makalah resusitasi.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH
RESUSITASI PADA BAYI
DI SUSUN OLEH :
DEWI SANTI PRATIWI
S.10.741
V D
AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2012
RESUSITASI PADA BAYI
A. Pengertian
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung
dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan
jantung dan menjamin ventilasi yang adekuat (Rilantono, 1999). resusitasi
mengandung arti harfiah “menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-
usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung
berlanjut menjadi kematian biologis. Tindakan ini merupakan tindakan kritis
yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem
pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem
tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6
menit).
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan
segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997).
Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis
yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat
membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi
kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis
(Hudak dan Gallo, 1997).
B. Mengapa di berikan resusitasi?
Tindakan resusitasi diberikan untuk mencegah kematian akibat asphiksia. Dan
bila pada bayi asphiksia berat yang tidak dilakukan tindakan resusitasi secara
benar akan meninggal atau mengalami gangguan system saraf pusat,misalnya
“cerebral palsy”, kelainan jantung misalnya tidak menutupnya “ductus
arteriosus”.
C. Kapan perlu resusitasi
Tiga hal penting dalam resusitasi :
1. Pernafasan :
Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1
menit. Nafas tersengal – sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan
misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal
biasanya 30 – 50 x / menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian
selanjutnya.
2. Frekuensi Jantung :
Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan
cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat.
Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi
denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya
dikalikan 10 = Frekuensi denjut jantung selama 1 menit). Hasil penilaian :
a. Apabila frekeunsi. > 100 x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan
dengan menilai warna kulit
b. Apabila frekuensi < 100 x / menit walaupun bayi bernafas spontan
menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
3. Warna Kulit :
Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi
kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila
terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena
peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin
yang dingin
Secara klinis keadaan apneu primer atau apneu sekunder sulit dibedakan.
Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi bayi dengan kondisi apneu, harus
dianggap bahwa bayi mengalami apneu sekunder dan harus segera dilakukan
resusitasi.
Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak,
jantung dan alat vital lainnya.
D. Tahapan Resusitasi
Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan pada bayi tidak menangis, napas
megap-megap dan warna kulit kebiruan saat bayi lahir yaitu melakukan
resusitasi langkah awal dan dapat juga di lanjutkan dengan resusitasi VTP
(ventilasi tekanan positip) apabila bayi belum juga dapat bernapas normal.
Tindakan resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal sebagai ABC
Resusitasi yaitu :
A. : Airway, mempertahankan saluran nafas terbuka meliputi kegiatan
meletakan bayi dengan posisi sedikit ekstensi, menghisap mulut dan
hidung bayi .
B. : Breathing, memberikan pernafasan buatan meliputi kegiatan melakukan
rangsang taktil untuk memulai pernafasan, melakukan ventilasi tekanan
positif dengan sungkup dan balon.
C. : Circulation, mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah meliputi
kegiatan mempertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada.
Resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera
sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997).
Tindakan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya
untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997).
Keterampilan melaksanakan tindakan resusitasi merupakan salah satu
kompetensi profesional yang harus dikuasai perawat dalam menghadapi
situasi kritis.
Metode kanguru menjaga bayi dari hipotermia (penurunan suhu badan di
bawah 36,5 derajat Celsius). Metode yang telah diujicobakan di sejumlah
daerah ini bisa diterima masyarakat dan mampu meningkatkan fungsi fisiologi
(suhu tubuh, detak jantung, dan pernapasan) sehingga menurunkan jumlah
kematian bayi. Suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang efisien dan
murah karena mampu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi.
D. Persiapan Resusitasi
1. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan yg akan terjadi pada ibu dan bayi.
2. Persiapan Tempat
a) Ruang bersalin & tempat melaksanakan resusitasi
b) Ruang yang hangat & terang
c) Tempat resusitasi dekat dengan lampu pemanas & rata tidak berangin.
N/b : lampu 60 – 100 w atau lampu petromak. Nyalakan lampu
menjelang persalinan.
3. Sebelum persalinan telah siap alat untuk persalinan & resusitasi.
a) Kain 1 : untuk mengeringkan bayi.
b) Kain 2 : untuk membungkus bayi
c) Kain 3 : untuk ganjal bahu bayi
d) Tabung & sungkup
e) Kotak resusitasi
f) ST & Jam atau pencatat waktu.
E. Tata Laksana Resusitasi pada Bayi Baru Lahir
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi,
tindakan resusitasi harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan akan
membahayakan bayi. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu
atau dekat perineum.
