makalah pteri

Upload: muhammad-arif-romadhon

Post on 05-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/15/2019 makalah pteri

    1/12

    MAKALAH

    Tumbuhan paku Lycopodium  clavatum  dan Manfaatnya untuk Pengobatan

    Disusun Oleh :

    Nama : Muhammad Arif R.

    NIM : M0411043

    JURUSAN BIOLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    2014

  • 8/15/2019 makalah pteri

    2/12

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Indonesia termaksud Negara yang memiliki 2 iklim sehingga Indonesia ini kaya akan

    keanekaragaman flora dan fauna. Disamping itu Negara Indonesia itu sendiri berada di

    kawasan khatulistiwa yang membuat kondisi geologis dari Negara Indonesia ini sangat

    strategis untuk dihuni beraneka ragam flora yang salah satunya adalah tumbuhan Pteriodophita.

    Total spesies tumbuhan paku yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya

    tumbuh di Indonesia). Tumbuhan ini cenderung menyukai kondisi air yang melimpah karena

    salah satu tahap hidupnya tergantung dari keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak

    sel sperma menuju sel telur.  Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman

    Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku.

    Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya

    mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian

     pokoknya yaitu akar, batang,dan daun. Namun pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji.

    Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan

    adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku

     juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh

     pengangkut yaitu xilem dan floem. Secara umum bentuk tumbuhan paku bermacam-macam,

    ada yang berupa  pohon (paku pohon,  biasanya tidak bercabang), epifit,  mengapung di air,

    hidrofit,  tetapi biasanya berupa  terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan

    ental (bahasa Inggris frond ) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi. Ental yang

    http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sel_spermahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sel_telurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Karbonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Karbonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Paku_pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Epifithttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hidrofit&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ternahttp://id.wikipedia.org/wiki/Rizomahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Humushttp://id.wikipedia.org/wiki/Entalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Entalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Humushttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rizomahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ternahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hidrofit&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Epifithttp://id.wikipedia.org/wiki/Paku_pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Karbonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Karbonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Karbonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sel_telurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sel_spermahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

  • 8/15/2019 makalah pteri

    3/12

    masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan

     paku.

    Di Indonesia terdapat banyak keanekaragaman tumbuhan paku yang tersebar hampir di

    seluruh Indonesia karena kondisi alam Indonesia yang mendukung bagi kehidupan tumbuhan

     paku misalnya spesies  Lycopodium  clavatum yang memiliki banyak sekali manfaat bagi

    kehidupan manusia, misalnya untuk bidang pengobatan sehingga potensi bagi pengobatan

    dengan menggunakan tumbuhan paku ini cukup menjanjikan. Akan tetapi, tumbuhan paku

     Lycopodium  clavatum  masih kurang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Sehingga

     perlunya dilakukan pengkajian lebih mendalam mengenai tumbuhan paku  Lycopodium 

    clavatum  menggingat potensinya untuk pengobatan, sehingga dilakukan penulisan makalah

    mengenai manfaat Lycopodium clavatum dalam bidang kesehatan. 

    B.  Rumusan Masalah

    1.  Bagaimana ciri-ciri Lycopodium ?

    2.  Bagaimana klasifikasi dari Lycopodium clavatum ?

    3.  Apakah manfaat pengobatan dengan Lycopodium clavatum ?

    C. 

    Tujuan

    1.  Mengetahui ciri-ciri dari Lycopodium. 

    2.  Mengetahui klasifikasi dari Lycopodium clavatum. 

    3.  Mengetahui manfaat pengobatan dengan Lycopodium clavatum. 

    D.  Manfaat

    1.  Dapat mengetahui ciri-ciri dari Lycopodium. 

    2.  Dapat mengetahui klasifikasi dari Lycopodium clavatum. 

    3. 

    Dapat mengetahui manfaat pengobatan dari Lycopodium clavatum. 

