makalah saru reyna.docx

28
KEGIATAN EKSPOR DALAM BISNIS INTERNASIONAL DAN CONTOH KASUS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Barang ekspor adalah barang yang dikeluarkan dari daerah pabean. Kegiatan ekspor akan meningkatkan devisa negara, untuk melakukan kegiatan ekspor suatu barang ke negara tertentu, diperlukan prosedur ekspor yang harus dilakukan sesuai dengan dasar hukum yang berlaku di setiap negara. Jika ekspor yang dilakukan tidak mengikuti prosedur dan tidak sesuai dengan dasar hukum yang mengatur kegiatan ekspor, maka si pengekspor akan dikenai sankasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Setiap negara memiliki peraturan dan ketentuan perdagangan yang berbeda- beda. Produk yang akan dipasarkan haruslah memiliki standar mutu yang baik (export quality) sehingga dapat memuaskan konsumen serta pengiriman barang yang tepat waktu yang dapat berdampak terhadap pemesanan secara reguler. Disamping itu eksportir haruslah mengerti selera konsumen negara tujuan ekspor. Ekspor sebagai kegiatan yang rumit dan juga melibatkan banyak pihak, tentu saja juga terdapat kasus ataupun konflik sehingga membuat ekspor menjadi terhambat. Di sini saya berusaha untuk menyampaikan salah satu contoh kasus yang sering terjadi ketika adanya kegiatan ekspor, yaitu dumping. Dumping merupakan

Upload: antho-kote

Post on 02-Jan-2016

158 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

4343

TRANSCRIPT

Page 1: makalah saru reyna.docx

KEGIATAN EKSPOR DALAM BISNIS INTERNASIONAL DAN CONTOH KASUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Barang ekspor

adalah barang yang dikeluarkan dari daerah pabean. Kegiatan ekspor akan meningkatkan devisa

negara, untuk melakukan kegiatan ekspor suatu barang ke negara tertentu, diperlukan prosedur

ekspor yang harus dilakukan sesuai dengan dasar hukum yang berlaku di setiap negara. Jika

ekspor yang dilakukan tidak mengikuti prosedur dan tidak sesuai dengan dasar hukum yang

mengatur kegiatan ekspor, maka si pengekspor akan dikenai sankasi sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Setiap negara memiliki peraturan dan ketentuan perdagangan yang berbeda-beda.

Produk yang akan dipasarkan haruslah memiliki standar mutu yang baik (export quality)

sehingga dapat memuaskan konsumen serta pengiriman barang yang tepat waktu yang dapat

berdampak terhadap pemesanan secara reguler. Disamping itu eksportir haruslah mengerti selera

konsumen negara tujuan ekspor.

Ekspor sebagai kegiatan yang rumit dan juga melibatkan banyak pihak, tentu saja juga

terdapat kasus ataupun konflik sehingga membuat ekspor menjadi terhambat. Di sini saya

berusaha untuk menyampaikan salah satu contoh kasus yang sering terjadi ketika adanya

kegiatan ekspor, yaitu dumping. Dumping merupakan suatu tindakan menjual produk-produk

impor dengan harga yang lebih murah dari harga dan ini merupakan pelanggaran terhadap

kesepakatan WTO. Kasus ini merupakan kasus antara Indonesia dan Korea. Di mana Indonesia

dituduh melakukan kegiatan dumping kertas oleh Korea Selatan, namun pada kenyataan hal itu

tidak benar dilihat dari data-data perekonomian Korea Selatan yang tidak berpengaruh sama

sekali terhadap adanya ekspor kertas ini.

1.2  Tujuan

Makalah ini dibuat untuk mempelajari dan memahami tentang ekspor dalam bisnis

internasional, selain itu makalah ini juga berisi contoh kasus ekspor yang mana biasa dan sering

Page 2: makalah saru reyna.docx

terjadi dalam melakukan kegiatan ekspor. Dan tidak kalah pentingnya, penulis membuat makalah

ini untuk memenuhi syarat kuliah yaitu tugas individu mata kuliah Bisnis Internasional.

1.3  Metode Penulisan

Makalah ini dibuat berdasarkan metode kepustakaan. Di dalam makalah ini pembahasan

atau inti sari dari makalah ini berasal dari beberapa referensi yang berkaitan dengan judul

makalah di atas. Serta menggunakan metode research yang di ambil dari beberapa sumber dari

media internet untuk menunj ang isi makalah yang akan dibahas.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekspor

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain

secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah

tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke

negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai

di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan

internasional, lawannya adalah impor. Ekspor adalah kegiatan perseorangan atau badan hukum

yang menjual barang ke luar negeri. Orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan ekspor

dinamakan eksportir. Tujuan dilakukannya kegiatan ekspor biasanya adalah untuk memperoleh

keuntungan. Sementara itu, tujuan dilakukannya ekspor bagi negara adalah untuk memperoleh

devisa negara dalam bentuk mata uang asing.

