makalah po

Upload: airinawati

Post on 15-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Makalah Po

    1/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    PERTANIAN ORGANIK : PERKEMBANGAN, PELUANG, DAN

    KENDALA PENGEMBANGANNYA DI INDONESIA1)

    oleh : Agus Nugroho Setiawan

    2)

    A. Latar BelakangMemasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh

    pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Intensifikasi pertanian yang berlebihanternyata telah menimbulkan dampak lingkungan yang kurang menguntungkan. Sejalandengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhanpangan juga meningkat. Saat itu revolusi hijau memberikan hasil yang signifikanterhadap pemenuhan kebutuhan pangan, dimana penggunaan pupuk sintetis, penanamanvarietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida,intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan. Namun belakangan ditemukanberbagai permasalahan akibat kesalahan manajemen di lahan pertanian.

    Pemakaian pupuk dalam jumlah yang besar menimbulkan pencemaran bagi tanah

    dan air tanah dengan kadar racun yang beraneka ragam. Degradasi tanah pertanian sudahmakin parah dan dengan sudah mengendapnya bahan agrokimia dalam waktu yang cukuplama. Hal ini terlihat dari menurunnya produktivitas karena hilangnya kemampuan tanahuntuk memproduksi nutrisi. Untuk itu diperlukan waktu yang sangat lama untukmengembalikan lahan pertanian tersebut agar bersih dari dampak pupuk dan pestisidabuatan, atau membuka lahan perawan, sedangkan untuk merusaknya hanya perlubeberapa tahun saja (Anonim, 2007).

    Penggunaan pestisida sintetis yang tidak sesuai juga menimbulkan banyakmasalah, 1) pencemaran air dan tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadapmanusia dan makhluk lainnya dalam bentuk makanan dan minuman yang tercemar, 2)matinya musuh alami hama atau patogen dan akan menimbulkan resurgensi, 3)

    kemungkinan terjadinya serangan hama sekunder, misalnya penyemprotan insektisidasecara rutin untuk mengendalikan ulat grayak (hama primer) dapat membunuh seranggalain seperti walang sembah yang merupakan predator kutu daun (hama sekunder) danakibatnya setelah ulat grayak dapat dikendalikan, kemungkinan besar tanaman akandiserang oleh kutu daun, 4) kematian serangga berguna dan menguntungkan seperti lebahyang sangat serbaguna untuk penyerbukan, dan 5) timbulnya kekebalan/resistensi hamamaupun patogen terhadap pestisida sintetis (Pandit, 2006). Bahkan, hama dan penyakittanaman bukannya menurun, justru semakin kebal terhadap bahan-bahan kimia tersebutsehingga petani memerlukan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membasminya. Iniartinya, petani tidak saja menebar racun untuk membasmi hama dan penyakit, tetapi jugameracuni dirinya sendiri (Husnain dan Syahbuddin, 2007)

    Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan ProgramLingkungan Persatuan Bangsa-bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadipada pekerja yang bekerja di sektor pertanian. Sebagian besar kasus keracunan pestisidatersebut terjadi di negara berkembang (Javarice, 2008). Menurut WHO, paling tidak20.000 orang per tahun meninggal akibat keracunan pestisida, dan sekitar 5.000-10.000orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat tubuh,kemandulan dan penyakit liver. Berbagai jenis pestisida terakumulasi di dalam tanah danair yang berdampak buruk terhadap keseluruhan ekosistem (Pandit, 2006). Jumlah

  • 5/26/2018 Makalah Po

    2/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    keracunan yang sebenarnya terjadi diperkirakan lebih tinggi lagi, mengingat angkatersebut didapati dari kasus yang dilaporkan sendiri oleh korban, maupun dari angkastatistik.

