanan dan cairan

5) Musculoskeletal : massa otot, kekuatan, dan kemmpuan berdiri dari posisi

duduk

6)   Eliminasi : haluaran urine dan adanya glukosuria

7) Seksualitas : cirri-ciri seksual sekunder, jerawat, distribusi bulu-bulu tubuh,

dan rambut kepala.

2. Pemeriksaan Fisik

a) Sistem Pernapasan

Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi

intercouste hidung, pergerakan dada simetris

Palpasi    :  Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi    :  Suara sonor

Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas

tambahan ronchi wheezing

b) Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi     : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi      : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula

Perkusi      : Pekak

Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal

c) Sistem Pencernaan

Mulut         : Mukosa bibir kering

Tenggorokan: Tidak dapat pembesaran kelenjar tiroid

Limfe         : Tidak ada pembesaran vena jugularis

Abdoment :

I : Simetris tidak ada benjolan

P : Tidak terdapat nyeri tekan

P : Suara redup

A : Tidak terdapat bising usus

Page 10: makalah SDC.dock.docx

d) Sistem Eliminasi

Tidak ada gangguan eliminasi

e) Sistem Persyarafan

Composmentis (456)

f) Sistem Integument / ekstrimitas

g) Kulit

Adanya perubahan-perubahan warna kulit,berminyak,jerawat

h) Sistem Muskulus keletal

Tulang : Terjadi osteoporosis

Otot      : Terjadi kelemahan

i) genitalia : klitoris membesar, amenore

3. Pemeriksaan Penunjang

Uji diagnostic untuk gangguan ini adalah memeriksa adanya peningkatan

kortisol serum, hilangnya irama diurnal dari produksi kortisol, CT Scan, dan

ultrasuara untuk mengetahui adanya tumor adrenal. (Standar Perawatan Pasien;

Susan Martin Tucker, hal, 342)

Pada sindrom chusing iatrogenic, uji diagnostic yang dilakukan adalah:

Uji terhadap darah dilakukan untuk mengetahui:

1. Penurunan kadar kalium serum (hipokalemia)

2. Peningkatan natrium serum (hipernatremia)

3. Peningkatan bikarbonat serum dan pH (alkalosis)

4. Penurunan magnesium serum (hipomagnesemia)

5. Peningkatan aldosteron plasma

Uji terhadap urine dilakukan untuk mengetahui :

1. Penurunan berat jenis urine (urine encer)

Page 11: makalah SDC.dock.docx

2. Peningkatan protein urine

3. Peningkatan aldosteron urine.

4. Analisa Data

Data Pendukung Etiologi Masalah

DS :

-    Kelemahan secara

menyeluruh

DO :

-    kemampuan berdiri

dari posisi duduk

-    aktivitas dibantu

keluarga dan perawat

-    tirah baring

/imobilisasi

-  Tumor adrenokortikal,

hyperplasia adrenal, dan

tumor ekstra pituitary

-  sekresi kortisol

-  kadar kortisol dalam

darah

-  produksi protein

-  pembentukan energy

-  Intoleransi aktivitas

Intoleransi Aktivitas

DS :

-    Klien mengatakan ada

memar dan lukanya

sulit sembuh

DO :

-    Terdapat memar dan

ada luka yang belum

sembuh

-    Kelembapan kulit

-    Perubahan pigmentasi

-    Perubahan turgor

-   Tumor adrenokortikal,

hyperplasia adrenal, dan

tumor ekstra pituitary

-   sekresi kortisol

-   kadar kortisol dalam

darah

-   produksi protein

-   protein kulit hilang

-   kerusakan integritas kulit

Kerusakan integritas

kulit

DS :

-    penolakan terhadap

berbagai perubahan

-   Pemakaian obat

glukokortikoid dalam

Gangguan citra tubuh

Page 12: makalah SDC.dock.docx

actual

-    perasaan negative

mengenai bagian tubuh

(perasaan tidak

berdaya)

-    keputusasaan atau

tidak ada kekuatan

DO :