  • 8/15/2019 makalah pteri

    4/12

    BAB II 

    PEMBAHASAN

    A.  Ciri-ciri Khas Tumbuhan Paku

    Tumbuhan paku merupakan suatu divisi tumbuhan kormus, artinya tumbuhnya dengan

    nyata dapat dibedakan atas akar, batang dan daun. Namun demikian, tumbuhan paku belum

    menghasilkan biji. Alat perkembangbiakan Universitas Sumatera Utara tumbuhan paku yang

    utama adalah spora. Oleh sebab itu ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua

    kelompok yaitu Cryptogamae dan Phanerogamae (Tjitrosoepomo, 1991). Menurut Jones

    (1987), Pteridophyta disebut dengan nama Tracheopyta yang berarti tumbuhan yang

     berjaringan pembuluh. Jaringan pembuluh ini terdiri atas 2 yaitu: a. Pembuluh kayu (xylem),

     berfungsi mengangkut air dan garam-garam tanah dari akar kebagian atas hingga daun. b.

    Pembuluh tapis (floem), berfungsi mengangkat hasil asimilasi dari daun keseluruh bagian

    organ termasuk akar.

    Tumbuhan Tracheophyta mengadakan perkawinan dengan menghasilkan spora dan

    dapat tumbuh menjadi tumbuhan paku. Ciri-ciri khas dari paku-pakuan adalah: a. Membentuk

    sporangia yang sangat besar jumlahnya. b. Sporangia dibentuk di bagian bawah sporofil. c.

    Sperma masuk kedalam telur arkegonium dengan persaingan langsung.

    B.  Asal Daerah Persebaran Tumbuhan Paku

    Menurut Tjitrosoepomo, (1983), Pteridophyta hidup tersebar luas dari tropika yang

    lembab sampai melampaui lingkaran Arktika. Jumlah yang teramat besar dijumpai di hutan-

    hutan hujan tropika dan juga tumbuh dengan subur di daerah beriklim sedang, di hutan-hutan,

     padang rumput yang lembab, sepanjang sisi jalan dan sungai. Jones (1987) menyatakan di

    muka bumi ini terdapat 13.000 jenis Pteridophyta. Di kawasan Malesiana yang terdiri dari

  • 8/15/2019 makalah pteri

    5/12

    hampir sebagian besar kepulauan Indonesia, Philipina, Guinea, dan Australia Utara

    diperkirakan terdapat 4000 jenis paku yang mayoritasnya Filicinae. Menurut Sastrapradja et

    al ., (1978) paku diwakili oleh kurang dari 10.000 jenis yang hidup, tetapi karena ukurannya

    yang besar dan penampilannya yang khas, tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi yang

    menonjol. Melihat cara tumbuhnya, tumbuhan paku hidup di alam, ada yang menempel di

     batang pohon atau tumbuh di tanah. Masing-masing jenis atau kelompok tumbuhan paku

    memiliki lingkungannya sendiri, pada lingkungan sejuk, terlindung, terkena panas sinar

    matahari langsung.

    C. 

    Ekologi Tumbuhan Paku

    Tumbuhan paku memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, sehingga tidak jarang

    dijumpai paku dapat hidup di mana-mana, diantaranya di daerah lembab, di bawah pohon, di

     pinggiran sungai, di lereng-lereng terjal, di pegunungan bahkan banyak yang sifatnya

    menempel di batang pohon, batu atau tumbuh di atas tanah. Jenis-jenis paku epifit yang

     berbeda, juga akan berbeda kebutuhannya terhadap cahaya. Ada yang menyenangi tempat

    terlindung dan ada sebagian pada tempat tertutup (Graham, 1993). Kondisi lingkungan di hutan

    tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar yang menembus kanopi hingga mencapai

     permukaan tanah dan kelembaban udaranya sangat tinggi. Dengan demikian paku hutan

    memiliki kondisi hidup yang seragam dan lebih terlindung dari panas. Kondisi ini dapat terlihat

    dari jumlah paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya matahari penuh tidak pernah dijumpai

    di hutan yang benar-benar tertutup. Beberapa paku hutan tidak dapat tumbuh di tempat yang

    dikenai cahaya matahari (Saktiyono, 1989). Paku yang menyenangi sinar matahari ìsun-fernî

    selain ada yang membentuk belukar dan ada juga yang memanjat. Sebagian kecil ìsun-fernî

    tumbuh di tempat yang benar-benar terbuka. Namun demikan memerlukan juga lindungan dari