    Hasil uji petik Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang atas sampel darah 550petani sentra hortikultura di daerah tersebut menunjukkan 99,8% keracunan dan tercemar

    pestisida. Sebanyak 18,2 % tercemar berat, 72,73 % tercemar sedang dan 8,9% yangtercemar ringan, sedangkan yang bersih atau normal hanya 0,2% (Anonim, 2007 ).Mendasarkan pada berbagai kelemahan dan akibat yang ditimbulkan pada produk

    pertanian yang dihasilkan dari sistem pertanian high external input,orang semakin arifdalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gayahidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi trend baru. Perhatianmasyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan lingkungan global dalamdasawarsa terakhir ini semakin meningkat. Kepedulian tersebut dilanjutkan denganusaha-usaha yang konkrit untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinyakerusakan sumber daya tanah, air, dan udara serta aman bagi kesehatan manusia (AOI,2007). Oleh karena itu, banyak pakar yang mulai memikirkan perlunya suatu sistem

    pertanian alternatif yang dianggap lebih berorientasi pada pelestarian lingkungan hidupdan tidak merugikan kesehatan manusia. Istilah yang sering digunakan dalam sistempertanian alternatif tersebut adalah pertanian organik (PO). Padanan PO yang lazimdigunakan adalah pertanian masukan rendah, pertanian ekologis, pertanian biologis,pertanian biodinamika, pertanian alami dan permaculture (Anonim, 2008).

    Cikal bakal PO sudah sejak lama kita kenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenalmanusia. Pada saat itu semuanya dilakukan secara tradisonal dan menggunakan bahanbahan alamiah. Banyak petani di Indonesia khususnya di luar Jawayang petani organikkarena mereka belum terpengaruh oleh green revolution dan meneruskan sistempertanian secara tradisional. Di daerah lain, akibat krisis ekonomi yang menyebabkanharga-harga melonjak naik, petani tidak mampu lagi untuk membeli obat-obat pestisida

    dan pupuk buatan. Ini berarti bahwa argumentasi tentang pertanian organik sangat masukdi akal. Beberapa kelompok petani dan LSM melihat PO sebagai cara protes terhadapdampak kehancuran dari green revolution, dan dengan membebaskan petani daridominasi green revolution dan ketergantungan pada pupuk serta pestisida buatan dansebagainya (Anonim, tt).

    Namun PO modern sangat berbeda dengan pertanian alamiah di jaman dulu.Dalam PO modern dibutuhkan teknologi bercocok tanam, penyediaan pupuk organik,pengendalian hama dan penyakit menggunakan agen hayati atau mikroba sertamanajemen yang baik untuk kesuksesan pertanian organik tersebut (Husnain danSyahbuddin, 2005).

    B.

    Pengertian Pertanian OrganikOrganic farming is a form of agriculture that excludes the use of synthetic

    fertilizers and pesticides, plant growth regulators, livestock feed additives, and

    genetically modified organisms. As far as possible, organic farmers rely on crop rotation,

    green manure, compost, biological pest control, and mechanical cultivation to maintain

    soil productivity and control pests. Organic farming is contrasted with conventional

    chemical farming. Organic agriculture can be considered a subset of sustainable

  • 5/26/2018 Makalah Po

    3/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    agriculture, the difference being that organic implies certification in accordance with

    legal standards (Anonim, 2008).IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), lembaga

    dunia yang bergerak dalam pengembangan PO, mengartikan PO sebagai sistem pertanianholistik (menyeluruh) yang mendukung dan mempercepat keanekaragaman hayati, siklus

    biologi dan aktivitas biologi tanah (Anonim, 2008 mitra). PO merupakan sistem pertanianyang menyeluruh karena memperhatikan semua sisi dari mulai tanah, produksi tanaman,lingkungan dan manusia sehingga hal ini tidak semudah hanya mengganti pupuk kimiabuatan dengan pupuk kandang untuk dapat mengatakannya sebagai PO.

    PO juga didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik danterpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secaraalami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, danberkelanjutan (Husnain dan Syahbuddin, 2007). PO merupakan teknik budidayapertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimiasintetis. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pascapanen dan pemasaran disesuaikan dengan standar yang ditetapkan oleh badan

    standardisasi. Dalam hal ini penggunaan GMOs tidak diperbolehkan dalam setiaptahapan PO mulai produksi hingga pasca panen (Husnain dan Syahbuddin, 2005)Tujuan utama PO adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan

    pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusaklingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yangmensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (foodsafety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan(eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaanproduk pertanian organik dunia meningkat pesat (Anonim, 2008).

