makalah repoduksi

Upload: agustian-ian-s

Post on 05-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    1/27

    Reproduksi 2 Page 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Kelahiran bayi prematur merupakan masalah sosial ekonomi kesehatan masyarakat yang

    utama di negara maju maupun berkembang. Menurut penelitian Dwi Retnoningrum, kejadian

    bayi prematur di Indonesia tahun 2003 sebesar 90 per 1000 kelahiran. Di Amerika Serikat dan

    Amerika Utara kejadian kelahiran prematur ini mencapai 10% sedangkan di Inggris mencapai

    6,7% dari jumlah seluruh kelahiran. Definisi kelahiran bayi prematur dapat dikatakan sebagai

    berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram dan masa kehamilan kurang dari 37 minggu

    ( http://repository.usu.ac.id) .

    Sekitar 25 persen kasus kelahiran prematur terjadi tanpa disertai faktor risiko yang diketahui.

    Berbagai macam faktor telah dihubungkan dengan kelahiran bayi prematur. Keadaan ini dapat

    dipengaruhi oleh usia ibu hamil yang terlalu tua (>34 tahun) dan terlalu muda (

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    2/27

    Reproduksi 2 Page 2

    2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan bayi prematur?

    1.3Tujuan1.3.1 Tujuan Umum

    Menjelaskan tindakan asuhan keperawatan kasus berat badan lahir rendah pada bayi

    prematur dengan tepat.

    1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi definisi bayi prematur.2. Mengidentifikasi etiologi bayi prematur.3. Mengidentifikasi manifestasi klinis bayi prematur.4. Mengidentifikasi patofisiologi bayi prematur.5. Mengidentifikasi penatalaksanaan bayi prematur.6. Mengidentifikasi pemeriksaan diagnostik bayi prematur.7. Mengidentifikasi komplikasi bayi prematur.8. Mengidentifikasi prognosis bayi prematur.9. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada bayi premature.

    1.4ManfaatMenambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien

    dengan bayi prematur.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    3/27

    Reproduksi 2 Page 3

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Bayi baru lahir prematur adalah bayi yang dilahirkan sebelum umur gestasi 37 minggu.

    Karena dilahirkan sebelum waktunya maka ada beberapa risiko penyakit yang mungkin terjadi.

    Kebanyakan bayi dilahirkan pada usia kehamilan penuh yaitu sekitar 38-42 minggu, organ

    tubuhnya sudah berkembang sepenuhnya. Namun tak sedikit bayi yang lahir sebelum waktunya.

    Lebih dari 90 persen bayi prematur yang lahir dengan berat 800 gram atau lebih bisa bertahan

    hidup, sedangkan jika beratnya sekitar 500 gram atau lebih hanya memiliki 40-50 persen

    kesempatan hidup. Bayi yang lahir prematur memang memiliki risiko kesehatan karena organ

    tubuhnya belum berkembang secara optimal.

    Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37

    minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004)

    Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari mulai hari

    pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. (Nelson. 1998 dan

    Sacharin, 1996)

    Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara

    bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya

    peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.

    2.2 Klasifikasi

    a. Prematuritas murniMasa kehamilan kurang dari 37 minggug dengan BB sesuai dengan gestasi atau yang

    disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)

    b. Bayi small for gestasional age (SGA)Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga

    jenis

    1. Simetris (intrauterus for gestasional age)

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    4/27

    Reproduksi 2 Page 4

    Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang

    lama

    2. AsimetrisYaitu terjadi deficit nutrisi pada fase akhir kehamilan

    3. DismaturBayi yang beratnya kurang dari semestinya menurut masa kehamilannya (KMK) /

    Small for Gestasional Age (SGA)

    (Mitayani. Asuhan Keperawatan 2009)

    2.3 Etiologi

    1. Komplikasi obstetria. Multiple gestasionb. Incompetencec. Prematur rupture of membraned. Pregnancy induce hypertention (PIH)e. Plasenta previaf. Ada riwayat kelahiran prematur

    2. Komplikasi medisa. Diabetes gestasionalb. Hipertensi kronisc. Infeksi traktus urinarius

    3. Faktor ibua. Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum,

    perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan

    kardiovaskuler.

    b. Usia ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahundan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat.

    c. Keadaan social ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnyaprematuritas, hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan

    antenatal yang kurang.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    5/27

    Reproduksi 2 Page 5

    d. Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yangperokok.

    4. Faktor janinHidramnion/polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan janin.

    (Mitayani. Asuhan Keperawatan 2009)

    2.4 Manifestasi klinis

    1. Berat badan kurang dari 2500 gram.2. Panjang badan kurang dari 45cm.3. Lingkar dada kurang dari 30cm, lingkar kepala kurang dari 33cm.4. Masa gestasi kurang dari 37 minngu.5. Kepala lebih besar daripada tubuh.6. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.7. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering

    mendapat serangan apnea.

    (Mitayani. Asuhan Keperawatan 2009)

    2.5 Masalah yang terdapat pada pada bayi prematur

    1. Masalah FisiologisBayi baru lahir preterm berisiko karena system organ yang imatur dan kurangnya

    cadangan yang adekuat. Bayi baru lahir inikurang mengalami pertumbuhan dan

    perkembangan yang diperlukan untuk kelancaran adaptasi terhadap kehdupan ekstrauteri,

    yang membuatnya mengalami masalah kesehatan dan daya tahan. Berbagai masalah

    fisiologis merupakan dampak langsung dari hal tersebut.

