makalah perancangan keairan

Upload: muhammadguntur-basyarah-st

Post on 02-Mar-2016

139 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah ini berisi tentang sungai dan perilaku yang diterapkan terhadap sungai tersebut

TRANSCRIPT

PEMBAHASAN

1) SUNGAISungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.

Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sundai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.

Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).

Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah istilah geografi mengenai sebatang sungai, anak sungai dan area tanah yang dipengaruhinya.

Daerah aliran sungai dapat menjadi sangat besar, contohnya daerah aliran sungai Mississippi meliputi lebih dari setengah Amerika Serikat. Ini berarti lebih dari setengah wilayah AS dialiri Mississippi dan anak-anak sungainya.

Definisi DAS

Daerah Aliran Sungai adalah kumpulan sungai pada suatu sistem cekungan dengan aliran keluar atau muara tunggal/wilayah tampungan air yang masuk ke dalam wilayah air sungai. Batas Wilayah DAS

Batas wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lain. Kerusakan Sungai dan Daerah Aliran Sungai di Indonesia

Daerah Aliran Sungai di Indonesia semakin mengalami kerusakan lingkungan dari tahun ke tahun. Kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan pada aspek biofisik ataupun kualitas air.

Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2. Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga mempunyai peran dalam menjaga keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata dan lainnya.

Saat ini sebagian Daerah Aliran Sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan DAS. Gejala Kerusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dilihat dari penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama kawasan lindung di sekitar Daerah Aliran Sungai.

Dampak Kerusakan DAS. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan. Pencemaran air sungai di Indonesia juga telah menjadi masalah tersendiri yang sangat serius.

Faktor-faktor yang mempengaruhi DAS di Indonesia: 1. Iklim 2. Jenis batuan yang dilalui DAS 3. Banyak sedikitnya air hujan yang jatuh ke alur DAS 4. Lereng DAS 5. Bentukan alam (mender,dataran banjir dan delta)Metode perhitungan banyaknya hujan di DAS, dengan 2 cara. Yaitu: 1. Metode Isohyet, Ishoyet: garis dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki jumlah curah hujan yang sama selama periode tertentu. Digunakan apabila luas tanah lebih dari 5000 km 2. Metode Thiessen, digunakan bila bentuk DAS memanjang dan sempit (luas 1000-5000 km

Daerah DAS 1. Hulu sungai, berbukit-bukit dan lerengnya curam sehingga banyak jeram. 2. Tengah sungai, relatif landai. Banyak aktifitas penduduk. 3. Hilir sungai, landai dan subur. Banyak areal pertanian.Contoh DASDaerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan DAS Cisadane merupakan dua DAS yang menerima curah hujan yang kemudian dialirkan ke kota Jakarta. DAS ini cukup luas melingkupi beberapa kabupaten dan kota. Penduduk di sekitar DAS ini sangat padat dengan keragaman lapangan pekerjaan yang dicirikan oleh lapangan pekerjaan di Negara berkembang. Di DAS bagian hulu sebagian besar penduduknya masih tergantung pada pertanian.

Sempitnya lapangan pekerjaan di DAS bagian hulu dan juga besarnya proporsi penduduk yang hidup di kota-kota besar yang masih berada dalam perangkap kemiskinan di dalam lingkup DAS di atas memerlukan konsentrasi penanganan yang khusus. Karena itu, penanganan DAS Ciliwung dan Cisadane tidak akan cukup didekati dari satu sisi saja, misalnya hanya menangani satu masalah yaitu masalah pengairan. Menangani masalah pengairan memerlukan penanganan yang sifatnya holistik, yang difokuskan pada penciptaan sumber-sumber ekonomi baru, yang dapat mengurangi tekanan penduduk pada pemanfaatan sumber daya air di satu pihak dan perbaikan tata ruang yang menciptakan ruang atau land use yang lebih memberikan peluang bagi terjadinya peningkatan fungsi hidroorologis dari DAS yang dibicarakan.A) MORFOLOGI SUNGAI

Sungai merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu penelitian dan manajemen sungai ini dilakukan oleh berbagai profesi. Ahli sanitari misalnya, meneliti sedimen sungai yang berasal dari buangan limbah serta pengaruhnya terhadap lingkungan. Sedangkan ahli teknik sipil, mengelola sungai untuk keperluan reservoir, pembangunan pelabuhan dan jembatan. Untuk keperluan tersebut, diperlukan pengetahuan tentang sungai dan pengalirannya, seperti morfologi sungai, sejarah perkembangan sungai serta pola pengaliran sungai.

Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang geometri (bentuk dan ukuran), jenis, sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek dan perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu. Dengan demikian, morfologi sungai ini akan menyangkut juga sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang saling terkait.

Dua proses penting dalam sungai adalah erosi dan pengendapan, yang dipengaruhi oleh jenis aliran air dalam sungai yaitu:

aliran laminer: jika air mengalir dengan lambat, partikel akan bergerak ke dalam arah paralel terhadap saluran.

aliran turbulen: jika kecepatan aliran berbeda pada bagian atas, tengah, bawah, depan dan belakang dalam saluran, sebagai akibat adanya perubahan friksi, yang mengakibatkan perubahan gradien kecepatan. Kecepatan maksimum pada aliran turbulen umunya terjadi pada kedalaman 1/3 dari permukaan air terhadap kedalaman sungai.

Erosi terjadi pada dinding ataupun dasar sungaidibawah kondisi aliran yang bersifat turbulen. Pengendapan akan terjadi jika material yang dipindahkan jauh lebih besar untuk digerakkan oleh kecepatan dan kondisi aliran. Pada kondisi aliran turbulen erosi akan terjadi akibat terbawanya material dan pengendapan terjadi ketika hasil erosi tersebut menuju ke arah bawah tidak terpindahkan lagi oleh aliran.

Morfologi Sungaai Dan Proses fluvial ini berisi pengetahuan dasar mengenai aspek dan pembentukan morfologi sungai dengan perilaku sungai dalam sistem sungai, mencakup beberapa tujuan pokok bahasan, antara lain untuk : mengetahui keberadaan sungai, mengenal proses pembentukan morfologi sungai dengan memperhatikan pengaruh iklim, geologi cuaca maupun vegetasi di daerah pengaliran sungai; mengenal, berbagai tipe dan karakteristik, sungai.B) GEOMETRI SUNGAI

Geometri dari alur sungai tergantung pada fenomena hidrologi, geologi, dan sedimentasi di DAS. Bentuk tipikal alur sungai adalah hasil dari proses alamiah yang panjang yang dilakukan oleh interaksi yang kompleks dari beberapa variabel sehingga menghasilkan planform sungai yang kita lihat sekarang ini. Variabel yang dimaksud adalah waktu, geologi, iklim, tipe dan kepadatan vegetasi, catatan panjang debit dan angkutan sedimen di sungai, geometri bantaran sungai, debit rata-rata, karakteristik aliran (kedalaman, kecepatan, turbulensi, dsb). Jika variabel-variabel tersebut berada dalam kondisi relatif konstan maka sungai akan membentuk planform yang relatif konstan pula atau mengalami kondisi yang disebut equilibrium condition. Pada kondisi ini sungai tetap mengalami perubahan bentuk yang dinamis (quasi-quilibrium) namun perubahan tersebut tidak ekstrim dan sangat lambat. Dalam tinjauan skala waktu geologi yang panjang, morfologi sungai difokuskan pada evolusi landscape yang dipengaruhi oleh iklim, base level (formasi batuan di dasar sungai), dan stabilitas tektonik. Perubahan karakteristik DAS Sesayap akibat pembukaan lahan yang terus menerus belakangan ini mengakibatkan kondisi morfologi sungai tidak stabil. Distribusi angkutan sedimen sangat bervariasi dalam ukuran waktu dan ruang. Debit, pola aliran, angkutan sedimen, kecepatan arus dapat berubah dalam waktu yang singkat dan sungai secara reaktif mengalami perubahan planform. Hingga kini belum ada catatan yang merekam riwayat perubahan planform Sungai Sesayap, namun dari besarnya angkutan sedimen, proses sedimentasi dan erosi yang cukup intensif di floodplain dan tebing sungai terutama di ruas Sungai Malinau, dapat dikatakan planform Sungai Sesayap akan terus berubah secara dinamis hingga ditemukan suatu kondisi quasi-equilibrium yang baru. Fenomena ini dapat terlihat jika ada rekaman planform sungai dalam waktu 10 hingga 100 tahun (dalam skala waktu menengah). Jika tinjauan dilakukan dalam skala waktu yang lebih singkat lagi, maka dapat dilihat perubahan topografi dasar sungai (bed topography) yang tersusun dari formasi seperti ripple, dan dune yang ditentukan oleh variasi debit harian dan karakteristik partikel sedimen. Mengingat usia guna infrastruktur sungai, maka tinjauan morfologi sungai dalam rentang waktu menengah dan singkat lebih relevan untuk ditinjau.