    Alam merupakan suatu kesatuan, terdiri dari banyak bagian, seperti organismedengan organ-organnya. Semua bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan

    berbagi. Tiap organ memiliki peran masing-masing, saling melengkapi dan memberikansinergi untuk menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan berkelanjutan. POmengikuti prinsip/hukum alam tersebut. Segala yang ada di alam berguna dan memilikifungsi, saling melengkapi, melayani dan menghidupi untuk semua. Di alam adakeragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikanprinsipnya, tak ada eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya PO,tidak untuk memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk danberkesinambungan. Inilah filosofi mendasar PO (Anonim, 2007).

    PO merupakan pertanian yang selaras dengan alam, menghayati dan menghargaiprinsip-prinsip yang bekerja di alam yang telah menghidupi segala mahluk hidup berjuta-juta tahun lamanya. PO merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada

    keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonian dengan iklim danlingkungan sekitar. Dalam prakteknya, budidaya PO menggunakan semaksimal mungkinbahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitarnya, dan tidak menggunakan asupanagrokimia (bahan kimia sintetis untuk pertanian). Lebih jauh, karena PO berusahameniru alam, maka pemakaian benih atau asupan yang mengandung bahan-bahan hasilrekayasa genetika (GMO/Genetically Modified Organism) juga dihindari (Anonim,2007).

  • 5/26/2018 Makalah Po

    4/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    PO bukan sekedar teknik atau metode bertani yang menolak asupan kimiawi atausebagai budidaya pertanian yang anti modernisasi atau disamakan dengan pertaniantradisional. PO juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup. POmemandang alam secara menyeluruh, komponennya saling tergantung dan menghidupi,dimana manusia juga adalah bagian di dalamnya. Sistem nilai PO mendasarkan pada

    prinsipprinsip hukum alam. PO juga mengajak manusia untuk arif dan kreatif dalammengelola alam yang tercermin dalam sikap dan keyakinannya. PO juga tidak menolakpenggunaan teknologi modern di dalam praktek budidayanya, sejauh teknologi moderntersebut selaras dengan prinsip PO, yaitu keberlanjutan, penghargaan pada alam,keseimbangan ekosistem, keanekaragaman varietas, kemandirian dan kekhasan lokal.Oleh karenanya baik kearifan tradisional dan teknologi modern yang berbasis alamdimanfaatkan bersama dalam PO (Anonim, 2007)

    C. Perkembangan Pertanian OrganikAkhir-akhir ini gerakan PO makin menggema di pelbagai belahan dunia,

    termasuk di Indonesia. Gerakan PO sudah diimulai pada tahun 1930an sebagai bentuk

    reaksi terhadap sistem pertanian yang banyak menggunakan pupuk buatan. SelanjutnyaSir Albert Howard mulai memperkenalkan PO sehingga dikenal luas sebagai BapakPertanian Organik. Rudolf Steiner seorang filusuf Jerman, membuat terobosan pentingdalam teori organik pertanian bioorganik, yang kemudian dilanjutnya oleh J.I. Rodale diAS, Lady Eve Balfour di Inggris, dan banyak lagi di negara lain (Anonim, 2008).

    Perkembangan PO kian meningkat dari tahun ke tahun. Sampai dengan tahun2003 total luas lahan yang dikelola secara organik di dunia mencapai 24 juta ha. Totalpenjualan produk organik di seluruh dunia mencapai US$ 23 milyar. Pasar produkorganik utama dunia yaitu di Amerika Serikat dan Kanada sebesar 51 % atau US$ 11milyar, disusul Eropa sebesar US$ 10 milyar (46 persen) kemudian Jepang sebesar US$350 juta. Luas areal PO diperkirakan mencapai 306.000 km2(30,6 juta ha) atau 2% dari

    total lahan pertanian. Pasar produk PO berkembang cepat dengan rerata 2025% pertahundengan nilai US$ 33 milyar di tahun 2005, bahkan di beberapa negara tertentu mencapai50 persen per tahun. Kenaikan nilai penjualan produk organik dipicu oleh adanya hargapremium dan tingkat kesadaran konsumen tentang mutu produk (Terranet, 2005).IFOAM melaporkan pada tahun 2005, lahan yang diusahakan secara organik mencapai62 juta ha (Anonim, 2008).