    2. Masalah PernapasanSalah satu masalah yang paling umum adalah kesulitan bernapas dan paling sering

    disebabkan oleh sindrom distress pernapasan (RDS). Dalam kondisi ini paru-paru bayi belum

    berkembang sepenuhnya sehingga tidak cukup menghasilkan zat penting yang disebut

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    6/27

    Reproduksi 2 Page 6

    surfaktan. Untuk menanganinya biasanya bayi dibantu dengan mesin pernapasan atau

    ventilator untuk sementara atau penggunaan surfaktan buatan.

    Apnea adalah masalah kesehatan umum pada bayi prematur, hal ini terjadi karena kurang

    matangnya daerah di otak yang mengendalikan dorongan untuk bernapas. Biasanya bayi

    berhenti bernapas, denyut jantung yang berkurang dan kulit bisa menjadi pucat, ungu atau

    biru untuk sementara. Untuk menanganinya cukup merangsang bayi untuk memulai kembali

    bernapas, tapi jika terlalu sering terjadi kemungkinan diperlukan obat-obatan. Pencetus

    terjadinya apnea pada neonatus dicetuskan oleh gangguan sebagai berikut :

    1. Ketidakstabilan suhu2. Masalah system saraf pusat3. Obat(maternal atau janin)4. Infeksi5. Gangguan metabolic6. Asfiksia neonatus7. Distensi abdomen

    Semua bayi baru lahir yang beresiko harus dipantau dengan monitor apnea selama 2

    minggu pertama kehidupannya. Penggunaan stimulasi taktil dan perubahan posisi untuk

    menghindari obstruksi faring dengan hiperfleksi leher terbukti bermanfaat dalam menangani

    dan mencegah episode apnea. Teknik penatalaksanaan lain meliputi CAP nasal rendah

    sampai 5 H2O, tempat tidur air, dan stimulant pernafasan seperti teofilin atau kafein (Klaus

    et al, 1993 dalam Boback).

    3. Masalah GastrointestinalMaturitas saluran GI tercapai pada usia gestasi 36 sampai 38 minggu. Oleh karena itu,

    saluran GI pada bayi baru lahir preterm tidak sama fungsinya dengan saluran GI pada bayi

    yang baru lahir aterm. Faktor berikut ini yang mempengaruhi fungsi GI pada bayi preterm :

    a. Tidak ada koordinasi antara mengisap dan menelan sampai usia gestasi 34 sampai35 minggu.

    b. Sfingter jantung tidak adekuatc. Waktu pengosongan lambung lambatd. Penurunan absorpsi lemake. Pencernaan protein tidak komplet

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    7/27

    Reproduksi 2 Page 7

    f. Motilitas menurun atatu tidak terkoordinasi (Bucuvalas et al., 1992 dalamBoback)

    4. Masalah kardiovaskulerDefek kardiovaskuler yang paling banyak terjadi pada bayi preterm adalah duktus

    arteriosus. Ductus arteriosus adalah pembuluh darah pendek yang menghubungkan pembuluh

    darah utama untuk memasok dari paru-paru ke aorta (pembuluh darah utama yang

    meninggalkan jantung). Fungsinya pada bayi yang belum lahir adalah memungkinkan darah

    untuk melewati paru-paru, karena oksigen untuk darah berasal dari ibu. Pada bayi, pembuluh

    darah ini cukup panjang dan akan segera menutup setelah lahir. Tapi pada bayi prematur

    kadang tetap terbuka, sehingga menyebabkan kesulitan bernapas dan terkadang gagal

    jantung.

    5. Masalah HatiHati bayi baru lahir preterm yang belum sempurna menimbulkan masalah yang serius

    selama neonatus. Sekitar 80 persen bayi prematur mengalami kondisi hiperbilirubin. Pada

    bayi baru lahir preterm, kadar bilirubin meningkat dengan cepat dari bayi cukup bulan karena

    ketidakmampuan hati memproses bilirubin, sehingga mengembangkan penyakit kuning.

    Selain itu bilirubin yang tinggi juga bisa menyebabkan kerusakan otak, karenanya bayi

    prematur dengan penyakit kuning harus terus dipantau dan ditangani dengan cepat. Kadar

    protein serum lebih rendah, defisiensi faktor pembekuan darah,dan defisiensi konjugasi dan

    detoksifikasi obat tertentu semuanya terjadi akibat imaturitas hati.

    6. Masalah imunologiDari lima immunoglobulin utama (Ig), hanya IgM yang diproduksi oleh bayi baru lahir.

    IgG tidak menembus plasenta dengan jumlah yang cukup sampai usia gestasi 34 minggu, hal

    tersebut dapat membahayakan bayi baru lahir preterm.