-    adanya moon face,

buffalo hump, obesitas

-    perubahan struktur

dan atau fungsi actual

jangka panjang

-   kadar kortisol dalam

darah

-   distribusi jaringan

adipose

-   Moon face, buffalo hump

-   Gangguan citra tubuh

DS :

-    Perubahan haluaran

urine

DO :

-    Haluaran urine dan

adanya glukosuria

-   Tumor adrenokortikal,

hyperplasia adrenal, dan

tumor ekstra pituitary

-   sekresi kortisol

-   kadar kortisol dalam

darah

-   Retensi natrium

-   Penumpukan cairan

-   Gangguan keseimbangan

cairan

Kelebihan volume

cairan

DS :

-    melaporkan nyeri baik

secara verbal maupun

nonverbal

DO :

-    posisi untuk

mengurangi nyeri

-    tingkah laku ekspresif

(gelisah, meringis, dan

-   Pemakaian obat

glukokortikoid dalam

jangka panjang

-   kadar kortisol dalam

darah

-   sekresi lambung

-   ulkus

-   nyeri

Nyeri

Page 13: makalah SDC.dock.docx

mengeluh)

-    perubahan dalam

nafsu makan

DS :

-     Keterbatasan

kemampuan untuk

melakukan

ketramppilan motorik

halus

DO:

-    Keterbatasan ROM

-   Tumor adrenokortikal,

hyperplasia adrenal, dan

tumor ekstra pituitary

-   sekresi kortisol

-   kadar kortisol dalam

darah

-   produksi protein

-   protein jaringan hilang

-   atropi otot

-   resti cedera

Resti Cedera

B. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme

protein.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium

5. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung

6. Resti cedera berhubungan dengan atropi otot

Page 14: makalah SDC.dock.docx

C. Intervensi Keperawatan

No

.

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan kelemahan

dan perubahan

metabolisme

protein. Yang

ditandai dengan :

DS :

-    Kelemahan

secara menyeluruh

DO :

-     kemampuan

berdiri dari posisi

duduk

-     aktivitas dibantu

keluarga dan

perawat

-     tirah

baring/imobilisasi

Setelah tindakan

keperawatan

diharapkan

toleransi aktivitas

baik, dengan

kriteria hasil :

-    klien

menunjukkan

kemampuan untuk

melakukan

aktivitasnya sendiri

-    Kaji tanda-

tanda intoleransi

-    Bantu untuk

memilih aktivitas

yang sesuai

dengan

kemampuan fisik,

psikologis dan

social

-    Bantu aktivitas

klien yang berarti

-    Pastikan

lingkungan aman

bagi

keberlangsungan

gerakan-gerakan

yang melibatkan

sejumlah besar

otot-otot tubuh

-       Adanya tanda-

tanda intoleransi

aktivitas, dapat

memudahkan

penentuan intervensi

selanjutnya

-       Aktivitas yang

sesuai dengan

kemampuan klien,

akan mengurangi

penggunaan

kekuatan otot yang

berlebihan

-       Mengurangi

penggunaan energi

yang berlebihan, dan

klien tidak cepat

capai

-       Mencegah jatuh,

fraktur dan cedera

lainnya pada tulang

dan jaringan lunak,

mencegah terbentur

pada sudut furniture

yang tajam.

Page 15: makalah SDC.dock.docx

2. Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan edema,

yang ditandai

dengan :

DS :

-    Klien

mengatakan ada

memar dan

lukanya sulit

sembuh

DO :

-    Terdapat memar

dan ada luka yang

belum sembuh

-    Kelembapan

kulit

-    Perubahan

pigmentasi

-    Perubahan turgor

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan keadaan

kulit membaik,

dengan kriteria

hasil

-    Memar hilang

-    Luka sembuh

-    Turgor kulit baik

-    Pigmentasi kulit

normal

-    Inspeksi kulit

terhadap

perubahan warna,

turgor, vaskular.

-    Pantau masukan

cairan dan hidrasi

kulit dan

membran

mukosa.

-    Inspeksi area

tergantung

edema.

-    Berikan

perawatan kulit.

Berikan salep

atau krim.

-    Anjurkan

menggunakan

pakaian katun

longgar.