Barang-barang Ekspor

Pada prinsipnya semua produk/barang dapat diekspor, kecuali barang-barang yang

terlarang dan untuk tujuan pelestarian maupun karena aturan internasional.

 Barang/jasa terdiri dari 4 kelompok :

a.              Barang-barang yang diatur ekspor.

Dalam rangka mengikuti ketentuan internasional, menyangkut kesehatan, keselamatan,

keamanan, lingkungan hidup dan moral bangsa (K3LM), menjaga kelestarian alam dan

meningkatkan nilai tambah.

Page 3: makalah saru reyna.docx

b.              Barang-barang yang diawasi ekspornya.

     Dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menjaga kelestarian alam.

c.              Barang-barang yang dilarang ekspornya.

Dalam rangka menjaga kelangkaan, menyangkut kesehatan, keselamatan, keamanan,

lingkungan hidup dan moral bangsa (K3LM), kelestarian alam dan bernilai sejarah.

d.             Barang-barang yang bebas ekspornya.

Dalam rangka mendorong ekspor melalui pembukaan akses pasar peningkatan

diversifikasi produk.

2.2 Tujuan Kegiatan Ekspor

a. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang

lebih baik.

b. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar dalam negeri.

c. Memanfaatkan kelebihan komoditas yang dimiliki.

d.Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga mampu bersaing dengan negara

lain.

2.3 Pihak-pihak yang Berperan dalam Kegiatan Ekspor

Kegiatan perdagangan antarnegara lebih rumit daripada perdagangan di dalam negeri.

Hal ini karena perdagangan antarnegara melibatkan banyak pihak. Selain itu, ada perbedaan

bahasa, mata uang dan peraturan perdagangan di tiap-tiap negara. Para pelaku kegiatan ekspor

yaitu sebagai berikut:

a. Produsen Eksportir

Produsen Eksportir adalah perusahaan yang memproduksi barang-barang untuk diekspor.

Produsen eksportir tidak menggunakan jasa perantara yaitu pedagang ekspor. Perusahaan yang

bisa berperan sebagai produsen ekportir biasanya merupakan perusahaan besar atau berskala

internasional. Perusahaan ini biasanya sudah memiliki pasaran di luar negeri. Misalnya,

perusahaan di bidang tekstil, mebel, makanan kemasan dan elektronik.

Page 4: makalah saru reyna.docx

b. Pedagang Ekspor

Pedagang ekspor merupakan badan usaha yang diberi izin pemerintah untuk melakukan

kegiatan ekspor. Pedagang ekspor tidak memproduksi sendiri barang yang diekspornya, tetapi

menjual hasil produksi orang lain. Pedagang ekspor harus memiliki izin pemerintah dalam

bentuk surat pengakuan eksportir, disertai dengan kartu Angka Pengenal Ekspor (APE). Dengan

surat tersebut, pedagang ekspor diperbolehkan untuk melaksanakan ekspor komoditas sesuai

yang tercantum dalam surat tersebut.

c. Wisma Dagang

Wisma dagang merupakan suatu perusahaan ekspor yang besar dan dapat mengekspor

berbagai komoditas. Perusahaan ini mempunyai jaringan pemasaran di seluruh dunia. Wisma

dagang bisa bermula dari eksportir yang hanya mengekspor satu komoditas. Seiring

perkembangan usahanya, eksportir mampu mengekspor berbagai komoditas.

2.4 Prosedur atau Langkah-langkah dalam Proses Ekspor

Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam proses ekspor :

1. Mencari tahu terlebih dahulu apakah barang yang akan kita ekspor tersebut termasuk

barang yang dilarang untuk di ekspor, diperbolehkan untuk di ekspor tetapi dengan

pembatasan, atau barang yang bebas di ekspor (Menurut undang-undang dan peraturan di

Indonesia).

2. Memastika juga apakah barang kita diperbolehkan untuk masuk ke Negara tujuan ekspor.

3. Jika kita sudah mendapatkan pembeli (buyer), menentukan sistem pembayaran,

menentukan quantity dan spesifikasi barang, dll, maka selanjutnya kita mempersiapkan

barang yang akan kita ekspor dan dokumen-dokumennya sesuai kesepakatan dengan

buyer.

4. Melakukan pemberitahuan pabean kepada Pemerintah (Bea Cukai) dengan menggunakan

dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) beserta dokumen pelengkapnya.

5. Setelah eksportasi kita di setujui oleh Bea Cukai, maka akan diterbitkan dokumen NPE

(Nota Persetujuan Ekspor). Jika sudah terbit NPE, maka secara hukum barang kita sudah

dianggap sebagai barang ekspor.

6. Melakukan stuffing dan mengapalkan barang kita menggunakan moda transportasi udara

(air cargo), laut (sea cargo), atau darat.