    7. Masalah Sistem Saraf PusatTahap pertimbangan system saraf pada saat lahir bergantung pada tingkat maturitas. Janin

    telah memiliki sebagian besar neuronnya pada usia gestasi 18-20 minggu. Membran dasar

    kapiler otak berada pada ketabalan minimal dibandingkan otak orang dewasa. Fenomena ini

    mungkin merupakan sebuah faktor yang menyebabkan bayi baru lahir preterm mengalami

    perdarahan subependimial dan IVH.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    8/27

    Reproduksi 2 Page 8

    Masalah lain berhubungan dengan tingkat maturasi system saraf menurut jumlah minggu

    gestasi. Sedikit ekspresi wajah dapat diamati pada usia gestasi sebelum 30 sampai 32

    minggu. Sedikit tangisan spontan terjadi sebelum 30 sampai 32 minggu. Sejak saat ini, rasa

    lapar diekspresikan dengan tangisan. Mengisap non nutritive secara berirama dapat diamati

    hanya setelah usia gestasi 33 minggu. Sistem pendengaran mulai berfungsi dari gestasi 26

    minggu. Respons pendengaran yang konsisten dapat diamati pada usia gestasi 32 sampai 34

    minggu. Peningkatan gradual tonus otot terjadi sejalan dengan peningkatan usia gestasi.

    Sejalan dengan meningkatannya tonus otot, ekstremitas secara bertahap mengambil posisi

    fleksi. Perubahan postur dan sifat ekstremitas yang fleksibel ini merupakan bagian dari

    penilaian pengkajian usia gestasi. Pada usia 36 minggu, gerakan otot menjadi lebih

    terkoordinasi (Hack,1992 dalam Boback)

    8. Masalah GinjalPada bayi baru lahir preterm, ginjal dan struktur urinarius yang terkait belum cukup

    matur. Ginjal tidak dapat memekatkan urine dengan baik atau mengekskresi sejumlah besar

    cairan. Lebih lanjut lagi, ekskresi obat memerlukan waktu yang lebih lama. Efisiensi laju

    filtrasi glomerulus sejalan dengan usia gestasi. Kapasitas pendaparan ginjal rendah, dengan

    penurunan ekskresi bikarbonat dan asam, yang menyebabkan neonatus mengalami asidosis

    (Spitzer,1992 dalam Boback).

    Kulit bayi baru lahir preterm tipis, transparan dan diselimuti dengan verniks dalam

    jumlah besar. Terdapat laju kehilangan cairan yang tidak disadari (IWL) yang tinggi,

    terutama pada bayi baru lahir yang berusia kurang dari 30 minggu. Oleh karena itu, kulit bayi

    baru lahir preterm menyerap zat kimia dengan cepat sehingga tindakan pencegahan harus

    dilakukan dengan mengoleskan salep topical dan larutan yang menutupi kulit. Akhirnya,

    kulit sangat rentan terhadap kerusakan akibat perekat sehingga kecermatan harus dilakukan

    dalam hal jumlah dan jenis perekat yang digunakan untuk pemasangan monitor dan peralatanlain pada kulit. Penggunaan plester pada kulit harus dihindari sebisa mungkin, karena

    pelepasannya dapat mudah merusak epidermis yang rentan.

    9. Masalah Integumen

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    9/27

    Reproduksi 2 Page 9

    Mandi harus diminimalkan karena akan menghancurkan lapisan PH asam dri kulit.

    Daerah tonjolan tulang harus dilindungi dengan sering mengubah posisi, menggunakan kulit

    domba kasur air, dan balutan membrane semipermeabel, seperti Opsite atau Tegaderm

    (Loisel et al, 1994 dalam Boback).

    10.Masalah SuhuBayi baru lahir premature mengalami kesulitan untuk mengatur suhu tubuhnya. Faktor-

    faktor berikut ini meningkatkan masalah pengaturan suhu pada bayi baru lahir prematur :

    a. Penurunan insulasi lemakb. Pengurangan cadangan lemak coklatc. Perbandingan antara area permukaan yang luas terhadap berat badand. Asupan kalori yang tidak adekuate. Postur ekstremitas ekstensif. Kemampuan yang tidak efektif untuk meningkatkan konsumsi oksigeng. Kemnampuan pengaturan suhu yang belum sempurnah. Peningkatan kehilangan cairan yang tidak disadarii. Peningkatan kandungan air tubuh (Thomas, 1994 dalam Boback).

    2.6 Masalah kesehatan khusus pada bayi prematur

    Bayi baru lahir (preterm) beresiko mengalami masalah kesehatan khusus yang terjadi

    sebagai akibat langsung dari imaturitas dan kurangnya cadangan. Masalah kesehatan ini

    memerlukan pengkajian dan pengobatan yang cepat untuk meningkatkan kemungkinan hidup

    bayi tersebut. namun demikian, sekalipun dapat bertahan hidup, pengaruh ekonomi, emosional,

    dan jangka panjang berhubungan dengan pengobatan dan asuhan yang diperlukan.

    a. Sindrom Distres PernapasanSebelumnya disebut dengan membrane hialin, sindrom distress pernapasan tipe I adalah

    penyakit perkembangan bayi baru lahir preterm yang seusai dengan usia gestasi.