-    Kolaborasi

dalam pemberian

matras busa.

-      Menandakan area

sirkulasi

buruk/kerusakan

yang dapat

menimbulkan

pembentukan

infeksi.

-      Mendeteksi

adanya

dehidrasi/hidrasi

berlebihan yang

mempengaruhi

sirkulasi dan

integritas jaringan

pada tingkat seluler.

-      Jaringan edema

lebih cenderung

rusak/robek.

-      Lotion dan salep

mungkin diinginkan

untuk

menghilangkan

kering, robekan kulit

-      Mencegah iritasi

dermal langsung dan

meningkatkan

evaporasi lembab

pada kulit.

-      Menurunkan

tekanan lama pada

Page 16: makalah SDC.dock.docx

jaringan.

3. Gangguan citra

tubuh

berhubungan

dengan perubahan

penampilan fisik,

yang ditandai

dengan:

DS :

-   penolakan

terhadap berbagai

perubahan actual

-   perasaan

negative mengenai

bagian tubuh

(perasaan tidak

berdaya,

keputusasaan atau

tidak ada kekuatan

DO :

-      adanya moon

face, buffalo

hump, obesitas

-      perubahan

struktur dan atau

fungsi actual

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan citra

tubuh kembali,

dengan kriteria

hasil :

-    Dapat

membicarakan diri

sendiri secara

positif

-    Klien

mengungkapkan

perasaan dan

metode koping

untuk persepsi

negatif tentang

perubahan

penampilan

-      Bina hubungan

saling percaya

-      Kaji tingkat

pengetahuan

pasien tentang

kondisi dan

pengobatan

-      Diskusikan arti

perubahan pada

pasien.

-      Anjurkan orang

terdekat

memperlakukan

pasien secara

normal dan bukan

sebagai orang

cacat.

-      Rujuk ke

perawatan

kesehatan.

Contoh:

kelompok

pendukung.

-      Dengan hubungan

saling percaya, klien

akan dapat

mengungkapkan

perasaannya dan

masalahnya

-      Mengidentifikasi

luas masalah dan

perlunya intervensi.

-      Beberapa pasien

memandang situasi

sebagai tantangan,

beberapa sulit

menerima perubahan

hidup/penampilan

peran dan

kehilangan

kemampuan control

tubuh sendiri.

-      Menyampaikan

harapan bahwa

pasien mampu untuk

mangatur situasi dan

membantu untuk

mempertahankan

perasaan harga diri

dan tujuan hidup.

-      Memberikan

bantuan tambahan

untuk manajemen

Page 17: makalah SDC.dock.docx

jangka panjang dari

perubahan pola

hidup.

4. Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

natrium, yang

ditandai dengan :

DS :

-       Perubahan

haluaran urine

DO :

-       Haluaran urine

dan adanya

glukosuria

          edema

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan dapat

menunjukkan

pulihnya volume

cairan, dengan

criteria hasil :

-     Menunjukkan

volume cairan

stabil, dengan

keseimbangan

pemasukan dan

pengeluaran, berat

badan stabil, tanda

vital dalam rentang

normal

-     Tak ada edema.

-      Ukur masukan

dan haluaran,

catat

keseimbangan

positif. Timbang

berat badan tiap

hari.

-      Awasi tekanan

darah.

-      Kaji derajat

perifer/edema

dependen

-      Awasi albumin

serum dan

elektrolit

(khususnya

kalium dan

natrium)

-      Batasi natrium

dan cairan sesuai

indikasi.

-       Menunjukan status

volume sirkulasi,

terjadinya/

perbaikan

perpindahan cairan,

dan respon terhadap

terapi.

Keseimbangan

positif/peningkatan

berat badan sering

menunjukkan retensi

cairan lenjut.

-       Peningkatan

tekanan darah

biasanya

berhubungan dengan

kelebihan volume

cairan tetapi

mungkin tidak

terjadi karena

perpindahan cairan

keluar area vaskuler.

-       Perpindahan

cairan pada jaringan

sebagai akibat

retensi natrium dan

air, penurunan

albumin dan

Page 18: makalah SDC.dock.docx

penurunan ADH.