Page 5: makalah saru reyna.docx

7. Mengasuransikan barang atau kargo kita (jika menggunakan term CIF)

8. Mengambil pembayaran di Bank (Jika Menggunakan LC atau pembayaran di akhir)

BAB III

CONTOH KASUS EKSPOR

Kasus Dugaan Dumping Terhadap Ekspor Produk Kertas Indonesia ke Korea

3.1  Latar Belakang

Negara-negara berkembang pada umumnya akan membantu industri domestiknya melalui

subsidi atau kebijakkan ekonomi berupa hambatan tariff atau non tariff untuk memasukkan

industrinya ke persaingan internasional apalagi dalam era Globalisasi teknologi dan informasi

seperti sekarang ini, Negara atau pemerintah akan berusaha mendorong industrinya untuk

bersaing di pasar internasional dan untuk bersaing perlu berbagai perbaikkan kualitas baik tenaga

kerja ataupun produk. Indonesia sebagai Negara berkembang pada umumnya akan memilih suatu

perusahaan domestic untuk di subsidi khususnya industri yang benar-benar menjadi ekspor

Indonesia. Dan selain itu, Indonesia juga mengambil kebijakkan ekonomi seperti penetapan

batasan impor, hambatan tariff dan non tariff dan kebijakan lainnya. Sama seperti negara lainnya,

Korea juga menetapkan kebijakan ekonomi anti dumping untuk melindungi Industri

domestiknya. Kali ini yang menjadi sasaran negara yang melakukkan dumping adalah Indonesia.

3.2  Kerangka Pemikiran

Untuk mengantisipasi terjadinya perselisihan dan kesalahan interpretasi, akibat tindakan

proteksi yang dilakukkan suatu negara dalam mendorong perekonomiannya, maka WTO

membuat aturan untuk penerapan subsidi mengingat masalah ini merupakan masalah yang sering

terjadi terkait masalah dumping dan terdapat dua macam aturan subsidi atau dukungan:

1. Dukungan atau subsidi yang membuat distorsi (trade distorting subsidies) dimana

negara anggota harus menetapkan level maksimum dan kemudian menguranginya pada tingkat

yang diperbolehkan;

2. Subsidi yang dianggap tidak mendistorsi atau non trade distorting sering disebut

sebagai Green Box, tidak ada jumlah maksimum yang ditentukan, sehingga Negara anggota

boleh menambah tanpa batas. Green Box merupakan pembayaran untuk misalnya perlindungan

lingkungan dan penelitian.

Page 6: makalah saru reyna.docx

Dalam subsidi yang mendistorsi atau Trade Distorting Subsidies (TDS) terdapat tiga

kategori:

1. AMS – aggregate measurement support atau sering disebut Amber Box, ini berkaitan

dengan intervensi harga dan dimasukkan sebagai yang paling mendistorsi.

2. De minimis, ini diperbolehkan sampai tingkat tertentu yang dihitung dari persentase

dari nilai produksi.

3. Blue Box, subsidi jenis ini dianggap mendistorsi tapi tidak sebesar Amber Box.

Selain aturan-aturan tersebut, WTO sendiri juga telah membentuk Dispute Settlement

Body (DSB) untuk mengantisipasi penyelesaian masalah yang terjadi diantara anggota-

anggotanya. Masalah terkait dengan pemberian subsidi dan kebijakkan proteksi adalah

Dumping. Dumping terjadi apabila produk-produk impor tersebut dijual dengan harga lebih

rendah daripada harga yang berlaku di pasaran. Untuk menerapkan anti dumping, badan

perdagangan suatu Negara harus membuktikan terlebih dahulu bahwa dumping tersebut

menyebabkan kerugian terhadap industri di negaranya. Mengingat relatif tingginya kasus

dumping, hendaknya negara mencermati dan mengantisipasi serta menghindari kemungkinan

adanya tuduhan dumping tersebut. Masalah ini adalah masalah yang sangat sering ditemui

seperti di India terbukti melakukan tuduhan dan penyelidikan antidumping atas 425 kasus, di

mana 316 kasus dikenakan BMAD, AS melakukan penyelidikan atas 366 kasus dan mengenakan

BMAD terhadap 234 kasus. Sementara itu, China melakukan penyelidikan atas 125 kasus di

mana 70 kasus di antaranya dikenai BMAD. Turki juga menyelidiki tuduhan praktek dumping

101 kasus bagi pengenaan 86 kasus BMAD. Sementara itu, Korsel mengenakan BMAD terhadap

46 kasus dari 81 kasus dumping yang diselidikinya.

Dumping dalam hal ini merupakan suatu tindakan melanggar kesepakatan yang telah

disepakati dan diratifikasi oleh subyek hukum Internasional. Yang dimaksud subyek hukum

internasional disini adalah semua subyek hukum yang mengatur aspek-aspek ekonomi baik yang

sifatnya nasional maupun internasional (termasuk hukum internasional publik dan hukum

perdata). Yang merupakan subyek hukum disini adalah negara yang harus memenuhi syarat

sebagai negara yakni memiliki penduduk, wilayah, pemerintah yang berdaulat, dan kemampuan

melakukan hubungan diplomatik dengan negara lain, Individu yang statusnya tergantung kepada

isi ketentuan perjanjian yang memberikan kedudukan tersebut karena kemampuan individu untuk

membuat kontrak atau perjanjian ekonomi (bisnis) dengan subyek hukum lainnya, selain itu

Page 7: makalah saru reyna.docx

Multi national Cooperation (MNCs) dan Organisasi Internasional (OI) yang memiliki definisi

yang melekat pada dirinya untuk menjadi subyek hukum internasional selain memiliki legal

personality yakni kemampuan untuk melakukan perjanjian atau kontrak dengan seubyek hukum

lainnya.