    Diperkirakan 20.000 30.000 BBL menderita RDS setiap tahun di amerika serikat. RDS

    merupakan penyebab gawat pernapasan yang paling banyak terjadi pada neonatus, hampir

    sebagian besar terjadi pada BBL premature. Meskipun kemajuan teknologi asuhan telah

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    10/27

    Reproduksi 2 Page 10

    memperbaiki prognosis BBL tersebut, RDS tetap menjadi penyebab utama kematian

    neonates.

    b. Displasia BronkopulmonalDysplasia bronkopulmonal (BPD) adalah gangguan paru kronis yang signifikan pada

    neonates. Etiologi dari gangguan ini bersifat multifactor, tetapi paling sering terjadi akibat

    imaturitas pulmonal, defisiensi surfaktan, cedera paru akut, toksisitas oksigen, dan

    bronkotrauma.

    c. PneumotoraksPneumotoraks adalah komplikasi yang mungkin terjadi pada ventilasi yang dibantu dan

    PEEp. Tanda-tanda klinisnya menunjukkan perburukan kondisi yang cepat dan tiba-tiba,

    terutama pada bayi baru lahir yang menderita penyakit pernapasan. Takipnea, ngorok, pucat,

    atau sianosis dapat terjadi. Bunyi napas berkurang, Apeks jantung dapat bergeser menjauh

    dari sisi paru yang terganggu. Bradikardia dan hipotensi dapat terjadi.

    d. Retinopati PrematuritasRetinopati premsturitas (ROP) adalah penyakit yang didapat yang menyebabkan cedera

    mata atau kebutaan pada bayi baru lahir yang berat badan lahirnya rendah. Meskipun

    pemberian oksigen dihubungkan dengan terjadinya penyakit ini, tapi faktor lain juga

    berperan pada terjadinya penyakit ini. Perburukan penyakit memiliki rentang dari dilatasi dan

    terpilinnya pembuluh darah retina sampai ablasio retina.

    e. Hemoragi IntraventrikularMasalah utama pada bayi baru lahir adalah Hemoragi Intraventrikular (IVH). IVH adalah

    penyebab utama kematian. Kerusakan pada bayi yang dapat bertahan hidup memiliki rentang

    dari tanpa kerusakan sampai kerusakan berat. IVH lebih sering terjadi pada laki

    laki, bayi

    baru lahir yang mengalami retardasi pertumbuhan,dan yang menderita RDS (Dietch, 1993

    dalam Boback). Gangguan ini bersifat multifactor dan dapat berhubungan dengan berbagai

    faktor intravascular, vascular, dan ekstravaskular.

    f. Duktus Arteriosus Yang Paten

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    11/27

    Reproduksi 2 Page 11

    Patensi duktus arteriosus lebih banyak terjadi pada bayi baru lahir preterm. Duktus

    arteriosus pada janin adalah penghubung antara arteri pulmonalis dan aorta, yang berfungsi

    sebagai pintas untuk paru dan kemungkinan sebagai penerima volume darah dari ventrikel

    kiri. Pada bayi baru lahir cukup bulan, duktus arteriosus menutup secara bertahap. Penutupan

    awal atau fungsional terjadi pada 24 jam pertama. Penutupan akhir atau anatomi jaringan

    terjadi dalam beberapa hari. Pada bayi baru lahir preterm, hal tersebut dapat terjadi, tetapi

    dengan waktu yang lebih lama, pada saat usia dan berat badan mendekati bayi baru lahir

    cukup bulan.

    g. Enterokolitis NekrotikansEnterokolitis Nekrotikan (NEC) , suatu penyakit pada neonates yang dicirikan dengan

    nekrosis usus. 80% klien menderita NEC adalah bayi baru lahir preterm dengan berat badan

    lahir rendah atau sangat rendah (MacKendrik et al.,1993 dalam Boback).

    2.7 Komplikasi

    a. Sindrom aspirasi mekonium ( menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi)b. Hipoglikemi simptomatikc. Penyakit membrane hialind. Asfiksia neonatorume. Hiperbilirubinemia

    2.8 Penatalaksanaan

    a. Pastikan bayi tetap terjaga hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti, dangunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan panas.

    b. Pantau frekuensi pernafasan, terutama dalam 24 jam pertama guna mengetahui sindromaspirasi mekonium/sindrom gangguan pernapasan idiopatik.

    c. Pantau suhu di sekitar bayi, jangan sampai bayi kedinginan.d. Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.e. Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding) yang berguna untuk mencegah

    hipoglikemi.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    12/27

    Reproduksi 2 Page 12

    f. Jika bayi sianosis atau sulit bernafas (frekuensi kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali permenit, beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong).

    g. Cegah terjadinya infeksi akibat immunoglobulin G (IgG) dari ibu ke janin terganggu.h. Periksa kadar gula darah setiap 8-12 jam.(Mitayani. Asuhan Keperawatan 2009)

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    13/27

    Reproduksi 2 Page 13

    WOC BBL PREMATUR

    Komplikasi Obstetri

    1. Multiple gestation2. Inkompeten3. Pregnancy induce hypertention (PIH)4. Plasenta previa5. Riwayat kelahiran prematur

    Komplikasi medis

    1. Diabetesgestasional

    2. Hipertensi kronis3. Infeksi traktus

    urinarius

    Factor ibu

    1. Penyakit penyerta2. Usia ibu3. Keadaan social ekonomi4. Kondisi ibu saat hamil

    Faktor janin

    1. Hidramnion2. Kehamilan ganda3. Kelainan janin

    Rahim ibu tidak

    mampu melindungi

    dan memenuhi nutrisi

    janin

    Kondisi janin dan fisik

    ibu melemah

    Kondisi kandungan

    sangat beresiko

    Mengganggu

    pertumbuhan dan

    perkembangan janin

    Imaturitas pada

    berbagai organ janin

    Terjadi persalinan

    sebelum waktunya

    Kehamilan tidak dapat

    dipertahankan

    Bayi Prematur

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    14/27

    Reproduksi 2 Page 14

    B1 B2 B3 B4 B5 B6

    Jalan nafas lebih

    sering kolaps dan

    mengalami obstruksi

    Defisiensi kadarsurfaktan pada

    bayi

    Penurunan

    jumlah alveoli

    fun sional

    MK : Gangguan

    Pertukaran Gas

    Perfusi ke

    jaringan dan

    organ

    terganggu

    Kapiler-kapiler

    mudah rusak

    Penurunan

    metabolisme

    tubuh

    Penurunan

    kemampuan untuk

    mencerna protein

    Ketidakmatura

    system ginjal

    Tidak bisa

    mengekskre

    metabolit, ur

    dan obat-

    obatan

    Aliran oksigen ke

    seluruh tubuh

    tidak maksimal

    MK : Pola

    nafas tidak

    efektif

    MK :Termoregulasi

    tidak efektif

    MK : nutrisi kurang

    dari kebutuhanMK : Resiko ti

    kekurangan vo

    cairan

    Ketidakmaturan

    sistem saraf

    pusat

    Terjadi

    kerusakan

    pada proses

    koagulasi

    Pusat

    pengaturan

    suhu di otak

    Kehilangan

    panas

    berlebih

    MK : Resiko

    perubahan suhu

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    15/27

    Reproduksi 2 Page 15

    BAB 3

    ASUHAN KEPERAWATAN

    Ny.W umur 24 tahun, seorang primigravida, datang ke Rumah Sakit Bersalin Aisyah

    pada tanggal 19 agustus 2011, Pukul 09.00 WIB. Ibu mengeluhkan rasa mulas dan nyeri perut

    bagian bawah dan mengeluarkan cairan pervaginam berupa lendir bercampur darah. Usia

    kehamilan 30 minggu. Ny.W mempunyai riwayat hipertensi kronis dan menderita diabetes saat

    hamil.Klien mengatakan takut dan cemas mengenai kondisi kandungannya.

    Tanggal Pengkajian : 23 Agustus 2011 Jam : 09.15 wib

    3.1 Pengkajian

    A.Data Subjektif

    I. Biodata

    Nama Ibu : Ny. W Nama suami : Tn. B

    Umur : 24 th Umur : 28 th

    Agama : Islam Agama : Islam

    Suku/Bangsa: Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia

    Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

    Alamat : Semolowaru Alamat : Semolowaru

    II. Keluhan Utama

    Ibu hamil anak pertama, usia kehamilan 30 minggu, ibu mengeluhkan rasa mulas dan

    nyeri perut bagian bawah dan mengeluarkan cairan pervaginam berupa lendir bercampur

    darah.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    16/27

    Reproduksi 2 Page 16

    III. Riwayat Menstruasi

    a. HaidMenarche : 13 th Teratur/tidak : tidak teratur

    Siklus : 28 hari Sifat darah : encer

    Lamanya : 7-9 hari Disminorhoe : tidak

    Banyaknya : 2 x ganti pembalut

    b. Status PerkawinanKawin : Iya 1x dengan suami sekarang

    Usia kawin pertama : 22 th

    Lamanya perkawinan 2 th

    c. Riwayat Kehamilan SekarangGPA : G1 P0 A0

    ANC : 1x di Bidan

    Imunisasi : Sudah mendapat TT1

    Keluhan : Ibu mengeluh nyeri di bagian perut bawah dan mengeluarkan cairan

    pervaginam lendir bercampur darah.

    d. Riwayat KbPernah mendengar tentang KB : pernah

    Pernah menjadi akseptor KB : pernah

    Alat kontrasepsi yang digunakan : tidak

    Alasan berhenti menjadi akseptor KB : ingin punya anak

    IV. Riwayat Kesehatan

    a. Penyakit pribdai yang pernah di alami : tidak adab. Operasi yang pernah dialami : tidak adac. Riwayat penyakit dalam keluarga : Hipertensi dan DMd. Keturunan kembar : tidak ada

    V. Data Kesehatan Sehari-hari

    a. Nutrisi makan : 3x sehari, porsi sedang (makan hanya seadanya)b. Eliminasi, pola BAB : 1-2x sehari, pola BAK : 5-10x seharic. Olahraga yang sering dilakukan : tidak pernah

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    17/27

    Reproduksi 2 Page 17

    d. Istirahat tidur siang : 2 jam, tidur malam : 7 jam, Personal hygiene mandi : 2xsehari, sikat gigi : setiap kali selesai makan

    VI. Data Psikososial

    a. Alasan datang ke petugas kesehatan : ingin memeriksakan kehamilannya dan ibu cemasdan gelisah jika harus menghadapi persalinan karena kehamilan yang kurang cukup bulan

    dan takut terjadi masalah pada janinnya.