C) PROFIL MEMANJANG DAN MELINTANG

Bagian melintang dari profil sungai disebut profil melintang sungai dan searah sungai disebut profil memanjang. Banyak air yang melewati profil yang memanjang disebut kapasitas sungai.Pada tempat yang lurus air pada bagian tengah permukaan sungai alirannya tercepat, disebut benang arus atau garis arus.

Profil memanjang sungai dapat dibagi menjadi :

Bagian HuluKemiringan sungai besar, arus air kencang dan tenaga erosi kuat.

Bagian Tengah SungaiKemiringan sungai semakin kurang sehingga tenaga erosi dan transportasi juga berkurang.Lereng sungai berubah kearah kotak. Erosi mulai kearah samping.

Bagian HilirKemiringan sungai mendekati nol. Arus air sabgat kecil, erosi hampir tidak ada, banyak terdapat sedimen, air keruh, kadangkadang terdapat beting atau pulau ditengah sungai. Arah berkelokkelok kadang-kadang berganti aliran pada waktu banjir sehingga mempunyaai muara baru.Secara umum alur sungai semakin ke hilir semakin melebar. Semakin ke hilir kapasitas sungai semakin bertambah untuk mengalirkan debit dari anak-anak sungai dan catchment area di hilir. Pada pengamatan dengan sounding yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2007 diketahui lebar Sungai Sesayap di Tanjung Lapang adalah sekitar 170 meter, di sekitar Jembatan Malinau sebesar 215 m dan di depan intake lama PDAM kota sebesar 225 meter.

Pertambahan lebar sungai yang signifikan terjadi di sekitar jalan Seluwing (sedikit ke hulu sebelum muara Sungai Sembuak). Kedua tebing sungai sebelah kiri dan kanan mengalami erosi. Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh masuknya debit tambahan dari Sungai Sembuak sehingga badan Sungai Sesayap melebar untuk menambah kapasitas sungai. Selain hal tersebut, interaksi gaya hidraulik dan proses erosi-sedimentasi di sungai juga sebagai salah satu penyebab.

Planform sungai yang menikung mengakibatkan vektor kecepatan di permukaan mengarah ke tebing luar disertai dengan naiknya elevasi muka air di tebing luar, sedangkan di bagian dasar sungai vektor kecepatan menunjukkan arus menjauhi tebing karena kelebihan tekanan hidrostatis. Mekanisme ini melahirkan arus sekunder di tebing luar.

Arus sekunder atau helical flow menggerus dasar tebing sehingga stabilitas lereng terganggu, kemudian terjadi keruntuhan tebing. Produk runtuhan tebing di dorong oleh helical flow ke arah tengah sungai dan terdeposisi di tengah sungai bersama-sama dengan hasil angkutan sedimen dari hulu. Sedimentasi di tengah bentang ini dapat disebabkan oleh landainya slope dasar sungai di sekitar Malinau atau dapat pula karena lokasinya yang dekat dari muara sungai Sembuak . Hasil sedimentasi ini membentuk diamond bar.

Diamond bar tumbuh perlahan-lahan seiring dengan terus bertambahnya sumbangan sedimen dari hulu. Formasi bar ini saat ini baru terlihat jika muka air sedang turun. Tumbuhnya mid-channel bar memicu sungai melakukan koreksi terhadap batimetrinya untuk mempertahankan kapasitas pengalirannya, koreksi dilakukan dalam bentuk pelebaran sungai melalui gerusan tebing kiri dan kanan sungai. Gerusan terhadap dasar sungai kemungkinan tidak terjadi karena diperkirakan terdapat formasi bedrock di dasar sungai. Diamond bar yang lebih besar terlihat di lokasi sedikit ke hilir Malinau dan di hulu Tanjung Lapang. Di sekitar Tanjung Lapang, lebar sungai tampak lebih seragam, di tebing kiri vegetasi masih cukup padat untuk melindungi tebing dari gerusan, di tebing kanan perumahan penduduk sudah lebih mendominasi dan tanaman asli telah berkurang sehingga lebih rawan gerusan.Jenis sungai

Sungai menurut jumlah airnya dibedakan:

1. sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.

2. sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.

3. sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.

4. sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

Sungai menurut genetiknya dibedakan:

1. sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng

2. sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen

3. sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekwen

4. sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan

5. sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen Nama-nama daerah

Sungai disebut dalam beragam istilah di alamtologi Indonesia:

Krueng (bahasa Aceh)

Bah (bahasa Batak)

Aek, air, aie, batang, atau sei (bahasa-bahasa di Sumatera)

Way (bahasa Lampung)

Batang banyu (bahasa Banjar)

Batang atau danum (bahasa Ngaju)

Ci (bahasa Sunda)

Kali, bengawan (bahasa Jawa)

Tukad (dibaca /ukad/, bahasa Bali)

Kokok (bahasa Sasak)

Salo/Salu (bahasa Bugis-Makassar) Manajemen Sungai

Sungai seringkali dikendalikan atau dikontrol supaya lebih bermanfaat atau mengurangi dampak negatifnya terhadap kegiatan manusia.

1. Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrol aliran, menyimpan air atau menghasilkan energi.

2. Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui batas dataran banjirnya.

3. Kanal-kanal dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer air maupun navigasi

4. Badan sungai dapat dimodifikasi untuk meningkatkan navigasi atau diluruskan untuk meningkatkan rerata aliran.

Manajemen sungai merupakan aktivitas yang berkelanjutan karena sungai cenderung untuk mengulangi kembali modifikasi buatan manusia. Saluran yang dikeruk akan kembali mendangkal, mekanisme pintu air akan memburuk seiring waktu berjalan, tanggul-tanggul dan bendungan sangat mungkin mengalami rembesan atau kegagalan yang dahsyat akibatnya. Keuntungan yang dicari dalam manajemen sungai seringkali "impas" bila dibandingkan dengan biaya-biaya sosial ekonomis yang dikeluarkan dalam mitigasi efek buruk dari manajemen yang bersangkutan. Sebagai contoh, di beberapa bagian negara berkembang, sungai telah dikungkung dalam kanal-kanal sehingga dataran banjir yang datar dapat bebas dan dikembangkan. Banjir dapat menggenangi pola pembangunan tersebut sehingga dibutuhkan biaya tinggi dan seringkali makan korban jiwa.

D) BANJIRMasalah banjir hingga saat ini belum dapat diselesaikan secara tuntas, bahkan masalah tersebut justru mengindikasikan semakin meningkat, baik intensitas, frekuensi maupun sebarannya. Akibatnya kerugian yang ditimbulkan juga semakin meningkat.Pengertian banjir secara umum adalah tidak tertampungnya air di wadahnya (alur sungai) sungai meluap menggenangi daerah sekitar nya. Dengan demikian banjir terjadi apabila volume aliran air melebihi daya tampungnya. Hal ini banyak terjadi karena volume airnya yang sangat banyak dan alurnya yang sempit kemampuan tampungnya. Sedangkan peningkatan volume aliran air dapat diakibatkan karena curah hujan yang sedemikian tinggi dan kemampuan tanah untuk meresapkan air hujan menurun sehingga hampir semua air hujan yang jatuh langsung menjadi aliran yang masuk ke alur sungai. Upaya penanggulangan banjir merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara terpadu, meliputi: teknologi mangatur aliran air di alur sungai, meningkatkan kapasitas aliran, serta aturan peraturan dan penataan sistem kelembagaan dalam pengelolaan wilayah sungai.