Tindakan Resusitasi Bayi Baru lahir dengan Tidak Bernapas atau Bernapas
Megap-megap
Tahap I : Langkah Awal
Langkah ini perlu dilakukan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru
lahir, 6 langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas
spontan dan teratur (Sambil melakukan langkah awal ini : Beritahukan ibu dan
keluarga, bahwa bayinya perlu pertolongan napas; Mintalah salah seorang
keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral, menjaga ibu dan
melaporkan bila ada perdarahan ). Adapun 6 langkah awal tersebut adalah :
1. Jaga Bayi tetap hangat :
Bagi bidan/Tenaga kesehatan yang sudah terbiasa :
a. Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu,
b. Bungkus bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat,
c. Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi.
Bagi bidan/tenaga kesehatan yang belum terbiasa melakukan tindakan di
atas, lakukan sbb :
a. Potong tali pusat di atas kain yang ada di bawah perineum ibu.
b. Letakkan bayi di atas kain 45 cm dari perineum ibu,
c. Bungkus bayi dengan kain tersebut,
d. Pindahkan bayi di tempat resusitasi
2. Atur posisi bayi
a. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
b. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
3. Isap Lendir, Gunakan alat penghisap lender De Lee dengan cara sbb :
a. Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung,
b. Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada
waktu memasukkan,
c. Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm ke
dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung ), hal itu dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba
berhenti bernapas.
4. Keringkan dan Rangsang bayi
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan sedikit tekanan.
b. Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernapas atau
tetap bernapas.
c. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
1) Menepuk atau menyentil telapak kaki,
2) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan
telapak tangan
5. Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain yang di bawahnya,
b. Bungkus bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi muka dan dada
agar bisa memantau pernapasan bayi,
c. Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
6. Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau
bernapas megap-megap ?
a. Bila bayi bernapas normal, berikan bayi kepada ibunya :
Letakkan bayi di atas dada ibu dan selimuti keduanya untuk
penghangatan dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu,
b. Anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelainya.
c. Bila bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap, mulai lakukan
ventilasi bayi.
Tahap II : VTP (Ventilasi Tekanan Positip)
Ventilasi adalah merupakan tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan
sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positip untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan atau teratur. VTP dengan
memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker,masker harus menutupi
hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri
bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 ± 60 x / menit.
Langkah-langkah :
1. Beritahu ibu dan keluarga bahwa bayinya masih belum dapat bernapas
dengan normal dan akan dilakukan tindakan selanjutnya
2. 6 Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut, hidung.
3. Melakukan ventilasi percobaan dua kali dengan tekanan 30 cm , bila dada
mengembang, lakukan tahap berikutnya.
a. Pompa balon sungkup untuk membuka alveoli paru agar bayi mulai
bernapas dan menguji apakah jalan napas bayi terbuka.
b. Lihat apakah dada bayi mengembang
c. Bila tidak mengambang (periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada
udara yang bocor. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah sedikit
ekstensi. Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir dan cairan
lakukan hisapan).
4. Melakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik, sampai bayi mulai menangis
dan bernapas spontan dan pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan
atau pompaan
5. Bila bayi bernafas ventilasi dihentikan, dan berikan bayi pada ibu untuk
disusui
6. Bila bayi belum bernapas ventilasi diulang sampai 2 menit dengan
melakukan penilaian setiap 30 detik. Ventilasi yang ketiga dan keempat
disambungkan dengan oksigen.
7. Hentikan ventilasi yang keempat dan lakukan penilaian lagi.
8. Bila bayi tidak bernapas selama 2 menit, resusitasi dilanjutkan dan bayi
segera dirujuk (selama merujuk tetap dilakukan VTP 20 kali dalam 30
detik).
9. Lakukan penilaian bayi yang meliputi warna kulit, pernafasan, dan detak
jantung setiap selesai VTP
10. Bila bayi tidak bernafas selama 20 menit resusitasi dihentikan, berikan
konseling terhadap ibu bahwa bayinya tidak dapat tetolong.
11. Bila bayi menangis, berikan pada ibu untuk disusui dan lakukan perawatan
bayi baru lahir normal.
12. Berikan asuhan pada ibu tentang perawatan bayi setelah dilakukan
Resusitasi, seperti :
a. Jaga temperatur tubuh bayi, baik dengan selimut ataupun didekap oleh
ibunya
b. Minta ibu untuk segera menyusukan bayinya
c. Cegah infeksi ikutan atau paparan bahan tidak sehat
d. Pantau kondisi kesehatan bayi secara berkala, termasuk kemampuan
menghisap ASI
e. Rujuk bila terdapat tanda-tanda gawatdarurat (demam tinggi, ikterus,
lemah, tidak dapat menghisap ASI, kejang-kejang)