    b. Harapan terhadap persalinan : normalc. Rencana tempat persalinan : Rumah sakitd. Persiapan yang telah di lakukan : biayae. Rencana menyusui : ASI ekslusiff. Rencana perawatan anak : rawat sendirig. Rencana jumlah anak : 2

    B. DATA OBJEKTIF

    I. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan umum : Kurang Baik TB : 155 cm

    Kesadaran : Composmentis BB Sebelum hamil : 50 kg

    TD : 140/90 mmHg(100/70mmHg) BB Saat hamil : 60 kg

    Nadi : 86 x/menit Temp : 36,2 C

    RR : 22 x/menit

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    18/27

    Reproduksi 2 Page 18

    II. Pemeriksaan Obstetrik

    a. InspeksiKepala: Rambut bersih tidak ada ketombe, mata konjungtiva merah muda dan

    sklera bening, tidak ada chloasma, mulut/gigi bersih tidak ada caries dan

    stomatitis, terdapat edema pada ekstremitas bawah.

    Leher: kelenjar tyroid tidak ada pembesaran, tumor tidak ada. Payudara:

    pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting susu menonjol, colostrum

    tidak ada.

    Perut: pembesaran perut sesuai umur kehamilan, linea nigra, striae livide.

    Ekstremitas tungkai simetris, edema ada pada ekstremitas bawah.

    Ada perdarahan pervaginam.

    b. Palpasii. Leopold I : TFU 3 jari bawah Px

    ii. Leopold II : Bagian terbesar janin berada disebelah kanan perut ibu danbagian terkecil janin berada di sebelah kiri ibu

    iii. Leopold III : Presentasi kepalaiv. Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP

    Mc Donald : TFU : 02 minggu

    TBJ : (TFU11) x 155 = (3011) x 155 = 2945 gram

    c. Auskultasii. Lokasi DJJ : 2 jari dibawah pusat disebelah kanan perut ibu.

    ii. Frekuensi DJJ :135 x/menitd. Perkusi

    Reflek patella ka/ki : + (positif)

    e. Pemeriksaan dalamPerineum : Tidak kaku

    Dinding Vagina : Cekung

    Ujung sacrum : Masih teraba

    Portio : Masih tebal

    Konsistensi : Lembut

    Pembukaan : 3 cm

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    19/27

    Reproduksi 2 Page 19

    Dilatasi serviks : 30%

    Ketuban : Cairan berkurang

    Penurunan kepala : Hodge III, 3/5

    III. Pemeriksaan Laboratorium

    HB : 11 gr %, Gol Darah : A, Urine Glukosa : (-), Protein : +2, Alb : 2,5 gr/dl

    3.2 Pemeriksaan fisik

    a. Sirkulasi1. Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120160 detik per

    menit)

    2. Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus (PDA)b. Pernapasan

    1. Dangkal, tidak teratur, terjadi pernapasan diafragmatik intermiten atau periodic (40-60 kali/menit)

    2. Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal,3. Adanya bunyi ampela pada auskultasi menandakan RDS

    c. Neurosensori1. Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena ketidakadekuatan

    pertumbuhan tulang mungkin terlihat.

    2. Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat,bibir atas tipis, dan dagu maju.

    3. Tonus otot tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas sertaketerbatasan gerak.

    d. Makanan/cairan1. Disproporsi berat badan dibanding panjang dan lingkar kepala.2.

    Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan.

    3. Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha.e. Keamanan

    1. Suhu berfluktuasi dengan mudah2. Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    20/27

    Reproduksi 2 Page 20

    3. Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali pusat denganwarna kehijauan.

    f. Seksualitas1. Labia minora mungkin lebih besar dari labia mayora dan klitoris menonjol.2. Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.

    3.3 Pemeriksaan diagnostik

    a. Jumlah darah lengkap : penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemiaatau kehilangan darah.

    b. Dektrosik : menyatakan hipoglikemic. Analisis gas darah (AGD) : menentukan derajat keparahan distress pernapasan bila ada.d. Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalsemiae. Bilirubin : mungkin meningkat pada polisitemiaf. Urinalisis : mengkaji homeostasisg. Jumlah trombosit : trombositopenia mungkin menyertai sepsish. EKG, EEG, USG, angiografi : defek congenital atau komplikasi.

    3.3 Analisa Data

    No Data Etiologi Masalah Keperawatan

    1. Data subjektif: ibu

    mengatakan bayi sering

    mengalami sesak nafas.

    Data objektif : defisiensi

    kadar surfaktan

    Imaturitas pada bayi

    Penurunan jumlah alveoli

    fungsional

    Defisiensi kadar surfaktan pada

    bayi

    Jalan nafas lebih sering kolaps

    dan mengalami obstruksi

    Gangguan pertukaran gas

    Gangguan pertukaran gas

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    21/27

    Reproduksi 2 Page 21

    2. Data subjektif: ibu

    mengatakan bayinya susah

    bernafas.

    Data objektif : RR=50x per

    menit

    Perfusi ke jaringan dan organ

    terganggu

    Aliran oksigen ke seluruh tubuh

    tidak maksimal

    Pola nafas tidak efektif

    Pola nafas tidak efektif

    3. Data subjektif : -

    Data objektif: tidak maturnya

    organ bayi

    Ketidakmaturan SSP

    Terjadi kerusakan pada proses

    koagulasi

    Termoregulasi tidak efektif

    Termoregulasi tidak efektif

    3.4 Diagnosa Keperawatan

    1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi,imaturitas otot arteriol pulmonal.