    Areal tanam PO Australia dan Oceania mempunyai lahan terluas yaitu sekitar 7,7juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing sekitar 4,2 juta; 3,7 jutadan 1,3 juta hektar. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masihrelatif rendah yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta hektar. Sayuran, kopi dan tehmendominasi pasar produk PO internasional di samping produk peternakan (IFOAM,

    2002; PC-TAS, 2002cit. Anonim, 2008).Di beberapa negara di kawasan Asia Pasifik, PO menjadi salah satu strategi dalampengembangan pertanian nasional dan bagian dari program pengurangan kemiskinanmasyarakat pertanian di pedesaan. Thailand mencanangkan menjadi produsen pertanianterbesar kelima di dunia. PO dikembangkan secara sistematis sebagai bagian dariprogram pertanian nasional. Produk organik unggulan Thailand berupa beras, buah-buahan, rempah-rempah dan herbal, di samping produk-produk perikanan dan ternakorganik yang telah dikenal di pasar organik dunia. Dari luas lahan yang dikelola secara

  • 5/26/2018 Makalah Po

    5/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    organik seluas 13.000 ha (Maret 2005), Thailand mampu mengekspor produk organiksebesar Rp. 190 milyar tiap tahunnya.

    Sebenarnya, PO ini sudah menjadi kearifan/pengetahuan tradisional yangmembudaya di kalangan petani di Indonesia. Namun, teknologi PO ini mulai ditinggalkanoleh petani ketika teknologi intensifikasi yang mengandalkan bahan agrokimia diterapkan

    di bidang pertanian. Sejak saat itu, petani menjadi target asupan agrokimia dantergantung dari pihak luar. Setelah muncul persoalan dampak lingkungan akibatpenggunaan bahan kimia di bidang pertanian, teknologi PO yang akrab lingkungan danmenghasilkan pangan yang sehat mulai diperhatikan lagi (Sutanto, 2002 cit. Anonim,2007).

    Beberapa tahun terakhir, PO modern masuk dalam sistem pertanian Indonesiasecara sporadis. PO modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagikesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Secara umum konsep PO modernbelum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebihkepada meninggalkan pemakaian pupuk dan pestisida sintetis. Makin berkembangnyapengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler

    biologi, biokimia dan lain-lain, menyebabkan PO terus berkembang (Anonim, 2008)Trend PO di Indonesia, mulai diperkenalkan oleh beberapa petani yang sudahmapan dan memahami keunggulan sistem PO tersebut. Beberapa ekspatriat yang sudahlama hidup di Indonesia, memiliki lahan yang luas dan ikut membantu mengembangkanaliran PO tersebut ke penduduk di sekitarnya. Kemudian beberapa mantan perwira yangmemiliki hobi bercocok tanam juga sekarang beramai-ramai mulai membenahi lahan luasyang dimiliki mereka dan mempekerjakan penduduk sekitarnya sekaligus alih teknologi.Disamping itu banyak lembaga non pemerintah (NGO) yang bertujuan mengembangkansistem PO di Indonesia melalui pembinaan sumberdaya manusia ataupun bertujuanmenggapai pasar organik di luar negri (Husnain dan Syahbuddin, 2005; Widodo, 2008).

    Meskipun beberapa petani sudah mulai mengembangkan dan bertani secara

    organik sejak lama, misalnya kebun PO Agatho di Cisarua sudah lebih 10 tahun, namunperkembangan PO di Indonesia baru dimulai sejak 45 tahun yang lalu, jauh tertinggaldibandingkan dengan Jepang, Belanda, Perancis, Itali, Amerika, dan sebagainya.Produksi PO Indonesia diperkirakan tumbuh kurang lebih 10% per tahun (Purwanti,2004). Sejauh ini PO disambut oleh banyak kalangan masyarakat, meskipun denganpemahaman yang berbeda. Hasil survei lahan petani di Jawa Barat, Jawa Tengah danJawa Timur menunjukkan adanya perbedaan pemahaman tentang PO tergantungpengarahan yang sampai ke petani. Petani di Jawa Barat umumnya lebih maju karenamereka adalah petani yang sudah mapan, dan yang dikembangkan adalah sayuran sertabuah-buahan, sedangkan di Jawa Tengah, mulai dikembangkan buahan dan padi organik.Pemda Jateng mendukung sepenuhnya petani yang akan menanam padi secara organik,

    antara lain dengan cara membeli produksi petani sampai produksinya stabil dan petanibisa mandiri. Di Kabupaten Sragen mencanangkan gerakan Sragen Organik. Di JawaTimur, umumnya berkembang kebun buahan organik seperti apel organik (Husnain danSyahbuddin, 2005).