Mengingat dumping terjadi antar anggota WTO yang terdiri dari negara-negara berdaulat

berarti terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah ditetapkan di WTO yang menjadi

aturan bagi para anggota WTO untuk bertindak mengingat semua yang mengajukan diri untuk

menjadi anggota WTO harus menaati kesepakatan tersebut. Kesepakatan yang terbentuk antar

dua pihak atau lebih merupakan sumber hukum internasional yang dapat menjadi sumber Hukum

Ekonomi Internasional menurut Pasal 38 Ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional selain

kebiasaan inetrnasional, prinsip hukum yang diakui oleh negara bangsa, keputusan para hakim

dan ajaran ahli hukum.

3.3  Analisis Kasus

Salah satu kasus yang terjadi antar anggota WTO kasus antara Korea dan Indonesia,

dimana Korea menuduh Indonesia melakukan dumping woodfree copy paper ke Korsel sehingga

Indonesia mengalami kerugian yang cukup besar. Tuduhan tersebut menyebabkan Pemerintah

Korsel mengenakan bea masuk anti dumping (BMAD) sebesar 2,8 persen hingga 8,22 persen

terhitung 7 November 2003. dan akibat adanya tuduhan dumping itu ekspor produk itu

mengalami kerugian. Ekspor woodfree copy paper Indonesia ke Korsel yang tahun 2002

mencapai 102 juta dolar AS, turun tahun 2003 menjadi 67 juta dolar.

Karenanya, Indonesia harus melakukan yang terbaik untuk menghadapi kasus dumping ini, kasus

ini bermual ketika industri kertas Korea mengajukan petisi anti dumping terhadap 16 jenis

produk kertas Indonesia antara lain yang tergolong dalam uncoated paper and paperboard used

for writing dan printing or other grafic purpose produk kertas Indonesia kepada Korean Trade

Commision (KTC) pada tanggal 30 september 2002 dan pada 9 mei 2003, KTC mengenai Bea

Masuk Anti Dumping (BMAD) sementara dengan besaran untuk PT pabrik kertas Tjiwi Kimia

Tbk sebesar 51,61%, PT Pindo Deli 11,65%, PT Indah Kiat 0,52%, April Pine dan lainnya

sebesar 2,80%. Namun, pada 7 November 2003 KTC menurunkan BM anti dumping terhadap

produk kertas Indonesia ke Korsel dengan ketentuan PT Pabrik kertas Tjiwi Kimia Tbk, PT

Pindo Deli dan PT Indah Kiat diturunkan sebesar 8,22% dana untuk April Pine dan lainnya

2,80%. Dan Indonesia mengadukan masalah ini ke WTO tanggal 4 Juni 2004 dan meminta

Page 8: makalah saru reyna.docx

diadakan konsultasi bilateral, namun konsultasi yang dilakukan pada 7 Juli 2004 gagal mencapai

kesepakatan.

Karenanya, Indonesia meminta Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement

Body/DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) membentuk Panel dan setelah melalui

proses-proses pemeriksaan, maka DSB WTO mengabulkan dan menyetujui gugatan Indonesia

terhadap pelanggaran terhadap penentuan agreement on antidumping WTO dalam mengenakan

tindakan antidumping terhadap produk kertas Indonesia. Panel DSB menilai Korea telah

melakukan kesalahan dalam upaya membuktikan adanya praktek dumping produk kertas dari

Indonesia dan bahwa Korea telah melakukan kesalahan dalam menentukan bahwa industri

domestik Korea mengalami kerugian akibat praktek dumping dari produk kertas Indonesia.

3.4  Penyelesaian Kasus

Dalam kasus ini, dengan melibatkan beberapa subyek hukum internasional secara jelas

menggambarkan bahwa kasus ini berada dalam cakupan internasional yakni dua negara di Asia

dan merupakan anggota badan internasional WTO mengingat keduanya merupakan negara yang

berdaulat. Dan kasus dumping yang terjadi menjadi unsur ekonomi yang terbungkus dalam

hubungan dagang internasional kedua Negara dengan melibatkan unsur aktor-aktor non negara

yang berasal dari dalam negeri masing-masing negara yaitu perusahaan-perusahaan yang

disubsidi oleh pemerintah untuk memproduksi produk ekspor. Dumping merupakan suatu

tindakan menjual produk-produk impor dengan harga yang lebih murah dari harga dan ini

merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan WTO. Indonesia meminta bantuan DSB WTO dan

melalui panel meminta agar kebijakan anti dumping yang dilakukan korea ditinjau kembali

karena tidak konsisten dengan beberapa point artikel kesepakatan seperti artikel 6.8 yang paling

banyak diabaikandan artikel lainnya dan Indonesia juga meminta Panel terkait dengan artikel

19.1 dari Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Disputes (DSU)

untuk meminta Korea bertindak sesuai dengan kesepakatan GATT dan membatalkan kebijakan

anti dumping impor kertas yang dikeluarkan oleh mentri keuangan dan ekonominya pada tanggal

7 november 2003.

Yang menjadi aspek legal disini adalah adanya pelanggaran terhadap artikel kesepakatan

WTO khususnya dalam kesepakatan perdagangan dan penentuan tariff seperti yang tercakup

dalam GATT dan dengan adanya keterlibatan DSB WTO yang merupakan suatu badan peradilan

bagi permasalahan-permasalahan di bidang perdagangan. Ini menegaskan bahwa masalah ini

Page 9: makalah saru reyna.docx

adalah masalah yang berada di cakupan Internasional, bersifat legal dan bergerak dalam bidang

ekonomi. Sifat legal atau hukumnya terlihat juga dengan adanya tindakan Retaliasi oleh

pemerintah Indonesia karena Korea dinilai telah bertindak ‘curang’ dengan tidak melaksanakan

keputusan Panel Sementara DSB sebelumnya atas kasus dumping kertas tersebut yang

memenangkan Indonesia dimana retaliasi diijinkan dalam WTO. Sekretaris Direktorat Jenderal

Kerja Sama Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan mengatakan dalam putusan

Panel DSB pada November 2005 menyatakan Korsel harus melakukan rekalkulasi atau

menghitung ulang margin dumping untuk produk kertas asal Indonesia. Untuk itu, Korsel

diberikan waktu untuk melaksanakan paling lama delapan bulan setelah keluarnya putusan atau

berakhir pada Juli 2006. Panel DSB menilai Korsel telah melakukan kesalahan dalam upaya

membuktikan adanya praktik dumping kertas dari Indonesia. Pengenaan tuduhan dumping kertas

melanggar ketentuan antidumping WTO. Korea harus menghitung ulang margin dumping sesuai

dengan hasil panel maka ekspor kertas Indonesia ke Korsel kurang dari dua persen atau

deminimis sehingga tidak bisa dikenakan bea masuk antidumping.

Panel Permanen merupakan panel tertinggi di WTO jika putusan Panel Permanen juga

tidak ditaati oleh Korsel, Indonesia dapat melakukan retaliasi, yaitu upaya pembalasan atas

kerugian yang diderita. Dalam retaliasi, Indonesia dapat mengenakan bea masuk atas produk

tertentu dari Korsel dengan nilai kerugian yang sama selama pengenaan Bea Masuk Anti-

Dumping (BMAD). Korean Trade Commision yang merupakan otoritas dumping Korsel

mengenakan BMAD 2,8-8,22 persen terhadap empat perusahaan kertas, seperti yang telah

disebutkan diatas yaitu PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills, PT

Indah Kiat Pulp & Paper, dan PT April Fine sejak 7 November 2003. Dalam membuat tuduhan

dumping, KTC menetapkan margin dumping kertas dari Indonesia mencapai 47,7 persen. Produk

kertas yang dikenakan BMAD adalah plain paper copier dan undercoated wood free printing

paper dengan nomor HS 4802.20.000; 4802.55; 4802.56; 4802.57; dan 4809.4816.

Dalam kasus ini, Indonesia telah melakukan upaya pendekatan sesuai prosedur terhadap

Korsel. Pada 26 Oktober 2006 Indonesia juga mengirim surat pengajuan konsultasi. Selanjutnya,

konsultasi dilakukan pada 15 November 2006 namun gagal. Korea masih belum melaksanakan

rekalkulasi dan dalam pertemuan Korea mengulur-ulur waktu. Tindakan Korsel tersebut sangat

merugikan industri kertas Indonesia. Ekspor kertas ke Korsel anjlok hingga 50 persen dari US$

Page 10: makalah saru reyna.docx

120 juta. Kerugian tersebut akan berkepanjangan sebab Panel juga menyita waktu cukup lama,

paling cepat tiga bulan dan paling lama enam bulan.

Kasus dumping Korea-Indonesia pada akhirnya dimenangkan oleh Indonesia. Namun

untuk menghadapi kasus-kasus dumping yang belum terselesaikan sekarang maka indonesia

perlu melakukkan antisipasi dengan pembuatan Undang-Undang (UU) Anti Dumping untuk

melindungi industri dalam negeri dari kerugian akibat melonjaknya barang impor. Selain itu,

diperlukan penetapkan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) dalam rangka proses

investigasi praktek dumping (ekspor dengan harga lebih murah dari harga di dalam negeri) yang

diajukan industri dalam negeri. selama ini, Indonesia belum pernah menerapkan BMADS dalam

proses penyelidikan dumping apapun padahal negara lain telah menerapkannya pada tuduhan

dumping yang sedang diproses termasuk kepada Indonesia. Padahal hal ini sangat diperlukan

seperti dalam rangka penyelidikan, negara yang mengajukan petisi boleh mengenakan BMADS

sesuai perhitungan injury (kerugian) sementara. Jika negara eksportir terbukti melakukan

dumping, maka dapat dikenakan sanksi berupa BMAD sesuai hasil penyelidikan. Karenannya,

pemerintah harus mengefektifkan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang merupakan

institusi yang bertugas melaksanakan penyelidikan, pengumpulan bukti, penelitian dan

pengolahan bukti dan informasi mengenai barang impor dumping, barang impor bersubsidi dan

lonjakan impor.