    2.

    Pola nafas inefektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan, keterbatasanperkembangan otot, kelelahan, depresi obat dan ketidak seimbangan metabolic

    3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan perkembangan system saraf pusatimatur.

    3.5 Intervensi Keperawatan

    1. Diagnose keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan denganketidakseimbangan perfusi ventilasi, imaturitas otot arteriol pulmonal.

    Kriteria hasil : mempertahankan kadar PO2/CO2 dalam batas normal,

    mendekati RDS minimal dengan penurunan kerja pernafasan dan tidak

    ada morbiditas.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    22/27

    Reproduksi 2 Page 22

    No TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

    1.

    2.

    3.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    Mandiri

    Tinjau ulang informasi yang

    berhubungan dengan kondisi bayi,

    seperti lama persalinan, tipe kelahiran,Apgar skor, dan obat-obatan ibu yang

    digunakan selama kehamilan ataukelahiran.

    Perhatikan usia gestasi, berat badan,dan jenis kelamin.

    Kaji status pernapasan, perhatikantanda-tanda distres pernapasan (mis.,

    takipnea, pernapasan cuping hidung,mengorok, retraksi, ronki, ataukrekels).

    Gunakan pemantau oksigen transkutan

    atau oksimeter nadi.

    Hisap hidung dan orofaring dengan

    hari-hati, sesuai kebutuhan.

    Pertahankan kenetralan suhu dengan

    suhu tubuh pada 36oC

    Pantau masukan dan keluaran cairantimbang berat badan sesuai indikasi

    berdasarkan protokol.

    Kolaborasi

    Pantau pemeriksaan laboratorium

    dengan tepat (Hb/Ht).

    Tinjau ulang seri sinar x dada.

    Persalinan yang lama meningkatkan risiko

    hipoksia, dan depresi penapasan dapat terjadi

    setelah pemberian atau penggunaan obat oleh ibu.

    (Catatan: Pemberian kosteroid pada ibu dalamminggu 1 kelahiran membantu mengembangkan

    maturitas paru bayi dan produksi surfaktan.)

    Neonatus lahir sebelum gestasi minggu ke-30dan/atau berat badan kurang dari 1500 g berisiko

    tinggi terhadap rerjadinya RDS.

    Takipnea menandakan distres pernapasan.Pernapasan mengorok menunjukkan upaya untuk

    mempertahankan ekspansi alveolar. Pernapasancuping hidung adalah mekanisme kompensasiuntuk menambah diameter hidung dan

    meningkatkan masukan oksigen. Krekels/ronki

    dapat menandakan vasokontriksi pulmonal.

    Memberikan pemantauan noninvasif konstan

    terhadap kadar oksigen.

    Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas,

    khususnya pada bayi yang menerima ventilasiterkontrol.

    Stres dingin meningkatkan konsumsi oksigen dapat

    meningkatkan asidosis bayi, dan selanjutnyakerusakan produksi surfaktan.

    Dehidrasi merusak kemampuan jalan napas untukmembersihkan saat mukus menjadi kental.

    Penurunan berat badan dan peningkatan keluaran

    urin dapat menandakan fase diuretik dari RDS.

    Dapat menurunkan kapasitas pembawa oksigen

    darah.

    Atelektasis, kongesti, bronkogram udara me-

    nunjukkan terjadinya RDS.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    23/27

    Reproduksi 2 Page 23

    2. Diagnosa : Pola nafas inefektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan,keterbatasan perkembangan otot, kelelahan, depresi obat dan ketidak seimbangan

    metabolik.

    Kriteria hasil : mempertahankan pola nafas periodic (periode apneik 5-10 detik diikuti

    periode pendek ventilasi cepat) dengan membrane mukosa merahmuda dan frekuensi jantung normal HR 60-100/ mnt.

    No Intervensi Rasional

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    MandiriKaji frekuensi pernapasan dan pola pernapasan.

    Perhatikan adanya apnea dan perubahan frekuensijantung, tonus otot, dan warna kuit berkenaan

    dengan prosedur atau perawatan. Lakukan

    pemantauan jantung dan pernapasan yang kontinu.

    Hisap jalan napas sesuai kebutuhan.

    Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan

    yang dapat memperberat depresi pernapasan padabayi.

    Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang

    dengan gulungan popok di bawah bahu untukmenghasilkan sedikit hiperekstensi.

    Berikan rangsang taktil yang segera (misal

    gosokan punggung bayi) bila terjadi apnea.

    KolaborasiBerikan oksigen, sesuai indikasi,. (Rujuk pada

    Membantu dalam membedakan

    periode perputaran pernapasannormal dari serangan apneik sejati,

    yang terutama sering terjadi sebelum

    gestasi minggu ke-30.

    Menghilangkan mukus yang

    menyumbat jalan napas.

    Magnesium sulfat dan narkotik

    menekan pusat pernapasan danaktivitas SSP.

    Posisi ini dapat memudahkan

    pernapasan dan menurunkan episodeapneik, khususnya pada adanya

    hipoksia, asidosis metabolik, atauhiperkapnia.