    Terlepas dari apakah itu benar-benar sudah merupakan produk organik ataubelum, minat bertani dengan sistem organik akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh. Hal inidiharapkan akan berdampak positif terhadap pengembangan PO yang waktu-waktu yangakan datang. Perkembangan PO ini perlu mendapat arahan dan perhatian serius

  • 5/26/2018 Makalah Po

    6/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    pemerintah. Untuk merealisasikan upaya ke arah pertanian organik, DepartemenPertanian juga telah mencanangkan program "Go Organik 2010".

    D. Kendala Pengembangan Pertanian OrganikPerkembangan PO di Indonesia masih sangat lambat dan menghadapi banyak

    kendala. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian organik antara lain :A. Kendala MakroKendala-kendala dalam pengembangan PO yang bersifat makro antara lain

    peluang pasar, regulasi, penelitian dan pengembangan, dan kondisi iklim.1. Peluang pasar

    Sejak dua dasawarsa terakhir permintaan pasar dunia terhadap produk PO mulaitumbuh, namun pertumbuhannya masih lambat, sehingga segmen pasar masih berupaceruk pasar. Konsumen produk organik masih terbatas pada orang-orang yang memilikikeperdulian tinggi terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan sehingga mendorongmereka bersedia memberikan premium harga terhadap produk-produk organik. Pasarproduk domestik terhadap pertanian masih terbatas. Kadang-kadang di supermarket dijual

    produk pertanian tertentu dengan diberi label organik, bukan dari lembaga berwenang.Gejala ini menarik untuk pengembangan organik ke depan, walaupun keterbatasan pasardomestik masih akan menjadi kendala utama. Seringkali juga terjadi gap antara produsendan konsumen. Konsumen kesulitan mendapatkan produk organik secara kontinyu karenapasokannya terbatas, lokasinya jauh atau tidak adanya jaminan ketersediaan produkorganik. Sementara produsen tidak mampu menjangkau konsumen karena ketiadaaninformasi pasar, minimnya infrastruktur, rendahnya kemampuan teknologi paska panen,permasalahan konsistensi mutu dan produksi serta kendala permodalan.2. Regulasi

    Pemasaran produk organik di dalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkankepercayaan antara konsumen dan produsen, sedangkan untuk pemasaran keluar negeri

    diperlukan adanya sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standarsuatu negara yang akan dituju. Bila dilihat kondisi petani di Indonesia, hampir tidakmungkin mereka mendapatkan label sertifikasi dari suatu lembaga sertifikasi asingmaupun dalam negri. Luasan lahan yang dimiliki serta biaya sertifikasi yang tidakterjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi lahannya. Yang banyakterjadi adalah masing-masing melabel produknya sebagai produk organik, namunkenyatannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk buatan sertamenggunakan sedikit pestisida sehingga merugikan petani yang benar-benarmelaksanakan PO. Selain itu juga terdapat perbedaan standar produk organik. Sistem POIndonesia menganut paham organik proses, bukan dilihat dari produk organik yangdihasilkan, sedangkan banyak negara tujuan eksport yang berorientasi pada organik

    produk.Selain itu, minimnya dukungan pemerintah terhadap pertanian organik. Hal initerlihat dari belum adanya regulasi nasional yang mendukung pertanian organik diIndonesia. Indonesia belum memiliki strategi nasional pertanian organik yang sistematisdan terintegrasi yang bisa menjadi arahan bagi pengembangan pertanian organik diIndonesia. Juga tidak ada otoritas kompeten yang memfasilitasi bidang ini, sehinggakegiatan pertanian organik di Indonesia menjadi tidak terkoordinasi. Tidak adanyaregulasi tentang sertifikasi, akreditasi dan ketidaksiapan otoritas kompeten untuk

  • 5/26/2018 Makalah Po

    7/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    melakukan akreditasi lembaga sertifikasi pangan organik menyulitkan produsen danpemasar produk organik mendapatkan sertifikasi untuk mengakses pasar yang lebih luas.3. Penelitian dan pengembangan

    Program penelitian dan pengembangan yang mendukung ke arah pengembangansistem PO di Indonesia masih belum banyak dilakukan, sehingga pengembangan

    agribisnis di sektor organik masih terbatas. Oleh karena itu, kegiatan penelitian danpengembangan pertanian perlu dilakukan lebih intensif, karena sistem pertaniancenderung bersifat spesifik lokasi dan spesifik komoditas.4. Kondisi iklim

    Kendala lainnya adalah Indonesia memiliki iklim tropika basah, bahkan dibeberapa tempat tidak memiliki atau sedikit sekali periode kering. Kondisi iklim sepertiini menguntungkan untuk jasad penganggu. Intensitas serangan jasad penggangu yangtinggi akan lebih menyulitkan dalam praktek penerapan PO.B. Kendala Mikro

    Kendala mikro adalah kendala yang dijumpai di tingkat usaha tani, khususnyapetani kecil.

    1. Minat bertani organik masih rendahMinat produsen di Indonesia untuk bertani organik, masih rendah, karena masihbelum jelasnya pasar produk PO dan premium harga yang diperoleh. Minat pelaku usahauntuk mempraktekkan PO ini akan meningkat apabila pasar domestik dapatditumbuhkan. Oleh karena itu, upaya mempromosikan keunggulan-keunggulan produkPO kepada para konsumen peru digiatkan.2. Pemahaman yang terbatas dan kesalahan persepsi

    Pemahaman petani terhadap sistem PO juga masih sangat kurang. PO seringdipahami sebatas pada praktek pertanian yang tidak menggunakan pupuk anorganik danpestisida. Pengertian tentang sistem PO yang benar perlu disebarluaskan padamasyarakat. Pengertian tersebut meliputi filosofi, tujuan, penerapan, perdagangan, dan

    lain-lain. Sebagai acuan untuk penyebarluasan pengertian pertanian organik sebaiknyamenggunakan standar dasar yang dirumuskan oleh IFOAM.Masyarakat awam menganggap produk organik adalah produk yang bagus tidak

    hanya dari segi kandungan nutrisi namun juga penampilan produknya. Kenyataannyaproduk organik itu tidaklah selalu bagus, sebagai contoh daun berlobang dan berukurankecil, karena tidak menggunakan pestisida dan zat perangsang tumbuh atau pupukbuatan. Pada tahun awal pertaniannya belum menghasilkan produk yang sesuai harapansehingga pertanian organik di tahun-tahun awal akan mengalami banyak kendala danmembutuhkan modal yang cukup untuk bertahan.3. Penyediaan teknologi dan sarana produksi

    Keterbatasan ketersediaan teknologi bercocok tanam organik masih menjadi

    kendala bagi petani. Hingga saat ini banyak teknologi PO yang hanya didasarkan padatrial and error petani dari beberapa kali pengalaman mereka bercocok tanam. Untukmeningkatkan produktivitas dengan tetap menjaga keberlanjutan lahan diperlukanmasukan teknologi, misalnya pemilihan rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efekallelopati dan pemutusan siklus hidup hama, pengetahuan tanaman yang dapatmenyumbangkan hara tanaman, teknologi pencegahan hama dan penyakit, terutama padapembudidayaa pertanian organik di musim hujan dan sebagainya.

  • 5/26/2018 Makalah Po

    8/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    Selain itu penyediaan pupuk organik sebagai sumber hara utama sering menjadikendala. Dalam pupuk organik kandungan hara jauh dibawah realis hara yang dihasilkanoleh pupuk anorganik, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar tanaman (minimumcrop requirement) cukup membuat petani kewalahan. Sebagai ilustrasi, untuk menanamsayuran dalam satu bedengan seluas 1 x 10 m saja dibutuhkan pupuk organik (kompos)

    sekitar 25 kg untuk 2 kali musim tanam atau setara dengan 25 ton/ha. Bandingkan denganpenggunaan pupuk buatan Urea, SP36 dan KCl yg hanya membutuhkan total pemupukansekitar 200-300 kg/ha. Sebagian petani bukan petani yang memiliki lahan dan ternaksekaligus, sehingga mereka harus membeli dan membutuhkan biaya yang cukup tinggidisamping tenaga yang lebih besar.

    E. Peluang, Tantangan dan HarapanIndonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar organik

    internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatifantara lain sumberdaya lahan, SDM dan teknologi yang potensial untuk mendukung PO.

    Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan

    sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensiPO sangat besar. Luas lahan yang tersedia untuk PO di Indonesia sangat besar. Dari 75,5juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yangtelah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pemerintah mendukungberkembangnya PO di Indonesia, tetapi belum siap untuk melaksanakan PO secara total.Untuk merealisasikan upaya ke arah pertanian organik, Departemen Pertanian telahmencanangkan program "Go Organik 2010".

    Pasar produk PO dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembanganbudidaya PO perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untukmemenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor (Anonim, 2004 berita bumi).Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk

    memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik sepertisayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerahperlu segera dikembangkan. Pasar domestik produk organik masih terpusat di kota-kotabesar, khususnya di Jawa dan di kalangan kelas menengah ke atas, tetapi tingkatkonsumsi sebenarnya, lebih banyak produk organik yang dikonsumsi di desa atau tidakdiperdagangkan antarkota (Nurcahyo, 2008).

    Gerakan PO mencoba menghimpun seluruh usaha petani dan pelaku lain, yangsecara serius dan bertanggungjawab menghindarkan asupan dari luar yang meracunilingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Merekajuga berusaha menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan caramemperbaiki kesuburan tanah dan menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur

    ulang limbah pertanian.Budidaya PO, juga mendorong kemandirian dan solidaritas di antara petanisebagai produsen. Mandiri untuk tidak tergantung pada perusahaan-perusahaan besarpenyedia pupuk dan bahan agrokimia serta perusahaan bibit. Solidaritas untuk berdaulatdan berorganisasi demi mencapai kesejahteraan, pemenuhan hak dan keadilan sosial bagipetani (Anonim, 2007).

    Pengembangan PO di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru,karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini.

  • 5/26/2018 Makalah Po

    9/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangatrelevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuatposisi tawar petani (arridho). Organisasi di tingkat petani merupakan kunci penting dalambudidaya pertanian organik. Hal ini terkait dengan masalah penyuluhan dan sertifikasi.Agribisnis produk organik di tingkat petani kecil akan sulit diwujudknan tanp dukungan

    organisasi petani.Kemitraan antara petani dan pengusaha merupakan salah satu kunci sukses dalampengembanga produk PO, khususnya apabila diarahkan untuk eksport. Pola kemitraan inisering disebut dengan pola bapak angkat. Dalam hal ini pengusaha sebagai bapak antaralain berkewajiban memasarkan produk yang dihasilkan kelompok tani, memfasilitasikegiatan penyuluhan, mengurus sertifikasi, dan menyalurkan saprodi. Apabila kondisisudah memungkinkan, fungsi pengusaha sebagai bapak angkat dapat digantikan olehkoperasi yang dimiliki oleh para petani sendiri (Anonim, 2007)

    Dalam sistem PO modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan olehnegara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Oleh karena pembentukan atauoptimalisasi lembaga sertifikasi serta sosialisasi standar mutu produk organik perlu

    segera dilakukan sesuai dengan tujuan pasar. Sertifikasi lokal untuk pangsa pasar dalamnegeri masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimalatau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangatmembatasi penggunaan pestisida sintetis. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspordan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan olehSKAL ataupun IFOAM sudah mensyaratkan masa konversi lahan, tempat penyimpananproduk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhipersyaratan tertentu sebagai produk PO (Anonim, 2008)

    F. PENUTUPPerkembangan PO di Indonesia dapat menjadi suatu alternatif pemenuhan

    kebutuhan pangan di Indonesia dalam jangka panjang. Sasaran jangka pendek dari sistemPO adalah kesadaran masyarakat dan petani akan perlunya melestarikan lahan danmenjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis seperti pupukdan pestisida buatan, serta berusaha semampunya memanfaatkan bahan-bahan alamidisekitar mereka. Untuk jangka panjang, potensi pasar produk organik di pasar duniaterbuka lebar bagi Indonesia. Namun demikian potensi lahan yang dapat dijadikan lahanPO sangat kecil sehingga lahan pertanian non organik masih menjadi andalan produksipangan di Indonesia, namun setidaknya kebutuhan pasar akan produk organik dapatterpenuhi oleh petani

    PO berpeluang berkembang dengan baik ke depan karena 1) adanya kritikterhadap asupan kimia yang menyebabkan terjadi degradasi lingkungan pertanian

    membawa pada praktek bertani ke arah organik, 2) kesadaran konsumen untukmemperoleh produk yang sehat dan ramah lingkungan juga semakin tinggi, 3) peluangekspor produk organik juga besar karena tingginya permintaan dari Negara maju, 4) adapeluang untuk meningkatkan pendapatan petani karena produk pertanian organikmenghemat biaya produksi dan harga jualnya di atas produk pertanian konvensional.

    Untuk mengakhiri tulisan ini, ada baiknya kita renungkan petikan dialog berikutini :

  • 5/26/2018 Makalah Po

    10/10

    1) Makalah disampaikan pada Seminar Regional 2) Dosen Pengajar pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian UMY

    Alam mengajari kebajikan bagi umat manusia. Alam merupakan suatu kesatuan,

    terdiri dari banyak bagian, seperti organisme dengan organ-organnya. Semua

    bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan berbagi. Tiap organ memiliki

    peran masing-masing, saling melengkapi dan memberikan sinergi untuk

    menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan berkelanjutan. Setiap komponen

    tidak berpikir dan beraksi hanya demi aku, tetapi untuk kita: keseluruhan alam.Demikian halnya alam, melindungi dan mengayomi bagian-bagiannya secara

    harmonis. Itulah organis, tidak egois.

    Kepustakaan

    Anonim. 2002. Prospek Pertanian Organik di Indonesia.http://www.litbang.deptan.go.id/berita/

    Anonim. 2005. Potret Pertanian dan Potensi Pasar Pangan Organik Indonesia.http://www.terranet.or.id/kemitraan.php

    Anonim. 2007. Darah Petani Keracunan Pestisida.

    http://akusukablog.com/2007/11/08.Anonim. 2007. Pengembangan Pertanian Oganik di Indonesia dan Kendala YangDihadapi. http://pengawasbenihtanaman.blogspot.com/

    Anonim. 2007. Apa Itu Pertanian Organik? http://www.organicindonesia.orgAnonim. 2008. Organic farming. http://en.wikipedia.org/wiki/Organic_farming

    Anonim. 2008. Pertanian organis vs Pertanian organik.http://spmabogor.net-website.wp-content-uploads-2008-03-organik

    Anonim. 2008. Mengenal Pertanian Organik. http://mitrafm.com/ 2 Feb, 2008Anonim. tt. Tentang Pertanian Organik di Indonesia.

    http://www.idepfoundation.org/indonesia/index.htmlArRidho. 2008. Prospek Pertanian Organik di Indonesia.

    http://ridhomr.multiply.com/journal/item/25/Prospek. edit 21 April 2008.Husnain dan Haris Syahbuddin . 2005. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia?Peluang dan Tantangan. http://Inovasi Online Vol_4-XVII-Agustus 2005.

    Husnain dan Haris Syahbuddin. 2007. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia ?http://klipingut.wordpress.com/2007/12/16

    JavariceOrganic. 2008. Pestisida Peranan dan Bahayannya. http://javarice-organic.com/indo/index.php

    Nurcahyo. 2007. Dukungan Pemerintah Terhadap Pertanian Organik Masih Minim.http://www.indonesiaindonesia.com/nurcahyo

    Pandit, I Gde Suranaya. 2006. Risiko Pestisida Pertanian.http://www.balipost.co.id/index.php edit 5 April 2006

    Widodo, S. 2008. Pertanian Organik Wujud Baru Kapitalisme : Perspektif Ekologi danEkonomi. http://learning-of.slametwidodo.com/?p=63