KESIMPULAN

Penjualan barang oleh eksportir keluar negeri dikenai berbagai ketentuan dan pembatasan

serta syarat-syarat khusus pada jenis komoditas tertentu termasuk cara penanganan dan

pengamanannya. Setiap negara memiliki peraturan dan ketentuan perdagangan yang berbeda-

beda. Produk yang akan dipasarkan haruslah memiliki standar mutu yang baik (export quality)

sehingga dapat memuaskan konsumen serta pengiriman barang yang tepat waktu yang dapat

berdampak terhadap pemesanan secara reguler. Disamping itu eksportir haruslah mengerti selera

konsumen negara tujuan ekspor. Kegiatan ekspor yang lancar akan ikut menyumbang

pendapatan negara dari sektor pajak ekspor disamping tentunya akan berdampak positif berupa

keuntungan yang diperoleh eksportir tersebut. Sementara itu untuk kasus dumping Indonesia –

Korea Selatan pada akhirnya dimenangkan oleh pihak Indonesia. Namun untuk menghadapi

Page 11: makalah saru reyna.docx

kasus-kasus dumping yang belum terselesaikan sekarang maka indonesia perlu melakukkan

antisipasi dengan pembuatan Undang-Undang (UU) Anti Dumping untuk melindungi industri

dalam negeri dari kerugian akibat melonjaknya barang impor.

REFERENSI Anindika, Ratya & Reed, R. Michael. Bisnis dan Perdagangan Internasional. 2008. Andi: Yogyakarta

Griffin, Ricky W & Pustay, Michael W. Bisnis Internasional Edisi Keempat Jilid 2. 2006. Indeks: Jakarta.

Tambunan, Tulus T H. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. 2004. Ghalia Indonesia: Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspor, 20.30

http://www.sumbarprov.go.id/detail_news.php?id=3771, 20.57

 http://www.wto18604.htm

 http://www.mediaindo.co.id/newsprint.asp?Id=79789&Jenis=a&cat_name=Polkam

 http://www.worldtradelaw.net/reports/wtopanels/korea-paperad(panel).pdf

http://www.bisnis.com/servlet/page?

_pageid=477&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&pared_id=514971&patop_id=W34

diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 22.15

Page 12: makalah saru reyna.docx

Pengaruh Perdagangan Internasional Terhadap Perekonomian Indonesia

Perdagangan Internasional            Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan suatu Negara

denagn Negara lain atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan.

Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh Negara maju saja, namun juga

Negara berkembang. Perdagangan internasional ini dilakukan melalui kegiatan ekspor

impor. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan

individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu

negara dengan pemerintah negara lain.

Dibanyak Negara, perdagangan internasional menjadi salah satu factor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun. Dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, social, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi dan kehadiran perusahaan multinasional.

Menurut Amir M.S, bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di

dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan

tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan

yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tariff, atau quota

barang impor.

Manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut:

1.    Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

2.    Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

3.    Memperluas pasar dan menambah keuntungan

4.    Transfer teknologi modern

Banyak factor pendorong suatu Negara melakukan perdagangan internasional,

diantaranya sebagai berikut :

Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan Negara.

Page 13: makalah saru reyna.docx

Adanya perbedaan kemampuan kepuasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi.

Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut

Adanya perbedaaan kekayaan sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,budaya dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatsan produksi

Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

Kebijakan-Kebijakan Perdagangan Internasiona

Tindakan-tindakan ini meliputi :

1. Tarif

Tarif adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor.

Tarif spesifik (Specific Tariffs) dikenakan sebagai beban tetap atas unit barang yang

diimpor. Misalnya $6 untuk setiap barel minyak). Tarifold Valorem (od Valorem Tariffs)

adalah pajak yang dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang

yang diimpor (Misalnya, tariff 25 persen atas mobil yang diimpor). Dalam kedua kasus

dampak tarif akan meningkatkan biaya pengiriman barang ke suatu negara.

  2. Subsidi Ekspor

Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau

perseorangan yang menjual barang ke luar negeri, seperti tariff, subsidi ekspor dapat

berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau Od Valorem (presentase dari nilai

yang diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan

mengekspor, pengirim akan mengekspor barang sampai batas dimana selisih harga

domestic dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi. Dampak dari subsidi ekspor

adalah meningkatkan harga dinegara pengekspor sedangkan di negara pengimpor

harganya turun.