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang basah (humid tropic) dengan ciri curah hujan yang tinggi pada musim penghujan. Akibatnya dibeberapa tempat dimusim penghujan terjadi bencana banjir yang menimbulakan korban dan kerugian baik nyawa maupun harta benda.

Hampir disetiap musim penghujan sering terjadi peristiwa bencana banjir yang muncul dimana-mana, dengan lokasi dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan secara beragam. Telah banyak upaya yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah untuk mengatasi masalah bencana banjir, antara lain pada saat terjadinya bencana (flood fighting) maupun pembangunan prasarana pengendalian banjir (flood control).

Penyebab Banjir

a. Curah Hujan

Air yang berada dibumi ini jumlahnya relatif tidak berubah karena adanya siklus air yang terkenal dengan daur/siklus hidrologi. Daur hidrologi di awali dengan penguapan air yang berada di bumi. Uap ini dibawa diatas benua-benua oleh massa udara yang bergerak. Bila uap tersebut didinginkan hingga titik embunnya, maka akan menjadi butiran air yang dapat dilihat sebagai awan atau kabut. Dalam kondisi tertentu butiran-butiran kecil itu akan berkembang cukup besar untuk dapat jatuh kepermukaan bumi sebagai hujan.

Sebagian dari hujan tersebut dikembalikan lagi ke udara melalui penguapan dari permukaan air tanah dan tumbuh-tumbuhan serta melalui transpirasi oleh tanaman. Sebagian dari sisa air hujan mengalir diatas permukaan tanah menjadi sungai dan sebagiannya lagi meresap kedalam permukaan tanah. Aliran air baik lewat aliran air di atas permukaan tanah maupun yang mengalir didalam datah akan mengalir lagi kelaut.

b. Karakteristik Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana air meresap dan / atau mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan. Karakteristik DAS meliputi luas, bentuk dan kemiringan lereng. Perbandingan antara parameter tersebut menentukan sifat aliran disungai tersebut. Parameter DAS yang satu berlainan dengan parameter DAS yang lainya. Hal ini menyebabkan sifat aliran saling berbeda antara sungai yang satu dengan sungai lainnya.

c. Kemampuan Alur Sungai Mengalirkan Air

Penurunan kemampuan alur sungai mengalirkan volume air merupakan slah satu penyebab terjadinya banjir. Penurunan ini melipui pendangkalah dan penyempitan alur sungai.1. Pendangkalan Alur Sungai

Adalah naiknya dasar sungai sehingga mengurangi kemampuan sungai mengalirkan air. pendangkalan sungai dapat disebabkan oleh proses pengendapan (sedimenyasi) terus menerus. Proses sedimentas ini biasanya terjadi dibagian luar hilir sungai akibat kecepatan aliran tidak mampu lagi mengangkut muatan sedimentas hasil erosi dari hulu.

2. Penyempitan Alur Sungai

Adalah apabila sungai mengalir melalui membelah pemukiman yang padat. Perkembangan penduduk yang sedemikian pesat seta penerapan aturan yang tidak tegas menyebabkan pemukiman penduduk yang dibangun di lereng sungai maupun didaerah bantaran. Hal ini jelas akan mengakibatkan penyempitan aliran sungai.d. Perubahan Tata guna Lahan di DAS

Perubahan fisik yang terjadi di DAS akan berpengaruh langsung terhadap kemampuan DAS meresapan air hujan atau dengan kata lain kemampuan DAS menahan air agar tidak menjadi air limasan. Misalnya dari hutan menjadi perumahan, industri, atau pegunungan lain yang mengurangi daya resap tanah akan mengakibatkan berkurangny retensi DAS tersebut terhadap banjir.

e. Tata Pengaturan dan Pengelolaan Sungai

Pelaksanaan pengelolaan banjir yang dilakukan pada saat ini kadang-kadang masih dilakukan secara lokal. Padahal pada sistem eko-hidrolik aliran sungai, penanganan di suatu tempat, banyak pengaruh ditempat lain. Sebagai contoh konsep drainase yang dianut pada saat ini adalah secepat-cepatnya mengalirkan genangan air ketempat yang lebih rendah. Tetapi debit banjir akan lebih besar dan lebih cepat datang di hilirnya.