-       Penurunan

albumin serum

memperngaruhi

tekanan osmotic

koloid plasma,

mengakibatkan

pembentukan

edema.

-       Natrium mungkin

dibatasi untuk

meminimalkan

retensi cairan dalam

area ekstravaskuler.

5. Nyeri

berhubungan

dengan

peningkatan

sekresi lambung,

yang ditandai

dengan :

DS :

-       melaporkan

nyeri baik secara

verbal maupun

nonverbal

DO :

-       posisi untuk

mengurangi nyeri

-       tingkah laku

ekspresif (gelisah,

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan,

diharapkan nyeri

berkurang/hilang,

dengan criteria

hasil:

-       Klien

mengatakan nyeri

hilang/berkurang

-       menunjukkan

postur tubuh rileks

-       mampu tidur

dengan tepat

-     Catat keluhan

nyeri, lokasi,

lamanya,

intensitas (skala

0-10)

-     Kaji ulang

faktor yang

meningkatkan

dan menurunkan

nyeri

-     Berikan makan

sedikit tapi sering

sesuai indikasi

untuk pasien

-     Berikan obat

sesuai indikasi.

Mis, antasida.

-        Nyeri tidak selalu

ada tetapi bila ada

harus dibandingkan

dengan gejala nyeri

pasien.

-        membantudalam

membuat diagnosa

dan kebutuhan

terapi.

-        makanan

mempunyai efek

penetralisir asam,

juga menghancurkan

kandungan gaster.

Makanan sedikit

mencegah distensi

dan haluaran gaster.

Page 19: makalah SDC.dock.docx

meringis, dan

mengeluh)

-       perubahan

dalam nafsu

makan

-        menurunkan

keasaman gaster

dengan absorbsi atau

dengan menetralisir

kimia

6. Resti cedera

berhubungan

dengan atropi

otot,yang ditandai

dengan :

DS :

-     Keterbatasan

kemampuan untuk

melakukan

ketrampilan

motorik halus

DO :

-     Keterbatasan

ROM

Setelah dilakukan

tidakan

keperawatan

diharapkan cedera

tidak terjadi,

dengan criteria

hasil:

-     Klien bebas dari

cedera jaringan

lunak atau fraktur

-     Klien bebas dari

area ekimotik

-     Klien tidak

mengalami

kenaikan suhu

tubuh, kemerahan,

nyeri, atau tanda-

tanda infeksi dan

inflamasi lainnya

-      Kaji tanda-

tanda ringan

infeksi

-      Ciptakan

lingkungan yang

protektif

-      Bantu klien

ambulasi

-      Berikan diet

tinggi protein,

kalsium, dan

vitamin D

-     Efek antiinflamasi

kortikosteroid dapat

mengaburkan tanda-

tanda umum

inflamasi dan

infeksi.

-     Mencegah jatuh,

fraktur dan cedera

lainnya pada tulang

dan jaringan lunak.

-     Mencegah terjatuh

atau terbentur pada

sudut furniture yang

tajam.

-     Meminimalkan

penipisan massa otot

dan osteoporosis.

BAB III

Page 20: makalah SDC.dock.docx

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik

gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar

yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis

farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.

Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol yang berlebihan, kelebihan

stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma

maupun carcinoma. Misalnya adenoma pada hipofisis.

Sindrom cushing juga dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka

panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang

berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom

cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat rangsangan belebihan oleh

ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.

B. Saran

Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep sindrom cushing serta dapat  melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: makalah SDC.dock.docx

Doenges, M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan

dan pendokumentasian perawatan pasien, edisi 3. Jakarta: EGC.

Price, S. A., 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Jakarta:

EGC.

Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran.

Bandung.

Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

http://alam414m.blogspot.com/2011/06/askep-sindrom-cushing.html

http://agungadiaryono.blogspot.com/2012/05/sindrom-cushing-

makalah.html#.UVb03lLM6o8

http://dhaniekim.blogspot.com/2011/05/askep-cushings-sindrom.html