    Merangsang SSP untuk

    meningkatkan gerakan tubuh dan

    kembalinya pemapasan spontan.

    Perbaikan kadar oksigen dan

    9.

    10.

    Berikan oksigen sesuai dengan

    kebutuhan.

    Berikan obat-obatan sesuai indikasiNatrium bikarbonat Surfaktan(artifisial atau eksogen).

    Hipoksemia dan asidemia dapat berlanjut

    menurunkan produksi surfaktan, meningkatkan

    tahanan vaskular pulmonal dan vasokontriksi, dan

    menyebabkan duktus arteriosus tetap terbuka.

    Mungkin diberikan pada kelahiran atau setelahdiagnosis RDS untuk menurunkan beratnyakondisi dan komplikasi yang berhubungan.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    24/27

    Reproduksi 2 Page 24

    7.

    DK: Pertukaran Gas, kerusakan).

    Berikan obat-obatan, sesuli indikasi :

    Natrium bikarbonat.

    Antibiotik.

    Kalsium glukonat.

    .

    Aminofilin.

    karbondioksida dapat meningkatkan

    fungsi pernapasan.

    Memperbaiki asidosis.

    Mengatasi infeksi pernapasan atausepsis.

    Hipokalsemia mempredisposisikan

    bayi pada apnea.

    Dapat meningkatkan aktivitas pusat

    pernapasan dan menurunkan

    sensitivitas terhadap karbondioksida,menurunkan frekuensi apnea.

    3. Diagnosa : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan perkembangan systemsaraf pusat imatur.

    Kriteria hasil : Mempertahankan suhu tubuh 35oC - 36 oC

    No Intervensi Rasional

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    MandiriKaji suhu dengan sering.

    Kurangi pemajanan pada aliran udara.

    Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah.

    Pertahankan kepala bayi tetap tertutup.

    Pertahankan kelembaban relatif 50%-80%

    Oksigen lembab hangat 88'F-93"F (31'C-34C).

    Perhatikan adanya takipnea atau apnea, sianosis

    umum, akrosianosis, atau kulit belang,

    bradikardia, menangis buruk, atau letargi.

    Kaji keluaran dan berat jenis urin.

    Hipotermia membuat bayi cenderung

    pada stres dingin.

    Menurunkan kehilangan panas karena

    konveksi/konduksi. Membatasi

    kehilangan panas melalui radiasi.

    Menurunkan kehilangan melalui

    evaporasi.

    Mencegah evaporasi berlebihan,

    menurunkan kehilangan cairan yang

    tidak kasatmata.

    Tanda-tanda ini menandakan stres

    dingin, yang meningkatkan konsumsi

    oksigen dan kalori serta membuat bayicenderung pada asidosis.

    Penurunan haluaran dan peningkatanberat jenis urin dihubungkan dengan

    penurunan perfusi ginjal selama periode

    stres dingin.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    25/27

    Reproduksi 2 Page 25

    7.

    8.

    KolaborasiPantau pemeriksaan laboratorium, sesuai

    indikasi (misal GDA, glukosa serum, elektrolit,

    dan kadar bilirubin).

    Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:Fenobarbital.

    Natrium bikarbonat.

    Peningkatan kadar bilirubin indirek

    dapat terjadi karena pelepasan asam

    lemak dari metabolisme lemak coklat,dengan asam lemak bersaing dengan

    bilirubin pada bagian ikatan di albumin.Asidosis metabolik dapat juga terjadipada hipertermia.

    Membantu mencegah kejang berkenaan

    dengan perubahan fungsi SSP yang

    disebabkanoleh hipertermia.

    Memperbaiki asidosis, yang dapat

    terjadi pada hipotermia dan hipertermia.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    26/27

    Reproduksi 2 Page 26

    BAB 4

    PENUTUP

    4.1KesimpulanBayi baru lahir prematur adalah bayi yang dilahirkan sebelum umur gestasi 37 minggu.

    Karena dilahirkan sebelum waktunya maka ada beberapa risiko penyakit yang mungkin terjadi.

    Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi

    dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan

    morbilitas dan mortalitas neonatus. Beberapa etiologi penyebab timbulnya BBLR premature

    adalah Komplikasi obstetric, Komplikasi medis, Faktor ibu

    Masalah kesehatan khusus yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah sindrom distress

    pernafasan, dysplasia bronkopolmunal, pneumothorak, retinopati prematuritas, Hemoragi

    Intraventrikular, Duktus Arteriosus Yang Paten, Enterokolitis Nekrotikans.

    4.2 Saran

    Sebagai tenaga kesehatan profesional, perawat hendaknya dapat memberikan asuhan

    keperawatan pada bayi lahir premature untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi.

    Sehingga dapat terwujud kesehatan ibu dan bayi secara optimal.

  • 7/31/2019 makalah repoduksi

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    Boback. 2004. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. EGC : Jakarta.

    Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

    Doenges, Marilynn E. 2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi,edisi 2. EGC : Jakarta.

    Wong, Donna L. 2004. Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta

    Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. EGC :Jakarta

    Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (untuk perawat dan bidan). Salemba

    Medika: Jakarta.

    Http://repository.usu.ac.id

    http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/