  • 8/15/2019 makalah pteri

    6/12

    sinar matahari. Sehingga sering ditemukan tumbuh di antara tumbuhan lain, tidak terisolasi.

    Paku yang berbentuk belukar membuat sendiri naungannya dengan cara membuat rimbunan

    yang terdiri dari daun-daunan.

    D.  Botani Sistematika Tumbuhan Paku

    Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan ukuran spora yang

    dihasilkan, sifat anulus, letak sporangium, dan sorusnya pada daun. Divisi Pteridophyta dibagi

    menjadi 4 kelas, yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae dan Filicinae.

    a. 

    Kelas Psilophytinae (Paku purba)

    Anggota paku kelas ini telah lama punah. Oleh karena itu orang sering menyebutnya

    dengan nama paku purba. Contoh: Psilotum nudum 

     b.  Kelas Equisetinae (Paku ekor kuda)

    Seperti halnya kelas Psilophytinae sebagian besar anggota paku ekor kuda juga sudah

     banyak yang punah. Umumnya paku ekor kuda memiliki batang berupa rhyzoma. Cabang-

    cabang batangnya beruas-ruas. Pada ujung cahang batang sering ditemukan badan bulat

    disebut elatern. Badan ini merupakan penghasil spora. Contoh:  Equisetum debile dan

     Equisetutn arvense (Graham, 1993).

    c.  Kelas Lycopodinae (Paku rambut atau Paku kawat)

    Kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu: 1) Ordo Selaginellales, Family : Selaginellaceae

    Spesies : Selagenella weldonowi . 2) Ordo Lycopodiales, Family : Lycopodiaceae Spesies :

     Lycopodium clavatum (Tjitrosoepomo, 1991).

    d.  Kelas Filicinae (Paku sejati)

    Paku kelompok ini paling banyak anggota spesiesnya. Habitatnya di darat, air dan ada pula

    yang hidup menumpang pada tumbuhan lain sebagai epifit. Kelas ini mencakup beberapa

  • 8/15/2019 makalah pteri

    7/12

    sub kelas, yaitu: 1) Sub kelas Eusporangiatae, Ordo : Marattiales, Family :

    Marattiaceae,Spesies : Christensenia aescul . 2) Sub kelas Hydropterides Semua anggota

    sub kelas ini hidup di air. Jadi, termasuk tumbuhan hidrofit. Dibagi atas dua family, yaitu:

    Family : Salviniaceae , Spesies : Salvinia natans, Family : Marciliaceae, Spesies : Marcillea

    crenata. 3) Sub kelas Leptosporangiatae, Family : Schyzaeceae, Spesies :  Lygodiun

    circinatum. Family: Hymenophillaceae, Spesies :  Hymenophillum austrate. Family :

    Cyatheaccae, Spesies : Cyathea conlarninans. Family : Gleicheinaceae, Spesies : Gleichenia

    linearis (Paku resam). Family : Davalliaceae, Spesies :  Dava irichoinonuies. Family :

    Aspleniaceae, Spesies :  Asplenium nidus (Paku sarang burung), Family : Pteridaceae,

    Spesies :  Adiantum peruvianum  (Suplir gunung), Family : Polypodiaceae, Spesies :

     Draymoglosum phaseolides  (Sisik naga), Family : Acrostichaceae, Spesies :  Platycerurn

    bifurcatum (Tanduk rusa) (Tjitrosoepomo, 1991).