              3. Pembatasan Impor

 Pembatasan impor (Import Quota) merupakan pembatasan langsung atas

jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan

memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan. Misalnya,

Amerika Serikat membatasi impor keju. Hanya perusahaan-perusahaan dagang

tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-masing yang diberikan jatah untuk

mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun, tak boleh melebihi jumlah maksimal yang

Page 14: makalah saru reyna.docx

telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap perusahaan didasarkan pada jumlah keju

yang diimpor tahun-tahun sebelumnya

4. Pengekangan Ekspor Sukarela

Bentuk lain dari pembatasan impor adalah pengekangan sukarela (Voluntary

Export Restraint), yang juga dikenal dengan kesepakatan pengendalian sukarela

(Voluntary Restraint Agreement=ERA). VER adalah suatu pembatasan (Kuota0 atas

perdagangan yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor.

Contoh yang paling dikenal adalah pembatasan atas ekspor mobil ke Amerika Serikat

yang dilaksanakan oleh Jepang sejak 1981.

VER pada umumnya dilaksanakan atas permintaan negara pengimpor dan disepakati

oleh negara pengekspor untuk mencegah pembatasan-pembatasan perdagangan

lainnya.

VER mempunyai keuntungan-keuntungan politis dan legal yang membuatnya

menjadi perangkat kebijakan perdagangan yang lebih disukai dalam beberapa tahun

belakangan. Namun dari sudut pandang ekonomi, pengendalian ekspor sukarela persis

sama dengan kuota impor dimana lisensi diberikan kepada pemerintah asing dan

karena itu sangat mahal bagi negara pengimpor. VER selalu lebih mahal bagi negara

pengimpor dibandingan dengan tariff yang membatasi impor dengan jumlah yang sama.

Bedanya apa yang menjadi pendapatan pemerintah dalam tariff menjadi (rent) yang

diperoleh pihak asing dalam VER, sehingga VER nyata-nyata mengakibatkan kerugian.

5. Persyaratan Kandungan Lokal

Persyaratan kandungan local (local content requirement) merupakan pengaturan

yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik, seperti kuota

impor minyak AS ditahun 1960-an. Dalam kasus lain, persyaratan ditetapkan dalam

nilai, yang mensyaratkan pangsa minimum tertentu dalam harga barang berawal dari

nilali tambah domestic. Ketentuan kandungan local telah digunakan secara luas oleh

negara berkembang yang beriktiar mengalihkan basis manufakturanya dari perakitan

kepada pengolahan bahan-bahan antara (intermediate goods). Di amerika serikat

rancangan undang-undang kandungan local untuk kendaraan bermotor diajukan tahun

1982 tetapi hingga kini berlum diberlakukan.

Page 15: makalah saru reyna.docx

6. Subsidi Kredit Ekspor

Subsidi kredit ekspor ini semacam subsidi ekspor, hanya saja wujudnya dalam

pinjaman yang di subsidi kepada pembeli. Amerika Serikat seperti juga kebanyakan

negara, memilki suatu lembaga pemerintah, export-import bank (bank Ekspor-impor)

yang diarahkan untuk paling tidak memberikan pinjaman-pinjaman yang disubsidi untuk

membantu ekspor.

             7. Pengendalian Pemerintah (National Procurement)

          Pembelian-pembelian oleh pemerintah atau perusahaan-perusahaan yang diatur

secara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri

meskipun barang-barang tersebut lebih mahal daripada yang diimpor. Contoh yang

klasik adalah industry telekomunikasi Eropa. Negara-negara mensyaratkan eropa pada

dasarnya bebas berdagang satu sama lain. Namun pembeli-pembeli utama dari

peralatan telekonumikasi adalah perusahaan-perusahaan telepon dan di Eropa

perusahaan-perusahaan ini hingga kini dimiliki pemerintah, pemasok domestic

meskipun jika para pemasok tersebut mengenakan harga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pemasok-pemasok lain. Akibatnya adalah hanya sedikit

perdagangan peralatan komunikasi di Eropa.

8. Hambatan-Hambatan Birokrasi (Red Tape Barriers)

       Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya secara

formal. Untungnya atau sayangnya, begitu mudah untuk membelitkan standar

kesehatan, keamanan, dan prosedur pabean sedemikian rupa sehingga merupakan

perintang dalam perdagangan. Contoh klasiknya adalah Surat Keputusan Pemerintah

Perancis 1982 yang mengharuskan seluruh alat perekam kaset video melalui jawatan

pabean yang kecil di Poltiers yang secara efektif membatasi realiasi sampai jumlah

yang relative amat sedikit.

Globalisasi ekonomi adalah kehidupan ekonomi global yang bersifat terbuka dan tidak

mengenal batas-batas territorial, atau kewilayahan antara daerah yang satu dengan

daerah yanglain. Disini dunia dianggap sebagai suatu kesatuan yang semua daerah

dapat terjangkau dengan cepat dan mudah. Sisi perdagangan dan investaris menuju

kea rah liberalisasi kapitalisme sehingga semua orang bebas untuk berusaha dimana

saja dan kapan saja didunia ini.

Page 16: makalah saru reyna.docx

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan

perdagangan, dimana negara-negara diseluruh dunia menjadi suatu kekuatan pasar

yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas territorial negara. Globalisasi

perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap

arus modal barang dan jasa.

Dampak Globalisasi Terhadap Perdagangan Internasional

     Dampak Positif :

1. Produksi global dapat ditingkatkan.

2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara.

3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri.

4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik.

5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.

Dampak Negatif :

1. Karena perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang menjadi lebih

bebas, sehingga dapat menghambat pertumbuhan sektor industri.

2. Dapat memperburuk neraca pembayaran.

3. Sektor keuangan semakin tidak stabil.

4. Memperburuk proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

 

Dampak Perdagangan Internasional Terhadap Perekonomian Indonesia

Perdagangan internasional membawa pengaruh yang cukup besar dalam

perekonomian Indonesia. Pengaruh tersebut ada yang bersifat positif, ada pula yang

negatif. Berikut ini beberapa dampak yang ditimbulkan dari pedagangan internasional.

 

1. Dampak Positif Perdagangan Internasional

Berikut ini beberapa dampak positif perdagangan internasional.

a.Saling membantu memenuhi kebutuhan antarnegara

Page 17: makalah saru reyna.docx

       Terjalinnya hubungan di antara negara-negara yang melakukan

perdagangan dapat memudahkan suatu negara memenuhi barang-barang kebutuhan

yang belum mampu diproduksi sendiri. Mereka dapat saling membantu mengisi

kekurangan dari setiap negara, sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi.

 b.Meningkatkan produktivitas usaha

Dengan adanya perdagangan internasional, kemajuan teknologi yang digunakan

dalam proses produksi akan meningkat. Meningkatnya teknologi yang lebih modern

dapat meningkatkan produktivitas perusahaan dalam menghasilkan barang-barang.

 c.Mengurangi pengangguran

Perdagangan internasional dapat membuka kesempatan kerja baru, sehingga

hal ini menjadi peluang bagi tenaga kerja baru untuk memasuki dunia kerja. Semakin

banyak tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan, maka pengangguran dapat

berkurang.

 d.Menambah pendapatan devisa bagi Negara

Dalam kegiatan perdagangan internasional, setiap negara akan memperoleh

devisa. Semakin banyak barang yang dijual di negara lain, perolehan devisa bagi

negara akan semakin banyak.

e.Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi

Adanya perdagangan antar negara memungkinkan suatu Negara untuk

mempelajari teknik produksi yang lebih efisien. Perdagangan luar negeri

memungkinkan Negara tersebut mengimpor mesin-mesin atau alat-alat modern untuk

melaksanakan teknik produksi dan cara produksi yang lebih baik.

2. Dampak Negatif Perdagangan Internasional

           Selain dampak positif, perdagangan internasional juga memberikan dampak

negatif bagi perekonomian Indonesia. Berikut ini beberapa dampak negatif dari

perdagangan internasional, yaitu:

Page 18: makalah saru reyna.docx

a.Adanya ketergantungan dengan negara-negara pengimpor

Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang yang tidak diproduksi dalam negeri,

pemerintah akan mengimpor dari negara lain. Kegiatan mengimpor ini dapat

mengakibatkan ketergantungan dengan negara pengimpor.

 b.Masyarakat menjadi konsumtif

Banyaknya barang-barang impor yang masuk ke dalam negeri menyebabkan

semakin banyak barang yang ada di pasar baik dari jumlah, jenis, dan bentuknya.

Akibatnya akan mendorong seseorang untuk lebih konsumtif, karena semakin banyak

barang-barang pilihan yang dapat dikonsumsi.

 c.Mematikan usaha-usaha kecil

Perdagangan internasional, dapat menimbulkan persaingan industri dengan

negara-negara lain. Industri yang tidak mampu bersaing tentu akan mengalami

kerugian, sehingga akan mematikan usaha produksinya. Dalam jangka panjang, hal ini

dapat menyebabkan pengangguran.

 d.Kualitas sumber Daya yang rendah

Rendahnya kualitas tenaga kerja dapat mengahambat perdagangan

internasional. Karena jika sumber daya manusia rendah, maka kualitas dari hasil

produksi akan rendah pula. Suatu Negara yang memiliki kualitas barang rendah, akan

sulit bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan oleh Negara lain yang kualitasnya

lebih baik.

 e.Pembayaran Antar Negara Sulit dan Risikonya Besar

 Pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional, Negara pengimpor

akan mengalami kesulitan dalam hal pembayaran. Apabila pembayaran dilakukan

secara langsung akan mengalai kesulitan. Selain itu juga mempunyai resiko yang

sangat besar.

Sumber : www.crayonpedia.org/mwId.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional

Page 19: makalah saru reyna.docx

Read more: http://gioakram13.blogspot.com/2013/04/pengaruh-perdagangan-internasional.html#ixzz2d4vCSnA0