g.2.7. wilayah takad saru - digilib.itb.ac.id · tabel data dengan menggunakan nilai kategori atau...
TRANSCRIPT
51
Fluktuasi anomali dan persentase karang di Takad SaruStatSoft-7
04OKT0329NOV03
24FEB0420APR04
15JUN0410AGU04
09OKT0401JAN05
01MAR0530APR 05
25JUN0520AGU05
18OKT0514JAN06
Waktu
-1,2
-1,0
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
Ano
mal
i
9,63
12,37
15,12
17,83
20,54
23,23
26,05
28,72
31,40
34,08
36,75
39,43
42,10
Per
sent
ase
Takad Saru(R) Anomali(L)
Fluktu asi anom ali dan pe rsentase karang di KotalStatSoft-7
04OKT0329NOV03
24FEB0420APR04
15JUN0410AGU04
09OKT0401JAN05
01MAR0530APR05
25JUN0520AGU05
18OKT0514JAN06
Waktu
-1,2
-1,0
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
Ano
mal
i
26,67
29,39
32,15
34,99
37,88
40,56
43,24
45,92
48,60
51,28
53,96
56,64
59,32
61,99
Per
sent
ase
Kotal(R) Anomali(L)
G.2.7. Wilayah Takad Saru
G.2.8. Wilayah Kotal
52
Fluktua si anomali d an persentas e karang di B atu LicinStatSoft-7
04OKT0329NOV03
24FEB0420APR04
15JUN0410AGU04
09OKT0401JAN05
01MAR0530APR05
25JUN0520AGU05
18OKT0514JAN06
Waktu
-1,2
-1,0
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
Ano
mal
i
11,91
16,35
20,69
25,51
29,86
34,46
39,04
43,40
48,16
52,51
56,90
61,46
66,56
Per
sent
ase
Batu Licin(R) Anomali(L)
Fluktuasi an omali dan persentase karang di Kelor StatSoft-7
04OKT0329NOV03
24FEB0420APR04
15JUN0410AGU04
09OKT0401JAN05
01MAR0530APR05
25JUN0520AGU05
18OKT0514JAN06
Waktu
-1,2
-1,0
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
Ano
mal
i
9,75
12,75
15,75
18,75
21,76
24,80
27,86
30,87
33,99
37,12
40,25
43,33
46,51
Per
sent
ase
Kelor(R) Anomali(L)
G.2.9. Wilayah Batu Licin
G.2.11. Wilayah Kelor
53
Fluktuasi anomali dan persentase karang di S.K. TakadStatSoft-7
04OKT0329NOV03
24FEB0420APR04
15JUN0410AGU04
09OKT0401JAN05
01MAR0530APR05
25JUN0520AGU05
18OKT0514JAN06
Waktu
-1,2-1,1-1,0-0,9-0,8-0,7-0,6-0,5-0,4-0,3-0,2-0,10,00,10,20,30,40,50,60,70,80,91,01,11,21,31,4
Ano
mal
i
7,07
9,05
11,03
13,00
14,98
17,02
19,02
20,96
23,00
24,90
26,91
28,84
30,72
Per
sent
ase
S.K. Takad(R) Anomali(L)
Fluktuasi anomali dan persentase karang di S.K. Ta njungStatSoft-7
04OKT0329NOV03
24FEB0420APR04
15JUN0410AGU04
09OKT0401JAN05
01MAR0530APR05
25JUN0520AGU05
18OKT0514JAN06
Waktu
-1,2-1,1-1,0-0,9-0,8-0,7-0,6-0,5-0,4-0,3-0,2-0,10,00,10,20,30,40,50,60,70,80,91,01,11,21,31,4
Ano
mal
i
0,00
3,08
6,11
9,11
12,18
15,25
18,31
21,33
24,45
27,52
30,59
33,66
Per
sent
ase
S.K. Tanjung(R) Anomali(L)
G.2.10. Wilayah S.K. Takad
G.2.12. Wilayah S.K.Tanjung
54
Fluktuasi anomali dan persentase karang di pem. T imurStatSoft-7
04OKT0329NOV03
24FEB0420APR04
15JUN0410AGU04
09OKT0401JAN05
01MAR0530APR05
25JUN0520AGU05
18OKT0514JAN06
Waktu
-1,2-1,1-1,0-0,9-0,8-0,7-0,6-0,5-0,4-0,3-0,2-0,10,00,10,20,30,40,50,60,70,80,91,01,11,21,31,4
Ano
mal
i
8,15
11,88
15,57
19,27
22,97
26,66
30,54
34,21
37,88
41,56
45,23
48,90
52,57
56,24
Per
sent
ase
Pem. T imur(R) Anomali(L)
Fluktuasi anomali dan persentase karang di Pem. BaratStatSoft
04OKT0329NOV03
24FEB0420APR04
15JUN0410AGU04
09OKT0401JAN05
01MAR0530APR05
25JUN0520AGU05
18OKT0514JAN06
Waktu
-1,2-1,1-1,0-0,9-0,8-0,7-0,6-0,5-0,4-0,3-0,2-0,10,00,10,20,30,40,50,60,70,80,91,01,11,21,31,4
Ano
mal
i
1,24
2,47
3,69
4,91
6,12
7,33
8,54
9,75
10,96
12,20
13,44
14,66
15,92
17,16
Per
sent
ase