    E.  Distribusi Tumbuhan Paku 

    Hutan pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis dan struktur dan

     penampilan yang berbeda. Zona-zona vegetasi tersebut dapat dikenali di semua gunung di

    daerah tropis meskipun tidak ditentukan oleh ketinggian saja. Di dataran rendah, semua zona

    vegetasi lebih sempit, sedangkan di gunung yang tinggi atau di bagian yang tengah suatu

     jajaran pegunungan, zona itu lebih luas (Graham, 1993). Namun dengan naiknya ketinggian

    tempat, pohon-pohon semakin pendek, kelimpahan epifit serta tumbuhan pemanjat berubah.

    Umumnya di daerah pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak daripada di dataran

    rendah. Ini disebabkan oleh kelembaban yang lebih tinggi banyaknya aliran air dan adanya

    kabut. Banyaknya curah hujanpun mempengaruhi jumlah paku yang dapat tumbuh

    (Sastrapradja et al ., 1978). Pada daerah tropis dan subtropis, tumbuhan paku-pakuan berada di

  • 8/15/2019 makalah pteri

    8/12

    tempat-tempat yang lembab, di bawah pepohonan, di pinggir jalan maupun sungai, di

     pegunungan, di lereng-lereng yang terjal hingga dekat kawah gunung berapi bahkan sampai di

    sungai-sungai. Melihat cara tumbuhnya, paku di alam cukup beragam, ada yang menempel di

     batang pohon, batu atau tumbuh di tanah. Pada lingkungan yang sejuk terlindung atau panas

    kena sinar matahari langsung. Masing-masing jenis atau kelompok memiliki lingkungannya

    sendiri. Suhu udara, suhu tanah dan intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata terhadap

    keanekaragaman Chaytea  spp di hutan Tongkoh kawasan Tahura Bukit Barisan Sumatera

    Utara. Di lokasi terbuka beberapa epifit berhasil tumbuh di tanah. Namun di hutan mereka

    sangat tergantung pada inangnya, untuk tempat hidup bukan sebagai sumber makanan. Epifit

    tidak membutuhkan makanan organik dari tumbuhan lain. Epifit memainkan peranan yang

     penting dalam ekosistem hutan hujan sebagai habitat bagi beberapa hewan (Graham, 1993).

    Paku epifit ikut membantu dalam mempertahankan kelembaban lapisan vegetasi dasar karena

    mampu beradaptasi terhadap kekeringan. Vegetasi pada pegunungan sangat dipengaruhi oleh

     perubahan iklim pada ketinggian yang berbeda-beda. Suhu menurun secara teratur sejalan

    dengan ketinggian yang meningkat (Saktiyono, 1989).

    F.  Ciri Morfologi

     Lycopodium  disebut juga sebagai paku kawat atau paku rambut. Anggota kelompok

    ini memiliki daun kecil-kecil dan tidak bertangkai. Tumbuhan paku ini termasuk paku yang

    hterspora. Hidup sebagai epifit di daerah tropis. Contohnya adalah  Lycopodium cernuum (paku

    kawat) dan Selaginella (paku rane).

    Batang utama menjalar, bawah tanah, bercabang tidak teratur, bantalan daun sempit

     jarang berdiameter 3-4 mm; udara naik ke batang tegak, percabangan dikotomus beberapa kali,

     bantalan denses daun 0,5 -1 cm diameter termasuk daun. Daun sebenarnya, melengkung di

  • 8/15/2019 makalah pteri

    9/12

     bagian atas, linier-lanceoplate, berkumpul di pucuk berakhir di setae membranosus panjang

    canucosus, 4-6 mm panjang, 0.5-1 mm luas, seluruh, sessile; urat nyaris tidak terlihat; tekstur

    seperti kulit, hijau atau hijau kekuningan. kerucut tegak tangkai 7-15 cm, dengan daun linier

     jarang tampak lurus, menghasilkan beberapa kerucut di setiap pucuk dengan tangkai pendek;

    kerucut silinder, tegak, 3-8 cm panjang, 4-5 mm; sporophylls lonjong bulat telur, berkumpul di

     pucuk dengan membran setaceous, tepi transparan, membran, dentate, sekitar 2,5 mm, 1,5 mm

    luas (Sastrapradja dan Afriastini, 1985). 