Upaya Menanggulangi Banjir

Untuk mengatasi masalah banjir dan genangan sampai saat ini masih mengandalkan pada upaya yang bersifat represif dengan melaksanakan berbagai kegiatan fisik/upaya struktur yaitu membangun sarana dan prasarana pengendali banjir dan atau memodifikasi kondisi alamiah sungai sehingga membentuk suatu sistem pengendali banjir (in-stream). Langkah tersebut diterapkan hampir di seluruh negara-negara di dunia yang mengalami masalah banjir. Sedangkan upaya preventif yang pada dasarnya merupakan kegiatan non-struktur penerapannya masih terbatas. Di beberapa negara upaya struktur telah dikombinasikan dengan upaya nonfisik/nonstruktur (off-stream) sehingga membentuk sistem penanganan yang menyeluruh/komprehensif dan terpadu seperti misalnya di Jepang . Ada juga negara yang mulai meninggalkan upaya struktur dan lebih mengutamakan upaya nonstruktur. Kedua jenis upaya ini berfungsi untuk menekan/memperkecil besarnya masalah banjir (flood damage mitigation) dan tidak dapat menghilangkan/membebaskan masalah secara mutlak.Berbagai jenis kegiatan fisik/struktur berikut manfaatnya antara lain:

1. Pembangunan tanggul banjir untuk mencegah meluapnya air banjir sampai tingkat/besaran banjir tertentu. Dengan dibangun tanggul terbentuk penampang sungai yang tersusun untuk mengalirkan debit banjir rencana

2. Normalisasi alur sungai, penggalian sudetan, banjir kanal, dan interkoneksi antar sungai untuk merendahkan elevasi muka air banjir sungai. Berbagai kegiatan ini harus direncanakan dengan sangat hati-hati mengingat perubahan apapun yang dilakukan terhadap sungai akan menimbulkan reaksi yang boleh jadi berlawanan dengan yang diingini pengelola

3. Pembangunan waduk penampung dan atau retensi banjir, banjir kanal dan interkoneksi untuk memperkecil debit banjir; serta

4. Pembangunan waduk/polder, pompa dan sistem drainase untuk mengurangi luas dan tinggi genangan.

E) GERUSAN PADA SUNGAIGerusan adalah proses semakin dalamnya dasar sungai karena interaksi antara aliran dengan dasar sungai. Kenyataan di lapangan, gerusan yang terjadi pada abutmen jembatan adalah gerusan total, yaitu kombinasi antara gerusan local, gerusan umum dan gerusan penyempitan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penempatan pelat pada tubuh abut/lien terhadap proses gerusan dan kedalaman gerusan yang terjadi di sekitar abutmen, pada kondisi adanya angkutan sedimen (live-bed scour). Penelitian ini menggunakan sediment recirculating flume dengan panjang 10 m, lebar 0,60 m dan tinggi 0,45 m dengan kondisi aliran permanen seragam. Model abutmen adalah tipe spill-trough (S7) dengan lebar abutment, Lb = 0,15 rn, panjang, L = 0,50 m dan tinggi H = 0,45 m. Pengendalian gerusa, menggunakan variasi pelat yang meliputi variasi bentuk, ukuran lebar pelat dan jarak pelat terhadap dasar saluran. Kedalaman gerusan di sekitar abutmen diukur setiap running selama 6 jam pada posisi tujuh titik pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kovdsi live-bed scour without sediment supply adalah paling kritis, dimana pada kondisi tersebut mempunyai kedalaman gerusan lebih besar dibandingkan dengan clear-water scour dan live-bed scour with sediment supply. Penempatan pelat t pe P1 pada kondisi live-bed scour without sediment supply dapat memberikan reduksi gerusan total sebesar 12, 79 %.

DAFTAR PUSTAKA

Id.wikipedia.org/

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.