Pem. Barat(R) Anomali(L)
G.2.13. Wilayah Pemuteran Timur
G.2.15. Wilayah Pemuteran Barat
55
Fluktuasi anomali dan persentase karang di TabuhanStatSoft-7
04OKT0329NOV03
24FEB0420APR04
15JUN0410AGU04
09OKT0401JAN05
01MA R0530APR05
25JUN0520AGU05
18OKT0514JAN06
Waktu
-1,2-1,1-1,0-0,9-0,8-0,7-0,6-0,5-0,4-0,3-0,2-0,10,00,10,20,30,40,50,60,70,80,91,01,11,21,31,4
Ano
mal
i
0,00
5,56
11,12
16,67
22,21
27,70
33,06
38,40
43,94
49,37
54,81
60,31
65,96
Per
sent
ase
Tabuhan(R) Anomali(L)
G.2.14. Wilayah Tabuhan
56
Lampiran H. Metode pengumpulan data terumbu karang
Penelitian yang dilakukan oleh Setiasih dkk., (2006) untuk mengetahui tutupan
karang (cover area) dilakukan dengan metode Line Intercept Transect (LIT) dan
quadrat transect setelah sebelumnya dilakukan survei manta taw. Kedua metode
ini dilakukan mengingat lokasi yang dikaji memiliki keunikan dan kekhasan
morfologi. Selain itu kedua metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan
sehingga perlu dikombinasikan untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Metode LIT
dapat digunakan untuk daerah survei yang luas dan dapat dilakukan dengan cepat
tetapi tidak akurat dalam mengidentifikasi koloni secara spesifik, sedangkan
metode kuadrat transek lebih banyak memakan waktu dan wilayah yang bisa
dikaji lebih kecil tetapi dapat mengidentifikasi koloni secara spesifik. Kedua
metode ini digabungkan untuk mendapatkan hasil yang lebih yang akurat.
H.1. Manta Taw
Manta taw merupakan salah satu metode untuk menggambarkan komunitas
terumbu karang di suatu wilayah kajian. Peralatan yang dibutuhkan dalam survei
ini adalah rol meter, peralatan scuba, alat tulis bawah air, tas nilon, palu dan pahat
untuk mengambil sampel karang yang belum bisa diidentifikasi, dan kapal
(Gambar 8.1). Pengukuran dilakukan dengan tingkat ketelitian mendekati
centimeter.
Gambar H.1. Metode Manta taw. (Sumber: Rogers et all., 1994)
Pada gambar diatas mendeskripsikan teknik Manta Tow dimana metode ini adalah
suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di belakang
57
perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung antara
perahu dengan pengamat. Dengan kecepatan perahu yang tetap dan melintas di
atas terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan melihat
beberapa obyek yang terlintas serta nilai persentase penutupan karang hidup
(karang keras dan karang lunak) dan karang mati. Data yang diamati dicatat pada
tabel data dengan menggunakan nilai kategori atau dengan nilai persentase
bilangan bulat. Untuk tambahan informasi yang menunjang pengamatan ini, dapat
pula diamati dan dicatat persen penutupan pasir dan patahan karang serta obyek
lain (Kima, Diadema dan Acanthaster) yang terlihat dalam lintasan pengamatan,
semua tergantung dari tujuan pengamatan yang akan dilaksanakan. Fernandes
(1989) melakukan pengumpulan data dengan cara pengulangan pada satu lokasi
yang sama dengan banyak obyek yang diamati dan pada akhirnya disarankan agar
teknik ini tidak digunakan untuk menghitung jumlah kelompok ikan (Sukmara,
dkk., 2001).
H.2. Metode Line In Transect (LIT)
Metode Manta Taw merupakan metode dasar untuk melakukan observasi lebih
lanjut dengan menggunakan Line Transect. Metode ini lebih teliti dan akurat
untuk menggambarkan ekosistem terumbu karang pada wilayah kecil dan rapat.
Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang
dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir,
lumpur), alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan
dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang (life form) dan dibolehkan bagi
peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus
atau spesies (Gambar 8.2). Pemilihan lokasi survei harus memenuhi persyaratan
keterwakilan komunitas karang di suatu pulau. Dalam penelitian ini satu koloni
dianggap satu individu. Jika satu koloni dari jenis yang sama dipisahkan oleh satu
atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian yang hidup dianggap sebagai
satu individu tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh di atas koloni yang
lain, maka masing-masing koloni tetap dihitung sebagai koloni yang terpisah.
58
Gambar H.2. Metode untuk mengetahui life form (Sumber: Reefcheck, 2004).
Metode ini dengan menggunakan transek yang dipasang pada tiap segmen yang
dikaji. Tiap segmen yang dikaji dipasang 3 transek dengan luas 25 m pada
kedalaman 3 dan 10 m. Penyelaman dilakukan untuk tiap 100 meter (Gambar
8.3.) dan disesuaikan dengan ketersediaan oksigen dalam tabung penyelaman. LIT
dilakukan setelah wilayah terumbu karang didaerah Bali Barat diketahui dengan
survei Manta taw pada tahun 2001, kedalamannya adalah 3 dan 10 meter di bawah
surut rendah. Pemilihan pedalaman ini berdasarkan pada :
1. Shallow ( 2-6 meter) 2. Midreff (> 6-12 meter)
Gambar H.3. Metode LIT (Sumber: ReefCheck, 2004)
Pada Gambar 8.3. dapat dilihat rentang penyelaman untuk mengidentifikasi
terumbu karang dan juga dapat mengidentifikasi spesies lain yang hidup bersama
terumbu karang. Metode ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penelitian.
Penyelaman dilakukan setiap 100 m dan juga disesuaikan dengan kondisi tabung
59
penyelaman. Setelah itu dilakukan lagi pengukuran dan identifikasi terumbu
karang serta komunitas lainnya. Penggunaan GPS untuk menentukan posisi awal
dan akhir sangat sulit dikarenakan kerapatan terumbu karang sehingga untuk
menentukannya dilakukan tagging pada terumbu karang.
H.3. Metode Transek Kuadrat
Metoda transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di
suatu perairan. Pada survei karang, pengamatan biasanya meliputi kondisi biologi,
pertumbuhan, tingkat kematian dan rekruitmen karang di suatu lokasi yang
ditandai secara permanen. Survei biasanya dimonitoring secara rutin. Pengamatan
didukung dengan pengambilan underwater photo sesuai dengan ukuran kuadrat
yang ditetapkan sebelumnya. Pengamatan laju sedimentasi juga sangat diperlukan
untuk mendukung data tentang laju pertumbuhan dan tingkat kematian karang
yang diamati. Adapun peralatan yang dibutuhkan adalah kapal kecil, peralatan
scuba, tanda kuadrat 1 m x 1 m dan sudah dibagi setiap 10 cm, kaliper, GPS dan
underwater camera. Data yang diperoleh dengan metoda ini adalah persentase
tutupan relatif, jumlah koloni, frekuensi relatif dan keanekaragaman jenis seperti
yang terlihat pada Gambar H.4.
Gambar H.4. Kategori dan persentase tutupan karang untuk menilai berapa persentase karang hidup, karang mati, karang lunak, pasir dan kerikil (Sumber: English et all., 1994 dalam Sukmara dkk., 2001).
60
Gambar diatas merupakan hasil metode kuadrat dimana prosesnya dilakukan
dengan membuat permanen transek dengan luas 1 meter kuadrat yang diletakkan
secara mendatar di daerah terumbu karang. Metode ini digunakan untuk mapping
coral colonies pada daerah yang kecil. Transek tersebut diletakkan pada
kedalaman 3 dan 10 meter di wilayah-wilayah yang dipilih untuk dikaji dan
sebelumnya disurvei kesesuaian alat terhadap kondisi lapangan. Wilayah yang
dikaji pada umumnya adalah diving site sehingga penanaman alat harus benar-
benar selektif karena mengganggu dari segi estetika. Dalam hal ini metode
kuadrat transek dilakukan di wilayah: Tanjung Gelap, Kelor, Utara Pulau, dan
Wreck/Garden Eel. Besarnya indeks pemutihan yang lebih besar dari 3 cm dicatat,
dilakukan dokumentasi, dan dianalisis.
H.4. Tagged Corals
Metode ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan positif dan negatif dari
terumbu karang. Metode ini biasanya dengan menggunakan bahan plastik dengan
bentuk dan warna yang berbeda yang berfungsi untuk memudahkan pengamatan.
Hal yang pertama kali dilakukan adalah dengan membuat peta kasar terumbu
karang sehingga diketahui wilayah-wilayah yang akan di tag. Koloni yang di
tagging harus diukur secara panjang, tinggi, dan luas (maximum length x height x
width). Kerusakan yang terjadi pada karang tersebut juga dicatat dan dilakukan
dokumentasi pada tiap lokasi survei.