    G. 

    Klasifikasi dari L. clavatum

    Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

    Divisi : Lycopodiophyta

    Kelas : Lycopodiopsida

    Ordo : Lycopodiales 

    Famili : Lycopodiaceae

    Genus : Lycopodium 

    Spesies : Lycopodium clavatum

    (Mader, 2001).

    H.  Manfaat Pengobatan dengan L. clavatum 

     Lycopodium clavatum adalah spesies dari tumbuhan genus Lycopodium. Tumbuhan

    dalam genus ini telah banyak digunakan sebagai obat tradisional, misalnya untuk obat luka

    memar, keseleo, bengkak, dan keracunan organofosfat. Genus ini mengandung senyawa

    alkaloid dengan sistem cincin yang unik serta mempunyai aspek biogenetik dan biologi yang

    menarik. Senyawa alkaloid dari genus Lycopodium yang dikenal sebagai likopodium.

    Likopodium merupakan alkaloid dengan tipe kuinolizin, piridin, dan a-piridon. Berdasarkan

  • 8/15/2019 makalah pteri

    10/12

    strukturnya, alkaloid dari Lycopodium dibagi dalam 4 kelompok senyawa, yaitu likopodin,

    likodin, fawcetimin dan kelompok lain-lain. Seperti diketahui senyawa alkaloid berguna untuk

     berbagai pengobatan, misalnya untuk antikanker, antioksidan, antimalaria, analgetik untuk

    nyeri hebat, antipiretik, relaksan otot, antihipertensi, stimulan SSP, diuretik dan bronkodilator.

    Spesies-spesies tertentu oleh suku Aborigin juga digunakan sebagai bahan obat-obatan

    untuk penyakit (homeophatic). Pada pengobatan modern spesies Lycopodium masih digunakan

    digunakan untuk homeophatik. Homeophatik merupakan suatu sistem pengobatan yang aman

    dan efektif serta tanpa efek samping. Cara ini membantu mendorong tubuh untuk melakukan

     penyembuhan baik secara fisik, mental maupun emosional (Raven, 1998).

  • 8/15/2019 makalah pteri

    11/12

    BAB IV

    PENUTUP 

    A.  Kesimpulan

    Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan, yaitu :

    a.   Lycopodium  memiliki ciri morfologi mirip dengan paku, batang tegak, warna hijau atau

    hijau kekuningan dan tekstur seperti kulit.

     b.  Alkaloid dalam tumbuhan  L. clavatum dapat digunakan untuk antikanker, antioksidan,

    antimalaria, analgetik untuk nyeri hebat, antipiretik, relaksan otot, antihipertensi, stimulan

    SSP, diuretik dan bronkodilator.

    c. 

    Lycopodium clavatum dapat digunakan untuk pengobatan secara homeophatik.

  • 8/15/2019 makalah pteri

    12/12

    DAFTAR PUSTAKA

    Graham, L. E.1993. Origin of land plants. New York: Willey

    Jones, D.L.1987. Encyclopaedia of Ferns. London: British Museum of Natural History

    Mader, S.2001. Biology.New York : Mc graw hills companies

    Raven, P. H.1998. Biology of plants 6 th edition.New York : Worth publishers

    Saktiyono.1989. Biologi 1 Program Inti.Jakarta :Intan Pariwara

    Sastrapradja, S., J.J. Afriastini, D. Darnaedi, dan E.A. Widjaja.1978.  Jenis Paku Indonesia.

    Bogor: Lembaga Biologi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

    Tjitrosopoemo, G.1983.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta : UGM Press 

    Tjitrosopoemo, G.1991.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta : UGM Press

    Sastrapradja, S. dan J.J. Afriastini. 1985. Kerabat Paku. Bogor: Lembaga Biologi Nasional,

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia